Anda di halaman 1dari 140

MASTERPLAN PEREKONOMIAN

KABUPATEN BANDUNG
2021-2026
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjarkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
Laporan Masterplan Perekonomian Kabupaten Bandung tahun anggaran 2021 dapat selesai
disusun dan disampaikan.

Penyusunan masterplan perekonomian ini dimaksudkan untuk merumuskan arah perencanaan


sektor perekonomian dan dilengkapi dengan kebijakan kewilayahannya sebagai pedoman
pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan di sektor perekonomian.

Laporan masterplan ini memuat aspek kajian yang terdiri atas: pemetaan pengelompokan/
clustering kewilayahan berdasarkan potensinya dalam bentuk spasial; penyusunan analisis
peluang dan permasalahan pengembangan sektor ekonomi unggulan; serta, perumusan arah
dan kebijakan pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Bandung.

Masterplan ini berfokus pada 4 sektor ekonomi unggulan Kabuapten Bandung yaitu sektor
pertanian kehutanan dan perikanan, industri pengolahan, perdagangan, dan pariwisata.
Masterplan ini disusun dalam untuk jangka waktu perencanaan 5 tahun, dengan harapan dapat
mewujudkan Kabupaten Bandung yang yang Bangkit, Edukatif, Dinamis, Agamis, dan Sejahtera
(BEDAS) dengan pengembangan perekonomian yang inovatif dan berdayasaing.

Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan dan dukungan yang
telah diberikan dalam rangka penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa meridhai kita semua.

Kabupaten Bandung, Mei 2021


Bidang Perencanaan Sumber Daya Alam dan Investasi
Bappeda Kabupaten Bandung

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ ii
Ringkasan Eksekutif

Penyusunan masterplan perekonomian Masterplan perkonomian direncanakan


merupakan upaya yang dilakukan melalui tiga tahapan dalam kurun waktu
Pemerintah Kabupaten Bandung untuk lima/enam tahun. Tahap pertama adalah
mengoptimalkan pengembangan potensi tahap pre-adopsi pada tahun pertama, yang
perekonomian daerah dalam mewujudkan dimaksudkan untuk persiapan dan
peningkatan daya saing wilayah Kabupaten kolaborasi. Tahap kedua adalah tahap adopsi,
Bandung. Masterplan perekonomian ini berlangsung selama tiga tahun, yang fokus
difokuskan pada empat sektor ekonomi pada mewujudkan rencana pengembangan
unggulan Kabupaten Bandung yaitu sektor sektor ekonomi. Tahap ketiga adalah tahap
pertanian kehutanan dan perikanan, sektor pasca-adopsi, berlangsung pada tahun
industri pengolahan, sektor perdagangan, terakhir, yang fokus dalam melakukan
serta sektor pariwisata. evaluasi dan perencanaan untuk masa depan.

Konsep pengembangan masterplan ini Visi masterplan perekonomian


adalah mengoptimalkan pusat-pusat Kabupaten Bandung tahun 2021-2026 adalah
kegiatan ekonomi yang telah terbentuk di “Kabupaten Bandung yang Bangkit,
Kabupaten Bandung, serta mendorong Edukatif, Dinamis, Agamis, dan Sejahtera
kerjasama perekonomian desa dan kota dengan Pengembangan Perekonomian
melalui simpul-simpul inovasi. Simpul yang Inovatif dan Berdayasaing”. Visi
inovasi merupakan sarana untuk tersebut memiliki target capaian peningkatan
mengorkestrasikan sumber daya ekonomi, PDRB per kapita dan laju pertumbuhan
serta sebagai elemen penting pada tahapan ekonomi Kabupaten Bandung dengan empat
perencanaan maupun pelaksanaan indikator utama yaitu peningkatan PDRB
pembangunan ekonomi wilayah sebagai sektor pertanian, kehutanan dan perikanan,
wadah penciptaan inovasi yang dapat PDRB sektor industri pengolahan, PDRB
mengintegrasikan aktivitas ekonomi di sektor perdagangan, serta kunjungan
pedesaan dan perkotaan. wisatawan ke Kabupaten Bandung.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ iii


Hasil identifikasi potensi sektor ekonomi koleksi dan distribusi, serta pusat
unggulan di Kabupaten Bandung menunjuk- pengembangan produk ekonomi lokal
kan bahwa terdapat klaster pertanian di Kabupaten Bandung. Simpul-simpul ini juga
bagian Selatan, klaster industri dan didukung oleh pengembangan kawasan sains
perdagangan di bagian Tengah, serta hotspots dan teknologi pertanian Arjasari.
pariwisata di bagian Selatan. Dari klaster
tersebut kemudian dirumuskan dua Secara konsep terdapat dua jenis
ekosistem ekonomi yaitu ekosistem pergerakan ekonomi yaitu pergerakan
pedesaan dengan sektor unggulan pertanian produk pangan lokal dari ekosistem desa ke
dan pariwisata terdapat di bagian Selatan dan kota, dan pergerakan perusahaan menengah
dua ekosistem penunjang di bagian Timur besar dari ekosistem kota ke desa.
dan Utara, serta ekosistem perkotaan dengan Pergerakan ini perlu didukung dengan
sektor unggulan industri dan perdagangan kualitas infrastruktur yang baik terutama
yang terdapat di bagian Tengah, dengan jalan dan rel kereta api.
ekosistem promosi di bagian Timur.
Strategi utama pelaksanaan masterplan
Dalam merangkai hubungan antara ini meliputi; pengembangan klaster ekonomi
ekosistem pedesaan dan perkotaan, unggulan di lokasi potensial, pengembangan
dikembangkan simpul kegiatan ekonomi. simpul pangan dan inovasi, penguatan
Simpul ini terdapat di tingkat lokal, yang UMKM dan koperasi, serta penguatan
menghubungkan potensi sektor ekonomi investasi pariwisata. Diharapkan pada akhir
seperti pertanian dan pariwisata melalui tahun perencanaan masterplan dapat
agrowisata, pertanian dan industri makanan, terwujud perekonomian Kabupaten Bandung
serta industri dan perdagangan. Pada tingkat yang inovatif dan berdayasaing, serta
Kabupaten, dikembangkan simpul inovasi terwujud peningkatan kesejahteraan
dan simpul pangan yang merupakan pusat masyarakat Kabupaten Bandung.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ iv
Daftar Isi
ii Kata Pengantar
iii Ringkasan Eksekutif
v Daftar Isi
viii Daftar Gambar
ix Daftar Grafik
x Daftar Tabel

1 Pendahuluan 1
2 Latar Belakang
2 Maksud, Tujuan dan Sasaran
3 Ruang Lingkup
3 Wilayah Perencanaan
3 Substansi Masterplan
4 Waktu Pelaksanaan
4 Alur Pikir
5 Metodologi Penyusunan Masterplan
5 Tahapan Kegiatan
6 Pengumpulan Data
9 Analisis Data

11 Konsep Daya Saing dan Simpul Inovasi 2


12 Konsep Daya Saing Daerah
14 Konsep Pengembangan Ekosistem Simpul Inovasi

16 Tinjauan Rencana dan Kebijakan Perekonomian 3


17 Tinjauan Kebijakan Nasional
17 RPJPN Tahun 2005-2025
17 RPJMN Tahun 2020-2024
18 RTRWN Tahun 2008-2028
18 Rindekraf Tahun 2018-2025
19 MEKSI Tahun 2019-2024
20 Tinjauan Kebijakan Regional
20 RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025
21 RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023
22 RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
22 RTR Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung Tahun 2018-2037
23 RENIP Metropolitan Bandung Raya Tahun 2015-2050
24 Tinjauan Kebijakan Lokal
24 RPJPD Kabupaten Bandung Tahun 2005-2025
27 Ranwal RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2021-2026
28 RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036
30 Grand Design Pengembangan Ekonomi Masyarakat Kab. Bandung 2011-2015
32 Tinjauan Kebijakan Sektoral
32 Pertanian dan Perkebunan
34 Perdagangan
37 Pariwisata

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ v
39 Gambaran Umum Ekonomi Wilayah 4
40 Ekonomi Kabupaten Bandung dalam Konstelasi Regional
42 Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
43 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung
45 Tinjauan Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Bandung
45 Tipologi Klassen
47 Analisis Location Quotient (LQ) dan Dynamic LQ (DLQ)
50 Analisis Shift Share
52 Simpulan Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Bandung
54 Tinjauan Analisis Koefisien Input-Output Tahun 2016

59 Rumusan Potensi Sektor Ekonomi Unggulan 5


60 Analisis Potensi Sektor Pertanian
60 Kinerja PDRB Sektor Pertanian
61 Potensi Sektor Pertanian
70 Keterkaitan Spasial Potensi Sektor Pertanian
72 Analisis Potensi Sektor Industri Pengolahan
72 Kinerja PDRB Sektor Industri
74 Potensi Sektor Industri
78 Keterkaitan Spasial Potensi Sektor Industri
80 Analisis Potensi Sektor Perdagangan
80 Kinerja PDRB Sektor Perdagangan
82 Potensi Sektor Perdagangan
84 Keterkaitan Spasial Potensi Sektor Perdagangan
86 Analisis Potensi Sektor Pariwisata
86 Kinerja Sektor Pariwisata
88 Potensi Sektor Pariwisata
91 Keterkaitan Spasial Sektor Pariwisata
93 Sintesis Klaster dan Hotspot dari Sektor Ekonomi Unggulan

96 Rumusan Peluang dan Tantangan Pengembangan


Sektor Ekonomi Unggulan 6
97 Peluang dan Tantangan Sektor Pertanian
97 Peluang Pengembangan Sektor Pertanian
99 Tantangan Pengembangan Sektor Pertanian
99 Peluang dan Tantangan Sektor Industri
99 Peluang Pengembangan Sektor Industri
102 Tantangan Pengembangan Sektor Industri
102 Peluang dan Tantangan Sektor Perdagangan
102 Peluang Pengembangan Sektor Perdagangan
103 Tantangan Pengembangan Sektor Perdagangan
104 Peluang dan Tantangan Sektor Pariwisata
104 Peluang Pengembangan Sektor Pariwisata
105 Tantangan Pengembangan Sektor Pariwisata

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ vi
106 Rumusan SWOT Pengembangan Sektor Ekonomi Unggulan 7
107 SWOT Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
108 SWOT Sektor Industri Pengolahan
110 SWOT Sektor Perdagangan
112 SWOT Sektor Pariwisata

116 Masterplan Perekonomian Kabupaten Bandung 8


117 Konsep Penyusunan Masterplan Perekonomian
117 Visi Masterplan Perekonomian
119 Milestones
120 Konsep Ruang dan Pergerakan
123 Strategi dan Program Utama

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ vii


Daftar Gambar
3 Peta administrasi wilayah studi Kabupaten Bandung
4 Alur pikir penyusunan masterplan
7 Proses wawancara dengan aktor kunci
10 Kerangka analisis penyusunan masterplan
13 Model piramida daya saing daerah
15 Ekosistem pembangunan ekonomi wilayah Kabupaten Bandung
20 Kerangka masterplan ekonomi syariah Indonesia 2019-2024
56 Struktur nilai tambah bruto (NTB) Indonesia 2016
61 Peta sebaran PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan per kecamatan di
Kabupaten Bandung tahun 2016
69 Peta sebaran potensi sub-sektor pertanian
70 Peta pertampalan sebaran potensi sub-sektor pertanian dengan sebaran PDRB sektor A
71 Peta hasil analisis local spatial autocorrelation dari PDRB pertanian
72 Peta pertampalan hasil Local Moran's I PDRB A dengan sebaran potensi sub-sektor
pertanian di Kabupaten Bandung
73 Peta sebaran kontribusi PDRB sektor industri pengolahan per kecamatan di Kabupaten
Bandung tahun 2016
77 Peta sebaran potensi sub-sektor industri pengolahan
77 Peta pertampalan sebaran potensi sub-sektor industri dengan sebaran PDRB sektor C
79 Peta hasil analisis Local Moran's I PDRB sektor industri
80 Peta pertampalan hasil Local Moran's I PDRB C dengan sebaran potensi sub-sektor
industri di Kabupaten Bandung
81 Peta sebaran kontribusi PDRB sektor perdagangan (G) per kecamatan di Kabupaten
Bandung tahun 2016
83 Peta sebaran lokasi pasar milik pemerintah daerah di Kabupaten Bandung
84 Peta pertampalan sebaran lokasi pasar Pemda dengan sebaran PDRB sektor G
85 Peta hasil analisis Local Moran's I PDRB sektor perdagangan
86 Peta pertampalan hasil Local Moran's I PDRB G dengan sebaran lokasi pasar di
Kabupaten Bandung
88 Peta sebaran kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bandung per kecamatan tahun 2020
90 Peta sebaran desa wisata dan daya tarik wisata unggulan di Kabupaten Bandung
91 Peta pertampalan sebaran potensi daya tarik wisata unggulan dengan sebaran
kunjungan wisatawan tahun 2020
92 Peta hasil analisis Getis-Ord Gi* kunjungan wisatawan per kecamatan di Kabupaten
Bandung tahun 2020
93 Peta pertampalan sebaran potensi daya tarik wisata unggulan dengan hasil analisis
Getis-Ord Gi* kunjungan wisatawan per kecamatan tahun 2020
95 Peta lokasi klaster dan hotspot dari sektor ekonomi unggulan dengan potensi unggulan
dari masing-masing sektor
98 Konsep pengembangan kawasan agropolitan
101 Agroindustri dan sistem agribisnis
103 Rangkaian kerja faktor pendukung agribisnis
103 Permintaan dan penawaran dalam rumah tangga agrowisata
118 Konsep masterplan perekonomian Kabupaten Bandung 2021-2026
120 Milestones masterplan perekonomian Kabupaten Bandung
121 Konsep ruang dan pergerakan masterplan perekonomian Kabupaten Bandung

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ viii


Daftar Grafik
40 PDRB ADHK Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2020
41 PDRB ADHK per Kapita Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2020
42 Tipologi klassen Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
44 Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB ADHK Kabupaten Bandung tahun 2020
45 Laju pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2011-2020
60 Kinerja PDRB sektor pertanian Kabupaten Bandung
70 Hasil pengolahan spatial autorrelation global dari PDRB pertanian per Kecamatan
73 Kinerja PDRB sektor industri Kabupaten Bandung
78 Hasil pengolahan global spatial autorrelation dari PDRB sektor industri per Kecamatan
81 Kinerja PDRB sektor perdagangan Kabupaten Bandung
85 Hasil pengolahan global spatial autorrelation dari PDRB sektor perdagangan per
Kecamatan
92 Hasil pengolahan global spatial autorrelation dari jumlah kunjungan wisata per
Kecamatan pada tahun 2020

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ ix
Daftar Tabel
6 Jadwal pelaksanaan penyusunan masterplan perekonomian Kabupaten Bandung
7 Aktor kunci yang diwawancara
14 Faktor kunci pembentuk daya saing daerah
26 Keterkaitan visi, misi, dan arah kebijakan pada rencana pembangunan jangka panjang di
tingkat nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung
27 Keterkaitan visi, misi, dan arah kebijakan pada rencana pembangunan jangka menengah
di tingkat nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung
29 Keterkaitan arah pemanfaatan ruang pada rencana tata ruang wilayah di tingkat
nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung
32 Arahan kawasan, target/sentra, strategi utama, serta klasifikasi pengembangan
pertanian di Kabupaten Bandung
37 Lokasi pengembangan destinasi wisata (DPD, KPPD dan KSPD) di Kab. Bandung
43 PDRB ADHK Kabupaten Bandung menurut sektor tahun 2010-2020 (miliar rupiah)
46 Perbandingan rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor ekonomi di Kabupaten
Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2020
46 Tipologi sektor ekonomi Kabupaten Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat tahun 2010-
2020
47 Hasil analisis LQ sektor ekonomi Kabupaten Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat
tahun 2010-2020
48 Peringkat sektor ekonomi Kabupaten Bandung berdasarkan hasil analisis LQ tahun
2010-2020
49 Hasil analisis DLQ sektor ekonomi Kabupaten Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat
tahun 2010-2020
49 Peringkat sektor ekonomi Kabupaten Bandung berdasarkan hasil analisis DLQ tahun
2010-2020
50 Klasifikasi sektor berdasarkan hasil analisis LQ dan DLQ tahun 2010-2020
51 Hasil analisis shift share Kabupaten Bandung tahun 2010-2020
52 Peringkat sektor ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2010-2020 berdasarkan
komponen pada analisis shift share
53 Sintesis gambaran ekonomi wilayah Kabupaten Bandung
55 Output Domestik 2016
57 Koefisien input domestik 2016
60 Kinerja PDRB ADHK sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap PDRB ADHK
Kabupaten Bandung tahun 2010-2020
62 Variabel dalam identifikasi sub-sektor unggulan pertanian
63 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor tanaman pangan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
64 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor perkebunan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
64 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor peternakan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
65 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor biofarmaka menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
66 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor perikanan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
67 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor hortikultura menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ x
67 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor buah-buahan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
68 Sintesis sebaran sub-sektor pertanian unggulan di Kabupaten Bandung
72 Kinerja PDRB sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Bandung
74 Variabel kelas industri dan asumsi nilai produksi
75 Total nilai produksi kelas industri berdasarkan kecamatan di Kab. Bandung tahun 2018
76 Sintesis sebaran sub-sektor industri unggulan di Kabupaten Bandung
80 Kinerja PDRB sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
terhadap PDRB Kab. Bandung
87 Kunjungan wisatawan, jumlah dan daya tarik wisata unggulan berdasarkan kecamatan
di Kab. Bandung tahun 2020
89 Kunjungan wisata pada daya tarik wisata unggulan di Kabupaten Bandung tahun 2020
94 Sintesis klaster dan hotspot dari sektor ekonomi unggulan
115 SWOT sektor ekonomi unggulan Kabupaten Bandung
128 Strategi dan program utama masterplan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ xi
1. Pendahuluan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Pada spesialisasi relatif di sektor C,


terdapat 11 kecamatan yang nilainya berada
Dalam rangka penyusunan Dokumen
di atas rata-rata KI dan 5 kecamatan yang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
juga memiliki keunggulan absolut yaitu
Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun
Kecamatan Dayeuhkolot, Pameungpeuk,
2021-2026, diperlukan rumusan mengenai
Solokanjeruk, Margaasih, dan Majalaya.
arah kebijakan untuk pembangunan sektor
Hampir semua kecamatan yang memiliki dua
ekonomi di Kabupaten Bandung. Untuk
keunggulan tersebut unggul secara jumlah
mendapatkan arah kebijakan tersebut di atas
unit usaha konveksi. Kecamatan lainnya juga
diperlukan rencana induk yang meng-
didominasi oleh unit usaha jenis konveksi.
gambarkan kondisi eksisiting dari wilayah
yang dikaji baik dari potensi/keunggulan Di sektor G terdapat 12 kecamatan yang
maupun permasalahan ataupun isu-isu yang memiliki market share di atas rata-rata
dihadapi wilayah tersebut sehingga sebesar 3,23, yaitu Kecamatan Baleendah,
didapatkan gambaran arah kebijakan Majalaya, Margaasih, Katapang, Margahayu,
strategis yang perlu diambil sebagai Soreang, Dayeuhkolot, Kutawaringin,
pedoman perencanaan pembangunan. Pangalengan, Rancaekek, Solokanjeruk, dan
Pameungpeuk. Seluruh kecamatan baik yang
Pada kajian yang telah disusun
memiliki dua keunggulan sekaligus (absolut
sebelumnya, mengenai sektor ekonomi
dan relatif) maupun kecamatan lainnya
unggulan di Kabupaten Bandung, dihasilkan
didominasi oleh unit usaha jenis warung/
beberapa kesimpulan dan data yang dapat
klontongan dan bengkel.
menggambarkan kondisi perekonomian di
Kabupaten Bandung sebagai bahan Dari gambaran di atas maka pada kajian
penyusunan perencanaan perekonomian di ini akan dianalisis keterkaitan antara
masa depan. Berdasarkan PDRB per sektor di sumber-sumber produksi dan distribusi dari
Kabupaten Bandung pada tahun 2016 sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan,
terdapat 3 sektor yang memiliki share nilai sektor industri pengolahan dan perdagangan
PDRB tertinggi, baik secara total maupun besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda
rata-rata share sektor dari masing-masing motor terhadap aspek spasialnya sehingga
kecamatan, terdapat tiga sektor yang terlihat hubungan dari masing-masing
memiliki share diatas rata-rata, yaitu industri wilayah yang memiliki potensi dari masing-
pengolahan (sektor C), perdagangan besar masing sektor. Arah dari masterplan ini
dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor diharapkan dapat menggambarkan
(sektor G), serta sektor pertanian, kehutanan, pendekatan kebijakan yang sesuai pada
dan perikanan (sektor A). sektor ekonomi terhadap potensi,
permasalahan, kondisi geografis dan
Spesialisasi relatif pada sektor A
dukungan dari sarana dan prasarana/
menghasilkan 5 kecamatan yang juga
infrastruktur kewilayahannya.
termasuk di antara 7 kecamatan yang
memiliki spesialisasi absolut. Kecamatan
Ciparay, Kertasari, Ciwidey, Rancabali, dan
Cimaung. Hanya dua kecamatan yang unggul
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran
dari segi produktivitas dan kontribusi lahan Maksud diselenggarakan Kegiatan
yaitu Kecamatan Cimaung yang unggul pada Masterplan Perekonomian Kabupaten
komoditas padi, jagung, ubi kayu, dan kacang Bandung ini adalah menyusun arah
kedelai dan Kecamatan Ciparay yang unggul perencanaan sektor perekonomian dan
di komoditas jagung. Sementara itu, dilengkapi dengan kebijakan kewilayahnnya
komoditas lainnya didominasi kecamatan sebagai pedoman pemerintah daerah dalam
yang tidak memiliki keunggulan absolut dan menentukan kebijakan di sektor
relatif. perekonomian.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 2
Pendahuluan

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini yaitu 2. Substansi Masterplan


untuk menyusun Masterplan Perekonomian
Pekerjaan ini memiliki fokus pada kajian
Kabupaten Bandung. Sedangkan sasaran
perekonomian, terutama berkaitan dengan
yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah:
kinerja wilayah secara makro yang
1. Terpetakannya pengelompokan/ ditunjukkan oleh nilai Produk Domestik
clustering kewilayahan berdasarkan Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan
potensinya dalam bentuk spasial; usaha atau sektor ekonomi, yang meliputi 14
2. Tersusunnya analisis peluang dan sektor ekonomi). Secara khusus, kegiatan ini
permasalahan pengembangan sektor juga menentukan sektor ekonomi unggulan
ekonomi unggulan di Kabupaten Kabupaten Bandung sebagai prioritas dalam
Bandung; serta, kerangka perencanaan masterplan.
3. Terumuskannya arah dan kebijakan bagi
Dengan demikian, lingkup substansi
sektor perekonomian di Kab. Bandung.
pekerjaan ini meliputi survei lapangan dan
instansi, analisis potensi dan permasalahan
setiap sektor ekonomi unggulan, serta
1.3 Ruang Lingkup perumusan rencana dan arah kebijakan
Penjelasan ruang lingkup terdiri atas ruang pengembangan, yang dibahas pada lingkup
lingkup wilayah, ruang lingkup materi dan Kabupaten dengan fokus pada
ruang lingkup waktu. pengembangan sektor ekonomi unggulan
(lihat subbab metodologi, untuk penjelasan
1. Wilayah Perencanaan mengenai lingkup kegiatan teknis dari
Wilayah studi dalam pekerjaan ini mencakup pengumpulan data, analisis aspek kajian yang
seluruh wilayah Kabupaten Bandung yang dilakukan, serta perumusan konsep
terdiri atas 31 kecamatan. perencanaan masterplan).

Gambar 1.1 Peta administrasi wilayah studi Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 3
Pendahuluan

3. Waktu Pelaksanaan Bandung yang menghasilkan temuan


mengenai sektor ekonomi unggulan di
Penyusunan masterplan perekonomian
Kabupaten Bandung. Kajian pendahulu
Kabupaten Bandung ini direncanakan
tersebut kemudian dipadukan dengan
dilaksanakan selama 3 bulan terhitung sejak
perspektif keilmuan perencanaan wilayah
bulan Februari hingga April tahun 2021.
dan kota untuk memberikan gambaran
Sedangkan perumusan konsep perencanaan
secara spasial mengenai sektor ekonomi
masterplan dirumuskan pada kerangka
unggulan serta data terkini untuk
waktu 5 (lima) tahun dengan pertimbangan
memberikan kebaruan terhadap hasil kajian.
situasi VUCA (volatility, uncertainty,
Hasil yang diharapkan adalah pemetaan
complexity, dan ambiguity) serta major forces
potensi sektor unggulan.
seperti COVID-19 yang mengakibatkan
perubahan dan kemajuan terjadi dengan Analisis potensi yang dihasilkan pada
sangat cepat dan masif. Selain itu, rentang tahap pertama kemudian dipadukan dengan
waktu 5 (lima) tahun juga memiliki kesamaan tinjauan kebijakan dan analisis yang
dengan rentang waktu pelaksanaan RPJMD, berkaitan dengan sektor ekonomi dari data
yang saat ini sedang disusun oleh Pemerintah sekunder untuk mendapatkan temuan awal
Kabupaten Bandung, sehingga dirasa relevan mengenai peluang dan permasalahan
untuk dapat menerjemahkan konsep, serta pengembangan. Survey, khususnya
memersiapkan untuk evaluasi dan tindak pengumpulan data primer melalui
lanjut dari perencanaan (lihat bagian wawancara, difokuskan pada Dinas atau
Metodologi, untuk penjelasan mengenai instansi yang berkaitan dengan
rencana pelaksanaan pekerjaan yang pengembangan sektor ekonomi unggulan,
meliputi tahap kegiatan, waktu, serta bentuk serta focus group discussion (FGD), yang
pelaporan pekerjaan. dilaksanakan untuk mengonfirmasi dan
menyempurnakan hasil analisis peluang dan
permasalahan. Hasil analisis inilah yang
1.4 Alur Pikir kemudian akan digunakan sebagai dasar
Alur pikir pekerjaan ini diawali dengan hasil dalam perumusan roadmap dan arah
kajian pendahulu yaitu mengenai gambaran kebijakan perencanaan masterplan
kondisi perekonomian di Kabupaten perekonomian.

Gambar 1.2 Alur pikir penyusunan masterplan

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 4
Pendahuluan

1.5 Metodologi Penyusunan ekonomi sebagai kondisi akhir, serta


Masterplan permasalahan yang dihadapi sektor
ekonomi dalam kebutuhan
Metodologi penyusunan masterplan terdiri pengembangan. Data yang diperlukan
atas tahapan kegiatan, metode pengumpulan
pada tahap ini adalah hasil temuan awal
data, dan analisis data.
pada tahap sebelumnya, data primer
1. Tahapan Kegiatan yang bersumber dari wawancara dan
FGD, serta data sekunder pelengkap
Pelaksanaan penyusunan masterplan lainnya, terutama untuk sektor
perekonomian Kabupaten Bandung ini pertanian, industri, perdagangan dan
dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan kegiatan pariwisata. Kegiatan yang dilaksanakan
yaitu: pada tahap ini diantaranya:
1) Tahap persiapan dan penyempurnaan
 Pemetaan potensi sektor ekonomi
temuan awal
unggulan, dan analisis untuk
Tahap pertama ini berlangsung pada mengetahui hubungan spasial dari
bulan pertama pelaksanaan pekerjaan. sektor ekonomi;
Tahap ini bertujuan untuk  Identifikasi peluang pengembangan
menyempurnakan kajian pendahulu sektor ekonomi unggulan;
sebagai temuan awal dalam penyusunan  Identifikasi permasalahan
masterplan. Data yang diperlukan pada pengembangan sektor ekonomi
tahap ini meliputi data sekunder terkait unggulan;
kebijakan perencanaan pembangunan,  Analisis kebutuhan pengembangan
dokumen kajian yang berkaitan dengan sektor ekonomi unggulan;
sektor perekonomian, serta data  Wawancara dinas terkait untuk
Kabupaten Bandung dalam angka. mengkonfirmasi dan memerkaya
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap temuan mengenai hasil kajian awal
ini diantaranya: potensi dan permasalahan sektor
 Inisiasi: koordinasi dengan ekonomi unggulan;
pelaksana pekerjaan, penyamaan  Pelaksanaan FGD.
persepsi mengenai maksud dan 3) Tahap perumusan konsep masterplan
tujuan pekerjaan, serta optimalisasi
Tahap ini berlangsung pada bulan ketiga,
rencana pelaksanaan pekerjaan;
atau bulan terakhir dari pelaksanaan
 Penyempuraan kajian pendahulu:
pekerjaan. Tahap ini bertujuan untuk
menambahkan perspektif
merumuskan konsep pengembangan,
perencanaan wilayah dan kota,
roadmap, strategi pergerakan, dan arah
memperbarui data terutama data
kebijakan masterplan perekonomian.
sekunder;
Data yang diperlukan adalah hasil
 Kajian kebijakan: tinjauan kebijakan
analisis pada tahapan sebelumnya
perencanaan pembangunan,
berupa pemetaan potensi, peluang dan
penataan ruang, serta hasil kajian
permasalahan, serta kebutuhan
lainnya baik pada tingkat nasional,
pengembangan sektor ekonomi.
regional, lokal, maupun sektoral.
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu:
2) Tahap identifikasi dan analisis
 Perumusan konsep roadmap
Tahap ini berlangsung pada bulan kedua pengembangan;
pelaksanaan pekerjaan. Tahap ini  Perumusan tujuan dan sasaran
bertujuan untuk mengidentifikasi pengembangan sektor ekonomi;
potensi sektor ekonomi sebagai kondisi  Perumusan strategi dan arah
awal, dan peluang pengembagnan sektor kebijakan.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 5
Pendahuluan

Tabel 1.1 Jadwal pelaksanaan penyusunan masterplan perekonomian Kabupaten Bandung

Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3


No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Tahap persiapan dan penyempurnaan x x x x
kajian pendahulu
1. Inisiasi: penyamaan x
persepsi
2. Penyempurnaan kajian pendahulu x x
3. Kajian tinjauan kebijakan x x
II Tahap identifikasi dan analisis x x x x
1. Pemetaan potensi sektor ekonomi x x
unggulan dan keterkaitan spasial
2. Identifikasi peluang pengembangan x x
sektor ekonomi unggulan
3. Identifikasi permasalahan x x
pengembangan sektor ekonomi
unggulan
4. Analisis kebutuhan pengembangan x x
sektor ekonomi unggulan
5. Wawancara dinas terkait untuk x x x x
konfirmasi dan pengayaan hasil
kajian awal
6. Pelaksanaan FGD* x x
III Tahap perumusan konsep dan x x x x
masterplan
1. Perumusan konsep pengembangan x x
2. Perumusan tujuan dan sasaran x x
3. Perumusan strategi dan kebijakan x x
IV Pelaporan pekerjaan
1. Laporan Pendahuluan x
2. Laporan Bulanan x x x
3. Laporan Akhir x
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

2. Pengumpulan Data dilakukan adalah wawancara dan focus


group discussion (FGD). Sedangkan
Pengumpulan data yang dilakukan pada
teknik yang lainnya tidak dilakukan
pekerjaan ini terdiri atas pengumpulan data
karena keterbatasan akibat pandemi
primer dan data sekunder, dengan penjelasan
COVID-19.
sebagai berikut:
Wawancara dilakukan kepada
1) Pengumpulan data primer
beberapa narasumber yang memiliki
Pengumpulan data primer dilakukan kompetensi atau ahli untuk menjelaskan
dengan mengunjungi wilayah informasi yang ingin diperoleh, dalam
perencanaan secara langsung dan hal ini yang berkaitan dengan
mengumpulkan data yang belum pengembangan perekonomian di
diperoleh sesuai dengan kebutuhan data, Kabupaten Bandung. Wawancara
terutama yang belum terakomodasi oleh dilakukan dengan mendalam (in-depth
data sekunder. Pada pekerjaan ini, interview), dengan mengacu pada
teknik pengumpulan data primer yang pedoman wawancara yang berisi

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 6
Pendahuluan

pertanyaan yang telah disiapkan Pada pekerjaan ini telah dilakukan


sebelumnya dan dapat berkembang wawancara pada beberapa aktor kunci.
sesuai dengan kepentingan yang diwaliki Tidak semua target aktor kunci dapat
oleh narasumber atau aktor kunci, diwawancara, dikarenakan keterbatasan
sehingga wawancara juga bersifat semi akses terhadap aktor kunci akibat
terstruktur. Pada pekerjaan ini pandemi COVID-19, beberapa jadwal
wawancara difokuskan pada instansi wawancara terpaksa harus dibatalkan
pemerintah yang berada di Kabupaten karena beberapa kantor harus
Bandung. Beberapa dinas yang menjadi melaksanakan Work from Home (WfH).
tujuan wawancara diantaranya: Dinas Meski demikian, terdapat 5 aktor kunci
Pertanian, Dinas Perdagangan dan yang berhasil diwawancara, dan
Perindustrian, Dinas Pariwisata dan dianggap cukup mewakili kepentingan
Kebudayaan, serta Dinas Koperasi dan dari masing-masing sektor ekonomi
Usaha Kecil dan Menengah. yang menjadi unit analisis.

Tabel 1.2 Aktor kunci yang diwawancara

No. Tanggal Instansi Aktor Kunci


Wawancara
1 18 Maret 2021 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepala Dinas
Kabupaten Bandung
2 15 Maret 2021 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kepala Seksi
Kabupaten Bandung
3 16 Maret 2021 Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Kepala Bidang Sarana
Prasarana
4 17 Maret 2021 Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kepala Seksi Pasca
Kabupaten Bandung Panen
5 16 Maret 2021 Paguyuban Pengusaha Kecil Menengah Ketua Paguyuban
Kabupaten Bandung

Sumber: Hasil survey, 2021

Gambar 1.3 Proses wawancara dengan aktor kunci

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 7
Pendahuluan

Gambar 1.3 Proses wawancara dengan aktor kunci

Sumber: Hasil survei, 2021

2) Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data dengan kajian


literatur ini dapat bersumber dari
Pengumpulan data melalui survei
buku, jurnal penelitian, artikel dan
sekunder dilakukan dengan
dokumen resmi pemerintah yang
mengumpulkan data dan informasi dari
dapat diakses secara terbuka,
dokumen-dokumen resmi yang
dengan rincian sebagai berikut:
diperoleh dari berbagai lembaga.
Pengumpulan data sekunder pada  Literatur terdiri dari jurnal
dasarnya dilakukan sepanjang pekerjaan penelitian, buku dan
berlangsung. Beberapa data sekunder pengetahuan populer yang
yang diperlukan meliputi kajian berkaitan dengan konsep
literatur, data statistik publikasi resmi pengembangan perekonomian;
Badan Pusat Statistik, dokumen  Dokumen kebijakan terdiri dari
kebijkaan dan dokumen rencana rencana pembangunan,
pembangunan, serta hasil kajian atau rencana tata ruang, serta kajian
studi yang berkaitan dengan lainnya;
pengembangan sektor ekonomi  Data statistik terutama
unggulan, pertanian, industri, dokumen Kabupaten Bandung
perdagangan dan pariwista di Dalam Angka Tahun 2010-
Kabupaten Bandung. Teknik 2020.
pengumpulan data dilakukan dengan
b. Survey instansi, bertujuan untuk
penelusuran dari internet serta survei
mendapatkan data yang tidak
instansi:
dipublikasikan di internet atau yang
a. Penelusuran internet, pertama memiliki batasan dalam
dilakukan untuk kajian literatur mengaksesnya, serta untuk
atau telaah dokumen guna menambah atau memperbaiki
mendapatkan teori atau konsep- keakuratan data yang diperoleh
konsep yang relevan, peraturan dalam pengumpulan data awal.
perundangan serta rencana Instansi yang menjadi tujuan adalah
pembangunan yang terkait dengan instansi yang juga dilakukan survey
pengembangan perekonomian. primer. Data yang diperlukan pada

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 8
Pendahuluan

survey instansi meliputi data terhadap dokumen kebijakan, kemudian


statistik, potensi, peluang dan dilengkapi dengan analisis skoring atau
permasalahan yang berkaitan analisis skalogram. Analisis terhadap
dengan wewenang instansi yang hasil wawancara juga dilakukan untuk
bersangkutan. mengkonfirmasi hasil analisis awal.
Data yang diperoleh dari hasil Tahap akhir dari analisis ini adalah
pengumpulan data sekunder yang pemetaan potensi dan keterkaitan antar
berlangsung bersamaan dengan sektor ekonomi. Analisis yang dilakukan
pengumpulan data primer adalah analisis deskriptif untuk
diantaranya: menyusun indikasi lokasi atau sebaran
potensi ekonomi, serta analisis spasial
 Data produksi pertanian yang
dengan menggunakan Moran’s Index
terdiri dari komoditas tanaman
untuk menampilkan melalui peta dan
pangan, hortikultura, per-
melihat keterkaitan antar potensi sektor
kebunan, buah-buahan tahun
ekonomi unggulan.
2019-2020;
 Data produksi perikanan yang 2) Analisis peluang dan permasalahan
terdiri dari pembenihan dan sektor ekonomi unggulan
pembesaran tahun 2019-2020; Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
 Data kunjungan wisata pada peluang pengembangan sektor ekonomi
168 daya tarik wisata yang unggulan dan permasalahan yang
tercatat, serta data hasil kajian dihadapi masing-masing sektor ekonomi
penyusunan Desa Wisata. unggulan. Analisis yang dilakukan
adalah analisis deskripsi kualitatif.
3. Analisis Data
Hasilnya kemudian dipetakan dalam
Secara umum terdapat 3 (tiga) unit analisis kerangka SWOT untuk merumuskan
utama yang dilakukan, yaitu analisis potensi kebutuhan pengembangan di masa
sektor ekonomi unggulan, analisis peluang depan dan tantangan yang dihadapi
dan permasalahan sektor ekonomi unggulan, sebagai masukan dalam penyusunan
serta analisis perumusan roadmap dan arah roadmap dan arah kebijakan.
kebijakan.
3) Analisis perumusan roadmap dan arah
1) Analisis potensi sektor ekonomi kebijakan
unggulan
Analisis perumusan roadmap dan arah
Analisis ini diawali dengan kebijakan dilakukan dengan teknik
penyempurnaan hasil kajian pendahulu deskriptif kualitatif. Roadmap disusun
dengan menambahkan perspektif dalam kerangka 5 tahun dengan
ekonomi wilayah berdasarkan keilmuan pendekatan 3 tahap (yaitu pre-adopsi
perencanaan wilayah dan kota. Analisis selama 1 tahun, adopsi selama 3 tahun,
yang dilakukan adalah analisis tipologi dan pasca adopsi selama 1 tahun).
Klassen dengan melakukan Konsep pengembangan pada roadmap
perbandingan kinerja sektor ekonomi disusun dengan memertimbangkan
Kabupaten Bandung dengan Provinsi sinkronisasi dasar hukum dan arah
Jawa Barat. kebijakan dari dokumen sebelumnya.
Setelah itu, analisis dilanjutkan Muatan dari roadmap setidaknya terdiri
dengan penentuan sektor dan subsektor dari tujuan dan sasaran pengembangan,
ekonomi unggulan. Analisis yang yang diturunkan menjadi strategi dan
dilakukan adalah content analysis arah kebijakan.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 9
Pendahuluan

Gambar 1.4 Kerangka analisis penyusunan masterplan

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 10
Daya Saing dan Inovasi

2. Konsep Daya Saing dan


Simpul Inovasi

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 11
Daya Saing dan Inovasi

2.1 Konsep Daya Saing Daerah dan berkelanjutan, lebih umumnya adalah
kemampuan (regions) untuk menciptakan
Konsep daya saing mulai berkembang setelah
pendapatan dan kesempatan kerja yang
Porter (1990) mengemukakan konsep daya
relatif tinggi sementara terekspos pada daya
saing nasional yaitu “luaran dari kemampuan
saing eksternal.
suatu Negara untuk berinovasi dalam rangka
mencapai, atau memertahankan posisi yang Sedangkan Bank Indonesia mendefinisi-
menguntungkan dibandingkan dengan kan daya saing daerah sebagai kemampuan
Negara lain dalam sejumlah sektor-sektor perekonomian daerah dalam mencapai
kuncinya”. tingkat kesejahteraan yang tinggi dan
berkelanjutan dengan tetap terbuka pada
Secara eksplisit, Porter (1990)
persaingan domestik dan internasional.
menyatakan bahwa konsep daya saing yang
diterapkan pada level nasional adalah Konsep daya saing umumnya dikaitkan
“produktivitas” yang didefinisikan sebagai dengan konsep comparative advantage, yakni
nilai output yang dihasilkan oleh tenaga dimilikinya unsur-unsur penunjang proses
kerja. Hal tersebut senada dengan yang produksi yang memungkinkan satu negara
disampaikan oleh Bank Dunia yang menarik investor untuk melakukan investasi
menyebutkan bahwa “daya saing mengacu ke negaranya, alih-alih ke negara lain.
kepada besaran serta laju perubahan nilai Konotasi advantage di sini adalah situasi
tambah per unit yang dicapai oleh yang memungkinkan pemodal menuai
perusahaan”. Meski demikian, konsep daya keuntungan semaksimal mungkin.
saing tidak secara sempit mencakup tingkat
Misalnya dengan menyediakan lahan
efisiensi suatu perusahaan, melainkan aspek
murah, upah buruh murah, dan suplai bahan
yang lebih luas yang berada di luar
mentah produksi yang terjamin kontinyuitas-
perusahaan, mulai dari skala perusahaan,
nya dengan harga yang lebih murah daripada
wilayah maupun nasional.
harga yang ditawarkan oleh negara lain.
World Economic Forum (WEF), suatu Artinya, kekuatan modal dan keunggulan
lembaga yang secara rutin menerbitkan teknologi menjadi kunci penentu
laporan “Global Competitiveness Report” peningkatan daya saing (penjualan produk)
mendefinisikan daya saing nasional sebagai satu negara. Argumen mengapa daerah
kemampuan perekonomian nasional untuk maupun negara saling berkompetisi (Martin
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan Tyler, 2003):
dan berkelanjutan.
 untuk investasi, melalui kemampuan
Definisi lain oleh Institute for daerah untuk menarik masuknya modal
Management Development (IMD) asing, swasta dan modal publik;
mendefinisikan daya saing nasional sebagai  untuk tenaga kerja, dengan
kemampuan suatu negara dalam kemampuan untuk menarik masuknya
menciptakan nilai tambah dalam rangka tenaga kerja yang terampil,
menambah kekayaan nasional dengan cara enterpreneur dan tenaga kerja yang
mengelola aset dan proses, daya tarik dan kreatif, dengan cara menyediakan
agresivitas, globality dan proximity, serta lingkungan yang kondusif dan pasar
model ekonomi dan sosial. tenaga kerja domestik;
 untuk teknologi, melalui kemampuan
Kemudian European Commission (EC)
daerah untuk menarik aktivitas inovasi
mendefinisikan daya saing sebagai
dan transfer ilmu pengetahuan dan
kemampuan untuk memproduksi barang dan
teknologi.
jasa sesuai dengan kebutuhan pasar
internasional, diiringi dengan kemampuan Lebih lanjut, Gardiner, Martin dan Tyler
mempertahankan pendapatan yang tinggi (2004) merumuskan konsep daya saing

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 12
Daya Saing dan Inovasi

daerah dalam sebuah model piramida yang Pada dasar piramida diidentifikasi
menjelaskan bahwa puncak piramida adalah faktor-faktor yang menjadi sumber dari
kualitas hidup atau standar kehidupan, munculnya daya saing daerah diantaranyai:
sedangkan PDRB menjadi indikator struktur ekonomi, aktivitas inovasi,
munculnya daya saing wilayah. aksesibilitas regional, kemampuan tenaga
kerja, lingkungan, pusat pengambilan
Peningkatan daya saing wilayah juga
keputusan, struktur sosial, dan budaya
dipengaruhi produktivitas tenaga kerja dan
regional. Kerangka ini merupakan sebuah
tingkat pengangguran, yang keduanya
model yang dapat dijadikan tinjauan dalam
merupakan dampak dari pelbagai sumber
merumuskan faktor-faktor yang perlu
seperti penelitian dan pengembangan
diperhatikan serta arah kebijakan dan
teknologi, pengembangan UMKM, investasi,
strategi pengembangan ekonomi regional
infrastruktur dan kualitas SDM, serta institusi
yang berdaya saing.
dan modal sosial.

Gambar 2.1 Model piramida daya saing daerah

Sumber: Gardiner, Martin dan Tyler (2004)

Beberapa sumber lain (Bank Indonesia infrastruktur (BI & Unpad, WEF, IMD, EC,
dan Universitas Padjadjaran, 2008; World kualitas sumber daya manusia dan
Economic Forum, 2012; Institute of pendidikan (BI & Unpad, EC), informasi dan
Management Development, 2002; European teknologi (BI & Unpad, WEF, EC), sistem
Comission, 1999), menyebutkan bahwa faktor keuangan dan kemudahan berusaha (BI &
kunci pembentuk daya saing daerah adalah Unpad, WEF, IMD, EC), serta inovasi (WEF,
kondisi perekonomian di tingkat makro (BI & EC). Penekanan diberikan kepada inovasi
Unpad, WEF, IMD, EC dan mikro (BI & karena di era modern ini, daerah berlomba-
Unpad), kualitas institusi pemerintahan (BI & lomba untuk menawarkan kekhasan dari
Unpad, WEF, IMD, EC), ketersediaan daerah masing-masing.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 13
Daya Saing dan Inovasi

Tabel 2.1 Faktor kunci pembentuk daya saing daerah

BI dan Unpad WEF IMD EC


(2008) (2012) (2002) (1999)

1) Perekonomian 1) Institusi; 1) Kinerja 1) Institusi


daerah; 2) Infrastruktur; perekonomian; 2) Stabilitas
2) Keterbukaan; 3) Kondisi 2) Efisiensi makroekonomi;
3) Sistem makroekonomi; pemerintah; 3) Infrastruktur;
keuangan; 4) Pendidikan dasar 3) Efisiensi dunia 4) Kesehatan;
4) Infrastruktur dan kesehatan; usaha; 5) Pendidikan
dan sumber 5) Pendidikan tinggi 4) Infrastruktur. dasar;
daya alam; dan pelatihan; 6) Pendidikan tinggi
5) Ilmu 6) Efisiensi pasar dan pendidikan
pengetahuan barang; seumur hidup;
dan tekonologi; 7) Efisiensi pasar 7) Efisiensi pasar
6) Sumber daya tenaga kerja; tenaga kerja;
manusia; 8) Pembangunan 8) Luas pasar;
7) Institusi, tata pasar keuangan; 9) Ketersediaan
pemerintahan 9) Ketersediaan teknologi;
dan kebijakan teknologi; 10) Kemudahan
pemerintah; 10) Luas pasar; usaha;
8) Manajemen 11) Kemudahan 11) Inovasi.
ekonomi mikro. berusaha;
12) Inovasi.

Sumber: BI dan Unpad (2008); WEF (2012); IMD (2002); EC (1999)

2.2 Konsep Pengembangan usaha memiliki kemampuan rendah dalam


Ekosistem Simpul Inovasi hal keberlanjutan produksi, pemasaran,
manajemen usaha; Belum terbentuk integrasi
Konsep pengembangan ekosistem simpul
antara sektor industri, pertanian, pariwisata
inovasi ini merupakan rancangan
dan sektor lainnya; Datasabe ketersediaan,
pengembangan wilayah berbasis ekonomi
distribusi, harga, kebutuhan konsumen
yang dikembangkan oleh Bappeda belum tersedia, sehingga perlu diperkuat
Kabupaten Bandung (Wardhana, 2021).
manajemen database; Penguatan asosiasi-
Konsep ini dilatarbelakangi oleh tingginya
asosiasi yang terkait dengan ekonomi sudah
potensi pelaku ekonomi di Kabupaten terbentuk, namun belum terkoordinasi
Bandung seperti petani, pelaku usaha mikro
dengan baik; Belum terbangunnya costumer
dan kecil, pelaku pariwisata, komunitas
relationships (branding) produk-produk
ekonomi, pelaku ekonomi kreatif, dan Badan
pelaku usaha mikro dan kecil dan kualitasnya
Usaha Milik Desa, tetapi rantai pasok dari
belum stabil: packing, packaging, inventory;
pelaku ekonomi tersebut masih terputus dan Kapasitas produksi pelaku usaha kecil dan
tersegmentasi sehingga ada pembatasan
mikro relatif masih rendah, sehingga sulit
komunikasi antara berbagai pelaku usaha.
untuk berkelanjutan; Tukar infomasi dan
Beberapa permasalahan lain yang pengetahuan di antara para pelaku belum
melatarbelakangi penyusunan konsep ini terbentuk, sehingga aliran informasi tidak
yaitu: rantai pasok dan rantai nilai produk merata; Pendampingan pelaku usaha mikro
sangat terikat (forward-backward), namun dan kecil belum terbangun; Belum
belum terbentuk koordinasi; Komunikasi optimalnya pemanfaatan hasil penelitian
tidak merata antara manajemen kelompok pada Perguruan Tinggi dan Lembaga
usaha dan anggota kelompok, cenderung Penelitian untuk peningkatan skala ekonomi
didominasi oleh pengurus; Mayoritas pelaku pelaku mikro dan kecil.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 14
Daya Saing dan Inovasi

Inovasi “Pengembangan Ekosistem karena berbatasan dengan kota Bandung


Simpul Inovasi” merupakan salah satu sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat, juga
strategi untuk menanggulangi permasalahan memiliki karakteristik ekonomi perkotaan
pembangunan ekonomi seperti yang dan perdesaan.
dititikberatkan pada lemahnya soft-ware dan
brain-ware bisnis pelaku usaha mikro dan Dari sisi ekonomi wilayah, pengembang-
kecil serta lemahnya komunikasi dan an simpul inovasi di Kabupaten Bandung
hubungan kerja/kerja sama bisnis antar merupakan pusat layanan inovasi kluster
Lembaga pemerintahan, dunia usaha, ekonomi dalam memperluas pelaku usaha
perguruan tinggi/lembaga penelitian, dengan peluang dalam peningkatan kualitas
Lembaga keuangan, dan komunitas ekonomi dan produktivitas serta mendorong orientasi
serta belum terbangunnya manajemen satu kewirausahaan pelaku usaha yang dikelola
data pembangunan ekonomi yang dapat oleh komunitas pelaku ekonomi bersama-
digunakan oleh seluruh pelaku ekonomi. sama pemerintah, perguruan tinggi/lembaga
penelitian, sektor usaha dan lembaga lainnya
Simpul inovasi (innovation hub) yang terlibat dan penunjang.
merupakan sarana untuk mengorkestrasi-
kan sumber daya ekonomi, serta sebagai Tujuan pengembangan ekosistem
elemen penting pada tahapan perencanaan simpul inovasi ini adalah (1) meng-
maupun pelaksanaan pembangunan orkestrasikan seluruh sumber daya
ekonomi wilayah karena sebagai wadah perekonomian yang dimiliki di Kabupaten
penciptaan inovasi yang dapat Bandung; dan (2) meningkatkan partisipasi,
mengintegrasikan aktivitas ekonomi di kolaborasi, serta knowledge sharing antar
pedesaan dan perkotaan, selain elemen para pelaku ekonomi dalam peningkatan
simpul pangan. Kabupaten Bandung memiliki skala ekonomi dan pemberdayaan
kekhasan karakteristik wilayah, selain masyarakat.

Gambar 2.2 Ekosistem pembangunan ekonomi wilayah Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, Wardhana (2021)

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 15
Daya Saing dan Inovasi

3. Tinjauan Rencana dan


Kebijakan Perekonomian

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 16
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

3.1 Tinjauan Kebijakan Nasional pembangunan jangka menengah 2020-2024


adalah mewujudkan masyarakat Indonesia
Tinjauan kebijakan pada tingkat nasional
yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
meliputi Rencana Pembangunan Jangka
percepatan pembangunan di berbagai bidang
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025,
dengan menekankan terbangunnya struktur
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
perekonomian yang kokoh berlandaskan
Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024,
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
yang didukung oleh sumber daya manusia
(RTRWN) tahun 2008-2028, Rencana Induk
yang berkualitas dan berdaya saing.
Pengembangan Ekonomi Kreatif (Rindekraf)
Nasional Tahun 2018-2025, serta Masterplan RPJMN Tahun 2020-2024 tertuang
Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) Tahun dalam Peraturan Presiden Republik
2019-2024. Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang
RPJMN. Visi Presiden 2020-2024 yaitu:
1. RPJPN Tahun 2005-2025 “Terwujudnya Indonesia Maju yang
RPJPN Tahun 2005-2025 tertuang dalam Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Berlandaskan Gotong Royong”. RPJMN
17 Tahun 2007 tentang RPJPN. Di dalam 2020-2024 merupakan titik tolak untuk
RPJPN, tercantum visi pembangunan mencapai sasaran Visi Indonesia 2045 yaitu
nasional tahun 2005-2025 yaitu “Indonesia Indonesia Maju. Untuk itu, penguatan proses
yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. transformasi ekonomi dalam rangka
Dalam mewujudkan visi pembangunan mencapai tujuan pembangunan tahun 2045
nasional tersebut, ditempuh 8 (delapan) misi menjadi fokus utama dalam rangka
pembangunan, yang mana arahan pencapaian infrastruktur, kualitas sumber
pembangunan perekonomian nasional daya manusia, layanan publik, serta
dijelaskan sebagai salah satu bentuk kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
perwujudan dari misi “Mewujudkan bangsa Visi tersebut di dalam RPJMN 2020-2024
yang berdaya-saing”. diwujudkan dalam melalui misi “Struktur
Terwujudnya bangsa yang berdaya saing Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan
untuk mencapai masyarakat yang lebih Berdaya Saing”. Selain itu, Presiden juga
makmur dan sejahtera, khususnya dalam menetapkan Arahan Presiden untuk
perspektif sektor ekonomi ditunjukkan pembangunan ekonomi yaitu dengan
dengan: (1) Tercapainya pertumbuhan melalukan transformasi ekonomi dari
ekonomi nasional yang berkualitas dan ketergantungan SDA menjadi daya saing
berkesinambungan; serta, (2) Terbangunnya manufaktur dan jasa modern yang
struktur perekonomian yang kokoh mempunyai nilai tambah tinggi bagi
berlandaskan keunggulan kompetitif di kemakmuran bangsa demi keadilan sosial
berbagai wilayah Indonesia. Lebih lanjut, bagi seluruh rakyat Indonesia.
untuk memperkuat daya saing bangsa yang Terdapat 7 agenda utama dalam RPJMN
dimaksud tersebut, pembangunan ekonomi 2020-2024, salah satunya yang berkaitan
nasional dalam jangka panjang diarahkan dengan sektor ekonomi yaitu: “Memperkuat
untuk “Memperkuat Perekonomian Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan
Domestik dengan Orientasi dan Berdaya yang Berkualitas dan Berkeadilan”.
Saing Global”. Peningkatan inovasi dan kualitas Investasi
merupakan modal utama untuk mendorong
2. RPJMN Tahun 2020-2024
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,
RPJMN tahun 2020-2024 merupakan tahap berkelanjutan dan mensejahterakan secara
keempat dan terakhir dalam kerangka adil dan merata. Pembangunan ekonomi akan
pentahapan pembangunan RPJPN 2005- dipacu untuk tumbuh lebih tinggi, inklusif
2025. Sesuai arahan RPJPN, sasaran dan berdaya saing melalui:

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 17
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

1) Pengelolaan sumber daya ekonomi yang 2) Kawasan Andalan Cekungan


mencakup pemenuhan pangan dan Bandung. Kawasan Andalan adalah
pertanian serta pengelolaan bagian dari kawasan budi daya, dalam
kemaritiman, kelautan dan perikanan, hal ini yang terletak di ruang darat, yang
sumber daya air, sumber daya energi, pengembangannya diarahkan untuk
serta kehutanan; dan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi
2) Akselerasi peningkatan nilai tambah kawasan tersebut dan kawasan di
pertanian dan perikanan, kemaritiman, sekitarnya, dengan sektor unggulan
energi, industri, pariwisata, serta diantaranya:
ekonomi kreatif dan digital.
a. Industri: Rehabilitasi Kawasan
RPJMN 2020-2024 juga memuat arah Andalan untuk Industri Pengolahan;
pembangunan wilayah untuk wilayah Jawa- b. Pertanian: Pengembangan
Bali. Arahan pengembangan yang fokus pada Kawasan Andalan untuk Pertanian;
ekonomi yaitu pengembangan sektor c. Pariwisata: Pengembangan
unggulan, yang mana proyek prioritas yang Kawasan Andalan untuk Pariwisata;
akan dilaksanakan pada tahun 2020-2024, di d. Perkebunan: Pengembangan
Provinsi Jawa Barat, khususnya Kabuapten Kawasan Andalan untuk
Bandung antara lain: Perkebunan.

1) Pengembangan komoditas unggulan 3) Kawasan Strategis Nasional (KSN)


Provinsi Jawa Barat yaitu: lada, pala, Kawasan Perkotaan Cekungan
cengkeh, kopi, kelapa, tebu, emas, garam, Bandung, merupakan wilayah yang
dan perikanan tangkap dan budidaya; penataan ruangnya diprioritaskan
2) Pengembangan sentra produksi karena mempunyai pengaruh sangat
pertanian dan perkebunan yang tersebar penting secara nasional terhadap
Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional; kedaulatan negara, pertahanan dan
dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
3) Pertahanan peran sebagai lumbung budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
pangan nasional. wilayah yang ditetapkan sebagai
warisan dunia.
3. RTRWN Tahun 2008-2028
4. Rindekraf Tahun 2018-2025
RTRWN 2008-2028 diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Rencana Induk Ekonomi Kreatif (Rindekraf)
Tahun 2008 dan PP No. 13 Tahun 2017 Tahun 2018-2025 diatur dalam Peraturan
tentang Perubahan Terhadap RTRWN 2008- Presiden Republik Indonesia Nomor 142
2028. Kabupaten Bandung dalam arahan Tahun 2018, dengan Visi “Ekonomi Kreatif
RTRWN 2008-2028 memiliki beberapa sebagai penggerak utama pertumbuhan
fungsi antara lain: ekonomi nasional” dan misi
“Mengembangkan ekosistem Ekonomi
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kreatif yang dilaksanakan melalui
Kawasan Perkotaan Bandung Raya.
pemberdayaan kreativitas sumber daya
Kabupaten Bandung bersama dengan
dan pengembangan usaha Ekonomi
Kota Bandung, Kabupaten Bandung
Kreatif yang berdaya saing”. Pada tahun
Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten
2021, Rindekraf berada pada tahap II (2020-
Sumedang termasuk dalam Kawasan
2025) dengan arah kebijakan yaitu:
Perkotaan Bandung Raya yang
merupakan Pusat Kegiatan Nasional 1) Pemberdayaan Pelaku Ekonomi Kreatif:
(PKN) yang berfungsi untuk melayani 2) Pengembangan kota kreatif untuk
kegiatan skala internasional, nasional, menggali, memanfaatkan, menumbuh-
atau beberapa provinsi. kembangkan, mengelola, dan meng-

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 18
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

konservasi kreativitas serta penguatan rantai nilai halal yang terdiri atas
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan industri makanan dan minuman, pariwisata,
teknologi, seni, dan budaya untuk fesyen Muslim, media, rekreasi, industri
mengembangkan potensi lokal; farmasi dan kosmetika, dan industri energi
3) Peningkatan apresiasi masyarakat terbarukan; (2) penguatan keuangan syariah;
terhadap kreativitas dan hak kekayaan (3) penguatan usaha mikro, kecil dan
intelektual; menengah (UMKM); dan (4) penguatan
4) Penyediaan infrastruktur teknologi yang ekonomi digital.
memadai dan kompetitif untuk
Selain itu, ada enam strategi dasar yang
mendukung berkembangnya kreativitas;
menjadi ekosistem pendukung strategi
5) Pengembangan kelembagaan yang
utama yaitu: (1) penguatan regulasi dan tata
mendukung ekosistem kreativitas;
kelola, (2) pengembangan kapasitas riset dan
6) Peningkatan pembiayaan bagi usaha
pengembangan; (3) peningkatan kualitas dan
Ekonomi Kreatif;
kuantitas sumber daya manusia; dan (4)
7) Peningkatan perlindungan, pengem-
peningkatan kesadaran dan literasi publik.
bangan, dan pemanfaatan sumber daya
alam, dan warisan budaya sebagai bahan Dalam menjawab tantangan pengem-
baku bagi usaha Ekonomi Kreatif; bangan ekonomi syariah, implementasi
8) Peningkatan perlindungan dan strategi dituangkan dalam quick wins yang
pemanfaatan kekayaan intelektual; dibagi menjadi tiga tahapan utama. Pada
9) Penyediaan infrastruktur dan teknologi tahapan pertama, inisiatif diprioritaskan
yang memadai dan kompetitif bagi untuk meletakkan landasan penguatan aspek
pengembangan usaha Ekonomi Kreatif; hukum dan koordinasi. Selain itu, kampanye
10) Pengembangan standardisasi dan nasional gaya hidup halal dibutuhkan untuk
praktik usaha yang baik (best practice) meningkatkan literasi dan kesadaran
untuk usaha Ekonomi Kreatif dan karya mengonsumsi komoditas ramah Muslim.
kreatif;
Pada tahapan kedua, beberapa inisiatif
11) Peningkatan pemasaran dan promosi
harus dilakukan sebagai program utama,
karya kreatif di dalam dan di luar negeri;
antara lain: pembentukan dana halal
12) Penguatan iklim usaha yang kondusif
nasional. Fungsinya untuk memfasilitasi
bagi pengembangan usaha Ekonomi
pembiayaan industri halal. Lainnya adalah
Kreatif.
pendirian badan halal di tingkat regional
5. MEKSI Tahun 2019-2024 untuk penguatan industri halal dan aktivasi
Islamic Inclusive Financial Services Board
Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia
(IIFSB). Lembaga ini akan memposisikan
(MEKSI) memiliki visi mewujudkan
Indonesia sebagai referensi internasional
“Indonesia yang mandiri, makmur dan
dalam pengembangan dan tata kelola dana
madani dengan menjadi pusat ekonomi
sosial Islam.
syariah terkemuka dunia”. Terdapat empat
target capaian utama, yaitu: (1) peningkatan Selanjutnya, dalam tahapan ketiga, harus
skala usaha ekonomi dan keuangan syariah; ada kerja sama dengan luar negeri dalam
(2) peningkatan peringkat Global Islamic bentuk pendirian pusat halal internasional
Economy Index; (3) peningkatan kemandirian untuk mempercepat investasi luar negeri
ekonomi; dan (4) peningkatan indeks dalam industri halal dan harmonisasi standar
kesejahteraan masyarakat Indonesia. sertifikasi halal Indonesia di luar negeri.

Untuk mencapai visi tersebut, terdapat Strategi dimaksudkan untuk mewujud-


empat strategi utama yang menjadi acuan kan Indonesia yang mandiri, makmur dan
para pemangku kepentingan ekonomi madani dengan menjadi pusat ekonomi dan
syariah. Strategi tersebut adalah: (1) keuangan syariah terkemuka dunia.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 19
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

Gambar 3.1 Kerangka masterplan ekonomi syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024

Sumber: Bappenas, 2019

3.2 Tinjauan Kebijakan Regional Iman dan Takwa, Provinsi Jawa Barat
Termaju di Indonesia”. Fokus sektor
Tinjauan kebijakan pada tingkat regional
ekonomi terdapat pada Misi Dua yaitu
meliputi Rencana Pembangunan Jangka
“Meningkatkan perekonomian yang
Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat
berdaya saing dan berbasis potensi
Tahun 2005-2025, Rencana Pembangunan
daerah”.
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Barat Tahun 2018-2023, Rencana Tata Arah kebijakan misi dua adalah: Arah
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
Tahun 2009-2029, Rencana Tata Ruang lebih tinggi harus berkelanjutan dan
(RTR) Kawasan Perkotaan Cekungan berkualitas. Pertumbuhan ekonomi harus
Bandung Tahun 2018-2037, serta Rencana dapat meningkatkan kemakmuran bagi
Induk Pengembangan (RENIP) Metropolitan seluruh masyarakat Jawa Barat secara adil
Bandung Raya. dan proporsional dengan didukung oleh iklim
usaha yang berdaya saing. Keberhasilan
1. RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun pencapaian visi pembangunan jangka
2005-2025 panjang ditentukan oleh kemampuan daerah
RPJPD Provinsi Jawa Barat 2005-2025 diatur untuk memanfaatkan potensi wilayah
dalam Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 9 melalui pengembangan kegiatan utama (core
Tahun 2008 dan perubahan pertama pada business) secara berkelanjutan.
Perda Nomor 24 Tahun 2010, serta Pembangunan ekonomi daerah Jawa Barat
perubahan kedua pada Perda Nomor 7 Tahun tahun 2005-2025 diarahkan pada
2019. Dalam RPJPD Jawa Barat 2005-2025, peningkatan nilai tambah segenap sumber
Visi Provinsi Jawa Barat adalah “Dengan daya ekonomi melalui pengembangan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 20
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

pertanian, bisnis kelautan, industri 3) Pengembangan kawasan klaster


manufaktur, jasa, dan pariwisata, yang pertanian, kehutanan, kelautan dan
ditunjang oleh pengembangan dunia usaha, perikanan;
investasi, infrastruktur wilayah dan 4) Mengembangkan unit pengelolaan hutan
keuangan daerah. rakyat lestari dan meningkatkan akses
pemanfaatan hutan melalui perhutanan
2. RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun
sosial;
2018-2023
5) Mengembangkan destinasi pariwisata
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2018- dan produk wisata serta meningkatkan
2023 merupakan RPJM Daerah Keempat, dari kualitas ekonomi kreatif;
lima tahap, dalam kerangka pentahapan 6) Peningkatan promosi pariwisata
RPJPD Provinsi Jawa Barat 2005-2025. RPJM berbasis digital;
Daerah keempat ini ditujukan untuk 7) Mengembangkan klaster industri,
mencapai kemandirian masyarakat Jawa kemitraan dan pemanfaatan teknologi;
Barat sehingga tingkat ketergantungan 8) Meningkatkan sistem dan jaringan
terhadap pihak eksternal dapat direduksi. distribusi barang, pengembangan pasar
Selain itu, pencapaian kemandirian juga dalam dan luar negeri, serta
dimaksudkan untuk meningkatkan kontri- perlindungan konsumen dan pasar
busi Jawa Barat terhadap pembangunan tradisional;
nasional. 9) Menciptakan iklim usaha yang berdaya
saing; serta,
RPJMD Jawa Barat 2018-2023 diatur
10) Meningkatkan kualitas kelembagaan,
dalam Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 8
dukungan pembiayaan usaha dan
Tahun 2019. Visi Provinsi Jawa Barat dalam
peningkatan akses pasar (Off Taker &
RPJMD adalah “Terwujudnya Jawa Barat
Promosi).
Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan
Kolaborasi”. Pengembangan sektor ekonomi Adanya pandemi COVID-19, yang masuk
diwujudkan dalam misi keempat yaitu: ke Indonesia sekitar bulan Maret 2020,
“Meningkatkan Produktivitas dan Daya memberikan dampak yang luas terhadap
Saing Usaha Ekonomi Umat yang kondisi masyarakat serta arah kebijakan
Sejahtera Dan Adil melalui Pemanfaatan pembangunan. Pemerintah Provinsi Jawa
Teknologi Digital dan Kolaborasi dengan Barat merespons dengan mengeluarkan
Pusat-Pusat Inovasi Serta Pelaku Rancangan Perubahan RPJMD 2018-2023
Pembangunan”. Penggunaan teknologi untuk pada tahun 2020.
optimalisasi proses dan menghubungkan
Perubahan ini berkaitan dengan
antar pelaku ekonomi secara cepat dapat
reformulasi target indikator pembangunan
mengatasi ketimpangan antar kawasan
yang diantaranya: Indeks Pembangunan
perdesaan dan perkotaan, juga dapat
Manusia (IPM) dan Laju Pertumbuhan
mengurangi angka pengangguran melalui
Ekonomi (LPP/PDRB) yang menurun; serta
terbukanya peluang kerja baru. Misi ini
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP),
memiliki arah kebijakan:
persentase penduduk miskin, tingkat
1) Meningkatkan ketersediaan, akses, pengangguran terbuka, dan gini ratio yang
distribusi, keamanan, dan penguatan meningkat. Meski demikian, arahan ke-
cadangan, serta konsumsi pangan yang bijakan yang berkaitan dengan pengem-
beragam; bangan sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat,
2) Revitalitasi lahan, dukungan khususnya yang memiliki hubungan dengan
infrastruktur, pemanfaatan ilmu pengembangan sektor ekonomi unggulan
pengetahuan dan teknologi, serta Kabupaten Bandung relatif tidak mengalami
pengembangan sumber daya manusia; perubahan.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 21
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

3. RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun yang terdiri atas Kawasan Perkotaan Inti dan
2009-2029 Kawasan Perkotaan di Sekitarnya yang
membentuk Kawasan Metropolitan. Dengan
RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
Kawasan Perkotaan inti yaitu Kota Bandung
diatur dalam Perda Provinsi Jawa Barat
dan Kota Cimahi.
Nomor 22 Tahun 2010. Meskipun pada
beberapa tahun terakhir, telah terdapat Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
pembahasan mengenai rancangan Cekungan Bandung bertujuan untuk
perubahan, tetapi belum ditetapkan sebagai mewujudkan Kawasan Perkotaan yang
Peraturan Daerah. Arah kebijakan dengan berkelas dunia sebagai pusat kebudayaan,
pengembangan sektor ekonomi, khususnya pusat pariwisata, serta pusat kegiatan jasa
yang berkaitan dengan Kabupaten Bandung dan ekonomi kreatif nasional, yang berbasis
terdapat pada arahan kebijakan kewilayahan, pendidikan tinggi dan industri berteknologi
yang membagi wilayah provinsi Jawa Barat tinggi yang berdaya saing dan ramah
ke dalam 6 (enam) Wilayah Pengembangan lingkungan.
(WP), Kabupaten Bandung termasuk ke
Kabupaten Bandung memiliki 8
dalam WP KK Cekungan Bandung. Sektor
(delapan) kawasan yang termasuk Pusat
unggulan yang dapat dikembangkan di WP
Kegiatan di Kawasan Perkotaan di
KK Cekungan Bandung meliputi pertanian,
Sekitarnya, yang ditetapkan sebagai
hortikultura, industri non-polutif, industri
penyeimbang perkembangan Kawasan
kreatif, perdagangan, jasa, pariwisata dan
Perkotaan Inti, yang terdiri dari:
perkebunan, dengan meningkatkan
manajemen pembangunan yang berkarakter 1) Kawasan Perkotaan Cipatat, dengan
lintas kabupaten/kota yang secara kolektif arahan pengembangan sebagai:
berbagi peran membangun dan a. Pusat perdagangan dan jasa skala
mempercepat perwujudan PKN Kawasan regional;
Perkotaan Bandung Raya. b. Pusat kegiatan industri;
c. Pusat pelayanan sistem angkutan
Fokus pengembangan Kabupaten
umum penumpang dan angkutan
Bandung dalam kerangka WP KK Cekungan
barang regional;
Bandung yaitu diarahkan sebagai bagian dari
d. Pusat kegiatan pertahanan dan
PKN, dengan kegiatan utama industri non-
keamanan negara;
polutif, dan non-ekstraktif atau tidak
e. Pusat kegiatan pertanian; dan,
mengganggu irigasi dan cadangan air serta
f. Pusat kegiatan pariwisata;
tidak mengakibatkan alih fungsi lahan pada
KP2B, agroindustri, wisata alam, tanaman 2) Kawasan Perkotaan Soreang-
pangan dan hortikultura, serta perkebunan. Kutawaringin-Katapang, sebagai:
Selain itu, dalam rencana kawasan budidaya, ii. Pusat perdagangan dan jasa skala
WP KK Cekungan Bandung juga diarahkan internasional, nasional dan
untuk mendorong pengembangan industri regional;
kreatif dan telematika. Sedangkan untuk iii. Pusat pelayanan olahraga skala
kegiatan pariwisata diarahkan untuk internasional, nasional, dan
pengembangan eko wisata dan wisata agro. regional;
iv. Pusat pelayanan kesehatan
4. RTR Kawasan Perkotaan
regional;
Cekungan Bandung 2018-2037
v. Pusat kegiatan industri;
RTR Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung vi. Pusat pelayanan sistem angkutan
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 45 umum penumpang dan angkutan
Tahun 2018. Kawasan Perkotaan Cekungan barang regional;
Bandung merupakan kawasan strategis vii. Pusat kegiatan pertahanan dan
nasional dari sudut kepentingan ekonomi keamanan negara;

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 22
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

viii. Pusat kegiatan pertanian; dan, vii. Pusat kegiatan pertanian; dan,
ix. Pusat kegiatan pariwisata. viii. Pusat kegiatan pariwisata;
3) Kawasan Perkotaan Margahayu- 8) Kawasan Perkotaan Banjaran, sebagai
Margaasih, sebagai: a. Pusat perdagangan dan jasa skala
a. Pusat perdagangan dan jasa; regional;
b. Pusat kegiatan industri; b. Pusat kegiatan industri;
c. Pusat kegiatan pertahanan dan c. Pusat pelayanan sistem angkutan
keamanan; dan, umum penumpang dan angkutan
d. Pusat kegiatan pariwisata. barang regional;
4) Kawasan Perkotaan Cileunyi-Rancaekek, d. Pusat kegiatan pertahanan dan
sebagai: keamanan negara;
a. Pusat perdagangan dan jasa; e. Pusat kegiatan pertanian; dan,
b. Pusat kegiatan industri; f. Pusat kegiatan pariwisata;
c. Pusat pelayanan sistem angkutan 5. RENIP Metropolitan Bandung
umum penumpang dan angkutan Raya Tahun 2015-2050
barang regional;
d. Pusat kegiatan pertanian; dan, Dokumen Rencana Indik Pengembangan
e. Pusat kegiatan pariwisata. (RENIP) Metropolitan Bandung Raya
merupakan hasil kajian Bappeda Provinsi
5) Kawasan Perkotaan Cicalengka, sebagai: Jawa Barat pada tahun 2016. Di dalam kajian
a. Pusat perdagangan dan jasa skala; ini, dirumuskan visi pengembangan Kawasan
b. Pusat kegiatan industri; Metropolitan Bandung Raya Tahun 2050
c. Pusat pelayanan sistem angkutan yaitu “Metropolitan Bandung Raya sebagai
umum penumpang dan angkutan Metropolitan Modern berbasis wisata
barang regional; perkotaan, industri kreatif, dan ilmu
d. Pusat kegiatan pertanian; dan, pengetahuan, teknologi, dan seni
e. Pusat kegiatan pariwisata; (IPTEKS)”. Visi ini diwujudkan melalui 4
6) Kawasan Perkotaan Majalaya-Ciparay, (empat) misi diantaranya:
sebagai:
1) Mewujudkan Metropolitan bandung Raya
a. Pusat perdagangan dan jasa skala
sebagai Metropolitan Modern;
regional;
b. Pusat pelayanan kesehatan Arah kebijakan sektor ekonomi pada
regional; misi ini adalah: pengembangan industri
c. Pusat kegiatan industri; kreatif sebagai basis industri utama;
d. Pusat pelayanan sistem angkutan pengembangan industri besar, kecil, dan
umum penumpang dan angkutan menengah yang ramah lingkungan;
barang regional; serta, penyusunan aturan pembatasam
e. Pusat kegiatan pertanian; dan, industri dengan tingkat polutan tinggi.
f. Pusat kegiatan pariwisata; 2) Meningkatkan sektor unggulan wisata
7) Kawasan Perkotaan Baleendah- perkotaan;
Dayeuhkolot-Bojongsoang, sebagai: Arah kebijakan sektor ekonomi pada
ii. Kawasan pendidikan tinggi; misi kedua ini adalah: pengembangan
iii. Pusat perdagangan dan jasa; wisata kreatif, edukatif, dan berwawasan
iv. Pusat kegiatan industri; lingkungan untuk meningkatkan lama
v. Pusat pelayanan sistem angkutan tinggal, pengeluaran wisatawan, dan
umum penumpang dan angkutan jumlah kunjungan di masa rendah
barang regional; kunjungan; pengembangan jalur wisata
vi. Pusat kegiatan pertahanan dan tematik yang menghubungkan wisata
keamanan negara; perkotaan dengan wisata budaya dan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 23
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

alam; serta, pengembangan riset pasar industri dan bila seluruh potensi sumber
secara berkesinambungan pada daya yang ada dimanfaatkan secara
kawasan-kawasan prioritas kabupaten/ maksimal dan berkelanjutan serta
kota di wilayah MBR. menumbuhkembangkan perekonomian yang
memiliki daya saing dengan berbasis sumber
3) Mewujudkan Metropolitan Bandung Raya
daya lokal melalui lembaga ekonomi
sebagai industri kreatif;
produktif (Koperasi, Bank Desa, BMT dan
Arah kebijakan sektor ekonomi pada
BUMDES dengan pola syariah maupun
misi ketiga ini adalah: pemetaan
konvensional), pemanfaatan potensi lokal
menyeluruh dan berkala terhadap
wilayah perdesaan (OVOP), dan optimalisasi
potensi usaha kreatif di wilayah MBR;
pemberdayaan masyarakat, makam akan
peningkatan kapasitas daya saing
berdampak pada peningkatan pertumbuhan
produk kreatif; serta, penataan mata
ekonomi daerah.
rantai industri kreatif berdasarkan
simpul dan klaster. Misi keenam ini merupakan penjabaran
dari visi Kerta Raharja yang memfokuskan
4) Mewujudkan Metropolitan Bandung Raya
pada pengembangan agribisnis, industri
sebagai Metropolitan Berbasis ilmu
manufaktur, pariwisata, jasa, perdagangan,
pengetahuan, teknologi, dan Seni
investasi daerah, pengurangan penganggur-
(IPTEKS);
an penduduk, pengurangan kemiskinan dan
Arah kebijakan sektor ekonomi pada penyediaan infrastruktur yang mendukung
misi keempat ini adalah: pengarahan
perekonomian daerah. Dari fokus tersebut
industri untuk menggunakan hasil riset; diharapkan dapat memperkuat perekonomi-
serta, penguatan jejaring penyedia dan
an daerah yang berdaya saing global dan
pengguna teknologi. berorientasi pada keunggulan kompetitif dan
komparatif dengan berbasis potensi lokal.

3.3 Tinjauan Kebijakan Lokal Dalam kerangka pentahapan RPJPD, saat


ini telah memasuki Tahap IV (2021-2025).
Tinjauan kebijakan pada tingkat lokal
Tahap ini ditekankan pada pemantapan
meliputi RPJPD Kabupaten Bandung Tahun
perekonomian yang kokoh, adil, dan
2005-2025, Ranwal RPJMD Kabupaten
berkelanjutan dalam mencapai kesejahtera-
Bandung Tahun 2021-2026, serta RTRW
an masyarakat dan pemerataan pembangun-
Kabupaten Bandung Tahun 2009-2029.
an. Kondisi yang diharapkan pada tahap ini:
1. RPJPD Kabupaten Bandung Tahun
 Struktur perekonomian semakin kokoh
2005-2025
yang ditandai dengan terdiversifikasinya
RPJPD Kabupaten Bandung Tahun 2005- sektor dan kegiatan ekonomi yang
2025 diatur dalam Perda Kabupaten berkembang yang didukung oleh
Bandung Nomor 7 Tahun 2011, dan pemanfaatan teknologi informasi dan
perubahannya pada Perda Nomor 14 Tahun komunikasi dalam berbagai bidang
2019. Di dalam RPJPD, visi Kabupaten pembangunan.
Bandung tahun 2005-2025 adalah
 Diversifikasi ekonomi tidak hanya pada
“Kabupaten Bandung yang Repeh, Rapih,
pengembangan berbagai produk
Kerta Raharja Tahun 2025”. Visi ini
unggulan dalam satu sektor namun juga
diwujudkan dalam 6 (enam) misi, khusus
tercipta keterpaduan antara sektor
sektor ekonomi, diwujudkan oleh misi 6:
pertanian, industri, dan jasa.
“Mewujudkan Perekonomian Masyarakat
Diversifikasi ekonomi didasarkan pada
yang Berdaya Saing”.
capaian kondisi ekonomi yang telah
Kabupaten Bandung memiliki potensi di berdaya saing pada tahapan sebelumnya
bidang pertanian, pariwisata, maupun sehingga meningkatkan kesempatan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 24
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

bagi masyarakat untuk mendapatkan Arah kebijakan dalam misi Mewujudkan


pekerjaan dengan upah yang layak serta Perekonomian Masyarakat yang Berdaya
meningkatkan taraf hidup. Saing, pada Tahap IV, terdiri dari:
 Keahlian dan kemampuan masyarakat
1) Berkaitan dengan isu ekonomi
dalam mengembangkan sektor ekonomi
kemasyarakatan yang berdaya saing dan
sudah terspesialisasi dan semakin
berkelanjutan, memiliki arah kebijakan:
fleksibel dalam menciptakan inovasi.
 Terdiversifikanya sektor dan
 Produksi dan kualitas sektor pertanian
kegiatan ekonomi yang berkembang
sudah meningkat ditandai dengan
sehingga tercipta inovasi dari
adanya pengolahan limbah secara
keterpaduan antara sektor per-
terpadu. Perkembangan pertanian
tanian, industri, serta perdagangan
diarahkan pada pengembangan
dan jasa;
agroindustri yang berbasiskan
sumberdaya lokal dan dikelola oleh  Berkembangnya lembaga per-
ekonomian masyarakat yang kokoh
masyarakat lokal melalui korporasi
pertanian untuk memberikan nilai dan berkelanjutan; serta,
tambah bagi sektor pertanian.  Meningkatnya pemanfaatan tekno-
logi informasi dan komunikasi dalam
 IKM dan UKM yang berkembang sudah
berbagai sektor pembangunan
mandiri dan berdaya saing serta mampu
perekonomian.
menstimulus pengembangan dan
penciptaan IKM serta UKM baru 2) Berkaitan dengan isu peningkatan daya
sehingga tercipta ekosistem bisnis yang saing sektor ekonomi unggulan,
sehat dan berkelanjutan. memiliki arah kebijakan meliputi:
 Pangsa pasar produk – produk unggulan  Produksi dan kualitas sektor
semakin berkembang yang ditandai pertanian sudah meningkat ditandai
dengan terciptanya regulasi yang dengan adanya pengolahan limbah
mendukung pengembangan ekonomi secara terpadu;
digital dan e-commerce.  Berkembangnya agroindustri yang
 Pengembangan sektor pariwisata berbasiskan sumberdaya lokal dan
semakin diperkuat dengan pengelolaan dikelola oleh masyarakat lokal
berbasis masyarakat dan berkembang- melalui korporasi pertanian untuk
nya wirausaha – wirausaha pendukung memberikan nilai tambah bagi
kepariwisataan berbasis masyarakat sektor pertanian;
(community based tourism enterprises).  IKM (industri kecil menengah) dan
 Perwujudan struktur perekonomian UKM (usaha mikro dan koperasi)
yang kokoh juga ditandai dengan telah yang berkembang sudah mandiri
berkembangnya lembaga perekonomian dan berdaya saing serta mampu
masyarakat yang berkelanjutan dan menstimulus pengembangan dan
memberikan manfaat serta nilai tambah penciptaan IKM dan UKM baru
bagi pertumbuhan perekonomian. sehingga tercipta ekosistem bisnis
 Investasi semakin meningkat dan sesuai yang sehat dan berkelanjutan;
dengan karakteristik perekonomian  Berkembangnya ekonomi kreatif
daerah yang dikembangkan. yang difokuskan pada pengembang-
 Ekonomi kreatif yang fokus pada seni an seni pertunjukan dan aplikasi dan
pertunjukan dan aplikasi dan game telah game yang ditandai dengan optimal-
dikembangkan ditandai dengan nya kolaborasi antara pemerintah,
optimalnya kerjasama antara akademisi, pelaku usaha, serta
pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas dalam mendorong
serta komunitas. pengembangan ekonomi kreatif;

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 25
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

 Berkembangnya pangsa pasar  Meningkatnya investasi yang sesuai


produk-produk unggulan yang dengan karakteristik perekonomian
ditandai dengan terciptanya regulasi daerah yang dikembangkan.
yang mendukung pengembangan
Berdasarkan tinjauan RPJPD Kabupaten
ekonomi digital dan e-commerce;
Bandung 2005-2025 maka dapat dirumuskan
 Penguatan sektor pariwisata dengan
keterkaitan antara visi, misi, dan arah
pengelolaan berbasis masyarakat
kebijakan pengembangan ekonomi untuk
dan berkembangnya wirausaha-
arah pembangunan jangka panjang pada
wirausaha pendukung kepariwisata-
tingkat nasional, regional Jawa Barat, dan
an berbasis masyarakat (community
Kabupaten Bandung, yaitu sebagai berikut:
based tourism enterprise); serta,

Tabel 3.1 Keterkaitan visi, misi, dan arah kebijakan pada rencana pembangunan jangka panjang
di tingkat nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung

RPJPN RPJPD Jawa Barat RPJPD Kab. Bandung


(2005-2025) (2005-2025) (2005-2025)

Visi “Indonesia yang “Dengan Iman dan Takwa, “Kabupaten Bandung yang
Mandiri, Maju, Adil Provinsi Jawa Barat Repeh, Rapih, Kerta
dan Makmur” Termaju di Indonesia” Raharja Tahun 2025”

Misi “Mewujudkan “Meningkatkan “Mewujudkan


(Ekonomi) bangsa yang perekonomian yang Perekonomian Masyarakat
berdaya-saing” berdaya saing dan berbasis yang Berdaya Saing”
potensi daerah”

Arah Memperkuat Peningkatan nilai tambah Pengembangan agribisnis,


Kebijakan Perekonomian segenap sumber daya industri manufaktur,
(Ekonomi) Domestik dengan ekonomi melalui pariwisata, jasa,
Orientasi dan pengembangan pertanian, perdagangan, investasi
Berdaya Saing bisnis kelautan, industri daerah, pengurangan
Global manufaktur, jasa, dan pengangguran penduduk,
pariwisata, yang ditunjang pengurangan kemiskinan
oleh pengembangan dunia dan penyediaan
usaha, investasi, infrastruktur yang
infrastruktur wilayah dan mendukung perekonomian
keuangan daerah daerah

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Berdasarkan sintesa tersebut dapat kelautan, industri manufaktur, jasa, dan


disimpulkan bahwa arah kebijakan pariwisata, yang ditunjang oleh pengem-
pengembangan ekonomi, pada tingkat bangan dunia usaha, investasi, infrastruktur
nasional, regional dan lokal, adalah wilayah dan keuangan daerah
perwujudan ekonomi yang berdaya saing,
Di Kabupaten Bandung, potensi
dengan penekanan pengembangan produk-
domestik yang dimaksud meliputi agribisnis,
produk lokal.
industri manufaktur, pariwisata, jasa dan
Di provinsi Jawa Barat, pengembangan perdagangan. Sektor tersebut yang kemudian
potensi domestik meliputi pertanian, bisnis menjadi fokus pada masterplan.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 26
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

2. Rancangan Awal RPJMD beberapa faktor perlu didorong dan


Kabupaten Bandung 2021-2026 ditingkatkan. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah peningkatan daya saing
Sebagaimana disampaikan pada Bab I,
sektor perdagangan, industri besar dan
masterplan ini disusun bersamaan dengan
industri kecil menengah, peningkatan daya
penyusunan RPJMD Kabupaten Bandung
saing sektor pertanian serta pariwisata.
Tahun 2021-2026, sehingga tinjauan
Selain itu peningkatan investasi juga
kebijakan rencana pembangunan jangka
merupakan hal utama dalam mendukung
menengah dilakukan pada dokumen
perekonomian daerah yang berdaya saing.
Rancangan Awal (Ranwal) RPJMD Kabupeten
Bandung Tahun 2021-2026. Tujuan dan sasaran dari misi
membangkitkan daya saing daerah adalah
Pada Ranwal RPJMD Kabupaten
sebagai berikut:
Bandung 2021-2026, visi Kabupaten
Bandung 2021-2026 adalah “Terwujudnya  Meningkatnya daya saing sektor
Masyarakat Kabupaten Bandung yang pertanian;
Bangkit, Edukatif, Dinamis, Agamis, dan  Meningkatnya daya saing produk
Sejahtera”. Visi ini diwujudkan melalui 5 unggulan industri;
(lima) misi, dengan misi yang fokus pada  Terwujudnya koperasi yang berdaya
pengembangan sektor ekonomi yaitu misi 1 saing, profesional, akuntabel, dan
“Membangkitkan Daya Saing Daerah”. modern;
 Meningkatnya daya saing sektor
Mewujudkan perekonomian daerah
pertanian, kehutanan, dan perikanan;
yang semakin kuat berbasis pada ekonomi
 Meningkatnya daya saing pariwisata;
kerakyatan dalam rangka meningkatkan
 Meningkatnya investasi.
daya saing dan kemandirian daerah. Selain
itu, daerah yang berdaya saing merupakan Berdasarkan tinjauan tersebut, maka
kunci pemulihan ekonomi dari pandemi dapat disandingkan arah kebijakan ekonomi
Covid-19. Dalam mempersiapkan pereko- dari RPJMN, RPJMD Jawa Barat, dan Ranwal
nomian daerah yang berdaya saing, maka RPJMD Kabupaten Bandung, sebagai berikut

Tabel 3.2 Keterkaitan visi, misi, dan arah kebijakan pada rencana pembangunan jangka
menengah di tingkat nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung

RPJMN RPJMD Jawa Barat Rancangan Awal


(2020-2024) (2018-2023) RPJMD Kab. Bandung
(2021-2026)
Visi “Terwujudnya “Terwujudnya Jawa Barat “Terwujudnya
Indonesia Maju yang Juara Lahir Batin dengan Masyarakat Kabupaten
Berdaulat, Mandiri, Inovasi dan Kolaborasi” Bandung yang Bangkit,
dan Berkepribadian Edukatif, Dinamis,
Berlandaskan Agamis, dan Sejahtera”
Gotong Royong”
Misi “Struktur Ekonomi “Meningkatkan Produktivitas Mewujudkan
(Ekonomi) yang Produktif, dan Daya Saing Usaha perekonomian daerah
Mandiri dan Berdaya Ekonomi Umat yang Sejahtera yang semakin kuat
Saing” Dan Adil melalui pemanfaatan berbasis pada ekonomi
teknologi digital dan kerakyatan dalam
kolaborasi denganpusat-pusat rangka meningkatkan
inovasi serta pelaku daya saing dan
pembangunan” kemandirian daerah.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 27
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

RPJMN RPJMD Jawa Barat Rancangan Awal


(2020-2024) (2018-2023) RPJMD Kab. Bandung
(2021-2026)
Arah 1. Pengelolaan 1. Pangan yang beragam; 1. Meningkatnya daya
Kebijakan sumber daya 2. Revitalitasi lahan, saing sektor
ekonomi yang dukungan infrastruktur, perdagangan;
(Ekonomi)
mencakup pemanfaatan ilmu 2. Meningkatnya daya
pemenuhan pengetahuan dan saing produk
pangan dan teknologi, serta unggulan industri;
pertanian serta pengembangan sumber 3. Terwujudnya
pengelolaan daya manusia; koperasi yang
kemaritiman, 3. Klaster pertanian, berdaya saing,
kelautan dan kehutanan, kelautan dan profesional,
perikanan, perikanan; akuntabel, dan
sumber daya air, 4. Hutan rakyat lestari dan modern;
sumber daya perhutanan sosial; 4. Meningkatnya daya
energi, serta 5. Pariwisata dan ekonomi saing sektor
kehutanan; dan kreatif; pertanian,
2. Akselerasi 6. Promosi pariwisata kehutanan, dan
peningkatan nilai berbasis digital; perikanan;
tambah pertanian 7. Klaster industri, kemitraan 5. Meningkatnya daya
dan perikanan, dan pemanfaatan saing pariwisata di
kemaritiman, teknologi; Kabupaten
energi, industri, 8. Sistem dan jaringan Bandung;
pariwisata, serta distribusi barang; 6. Meningkatnya
ekonomi kreatif 9. Iklim usaha yang berdaya investasi di
dan digital. saing; serta, Kabupaten Bandung.
10. Kualitas kelembagaan, dan
dukungan pembiayaan.

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

3. RTRW Kabupaten Bandung Tahun bahan baku pertanian yaitu tanaman pangan,
2016-2036 hortikultura, perkebunan-an, kehutanan dan
perternakan menjadi leading sector untuk
RTRW Kabupaten Bandung tahun 2016-2036
diolah dan dikembangkan dalam pasokannya
diatur dalam Perda Kabupaten Bandung
bagi kebutuhan lokal, regional, nasional
Nomor 27 Tahun 2016. Penataan Ruang
bahkan internasional. Hal tersebut layak
wilayah Kabupaten Bandung
dikembangkan sebagai satuan pengembang-
Tahun 2016-2036 adalah: an agribisnis, dimana proses produksi dan
“Mewujudkan sinergitas dan kemandirian distribusi berjalan secara efisien sehingga
pembangunan wilayah Kabupaten mampu memberikan nilai tambah ekonomi
Bandung sebagai kawasan yang berdaya untuk kesejahteraan masyarakat, sekaligus
saing tinggi berbasiskan sumberdaya meningkatkan daya saing. Adapun bentuk
alam dan sumberdaya manusia melalui kegiatan mulai dari pembinaan dan
pemerataan pembangunan yang penyuluhan, pembibitan, penyiapan lahan,
berwawasan lingkungan.” budidaya, panen, proses pengolahan sampai
pemasaran, termasuk pusat penelitian,
Pengembangan perekonomian dijelas-
pemasaran dan agrowisata.
kan melalui makna sinergitas, kemandirian
pembangunan dan kawasan yang berdaya Kebijakan penataan ruang wilayah
saing tinggi. Hal ini berarti, memiliki kabupaten adalah arahan pengembangan
kemampuan dalam pengembangan kawasan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah
sentra produksi barang jadi khususnya tekstil daerah kabupaten guna mencapai tujuan
dan komoditas unggulan yang memanfaatkan penataan ruang wilayah kabupaten dalam

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 28
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

kurun waktu 20 (dua puluh) tahun, antara 5) Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan


lain sebagai berikut : Ruang untuk menjamin terwujudnya
tata ruang sesuai dengan rencana tata
1) Kebijakan pengembangan wilayah
ruang.
berdasarkan pembagian 8 (delapan) WP
sesuai fokus pengembangan Daerah Strategi yang berkaitan dengan
untuk mewujudkan kemandirian dan pengambangan sektor ekonomi, terdapat
pengelolaan pembangunan yang efektif pada strategi 4 yaitu melaksanakan
dan merata. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis
2) Kebijakan Pemantapan dan Pengem- sebagai alokasi ruang untuk berbagai
bangan Struktur Ruang yang sinergi kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
sesuai fungsi pusat kegiatan, dan sistem kegiatan pelestarian lingkungan, meliputi :
sarana prasarana yang terpadu. a. Menata dan mengendalikan kawasan
3) Kebijakan Pelestarian Kawasan Lindung berfungsi lindung;
dan Pengembangan Kawasan Budidaya b. Mengembangkan potensi ekonomi,
dengan prinsip keberkelanjutan. memberdayakan potensi masyarakat
4) Kebijakan Pengembangan Kawasan lokal, yang memperhatikan aspek
Strategis sebagai alokasi ruang untuk kelestarian lingkungan, penerapan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan insentif dan disinsentif; dan
kegiatan pelestarian lingkungan. c. Mengembangkan kawasan terpadu.

Tabel 3.3 Keterkaitan arah pemanfaatan ruang pada rencana tata ruang wilayah di tingkat
nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung

Dokumen Arahan pemanfaatan ruang


RTRWN 1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya;
(2008-2028) Berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau
beberapa provinsi.
2. Kawasan Andalan Cekungan Bandung;
Pengembangan sektor unggulan industri, pertanian, pariwisata dan
perkebunan;
3. Kawasan Strategis Nasional (KSN) Kawasan Perkotaan Cekungan
Bandung;
Kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai
warisan dunia.

RTRW Jawa WP KK Cekungan Bandung meliputi pengembangan sektor unggulan pertanian,


Barat hortikultura, industri non-polutif, industri kreatif, perdagangan, jasa, pariwisata
(2009-2029) dan perkebunan, dengan meningkatkan manajemen pembangunan yang
berkarakter lintas kabupaten/kota yang secara kolektif berbagi peran mem-
bangun dan mempercepat perwujudan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya.

RTRW Kab. Pengembangan kawasan sentra produksi barang jadi khususnya tekstil dan
Bandung komoditas unggulan yang memanfaatkan bahan baku pertanian yaitu tanaman
(2016-2036) pangan, hortikultura, perkebunanan, kehutanan dan perternakan menjadi
leading sector untuk diolah dan dikembangkan dalam pasokannya bagi
kebutuhan lokal, regional, nasional bahkan internasional.

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 29
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

4. Grand Design Pengembangan menopang lebih terhadap penduduk


Ekonomi Masyarakat Kabupaten kurang produktif;
Bandung 2011-2015 7) Peninjauan kembali pengalihan fungsi
lahan sesuai dengan kebijakan RTRW
Dokumen Grand Design Pengembangan
Kabupaten Bandung;
Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung
8) Pemberdayaan tenaga kerja lokal
2011- 2015 merupakan kajian yang disusun
dengan adanya penanaman modal baru
oleh Bappeda Kabupaten Bandung pada
di Kabupaten Bandung (baik dari dalam
tahun 2011 sebagai upaya untuk
negeri maupun asing);
mengarahkan pengembangan ekonomi
9) Meningkatkan kemampuan tenaga kerja
masyarakat agar memiliki arah yang jelas
dan calon tenaga kerja agar memiliki
dalam merespon dinamika yang ada pada
keahlian sesuai dengan yang
saat itu maupun isu-isu aktual yang dapat
dispesifikan oleh sektor-sektor unggulan
diklasifikan sebagai kekuatan, kelemahan,
di Kabupaten Bandung; serta,
peluang maupun tantangan pengembangan
10) Meningkatkan pemberdayaan sektor-
ekonomi masyarakat. Grand design ini
sektor unggulan dengan pemanfaatan
memiliki tiga tahapan pengembangan:
lahan sesuai dengan peruntukkannya.
Tahapan awal jangka pendek pada tahun
2011-2015, jangka menengah 2015-2020, Dari analisis mengenai produk unggulan,
serta jangka panjang 2020-2025. beberapa strategi yang dapat dilakukan
antara lain:
Arahan pengembangan jangka panjang
tahun 2020-2025, merupakan tahap 1) Pengembangan produk unggulan pada
pemantapan yang mana diharapkan sudah skala UKM dengan pola pemanfaatan
terbangun industri yang tangguh dengan sumber daya alam secara optimal;
pendekatan klaster industri. Selain itu, sudah 2) Pengembangan produk unggulan
terbangunnya keterkaitan antar sektor dan berdasar pada keunggulan sumber daya
antar wilayah, pada tahapan ini sektor per area;
industri sudah melakukan ekspansi pasar 3) Pemasaran produk hortikultura dengan
dan lebih berorientasikan ekspor. memanfaatkan potensi pasar di kawasan
Kota Bandung sebagai pasar terdekat
Dari hasil analisis sektoral, beberapa
dari Kabupaten Bandung;
strategi yang dapat dilakukan antara lain:
4) Pengembangan kawasan agropolitan
1) Deregulasi kebijakan dan peraturan dengan memberikan tawaran investasi
yang terkait dengan penanaman modal kepada swasta untuk turut serta
(asing maupun dalam negeri); membangun kawasan unggulan per
2) Peningkatan pola kemitraan antara produk tertentu;
industri kecil dan menengah dengan 5) Peningkatan pemberdayaan penduduk
industri besar di sektor ekonomi yang lokal dalam mengembangkan kawasan
lebih luas; unggulan per produk;
3) Pengembangan dan pemberdayaan UKM 6) Peningkatan kemampuan masyarakat
pada sektor-sektor dominan di lokal terhadap produk unggulan di
Kabupaten Bandung; daerahnya;
4) Peningkatan kemampuan masyarakat 7) Sosialisasi pemberian bantuan modal
yang bekerja pada sektor dominan di dari lemabaga keuangan bank dan non-
Kabupaten Bandung; bank kepada petani maupun pengusaha
5) Pengendalian jumlah pertumbuhan lokal;
penduduk guna menekan tingginya 8) Pembinaan terhadap petani dan
dependency ratio; pengusaha lokal khususnya dalam
6) Peningkatan kapasitas kemampuan pemasaran produk-produk unggulan
penduduk produktif guna dapat setiap area;

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 30
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

9) Pemanfaatan produk-produk mentah 2) Deregulasi kebijakan investasi di


hortikultura menjadi produk setengah Kabupaten Bandung;
jadi maupun jadi yang dapat 3) Peningkatan penyaluran kredit
memberikan peningkatan nilai tambah produktif bagi industri kecil dan
produk; menengah;
10) Peningkatan kemampuan penduduk 4) Peningkatan distribusi/penyebaran
lokal terhadap produk unggulan pembangunan infrastruktur di wilayah
daerahnya guna mengurangi pola Kabupaten Bandung;
urbanisasi; 5) Peningkatan efisiennya pembangunan
11) Sinergitas industri besar dengan industri sarana dan prasarana;
kecil dan menengah guna memberikan 6) Penawaran kerjasama dengan swasta
dampak positif dari dominasi industri dalam pembangunan sarana dan
bersar dalam perekonomian daerah; prasarana pendukung wilayah yang saat
12) Peningkatan kualitas hasil pertanian ini masih kurang memadai;
guna memenuhi standar kelayakan 7) Peningkatan tata kelola administrasi,
produk pertanian; sertifikasi dan pemetaan lahan;
13) Penindakan terhadap industri-industri 8) Peningkatan pembangunan wilayah
yang memberikan pencemaran pedesaan;
lingkungan yang cukup tinggi; 9) Penertiban pembagunan pada lahan
14) Peningkatan pemberdayaan masyarakat yang tidak sesuai peruntukan dan
dalam meningkatkan produk unggulan polanya;
daerahnya serta mengurangi 10) Peningkatan kesadaran masyarakat
permasalahan urbanisasi; akan bahaya bencana tanah longsor
15) Peningkatan kemampuan SDM lokal dengan tetap mempertahankan kaidah
dalam upayanya untuk meningkatkan pembangunan yang ramah lingkungan;
produktivitas; 11) Penertiban dan peninjauan kembali alih
16) Sosialisasi bantuan permodalan serta fungsi lahan yang tidak sesuai dengan
pembinaan pemasaran produk-produk kaidah ramah lingkungan;
unggulan; 12) Penertiban dan sosialisasi perijinan
17) Aksesibilitas dan informasi terhadap terkait dengan pembangunan baik pada
pasar masih rendah; sekal kecil maupun besar;
18) Kurangnya akses masyarakat terhadap 13) Penertiban terhadap industri yang
permodalan; melakukan pencemaran lingkungan;
19) Produk olahan hortikultura belum 14) Penawaran kerjasama dengan pihak
banyak berkembang sehingga nilai swasta terkait dengan penanganan
tambah produk masih terbatas, sampah agar tidak memiliki
produktivitas, kualitas dan diversifikasi ketergantungan yang tinggi terhadap
produk belum optimal, sehingga kurang penampungan akhir sampah;
memiliki daya saing; serta, 15) Pembangunan infrastruktur tidak saja
20) Peningkatan kesadaran masyarakat memperhatikan distribusi penyebaran
akan kesehatan lingkungan khususnya namun juga tetap memperhatikan
dalam turut serta mengawasi kaidah ramah lingkungan;
pencemaran lingkungannya. 16) Pembangunan sarana dan prasarana
pendukung wilayah sesuai dengan fungsi
Dari analisis mengenai kewilayahan,
lahannya;
beberapa strategi yang dapat dilakukan
17) Peningkaan tata kelola administrasi,
antara lain:
sertifikasi dan pemetaan terhadap lahan
1) Penawaran kerja sama pembangunan masih lemah; serta,
sarana dan prasarana bagi swasta di 18) Pemberian batas yang jelas antara
Kabupaten Bandung; kawasan perkotaan dan perdesaan.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 31
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

3.4 Tinjauan Kebijakan Sektoral Berdasarkan tujuan dari pembangunan


kawasan pertanian Kabupaten Bandung,
Tinjauan kebijakan sektoral meliputi
terdapat beberapa sasaran yang diharapkan
pengembangan pertanian dan perkebunan,
akan tercapai dalam jangka panjang.
industri, pariwisata, serta perdagangan.
Beberapa sasaran utama yang akan dicapai
1. Pertanian dan Perkebunan diantaranya:

Konsep pengembangan pertanian dan 1) Tercapainya kecukupan konsumsi dan


perkebunan di Kabupaten Bandung ketahanan pangan sesuai dengan norma
dituangkan dalam Masterplan gizi masyarakat Jawa Barat pada tahun
Pengembangan Kawasan Pertanian 2022.
Kabupaten Bandung yang disusun Bappeda
Untuk jangka pendek, terciptanya
pada tahun 2017. Tujuan pengembangan
peningkatan konsumsi pangan yang
kawasan Pertanian di kabupaten Bandung
bersumber protein hewani dengan
adalah membangun sektor pertanian
angka harapan minimal 4.28 % pertahun
termasuk sektor peternakan kabupaten
sampai tahun 2022.
Bandung sebagai sektor yang dapat
menciptakan keunggulan kompetitif dan dan 2) Tercapainya tingkat kontribusi sektor
keunggulan komparatif serta memiliki nilai pertanian/peternakan yang signifikan
strategis terhadap kesejahteraan masyarakat terhadap perokonimian Kabupaten
terutama masyarakat yang berbasis Bandung pada tahun 2022.
Pertanian/Peternakan. Tujuan khusus
Untuk jangka pendek, PDRB Sektor
pembangunan sektor pertanian/ peternakan
pertanian Kabupaten Bandung akan
Kabupaten Bandung adalah:
tumbuh minimal sebesar 8,11% dan
1) Meningkatkan kontribusi terhadap peternakan sebesar 6.84 persen.
keamanan pangan khususnya kabupaten Pertumbuhan tersebut diharapkan
Bandung, Jawa Barat dan Indonesia dapat meningkatkan pendapatan
melalui peningkatan produksi, (imbalan) bagi petani/peternak sebesar
pengolahan dan pemasaran produk 4.96 % pertahun.
pertanian/peternakan sesuai kebutuhan
3) Tercapainya ketersediaan pangan dan
masyarakat;
ternak untuk menjamin terpenuhinya
2) Meningkatkan kesejahteraan
kebutuhan pangan kabupaten Bandung
masyarakat yang berbasis pertanian/
tahun 2022 serta dapat menciptakan laju
peternakan melalui percepatan peluang
enyerapan tenaga kerja dalam sektor
untuk meningkatkan pendapatan yang
pertanian dan peternakan sebesar 3.24
berasal usaha pertaian/peternakan;
persen per tahun.
3) Meningkatkan Kuantitas dan kualitas
produk ternak yang ditujukan untuk 4) Terwujudnya agribisnis pertanian/
pemenuhan kebutuhan bahan baku peternakan sebagai salah satu
industri pengolahan pangan baik untuk keunggulan kompetitif yang dimiliki
kebutuhan lokal ataupun kebutuhan kabupaten Bandung.
ekspor;
5) Terbentuknya kawasan pertanian/
4) Menciptakan pola pemanfaatan
peternakan kabupaten Bandung untuk
sumberdaya yang bersifat terintegrasi
pengembangan komoditas unggulan
demi tercapainya keberlanjutan ekologis
baik Tanaman/ternak.
di dalam proses produksi
pertanian/peternakan; serta, Dengan memperhitungkan berbagai
5) Mempertahankan dan mengedepankan potensi dan peran strategis dari masing-
fungsi-fungsi sosial pertanian/ masing komoditas yang ada di Kabupaten
peternakan. Bandung, maka telah ditetapkan 9 (sembilan)

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 32
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

komoditi yang terbagi kedalam 4 kawasan meliputi Bawang merah, Cabai dan Kentang.
yaitu 1) komoditi tanaman pangan yang 3) komoditi Tanaman Perkebunan Kopi dan
meliputi : Padi, Kedelai, Jagung dan Ubi Kayu. Teh. 4) komoditi Peternakan yaitu sapi perah
2) komoditi Tanaman Hortikultura yang dan domba.

Tabel 3.4 Arahan kawasan, target/sentra, strategi utama, serta klasifikasi pengembangan
pertanian di Kabupaten Bandung

Kawasan Target/Sentra Strategi utama Klasifikasi kawasan


berdasarkan tahap
pertumbuhannya
Tanaman Peningkatan 1. Peningkatan produktivitas; a. Penumbuhan
Pangan produktivitas 2. Peningkatan Indeks b. Pengembangan
2-3 % untuk Pertanaman (IP) padi; c. Pemantapan
meningkatkan 3. Peningkatan kehilangan hasil;
produksi Jawa 4. Peningkatan mutu hasil;
Barat terhadap 5. Pengembangan Industri
Produksi Olahan;
Nasional 6. Diversifikasi produk tanaman
pangan.
Tanaman Bawang merah, 1. Peningkatan produktivitas; a. Baru/Inisiasi
Hortikultura Cabe, Tomat, 2. Peningkatan Nilai tambah dan b. Penumbuhan
Kentang, Kubis daya saing produk. c. Pengembangan
dan Stroberi d. Pemantapan
Perkebunan Kopi, teh, 1. Peningkatan nilai konsumsi a. Baru/Inisiasi
tembakau baik lokal ataupun dunia; b. Penumbuhan
2. Peningkatan produktivitas. c. Pengembangan
d. Pemantapan
Peternakan Sapi perah dan 1. Peningkatan produktivitas; a. Baru/Inisiasi
domba 2. Peningkatan Nilai tambah dan b. Penumbuhan
daya saing produk. c. Pengembangan
d. Pemantapan

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2017, dimodifikasi

Dokumen kajian lainnya adalah Rantai a. Peningkatan efisiensi dan efektivitas


Pasok dan Pemasaran Pangan Kabupaten distribusi
Bandung Tahun 2019 yang disusun oleh b. Peningkatan iklim usaha dan kepastian
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan berusaha
Kabupaten Bandung. Kajian ini bertujuan c. Peningkatan akses pasar bagi produk
untuk mengetahui jumlah dan stabilitas lokal dan
distribusi/pasokan pangan strategis dalam d. Perlindungan konsumen
waktu mingguan di distributor dan pedagang
Walaupun karakteristik wilayah
yang berada di kawasan pasar pemerintah di
Kabupaten Bandung adalah daerah
Kabupaten Bandung.
pertanian, pemenuhan kebutuhan pangan
Rekomendasi dari hasil kajian ini adalah tidak bisa dipenuhi dari produksi lokal saja
bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung sehingga diperlukan jaminan pasokan
mengatur kegiatan perdagangan pangan pangan melalui fasilitasi temu bisnis antar
melalui kebijakan dan pengendalian yang pedagang bahan pangan atau menyusun MoU
diarahkan pada: dengan daerah produsen. Melalui hasil

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 33
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

analisis ini dapat diketahui bahwa Kota ditingkatkan kualitasnya. Hal yang perlu
Bandung khususnya Pasar Induk Caringin diperhatikan adalah dalam hal responden
menjadi wilayah pemasok penting bagi yang disurvey adalah distributor/agen serta
berbagai komoditas pangan di Kabupaten sebaiknya melibatkan toko modern. Selain
Bandung antara lain bawang merah, bawang itu, waktu pengumpulan data rutin 1 kali
putih, cabe merah tanjung, cabe merah rawit, dalam seminggu dan langsung diupdate ke
kedelai, daging sapi, daging ayam broiler, dalam aplikasi sigapass dan pangan yang
telur ayam ras, dan ikan mas. Selain dari Kota disurvey harus dipastikan mencakup seluruh
Bandung, komoditas ikan di Kabupaten komoditas yang telah ditentukan.
Bandung banyak didatangkan dari
2. Perdagangan
Purwakarta, Cianjur, Subang dan Bandung
Barat. Komoditas telur ayam ras banyak Salah satu dokumen kajian yang berkaitan
didatangkan dari Blitar. Adapun beras dengan sektor perdagangan adalah
banyak didatangkan dari Cianjur, Banjar, Distribusi perdagangan komoditas bahan
Banyuwangi, Cicalap, Cilegon, Jember, pokok dan bahan strategis yang disusun
Indramayu, Majalengka, Karawang, Garut, oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Tasikmalaya, dan Sumedang. Kabupaten Bandung pada tahun 2020.
Kegiatan ini bertujuan untuk; Memantau pola
Untuk menjamin kelancaran dan
distribusi perdagangan barang pokok dan
stabilitas pasokan pangan, Pemerintah
barang strategis di pasar dan Gudang
Kabupaten Bandung dapat menetapkan
(agen/pangkalan); Mengukur harga barang
mekanisme, tata cara dan jumlah maksimal
pokok dan barang strategis di pasar dan
penyimpanan Pangan Pokok oleh Pelaku
gudang untuk menghindari terjadinya
Usaha Pangan. Pelaku Usaha Pangan dilarang
gejolak harga dan disparitas harga yang
menimbun atau menyimpan pangan pokok
tinggi antar daerah/wilayah di Kabupaten
melebihi jumlah maksimal yang telah
Bandung; serta, Menyusun strategi
ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk
pengembangan pola distribusi perdagangan
melindungi pendapatan dan daya beli Petani,
dan penyaluran barang pokok dan barang
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku
strategis masyarakat Kab. Bandung.
Usaha Pangan mikro dan kecil, serta menjaga
keterjangkauan konsumen terhadap Pangan Hasil survei atas pola distribusi
Pokok. Mekanisme dan tata cara komoditas bahan pokok yang terdiri atas 10
penyimpanan pangan pokok oleh pelaku komoditas, yaitu meliputi : (1) beras; (2)
usaha pangan meliputi : minyak goreng; (3) gula pasir; (4) telur; (5)
daging ayam ras; (6) daging sapi; (7) bawang
a. Pendaftaran atau izin usaha
merah; (8) bawang putih; (9) cabe merah;
b. Pelaporan fasilitas penyimpanan pangan
dan (10) cabe rawit. Selain itu survei atas
pokok
komoditas barang strategis meliputi 2
c. Pelaporan penetapan secara berkala
komoditas, yaitu : (1) Gas; dan (2) Pupuk.
atau sewaktu-waktu mengenai jenis,
asal, dan jumlah pangan pokok yang Berdasarkan analisis data terkait pola
masuk dan keluar dari gudang, dan distribusi bahan pokok di Kabupaten
d. Pelaporan cakupan wilayah dan jumlah Bandung yang perlu mendapat perhatian:
pendistribusian pangan pokok yang
1) MPP (Margin Perdagangan dan
disimpan
Pengangkutan) tertinggi di atas 100
Berdasarkan kinerja pengumpulan data persen adalah komoditas bahan pokok
rantai pasok dan pemasaran pangan cabe rawit, cabe merah, bawang putih
Kabupaten Bandung pada tahun 2019, 50%, bawang merah 40%. Ketiga
kegiatan pengumpulan data di masa yang komoditas ini merupakan komoditas
akan datang harus diperbaiki dan hasil pertanian dan merupakan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 34
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

komoditas penting dan penyumbang distribusi Perdagangan komoditas bahan


inflasi yang besar di Indonesia (secara pokok dan barang strategis, adalah:
umum). Komoditas ini sangat tergantung
 Perlu sistem tata kelola baru untuk
dari pasokan dan sangat tergantung dari
membenahi pola distribusi komoditas
hasil pertanian yang kadang mengalami
bahan pokok agar efisien, efisiensi tata
kegagalan. Selain itu, terdapat pola
kelola ini akan sangat membantu dalam
petani langsung menjual ke pasar induk.
menekan angka inflasi dan meningkat-
Di sini juga terdapat calo yang membuat
kan kesejahteraan masyarakat.
harga komoditas tersebut mengalami
 Sistem tata kelola yang baru selain untuk
kenaikan. Beberapa petani juga menjual
melindungi konsumen akhir, yang perlu
ke pedagang pengepul, selanjutnya
diperhatikan adalah melindungi petani
barang tersebut dikirim ke luar
atau produsen, berdasarkan hasil survei
Kabupaten Bandung, yaitu ke Pasar
kenaikan harga di pasar yang tinggi atas
Induk Caringin, Cikopo, Cibitung, Tanah
komoditas hasil pertanian (bawang
Tinggi, dan Kramat Jati. Pola penjualan
merah, bawang putih, cabe merah dan
petani Kabupaten Bandung kebanyakan
cabe rawit) tersebut tidak dirasakan
menjual ke Pasar Caringin, kemudian
oleh petani. Pada pola distribusi khusus
para distributor dan agen mengambil
untuk hasil pertanian banyak dinikmati
barang tersebut dari Pasar Caringin.
oleh distributor, agen dan pengecer,
Berdasarkan analisis tersebut maka walau kadang mereka harus menerima
saran untuk komoditas hasil pertanian di risiko (barang cepat cepat busuk dan
Kabupaten Bandung agar efisien, maka rusak dalam proses).
dibutuhkan pusat perdagangan hasil  Membangun pusat distribusi komoditas
pertanian terpusat di Kabupaten bahan pokok dan strategis dengan
Bandung, sehingga para distributor, memanfaatkan teknologi informasi.
agen dapat mengambil barang  Digitalisasi sistem distribusi yang
komoditas tersebut di sentra-sentra terintegrasi dengan para pelaku
komoditas yang sengaja dibentuk oleh distribusi dari hulu ke hilir, sehingga
pemerintah daerah untuk menata ulang dapat memangkas sistem lebih efisien.
pola distribusi yang secara alamiah
sudah terbentuk ini, yang ternyata tidak Selain itu, terdapat juga dokumen Road
efisien, maka perlu dibuat sistem map e-commerce Kabupaten Bandung
terintegrasi untuk membenahi tata yang disusun oleh Bappeda Kab. Bandung
kelola distribusi perdagangan komoditas tahun 2020. Road map ini memuat arahan
penting di Kabupaten Bandung. kebijakan pengembangan e-commerce yang
disusun kedalam 8 (delapan) aspek yaitu:
2) Pola distribusi yang perlu dibenahi
adalah pola distribusi daging ayam ras, 1) Pendanaan, dengan arahan kebijakan:
karena MPP adalah sebesar 84,44%, hal  Peningkatan akses pelaku usaha
ini diduga adanya sistem kartel di tingkat Kab. Bandung terhadap kredit
pengecer ke konsumen akhir, sehingga usaha;
harga daging ayam ras di tingkat  Pemberian pemahaman yang tepat
konsumen akhir tidak pernah terkait penggunaan kredit usaha
mengalami penurunan, walau harga bagi pelaku usaha.
daging ayam ras di tingkat peternak
2) Perpajakan, dengan arahan kebijakan:
mengalami penurunan drastis.
 Peningkatan akses pelaku usaha
Beberapa rekomendasi yang dapat Kabupaten Bandung terhadap
disarankan kepada Pemerintah kabupaten pengetahuan dan informasi
Bandung untuk peningkatan kualitas mengenai perpajakan;

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 35
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

 Peningkatan akses pelaku usaha secara online dan menjaga serta


Kabupaten Bandung terdahap tata mengembangkan akun atau toko e-
cara pendaftaran diri dalam commerce yang dimiliki;
perpajakan; dan,  Memfokuskan pelatihan berdasar-
 Melakukan kerjasama dengan kan pengalaman pelaku UMKM
Dirjen Pajak mengenai peningkatan dalam berjualan online;
akses perpajakan.  Memberikan dukungan kepada
pelaku UMKM yang bertujuan untuk
3) Perlindungan Konsumen, dengan
meningkatkan keahlian dalam
arahan kebijakan:
penggunaan e-commerce; serta,
 Perluasan jangkauan dan intensitas
 Tersedianya alat ukur dari pelatihan
informasi pengajuan izin usaha;
mengenai perdagangan berbasis
 Perluasan jangkauan dan intensitas
elektronik (e-commerce).
informasi sertifikasi;
 Memperbaiki sistem sertifikasi 5) Infrastruktur Komunikasi, dengan
sehingga waktu yang diperlukan arahan kebijakan:
menjadi lebih cepat, khususnya  Peningkatan infrastruktur komuni-
untuk sektor-sektor tertentu kasi (kecepatan internet dan
 Pemberian subsidi/insentif/hibah jaringan).
bagi pelaku usaha yang belum
6) Logistik, dengan arahan kebijakan:
memiliki kelengkapan izin usaha
 Peningkatan kapasitas penyediaan
dan/atau sertifikasi;
jasa logistik lokal/nasional untuk
 Mendorong kepemilikan izin usaha
memenuhi kebutuhan pengiriman
dan sertifikasi bagi pelaku UMKM;
di seluruh Indonesia;
 Mendorong masyarakat untuk
 Peningkatan pengetahuan pelaku
mengonsumsi produk yang telah
UMKM di sektor pengolahan
tersertifikasi.
khususnya pengolahan perikanan
4) Pendidikan dan SDM, dengan arahan dan barang tidak tahan lama terkait
kebijakan: penggunaan jasa logistik.
 Meningkatkan kesadaran, penge-
7) Keamanan Siber, dengan arahan
tahuan, dan tata cara berjualan
kebijakan:
online bagi pemerintah daerah
 Peningkatan kesadaran keamanan
khususnya dinas-dinas yang
siber dan penerapan sistem
langsung berhubungan dengan
manajemen pengamanan informasi;
pelaku UMKM;
 Peningkatan kesadaran konsumen
 Peningkatan kesadaran dan
agar mampu mendeteksi dan
pemahaman pelaku UMKM
mencegah terjadinya kejahatan
mengenai perdagangan berbasis
dunia maya (cyber crime); serta,
elektronik (e-commerce);
 Terbentuknya sistem dan badan
 Pengembangan fasilitator edukasi
pengaduan terkait keamanan siber.
perdagangan berbasis elektronik (e-
commerce) bagi pelaku usaha; 8) Lainnya, dengan arahan kebijakan:
 kebutuhan UMKM berdasarkan  Pendataan dan pemuatan database
jenis usaha dan lama pengalaman asosiasi/ komunitas/ paguyuban
UMKM dalam berjualan online; pelaku UMKM;
 Memfokuskan pelatihan berdasar-  Memanfaatkan atau mengembang-
kan kelompok usaha; kan keberadaan internet marketers
 Meningkatkan pengetahuan masya- untuk membantu memasarkan
rakat dalam pemasaran produk produk-produk UMKM.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 36
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

3. Pariwisata Strategi pengembangan destinasi


pariwisata dijelaskan melalui penetapan
Pengembangan pariwisata Kabupaten
Destinasi Pariwisata Daerah Kabupaten
Bandung diatur dalam Rencana Induk
(DPD) yang meliputi Kawasan
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun
Pengembangan Pariwisata Daerah
2018-2025 yang tertuang dalam Perda
Kabupaten (KPPD), dan Kawasan Strategis
Kabupaten Bandung nomor 4 tahun 2019. Di
Pariwisata Daerah Kabupaten (KSPD). DPD
dalam Ripparda, dirumuskan strategi
mempunyai fungsi sebagai pintu masuk
pembangunan kepariwisataan daerah
utama, pusat pelayanan pariwisata, pusat
kabupaten yang terdiri atas 4 (empat)
informasi terpadu dan penyebar pergerakan
strategi yaitu; destinasi, industri, pemasaran
wisatawan ke KPPD dan KSPD.
dan kelembagaan pariwisata.

Tabel 3.5 Lokasi pengembangan destinasi wisata (DPD, KPPD dan KSPD) di Kab. Bandung

Kategori Destinasi
DPD a. DPD Soreang dan sekitarnya dengan pusat DPD Kecamatan Soreang;
b. DPD Pacira dengan pusat DPD Kecamatan Ciwidey;
a. DPD Pangalengan dengan pusat DPD Kecamatan Pangalengan;
b. DPD Majalaya dan sekitarnya dengan pusat DPD Kecamatan Majalaya;
c. DPD Cicalengka dan sekitarnya dengan pusat DPD Kecamatan Cicalengka;
d. DPD Cimenyan-Cilengkrang-Cileunyi dengan pusat DPD Kecamatan Cileunyi;
e. DPD Dayeuhkolot-Baleendah-Margacinta dengan pusat DPD Kecamatan
Dayeuhkolot.
KPPD i. KPPD Wisata Petualangan Alam Lamajang;
ii. KPPD Agrowisata Rekreatif Malabar;
iii. KPPD Ekowisata Hulu Sungai Citarum;
iv. KPPD Wisata Perkotaan Terpadu Majalaya;
v. KPPD Wisata Alam dan Sejarah Paseh;
vi. KPPD Wisata Kriya Rancaekek;
vii. KPPD Wisata Budaya Cileunyi;
viii. KPPD Wisata Budaya dan Sejarah Dayeuhkolot dan Baleendah
KSPD a. KSPD Wisata Perkotaan Terpadu Soreang;
b. KSPD Agrowisata dan Desa Wisata Ciwidey;
c. KSPD Wisata Alam Tirta Situ Patenggang;
d. KSPD Agrowisata Rancabali;
e. KSPD Seni dan Budaya Tradisional Sunda Jelekong;
f. KSPD Perairan Danau Situ Cileunca;
g. KSPD Geowisata Panas Bumi Kamojang;
h. KSPD wisata alam, dan Sejarah Kerajaan Kendan Cicalengka-Nagreg;
i. KSPD Geowisata Cimenyan-Cilengkrang-Cileunyi; dan
j. KSPD Wisata Alam, Budaya dan Sejarah Dayeuhkolot dan Baleendah.
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2018, dimodifikasi

Strategi Pembangunan Industri bertaraf internasional dan berwawasan


Pariwisata meliputi: lingkungan; dan
a. penciptaan iklim investasi dan usaha c. pengembangan kemitraan industri besar
yang kondusif bagi pengembangan di bidang Pariwisata atau industri yang
Industri Pariwisata yang berkelanjutan; lokasinya lintas Kabupaten dengan
b. penguatan jejaring Industri Pariwisata Industri Pariwisata dengan Industri
regional, nasional, dan internasional Pariwisata berskala mikro, kecil, dan
untuk mencapai kredibilitas bisnis dan menengah dalam memberikan TDUP dan
standar pengelolaan serta pelayanan Sertifikasi Usaha Pariwisata.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 37
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

Strategi Pembangunan Pemasaran laksana Daya Tarik Wisata Kecamatan


Pariwisata meliputi: untuk mewujudkan satu kesatuan
Destinasi Pariwisata yang berdaya saing
a. pengembangan sistem Pemasaran
nasional;
Pariwisata yang terpadu dan sinergis
b. peningkatan kapasitas dan kinerja
antara Pemerintah Daerah Kabupaten,
Kelembagaan Kepariwisataan di
Badan Promosi Pariwisata Daerah
lingkungan pemerintahan dan Industri
Kabupaten, Usaha Pariwisata, dan
Pariwisata agar dapat melakukan
masyarakat; dan
perencanaan, pengelolaan, dan
b. pengembangan Pemasaran Pariwisata
pengawasan yang efektif dan optimal;
yang bertanggung jawab dengan
c. pengembangan sistem insentif untuk
berbasis pada riset pasar dan
meningkatkan kualitas SDM Pariwisata
pemanfaatan teknologi informasi dan
berkompetensi nasional dan
komunikasi.
internasional; dan
Strategi Pembangunan Kelembagaan d. pengembangan kerja sama dengan
Kepariwisataan meliputi: lembaga pendidikan untuk
a. peningkatan integrasi dan koordinasi menghasilkan SDM Pariwisata yang
Pembangunan Kepariwisataan Daerah berkompetensi nasional dan
Kabupaten dengan tata kelola dan tata internasional.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 38
Rencana dan Kebijakan Perekonomian

4. Gambaran Umum
Perekonomian Kabupaten
Bandung

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 39

https://www.tiket.com/to-do/kawah-putih-bandung-viva-wisata#gallery
Gambaran Umum Perekonomian

4.1 Ekonomi Kab. Bandung mengalami penurunan akibat dampak


dalam Konstelasi Regional pandemi COVID-19. Tercatat hanya 3 (tiga)
Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang
Berdasarkan data Produk Domestik Regional mengalami pertumbuhan positif yaitu Kota
Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan
Banjar (1,04%), Kab. Majalengka (0,86%)
(ADHK) 2010 menurut Kabupaten/Kota di
dan Kab. Kuningan (0,09%). Sisanya, 24
Provinsi Jawa Barat Tahun 2020, Kabupaten
Kabupaten/Kota mengalami pertumbuhan
Bandung memilki nilai PDRB ADHK sebesar
negatif, dengan rata-rata total di Jawa Barat
80.829 miliar rupiah, atau berada pada mencapai 1,35%. Dari 24 Kabupaten/Kota
peringkat ke-5 dari 27 Kabupaten/Kota di
tersebut, terdapat 13 Kabupaten/Kota yang
Jawa Barat, dengan kontribusi sebesar
mengalami pertumbuhan negatif di atas rata-
5,49%. Nilai PDRB ADHK Kabupaten rata Jawa Barat, dan Kabupaten Bandung
Bandung tersebut juga berada di atas nilai
merupakan salah satu diantaranya dengan
rata-rata Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar
pertumbuhan negatif sebesar 1,87%. Meski
55.549 miliar rupiah. Selain itu, dari total 27
demikian, pandemi COVID-19 ini melanda
Kabupaten/Kota, hanya terdapat 7
seluruh wilayah Indonesia, bahkan dunia,
Kabupaten/Kota yang memiliki nilai PDRB dan diperkirakan baru akan pulih pada 2-3
ADHK di atas rata-rata Provinsi Jawa Barat.
tahun mendatang, sehingga indikator-
Pada tahun 2020, perekonomian indikator perekonomian regional juga
regional, termasuk juga Kabupaten Bandung, diprediksi akan mengalami penurunan.

Grafik 4.1 PDRB ADHK Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2020

Sumber: BPS, 2021, dimodifikasi

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 40
Gambaran Umum Perekonomian

Meskipun gambaran ekonomi agregat penduduk paling banyak kedua di Provinsi


Kabupaten Bandung dapat dikatakan cukup Jawa Barat, di bawah Kabupaten Bogor.
baik, relatif terhadap Provinsi Jawa Barat dan
Hasilnya, angka PDRB ADHK per kapita
kondisi pandemi COVID-19, terdapat
Kabupaten Bandung tahun 2020 adalah
indikator lain yang juga perlu diperhatikan
22,31 juta rupiah. Angka ini berada pada
yaitu PDRB ADHK per kapita, yang membagi
peringkat ke-13 dari 27 Kabupaten/Kota
angka PDRB terhadap jumlah penduduk di
yang ada di Jawa Barat. Angka tersebut juga
Kabupaten Bandung. Pada tinjauan ini, PDRB
berada di bawah nilai rata-rata
yang digunakan adalah PDRB ADHK tahun
Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Artinya,
2020 dengan jumlah penduduk Kabupaten
kondisi kesejahteraan masyarakat
Bandung hasil sensus penduduk tahun 2020
Kabupaten Bandung secara keseluruhan
yaitu sebanyak 3,62 juta jiwa, yang juga
masih relatif rendah.
merupakan Kabupaten/Kota dengan

Grafik 4.2 PDRB ADHK per Kapita Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2020

Sumber: BPS, 2021, dimodifikasi

Dengan demikian dapat disimpulkan peringkat ke-5 di Jawa Barat), tetapi masih
bahwa kinerja ekonomi Kabupaten Bandung perlu ditingkatkan karena nilai PDRB per
dalam konstelasi regional Jawa Barat pada kapita-nya masih relatif rendah (di bawah
tahun 2020 telah memiliki pencapaian yang rata-rata dengan peringkat ke-13 di Jawa
cukup baik (di atas rata-rata dengan Barat).

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 41
Gambaran Umum Perekonomian

4.2 Tipologi Kabupaten/Kota di Wilayah yang maju dan tumbuh pesat


Provinsi Jawa Barat didefinisikan sebagai wilayah yang memiliki
laju pertumbuhan dan kontribusi PDRB di
Untuk menentukan tipologi Kabupaten/Kota atas nilai rata-rata seluruh Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Barat, dilakukan metode
di Jawa Barat. Kemudian, wilayah yang
analisis Tipologi Klassen, dengan mengguna-
berkembang pesat ialah wilayah yang
kan data nilai rata-rata laju pertumbuhan dan
memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi tetapi
rata-rata kontribusi PDRB ADHK Kabupaten
memiliki kontribusi lebih rendah.
/Kota di Jawa Barat tahun 2010-2020, relatif
terhadap nilai rata-rata Kabupaten/Kota di Sedangkan wilayah yang maju tapi
Provinsi Jawa Barat. tertekan ialah wilayah yang memiliki laju
pertumbuhan lebih rendah tetapi memiliki
Metode ini mengelompokkan Kabupaten
kontribusi lebih tinggi. Adapun wilayah yang
/Kota ke dalam 4 (empat) kategori wilayah
relatif tertinggal ialah wilayah yang memiliki
yaitu: wilayah yang maju dan tumbuh pesat,
laju pertumbuhan dan kontribusi yang lebih
wilayah yang berkembang pesat, wilayah
rendah dari rata-rata seluruh Kabupaten/
yang maju tapi tertekan, serta wilayah yang
Kota di Jawa Barat.
relatif tertinggal.

Grafik 4.3 Tipologi klassen Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 42
Gambaran Umum Perekonomian

Hasil analisis Tipologi Klassen 4.3 Struktur Ekonomi


menunjukkan bahwa Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung
termasuk dalam kategori wilayah yang maju
dan tumbuh pesat, karena memiliki nilai di Berdasarkan data PDRB ADHK Kabupaten
Bandung tahun 2010-2020, nilai total PDRB
atas rata-rata Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
Kabupaten Bandung pada tahun 2020 ialah
Kabuapten Bnadung memiliki nilai rata-rata
sebesar 80,8 triliun rupiah, angka tersebut
laju pertumbuhan sebesar 5,28% dan rata-
mengalami peningkatan sebanyak 32,4
rata kontribusi PDRB sebesar 5,37%, relatif
terhadap rata-rata seluruh Kabupaten/Kota triliun dari tahun 2010 (48,4 triliun rupiah),
atau mengalami total pertumbuhan sebesar
di Provinsi Jawa Barat yang memiliki nilai
66,9%, dengan rata-rata 5,3% per tahun.
pertumbuhan sebesar 4,9% dan rata-rata
kontribusi PDRB sebesar 3,69%. Jika dilihat perkembangan nilainya
selama kurun 10 tahun terakhir, maka secara
Selain itu, terdapat 3 (tiga) Kabupaten/
umum, nilai PDRB ADHK Kabupaten Bandung
Kota lainnya yang termasuk ke dalam
terus mengalami peningkatan setiap
kelompok wilayah yang maju dan tumbuh
tahunnya, kecuali pada tahun 2020.
pesat yaitu Kabupaten Bogor dan Kota
Bekasi. Sedangkan kelompok lainnya terdiri Pencapaian PDRB ADHK paling tinggi terjadi
pada tahun 2019 yang mencapai 82,4 triliun,
dari; 11 (sebelas) Kabupaten/Kota termasuk
sebelum akhirnya terdampak COVID-19, dan
wilayah yang berkembang pesat; 3 (tiga)
Kabupaten/Kota termasuk wilayah yang turun sebesar 1,5 triliun rupiah pada tahun
2020. Sedangkan pertumbuhan paling tinggi
maju tapi tertekan; serta, 9 (sembilan)
terjadi pada tahun 2016 yang tumbuh hampir
Kabupaten/Kota termasuk wilayah yang
4,1 triliun rupiah atau mencapai 6,34%.
relatif tertinggal.

Tabel 4.1 PDRB ADHK Kab. Bandung menurut sektor ekonomi tahun 2010-2020 (miliar rupiah)

Sektor ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020*
Pertanian, kehutanan dan
4.606 4.603 4.692 4.845 4.728 4.863 5.072 5.357 5.431 5.486 5.515
perikanan
Pertambangan dan
1.574 1.603 1.547 1.478 1.452 1.513 1.650 1.638 1.730 1.668 1.709
penggalian
Industri pengolahan 24.669 26.046 27.583 29.233 31.194 32.993 34.953 36.963 39.596 42.614 41.306
Pengadaan listrik dan gas 66 71 81 87 87 89 94 96 94 95 90
Pengadaan air,
pengelolaan sampah, 16 18 20 21 22 22 23 25 27 28 31
limbah dan daur ulang
Konstruksi 2.767 2.991 3.242 3.524 3.847 4.129 4.440 4.913 5.344 5.697 5.717
Perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil 6.490 7.054 7.609 8.216 8.681 9.138 9.677 10.222 10.694 11.124 10.590
dan sepeda motor
Transportasi dan
1.629 1.756 1.934 2.033 2.243 2.405 2.567 2.705 2.820 2.890 2.799
pergudangan
Penyediaan akomodasi
1.097 1.183 1.318 1.391 1.456 1.560 1.661 1.768 1.894 2.029 1.966
dan makan minum
Informasi dan
690 755 826 931 1.094 1.273 1.455 1.644 1.803 1.994 2.465
komunikasi
Jasa keuangan dan
316 345 376 412 428 461 511 531 558 574 607
asuransi
Real estate 568 607 658 673 712 767 834 918 1.015 1.113 1.109
Jasa perusahaan 219 223 239 255 268 292 317 343 373 405 348
Administrasi pemerintah,
pertahanan dan 1.212 1.238 1.288 1.334 1.382 1.459 1.502 1.516 1.544 1.593 1.491
jaminan sosial wajib
Jasa pendidikan 1.267 1.395 1.567 1.679 1.830 1.981 2.122 2.290 2.433 2.587 2.698
Jasa kesehatan dan
300 325 357 402 433 479 538 600 649 708 684
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 953 1.037 1.133 1.176 1.244 1.277 1.391 1.510 1.605 1.731 1.704
PDRB ADHK 2010 48.432 51.250 54.468 57.691 61.100 64.702 68.805 73.040 77.609 82.337 80.829

Sumber: BPS, 2021, dimodifikasi

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 43
Gambaran Umum Perekonomian

Kemudian jika dilihat kontribusi masing- bahwa sektor ekonomi dengan kontribusi
masing sektor, sektor PDRB dengan rata-rata paling besar, dengan angka di atas rata-rata
kontribusi paling besar dari tahun 2010- kontribusi sektor ekonomi di Kabupaten
2020 ialah sektor industri pengolahan Bandung (5,88%), ialah sektor industri
(50,97%); sektor perdagangan besar dan pengolahan yang mencapai 51,1%, kemudian
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sektor perdagangan besar dan eceran,
(13,81%); serta sektor pertanian, kehutanan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar
dan perikanan (7,82%). Kondisi tersebut 13,1%; sektor konstruksi sebesar 7%; serta
juga tercermin PDRB ADHK Kabupaten sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
Bandung tahun 2020, yang menunjukkan sebesar 6,8%.

Grafik 4.4 Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB ADHK Kab. Bandung tahun 2020

Sumber: BPS, 2021, diolah

Jika dilihat dari laju pertumbuhan setiap Untuk laju pertumbuhan pada tahun
sektor, sektor industri pengolahan 2020, yang mana kondisi ekonomi
merupakan sektor dengan peningkatan dipengaruhi oleh pandemi, terdapat 7 sektor
nominal paling tinggi selama tahun 2011- yang memiliki pertumbuhan positif, dan
2020, yaitu sebanyak 16,6 triliun rupiah, hanya 4 sektor yang mengalami kenaikan
tetapi hanya mengalami pertumbuhan total dari tahun 2019 yaitu: sektor informasi dan
sebesar 67,4%, atau rata-rata 5,3% per komunikasi yang tumbuh 23,61% pada tahun
tahun. Sedangkan sektor dengan 2020 dari sebelumnya 10,61% pada tahun
pertumbuhan paling tinggi adalah sektor 2019; sektor pengadaan air, pengelolaan
informasi dan komunikasi yang memiliki sampah, limbah dan daur ulang yang tumbuh
total pertumbuhan mencapai 257,1%, atau 10,22% dari sebelumnya 4,07%; sektor jasa
rata-rata 13,7% per tahun, yang juga keuangan dan asuransi yang tumbuh 5,72%
merupakan satu-satunya sektor yang dari sebelumnya 2,91%; serta sektor
mencapai angka pertumbuhan rata-rata di pertambangan dan penggalian yang tumbuh
atas 10%. 0,43% dari sebelumnya -1,63%.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 44
Gambaran Umum Perekonomian

Grafik 4.5 Laju pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2011-2020

Sumber: BPS, 2021, diolah

Berdasarkan grafik tersebut, dapat 1. Tipologi Klassen


dilihat bahwa sektor yang memiliki
Analisis Tipologi Klassen juga dilakukan
kontribusi tinggi terhadap PDRB Kabupaten
untuk melihat tipologi sektor ekonomi
Bandung, cenderung mengalami penurunan
Kabupaten Bandung, relatif terhadap sektor
pada tahun 2020, seperti: sektor industri
ekonomi Provinsi Jawa Barat. Data yang
pengolahan yang tumbuh sebesar -3,27%
digunakan ialah nilai rata-rata laju
dari sebelumnya 7,49%; sektor perdagangan
pertumbuhan dan rata-rata kontribusi sektor
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
ekonomi PDRB ADHK menurut lapangan
motor yang tumbuh sebesar -3,78% dari
usaha tahun 2010-2020. Hasilnya akan
sebelumnya 3,83%; sedangkan sektor
terdapat 4 (empat) kategori sektor ekonomi
pertanian, kehutanan dan perikanan
yaitu; sektor yang maju dan tumbuh pesat
mengalami pertumbuhan positif yaitu
(prima), sektor yang potensial atau masih
sebesar 0,19%, meskipun mengalami
dapat berkembang pesat; sektor yang maju
penurunan dari sebelumnya 1,28%. Jika
tapi tertekan; serta, sektor yang relatif
dilihat angka pertumbuhan pada tahun 2019,
tertinggal.
sektor pertanian memiliki tren menurun,
sedangkan sektor industri pengolahan dan Berdasarkan perhitungan pada Tabel
perdagangan memiliki tren meningkat. 4.2, terdapat 8 (delapan) sektor ekonomi di
Kabupaten Bandung yang memiliki nilai rata-
rata kontribusi di atas nilai rata-rata Provinsi
4.4 Tinjauan Sektor Ekonomi Jawa Barat, serta 6 (enam) sektor ekonomi
Unggulan Kab. Bandung yang memiliki nilai rata-rata laju
pertumbuhan di atas nilai rata-rata Provinsi
Tinjauan dilakukan dengan membandingkan
Jawa Barat. Selain itu, hanya terdapat 2 (dua)
kinerja sektor ekonomi Kabupaten Bandung
sektor ekonomi yang memiliki baik nilai rata-
terhadap Provinsi Jawa Barat dengan
rata kontribusi dan rata-rata laju
menggunakan 3 (tiga) jenis analisis yaitu
pertumbuhan di atas nilai rata-rata Provinsi
tipologi klassen, analisis location quotient
Jawa Barat.
(LQ) dan dynamic LQ, serta shift share.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 45
Gambaran Umum Perekonomian

Tabel 4.2 Perbandingan rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor ekonomi di
Kabupaten Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2020

Rata-rata kontribusi sektor Rata-rata laju pertumbuhan


Lapangan Usaha ekonomi tahun 2010-2020 sektor ekonomi 2010-2020
Bandung Jawa Barat Bandung Jawa Barat
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 7,82% 8,04% 1,84% 1,82%
Pertambangan dan Penggalian 2,50% 2,30% 0,91% -2,12%
Industri Pengolahan 50,97% 43,42% 5,33% 5,29%
Pengadaan Listrik dan Gas 0,13% 0,48% 3,23% 0,29%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
0,03% 0,08% 6,84% 5,83%
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 6,39% 8,00% 7,56% 8,09%
Perdagangan Besar dan Eceran,
13,81% 15,65% 5,07% 5,88%
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 3,58% 4,57% 5,64% 7,44%
Penyediaan Akomodasi dan Makan
2,40% 2,52% 6,07% 7,33%
Minum
Informasi dan Komunikasi 2,00% 3,55% 13,65% 13,36%
Jasa Keuangan dan Asuransi 0,71% 2,42% 6,78% 6,83%
Real Estate 1,23% 1,19% 6,98% 7,80%
Jasa Perusahaan 0,45% 0,40% 5,31% 8,79%
Administrasi Pemerintah, Pertahanan
2,19% 2,12% 2,14% 2,24%
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 3,00% 2,57% 7,87% 10,00%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,75% 0,71% 8,69% 9,93%
Jasa Lainnya 2,04% 1,99% 6,04% 9,08%
PDRB ADHK 100,00% 100,00% 5,28% 5,69%
Keterangan:
Rata-rata kontribusi sektor ekonomi Kab. Bandung lebih tinggi dari Jawa Barat
Rata-rata laju pertumbuhan sektor ekonomi Kab. Bandung lebih tinggi dari Jawa Barat
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Tabel 4.3 Tipologi sektor ekonomi Kab. Bandung terhadap Jawa Barat tahun 2010-2020

Rata-rata laju pertumbuhan sektoral tahun 2010-2020


gi < gp gi ≥ gp
Sektor maju tapi tertekan: Sektor maju dan tumbuh pesat
1. Real estate; (prima):
2. Jasa perusahaan; 1. Pertambangan dan penggalian;
3. Administrasi pemerintah, pertahanan 2. Industri pengolahan;
si ≥ sp
dan jaminan sosial wajib;
Rata-rata 4. Jasa pendidikan;
kontribusi 5. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
sektoral 6. Jasa lainnya.
tahun Sektor relatif tertinggal: Sektor potensial, atau masih dapat
2010- 1. Konstruksi; berkembang pesat:
2020 2. Perdagangan besar dan eceran, 1. Pertanian, kehutanan dan
reparasi mobil dan sepeda motor; perikanan;
si < sp
3. Transportasi dan pergudangan; 2. Pengadaan listrik dan gas;
4. Penyediaan akomodasi dan makan 3. Pengadaan air, pengelolaan
minum; sampah, limbah dan daur ulang;
5. Jasa keuangan dan asuransi. 4. Informasi dan komunikasi.
Keterangan:
gi = Rata-rata laju pertumbuhan sektoral Kabupaten Bandung
gp = Rata-rata laju pertumbuhan sektoral Provinsi Jawa Barat
si = Rata-rata kontribusi sektoral Kabupaten Bandung
sp = Rata-rata kontribusi sektoral Provinsi Jawa Barat
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 46
Gambaran Umum Perekonomian

Secara umum dapat disimpulkan bahwa basis atau leading sector dalam
pada kurun waktu 2010-2020 relatif pembangunan ekonomi. Sektor basis adalah
terhadap Jawa Barat, Kabupaten Bandung sektor yang dapat memenuhi kebutuhan
memiliki keunggulan pada sektor ekonomi lokal sehingga mampu melakukan kegiatan
yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber ekspor.
daya alam atau sektor primer seperti
Analisis LQ dilakukan dengan membagi
pertambangan penggalian, industri
nilai perbandingan antara jumlah PDRB per
pengolahan, serta pertanian kehutanan dan
sektor di Kabupaten Bandung terhadap total
perikanan. Kabupaten Bandung juga unggul
PDRB Kabupaten Bandung dengan nilai
di sebagai sektor sebagian sekunder dan
perbandingan antara jumlah PDRB per sektor
tersier, terutama yang berkaitan dengan
provinsi Jawa Barat terhadap total PDRB
pelayanan publik seperti pemerintahan,
provinsi Jawa Barat. Hasilnya adalah sebuah
pendidikan dan kesehatan.
nilai LQ yang mana jika nilai LQ sektor >1,
2. Analisis Location Quotient (LQ) maka sektor tersebut merupakan sektor
dan Dynamic LQ (DLQ) basis, sedangkan bila LQ = 1, maka produk
domestik bruto habis dikonsumsi di daerah
Analisis LQ dilakukan untuk mengetahui
tersebut, sedangkan bila LQ sektor < 1, maka
tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi,
sektor tersebut merupakan sektor non-basis.
serta memberikan gambaran terkait sektor

Tabel 4.4 Hasil analisis LQ sektor ekonomi Kab. Bandung terhadap Jawa Barat 2010-2020

Rata-
Sektor ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
rata
Pertanian, kehutanan dan
0,97 0,98 1,00 0,99 0,96 0,98 0,96 0,99 0,98 0,95 0,93 0,97
perikanan
Pertambangan dan
0,98 1,04 1,07 1,04 1,00 1,03 1,13 1,13 1,24 1,24 1,29 1,09
penggalian
Industri pengolahan 1,14 1,15 1,17 1,16 1,17 1,17 1,18 1,18 1,18 1,21 1,21 1,17
Pengadaan listrik dan gas 0,23 0,26 0,27 0,27 0,26 0,28 0,28 0,32 0,32 0,32 0,33 0,28
Pengadaan air,
pengelolaan sampah, 0,42 0,45 0,47 0,47 0,45 0,44 0,43 0,42 0,43 0,43 0,42 0,44
limbah dan daur ulang
Konstruksi 0,82 0,79 0,75 0,76 0,78 0,78 0,80 0,81 0,81 0,81 0,86 0,79
Perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil 0,87 0,88 0,85 0,88 0,89 0,90 0,90 0,90 0,90 0,86 0,89 0,88
dan sepeda motor
Transportasi dan
0,82 0,79 0,80 0,80 0,82 0,80 0,78 0,77 0,76 0,74 0,74 0,78
pergudangan
Penyediaan akomodasi
0,95 0,96 1,00 1,01 0,99 0,98 0,95 0,92 0,91 0,90 0,92 0,95
dan makan minum
Informasi dan komunikasi 0,62 0,56 0,56 0,58 0,57 0,57 0,56 0,57 0,56 0,57 0,52 0,57
Jasa keuangan dan
0,29 0,30 0,30 0,30 0,29 0,29 0,29 0,29 0,29 0,28 0,30 0,29
asuransi
Real estate 1,08 1,04 1,04 1,02 1,02 1,03 1,05 1,05 1,05 1,04 1,01 1,04
Jasa perusahaan 1,23 1,14 1,14 1,14 1,11 1,10 1,10 1,09 1,08 1,07 1,12 1,12
Administrasi pemerintah,
pertahanan dan 0,96 1,02 1,02 1,07 1,10 1,09 1,08 1,04 1,03 1,01 1,01 1,04
jaminan sosial wajib
Jasa pendidikan 1,32 1,28 1,25 1,24 1,17 1,14 1,13 1,11 1,11 1,11 1,08 1,18
Jasa kesehatan dan
1,05 1,06 1,07 1,13 1,05 1,01 1,02 1,05 1,04 1,03 1,05 1,05
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 1,18 1,12 1,13 1,10 1,06 0,99 0,98 0,96 0,96 0,95 0,96 1,04

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 47
Gambaran Umum Perekonomian

Secara sederhana, jika melihat Tabel 4.3 Berdasarkan hasil analisis LQ yang
pada halaman sebelumnya, hasil analisis LQ, dilakukan, dapat dilihat bahwa, dari 8
dengan nilai LQ >1, merupakan baris pertama (delapan) sektor basis, terdapat 7 (tujuh)
pada tabel, atau sektor basis merupakan sektor yang hampir secara konsisten dari
sektor yang berada pada kategori sektor tahun 2010 sampai tahun 2020 memiliki nilai
maju dan tumbuh pesat (prima) serta sektor LQ > 1, terdapat satu yang sektor yang
maju tapi tertekan. Analisis LQ dilakukan memiliki kecenderungan penurunan yaitu
untuk menggali lebih dalam mengenai nilai sektor jasa lainnya, serta 2 (dua) sektor yang
LQ dan peringkat dari sektor basis serta non- sempat menjadi sektor basis yaitu sektor
basis. Data yang digunakan pada analisis ini pertanian kehutanan dan perikanan satu kali
adalah PDRB ADHK tahun 2010-2020, pada tahun 2012, serta sektor penyediaan
sehingga nilai LQ yang diperoleh merupakan akomodasi makan dan minum dua kali pada
nilai rata-rata dari tahun 2010-2020. tahun 2012-2013.

Tabel 4.5 Peringkat sektor ekonomi Kab. Bandung hasil analisis LQ tahun 2010-2020

Peringkat Sektor Ekonomi Nilai LQ Ket.


2010-2020
1 Jasa Pendidikan 1,18
2 Industri Pengolahan 1,17
3 Jasa Perusahaan 1,12
Sektor
4 Pertambangan dan Penggalian 1,09
basis
5 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,05
LQ ≥ 1
6 Jasa Lainnya 1,04
7 Real Estate 1,04
8 Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,04
9 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0,97
10 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,95
11 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,88
12 Konstruksi 0,79 Sektor
non-
13 Transportasi dan Pergudangan 0,78
basis
14 Informasi dan Komunikasi 0,57 LQ < 1
15 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,44
16 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,29
17 Pengadaan Listrik dan Gas 0,28

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Sebagai penyempurnaan hasil LQ, Berdasarkan hasil perhitungan DLQ,


dilakukan juga analisis Dynamic LQ (DLQ) pada kurun waktu 2011-2020, setiap sektor
dengan menggunakan data yang sama. Pada sempat menjadi sektor strategis, tetapi
analisis DLQ, jika diperoleh nilai DLQ > 1 secara rata-rata hanya terdapat 5 (lima)
maka dapat diindikasikan jika potensi sektor strategis. Dari kelima sektor tersebut,
pengembangan sektor yang bersangkutan sektor pertambangan dan penggalian,
relatif lebih cepat dibandingkan sektor yang industri pengolahan, serta pengadaan listrik
sama di Provinsi Jawa Barat. Atau dengan dan gas yang relatif konsisten menjadi sektor
kata lain sektor dengan nilai DLQ > 1 dapat strategis. Berikut adalah hasil pemeringkatan
dikatakan sebagai sektor strategis sektor strategis di Kabupaten Bandung
pengembangan ekonomi. berdasarkan hasil perhitungan DLQ.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 48
Gambaran Umum Perekonomian

Tabel 4.6 Hasil analisis DLQ sektor ekonomi Kab. Bandung terhadap Jawa Barat 2010-2020

Rata-
Sektor ekonomi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
rata
Pertanian, kehutanan dan
1,014 1,021 0,992 0,966 1,019 0,980 1,031 0,988 0,975 0,974 0,999
perikanan
Pertambangan dan
1,061 1,034 0,972 0,960 1,029 1,094 1,006 1,095 1,001 1,041 1,028
penggalian
Industri pengolahan 1,006 1,015 0,993 1,007 1,005 1,005 0,996 1,003 1,023 1,004 1,006
Pengadaan listrik dan gas 1,116 1,052 1,005 0,933 1,094 1,006 1,146 0,977 1,011 1,021 1,038
Pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur 1,077 1,044 0,994 0,963 0,972 0,977 0,985 1,010 1,000 0,989 1,003
ulang
Konstruksi 0,957 0,959 1,009 1,027 1,000 1,017 1,024 0,999 0,998 1,065 0,999
Perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil 1,011 0,967 1,030 1,015 1,007 1,008 1,003 0,989 0,956 1,039 0,998
dan sepeda motor
Transportasi dan
0,972 1,006 1,006 1,018 0,974 0,974 0,997 0,984 0,976 0,995 0,990
pergudangan
Penyediaan akomodasi dan
1,014 1,044 1,011 0,980 0,983 0,968 0,974 0,985 0,990 1,019 0,994
makan minum
Informasi dan komunikasi 0,902 0,990 1,037 0,993 0,993 0,994 1,002 0,999 1,002 0,913 0,990
Jasa keuangan dan asuransi 1,032 1,005 0,979 0,988 0,994 0,985 0,996 0,999 0,997 1,039 0,997
Real estate 0,965 1,002 0,975 1,005 1,013 1,014 1,000 1,002 0,992 0,972 0,996
Jasa perusahaan 0,928 0,995 0,997 0,974 0,997 0,999 0,991 0,993 0,987 1,044 0,985
Administrasi pemerintah,
pertahanan dan jaminan 1,058 1,000 1,055 1,023 0,993 0,993 0,957 0,997 0,974 1,000 1,005
sosial wajib
Jasa pendidikan 0,966 0,982 0,988 0,945 0,975 0,989 0,985 1,000 1,001 0,972 0,981
Jasa kesehatan dan Kegiatan
1,004 1,009 1,062 0,922 0,961 1,019 1,022 0,997 0,987 1,015 0,998
Sosial
Jasa lainnya 0,947 1,013 0,966 0,965 0,935 0,995 0,982 0,991 0,996 1,006 0,977

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Tabel 4.7 Peringkat sektor ekonomi Kab. Bandung hasil analisis DLQ tahun 2010-2020

Peringkat Sektor Ekonomi Nilai DLQ Ket.


2010-2020
1 Pengadaan Listrik dan Gas 1,038
2 Pertambangan dan Penggalian 1,028 Sektor
3 Industri Pengolahan 1,006 strategis
4 Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,005 DLQ ≥ 1
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1,003
6 Konstruksi 0,999
7 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0,999
8 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,998
9 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,998
10 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,997 Sektor
11 Real Estate 0,996 non-
12 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,994 strategis
13 Informasi dan Komunikasi 0,990 DLQ < 1
14 Transportasi dan Pergudangan 0,990
15 Jasa Perusahaan 0,985
16 Jasa Pendidikan 0,981
17 Jasa Lainnya 0,977

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 49
Gambaran Umum Perekonomian

Dengan menyandingkan hasil analisis LQ serta sektor industri pengolahan merupakan


dan DLQ maka dapat disusun klasifikasi sektor dengan kriteria di atas Provinsi Jawa
sektor ekonomi Kabupaten Bandung relatif Barat, dalam ini merupakan sektor unggulan;
terhadap Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi ini sektor andalan dan sektor prospektif juga
membagi sektor ekonomi ke dalam 4 (empat) didominasi oleh sektor sekunder dan tersier,
kriteria yaitu sektor unggulan (merupakan terutama sektor jasa yang berkaitan dengan
sektor dengan nilai LQ dan DLQ > 1), sektor pelayanan publik. Sedangkan perbedaannya,
prospektif (LQ>1; DLQ<1), sektor andalan pada analisis ini, sektor pertanian, kehutanan
(LQ<1; DLQ>1), dan sektor relatif tertinggal dan perikanan, justru termasuk ke dalam
(LQ dan DLQ <1). sektor yang relatif tertinggal. Meski
demikian, nilai DLQ yang diperoleh sektor
Jika melihat hasil perhitungan dengan
tersebut hampir mendekati angka 1 (satu),
analisis LQ dan DLQ, terdapat beberpa
dengan demikian masih berpotensi
kesamaan dengan hasil tipologi klassen,
mengalami peningkatan.
yaitu: sektor pertambangan dan penggalian,

Tabel 4.8 Klasifikasi sektor berdasarkan hasil analisis LQ dan DLQ tahun 2010-2020

Kriteria LQ<1 LQ>1


Sektor andalan: Sektor unggulan:
1. Real estate; 1. Pertambangan dan penggalian;
2. Jasa perusahaan; 2. Industri pengolahan;
DLQ>1
3. Jasa pendidikan; 3. Administrasi pemerintah,
4. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial; pertahanan dan jaminan sosial
5. Jasa lainnya. wajib.

Sektor relatif tertinggal: Sektor prospektif:


1. Pertanian, kehutanan dan perikanan; 1. Pengadaan listrik dan gas;
2. Konstruksi; 2. Pengadaan air, pengelolaan
3. Perdagangan besar dan eceran, reparasi sampah, limbah dan daur ulang.
mobil dan sepeda motor;
DLQ<1
4. Transportasi dan pergudangan;
5. Penyediaan akomodasi dan makan
minum;
6. Informasi dan komunikasi;
7. Jasa keuangan dan asuransi.

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

3. Analisis Shift Share digunakan pada analisis ini adalah PDRB


ADHK tahun 2010-2020. Berikut adalah hasil
Analisis shift share dilakukan untuk
perhitungan analisis shift share Kabupaten
mengetahui perubahan dan pergeseran
Bandung tahun 2010-2020.
sektor pada perekonomian lokal dan
regional, serta dapat digunakan untuk Berdasarkan hasil perhitungan, pada
menetapkan sektor unggulan dan analisis komponen pertumbuhan regional, seluruh
dampak ekonominya bagi perekonomian sektor memiliki nilai positif. Hal ini
daerah. Komponen yang dipertimbangkan menggambarkan pertumbuhan sektor-sektor
meliputi komponen Pertumbuhan Regional tersebut secara positif dipengaruhi oleh
(PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan pertumbuhan Provinsi Jawa Barat. Dalam hal
Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW), dan ini, kebijakan umum secara regional
nilai pergeseran bersih (D). Data yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 50
Gambaran Umum Perekonomian

sektor pembangunan di Kabupaten Bandung keunggulan kompetitif, yang menunjukkan


terutama bagi sektor industri pengolahan; bahwa terdapat 10 sektor ekonomi
sektor perdagangan besar dan eceran; Kabupaten Bandung yang memiliki
reparasi mobil dan sepeda motor; sektor keunggulan komparatif dibandingkan
pertanian, kehutanan, dan pangan; serta dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat.
sektor konstruksi. Sektor ekonomi dengan nilai keunggulan
kompetitif paling tinggi adalah sektor
Selanjutnya, pada komponen per-
industri pengolahan serta sektor
tumbuhan proporsional menunjukkan bahwa
perdagangan besar dan eceran, reparasi
terdapat 11 sektor dengan nilai positif, dan 6
mobil dan sepeda motor. Hasil ini tidak lepas
dengan nilai negatif. Hal tersebut
dari potensi industri dan perdagangan
mengindikasikan bahwa secara keseluruhan
Kabupaten Bandung yang tinggi berkaitan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
dengan posisi Kabupaten Bandung dalam
Bandung relatif lebih cepat (untuk 11 sektor)
konstelasi Bandung Raya.
dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat
(11 sektor terkait), terutama sektor Sedangkan secara umum, nilai
informasi dan komunikasi serta sektor jasa pergeseran bersih memiliki nilai positif
pendidikan. Selain itu, hal ini juga untuk seluruh sektor ekonomi. Hal ini
mengindikasikan bahwa kebijakan daerah mengindikasikan bahwa keseluruhan sektor
secara umum mampu memberikan pengaruh tergolong progresif, terutama sektor industri
percepatan yang signifikan terhadap per- pengolahan dengan nilai yang unggul jauh
tumbuhan 11 sektor terkait di Kab. Bandung. dari sektor lainnya. Peringkat sektor
ekonomi hasil analisis shift share ditampilkan
Komponen selanjutnya adalah
pada tabel di halaman berikutnya.
pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) atau

Tabel 4.9 Hasil analisis shift share Kabupaten Bandung tahun 2010-2020

Komponen (miliar rupiah)


Sektor Ekonomi
PR PP PPW D
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2.787 -1.861 -16 909
Pertambangan dan Penggalian 952 -1.284 467 135
Industri Pengolahan 14.925 -2.044 3.756 16.637
Pengadaan Listrik dan Gas 40 -45 28 24
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang 10 4 1 15
Konstruksi 1.674 781 495 2.950
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 3.927 -456 630 4.100
Transportasi dan Pergudangan 985 356 -172 1.170
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 664 195 10 869
Informasi dan Komunikasi 418 1.747 -390 1.775
Jasa Keuangan dan Asuransi 191 69 31 291
Real Estate 343 224 -26 541
Jasa Perusahaan 128 29 -21 136
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 733 -574 119 279
Jasa Pendidikan 767 1.139 -476 1.430
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 182 182 21 384
Jasa Lainnya 576 494 -319 752
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 51
Gambaran Umum Perekonomian

Tabel 4.10 Peringkat sektor ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2010-2020 berdasarkan
komponen pada analisis shift share

PR PP
1. Industri Pengolahan; 1. Informasi dan Komunikasi;
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi 2. Jasa Pendidikan;
Mobil dan Sepeda Motor; 3. Konstruksi;
3. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; 4. Jasa Lainnya;
4. Konstruksi; 5. Transportasi dan Pergudangan;
5. Transportasi dan Pergudangan; 6. Real Estate;
6. Pertambangan dan Penggalian; 7. Penyediaan Akomodasi dan Makan
7. Jasa Pendidikan; Minum;
8. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan 8. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial;
Jaminan Sosial Wajib; 9. Jasa Keuangan dan Asuransi;
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 10. Jasa Perusahaan;
Minum; 11. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
10. Jasa Lainnya; Limbah dan Daur Ulang;
11. Informasi dan Komunikasi; 12. Pengadaan Listrik dan Gas;
12. Real Estate; 13. Perdagangan Besar dan Eceran,
13. Jasa Keuangan dan Asuransi; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
14. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; 14. Administrasi Pemerintah, Pertahanan
15. Jasa Perusahaan; dan Jaminan Sosial Wajib;
16. Pengadaan Listrik dan Gas; 15. Pertambangan dan Penggalian;
17. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 16. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
Limbah dan Daur Ulang. 17. Industri Pengolahan.
PPW Y
1. Industri Pengolahan; 1. Industri Pengolahan;
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi 2. Perdagangan Besar dan Eceran,
Mobil dan Sepeda Motor; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
3. Konstruksi; 3. Konstruksi;
4. Pertambangan dan Penggalian; 4. Informasi dan Komunikasi;
5. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan 5. Jasa Pendidikan;
Jaminan Sosial Wajib; 6. Transportasi dan Pergudangan;
6. Jasa Keuangan dan Asuransi; 7. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
7. Pengadaan Listrik dan Gas; 8. Penyediaan Akomodasi dan Makan
8. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Minum;
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 9. Jasa Lainnya;
Minum; 10. Real Estate;
10. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial;
Limbah dan Daur Ulang; 12. Jasa Keuangan dan Asuransi;
11. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; 13. Administrasi Pemerintah, Pertahanan
12. Jasa Perusahaan; dan Jaminan Sosial Wajib;
13. Real Estate; 14. Jasa Perusahaan;
14. Transportasi dan Pergudangan; 15. Pertambangan dan Penggalian;
15. Jasa Lainnya; 16. Pengadaan Listrik dan Gas;
16. Informasi dan Komunikasi; 17. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
17. Jasa Pendidikan. Limbah dan Daur Ulang.

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

4. Simpulan Sektor Ekonomi dalam sub-bab sebelumnya. menghasilkan


Unggulan Kabupaten Bandung beberapa poin temuan penting, meliputi 5
pembahasan dengan temuan diantaranya
Pembahasan mengenai gambaran ekonomi
sebagai berikut:
wilayah Kabupaten Bandung yang diuraikan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 52
Gambaran Umum Perekonomian

Tabel 4.11 Sintesis gambaran ekonomi wilayah Kabupaten Bandung

No. Pembahasan Temuan


1 Struktur dan pola  Kab. Bandung menempati peringkat PDRB ADHK ke-5 di Jabar;
PDRB  Kabupaten Bandung menempati Peringkat PDRB ADHK per
kapita ke-13 di Jawa Barat;
 Kabupaten Bandung termasuk ke dalam tipologi kabupaten maju
dan berkembang pesat di Jawa Barat.
2 Struktur dan pola Tiga sektor dengan kontribusi tinggi:
sektor ekonomi 1. Industri pengolahan (50,97%);
Kabupaten 2. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
Bandung motor (13,81%);
(2010-2020) 3. Pertanian, kehutanan dan perikanan (7,82%).
Tiga sektor dengan pertumbuhan tinggi:
1. Informasi dan komunikasi (13,65%);
2. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial (8,69%);
3. Jasa pendidikan (7,87%)
3 Analisis tipologi Sektor maju dan tumbuh pesat (2010-2020):
klassen 1. Pertambangan dan penggalian;
(2010-2020) 2. Industri pengolahan;
Sektor potensial, atau masih dapat berkembang pesat:
1. Pertanian, kehutanan dan perikanan;
2. Pengadaan listrik dan gas;
3. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang;
4. Informasi dan komunikasi.
Sektor maju tapi tertekan:
1. Pertambangan dan penggalian;
2. Industri pengolahan;
4 Analisis LQ dan Sektor basis:
DLQ 1. Jasa pendidikan;
(2010-2020) 2. Industri pengolahan;
3. Jasa perusahaan;
4. Pertambangan dan penggalian;
5. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial;
6. Jasa lainnya;
7. Real estate;
8. Administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial
wajib
Sektor strategis:
1. Pengadaan listrik dan gas;
2. Pertambangan dan penggalian;
3. Industri pengolahan;
4. Administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial
wajib;
5. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang;
Sektor unggulan:
1. Pertambangan dan penggalian;
2. Industri pengolahan;
3. Administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial
wajib;
Sektor prospektif:
1. Pengadaan listrik dan gas:
2. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang;
Sektor andalan:
1. Real estate;
2. Jasa perusahaan;
3. Jasa pendidikan;
4. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial;
5. Jasa lainnya;

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 53
Gambaran Umum Perekonomian

No. Pembahasan Temuan


5 Analisis shift- Tiga sektor dengan pertumbuhan regional tinggi:
share 1. Industri Pengolahan;
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor;
3. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
Tiga sektor dengan pertumbuhan proporsional tinggi:
1. Informasi dan Komunikasi;
2. Jasa Pendidikan;
3. Konstruksi;
Tiga sektor dengan pertumbuhan pangsa wilayah tinggi:
1. Industri Pengolahan;
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor;
3. Konstruksi;
Nilai pergeseran bersih (D).
1. Industri Pengolahan;
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor;
3. Konstruksi;
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Temuan mengenai gambaran ekonomi pada 4 (empat) sektor yaitu pertanian


wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan kehutanan dan perikanan; industri
bahwa sektor-sektor yang menjadi unggulan pengolahan, perdagangan; serta pariwisata.
pada kajian pendahulu yaitu sektor industri
pengolahan (sektor C), perdagangan besar
dan eceran;reparasi mobil dan sepeda motor 4.5 Tinjauan Analisis Koefisien
(sektor G), dan pertanian, kehutanan, dan Input-Output Tahun 2016
perikanan (sektor A), juga merupakan
Pembangunan sektor-sektor ekonomi tidak
sektor-sektor yang sering muncul dalam
hanya bertumpu pada informasi kontribusi
tinjauan potensi ekonomi unggulan yang
sektor tersebut terhadap perekonomian
pada sub-bab sebelumnya dilakukan. Selain
tetapi juga melihat keterkaitan suatu sektor
itu, ketiga sektor tersebut juga merupakan
dengan sektor lainnya. Keterkaitan ini
sektor yang mana, Pemerintah Daerah
ditunjukkan dengan tingkat kemampuan
Kabupaten Bandung memiliki wewenang
suatu sektor untuk menggerakkan roda
yang luas dalam pengelolaan, serta
perekonomian. Dengan kata lain, bagaimana
pengembangannya melibatkan masyarakat
suatu sektor mampu memberikan efek
luas. Dengan demikian, dinilai relevan jika
terhadap aktivitas sektor-sektor ekonomi
ketiga sektor tersebut menjadi fokus dalam
lainnya. Kontribusi suatu sektor terhadap
penyusunan masterplan perekonomian
ekonomi beserta keterkaitan antar sektor
Kabupaten Bandung. Di sisi lain, untuk
akan menggambarkan integrasi
mewadahi sektor ekonomi lain yang juga
perekonomian suatu wilayah. Integrasi
menjadi unggulan di luar ketiga sektor
ekonomi yang kuat, menyeluruh, dan
tersebut, maka ditambahkan fokus sektor
berkelanjutan antar sektor menjadi kunci
ekonomi keempat yaitu sektor pariwisata.
pembangunan perekonomian.
Sektor pariwisata merupakan sektor
ekonomi yang kini sedang berkembang pesat Salah satu alat yang dapat digunakan
di Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, untuk menggambarkan keterkaitan antar
pembahasan mengenai potensi, peluang dan sektor ekonomi adalah Tabel Input-Output
permasalahan perekonomian di Kabupaten (Tabel I-O). Tabel I-O merupakan uraian
Bandung pada bab selanjutnya difokuskan statistik dalam bentuk matriks yang

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 54
Gambaran Umum Perekonomian

menyajikan informasi tentang transaksi Badan Pusat Statistik (BPS) telah


barang dan jasa serta saling keterkaitan antar beberapa kali merilis Tabel I-O Indonesia.
satuan kegiatan ekonomi dalam suatu Tabel yang telah dirilis adalah Tabel I-O
wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Indonesia seri tahun 1971, 1975, 1980, 1985,
1990, 1995, 2000, 2005, dan 2010. Tabel I-O
Penyusunan Tabel I-O dimaksudkan
Indonesia disusun setiap lima tahun sekali
untuk menyediakan data statistik yang
didasarkan atas asumsi bahwa perubahan
secara komprehensif mampu menggambar-
struktur ekonomi dan penggunaan teknologi
kan hubungan timbal balik dan saling
oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses
keterkaitan antar unit ekonomi serta analisis
produksi direkam berkala dalam tenggat
dampak perubahan konsumsi akhir yang
waktu tersebut. Untuk Tabel I-O Indonesia
dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah,
2016 disusun berdasarkan Supply and Use
dan perusahaan (konsumsi, investasi, dan
Table (SUT) 2016.
ekspor) terhadap kondisi perekonomian
Indonesia. Pada Tahun 2016, Total output yang
tercipta di Indonesia mencapai Rp 22.961
Selain itu, melalui Tabel I-O dapat
triliun. Tiga kelompok produk dengan
dilakukan permodelan statistik untuk
kontribusi terbesar adalah; kelompok
analisis dan proyeksi sektor-sektor ekonomi.
Industri Pengolahan (29,70%); Konstruksi
Hasil analisis dan proyeksi ekonomi yang
(12,68%); serta Perdagangan Besar dan
didapatkan melalui pemodelan Tabel I-O
Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
merupakan informasi penting dalam
Motor (10,50%). Indonesia meng-impor
perencanaan serta pengambilan kebijakan
barang dan jasa sebesar Rp 2.314 triliun.
pembangunan ekonomi Indonesia.

Tabel 4.12 Output Domestik 2016

No. Deskripsi Jumlah Persentase


(Juta Rp.) (%)
1 Pertanian, Kehutanan, dan perikanan 1.898.139.612 8,27
2 Pertambangan dan Penggalian 1.169.081.105 5,09
3 Industri Pengolahan 6.819.115.227 29,70
4 Pengadaan Listrik dan Gas 393.606.340 1,71
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 56.452.876 0,25
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 2.910.393.550 12,68
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 2.411.401.412 10,50
Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 1.485.471.379 6,47
9 Penyediaan Akomodasi Makan Minum 907.236.816 3,95
10 Informasi dan Komunikasi 737.458.392 3,21
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 711.086.559 3,10
12 Real Estate 766.597.383 3,34
13 Jasa Perusahaan 628.337.211 2,74
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, 763.798.490 3,33
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 615.598.340 2,68
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 287.553.598 1,25
17 Jasa Lainnya 399.361.791 1,74
Total 22.960.690.081 100

Sumber: BPS, diakses April 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 55
Gambaran Umum Perekonomian

Total Impor tersebut terdiri dari 86,71% merupakan produk-produk dari kelompok
untuk kelompok barang dan 13,29% untuk Industri Pengolahan. Untuk pembentukan
produk dari kelompok jasa. Produk barang modal tetap bruto (PMTB) Indonesia pada
dan jasa dari kelompok Industri Pengolahan tahun 2016 senilai Rp 4139 triliun, dengan
paling banyak diimpor untuk memenuhi komposisi 5,82% dari kelompok pengolahan;
permintaan dari Industri Pengolahan serta 2,54% dari kelompok produk lainnya.
(76,96%). Total Permintaan antara Indonesia
Berdasarkan total nilai kompensasi
pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 10.789
tenaga kerja 2016, tiga kelompok produk
triliun. Dari total tersebut, produk pada
yang paling besar memberikan kontribusi
kelompok Industri Pengolahan mempunyai
terhadap penciptaan kompensasi tenaga
kontribusi terbesar yaitu 47,88% dimana
kerja yaitu pada kelompok Industri
produk dari kelompok tersebut banyak
Pengolahan (19,19%); Perdagangan Besar
digunakan sebagai bahan baku dalam proses
dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
produksi, disusul produk dari kelompok
Motor (15,12%); serta Pertanian, Kehutanan,
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar
dan Perikanan (12,59%). Produk yang paling
13,07% serta kelompok Pertambangan dan
besar menghasilkan usaha bruto juga
Penggalian sebesar 8,38%.
didominasi oleh tiga sektor tersebut, yaitu
Menurut total permintaan akhir produk pada kelompok Industri Pengolahan
berdasarkan Tabel I-O Indonesia pada tahun (22,61%); Perdagangan Besar dan Eceran,
2016 adalah sebesar Rp 7.120 triliun. Dari dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
total konsumsi tersebut, 44,18% barang dan (13,21%); serta Pertanian, Kehutanan, dan
jasa yang dikonsumsi rumah tangga Perikanan (12,18%).

Gambar 4.1 Struktur Nilai Tambah Bruto (NTB) Indonesia 2016

Sumber: BPS, diakses April 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 56
Gambaran Umum Perekonomian

Tabel 4.13 Koefisien Input Domestik 2016

Kode Deskripsi Pertanian, Kategori Industri Kategori Perdagangan Kategori


Kehutanan Kontribusi Pengolahan Kontribusi Besar dan Kontribusi
dan Input Input Eceran; Input
Perikanan Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor
1 Pertanian, 0,04915 Tinggi 0,12810 Tinggi 0,00037
Kehutanan, dan
perikanan
2 Pertambangan dan 0,00000 0,05436 Tinggi 0,00000
Penggalian
3 Industri 0,08756 Tinggi 0,18007 TInggi 0,06545 Tinggi
Pengolahan
4 Pengadaan Listrik 0,00082 0,01061 0,00792
dan Gas
5 Pengadaan Air, 0,00005 0,00068 0,00055
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
6 Konstruksi 0,00546 0,00096 0,00739
7 Perdagangan 0,02392 Tinggi 0,05338 Tinggi 0,02551 Tinggi
Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan 0,00597 0,02001 Tinggi 0,03617 Tinggi
Pergudangan
9 Penyediaan 0,00027 0,00175 0,00730
Akomodasi Makan
Minum
10 Informasi dan 0,00033 0,00952 0,02042 Tinggi
Komunikasi
11 Jasa Keuangan dan 0,01879 Tinggi 0,01310 Tinggi 0,04215 Tinggi
Asuransi
12 Real Estate 0,00000 0,00221 0,02718 Tinggi
13 Jasa Perusahaan 0,00182 0,00837 0,01991 Tinggi
14 Administrasi 0,00067 0,00129 0,00103
Pemerintahan,
Pertahanan, dan
Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 0,00000 0,00037 0,00053
16 Jasa Kesehatan 0,00003 0,00038 0,00109
dan Kegiatan
Sosial
17 Jasa Lainnya 0,00055 0,00093 0,00138
Total 0,19539 0,48610 0,26435
Rata-Rata 0,01149 0,02859 0,01555

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Sektor Industri Pengolahan sangat Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
sentral bagi perekonomian nasional, Mobil dan Sepeda Motor. Tiga sektor ini juga
merupakan sektor dengan kontribusi merupakan sektor terpilih yang menjadi
terbesar, selain itu merupakan sektor dengan unggulan berdasarkan kajian ini.
permintaan impor tertinggi, diikuti sektor
Berdasarkan tabel koefisien input
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Tiga
domestik, sektor pertanian, kehutanan, dan
sektor yang menjadi penghasil usaha bruto
perikanan mendapatkan nilai input tertinggi
didominasi oleh tiga sektor, yaitu Industri
dari sektor industri pengolahan, sebesar
Pengolahan, menyusul Pertanian, Kehutanan,
0,04915, artinya, untuk menghasilkan Rp 1
dan Perikanan dan terakhir sektor

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 57
Gambaran Umum Perekonomian

nilai output sektor pertanian, kehutanan dan untuk sektor industri pengolahan, yaitu
perikanan, dibutuhkan bahan baku (input sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan,
antara) senilai Rp 0.04915 dari sektor sektor pertambangan dan penggalian,
pertanian, kehutanan dan perikanan itu industri pengolahan, perdagangan besar dan
sendiri. Sektor Industri pengolahan juga eceran, transportasi dan pergudangan, dan
mendukung Rp 0.0875 terhadap Rp 1 unit jasa keuangan dan asuransi.
output, sektor industri merupakan sektor
Sama halnya dengan sektor pertanian,
pendukung tertinggi untuk sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, koefisien input
kehutanan, dan perikanan. Terdapat 4 sektor
sektor perdagangan besar dan eceran;
yang termasuk kategori tinggi (di atas rata-
reparasi mobil dan sepeda motor
rata) untuk nilai input terhadap output
mendapatkan nilai input tertinggi dari sektor
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan,
industri pengolahan, sebesar 0,06545,
yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan
artinya, untuk menghasilkan Rp 1 nilai
perikanan itu sendiri, industri pengolahan,
output sektor pertanian, kehutanan dan
perdagangan eceran; reparasi mobil dan
perikanan, dibutuhkan bahan baku (input
sepeda motor dan jasa keuangan dan
antara) senilai Rp 0.06545. Terdapat 7 sektor
asuransi. Kategorisasi kontribusi tinggi
yang termasuk kategori tinggi (di atas rata-
dilihat dari koefisien yang lebih tinggi dari
rata) untuk nilai input terhadap output
rata-rata.
sektor ini, diantaranya industri pengolahan,
Sementara itu, sektor industri didukung perdagangan eceran; reparasi mobil dan
tertinggi oleh sektor pengolahan itu sendiri sepeda motor sendiri, sektor transportasi
dan sektor pertanian, kehutanan, dan dan pergudangan, sektor penyedia informasi
perikanan. Rp 1 unit output berasal dari Rp dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan
0.12810 dari sektor pertanian, kehutanan asuransi, dan sektor real estate. Perhitungan
dan perikanan dan Rp 0.18007 oleh sektor ini bisa memperlihatkan keterkaitan antar
industri pengolahan itu sendiri. Beberapa sektor, terutama antara 3 sektor.
sektor yang memiliki kontribusi input tingggi

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 58
Gambaran Umum Perekonomian

5. Rumusan Potensi Sektor


Ekonomi Unggulan Kabupaten
Bandung

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 59
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

5.1 Analisis Potensi Sektor Pertanian dengan nilai rata-rata 5,02 triliun rupiah.
Tetapi di sisi lain, kontribusi sektor A
Analisis ini menjelaskan kinerja PDRB,
terhadap PDRB Kabupaten Bandung, justru
potensi, serta analisis keterkaitan spasial dari
cenderung mengalami penurunan setiap
potensi sektor pertanian.
tahunnya, dan mencapai nilai terendah
1. Kinerja PDRB Sektor Pertanian 6,68% pada tahun 2019 dengan rata-rata
kontribusi 7,82%. Sedangkan laju
Berdasarkan data PDRB ADHK menurut
pertumbuhan sektor A cenderung naik turun
lapangan usaha di Kabupaten Bandung
dengan angka pertumbuhan tertinggi dicapai
Tahun 2010-2020, sektor pertanian,
pada tahun 2017 yaitu 5,62%, dan terendah
kehutanan dan perikanan (sektor A) Nilai
pada tahun 2014 yaitu -2,40%, serta rata-rata
PDRB sektor A mengalami kenaikan setiap
pertumbuhan 1,84%:
tahunnya, kecuali pada tahun 2011 dan 2014,

Tabel 5.1 Kinerja PDRB ADHK sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap PDRB
ADHK Kabupaten Bandung tahun 2010-2020

PDRB Sektor A Kontribusi Terhadap Pertumbuhan


Tahun
(miliar rupiah) PDRB Kab. Bandung Sektor A
2010 4.606,25 9,51% -
2011 4.602,69 8,98% -0,08%
2012 4.691,67 8,61% 1,93%
2013 4.844,58 8,40% 3,26%
2014 4.728,39 7,74% -2,40%
2015 4.863,23 7,52% 2,85%
2016 5.071,86 7,37% 4,29%
2017 5.356,85 7,33% 5,62%
2018 5.435,18 7,00% 1,46%
2019 5.505,00 6,68% 1,28%
2020* 5.515,49 6,82% 0,19%
Rata-rata 5.020.11 7,82% 1,84%
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2021, diolah

Grafik 5.1 Kinerja PDRB sektor pertanian Kabupaten Bandung

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2021, diolah

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 60
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Aspek lain yang dapat ditinjau adalah Kecamatan Ciwidey (8,98%), dan Kecamatan
kinerja sektor pertanian, kehutanan dan Kertasari (6,08%). Selain itu, jika
perikanan pada tingkat Kecamatan. Data dijumlahkan maka setengah dari total PDRB
terkini yang diperoleh adalah PDRB ADHB sektor A dapat dipenuhi oleh 8 kecamatan
berdasarkan sektor ekonomi per kecamatan dengan peringkat tertinggi. Hal tersebut
tahun 2016. Sebaran kontribusi PDRB sektor mengindikasikan bahwa potensi sektor
A menunjukkan bahwa PDRB paling tinggi pertanian memiliki kecenderungan ber-
terdapat di Kecamatan Pangalengan (9,10%), kelompok pada beberapa kecamatan.

Gambar 5.1 Peta sebaran PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan per kecamatan di
Kabupaten Bandung tahun 2016

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Dapat dilihat bahwa secara spasial, 2. Potensi Sektor Pertanian


sebaran PDRB sektor pertanian yang relatif
Identifikasi potensi sektor pertanian
tinggi berada pada bagian Selatan Kabupaten
dilakukan dengan dua metode; pertama,
Bandung. Hal tersebut disebabkan wilayah
melalui perhitungan nilai produksi hasil
Selatan Kabupatan Bandung merupakan
pertanian yaitu mengonversi hasil produksi
wilayah dataran tinggi yang dikelilingi
pertanian menjadi nilai rupiah; serta kedua,
pegunungan seperti Gunung Patuha, Gunung
melalui wawancara terhadap aktor kunci
Wayang Windu, dan Gunung Kendang.
yang memiliki pengetahuan terhadap
Sedangkan kebalikannya, wilayah bagian
sebaran potensi pertanian di Kabupaten
tengah, terutama yang berbatasan dengan
Bandung.
Kota Bandung dan Kota Cimahi, memiliki
nilai PDRB sektor pertanian yang relatif Potensi sektor pertanian diuraikan ke
rendah. dalam 7 (tujuh) sub sektor pertanian

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 61
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

meliputi: tanaman pangan, hortikultura, Data yang digunakan adalah data


perkebunan, peternakan, biofarmaka, buah- produksi komoditas per kecamatan tahun
buahan, serta perikanan. Setiap sub-sektor 2020, kecuali sub-sektor perkebunan (2018),
diwakili oleh beberapa komoditas yang dan peternakan (2017). Untuk asumsi harga
dipilih dengan pertimbangan: merupakan komoditas, harga yang digunakan adalah
komoditas unggulan yang ditetapkan pada harga di tingkat petani pada kondisi normal,
dokumen kebijakan sebelumnya seperti ini dilakukan untuk meminimasi harga dari
rencana tata ruang dan masterplan pengaruh sektor lain, seperti transportasi
pertanian; produksi yang relatif besar; serta dan perdagangan, serta inflasi. Asumsi harga
secara konsisten muncul di dalam data diperoleh dari pelbagai sumber seperti
statistik yang diterbitkan oleh BPS publikasi oleh BPS atau instansi terkait,
Kabupaten Bandung pada publikasi data berita yang diperoleh dari sumber populer
dalam angka. seperti berita di internet, serta wawancara.

Tabel 5.2 Variabel dalam identifikasi sub-sektor unggulan pertanian

No. Sub-sektor Komoditas Asumsi Harga


Pertanian (rupiah/(kg/liter/ekor))
1 Tanaman pangan Padi 8.000
Jagung 7.000
Ubi kayu 4.000
2 Hortikultura Bawang merah 8.000
Cabai Besar 20.000
Cabai Rawit 20.000
Kentang 8.000
Kubis 3.000
Tomat 5.000
3 Perkebunan Kopi 20.000
Teh 20.000
Tembakau 25.000
4 Peternakan Sapi perah (susu) 5.000
Domba 2.500.000
5 Biofarmaka Jahe 10.000
Lengkuas 6.000
Kunyit 4.000
6 Buah-buahan Mangga 6.000
Durian 8.000
Jeruk siam 5.000
Pisang 3.000
Pepaya 2.500
Alpukat 7.000
Jambu biji 5.000
7 Perikanan Benih ikan lele 150
Benih ikan nila 200
Benih ikan mas 150
Sumber: BPS, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung, 2021, diolah.

Setelah diperoleh nilai produksi hasil tertentu berada di atas rata-rata Kabupaten,
pertanian per kecamatan untuk setiap sub- digolongkan sebagai kecamatan dengan sub-
sektor, kemudian dilakukan proses sektor unggulan tersebut pada tingkat
penentuan sub-sektor unggulan. Kecamatan Kabupaten. Hasilnya menunjukkan jika suatu
yang memiliki nilai produksi sub-sektor kecamatan dapat memiliki lebih dari satu

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 62
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

sampai tujuh, atau sama sekali tidak Pada setiap tabel dijelaskan nilai produksi
memiliki, sub-sektor unggulan pertanian. per komoditas, nilai produksi per kecamatan,
serta kecamatan yang menjadi lokasi dari
Tabel 5.3 pada halaman berikutnya,
sub-sektor unggulan yang dimaksud. Tabel
hingga Tabel 5.9, menjelaskan mengenai hasil
5.10, merangkum sub-sektor unggulan
perhitungan nilai produksi masing-masing
pertanian yang dimiliki oleh setiap
sub-sektor pertanian mulai dari tanaman
kecamatan, serta jumlah keseluruhan sub-
pangan (5.3), perkebunan (5.4), peternakan
sektor unggulan pertanian yang ada dan
(5.5), biofarmaka (5.6), perikanan (5.7),
tersebar pada setiap kecataman di Kabupaten
hortikultura (5.8) dan buah-buahan (5.9).
Bandung.

Tabel 5.3 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor tanaman pangan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung

Nilai Produksi (juta rupiah)


No. Kecamatan Unggulan
Padi Jagung Ubi Kayu Total
1 Ciwidey 172.630 2.184 672 175.486
2 Rancabali 99.068 3.724 8.413 111.205
3 Pasirjambu 191.691 3.534 2.362 197.586
4 Cimaung 311.309 19.102 10.852 341.264 
5 Pangalengan 113.055 46.738 16.424 176.218
6 Kertasari 7.095 14.660 2.695 24.450
7 Pacet 343.086 41.369 37.831 422.286 
8 Ibun 188.198 10.153 3.201 201.551
9 Paseh 259.466 43.160 11.167 313.793 
10 Cikancung 100.027 34.845 27.457 162.328
11 Cicalengka 163.027 70.487 10.933 244.447 
12 Nagreg 47.731 187.802 27.433 262.966 
13 Rancaekek 406.702 0 0 406.702 
14 Majalaya 208.792 136 252 209.180 
15 Solokanjeruk 272.556 0 0 272.556 
16 Ciparay 460.731 6.426 15.428 482.585 
17 Baleendah 154.279 593 1.595 156.467
18 Arjasari 240.580 30.626 3.297 274.503 
19 Banjaran 234.033 7.513 1.950 243.496 
20 Cangkuang 158.276 7.527 4.723 170.526
21 Pameungpeuk 123.567 0 84 123.651
22 Katapang 117.002 0 502 117.504
23 Soreang 148.538 11.822 252 160.612
24 Kutawaringin 249.905 27.467 2.457 279.829 
25 Margaasih 84.631 0 840 85.471
26 Margahayu 6.599 0 0 6.599
27 Dayeuhkolot 21.320 0 168 21.488
28 Bojongsoang 274.678 0 0 274.678 
29 Cileunyi 138.877 32.281 29.456 200.615
30 Cilengkrang 28.557 2.060 1.181 31.798
31 Cimenyan 37.519 88.559 33.701 159.778
Total 5.363.526 692.768 255.325 6.311.618 13
Rata-Rata 173.017 22.347 8.236 203.601
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 63
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Tabel 5.4 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor perkebunan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung

Nilai Produksi (juta rupiah)


No. Kecamatan Unggulan
Kopi* Teh* Tembakau* Total
1 Ciwidey 27.468 20.594 4.050 52.112 
2 Rancabali 35.342 3.451 3.375 42.168 
3 Pasirjambu 27.470 39.338 3.038 69.846 
4 Cimaung 20.928 0 2.138 23.066
5 Pangalengan 130.464 73.873 0 204.337 
6 Kertasari 58.550 4.494 0 63.045 
7 Pacet 24.560 0 24.975 49.535 
8 Ibun 71.616 0 18.480 90.096 
9 Paseh 71.200 0 37.913 109.113 
10 Cikancung 23.893 0 19.803 43.695 
11 Cicalengka 6.586 300 16.313 23.198
12 Nagreg 1.568 0 9.900 11.468
13 Rancaekek 0 0 0 0
14 Majalaya 55 0 0 55
15 Solokanjeruk 50 0 0 50
16 Ciparay 15.520 0 2.588 18.108
17 Baleendah 221 0 2.200 2.421
18 Arjasari 10.927 0 8.789 19.716
19 Banjaran 5.236 0 0 5.236
20 Cangkuang 1.374 0 0 1.374
21 Pameungpeuk 0 0 0 0
22 Katapang 138 0 0 138
23 Soreang 132 0 3.410 3.542
24 Kutawaringin 4.875 0 2.090 6.965
25 Margaasih 0 0 0 0
26 Margahayu 0 0 0 0
27 Dayeuhkolot 0 0 0 0
28 Bojongsoang 0 0 0 0
29 Cileunyi 9.016 0 1.870 10.886
30 Cilengkrang 0 0 9.338 9.338
31 Cimenyan 5.312 0 0 5.312
TOTAL 552.502 142.049 170.266 864.818 9
Rata-Rata 17.823 4.582 5.492 27.897
*Data tahun 2018

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Tabel 5.5 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor peternakan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung

Nilai Produksi (juta rupiah) Unggulan


No. Kecamatan
Sapi Perah* (Susu) Domba* Total
1 Ciwidey 12.023 16.030 28.053 
2 Rancabali 15.527 3.735 19.262
3 Pasirjambu 0 0 0
4 Cimaung 44 14.080 14.124
5 Pangalengan 330.143 4.515 334.658 
6 Kertasari 39.968 9.250 49.218 
7 Pacet 0 22.848 22.848
8 Ibun 0 96.250 96.250 
9 Paseh 88 4.000 4.088

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 64
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Nilai Produksi (juta rupiah) Unggulan


No. Kecamatan
Sapi Perah* (Susu) Domba* Total
10 Cikancung 175 7.738 7.913
11 Cicalengka 0 2.218 2.218
12 Nagreg 0 2.520 2.520
13 Rancaekek 0 25.538 25.538
14 Majalaya 0 11.700 11.700
15 Solokanjeruk 0 6.625 6.625
16 Ciparay 0 0 0
17 Baleendah 591 5.050 5.641
18 Arjasari 17.192 18.113 35.304 
19 Banjaran 307 9.570 9.877
20 Cangkuang 3.986 6.835 10.821
21 Pameungpeuk 0 0 0
22 Katapang 745 2.288 3.032
23 Soreang 0 25 25
24 Kutawaringin 0 9.685 9.685
25 Margaasih 0 3.125 3.125
26 Margahayu 0 508 508
27 Dayeuhkolot 0 0 0
28 Bojongsoang 0 0 0
29 Cileunyi 9.220 9.465 18.685
30 Cilengkrang 70.146 8.433 78.578 
31 Cimenyan 12.023 0 12.023
Total 500.152 300.140 800.292 6
Rata-Rata 16.522 9.682 26.204
*Data tahun 2017
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Tabel 5.6 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor biofarmaka menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung

Nilai Produksi (juta rupiah)


No. Kecamatan
Jahe Lengkuas Kunyit Total Unggulan
1 Ciwidey 194 0 11 205
2 Rancabali 2 0 0 2
3 Pasirjambu 25 3 2 30
4 Cimaung 0 0 48 48
5 Pangalengan 0 0 0 0
6 Kertasari 5 0 0 5
7 Pacet 215 96 600 911 
8 Ibun 500 0 222 722 
9 Paseh 526 90 174 790 
10 Cikancung 675 0 92 767 
11 Cicalengka 13 5 8 25
12 Nagreg 440 0 20 460 
13 Rancaekek 0 0 0 0
14 Majalaya 1 0 0 2
15 Solokanjeruk 0 0 0 0
16 Ciparay 1.100 378 1.044 2.522 
17 Baleendah 0 0 0 0
18 Arjasari 30 18 29 77
19 Banjaran 6 0 0 6
20 Cangkuang 559 0 0 559 
21 Pameungpeuk 0 0 0 0
22 Katapang 30 0 0 30

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 65
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Nilai Produksi (juta rupiah)


No. Kecamatan
Jahe Lengkuas Kunyit Total Unggulan
23 Soreang 19 30 22 71
24 Kutawaringin 0 0 0 0
25 Margaasih 0 0 0 0
26 Margahayu 0 0 0 1
27 Dayeuhkolot 0 0 0 0
28 Bojongsoang 0 0 0 0
29 Cileunyi 1.000 0 500 1.500 
30 Cilengkrang 0 0 0 0
31 Cimenyan 325 90 7 422 
Total 5.664 711 2.780 9.155 9
Rata-Rata 183 23 90 295
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Tabel 5.7 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor perikanan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung

Nilai Produksi (juta rupiah)


No. Kecamatan Unggulan
Benih Lele Benih Nila Benih Mas Total
1 Ciwidey 2.807 2.681 3.008 8.496
2 Rancabali 2.367 2.234 2.507 7.108
3 Pasirjambu 2.994 2.859 3.209 9.063
4 Cimaung 3.836 3.664 4.112 11.612 
5 Pangalengan 2.732 2.591 2.908 8.231
6 Kertasari 3.300 3.128 3.510 9.938 
7 Pacet 8.702 8.310 9.326 26.339 
8 Ibun 4.211 4.021 4.513 12.745 
9 Paseh 4.679 4.468 5.014 14.161 
10 Cikancung 2.277 2.145 2.407 6.828
11 Cicalengka 2.165 2.055 2.307 6.526
12 Nagreg 3.200 3.038 3.410 9.648 
13 Rancaekek 6.123 5.808 6.518 18.449 
14 Majalaya 14.202 11.170 12.535 37.907 
15 Solokanjeruk 1.326 1.251 1.404 3.981
16 Ciparay 13.238 10.902 12.235 36.374 
17 Baleendah 1.272 1.072 1.203 3.547
18 Arjasari 713 626 702 2.040
19 Banjaran 2.714 2.591 2.908 8.213
20 Cangkuang 1.871 1.787 2.006 5.664
21 Pameungpeuk 1.029 983 1.103 3.115
22 Katapang 749 715 802 2.266
23 Soreang 2.901 2.770 3.109 8.780
24 Kutawaringin 2.059 1.966 2.206 6.231
25 Margaasih 0 0 0 0
26 Margahayu 0 0 0 0
27 Dayeuhkolot 1.332 1.162 1.304 3.797
28 Bojongsoang 2.339 2.234 2.507 7.080
29 Cileunyi 3.275 3.128 3.510 9.912 
30 Cilengkrang 0 0 0 0
31 Cimenyan 0 0 0 0
Total 98.411 89.358 100.283 288.052 10
Rata-rata 3.175 2.883 3.235 9.292
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 66
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Tabel 5.8 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor hortikultura menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung

Nilai Produksi (juta rupiah)


No. Kecamatan Bawang Cabai Cabai Unggulan
Kentang Kubis Tomat Total
Merah Besar Rawit
1 Ciwidey 624 22.354 17.986 0 5.903 14.110 60.977
2 Rancabali 3.785 19.590 14.892 4.358 3.652 6.675 52.951
3 Pasirjambu 2.942 26.272 14.850 7.279 5.603 14.172 71.118
4 Cimaung 74.576 123.914 30.852 163 1.930 11.961 243.396 
5 Pangalengan 56.434 344.656 162.846 412.999 188.414 378.722 1.544.071 
6 Kertasari 442 22.480 8.732 45.774 15.812 5.678 98.918
7 Pacet 68.076 48.330 27.816 1.615 827 12.537 159.201 
8 Ibun 67.250 161.320 4.774 1.614 2.816 6.746 244.519 
9 Paseh 13.169 172.796 32.726 17.504 5.472 18.097 259.764 
10 Cikancung 3.336 36.320 18.348 1.195 3.230 15.044 77.473
11 Cicalengka 858 9.472 7.996 3.714 1.871 8.447 32.359
12 Nagreg 846 3.056 8.676 0 216 1.189 13.983
13 Rancaekek 0 2.420 0 0 0 319 2.739
14 Majalaya 0 2.136 2.162 0 571 1.285 6.154
15 Solokanjeruk 89 0 0 0 0 216 304
16 Ciparay 1.577 0 0 0 0 0 1.577
17 Baleendah 0 192 1.986 0 0 436 2.614
18 Arjasari 39.854 58.528 8.782 0 1.456 26.565 135.184 
19 Banjaran 2.625 0 596 0 0 437 3.657
20 Cangkuang 1.699 9.276 6.846 0 0 3.046 20.867
21 Pameungpeuk 0 0 0 0 0 0 0
22 Katapang 0 384 710 0 0 0 1.094
23 Soreang 6.418 13.254 3.670 937 277 2.392 26.948
24 Kutawaringin 0 16.876 13.364 0 0 329 30.569
25 Margaasih 0 0 0 0 0 0 0
26 Margahayu 167 0 1.548 0 0 0 1.715
27 Dayeuhkolot 0 0 0 0 0 1.584 1.584
28 Bojongsoang 0 0 0 0 0 0 0
29 Cileunyi 379 3.264 1.524 0 487 2.374 8.028
30 Cilengkrang 1.632 9.814 10.784 7.001 1.603 3.538 34.372
31 Cimenyan 140.711 20.914 22.700 17.567 6.952 10.146 218.990 
Total 487.489 868.522 425.166 521.722 247.094 546.038 3.096.030 7
Rata-Rata 15.725 36.375 13.715 16.830 7.971 17.614 108.230
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Tabel 5.9 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor buah-buahan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung

Nilai Produksi (juta rupiah)


No. Kecamatan Jeruk Jambu Unggulan
Mangga Durian Pisang Pepaya Alpukat Total
Siam Biji
1 Ciwidey 2.400 0 74.080 26.736 0 26.922 8.715 138.853 
2 Rancabali 1.170 0 23.215 19.686 208 15.596 2.450 62.325 
3 Pasirjambu 534 0 13.845 35.391 0 29.729 3.220 82.719 
4 Cimaung 924 1.448 11.755 48.384 180 19.488 9.660 91.839 
5 Pangalengan 4.170 480 29.765 19.293 0 87.934 13.525 155.167 
6 Kertasari 678 0 1.495 3.120 0 67.935 1.655 74.883 
7 Pacet 18.426 1.640 3.600 18.930 1.283 137.900 10.160 191.939 
8 Ibun 16.884 16.168 18.350 9.342 1.138 23.975 19.050 104.907 
9 Paseh 51.360 3.280 23.250 2.940 1.308 22.470 6.010 110.618 
10 Cikancung 40.176 2.432 24.850 6.534 6.445 37.660 14.450 132.547 
11 Cicalengka 780 928 215 5.721 330 3.675 1.055 12.704
12 Nagreg 2.292 0 0 729 423 518 2.380 6.342
13 Rancaekek 42 0 50 27 10 0 190 319
14 Majalaya 15.198 3.688 125 99 633 1.246 10.400 31.389

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 67
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Nilai Produksi (juta rupiah)


No. Kecamatan Jeruk Jambu Unggulan
Mangga Durian Pisang Pepaya Alpukat Total
Siam Biji
15 Solokanjeruk 288 0 0 567 73 56 185 1.169
16 Ciparay 54 88 0 819 28 4.067 30 5.086
17 Baleendah 6.222 28.032 0 9.774 1.040 7.595 3.780 56.443
18 Arjasari 6.780 320 935 210 1.028 6.440 175 15.888
19 Banjaran 0 168 0 0 23 0 10 201
20 Cangkuang 6.984 8.624 1.210 0 575 2.149 1.860 21.402
21 Pameungpeuk 1.776 0 0 426 458 322 1.640 4.622
22 Katapang 2.550 0 0 1.299 608 1.421 1.960 7.838
23 Soreang 20.700 36.800 18.625 750 7.575 59.500 1.000 144.950 
24 Kutawaringin 22.440 15.512 4.950 1.890 185 14.868 1.235 61.080 
25 Margaasih 312 0 0 51 8 147 180 698
26 Margahayu 0 0 400 108 5 21 40 574
27 Dayeuhkolot 120 424 0 132 65 28 155 924
28 Bojongsoang 1.422 0 0 315 288 987 380 3.392
29 Cileunyi 6.486 8.312 2.110 19.530 1.823 2.989 3.010 44.260
30 Cilengkrang 150 4.736 70 48 48 68.502 1.750 75.304 
31 Cimenyan 1.404 5.016 4.385 134.343 0 8.715 535 154.398 
Total 232.722 138.096 257.280 367.194 25.780 652.855 120.845 1.794.772 14
Rata-Rata 7.507 4.455 8.299 11.845 832 21.060 3.898 57.896
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Tabel 5.10 Sintesis sebaran sub-sektor pertanian unggulan di Kabupaten Bandung

Sub-sektor Pertanian Unggulan Total Sub-


No. Kecamatan Tanaman Horti- Per- Pe- Bio- Buah- Per- sektor
Pangan kultura kebunan ternakan farmaka buahan ikanan Unggulan
1 Ciwidey    3
2 Rancabali   2
3 Pasirjambu   2
4 Cimaung     4
5 Pangalengan * * *  4
6 Kertasari     4
7 Pacet     *  6
8 Ibun       6
9 Paseh       6
10 Cikancung    3
11 Cicalengka  1
12 Nagreg    3
13 Rancaekek   2
14 Majalaya  * 2
15 Solokanjeruk  1
16 Ciparay * *  3
17 Baleendah 0
18 Arjasari    3
19 Banjaran  1
20 Cangkuang  1
21 Pameungpeuk 0
22 Katapang 0
23 Soreang  1
24 Kutawaringin   2
25 Margaasih 0
26 Margahayu 0
27 Dayeuhkolot 0
28 Bojongsoang  1
29 Cileunyi   2
30 Cilengkrang   2
31 Cimenyan    3
Total Kecamatan
13 7 9 6 9 14 10 68
Unggulan
*Nilai produksi paling tinggi di Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 68
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Hasil dari perhitungan nilai produksi peternakan, 9 kecamatan dengan sub-sektor


menunjukkan bahwa terdapat 13 kecamatan unggulan biofarmaka, 14 kecamatan dengan
dengan sub-sektor unggulan tanaman sub-sektor unggulan buah-buahan, serta 10
pangan, 7 kecamatan dengan sub-sektor kecamatan dengan sub-sektor unggulan
unggulan hortikultura, 9 kecamatan dengan perikanan. Gambar berikut memerlihatkan
sub-sektor unggulan perkebunan, 6 sebaran potensi sub-sektor pertanian di
kecamatan dengan sub-sektor unggulan Kabupaten Bandung.

Gambar 5.2 Peta sebaran potensi sub-sektor pertanian

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Persebaran potensi sub-sektor non-pertanian, seperti kawasan perumahan


pertanian di Kabupaten Bandung cenderung dan perdagangan.
lebih banyak terdapat di bagian Tenggara dan
Dengan menggabungkan peta sebaran
Selatan. Hal ini disebabkan wilayah tersebut
potensi dengan peta sebaran PDRB sektor A,
merupakan wilayah dataran tinggi yang
dapat dilihat bahwa kecamatan dengan sub-
dikelilingi oleh pegunungan seperti Gunung
sektor unggulan yang banyak serta
Patuha, Gunung Wayang dan Gunung
kecamatan dengan nilai PDRB yang tinggi
Kendang.
berada pada bagian Selatan wilayah
Sedangkan wilayah di bagian utara Kabupaten Bandung. Kecamatan
Kabupaten, terutama yang berbatasan Pangalengan yang merupakan wilayah
dengan Kota Bandung dan Kota Cimahi di dengan nilai PDRB A paling tinggi memiliki 4
bagian Selatan memiliki potensi sub-sektor sub-sektor unggulan, dan 3 diantaranya
pertanian yang realtif sedikit bahkan tidak memiliki nilai produksi paling tinggi di
ada. Hal tersebut disebabkan wilayah yang Kabupaten Bandung. Sedangkan Kecamatan
berbatasan dengan Kota Bandung dan Kota Ciparay, meskipun memiliki 2 sub-sektor
Cimahi, terutama di bagian Selatan, sebagian dengan nilai produksi tinggi, tetapi belum
besar digunakan untuk kegiatan yang bersifat terefleksikan ke dalam nilai PDRB.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 69
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Gambar 5.3 Peta pertampalan sebaran potensi sub-sektor pertanian dengan PDRB sektor A

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

3. Keterkaitan Spasial Potensi yang digunakan adalah data PDRB sektor A


Sektor Pertanian per Kecamatan pada tahun 2016 yang
diproduksi BPS Kabupaten Bandung. Hasil
Identifikasi keterkaitan spasial potensi
perhitungan terhadap Global Moran’s I ialah
sektor pertanian dilakukan melalui analisis
sebagai berikut:
Global Moran’s I dengan bantuan GIS. Data

Grafik 5.2 Hasil pengolahan spatial autorrelation global dari PDRB pertanian per Kecamatan

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 70
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Keterkaitan spasial dari PDRB Pertanian spasial memiliki keterkaitan antar


diantara 31 Kecamatan di Kabupaten kecamatan. Selanjutnya untuk
Bandung, seperti yang ditampilkan pada mengidentifikasi klaster dari keterkaitan
gambar di atas, bernilai lebih dari 1 (positif) spasial PDRB sektor A, maka dilakukan
berdasarkan perhitungan Global Moran’s I. analisis Anselin Local Moran’s I dengan
Nilai Indeks Moran ialah 0,395099 dan nilai menggunakan GIS. Gambar 5.4 menunjukkan
z-score 3,567736 (p=0,00036), hal ini hasil perhitungan Anselin Local Moran’s I
mengindikasikan bahwa nilai PDRB untuk PDRB sektor pertanian pada 31
pertanian (PDRB sektor A), secara positif dan Kecamatan di Kabupaten Bandung.

Gambar 5.4 Peta hasil analisis local spatial autocorrelation dari PDRB pertanian

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Dengan menggabungkan peta hasil tinggi untuk sub-sektor hortikultura,


analisis Local Moran’s I dengan sebaran perkebunan, dan peternakan. Sedangkan
potensi pertanian, maka dapat disimpulkan jika melihat potensi pada lokasi yang
bahwa pada lokasi yang tergolong ke dalam tegolong ke dalam klaster rendah-rendah
klaster tinggi-tinggi (HH cluster), memiliki (LL Cluster), menunjukkan bahwa hanya
karakteristik sub-sektor unggulan yaitu: terdapat satu sub-sektor unggulan pertanian
keempat lokasi memiliki kesamaan sub- yaitu sub-sektor tanaman pangan di
sektor unggulan yaitu perkebunan dan Kecamatan Bojongosoang, 4 kecamatan
buah-buahan; selain dua sub-sektor lainnya tidak memiliki sub-sektor unggulan
tersebut, terdapat juga sub-sektor unggulan pertanian. Peta hasil pertampalan sebaran
peternakan di Pangalengan dan Kertasari, hasil Local Moran's I PDRB A dengan sebaran
hortikultura di Pangalengan, serta potensi sub-sektor pertanian di Kabupaten
perikanan di Kertasari; kecamatan Bandung terdapat pada gambar 5.5 pada
Pangalengan memiliki nilai produksi paling halaman selanjutnya.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 71
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Gambar 5.5 Peta pertampalan hasil Local Moran's I PDRB A dengan sebaran potensi sub-sektor
pertanian di Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

5.2 Analisis Potensi Sektor 1. Kinerja PDRB Sektor Industri


Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan (C)
Analisis potensi sektor industri pengolahan berdasarkan data PDRB ADHK menurut
meliputi penjelasan mengenai kinerja PDRB lapangan usaha di Kabupaten Bandung
sektor industri pengolahan terhadap PDRB Tahun 2010-2020, memiliki rata-rata 34.280
Kabupaten Bandung, serta kinerja sektor miliar rupiah, dengan rata-rata kontribusi
industri pengolahan pada skala kecamatan. 50,97%, dan rata-rata pertumbuhan 5,33%.

Tabel 5.11 Kinerja PDRB sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Bandung

PDRB Sektor C Kontribusi Terhadap Pertumbuhan


Tahun
(miliar rupiah) PDRB Kab. Bandung Sektor C
2010 24.668,88 50,94% -
2011 26.046,30 50,82% 5,58%
2012 27.583,08 50,64% 5,90%
2013 29.232,56 50,67% 5,98%
2014 31.194,17 51,05% 6,71%
2015 32.992,84 50,99% 5,77%
2016 34.952,83 50,80% 5,94%
2017 36.963,26 50,61% 5,75%
2018 39.727,65 51,19% 7,48%
2019 42.703.11 51,84% 7,49%
2020* 41.305,86 51,10% -3,27%
Rata-rata 34.270,17 50,97% 5,33%
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2021, diolah

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 72
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Dapat dilihat bahwa nilai PDRB sektor C 2012 (50,64%). Pertumbuhan sektor C,
mengalami peningkatan setiap tahunnya. memiliki nilai rata-rata 5,33%, dengan angka
Sektor C berkontribusi hampir setengah dari paling tinggi dicapai pada 2019 dengan
PDRB Kabupaten Bandung, dan pada tahun 7,49%. Pada 2020, kinerja sektor industri
2019 memiliki kontribusi paling besar dipengaruhi oleh pandemi dan mengalami
mencapai 51,8%, dan terendah pada tahun pertumbuhan negatif sebesar -3,27%.

Grafik 5.3 Kinerja PDRB sektor industri Kabupaten Bandung

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2021, diolah

Gambar 5.6 Peta sebaran kontribusi PDRB sektor industri pengolahan per kecamatan di
Kabupaten Bandung tahun 2016

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 73
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Kemudian jika dilihat sebaran PDRB Potensi sektor industri di Kabupaten


sektor C berdasarkan Kecamatan, kontribusi Bandung dirumuskan dengan pendekatan
PDRB sektor C paling tinggi terdapat di sebagai berikut:
Kecamatan Dayeuhkolot (13,6%), Majalaya
 Kelas industri yang tergolong unggulan
(9,6%), dan Margaasih (7,6%). Kecamatan
merupakan kelas dengan nilai produksi
dengan nilai tinggi cenderung berada pada
tinggi (di atas 1 miliar rupiah);
wilayah Kabupaten Bandung bagian Utara,
 Kecamatan yang memiliki kelas industri
yang berbatasan dengan Kota Bandung dan
unggulan adalah kecamatan dengan nilai
Kota Cimahi di bagian Selatan. Selain itu,
produksi kelas industri yang dimaksud
aksesibilitas juga menjadi faktor penting,
berada di atas nilai rata-rata Kabupaten;
karena lokasi yang tinggi juga sebagian besar
 Nilai produksi dari kelas industri di
dilalui oleh Jalan Nasional/Tol, dan jalan
kecamatan dihitung dengan mengalikan
Provinsi/Kabupaten yang menjadi persim-
asumsi nilai produksi per satuan kelas
pangan seperti di Kecamatan Majalaya.
industri yang dimaksud dengan jumlah
2. Potensi Sektor Industri industri yang di kecamatan;
Berdasarkan dokumen Kabupaten Bandung  Asumsi nilai produksi per satuan kelas
Dalam Angka 2019, pada tahun 2018 di industri diperoleh dari total nilai
Kabupaten Bandung jumlah perusahaan di produksi dibagi jumlah perusahaan dari
Kabupaten Bandung mencapai 2.293 kelas industri yang dimaksud;
perusahaan yang terdiri dari perusahaan  Data total nilai produksi dan jumlah
industri besar sebanyak 462 perusahaan perusahaan per kelas industri yang
sedangkan industri sedang sebanyak 1.851 digunakan adalah data tahun 2018 yang
perusahaan, dengan jumlah tenaga kerja diperoleh dari dokumen Kabupaten
mencapai 317.558 jiwa, dengan nilai Bandung Dalam Angka Tahun 2019
produksi mencapai 61,050,182,144 rupiah. terbitan BPS.

Tabel 5.12 Variabel kelas industri dan asumsi nilai produksi

No. Kelas Industri Total Nilai Jumlah Asumsi Nilai


Produksi Industri Produksi per
Satuan Industri
1 Industri Tekstil 33.069.889.500 911 36.300.647,09
2 Industri Pakaian Jadi 8.476.501.350 577 14.690.643,59
3 Industri Karet, Barang dari
Karet dan Plastik 4.359.016.880 76 57.355.485,26
4 Industri Makanan 2.862.126.428 193 14.829.670,61
5 Industri Kimia dan Barang
dari Bahan Kimia 2.653.104.927 30 88.436.830,90
6 Industri Kulit, Barang dari
Kulit dan Alas Kaki 2.496.385.878 135 18.491.747,24
7 Industri Kertas, Barang dari
Kertas dan Sejenisnya 2.494.924.598 4 623.731.149,50
8 Industri Peralatan Listrik 1.526.573.984 6 254.428.997,33
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2021, diolah

Berdasarkan data industri tahun 2018 tekstil, serta pakaian dan sepatu. Selain itu,
tersebut, secara umum dapat disimpulkan industri makanan dan minuman juga
bahwa industri yang ada di Kabupaten berkontribusi cukup tinggi dalam nilai
Bandung didominasi oleh jenis industri produksi industri Kabupaten Bandung. Meski

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 74
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

demikian, jika dilihat hasil perhitungan nilai sintesis sebaran sub-sektor industri
produksi per satuan industri, angka paling unggulan per kecamatan pada Tabel 5.14 di
tinggi terdapat pada Industri Kertas, Barang halaman selanjutnya. Pada Tabel 5.13 dapat
dari Kertas dan Sejenisnya, serta Industri dilihat nilai produksi dari masing-masing
Peralatan Listrik. Keduanya memiliki jumlah kelas industri di setiap kecamatan, serta total
industri yang relatif sedikit. Hal ini nilai produksi industri unggulan di setiap
menunjukkan bahwa kedua industri tersebut kecamatan. Pada Tabel 5.14 merangkum
tergolong industri padat karya. lokasi kelas industri unggulan berdasarkan
kecamatan, serta jumlah industri unggulan di
Hasil perhitungan nilai produksi per
masing-masing kecamatan.
kecamatan disampaikan pada Tabel 5.13 dan

Tabel 5.13 Total nilai produksi kelas industri berdasarkan kecamatan di Kab. Bandung (2018)

Nilai Produksi Industri Unggulan (miliar rupiah) Total Nilai


No. Kecamatan
A B C D E F G H Produksi

1 Ciwidey - 73,5 - 74,2 - - - - 147,6


2 Rancabali - - - 89,0 - - - - 89,0
3 Pasirjambu 36,3 73,5 57,4 118,6 18,5 - - 304,2
4 Cimaung 108,9 117,5 57,4 103,8 74,0 - - 461,6
5 Pangalengan 14,7 252,1 - - 266,8
6 Kertasari 59,3 - - 59,3
7 Pacet 471,9 14,7 44,5 - - 531,1
8 Ibun 3.267,1 1.131,2 57,4 29,7 37,0 - - 4.522,2
9 Paseh 2.976,7 161,6 172,1 118,6 176,9 55,5 623,7 4.285,0
10 Cikancung 834,9 176,3 172,1 14,8 88,4 74,0 623,7 1.984,2
11 Cicalengka 544,5 426,1 344,1 44,5 37,0 1.396,1
12 Nagreg 36,3 29,4 14,8 88,4 18,5 187,4
13 Rancaekek 1.452,0 146,9 57,4 103,8 88,4 18,5 254,4 2.121,5
14 Majalaya 8.929,9 367,3 401,5 74,2 88,4 18,5 254,4 10.134,2
15 Solokanjeruk 5.844,4 249,7 172,1 103,8 88,4 6.458,5
16 Ciparay 145,2 146,9 326,3 37,0 655,3
17 Baleendah 435,6 572,9 163,1 203,4 1.375,0
18 Arjasari 72,6 73,5 57,4 37,0 240,4
19 Banjaran 435,6 161,6 114,7 148,3 265,3 18,5 1.144,0
20 Cangkuang 36,3 146,9 74,2 176,9 434,2
21 Pameungpeuk 871,2 161,6 44,5 88,4 37,0 1.202,7
22 Katapang 1.270,5 646,4 917,7 89,0 707,5 277,4 3.908,5
23 Soreang -
24 Kutawaringin 290,4 308,5 598,9
25 Margaasih 1.161,6 1.263,4 516,2 178,0 176,9 203,4 508,8 4.008,3
26 Margahayu 762,3 881,4 344,1 44,5 88,4 480,8 1.247,5 254,4 4.103,5
27 Dayeuhkolot 2.649,9 661,1 344,1 118,6 442,2 776,7 4.992,6
28 Bojongsoang 290,4 176,3 229,4 222,4 88.4 37,0 54,4 1.298,4
29 Cileunyi 108,9 220,4 344,1 133,5 806,9
30 Cilengkrang -
31 Cimenyan 36,3 73.5 74,2 37,0 220,9
Total Nilai Produksi 33.069,9 8.476,5 4.359,0 2.862,1 2.653,1 2.496,4 2.494,9 1.526,6 57.938,5
Rata-rata 1.066,8 273,4 140,6 92,3 85,6 80,5 80.5 49.2 1.868,0
Ket:
A : Industri Tekstil E : Industri Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
B : Industri Pakaian Jadi F : Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
C : Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik G : Industri Kertas, Barang dari Kertas dan Sejenisnya
D : Industri Makanan H : Industri Peralatan Listrik

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2021, diolah

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 75
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Tabel 5.14 Sintesis sebaran sub-sektor industri unggulan di Kab. Bandung

Sub-Sektor Industri Unggulan Total Sub-


No. Kecamatan Sektor
A B C D E F G H Unggulan
1 Ciwidey 0
2 Rancabali 0
3 Pasirjambu  1
4 Cimaung  1
5 Pangalengan  1
6 Kertasari 0
7 Pacet 0
8 Ibun   2
9 Paseh      5
10 Cikancung    3
11 Cicalengka   2
12 Nagreg  1
13 Rancaekek     4
14 Majalaya      5
15 Solokanjeruk     4
16 Ciparay  1
17 Baleendah    3
18 Arjasari 0
19 Banjaran   2
20 Cangkuang  1
21 Pameungpeuk  1
22 Katapang      5
23 Soreang 0
24 Kutawaringin  1
25 Margaasih        7
26 Margahayu       6
27 Dayeuhkolot       6
28 Bojongsoang     4
29 Cileunyi   2
30 Cilengkrang 0
31 Cimenyan 0
Total Kec. Unggulan 8 9 11 13 14 5 3 5
Ket:
A : Industri Tekstil E : Industri Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
B : Industri Pakaian Jadi F : Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
C : Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik G : Industri Kertas, Barang dari Kertas dan Sejenisnya
D : Industri Makanan H : Industri Peralatan Listrik

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Bandung bagian Utara yang


terdapat 68 sub-sektor industri unggulan berbatasan dengan Kota Bandung bagian
yang tersebar di 31 kecamatan. Peta sebaran Selatan. Sedangkan di bagian Selatan, potensi
sub-sektor industri pengolahan memerlihat- industri relatif lebih sedikit. Industri yang
kan bahwa sub-sektor unggulan industri ada di bagian Selatan berupa industri
pengolahan cenderung banyak terdapat di makanan dan industri kimia.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 76
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Gambar 5.7 Peta sebaran potensi sub-sektor industri pengolahan

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Gambar 5.8 Peta pertampalan sebaran potensi sub-sektor industri dengan sebaran PDRB
sektor C

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 77
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Dengan menggabungkan peta sebaran berbatasan langsung dengan Kota Bandung,


potensi industri unggulan dengan peta tetapi Kecamatan Majalaya merupakan
sebaran PDRB sektor C (lihat Gambar VI.8 simpul transportasi di bagian Timur dan
pada halaman selanjutnya), dapat dilihat Tenggara Kabupaten Bandung. Dengan
bahwa kecamatan dengan potensi sub-sektor demikian, selain faktor lokasi, faktor
industri unggulan yang banyak, memiliki nilai aksesibilitas terutama jalan juga merupakan
PDRB sektor C yang relatif tinggi, seperti faktor kunci dalam pengembangan kinerja
Kecamatan Majalaya dan Dayeuhkolot, tetapi sektor industri.
tidak berlaku di Kecamatan Paseh.
Kecamatan-kecamatan tersebut terletak di 3. Keterkaitan Spasial Potensi
bagian Utara Kabupaten Bandung yang Sektor Industri
berbatasan dengan Kota Bandung bagian Identifikasi keterkaitan spasial potensi
Selatan. sektor industri dilakukan melalui Global
Meski demikian, kecamatan dengan Moran’s I dengan bantuan GIS. Data yang
PDRB sektor C dan hasil perhitungan nilai digunakan adalah data PDRB sektor C per
produksi kelas industri paling tinggi, yaitu Kecamatan pada tahun 2016. Hasil
Kecamatan Majalaya, justru terletak di bagian perhitungan terhadap Global Moran’s I ialah
Tenggara Kabupaten Bandung serta tidak sebagai berikut:

Grafik 5.4 Hasil pengolahan global spatial autorrelation dari PDRB sektor industri per
Kecamatan

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 78
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Keterkaitan spasial dari PDRB sektor sektor C), secara positif dan spasial memiliki
industri pengolahan diantara 31 Kecamatan keterkaitan antar kecamatan. Selanjutnya
di Kabupaten Bandung, seperti yang untuk mengidentifikasi klaster dari
ditampilkan pada gambar di atas, bernilai keterkaitan spasial PDRB sektor C, maka
lebih dari 1 (positif) berdasarkan dilakukan analisis Anselin Local Moran’s I
perhitungan Global Moran’s I. Nilai Indeks dengan menggunakan GIS. Gambar 5.9
Moran ialah 0,226613 dan nilai z-score menunjukkan hasil perhitungan Anselin Local
2,351359 (p=0,018705), hal ini meng- Moran’s I untuk PDRB sektor industri pada 31
indikasikan bahwa nilai PDRB industri (PDRB Kecamatan di Kabupaten Bandung.

Gambar 5.9 Peta hasil analisis Local Moran's I PDRB sektor industri

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Hasil perhitungan analisis Local Morans’ Dengan menggabungkan peta hasil


I menunjukkan bahwa terdapat 2 kecamatan analisis Local Moran’s I dengan sebaran
yang memiliki nilai yang termasuk ke dalam potensi industri, maka dapat disimpulkan
klaster tinggi-tinggi (HH Cluster) yaitu bahwa pada lokasi yang tergolong ke dalam
Kecamatan Baleendah dan Kecamatan klaster tinggi-tinggi (HH cluster), di bagian
Margahayu, keduanya berada di bagian Utara Utara, memiliki sub-sektor unggulan industri
berbatasan dengan Kota Bandung bagian yang relatif banyak, lebih dari 3-7 sub-sektor
Selatan wilayah Kabupaten Bandung. Selain unggulan. Sedangkan pada klaster rendah-
itu, terdapat juga kategori klaster rendah- rendah (LL cluster) di Pangalengan, juga pada
rendah (LL Cluster) pada 2 kecamatan yaitu: bagian Selatan pada umumnya, memiliki sub-
Kecamatan Pangalengan di bagian Selatan sektor unggulan industri yang terbatas, dan
dan Kecamatan Cimenyan di bagian Utara memiliki kesamaan jenis sub-sektor industri
Kabupaten Bandung. yaitu sub-sektor industri makanan.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 79
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Gambar 5. 10 Peta pertampalan hasil Local Moran's I PDRB C dengan sebaran potensi sub-
sektor industri di Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

5.3 Analisis Potensi Sektor 1. Kinerja PDRB Sektor Perdagangan


Perdagangan Kinerja sektor G derdasarkan data PDRB
Analisis potensi sektor perdagangan besar ADHK menurut lapangan usaha di Kabupaten
dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor Bandung Tahun 2010-2020 memiliki rata-
(G) meliputi penjelasan mengenai kinerja, rata sebesar 9.025 miliar rupiah, kontribusi
potensi, keterkaitan spasial PDRB sektor G. 13,81%, dan pertumbuhan 5,07%:

Tabel 5.15 Kinerja PDRB sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor terhadap PDRB Kabupaten Bandung

PDRB Sektor G Kontribusi Terhadap Pertumbuhan


Tahun
(miliar rupiah) PDRB Kab. Bandung Sektor G
2010 6.490,14 13,40% -
2011 7.054,28 13,76% 8,69%
2012 7.608,56 13,97% 7,86%
2013 8.215,86 14,24% 7,98%
2014 8.681,13 14,21% 5,66%
2015 9.138,15 14,12% 5,26%
2016 9.676,96 14,06% 5,90%
2017 10.222,30 14,00% 5,64%
2018 10.600,07 13,66% 3,70%
2019 11.006,20 13,36% 3,83%
2020* 10.590,27 13,10% -3,78%
Rata-rata 9.025,81 13,81% 5,07%
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2021, diolah

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 80
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Dapat dilihat bahwa nilai PDRB sektor G paling besar hingga mencapai 14,24%, dan
mengalami peningkatan setiap tahunnya, kontribusi terendah terdapat pada tahun
kecuali pada tahun 2020 karena terdampak 2020 imbas pandemi COVID-19.
pandemi COVID-19. Di sisi lain, sektor G Pertumbuhan sektor G, memiliki nilai rata-
berkontribusi rata-rata sebesar 13,81% rata 5,07%, dengan pertumbuhan tertinggi
terhadap total PDRB Kabupaten Bandung, pada tahun 2011 (8,69%) dan terendah pada
dan pada tahun 2013 memiliki kontribusi tahun 2020 (-3,78%).

Grafik 5.5 Kinerja PDRB sektor perdagangan Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Gambar 5.11 Peta sebaran kontribusi PDRB sektor perdagangan (G) per kecamatan di
Kabupaten Bandung tahun 2016

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 81
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Kemudian jika dilihat kontribusi PDRB 3) Pasar Raharja Plaza Dayeuh Kolot
sektor C per kecamatan, nilai paling tinggi Pasar Raharja Plaza Dayeuhkolot
terdapat di Kecamatan Baleendah (12,7%), Kabupaten Bandung berdiri sejak tahun
Kecamatan Majalaya (11,2%), dan 2007 dan memiliki jumlah pedagang
Kecamatan Margaasih (7,8%). Sebaran aktif saat ini: Kios 180-200 unit. Luas
kecamatan dengan nilai PDRB sektor G tinggi bangunan 4.000 m2. Lahan milik pemda.
cenderung berada di bagian Utara Kabupaten Cakupan pelayanan terdiri dari 4
Bandung yang berbatasan dengan Kota kecamatan: Dayeuhkolot, Baleendah,
Bandung di bagian Selatan, kecuali Bojongsoang, Ciparay. Jumlah penduduk
Kecamatan Pangalengan yang memiliki nilai layanan +702.013. Omset harian rata-
yang cukup tinggi tetapi berada di bagian rata Rp 1.000.000,- per pedagang.
Selatan Kabupaten Bandung.
4) Pasar Baru Majalaya
2. Potensi Sektor Perdagangan Pasar Baru Majalaya Kabupaten
Bandung berdiri sejak tahun 1818 dan
Berdasarkan kajian distribusi perdagangan
memiliki jumlah pedagang aktif saat ini:
dan komoditas bahan pokok dan barang
Kios 367 unit; Los 114 unit; Lapak 200
strategis yang dilakukan oleh Dinas
unit. Total pedagang aktif: 681 unit. Luas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
bangunan 13.265 m2. Lahan milik
Bandung pada tahun 2020, Kabupaten
pemda. Cakupan pelayanan terdiri dari 4
Bandung memiliki 9 lokasi pasar Pemerintah
kecamatan: Majalaya, Paseh, Ibun,
Kabupaten Bandung, yaitu Pasar Sehat
Solokan Jeruk. Jumlah penduduk layanan
Sabilulungan, antara lain sebagai berikut:
+472.802. Omset harian rata-rata Rp
1) Pasar Margahayu 1.500.000,- per pedagang.
Pasar margahayu Kabupaten Bandung 5) Pasar Sehat Cileunyi
berdiri sejak tahun 1984 jumlah
Pasar Sehat Cileunyi Kabupaten
pedagang saat ini: Kios 90 unit; Lapak 21
Bandung memiliki jumlah pedagang aktif
unit; Kaki lima 40 unit; Total pedagang
saat ini: Kios 141 unit; Los 121 unit; Kaki
151 unit. Luas bangunannya 3.000 m 2.
lima 91 unit. Total pedagang aktif: 353
Lahan milik pemda. Cakupan pelayanan
unit. Luas tanah 4.497 m2. Tanah milik
terdiri dari 2 kecamatan; Margahayu,
pemda. Cakupan pelayanan terdiri dari 4
Marga asih. Jumlah penduduk layanan
kecamatan: Cileunyi, Rancaekek, Cibiru,
+289.840. Omset perhari rata-rata Rp 2
Jatinangor Sumedang. Jumlah penduduk
juta s.d. 10 juta.
layanan +356.791. Omset harian rata-
2) Pasar Ciwidey rata Rp 1.500.000,- per pedagang.
Pasar Ciwidey Kabupaten Bandung 6) Pasar Cicalengka
berdiri sejak tahun 1997/1998 dan
Pasar Cicalengka Kabupaten Bandung
memiliki jumlah pedagang aktif saat ini
berdiri sejak tahun 1986 dan memiliki
mencapai: Kios 903 unit; Lapak 362 unit;
jumlah pedagang aktif saat ini: Kios 864
Kaki lima 65 unit. Total pedagang aktif:
unit; Los 1.011 unit; Lapak 151 unit.
1.330 unit. Luas bangunan 8.292 m2 yang
Total pedagang aktif: 2.026 unit. Luas
merupakan lahan milik pemda. Cakupan
bangunan 5.460 m2. Lahan milik pemda.
pelayanan terdiri dari beberapa
Cakupan pelayanan terdiri dari
kecamatan: Kecamatan Ciwidey, Pasir
beberapa kecamatan: Cicalengka,
Jambu, Rancabali, serta beberapa
Nagreg, Beberapa Kecamatan di
kecamatan di Kabupaten Cianjur. Total
Kabupaten Sumedang. Jumlah
memiliki jumlah penduduk layanan
penduduk layanan +250.000. Omset
+227.704 jiwa dengan Omset harian
harian rata-rata Rp 1.000.000,- per
rata-rata Rp 1.000.000,- per pedagang.
pedagang.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 82
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

7) Pasar Baleendah 9) Pasar Soreang


Pasar Baleendah Kab. Bandung memiliki Pasar Soreang Kabupaten Bandung
jumlah pedagang aktif saat ini: Kios 309 berdiri sejak tahun 1986. Jumlah
unit, Lapak 182 unit, Kaki lima 511 unit. pedagang aktif saat ini: Kios 514 unit,
Total pedagang aktif: 1.002 unit. Luas Lapak 241 unit, Kaki lima 150 unit. Total
bangunan 14.354 m2. Lahan milik pedagang aktif: 905 unit. Luas bangunan
pemda. Cakupan pelayanan terdiri dari 4 5.688 m2. Lahan milik pemda. Cakupan
kecamatan: Baleendah, Bojongsoang, pelayanan terdiri dari 4 kecamatan:
Ciparay, Pameungpeuk. Jumlah pen- Soreang, Cangkuang, Katapang,
duduk layanan +659.708. Omset harian Kutawaringin. Jumlah penduduk layanan
rata-rata Rp 1.500.000,- per pedagang. +418.510. Omset harian rata-rata Rp
1.000.000,- per pedagang
8) Pasar Banjaran
Pasar Banjaran Kabupaten Bandung Gambar 5.12 berikut adalah ilustrasi
berdiri sejak tahun 1818 dan memiliki peta sebaran lokasi pasar yang dimiliki oleh
jumlah pedagang aktif saat ini: Kios 600 Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.
unit, Lapak 200 unit, Kaki lima 150 unit. Dapat dilihat bahwa, dari total 9 pasar, lokasi
Total pedagang aktif: 950 unit. Luas pasar cenderung lebih banyak terdapat di
bangunan 12.618 m2. Lahan milik bagian Tengah dan Utara Kabupaten
pemda. Cakupan pelayanan terdiri dari 4 Bandung. Terdapat 5 pasar dengan lokasi
kecamatan: Banjaran, Cangkuang, yang relatif berdekatan satu dengan lainnya
Cimaung, Arjasari. Jumlah penduduk yaitu Pasar Margahayu, Pasar Raharja Plaza
layanan +394.656. Omset harian rata- Dayeuh Kolot, Pasar Baleendah, Pasar
rata Rp. 2.000.000,- per pedagang. Banjaran dan Pasar Soreang.

Gambar 5.12 Peta sebaran lokasi pasar milik pemerintah daerah di Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 83
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Sedangkan jika dilakukan pertampalan itu, lima pasar yang lokasinya relatif
antara peta sebaran lokasi pasar dengan berdekatan, juga terletak di wilayah dengan
sebaran PDRB sektor G, dapat dilihat pada nilai PDRB sektor G yang juga tinggi. Meski
Gambar 5.13 bahwa sebagian besar pasar demikian, terdapat juga pasar yang terletak
terletak di kecamatan yang memiliki nilai di lokasi dengan nilai PDRB sektor G yang
PDRB sektor G yang juga tinggi; seperti relatif rendah seperti di Kecamatan Banjaran,
Kecamatan Majalaya dan Baleendah. Selain Ciwidey, Cileunyi, dan Cicalengka,

Gambar 5.13 Peta pertampalan sebaran lokasi pasar Pemda dengan sebaran PDRB sektor G

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

3. Keterkaitan Spasial Potensi 2,745021 (p=0,006051), hal ini


Sektor Perdagangan mengindikasikan bahwa nilai PDRB
perdagangan (PDRB sektor G), secara positif
Identifikasi keterkaitan spasial potensi
dan spasial memiliki keterkaitan antar
sektor perdagangan dilakukan melalui Global
kecamatan (lihat Grafik 5.6).
Moran’s I dengan bantuan GIS. Data yang
digunakan adalah data PDRB sektor G per Selanjutnya untuk mengidentifikasi
Kecamatan pada tahun 2016. lokasi klaster dari keterkaitan spasial PDRB
Hasil perhitungan terhadap Global sektor G, maka dilakukan analisis Anselin
Moran’s I menunjukkan bahwa Keterkaitan Local Moran’s I dengan menggunakan GIS.
spasial dari PDRB perdagangan diantara 31 untuk PDRB sektor industri pada 31
Kecamatan di Kabupaten Bandung, bernilai Kecamatan di Kabupaten Bandung. Hasilnya
lebih dari 1 (positif) berdasarkan terdapat satu lokasi klaster tinggi-tinggi di
perhitungan Global Moran’s I. Nilai Indeks wilayah Bandung bagian tengah yang
Moran ialah 0,289407 dan nilai z-score meliputi 3 kecamatan (lihat Gambar 5.14).

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 84
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Grafik 5.6 Hasil pengolahan global spatial autorrelation dari PDRB sektor perdagangan per
Kecamatan

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Gambar 5.14 Peta hasil analisis Local Moran's I PDRB sektor perdagangan

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 85
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Hasil perhitungan analisis Local Morans’ Sedangkan jika dilakukan overlay peta
Index menunjukkan bahwa terdapat 3 hasil analisis local moran’s index PDRB
kecamatan yang termasuk ke dalam klaster sektor G, dengan sebaran potensi pasar (lihat
tinggi-tinggi (HH Cluster) yaitu Kecamatan Gambar 5.15), dapat dilihat bahwa terdapat
Dayeuhkolot, Margahayu dan Katapang, dua pasar yang terletak di dalam lokasi
keduanya berada di bagian Utara Kabupaten klaster tinggi-tinggi yaitu Pasar Margahayu
Bandung berbatasan dengan Kota Bandung dan Pasar Raharja Plaza Dayeuhkolot. Selain
bagian Selatan. Terdapat juga kategori itu, lokasi pusat klaster juga relatif
klaster rendah-rendah (LL Cluster) di berdekatan dengan tiga pasar lainnya yaitu
Kecamatan Cimenyan, sebelah Utara Pasar Baleendah, Pasar Banjaran dan Pasar
Kabupaten Bandung, serta kategori outlier Soreang. Dengan demikian, terdapat
rendah-tinggi (LH Outlier) di kecamatan kesamaan lokasi antara klaster tinggi-tinggi
Ciparay, yang terletak di bagian tengah PDRB sektor G dengan lokasi pasar Pemda di
Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung.

Gambar 5.15 Peta pertampalan hasil Local Moran's I PDRB G dengan sebaran lokasi pasar di
Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

5.4 Analisis Potensi Sektor 1. Kinerja Sektor Pariwisata


Pariwisata Berdasarkan data kunjungan wisatawan
Analisis potensi sektor pariwisata meliputi menuju 168 daya tarik wisata di Kabupaten
penjelasan mengenai kinerja sektor Bandung tahun 2020 yang diterbitkan Dinas
pariwisata, potensi / daya tarik wisata yang Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
ada di Kabupaten Bandung, serta keterkaitan Bandung, terdapat total 1.341.317 wisatawan
spasial potensi sektor pariwisata. yang berkunjung ke Kabupaten Bandung.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 86
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Angka ini dapat dikatakan cukup baik 5.17 merangkum kunjungan wisatawan,
mengingat pandemi COVID-19 dan kebijakan jumlah dan daya tarik wisata unggulan
PSBB serta protokol kesehatan yang berdasarkan kecamatan di Kabupaten
membuat kegiatan pariwisata terbatas. Tabel Bandung tahun 2020.

Tabel 5.16 Kunjungan wisatawan, jumlah dan daya tarik wisata unggulan berdasarkan
kecamatan di Kabupaten Bandung tahun 2020

Jumlah Jumlah
No. Kecamatan DTW Unggulan Tercatat DTW Kunjungan
Tercatat Tercatat
1 Ciwidey Situs Gunung Padang 6 275
2 Rancabali Kawah Putih, Ranca Upas, Glamping 11 777.722
Lake Side, Walini
3 Pasirjambu Makam Sang Adipati Kertamanah 2 525
4 Cimaung Gunung Puntang 7 41.846
5 Pangalengan Cibolang, Situ Cileunca 8 64.308
6 Kertasari Hulu Sungai Citarum, Situ Cisanti 8 36.061
7 Pacet Makam Keramat Eyang Surya Kencana 3 *
8 Ibun Batu Candi Tangulun (Lingga Yoni) 18 450
9 Paseh Karang Gantungan 16 115
10 Cikancung Makam Eyang Jangkung 5 1.472
11 Cicalengka Curug Cinulang 7 32.091
12 Nagreg Situs Batu Kendan 1 279
13 Rancaekek Makam Mama Jakaria 2 420
14 Majalaya Masjid Agung Majalaya 2 17.430
15 Solokanjeruk Situs Sumur Bandung 4 131
16 Ciparay Water Vang 21 5.934
17 Baleendah Situ Sipatuhan 3 2.480
18 Arjasari Situs Gunung Anday 3 693
19 Banjaran Pancuran Tujuh 7 1.345
20 Cangkuang Situs Makam Syekh Abdul Qorim 1 565
21 Pameungpeuk Situs Gunung Batu Anjing 1 215
22 Katapang * * *
23 Soreang Situs Makam Gunung Sadu 2 887
24 Kutawaringin Makam Eyang Dalem Sontoan Qobul 4 1.514
25 Margaasih Situs Makam Mahmud 2 3.984
26 Margahayu * * *
27 Dayeuhkolot Situs Makam Bupati Bandung 2 975
28 Bojongsoang Situs Tegal Sakotak 1 550
29 Cileunyi Batu Kuda 8 75.641
30 Cilengkrang Curug Cilengkrang 2 5.399
31 Cimenyan Tahura, Batu Kuda, Tebing Keraton, 11 268.010
Puncak Bintang
Total 168 1.341.317
*Tidak ada data
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, 2021, diolah

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 87
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Berdasarkan Tabel 5.16, dapat dilihat pada tahun 2020, kecamatan dengan
bahwa sebaran kunjungan wisatawan paling kunjungan wisatawan yang tinggi berada
tinggi terdapat di Kecamatan Rancabali pada bagian luar wilayah Kabupaten
dengan total kunjungan 777.722 wisatawan Bandung, seperti Kecamatan Rancabali,
atau 58% dari total kunjungan wisatawan ke Pangalengan, Kertasari, Cicalengka, Cileunyi
Kabupaten Bandung. Sedangkan di peringkat dan Cimenyan. Hal tersebut disebabkan daya
kedua adalah Kecamatan Cimenyan dengan tarik wisata unggulan yang menjadi tujuan
total kunjungan mencapai 268.010 wisata pengunjung ke Kabupaten Bandung
wisawatan (20%). sebagian besar merupakan jenis wisata alam
dan budaya, yang mana letaknya berada di
Sedangkan jika melihat peta sebaran
bagian luar wilayah Kabupaten Bandung.
kunjungan wisatawan, dapat dilihat bahwa

Gambar 5.16 Peta sebaran kunjungan wisatawan ke Kab. Bandung per kecamatan tahun 2020

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

2. Potensi Sektor Pariwisata 1) Desa Alamendah Kecamatan Rancabali


dengan keunggulan berupa potensi
Berdasarkan dokumen Naskah Akademik
aneka makanan olahan, kerajinan
Rancangan peraturan Daerah Kabupaten
tangan, hasil pertanian dan hasil
Bandung tentang Pengembangan Desa
perkebunan.
Wisata yang disusun oleh Dinas Pariwisata
2) Desa Mekarsari/Gambung Kecamatan
dan Kebudayaan Kabupaten Bandung tahun
Pasirjambu dengan keunggulan berupa
2019, terdapat 10 (sepuluh) Desa Wisata di
aneka makanan olahan stroberi,
Kabupaten Bandung, dan rencananya akan
kerajinan tangan, hasil peternakan, hasil
ditambah 54 Desa Wisata Baru, 10 Desa
perikanan, pertanian dan seni budaya.
Wisata tersebut yaitu:

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 88
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

3) Desa Panundaan Kec. Ciwidey dengan 9) Desa Laksana Kec. Ibun dengan kawah
peternakan kelinci, pertanian, perikanan kamojang, seni budaya, kuliner
dan kerajinan tangan. tradisional, peternakan, pertanian dan
4) Desa Lebakmuncang Kec. Ciwidey perkebunan
dengan kerajinan tangan dan wisata agro 10) Desa Rawabogo Kec. Ciwidey dengan
edukasi. seni budaya, kuliner tradisional,
5) Desa Lamajang Kec. Pangalengan dengan pertanian dan perkebunan.
seni budaya, arung jeram, homestay,
Selain sepuluh desa wisata tersebut,
kuliner, pertanian, peternakan
Kabupaten Bandung juga memiliki beberapa
6) Kelurahan Jelekong Kec. Baleendah
daya tarik wisata unggulan lain. Berdasarkan
dengan seni budaya, seni lukis, dan
data kunjungan wisatawan tahun 2020, dari
kuliner tradisional.
168 daya tarik wisata yang tercatat, terdapat
7) Desa Ciburial Kec. Cimenyan dengan seni
18 daya tarik wisata di Kabupaten Bandung
budaya dan peternakan
yang dapat menarik lebih dari 10.000
8) Desa Cinunuk Kec. Cileunyi dengan
kunjungan wisatawan, dengan penjelasan
kampung seni, kuliner tradisional
sebagai berikut:

Tabel 5.17 Kunjungan wisata pada daya tarik wisata unggulan di Kab. Bandung tahun 2020

Jumlah
No. Nama Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata
Kunjungan
1 WW. Kawah Putih Rancabali Wisata Alam 326.463
2 WW. Ranca Upas Rancabali Wisata Alam 206.339
3 Glamping Lake Side Rancabali Wisata Alam 104.751
4 Perum Perhutani KPH Cimenyan Wisata Alam 100.130
Bandung Utara (Tahura)
5 Walini Rancabali Wisata Alam 100.094
6 Batu Kuda Cileunyi Wisata Budaya 74.699
7 Perum Perhutani KPH Cimenyan Wisata Alam 66.649
Bandung Utara (Batu Kuda)
8 Tebing Keraton Cimenyan Wisata Budaya 52.789
9 Puncak Bintang Cimenyan Wisata Alam 45.327
10 Gunung Puntang Cimaung Wisata Alam 39.701
11 Curug Cinulang Cicalengka Wisata Budaya 31.083
12 Cibolang Pangalengan Wisata Alam 30.450
13 Situ Cileunca Pangalengan Wisata Alam 28.738
14 Hulu Sungai Citarum Kertasari Wisata Alam 20.000
15 Masjid Agung Majalaya Majalaya Wisata Budaya 17.280
16 Patenggang Lake Side Rancabali Wisata Alam 12.136
17 Situ Cisanti Kertasari Wisata Alam 10.726
18 TWA Cimanggu Rancabali Wisata Alam 10.641
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, 2021

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikunjungi oleh wisatawan, maka Kecamatan


disimpulkan bahwa secara umum, daya tarik Rancabali menjadi lokasi tujuan wisata
wisata unggulan di Kabupaten Bandung unggulan yang paling banyak dikunjungi
didominasi oleh jenis wisata alam. Sedangkan dengan menyumbang hampir setengah dari
jika dilihat Kecamatan yang banyak total kunjungan wisatawan ke Kabupaten

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 89
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Bandung pada tahun 2020, disusul oleh terletak di bagian Selatan, terutama di
Kecamatan Cimenyan pada peringkat kedua. Kecamatan Rancabali dan Ciwidey, serta di
bagian Utara, terutama di Kecamatan
Kemudian dengan menggabungkan
Cimenyan.
potensi daya tarik wisata unggulan dengan
10 lokasi desa wisata di Kabupaten Bandung, Adanya kedekatan antara daya tarik
maka dapat dilihat bagaimana sebarannya wisata unggulan dengan desa wisata
pada Gambar 5.17 di halaman berikutnya. tentunya memberikan keuntungan dalam
Lokasi potensi daya tarik wisata unggulan pengembangan, yang mana arah kebijakan
dan desa wisata memiliki kecenderungan dapat dirumuskan secara terfokus.

Gambar 5.17 Peta sebaran lokasi desa wisata dan daya tarik wisata unggulan di
Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Sedangkan jika menggabungkan peta Cimenyan juga berbanding lurus dengan


sebaran potensi daya tarik wisata unggulan jumlah kunjungan wisatawan ke Kecamatan
dan desa wisata, dengan sebaran kunjungan tersebut yang masing-masing menempati
wisatawan ke Kabupaten Bandung (lihat peringkat pertama dan kedua.
Gambar 5.18 pada halaman berikutnya),
Hal tersebut mengindikasikan bahwa
maka dapat dilihat bahwa terdapat
program wisata yang dilaksanakan, baik
kecenderungan jika lokasi daya tarik wisata
pengembangan dan pengelolaan destinasi
unggulan dan desa wisata merupakan lokasi
wista, serta kegiatan promosi wisata
yang memiliki tingkat kunjungan wisatawan
terutama di lokasi memiliki daya tarik wisata
yang tinggi. Seperti banyaknya potensi daya
unggulan telah berjalan cukup baik.
tarik wisata di Kecamatan Rancabali dan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 90
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Gambar 5.18 Peta pertampalan sebaran potensi daya tarik wisata unggulan dengan sebaran
kunjungan wisatawan tahun 2020

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

3. Keterkaitan Spasial Sektor dengan menghitung nilai Global Moran’s I


Pariwisata dengan menggunakan GIS (lihat Grafik 5.7).

Untuk mengetahui keterkaitan spasial pada Hasil yang berbeda dengan tiga sektor
sektor pariwisata, dilakukan metode yang sebelumnya, ditunjukkan pada sektor
sama dengan analisis terhadap tiga sektor pariwisata yang mana keterkaitan spasial
unggulan sebelumnya, tetapi data yang dari kunjungan wisatawan diantara 31
digunakan berbeda, karena sektor pariwisata kecamatan di Kabupaten Bandung pada
tidak diwakili oleh sektor tunggal pada tahun 2020, memiliki pola yang tidak
kerangka PDRB, lebih merupakan gabungan menunjukkan secara signifikan berbeda
dari beberapa sektor PDRB. Dengan demikian dengan acak, atau secara statisik tidak
pada penelitian ini, identifikasi keterkaitan membentuk klaster (z-score -0,144939).
spasial sektor pariwisata dilakukan dengan
Dengan hasil tersebut, analisis tidak
menggunakan data sebaran kunjungan
dilanjutkan dengan Anselin Local Moran’s I,
wisatawan di lokasi daya tarik wisata
melainkan dilanjutkan dengan analisis Getis-
unggulan pada tahun 2020.
Ord Gi*. Analisis ini dilakukan untuk
Meskipun berbeda, tetapi keduanya mengidentifikasi hotspot yang muncul dari
pada dasarnya memberikan gambaran kunjungan wisatawan ke Kabupaten
mengenai nilai ekonomi di suatu wilayah. Bandung berdasarkan kecamatan pada tahun
Identifikasi keterkaitan spasial dilakukan 2021.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 91
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Grafik 5.7 Hasil pengolahan global spatial autorrelation dari jumlah kunjungan wisata per
Kecamatan pada tahun 2020

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Gambar 5.19 Peta hasil analisis Getis-Ord Gi* kunjungan wisatawan per kecamatan di
Kabupaten Bandung tahun 2020

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 92
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Hasil perhitungan analisis Getis-Ord Gi* yang menyumbang 58% dari total kunjungan,
menunjukkan bahwa terdapat 2 kecamatan dan juga merupakan hotspot kunjungan
yang tergolong ke dalam hotspot yaitu wisata di Kabupaten Bandung, memiliki
Kecamatan Rancabali (tingkat kepercayaan jumlah daya tarik wisata unggulan yang juga
99%), dan Kecamatan Ciwidey (tingkat banyak.
kepercayaan 95%). Keduanya berada di
Kondisi tersebut tidak berlaku untuk
bagian Barat Daya–Selatan Kab. Bandung.
Kecamatan Cimenyan dan Kecamatan
Untuk memberikan gambaran lebih Pangalengan, tetapi hotspot lainnya terdapat
jelas, maka dilakukan pertampalan antara di Kecamatan Ciwidey yang memiliki jumlah
peta sebaran potensi daya tarik wisata kunjungan wisatawan tercatat yang relatif
unggulan dengan peta sebaran hotspot (lihat lebih sedikit. Hal ini disebabkan tingginya
Gambar 5.20). Hasilnya mengindikasikan kunjungan wisata dan potensi di Kecamatan
bahwa lokasi dengan kunjungan wisatawan Rancabali, sehingga memberikan dampak
yang tinggi seperti Kecamatan Rancabali kepada kecamatan Ciwidey.

Gambar 5.20 Peta pertampalan sebaran potensi daya tarik wisata unggulan dengan hasil
analisis Getis-Ord Gi* kunjungan wisatawan per kecamatan tahun 2020

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

5.5 Sintesis Klaster dan Hotspot sektor ekonomi unggulan, yang menjelaskan
dari Sektor Ekonomi potensi unggulan masing-masing sektor yang
Unggulan berada di lokasi klaster dan hotspot.
Rangkuman mengenai hasil identifikasi
Subbab ini merangkum mengenai hasil tersebut yaitu:
identifikasi klaster dan hotspot terhadap

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 93
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Tabel 5.18 Sintesis klaster dan hotspot dari sektor ekonomi unggulan

No. Sektor Ekonomi Lokasi Potensi Unggulan


Unggulan Klaster/Hotspot
1 Pertanian Pasirjambu Perkebunan, buah-buahan.
Kertasari Perkebunan, peternakan, buah-buahan,
perikanan.
Rancabali Perkebunan, buah-buahan.
Pangalengan Hortikultura, perkebunan, peternakan, buah-
buahan.
2 Industri Margahayu Industri Pakaian Jadi; Industri Karet, Barang dari
Karet dan Plastik; Industri Kimia dan Barang dari
Bahan Kimia; Industri Kulit, Barang dari Kulit dan
Alas Kaki; Industri Kertas, Barang dari Kertas dan
Sejenisnya; Industri Peralatan Listrik.
Baleendah Industri Pakaian Jadi; Industri Makanan; Industri
Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki.
3 Perdagangan Margahayu Pasar Margahayu (Pemda)
Katapang -
Dayeuhkolot Pasar Raharja Plaza Dayeuh Kolot (Pemda)
4 Pariwisata Rancabali WW. Kawah Putih, WW. Ranca Upas, Glamping
Lake Side, Walini, Patenggang Lake Side, TWA
Cimanggu, serta Desa Wisata Alamendah.
Ciwidey Desa Panundaan, Desa Lebakmuncang, dan Desa
Rawabogo.
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

Peta mengenai sintesis klaster dan yang membentuk klaster, yaitu klaster
hotspot dari sektor ekonomi unggulan yang industri dan perdagangan di Kabupaten
dilengkapi dengan sebaran potensi unggulan Bandung bagian Utara, serta klaster
dari masing-masing lokasi dapat dilihat pada pertanian dan pariwisata di Kabupaten
Gambar 5.21. Ilustrasi ini pada dasarnya Bandung bagian Selatan.
tidak dapat dipisahkan dari hasil identifikasi
Di antara kedua klaster tersebut,
potensi secara keseluruhan, termasuk pada
terdapat wilayah yang tidak termasuk ke
lokasi-lokasi yang bukan merupakan klaster
dalam klaster 4 sektor ekonomi unggulan,
atau hotspot.
terlihat pada peta wilayah yang memiliki
Tampilan hasil analisis dapat warna area putih, meskipun memiliki potensi
disesuaikan dengan kebutuhan, atau dalam pengembangan keempat sektor
pertanyaan yang ingin dijawab: sebagai ekonomi unggulan. Berdasarkan konsep
contoh: jika ingin mengetahui sebaran ekosistem simpul ekonomi, wilayah-wilayah
potensi pertanian dengan industri ini diindikasikan dapat diarahkan untuk
pengolahan makanan, maka akan menjadi penghubung antara klaster Utara
menghasilkan sintesis dan ilustrasi peta yang dan Selatan.
berbeda. Ilustrasi ini dilakukan untuk
Selain itu, jika dilihat persebaran klaster
memudahkan dalam merumuskan kebijkaan
sektor ekonomi unggulan, relatif berkumpul
prioritas pengembangan ekonomi secara
di bagian Barat Kabupaten Bandung. Dengan
menyeluruh pada tingkat Kabupaten
demikian, untuk membagi beban aktivitas di
Bandung.
kawasan Tengah, maka disarankan untuk
Berdasarkan hasil ilustrasi, dapat dilihat mendorong pengembangan pusat kegiatan
bahwa dari 4 (empat) sektor ekonomi ekonomi di wilayah bagian Timur Kabupaten
unggulan, terdapat 2 (dua) wilayah utama Bandung.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 94
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

Gambar 5.21 Peta lokasi klaster dan hotspot dari sektor ekonomi unggulan dengan potensi
unggulan dari masing-masing sektor

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 95
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan

6. Rumusan Peluang dan


Tantangan Pengembangan
Sektor Ekonomi Unggulan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 96
Peluang dan Tantangan Pengembangan

6.1 Peluang dan Tantangan mengembangkan pola agribisnis dan


Sektor Pertanian agroindustri;
 Tercapainya keserasian, kesesuaian dan
Sub-bab ini menjelaskan peluang
keseimbangan antara pengembangan
pengembangan potensi pertanian seperti
komoditas unggulan dengan struktur
peluang pengembangan produk pertanian
dan skala ruang yang dibutuhkan;
dan pemasaran, serta tantangan yang
 Adanya kesinambungan pengembangan
ditemukan pada pelaksanaannya.
dan pembinaan sarana dan prasarana
1. Peluang Pengembangan Sektor wilayah (irigasi, transportasi) antara
Pertanian daerah produksi pertanian dan simpul-
simpul jasa perdagangan dalam program
Salah satu konsep pengembangan sektor
perencanaan jangka panjang;
pertanian yang berkaitan dengan
 Realisasi dari pengembangan otonomi
pengembangan sektor industri, perdagangan
daerah untuk mengelola kawasan
dan pariwisata pada wilayah Kabupaten/
pertanian secara mandiri termasuk
Kota adalah konsep pengembangan
kewenangan untuk mempertahankan
agropolitan. Berdasarkan sintesis Suroyo dan
keuntungan komparatif bagi penjaminan
Handayani (2014), agropolitan merupakan
pengembangan kawasan pertanian;
konsep yang ditawarkan Friedmann dan
 Dalam kondisi “infant-agroindustry”
Douglass (1975) sebagai solusi atas
diperlukan adanya kemudahan-
pembangunan yang tidak berimbang antara
kemudahan dan proteksi terhadap jenis
wilayah perkotaan dan perdesaan.
komoditas yang dihasilkan baik di pasar
Konsep agropolitan juga erat kaitannya nasional maupun luar negeri;
dengan konsep agribisnis, yang mana
Adapun konsep pengembangan kawasan
menurut Rustiadi (2006), menjelaskan
agropolitan tersebut memiliki ciri-ciri
bahwa agribisnis merupakan bisnis yang
sebagai berikut:
berbasis usaha pertanian yang
mengedepankan kekuatan pasar (market  Sebagian besar masyarakat di kawasan
driven) yang terdiri atas sub sistem hulu, sub tersebut memperoleh pendapatan dari
sistem usaha tani, sub sistem hilir dan sub kegiatan pertanian agribisnis;
sistem penunjang.  Sebagian besar kegiatan di kawasan
tersebut didominasi oleh kegiatan
Kunci keberhasilan pembangunan
pertanian atau agribisnis, termasuk di
agropolitan adalah memberlakukan setiap
dalamnya usaha industri (pengolahan)
distrik agropolitan sebagai suatu unit tunggal
pertanian, perdagangan hasilhasil
otonom mandiri tetapi terintegrasi secara
pertanian (termasuk perdagangan untuk
sinergik dengan keseluruhan sistem
kegiatan ekspor), perdagangan
pengembangan wilayahnya. Secara spasial
agribisnis hulu (sarana pertanian dan
penerapan konsep agropolitan sebagai
permodalan), agrowisata dan jasa
pilihan alternatif dari terjadinya kegagalan
pelayanan;
pembangunan industri masa lalu,
 Hubungan antara kota dan daerah-
dihadapkan kepada beberapa persyaratan
daerah hinterland atau daerah-daerah
(Harun, 2004), yaitu:
sekitarnya di kawasan agropolitan
 Dilibatkannya ratusan hingga jutaan bersifat interpendensi/timbal balik yang
petani perdesaan bersama-sama harmonis dan saling membutuhkan,
pengembangan kota- kota pusat dimana kawasan pertanian
pertanian; mengembangkan usaha (on farm) dan
 Tidak ada pilihan lain selain berjalannya produk olahan skala rumah tangga (off
secara simultan keterlibatan setiap farm), sebaliknya kota menyediakan
instansi sektoral di perdesaan untuk fasilitas untuk berkembangnya usaha

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 97
Peluang dan Tantangan Pengembangan

budidaya agribisnis seperti penyediaan sumber daya alam untuk menghasilkan


sarana pertanian, modal, teknologi, komoditas primer;
informasi pengolahan hasil dan 3) Sub sistem pengolahan (down stream
penampungan (pemasaran) hasil agrobusiness), yaitu industri yang
produksi pertanian; mengolah komoditas primer menjadi
 Kehidupan masyarakat di kawasan produk olahan baik produk antara
agropolitan mirip dengan suasana kota maupun produk akhir;
karena keadaan sarana yang ada di 4) Sub sistem pemasaran, yaitu kegiatan-
kawasan agropolitan tidak jauh berbeda kegiatan untuk memperlancar
dengan yang di kota. pemasaran komoditas pertanian baik
segar maupun olahan di dalam dan luar
Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang
negeri;
Penataan Ruang, Kawasan agropolitan
5) Sub sistem jasa yang menyediakan jasa
didefinisikan sebagai kawasan yang terdiri
bagi sub sistem agribisnis hulu, sub
dari satu atau lebih pusat kegiatan pada
sistem usaha tani dan sub sistem
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
agribisnis hilir.
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan Soenarno (2003), mendefinisikan
fungsional dan hierarki keruangan, yaitu daerah agropolitan sebagai sistem fungsional
satuan sistem permukiman dan sistem pada desa-desa, yang ditujukan dengan
agribisnis. Pendekatan pembangunan kawa- keberadaan hirarki ruang di perdesaan, pusat
san agropolitan menggunakan pendekatan agropolitan dan desa-desa di sekitarnya yang
pembangunan sistem agribisnis, yang men- membentuk daerah agropolitan. Sebaiknya
cakup 5 sub sistem (Sutawi, 2002), yaitu: daerah agropolitan dihubungkan dengan
keberadaan rencana tata ruang tingkat
1) Sub sistem agribisnis hulu (up stream
nasional, rencana tata ruang tingkat provinsi,
agribusiness), yakni industri-industri
serta tingkat kabupaten. Hubungan daerah
yang menghasilkan barang-barang
agropolitan dengan pusat aktivitas secara
modal bagi pertanian;
regional pada tingkat provinsi dan nasional,
2) Sub sistem usaha tani (on farm
memiliki keterkaitan ruang, berikut
agribusiness), yaitu kegiatan yang
ilustrasinya:
menggunakan barang-barang modal dan

Gambar 6.1 Konsep pengembangan kawasan agropolitan

Sumber: Soenarno, 2003

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 98
Peluang dan Tantangan Pengembangan

Peluang pengembangan konsep  Belum dioptimalkannya alternatif


agropolitan di Kabupaten Bandung didukung pemasaran digital (marketplace), akibat
dengan adanya klaster potensi pertanian di terbatasnya informasi dan akses
wilayah Selatan, meliputi 4 Kecamatan teknologi yang dimiliki petani. Adapun
dengan sub-sektor unggulan utama yaitu petani yang memiliki akses terhadap
perkebunan dan buah-buahan, serta horti- pasar internasional masih relatif sedikit
kultura dan peternakan. Lokasi potensial lain dan belum terorganisasi;
terdapat di bagian Utara dan Timur yang  Semakin berkurangnya lahan pertanian
memiliki potensi pertanian pangan padi dan produktif yang disebabkan alih fungsi
jagung. Wilayah-wilayah penghasil potensi lahan pertanian menjadi lahan
pertanian tersebut diikat oleh bagian tengah perumahan dan kawasan komersial
yang dapat diarahkan menjadi sentra terutama di Kabupaten Bandung bagian
produksi atau kota kecil. Utara yang berbatasan dengan Kota
Bandung di bagian Selatan;
2. Tantangan Pengembangan Sektor
 Belum dioptimalkannya pengembangan
Pertanian
produk-produk turunan dari hasil
Tantangan pengembangan sektor pertanian pertanian unggulan di Kabupaten
diuraikan secara umum untuk seluruh sub- Bandung, serta nilai jual produk di
sektor unggulan pertanian. Data yang tingkat petani relatif rendah.
digunakan adalah laporan kinerja, dokumen
kajian, serta hasil wawancara dengan aktor
kunci. Beberapa tantangan sektor pertanian 6.2 Peluang dan Tantangan
antara lain sebagai berikut: Sektor Industri
 Kontribusi sektor pertanian terhadap Sub-bab ini menjelaskan peluang
PDRB Kabupaten Bandung yang relatif pengembangan potensi industri baik pada
kecil, dibandingkan dengan sektor tingkat produksi dan pemasaran, serta
unggulan lainnya (rata-rata 7,82%). tantangan yang ditemukan pada
Kontribusi sektor pertanian juga pelaksanaannya.
cenderung mengalami penurunan setiap
tahunnya (dari 2010-2019), meskipun 1. Peluang Pengembangan Sektor
pada tahun 2020 mengalami sedikit Industri
kenaikan (0,14%). Agroindustri, berdasarkan simpulan dari
 Pertumbuhan sektor pertanian relatif Pratiwi (2017) didefinisikan sebagai bagian
kecil (rata-rata 1,84% dari tahun 2011- dari manufaktur, yaitu sektor yang memro-
2020), serta memiliki tren penurunan ses bahan baku dan produk antara yang
pada 3 tahun terakhir. Meski demikian, berasal dari pertanian, perikanan dan
sektor pertanian merupakan salah satu kehutanan. Agroindustri merupakan bagian
sektor yang memiliki pertumbuhan dari konsep yang lebih luas dari agribisnis
positif (0,19%) pada tahun 2020, akibat karena mencakup pemasok input ke
Covid-19. pertanian, perikanan dan sektor kehutanan
 Lokasi potensi pertanian Kabupaten dan distributor makanan dan non-makanan
Bandung unggulan, sebagian besar output dari agroindustri (Silva et al.2009)
terdapat di bagian Selatan, yang relatif
jauh dari simpul-simpul perdagangan Berdasarkan pemikiran tersebut dan
dan industri utama di Kabupaten menelaah kondisi yang terjadi di Indonesia,
Bandung, yang banyak terdapat di Saragih dan Krishnamurti (1992)
bagian Utara, sehingga petani kesulitan menyimpulkan beberapa poin berkaitan
untuk memasarkan produknya secara dengan pengembangan agroindustri di
kompetitif; Indonesia yaitu:

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 99
Peluang dan Tantangan Pengembangan

1) Agroindustri memiliki keterkaitan Menurut Austin (1992) agroindustri


(linkages) yang besar baik hulu hasil pertanian mampu memberikan
maupun hilir. Agroindustri pengolahan sumbangan yang nyata bagi pembangunan
yang menggunakan bahan baku hasil di kebanyakan negara berkembang karena:
pertanian berarti memiliki keterkaitan
1) Agroindustri pertanian adalah pintu
yang kuat dengan kegiatan budidaya
untuk sektor pertanian. Agroindustri
pertanian maupun dengan konsumen
melakukan transformasi bahan mentah
akhir atau dengan kegiatan industri lain.
dari pertanian termasuk transformasi
Sedangkan bagi agroindustri penyedia
produk subsisten menjadi produk
sarana produksi (pupuk, pestisida, alat-
akhir untuk konsumen. Ini berarti
alat pertanian) akan memiliki keterkait-
bahwa suatu negara tidak dapat
an yang sangat erat dengan kegiatan
sepenuhnya menggunakan sumber
budidaya dan industri atau kegiatan lain
daya agronomis tanpa pengembangan
yang menyediakan input. Keterkaitan
agroindustri. Di satu sisi, permintaan
yang erat ini merupakan hal yang logis
terhadap jasa pengolahan meningkat
dan sebagai konsekuensinya juga akan
sejalan dengan peningkatan produksi
menciptakan pengaruh multiplier yang
pertanian. Di sisi lain agroindustri
besar terhadap kegiatan tersebut;
tidak hanya bersifat reaktif tetapi juga
2) Produk-produk agroindustri, terutama
menimbulkan permintaan ke belakang
agroindustri pengolahan umumnya
yaitu peningkatan permintaan jumlah
memiliki nilai elastisitas permintaan
dan ragam produksi pertanian. Akibat
akan pendapatan yang relatif tinggi
dari hal ini adalah petani terdorong
(elastis) jika dibandingkan dengan
untuk mengadopsi teknologi baru
produk pertanian dalam bentuk segar
agar produktivitas meningkat, sehingga
atau bahan mentah. Sehingga dengan
pendapatan petani dapat meningkat.
makin besarnya pendapatan masyara-
2) Agroindustri hasil pertanian sebagai
kat, akan makin terbuka pula pasar
dasar sektor manufaktur. Transformasi
baik bagi produk agroindustri. Hal ini
penting lainnya dalam agroindustri
akan memberikan prospek yang baik
terjadi karena permintaan terhadap
bagi kegiatan itu sendiri, dengan
makanan olahan semakin beragam
demikian akan memberikan pengaruh
seiring dengan pendapatan masyarakat
pula kepada seluruh kegiatan yang
dan urbanisasi yang meningkat.
dipengaruhinya.
3) Agroindustri pengolahan hasil
3) Kegiatan agroindustri umumnya bersifat pertanian menghasilkan komoditas
resource based industry, sehingga dengan ekspor penting. Produk agroindustri
dukungan potensi sumberdaya alam termasuk produk dari proses
Indonesia, akan semakin besar sederhana mendominasi ekspor negara
kemungkinan untuk memiliki keunggul- berkembang, sehingga akan menambah
an komparatif dan keunggulan kompe- devisa negara.
titif dalam pasar dunia, di samping dapat 4) Agroindustri pangan merupakan
memiliki pasar domestik yang cukup sumber penting nutrisi. Agroindustri
terjamin. dapat menghemat biaya dengan
4) Kegiatan agroindustri umumnya mengurangi kehilangan produksi pasca
menggunakan input yang renewable, panen dan menjadikan mata rantai
sehingga keberlangsungan kegiatan ini pemasaran bahan makanan dapat
dapat lebih terjamin, di samping memberikan keuntungan nutrisi dan
kemungkinan untuk timbulnya masalah kesehatan dari makanan yang
pengurasan sumberdaya alam yang lebih dipasok jika pengolahannya dilakukan
kecil. dengan baik.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 100


Peluang dan Tantangan Pengembangan

Agroindustri Hulu dan Hilir, Menurut dan pemasaran produk pertanian


Sutardi (2007), agroindustri adalah salah primer.
satu sub sistem yang bersama-sama dengan 3. Sub sistem agribisnis hilir di luar areal
sub sistem lain membentuk sistem produksi (agroindustri hilir off-farm)
agribisnis. Sistem agribisnis yang dimaksud yang meliputi : pengadaan bahan
terdiri atas empat cakupan sub sistem : baku dan produk pertanian primer,
pengolahan menjadi barang setengah
1. Sub sistem agribisnis hulu di luar areal
jadi dan barang jadi serta penjualannya.
produksi (agroindustri hulu off-farm)
4. Sub-sistem pendukung dan kebijakan
yang meliputi industri sarana produksi
yang meliputi : fasilitas kredit;
pertanian (benih, pupuk, pestisida);
penyuluhan pertanian dan informasi;
industri mesin dan peralatan
transportasi dan komunikasi;
pertanian; pengadaan dan distribusi
infrastruktur lokal dan nasional;
sarana produksi pertanian dan mesin.
penelitian dan pengembangan; serta
2. Sub sistem agribisnis di dalam areal
lingkungan usaha.
produksi pertanian (on farm) yang
meliputi budidaya tanaman, ternak, Lakitan (2012) menggambarkan
dan ikan; pemanenan; pengumpulan keterkaitan kegiatan off-farm hulu dan hilir
dan penanganan pasca panen; penjualan sebagai berikut :

Gambar 6.2 Agroindustri dan sistem agribisnis

Sumber: Lakitan, 2012

Dari Gambar terlihat bahwa Udayana (2011) secara garis besar


agroindustri merupakan bagian dari agroindustri dapat digolongkan menjadi
subsistem agribisnis, yaitu subsistem off- empat jenis; yaitu agroindustri pengolahan
farm, baik off-farm hulu maupun off-farm hasil pertanian, agroindustri yang
hilir. Off-farm hulu terdiri atas industri- memproduksi peralatan dan mesin
industri input (sarana produksi pertanian pertanian, agroindustri input pertanian
serta alat dan mesin pertanian), sedangkan (pupuk, pestisida, herbisida) serta
off-farm hilir terdiri atas industri agroindustri jasa sektor pertanian
penanganan dan pengolahan hasil. Menurut (supporting services).

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 101


Peluang dan Tantangan Pengembangan

2. Tantangan Pengembangan Sektor 6.3 Peluang dan Tantangan


Industri Sektor Perdagangan
Tantangan pada pengembangan sektor Sub-bab ini menjelaskan peluang dan
industri di Kabupaten Bandung, antara lain tantangan pengembangan potensi per-
sebagai berikut: dagangan, serta kaitannya dengan pengem-
bangan sektor pertanian dan industri.
 Meskipun kontribusi sektor industri
terhadap PDRB Kabupaten Bandung 1. Peluang Pengembangan Sektor
merupakan yang paling tinggi, dari Perdagangan
sektor lainnya, tetapi sektor industri
Peluang pengembangan sektor perdagangan,
juga merupakan sektor yang paling
terutama kaitannya dengan pengembangan
terpukul akibat pandemi covid-19 pada
sektor pertanian dan industri. Peluang
tahun 2020, mengalami penurunan
pengembangan sektor perdagangan salah
sebesar 3,27%;
satunya pada kerangka agribisnis.
 Industri menengah-besar yang telah ada
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa
di Kabupaten Bandung, memiliki
konsep agribisnis erat kaitannya dengan
kesulitan untuk mengakses bahan baku
konsep agroindustri. Berdasarkan simpulan
(tekstil, garmen), terutama di masa
Fagi (2012), Agribisnis berawal dan berakhir
pandemi Covid-19, karena bergantung
dalam bentuk agroindustri yaitu agroindustri
pada pasokan dari tempat lain (seperti
pra panen dan pasca panen.
negara China, yang terdampak
lockdown); Dengan demikian, untuk Simatupang (1989) menyebut keter-
industri menengah-besar masih kaitan dengan agroindustri pra panen
memiliki ketergantungan bahan baku sebagai backward linkages, dan yang dengan
dari negara lain, padahal dapat menjadi agroindustri pasca panen sebagai forward
peluang jika diproduksi sendiri; linkages. Baik backward maupun forward
 Harga produk yang dihasilkan oleh linkages masih sangat lemah. Sebagai contoh
industri di Kabupaten Bandung, sulit industri olahan kedelai harus mengimpor
untuk dapat bersaing dengan produksi kedelai, karena produksi kedelai domestik
wilayah lain yang memiliki biaya bahan tidak mencukupi. Sementara, upaya
baku rendah; intensifikasi dan ekstensifikasi kedelai
terhambat oleh ketersediaan benih kedelai
 Belum terdapat hubungan antara
yang dihasilkan oleh industri benih kedelai.
industri pengolahan, terutama makanan
Pertanaman jagung hibrida domestik
dan minuman skala menengah dan
terbatas luasnya, karena benih jagung hibrida
besar, dengan produk unggulan
domestik tidak tersedia di sentra-sentra
pertanian di Kabupaten Bandung,
produksi jagung.
meskipun telah ada pengembangan
produk susu, tetapi masih belum Sistem agribisnis yang merupakan
terbentuk pada produk lain, dan masih integrasi semua aktivitas, mulai dari
dilakukan pada skala industri kecil dan pengadaan dan penyaluran sarana produksi
rumah tangga; sampai pada pemasaran produk yang
 Biaya pengelolaan limbah menjadi beban dihasilkan usahatani dan agroindustri saling
berat bagi perusahaan. Pengolahan terkait satu sama lain. Agribisnis menurut
limbah untuk industri, lebih baik jika ada Syahza (2003) sebagai suatu sistem meliputi:
di dalam kawasan industri; Hal ini akan 1) Subsistem pengadaan sarana produksi
meringankan beban perusahaan dalam 2) Subsistem produksi
segi manajemen karena pengelolaan
3) Subsistem pengolahan hasil
limbah akan dilakukan oleh pengelola 4) Subsistem pemasaran
kawasan industri. 5) Subsistem kelembagaan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 102


Peluang dan Tantangan Pengembangan

Terdapat beberapa faktor pendukung pengusaha tani (petani), instansi terkait, dan
pembangunan ekonomi yang berbasis koperasi sebagai badan usaha. Rangkaian
agribisnis, antara lain peran perguruan kerja dari faktor pendukung ekonomi
tinggi, pengusaha, lembaga perkreditan, pedesaan ialah sebagai berikut:

Gambar 6.3 Rangkaian kerja faktor pendukung agribisnis

Sumber: Syahza, 2003

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan 2. Tantangan Pengembangan Sektor


bahwa agar semua subsistem agribisnis itu Perdagangan
dapat berjalan sesuai dengan tuntutan
Tantangan pada pengembangan sektor
agribisnis, perlu dirancang suatu model
perdagangan di Kabupaten Bandung, antara
pemberdayaan ekonomi masyarakat
lain sebagai berikut:
pedesaaan berbasiskan agribisnis dengan
melibatkan beberapa lembaga pendukung  Meskipun nilai PDRB sektor G
dalam bentuk kelompok mitra usaha mengalami peningkatan setiap
agribisnis, yaitu lembaga ekonomi pedesaaan tahunnya, pada tahun 2020 mengalami
(koperasi), pengusaha tani (petani), lembaga penurunan karena pandemi COVID-19.
perkreditan, pengusaha, dan instansi Pertumbuhan sektor G memiliki nilai
pemerintah. terendah pada tahun 2020 (-3,78%).

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 103


Peluang dan Tantangan Pengembangan

 Sebaran pasar tradisional yang dikelola Pengertian tersebut mengacu pada


pemda masih terbatas, terutama di unsur rekreatif yang memang sudah menjadi
bagian Selatan; ciri kegiatan wisata, unsur pendidikan dalam
 Perlu peningkatan kerjasama antara kemasan paket wisatanya, serta unsur sosial
Pemkab Bandung dengan pengelola ekonomi dalam pembangunan pertanian dan
pasar swasta; perdesaaan. Dari segi substansinya, kegiatan
 Pasar tradisional sebagai tempat pelaku agrowisata lebih menitikberatkan pada
usaha perdagangan, kurang tertata rapi, upaya menampilkan kegiatan pertanian dan
beberapa diantaranya masih terlihat suasana perdesaan sebagai daya tarik utama
menumpuknya sampah, seperti di Pasar wisatanya tanpa mengabaikan segi
Banjaran, Soreang, Baleendah, dan kenyamanan.
Sayati. Pengelolaan sampah yang belum
Pada dasarnya agrowisata merupakan
optimal membuat pasar tradisional
kegiatan yang berupaya mengembangkan
menjadi kumuh;
sumberdaya alam suatu daerah perkebunan,
 Pemenuhan administrasi agar usaha
serta penghasil sayuran tertentu dan wilayah
masih banyak yang belum terpenuhi
perdesaan berpotensi besar menjadi objek
oleh pelaku usaha di Kabupaten
agrowisata. Berdasarkan kajian Sumarwoto
Bandung sehingga sulit untuk
(2019) potensi yang terkandung tersebut
mengidentifikasi dan intervensi untuk
harus dilihat dari segi lingkungan alam, letak
pengembangan kapasitas yang lebih geografis, jenis produk, atau komoditas
terarah dan bantuan perluasan
pertanian yang dihasilkan, serta saran dan
pemasaran dari Pemerintah Kabupaten
prasarananya.
Bandung.
Pada gambar 6.4, di halaman
selanjutnya, merupakan permintaan dan
6.4 Peluang dan Tantangan penawaran dalam rumah tangga agrowisata.
Sektor Pariwisata Secara singkat mungkin dapat disebutkan
bahwa agrowisata adalah suatu kegiatan
Sub-bab ini menjelaskan peluang yang menempatkan sektor primer
pengembangan potensi pariwisata baik pada (pertanian) di kawasan sektor tersier
tingkat daya tarik wisata, pengelolaan, dan (pariwisata), agar perkembangan sektor
pemasaran, serta tantangan yang ditemukan primer itu dapat lebih dipercepat, dan petani
pada pelaksanaannya. mendapatkan peningkatan pendapatan dari
ekgiatan pariwisata yang memanfaatkan
1. Peluang Pengembangan Sektor
Pariwisata sektor pertanian tersebut.

Berdasarkan potensi wisata Kabupaten Berdasarkan Goodwin (2000)


Bandung yang berada di wilayah selatan, Agrowisata dapat mempercepat peningkatan
sekaligus memiliki potensi sektor pertanian, kesejahteraan masyarakat yang bekerja di
konsep agrowisata merupakan peluang utuk sektor primer atau sektor primer (pertanian)
dikembangkan. Secara umum konsep tidak semakin terpinggirkan dengan
agrowisata mengandung pengertian suatu perkembangan kegiatn di sektor pariwisata.
kegiatan perjalanan yang dipadukan dengan Kegiatan agrowisata dapat disebutkan
aspek-aspek kegiatan pertanian. sebagai kegiatan yang memihak pada rakyat
miskin.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 104


Peluang dan Tantangan Pengembangan

Gambar 6.4 Permintaan dan penawaran dalam rumah tangga agrowisata

Sumber: Brščić , 2003

2. Tantangan Pengembangan Sektor  Beberapa infrastruktur penunjang


Pariwisata pariwisata seperti transportasi ke
tempat wisata, kualitas jalan, dan
Berikut beberapa tantangan yang ditemukan
penerangan belum sepenuhnya
pada pelaksanaannya terkait pengembangan
terfasilitasi untuk objek wisata di
daya tarik wisata, atraksi wisata, akses
Kabupaten Bandung.
terhadap daya tarik wisata, kelengkapan
 Tingkat okupansi hotel/penginapan,
fasilitas wisata.
terutama di lokasi yang berdekatan
 Sektor ini terhambat karena pandemi, dengan destinasi wisata, masih belum
protokol kesehatan dan kebijakan PSBB optimal. Ini dikarenakan wisatawan
yang secara langsung mengurangi cenderung memilih menginap di Kota
jumlah kunjungan wisata Bandung.
 Banyaknya objek wisata unggulan di  Belum banyaknya skema kerjasama
Kabupaten Bandung yang dimiliki/ wisata, tertama pada wilayah Cekungan
dikelola bukan oleh Pemerintah Bandung sehingga fasilitas wisata di
Kabupaten Bandung sehingga serapan masing-masing objek wisata
Penghasilan Asli Daerah (PAD) sektor ini terfragmentasi dan terkesan tidak
rendah. lengkap.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 105


Peluang dan Tantangan Pengembangan

7. Rumusan SWOT
Pengembangan Sektor
Ekonomi Unggulan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 106


SWOT Pengembangan Ekonomi

Rumusan SWOT pengembangan sektor dari luas Kabupaten Bandung. Meninjau


ekonomi unggulan diuraikan untuk setiap persentase luas penggunaan lahan ini
sektor; pertanian, industri, perdagangan dan tampak bahwa ketersediaan di
pariwisata dengan hasil sebagai berikut: Kabupaten Bandung potensial dalam
mendukung fungsi pertanian. Selain
itu, penggunaan lahan ini berpotensi
7.1 SWOT Sektor Pertanian, sebagai kawasan resapan air.
Kehutanan dan Perikanan Weaknesses
Strengths 1) Produktivitas budidaya pertanian
masih belum optimal menjadi masalah
1) Kabupaten Bandung termasuk ke
pertama yang dihadapi sektor ini. Hal ini
dalam WP KK Cekungan Bandung.
terjadi karena belum optimalnya
Sektor unggulan yang dapat
penggunaan teknologi pertanian dan
dikembangkan di WP KK Cekungan
masih tingginya biaya produksi
Bandung meliputi pertanian,
budidaya pertanian; rendahnya
hortikultura, industri non-polutif,
kapasitas budidaya pertanian;
industri kreatif, perdagangan, jasa,
kurangnya aksesibilitas ke lokasi
pariwisata dan perkebunan. Fokus
budidaya pertanian; belum optimalnya
pengembangan Kabupaten Bandung
pemanfaatan sumber air untuk
dalam kerangka WP KK Cekungan
pertanian; kualitas produk panen dan
Bandung yaitu diarahkan sebagai bagian
pasca panen masih rendah;
dari PKN, dengan kegiatan utama
berkurangnya luas lahan pertanian; dan
industri non-polutif, dan non-ekstraktif
tingginya ancaman hama dan penyakit.
atau tidak mengganggu irigasi dan
cadangan air serta tidak mengakibatkan 2) Budidaya pertanian yang belum
alih fungsi lahan pada KP2B, ramah lingkungan menjadi masalah
agroindustri, wisata alam, tanaman kedua. Masalah ini muncul dilihat dari
pangan dan hortikultura, serta masih tingginya ketergantungan petani
perkebunan. akan pupuk dan obat-obatan kimia;
kurangnya pemahaman petani terkait
2) Kabupaten Bandung memiliki kondisi
dampak penggunaan pupuk terkait
hidrologi yang cukup melimpah, baik
dampak penggunaan pupuk dan obat-
itu sumber daya air yang berupa air
obatan kimia jangka panjang;
bawah tanah maupun air permukaan.
ketersediaan pupuk organik masih
Pemanfaatan sumber air permukaan
rendah; nilai ekonomi pengguna pupuk
pada umumnya untuk memenuhi
kimia lebih menguntungkan. Selain itu,
kebutuhan pertanian, industri, dan
pengelolaan limbah peternakan masih
perikanan. Adapun pemanfaatan air
belum optimal karena kurangnya
tanah (kedalaman 60-200 m)
pemahaman petani terkait pengelolaan
dipergunakan untuk keperluan industri,
limbah yang ramah lingkungan,
non industri, serta pemenuhan
keterbatasan infrastruktur dan sarana
kebutuhan rumah tangga.
pengelolaan limbah, dan belum adanya
3) Sebagian besar lahan di Kabupaten jaminan pemanfaatan hasil pengelolaan
Bandung didominasi oleh Hutan Lahan limbah ternak pada sub sektor lainnya.
Tinggi Primer Kerapatan Tinggi dengan
3) Masalah ke tiga adalah masih kurang
cakupan seluas 36.135,45 Ha atau
optimalnya kualitas dan kuantitas
sebesar 20,73% dari total luas wilayah
SDM. Masih kurangnya jumlah petani
Kabupaten Bandung. Adapun luasan
karena pendapatan non pertanian lebih
terendah yaitu hutan, jalur hijau, dan
menarik minat dan regenerasi petani
taman kota seluas 0.66 Ha atau 0,0004%

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 107


SWOT Pengembangan Ekonomi

yang rendah. Sementara itu, masih penguasaan teknologi oleh nelayan, dan
kurangnya pemahaman petani terkait pencemaran perairan umum dan laut.
penggunaan teknologi pertanian terjadi
2) Pada sektor kehutanan masih terdapat
karena kelas kelompok tani pemula
tantangan yang ditandai oleh degradasi
masih mendominasi dan terjadi
lahan yang masih tinggi di daerah Aliran
dinamika kelompok tani yang belum
Sungai (DAS), pengelolaan hutan belum
berorientasi bisnis.
optimal dan rendahnya produksi hasil
Opportunities hutan kayu dan non kayu. Hal ini
disebabkan oleh tingginya aktivitas
1) Pertumbuhan ekonomi yang relatif
ekonomi secara berlebihan di hulu DAS,
tinggi didorong oleh pertumbuhan
meningkatnya gangguan ekosistem,
beberapa sektor. Pertanian tumbuh rata-
jumlah masyarakat miskin di sekitar
rata 3,7% secara nasional per tahun, di
hutan masih tinggi, dan rendahnya
antaranya melalui perbaikan
teknologi pemanfaatan sumber daya
infrastruktur pertanian untuk memacu
hutan.
produktivitas. Sektor pertanian,
kehutanan, kelautan, dan perikanan
yang mandiri menjadi salah satu sasaran
pembangunan Jawa Barat. Selain itu,
7.2 SWOT Sektor Industri
pemerataan pembangunan akan Pengolahan
mendorong penetapan sistem perkotaan
Strengths
dan jaringan prasarana yang mampu
meningkatkan konektivitas antar pusat- 1) Industri kecil, baik industri non
pusat kegiatan dan pusat pertumbuhan formal maupun formal, mengalami
ekonomi baru, seperti kawasan peningkatan. Industri kecil formal dan
unggulan pertanian, pariwisata, dan non formal di tahun 2018 berjumlah
industri. 9.233 unit. Terdapat juga 346 unit
industri menengah dan 140 unit industri
Threats
besar. Angka tersebut terus meningkat di
1) Beberapa hal yang menjadi tantangan tahun 2020 dengan jumlah industri kecil
adalah masih rendahnya produktivitas formal dan non formal di Kabupaten
komoditas pertanian, belum optimalnya Bandung berjumlah 12.184 unit, jumlah
aktivitas ekonomi pertanian dari hulu ke industri menengah mencapai 902 unit,
hilir, terganggunya ekosistem pertanian dan terdapat peningkatan jumlah
dan menurunnya luas lahan pertanian, industri besar menjadi 143 unit.
hal tersebut disebabkan oleh intensitas 2) Sektor industri memiliki kontribusi
pembangunan sektor non-pertanian terbesar terhadap PDRB Kabupaten
sangat tinggi, ketersediaan data Bandung, terutama industri
pertanian belum memadai, rendahnya pengolahan. Kemudian jika dilihat
penguasaan dan teknologi budidaya kontribusi masing-masing sektor, sektor
pertanian, tingginya gangguan hama dan PDRB dengan rata-rata kontribusi paling
penyakit tanaman pertanian dan besar dari tahun 2010-2020 ialah sektor
perkebunan, peternakan, serta industri pengolahan (50,97%). jika
rendahnya penerapan sertifikasi dilihat dari laju pertumbuhan setiap
jaminan mutu hulu-hilir pertanian, juga sektor, sektor industri pengolahan
rendahnya regenerasi petani dan merupakan sektor dengan peningkatan
rendahnya akses permodalan. Pada nominal paling tinggi selama tahun
sektor perikanan pemasaran masih 2011-2020, yaitu sebanyak 16,6 triliun
bersifat individu, belum adanya integrasi rupiah. Berdasarkan data industri tahun
hulu dan hilir, masih rendahnya tingkat 2018 tersebut, secara umum dapat

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 108


SWOT Pengembangan Ekonomi

disimpulkan bahwa industri yang ada di usaha bagi IKM. Kurangnya pemahaman
Kabupaten Bandung didominasi oleh dari pelaku usaha terhadap bisnis impor
jenis industri tekstil, serta pakaian dan juga jadi penyebab kurangnya potensi
sepatu. Selain itu, industri makanan dan ekspor. Beberapa akar masalahnya
minuman juga berkontribusi cukup adalah kurangnya informasi pasar,
tinggi dalam nilai produksi industri kurangnya pemahaman terhadap
Kabupaten Bandung. regulasi perdagangan luar negeri, dan
kurangnya modal.
3) Sektor ekonomi dengan nilai
keunggulan kompetitif paling tinggi Opportunities
adalah sektor industri pengolahan
serta sektor perdagangan besar dan 1) Kawasan Kota Soreang Terpadu
eceran, reparasi mobil dan sepeda Berkelanjutan (KSTB) kemungkinan
akan berkembang dan semakin pesat
motor. Hasil ini tidak lepas dari potensi
industri dan perdagangan Kabupaten terkait kedudukan strategisnya di
lingkup regional Provinsi Jawa Barat dan
Bandung yang tinggi berkaitan dengan
posisi Kabupaten Bandung dalam nasional. Sebagaimana umumnya pusat-
konstelasi Bandung Raya. pusat pemerintahan wilayah
administratif lain di Indonesia, kawasan
Weaknesses KSTB juga menjelma menjadi pusat
komersial dengan aktivitas ekonomi
1) Masih rendahnya tingkat daya saing
yang tinggi, terlebih lagi dengan adanya
industri besar dan industri menengah
potensi dalam sektor industri dan
(IKM) terjadi karena beberapa hal yaitu
perdagangan.
masih lemahnya penguasaan teknologi
yang menyebabkan daya saing produk 2) Membaiknya perekonomian nasional
industri menjadi rendah; bahan baku, dan regional merupakan salah satu
barang modal dan bahan penolong masih faktor pendorong pertumbuhan sektor
tergantung pada produk impor; masih industri. Permintaan output diharapkan
rendahnya penerapan standar industri; dapat terjadi setelah keadaan ekonomi
belum tersedianya regulasi yang membaik. Arus bahan baku utama impor
mengatur tentang rencana juga diharapkan tidak mengalami
pembangunan industri daerah; belum kendala agar produksi dapat berjalan
optimalnya pengelolaan manajemen dan ditingkatkan. Pulau Jawa dan Bali
usaha dan akses permodalan; belum tetap menjadi wilayah yang memiliki
optimalnya sarana dan prasarana yang porsi (share) terbesar dalam
dimiliki para IKM; belum optimalnya perekonomian didorong oleh
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pergeseran struktur ekonomi ke arah
pelaku IKM; belum optimalnya kualitas sektor jasa dengan tetap
SDM pelaku IKM; Belum optimal mempertahankan pertumbuhan di
pengelolaan modal atau pembiayaan/ sektor industri pengolahan.
manajemen usaha; belum optimalnya
3) Adanya insentif fiskal yang
legalitas usaha/legalitas produk; belum
mendukung aktivitas penciptaan nilai
optimalnya penggunaan media promosi/
tambah ekonomi (industri manufaktur,
media sosial; dan belum terbentuknya
pariwisata, ekonomi kreatif, dan
asosiasi industri per komoditi IKM.
ekonomi digital), selain dari
2) Selain itu, masalah kedua adalah masih administrasi perpajakan dilakukan
kurangnya IKM yang berpotensi berbagai pembaruan sistem sebagai
Ekspor karena rendahnya peluang upaya perbaikan basis data perpajakan
usaha bagi IKM. Hal ini terlihat dari dan peningkatan kepatuhan pelaku
belum tersedianya informasi peluang usaha dan konsumen.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 109


SWOT Pengembangan Ekonomi

4) Revolusi industri 4.0 dan ekonomi dan hotel” menjadi lapangan usaha dengan
digital membuka peluang jumlah pekerja tertinggi yaitu 470.717
peningkatan produktivitas dan orang, disusul sektor industri sebanyak
efisiensi dalam produksi modern, serta 464.339 orang dan sektor pertanian,
memberikan kemudahan dan kehutanan, dan perikanan sebanyak 205.749
kenyamanan bagi konsumen. Digital orang.
teknologi juga membantu proses
1) Sektor perdagangan merupakan
pembangunan di berbagai bidang, di
salah satu sektor dengan kontribusi
antaranya inklusi keuangan melalui fin-
tertinggi terhadap Produk Domestik
tech, dan pengembangan UMKM seiring
Regional Bruto. Selama kurun lima tahun
berkembangnya e-commerce.
terakhir, sektor perdagangan, hotel dan
Threats restoran menjadi sektor paling besar
ketiga setelah sektor industri dan
1) Pada tahun 2020, kinerja sektor pertanian. Perkembangan sektor
industri dipengaruhi oleh pandemi
perdagangan Kabupaten Bandung tahun
COVID-19 dan mengalami pertumbuhan 2016-2020 memperlihatkan jumlah nilai
negatif sebesar -3,27%. Hal ini terjadi ekspor barang dan jasa yang semakin
karena melemahnya permintaan output
tinggi.
dari dalam negeri maupun luar negeri. Di
samping itu, industri yang tergantung 2) Kemudahan perijinan membentuk
terhadap impor bahan baku juga daya saing investasi di Kabupaten
mengalami kendala karena Bandung. Pemerintah daerah melalui
ketersediaannya berkurang. Pem- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
batasan sosial sangat memukul seluruh Terpadu Satu Pintu telah menyediakan
pelaku usaha di Kabupaten Bandung. prosedur perizinan yang terintegrasi
dalam satu pintu pelayanan, sehingga
2) Saat ini dunia telah memasuki era
memudahkan calon investor dalam
revolusi industri 4.0., di sisi lain mengurus proses perizinan. Lingkup
perkembangan industri 4.0 berpotensi perizinan yang ditangani oleh Dinas
menyebabkan hilangnya pekerjaan di
Penanaman Modal dan Pelayanan
dunia. Di samping itu, tumbuhnya Terpadu Satu Pintu antara lain izin
berbagai aktivitas bisnis dan jual belu
lokasi, izin mendirikan bangunan, izin
berbasis online belum dibarengi dengan gangguan, izin usaha perdagangan, izin
upaya pengoptimalan penerimaan usaha industri dan izin penyelenggaraan
negara serta pengawasan kepatuhan
reklame. Melalui kemudahan proses
pajak atas transaksi tersebut. perizinan diharapkan akan menjadi
Perusahaan-perusahaan yang memiliki insentif dan stimulus bagi calon investor
daya serap teknologi yang rendah tidak
untuk menjalankan kegiatan di
dapat bersaing dengan perusahaan- Kabupaten Bandung.
perusahaan yang sudah dapat
menerapkan teknologi. Weaknesses

1) Belum efektif dan efisien jaringan


distribusi barang kebutuhan pokok
7.3 SWOT Sektor Perdagangan dan barang strategis terlihat dari
Strengths belum optimalnya pengendalian
stabilitas harga dan ketersediaan barang
Terdapat berbagai jenis lapangan usaha yang kebutuhan pokok dan barang penting
menjadi mata pencaharian bagi penduduk yang timbul dari beberapa akar masalah.
Kabupaten Bandung. Lapangan usaha Akar masalah pertama adalah masih
“Perdagangan besar eceran, rumah makan, banyak pedagang ditingkat eceran yang

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 110


SWOT Pengembangan Ekonomi

menjual barang kebutuhan pokok dan kegiatan kemetrologian legal; belum


barang strategis di atas Harga Eceran optimalnya pelayanan metrologi legal
Tertinggi (HET). Kedua, belum atas permintaan wajib tera ulang; belum
tersedianya data tentang produksi terlaksananya pelayanan sidang
kebutuhan dan stok barang kebutuhan tera/tera ulang di pasar pemda/pasar
pokok dan barang penting yang desa secara menyeluruh; pengawasan
terintegrasi dalam sistem informasi alat ukur takar timbang dan
perdagangan. Mekanisme pemantauan, perlengkapannya barang dalam keadaan
pengawasan harga, dan stok barang terbungkus pasca tera/tera ulang belum
kebutuhan pokok dan barang strategis optimal; dan kurangnya sosialisasi/
juga belum optimal. Terakhir, belum penyuluhan kemetrologian kepada
adanya data tentang perdagangan antar masyarakat.
wilayah.
4) Daya saing pasar rakyat masih
2) Pengawasan pelaku usaha dan rendah dikarenakan sarana dan
pergudangan yang belum optimal prasarana pasar rakyat belum
muncul karena masih adanya pelaku memenuhi standar pasar sehat,
usaha toko modern dan pergudangan pemeliharaan/perbaikan sarana dan
yang belum berizin, dilihat dari prasarana pasar rakyat masih kurang.
kurangnya pelaksanaan pengembangan Pengelolaan pasar rakyat juga belum
promosi. Di samping itu anggaran optimal, dilihat dari masih rendahnya
penunjang untuk promosi produk masih kompetensi pengelola pasar rakyat.
kurang. Kurangnya anggaran Kurangnya pembinaan dan pelatihan
menyebabkan pengembangan kerja terhadap para pedagang menjadi salah
sama dan kemitraan belum dapat satu penyebab masih rendahnya jiwa
ditingkatkan, menimbulkan kurangnya kewirausahaan pedagang pasar rakyat,
pemahaman akan pentingnya promosi yang akhirnya berpengaruh terhadap
dan pengenalan produk ke masyarakat daya saing pasar rakyat. Selain itu, masih
luas dan terakhir menyebabkan panjangnya mata rantai distribusi
kurangnya pemasaran produk dalam komoditi dari pemasok sampai ke pasar
negeri. dan kurang tertatanya PKL di sekitar
pasar rakyat menjadi penyebab daya
3) Belum optimalnya pengawasan untuk
saing yang rendah.
pelaku usaha dan pergudangan
ditunjukkan dengan masih adanya Opportunities
pelaku usaha toko modern dan
pergudangan yang belum berizin 1) Sebelum pandemi, perekonomian
sehingga pengawasan menjadi lemah domestik terus tumbuh rata-rata
5,0% per tahun sepanjang 2015-2018,
seperti kurang pengawasan terhadap
gudang; gudang tidak terdata dan belum lebih tinggi dibandingkan dengan rata-
rata negara berkembang di dunia
memiliki izin; dan kurang pengawasan
terhadap toko modern. Dalam waralaba sebesar 4,5% per tahun. Pencapaian
juga banyak pelaku usaha yang belum tersebut didukung oleh berbagai
kebijakan struktural, antara lain melalui
memiliki STPW (Surat Tanda
Pendaftaran Waralaba), hal ini diduga kebijakan perbaikan iklim investasi,
karena belum maksimalnya sosialisasi perbaikan efisiensi logistik, stimulus
ekspor, serta penguatan daya beli.
terkait STPW. Terakhir, pelayanan
kemetrologian legal masih belum 2) Kinerja perdagangan internasional
optimal, dilihat dari kurangnya SDM yang membaik akan mendorong
penera yang dimiliki; masih terbatasnya penguatan stabilitas eksternal, yang
sarana dan prasarana penunjang ditandai dengan perbaikan defisit

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 111


SWOT Pengembangan Ekonomi

transaksi berjalan menjadi 1,6% PDB disebabkan adanya dominasi barang


dan peningkatan cadangan devisa impor, kerentanan fluktuasi harga
menjadi USD 168,7 miliar pada 2024. barang konsumsi terutama bahan pokok,
Secara keseluruhan, ekspor barang dan promosi produk industri lokal (asal Jawa
jasa tumbuh rata-rata 4,8% per tahun. Barat) masih dirasa kurang, dan belum
Peningkatan ekspor barang 2020-2024 meratanya penerapan standar produk
akan didukung oleh revitalisasi industri dan teknologi informasi dalam
pengolahan yang mendorong perdagangan.
diversifikasi produk ekspor non-
3) Risiko ketidakpastian masih akan
komoditas, terutama ekspor produk
mewarnai perkembangan
manufaktur berteknologi tinggi dan
perekonomian dunia. Pertumbuhan
mengurangi ketergantungan impor.
ekonomi dan perdagangan dunia
3) Tantangan lain yang dihadapi Indonesia diperkirakan akan melambat. Harga
berkaitan dengan pengembangan SDM komoditas internasional ekspor utama
dan persaingan usaha. Era digitalisasi Indonesia diperkirakan juga akan
membawa dampak pada perubahan pola cenderung menurun, di antaranya
bekerja dan berpotensi menghilangkan adalah baru bara dan minyak kelapa
pekerjaan yang bersifat sederhana dan sawit, seiring dengan beralihnya
repetitif. Di sisi lain, pola perdagangan permintaan dunia ke produk yang lain.
dan penyediaan layanan berbasis daring Selain itu, risiko ketidakpastian lainnya
serta penggunaan pembayaran non- yang perlu diantisipasi antara lain
tunai menjadikan banyak model usaha perang dagangan, perlambatan ekonomi
konvensional tidak lagi relevan. Kondisi China, dan risiko geopolitik Timur
ini mengharuskan adanya kebijakan dan Tengah.
pola adaptasi yang menyeluruh dalam
4) Tidak berkembangnya industri
pemanfaatan transformasi digital bagi
pengolahan berdampak pada kinerja
keberlanjutan dan pemerataan
perdagangan internasional Indonesia.
pertumbuhan ekonomi, serta perbaikan
Hingga saat ini, ekspor Indonesia masih
kualitas kehidupan sosial dan
didominasi oleh ekspor komoditas, tidak
lingkungan
berbeda dengan periode 40 tahun yang
Tantangan lalu. Rasio ekspor terhadap PDB juga
terus menurun dari 41,0% pada 2000
1) Terjadinya pandemi COVID-19 yang menjadi 21,0% pada 2018. Akibatnya,
terjadi pada awal bulan Maret 2020
Indonesia masih mengalami defisit
berpengaruh terhadap tataran nasional transaksi berjalan hingga mencapai
maupun internasional. Pandemi ini juga 3,0% PDB.
mempengaruhi pembangunan dan
kondisi masyarakat secara keseluruhan.
Aktivitas ekonomi dunia terganggu,
7.4 SWOT Sektor Pariwisata
(Foreign Direct Investment/FDI)
mengalami penurunan 30% - 40%, Strengths
perdagangan dunia turun 13 - 32%.
1) Potensi wilayah Kabupaten Bandung
Kondisi ini juga mengakibatkan
tidak hanya strategis di level
pertumbuhan ekonomi dunia menurun
Kabupaten Bandung, tetapi di level
sangat salam serta tingkat pengangguran
nasional dan Provinsi Jawa Barat.
dan kemiskinan meningkat
Dalam level nasional, Kabupaten
2) Kontribusi perdagangan terhadap Bandung merupakan kawasan potensial
PDRB Jawa Barat yang menurun dari sisi kepentingan ekonomi yang oleh
menjadi tantangan di sektor ini. Hal ini pemerintah pusat telah ditetapkan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 112


SWOT Pengembangan Ekonomi

sebagai bagian dari Kawasan Strategis 1) Masih belum maksimalnya


Nasional (KSN) Perkotaan Cekungan pengembangan daya tarik wisata di
Bandung. Dengan adanya UU No. 11 Kabupaten Bandung terjadi karena
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, tidak belum banyaknya produk oleh-oleh yang
dikenal lagi Kawasan Strategis Provinsi, menjadi ciri khas. Kreativitas warga
Kawasan Strategis Kabupaten. Hanya lokal juga masih kurang dalam
ada Kawasan Strategis Nasional. KSN mengembangkan produk potensi daerah
Cekungan Bandung dipandang penting yang menjadi ciri khas dan
dari sudut kepentingan pertumbuhan menggambarkan Kabupaten Bandung.
ekonomi. Sebagai bagian dari KSN Pemasaran pariwisata dan budaya
cekungan Bandung, pengembangan secara terpadu juga belum optimal
Kabupaten Bandung dilakukan searah disebabkan karena belum adanya konten
dengan arahan nasional untuk pemasaran yang menyajikan daya tarik
pengembangan sektor unggulan pariwisata dan budaya secara terpadu.
industri, pertanian, pariwisata dan Terakhir, pengembangan daya tarik
perkebunan. wisata baru yang minim karena sangat
2) Kabupaten Bandung memiliki potensi terbatasnya lahan untuk pengembangan
dalam pengembangan pariwisata daya tarik wisata baru di Kabupaten
baik desintasi wisata alam dan Bandung, disebabkan mahalnya
budaya. Kabupaten Bandung banyak investasi di sektor pariwisata.
memiliki area dengan panorama alam 2) Masalah lainnya adalah masih
yang menjadi daya tarik wisata, kurangnya aksesibilitas dan amenitas
terutama di area yang berlokasi di dalam mendukung kegiatan pariwisata.
selatan dan utara Kabupaten. Di samping Sarana dan prasarana pendukung di
kawasan pariwisata alam, Kabupaten sekitar objek wisata belum bisa
Bandung juga kaya akan kawasan wisata memenuhi kebutuhan dan kenyamanan
budaya. Kawasan pariwisata Kabupaten wisatawan karena belum optimalnya
Bandung tidak hanya menjadi tujuan integrasi daya tarik wisata dan sarana
utama kunjungan domestik, tetapi juga pendukung pariwisata. Tarif penginapan
menjadi tujuan wisata mancanegara. dan hotel juga mahal serta kurangnya
3) Kabupaten Bandung didominasi pusat kuliner yang mumpuni disebabkan
wisata alam dan agro. Beberapa objek kurangnya pengunjung ke hotel yang ada
wisata yang ada di Kabupaten Bandung di Kabupaten Bandung. SDM lokal
antara lain Situ Cileunca, Situ Patengan, dengan keahlian di bidang pariwisata
Kolam Air Panas Alami Walini, Kolam Air juga masih kurang, tanda belum
Panas Alami Cimanggu, Kolam Air Panas optimalnya dukungan pendidikan di
Alami Cibolang, Perkemahan bidang pariwisata. Masih terjadinya
Ranccaupas, Tebing Keraton, Curug kemacetan jalan menuju objek wisata
Cinulang. Banyak objek wisata di khususnya di hari libur karena
Kabupaten Bandung membangkitkan aksesibilitas menuju objek wisata
perekonomian Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung masih belum sesuai
harapan (jalan kondisi baik dan
Weaknesses kapasitas jalan yang belum bisa
Terdapat beberapa masalah pokok yang jadi memenuhi kebutuhan wisatawan).
kelemahan di sektor ini, yaitu masih belum Opportunities
maksimalnya pengembangan daya tarik
wisata di Kabupaten Bandung serta 1) Peluang mendorong pertumbuhan
kurangnya aksesibilitas dan amenitas dalam ekonomi yang lebih tinggi ke depan
mendukung kegiatan pariwisata; tetap besar. Peluang tersebut
dikontribusikan sektor pariwisata serta

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 113


SWOT Pengembangan Ekonomi

ekonomi kreatif dan digital. Kontribusi difokuskan pada Cultural Heritage


pariwisata dalam penciptaan devisa Regeneration, dan wisata desa); wisata
meningkat dari USD 11,2 miliar di tahun buatan (meeting-incentive-convention-
2014 menjadi USD 19,3 miliar di tahun exhibition/MICE, yacht and cruise, dan
2018. Kenaikan devisa ini dihasilkan dari wisata olahraga) dapat membuka
peningkatan kunjungan wisatawan kesempatan bagi wisatawan untuk
mancanegara (wisman) untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan
menikmati wisata alam dan budaya di pengetahuan, pendidikan dan
Indonesia dari 9,4 juta orang di tahun kesukarelawanan yang terintegrasi
2014 menjadi 15,8 juta orang pada tahun dengan kegiatan wisata.
2018 di Indonesia. Secara total,
Threats
kontribusi sektor pariwisata kepada
perekonomian nasional diperkirakan 1) Dampak COVID-19 terhadap sektor
meningkat dari 4,2% di tahun 2015 pariwisata karena penutupan
menjadi 4,8% di tahun 2018. destinasi wisata berdasarkan data dari
2) Pertumbuhan nilai tambah ekonomi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
kreatif yang mencapai 5,06% di tahun Provinsi Jawa Barat pada bulan Mei
2017 dengan jumlah tenaga kerja yang 2020: penutupan 411 destinasi wisata
diserap di sektor ekonomi kreatif juga dengan jumlah tenaga kerja terdampak
meningkat dari 15,5 juta orang di tahun 5.179 orang; penutupan 1.076 hotel
2014 menjadi 17,7 juta orang di tahun dengan jumlah tenaga kerja terdampak
2017. Kreativitas dalam pemanfaatan 12.143 orang; usaha ekonomi kreatif
sumber daya ekonomi dan budaya yang berhenti berproduksi sebanyak
diperkirakan dapat mendorong geliat 626 unit, dengan jumlah tenaga kerja
sektor pariwisata nasional terdampak 14.991 orang; usaha biro
perjalanan yang berhenti aktivitasnya
3) Percepatan pembangunan
infrastruktur, penyiapan tenaga kerja sebanyak 251 unit dengan jumlah tenaga
terampil, kepastian lahan, dan kerja terdampak 1.107; jumlah tenaga
seni dan budaya yang terdampak 15.034
harmonisasi peraturan menjadi kunci
penyebaran investasi. Aspek-aspek orang; Tingkat Penghunian Kamar (TPK)
hotel di Jawa Barat Maret 2020 mencapai
tersebut juga menjadi kunci sukses dari
upaya percepatan pembangunan 28,73% turun 17,74 poin dibandingkan
kawasan industri dan kawasan TPK Februari 2020 yang mencapai
46k,47%.
pariwisata sebagai pusat pertumbuhan
di pulau Jawa. Pemerintah nasional 2) Upaya peningkatan investasi dan
dalam beberapa tahun ke depan sudah ekspor, termasuk pariwisata nasional
memfokuskan peningkatan lama tinggal belum optimal. Pelaksanaannya belum
dan pengeluaran wisatawan sebagai berjalan secara optimal dikarenakan
hasil perbaikan aksesibilitas, atraksi dan beberapa kendala: belum terpadunya
amenitas. Pengembangannya akan kebijakan dan koordinasi antar
difasilitasi untuk meningkatkan pemangku kepentingan di level nasional
kontribusi nilai tambah dan devisa (Pemerintah, BUMN, swasta, dan
pariwisata sesuai potensinya. masyarakat) dalam penyelenggaraan
4) Pengembangan beberapa jenis diplomasi ekonomi; belum adanya
mekanisme koordinasi penyelenggaraan
pariwisata nasional saat ini yang
mencakup wisata alam (ekowisata, investasi; belum harmonisasinya
regulasi dalam negeri dan belum
wisata bahari, wisata petualangan);
wisata budaya (heritage tourism, wisata optimalnya penetrasi pasar pariwisata
sejarah, wisata kuliner, wisata kota yang Indonesia.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 114


SWOT Pengembangan Ekonomi

Tabel 7.1 SWOT sektor ekonomi unggulan Kabupaten Bandung

Strenghts Weaknesses
Pertanian - Termasuk ke dalam WP KK - Produktivitas budidaya pertanian
Cekungan Bandung; masih belum optimal;
- Memiliki kondisi hidrologi yang - Budidaya pertanian yang belum
cukup melimpah; ramah lingkungan;
- Ketersediaan lahan yang potensial - SDM pertanian yang masih kurang
dalam mendukung fungsi pertanian; optimal kualitas dan kuantitasnya;
Industri - Industri kecil, baik formal maupun - Masih rendahnya tingkat daya
non formal, mengalami peningkatan; saing industri besar dan
- Sektor industri memiliki kontribusi menengah;
terbesar terhadap PDRB; - Masih kurangnya IKM yang
- Sektor industri merupakan sektor berpotensi ekspor;
dengan nilai keunggulan kompetitif
paling tinggi;
Perdagangan - Memiliki jumlah pekerja tinggi, - Jaringan distribusi barang
paling tinggi dari sektor unggulan; kebutuhan pokok dan barang
- Kontribusi PDRB yang tinggi; strategis yang belum efektif dan
- Perijinan yang relatif mudah; efisien;
- Pengawasan pelaku usaha dan
pergudangan yang belum optimal;
- Daya saing pasar rakyat yang
masih rendah;
Pariwisata - Lokasi strategis - Kurangnya aksesibilitas dan
- Daya tarik wisata alam dan amenitas;
budidaya; - Pengembangan produk masih
- Potensi besar pengembangan wisata kurang;
alam dan agro;
Opportunities Threats
Pertanian - Pertumbuhan ekonomi sektor - Degradasi lahan di DAS;
pertanian regional dan nasional yang - Aktivitas ekonomi berlebihan di
relatif tinggi; daerah hulu DAS;
- Dukungan kebijakan pengembangan
pertanian dari Pemprov Jabar;
Industri - Minat regional dan nasional - Industri global yang terdampak
terhadap Kawasan Kota Soreang oleh pandemi;
Terpadu Berkelanjutan (KTSB); - Konteks keamanan dan persaingan
- Insentif fiskal dari nasional terhadap global dalam revolusi industri 4.0
pelaku industri;
- Revolusi industri 4.0 dan ekonomi
digital membuka peluang
peningkatan produktivitas dan
efisiensi;
Perdagangan - Pertumbuhan dan tren positif di - Penurunan FDI akibat pandemi;
tingkat regional; - Tren penurunan di tingkat
- Dukungan pengembangan SDM dan regional;
persaingan usaha di tingkat nasional; - Risiko ketidakpastian;
Pariwisata - Dukungan regional dan nasional - Penutupan akses nasional dan
terhadap pengembangan ekonomi regional akibat pandemi;
kreatif dan digital; - Kebijakan pembatasan
- Pengembangan potensi wisata internasional, memengaruhi
tingkat nasional ekspor;

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 115


SWOT Pengembangan Ekonomi

8. Masterplan Perekonomian
Kabupaten Bandung

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 116


Masterplan Perekonomian

8.1 Konsep Penyusunan melakukan evaluasi dan perencanaan untuk


Masterplan Perekonomian masa depan. Meski demikian, evaluasi pada
dasarnya dilakukan setiap tahun, sehingga
Penyusunan masterplan perekonomian kebijakan bisa merespons terhadap
merupakan upaya yang dilakukan
perubahan yang terjadi dengan sangat cepat.
Pemerintah Kabupaten Bandung untuk
mengoptimalkan pengembangan potensi
perekonomian daerah dalam mewujudkan
8.2 Visi Masterplan
peningkatan daya saing wilayah Kabupaten
Perekonomian
Bandung. Masterplan perekonomian ini
difokuskan pada 4 (empat) sektor ekonomi Visi masterplan perekonomian Kabupaten
unggulan Kabupaten Bandung yaitu sektor Bandung dikembangkan dari visi misi
pertanian kehutanan dan perikanan, sektor Kabupaten Bandung dengan memertimbang-
industri pengolahan, sektor perdagangan, kan kondisi dan tantangan pengembangan
serta sektor pariwisata. perekonomian di masa depan. Visi
Masterplan Perekonomian Kabupaten
Konsep pengembangan pada masterplan
Bandung adalah:
ini adalah mengoptimalkan pusat-pusat
kegiatan ekonomi yang telah terbentuk di “Kabupaten Bandung yang Bangkit,
Kabupaten Bandung, serta mendorong Edukatif, Dinamis, Agamis, dan Sejahtera
kerjasama perekonomian desa dan kota dengan Pengembangan Perekonomian
melalui simpul-simpul inovasi. Pusat-pusat yang Inovatif dan Berdayasaing”.
kegiatan ekonomi diidentifikasi melalui
Kabupaten Bandung yang Bandung yang
konsep auto-correlation dalam bentuk
Bangkit, Edukatif, Dinamis, Agamis, dan
klaster atau hotspots perekonomian yang
Sejahtera (BEDAS) merupakan visi
terbentuk di Kabupaten Bandung. Simpul
Kabupaten Bandung 2021-2026, sehingga
inovasi merupakan sarana untuk
kata kunci pengembangan perekonomian
mengorkestrasikan sumber daya ekonomi,
Kabupaten Bandung dalam masterplan ini
serta sebagai elemen penting pada tahapan
adalah pengembagan ekonomi yang inovatif
perencanaan maupun pelaksanaan
dan berdayasaing.
pembangunan ekonomi wilayah sebagai
wadah penciptaan inovasi yang dapat Ekonomi yang inovatif dikembangkan
mengintegrasikan aktivitas ekonomi di melalui simpul-simpul inovasi, seperti simpul
pedesaan dan perkotaan. pangan. Simpul inovasi (innovation hub)
merupakan sarana untuk mengorkestrasikan
Masterplan perkonomian direncanakan
sumber daya ekonomi, serta sebagai elemen
melalui 3 (tiga) tahapan dalam kurun waktu
penting pada tahapan perencanaan maupun
5 (lima) tahun. Tahap pertama adalah tahap
pelaksanaan pembangunan ekonomi wilayah
pre-adopsi, berlangsung pada tahun pertama,
karena sebagai wadah penciptaan inovasi
yang dimaksudkan untuk persiapan dan
yang dapat mengintegrasikan aktivitas
menjalin kerjasama. Selain itu, tahap ini juga
ekonomi di pedesaan dan perkotaan, selain
memberikan penekanan pada penyesuaian
elemen simpul pangan.
terhadap kondisi pandemi. Tahap kedua
adalah tahap adopsi, berlangsung selama 3 Ekonomi yang inovatif juga
(tiga) tahun, yang fokus pada mewujudkan menitikberatkan pada pengembangan soft-
rencana pengembangan sektor ekonomi ware dan brain-ware bisnis pelaku usaha
serta perwujudan ruang dan pergerakan. mikro dan kecil serta lemahnya komunikasi
Tahap ketiga adalah tahap pasca-adopsi, dan hubungan kerja/kerja sama bisnis antar
berlangsung pada tahun terakhir, yang mana Lembaga pemerintahan, dunia usaha,
pada tahap ini diharapkan telah dapat perguruan tinggi/lembaga penelitian,
dirasakan manfaat dari masterplan, serta Lembaga keuangan, dan komunitas ekonomi

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 117


Masterplan Perekonomian

serta manajemen satu data pembangunan Target capaian yang diusung pada
ekonomi yang dapat digunakan oleh seluruh masterplan perekonomian ini adalah
pelaku ekonomi. peningkatan PDRB per kapita dan laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung.
Dari sisi ekonomi wilayah, pengembang-
Diharapkan pada akhir tahun rencana,
an simpul inovasi di Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung mengalami peningkatan
merupakan pusat layanan inovasi kluster
nilai PDRB per kapita menjadi di atas nilai
ekonomi dalam memperluas pelaku usaha
rata-rata PDRB per kapita Provinsi Jawa
dengan peluang dalam peningkatan kualitas
Barat. Untuk mencapai target tersebut, jika
dan produktivitas serta mendorong orientasi
melihat tren pertumbuhan penduduk
kewirausahaan pelaku usaha yang dikelola
Kabupaten Bandung saat ini, maka
oleh komunitas pelaku ekonomi bersama-
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung
sama pemerintah, perguruan tinggi/lembaga
ditargetkan mencapai rata-rata 10-12% per
penelitian, sektor usaha dan lembaga lainnya
tahun selama masa pelaksanaan masterplan.
yang terlibat dan penunjang.
Terdapat 4 (empat) indikator utama
Ekonomi yang berdayasaing berbasis dalam mewujudkan target capaian tersebut;
pada ekonomi kerakyatan dan potensi lokal. Pertama, peningkatan PDRB sektor
Dalam mempersiapkan perekonomian
pertanian, kehutanan dan perikanan dengan
daerah yang berdaya saing, maka beberapa target pertumbuhan mencapai rata-rata 13-
faktor perlu didorong dan ditingkatkan. 17% per tahun; kedua, peningkatan PDRB
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
sektor industri pengolahan dengan target
peningkatan daya saing sektor perdagangan, pertumbuhan mencapai rata-rata 10-14%
industri besar dan industri kecil menengah,
per tahun; ketiga, peningkatan PDRB sektor
peningkatan daya saing sektor pertanian perdagangan dengan target pertumbuhan
serta pariwisata. Selain itu peningkatan mencapai 11-15% per tahun; keempat,
investasi juga merupakan hal utama dalam
peningkatan kunjungan wisatawan dengan
mendukung perekonomian daerah yang target pertumbuhan mencapai 9-13% per
berdaya saing. tahun.

Gambar 8.1 Konsep masterplan perekonomian Kabupaten Bandung 2021-2026

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 118


Masterplan Perekonomian

Strategi utama pelaksanaan masterplan diinisiasi penguatan hubungan perkotaan


ini berkaitan dengan pengembangan 4 dan perdesaan.
(empat) sektor ekonomi unggulan. Masing-
Pada tahun kedua, fokus pengembangan
masing strategi utama/sektor unggulan
masih pada sektor pertanian, hanya saja telah
memiliki program utama yang
diinisiasi kolaborasi antara sektor pertanian
diselenggarakan selama pelaksanaan
dan sektor pariwisata, yang mana pada
masterplan. Strategi utama tersebut
praktiknya telah terdapat bentuk integrasi
ditunjang dengan strategi dasar yang
seperti melalui agrowisata di Kawasan
meliputi pengembangan sumber daya
Bandung Selatan. Langkah ini diambil karena
manusia, inovasi dan kreativitas, informasi
sektor pariwisata merupakan sektor yang
dan teknologi, infrastruktur, regulasi,
paling efektif dalam memperkenalkan
kelembagaan, pembiayaan dan investasi,
Kabupaten Bandung secara luas. Pada akhit
serta koordinasi dan kerjasama.
tahun kedua juga mulai diinisiasi hubungan
antara sektor pertanian dengan industri
pengolahan. Diharapkan pada tahun kedua
8.3 Milestones ini telah tercipta hubungan sektor pertanian
Masterplan ini diuraikan ke dalam 3 (tiga) dengan industri (pengolahan produk
tahapan utama yaitu; pertama, tahap pre- pertanian), telah tercipta hubungan sektor
adopsi sebagai tahapan persiapan pertanian dengan pariwisata (agrowisata),
perwujudan masterplan sekaligus pemulihan telah tercipta simpul pangan dan simpul
kondisi pasca pandemi atau penyesuaian inovasi serta pusat penelitian dan teknologi.
terhadap kondisi new normali, tahap ini Pada tahun ketiga, fokus pengembangan
berlangsung selama dua tahun hingga tahun terdapat pada sektor industri pengolahan
2022; kedua, tahap adopsi yang merupakan dan kaitannya dengan sektor perdagangan
tahap perwujudan strategi dan program dan sektor pariwisata. Pada tahap ini sektor
utama dalam masterplan, tahap ini pertanian telah mengalami peningkatan
berlangsung selama tiga tahun; ketiga, tahap produktivitas dan mampu menghasilkan
pasca adopsi, yaitu pada tahun terkahir produk yang berkualitas. Produk-produk
rencana yang mana difokuskan sebagai tersebut telah diolah dan dipasarkan di
evaluasi dan perencanaan kembali untuk daerah tujuan wisata. Di sisi lain, sektor
pengembangan di masa depan. pertanian juga telah mampu memasok bahan
Tahapan perencanaan masterplan baku untuk industri. Pada tahap ini juga
mulai diinisiasi keterkaitan antara ketiga
secara umum diawali dengan pengembangan
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. sektor tersebut dengan sektor perdagangan
pada skala yang lebih luas. Dengan demikian,
Sektor pertanian ini merupakan core/inti
pada tahap ini telah tercipta hubungan sektor
pengembangan yang berkaitan dengan
sektor unggulan lainnya. Tahap pertama industri dengan perdagangan (produk
industri menuju pasar), telah tercipta
dimulai dengan perlindungan lahan
pertanian produktif terutama di kawasan- hubungan sektor industri dengan
kawasan yang menjadi kluster unggulan perdagangan (produk industri menuju
pasar), telah tercipta keterkaitan simpul
pertanian, peningkatan produktivitas produk
unggulan sektor pertanian, kehutanan dan perkotaan dan perdesaan.
perikanan, serta peningkatan kapasitas Pada tahun keempat, telah tercipta
petani. Dengan diawali fokus pada integrasi antara keempat sektor ekonomi
pengembangan sektor pertanian, diharapkan unggulan di Kabupaten Bandung.
telah tercipta upaya sistematis dalam Pengembangan difokuskan pada sektor
perlindungan lahan pertanian produktif, perdagangan terutama dalam membuka
telah tercipta integrasi pada tingkat lokal; akses terhadap pasar yang lebih luas. Produk
perdesaan dan perkotaan, serta telah pertanian telah diolah oleh industri lokal dan

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 119


Masterplan Perekonomian

dipasarkan bukan hanya di daerah tujuan ekonomi dan dalam tren positif menuju
wisata, tetapi juga mulai menjadi produk peningkatan peringkat PDRB per kapita di
unggulan ekspor. Jawa Barat. Pada tahap ini juga mulai
diinisiasi evaluasi dan perencanaan sebagai
Pada tahun kelima, fokus pengembangan
tindak lanjut pelaksanaan masterplan.
ada pada sektor perdagangan dan pariwisata.
Diharapkan Kabupaten Bandung telah Pada tahap akhir, atau tahap pasca
menjadi salah satu tujuan wisata utama di adopsi; Diharapkan telah terwujud
Jawa Barat dan Nasional. Produk hasil peningkatan kesejahteraan masyarakat
industri Kabupaten Bandung, terutama yang Kabupaten Bandung. Pada tahap ini juga
berbahan dasar produk pertanian, telah dilakukan perencanaan kembali, dengan hasil
dikenal luas. Kabupaten Bandung telah evaluasi dari pelaksanaan selama 5 tahun
mengalami peningkatan laju pertumbuhan pelaksanaan.

Gambar 8.2 Milestones masterplan perekonomian Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

8.4 Konsep Ruang dan unggulan utamanya pertanian dan


Pergerakan pariwisata, serta industri dan
perdagangan pada skala lokal. Terdapat
Masterplan ini juga memberi penekanan satu wilayah ekosistem pedesaan utama
pada konteks ruang dan pergerakan. Konsep
dan dua wilayah ekosistem pedesaan
dirumuskan berdasarkan hasil analisis
penunjang.
mengenai potensi sektor ekonomi unggulan.
Ekosistem pedesaan utama terletak
Terdapat 3 unsur dalam konsep ini yaitu
di Bandung bagian Selatan, dengan
ekosistem, simpul dan pergerakan. wilayah yang tersebar di sekitar lokasi
Pertama, terdapat dua ekosistem dalam klaster pertanian dan parwisata.
masterplan ini yaitu ekosistem pedesaan dan Kawasan ini merupakan wilayah utama
ekosistem perkotaan, dengan lokasi: penghasil produk unggulan pertanian
seperti hortikultura, perkebunan, buah-
1) Ekosistem pedesaan buahan dan peternakan, serta daya tarik
Ekosistem pedesaan ini merupakan wisata utama di Kabupaten Bandung.
wilayah dengan sektor ekonomi

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 120


Masterplan Perekonomian

Ekosistem pedesaan penunjang, Kabupaten Bandung juga terletak di


meliputi dua lokasi yaitu di Kabupaten lokasi ini seperti industri pakaian jadi,
Bandung bagian Timur serta di peralatan dari karet dan plastik, industri
Kabupaten Bandung bagian Utara. Kedua kimia, industrik kertas dan industri
lokasi tersebut merupakan daerah peratalan listril. Selain itu, di lokasi ini
penghasil produk pertanian unggulan juga terdapat 5 (lima) pasar yang
pangan seperti padi dan jagung, dikelola Pemda dengan lokasi yang
biofarmaka, produk perikanan, serta berdekatan.
hortikultura. Ekosistem perkotaan promosi,
merupakan ekosistem perkotaan yang
2) Ekosistem perkotaan
didorong pengembangannya untuk
Ekosistem perkotaan ini merupakan
membagi beban ekosistem perkotaan
wilayah dengan karakteristik ekonomi
utama serta sebagai simpul ekonomi
perkotaan berupa industri dan
untuk pengembangan dua ekosistem
perdagangan, serta memiliki akses
pedesaan penunjang. Ekosistem
terhadap pasar yang lebih luas. Terdapat
perkotaan promosi terletak di Bandung
masinng-masing satu lokasi ekosistem
bagian Timur. Di lokasi ini juga terdapat
perkotaan utama, dan satu lokasi
potensi industri pakaian dan tekstil,
ekosistem perkotaan promosi.
industri bahan kimia, karet, dan kertas
Ekosistem perkotaan utama terletak
serta terdapat pasar yang dikelola
di Kabupaten Bandung bagian Tengah
Pemda. Selain itu, lokasi ini juga dipilih
yang berbatasan dengan Kota Bandung.
karena telah memiliki dukungan
Wilayah ini juga merupakan lokasi
infrastruktur jalan dan rel kereta api
klaster industri dan perdagangan di
yang baik, serta akses yang strategis.
Kabupaten Bandung. Industri unggulan

Gambar 8.3 Konsep ruang dan pergerakan masterplan perekonomian Kabupaten Bandung

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 121


Masterplan Perekonomian

Kedua, simpul yang pada konsep ini Ketiga, pergerakan yang mana pada
merupakan titik yang menghubungkan konsep ini meliputi tiga jenis pergerakan
potensi dan kegiatan perekonomian, serta yaitu pergerakan produk pangan lokal,
pasar. Terdapat empat jenis simpul yaitu pergerakan perusahaan, dan pergerakan
simpul lokal, simpul pangan, simpul inovasi, produk unggulan.
dan kawasan sains dan teknologi pertanian
1) Pergerakan produk pangan lokal;
Arjasari.
Pergerakan produk pangan lokal ini
1) Simpul lokal merupakan pergerakan produk
Simpul lokal ini merupakan bentuk unggulan pertanian dari simpul lokal di
kerjasama potensi ekonomi antar sektor ekosistem pedesaan ke kawasan
unggulan. Di ekosistem pedesaan, simpul perkotaan. Terdapat setidaknya tiga
lokal merupakan kerjasama antara pergerakan yaitu dari Selatan ke Tengah,
potensi sektor pertanian dan pariwisata dari Timur dan dan Utara ke Tengah;
dalam bentuk, contohnya dalam bentuk serta dari Timur dan Utara ke Perkotaan
agrowisata, atau pertanian dan industri di Timur. Pergerakan ini didukung oleh
makanan yang menghasikan makanan- ketersediaan infrastruktur, utamanya
makanan tradisional yang siap kualitas jalan. Dengan demikian, perlu
dipasarkan. Sedangkan di kawasan diperhatikan dukungan infrastrukur
perkotaan, simpul lokal berupa untuk rute-rute yang menjadi
kerjasama antara industri dengan pergerakan pangan lokal.
perdagangan, yang mana produk-produk
2) Pergerakan perusahaan
industri dipasarkan pada tingkat lokal.
Pergerakan perusahaan merupakan
2) Simpul inovasi kebalikan dari pergerakan produk
Simpul inovasi merupakan pusat pangan lokal, yang mana pergerakan
kerjasama dan pengembangan produk, perusahaan khususnya perusahaan
serta pusat koleksi dan distribusi. menengah dan besar yaitu dari
Letaknya berada di antara ekosistem ekosistem ekonomi perkotaan ke
pedesaan dan perkotaan, dan bersamaan ekosistem ekonomi pedesaan.
atau berdekatan dengan simpul pangan. Pergerakan perusahaan ini juga
Terdapat setidaknya tiga simpul inovasi memerlukan dukungan pengembangan
yang menghubungkan ekosistem infrastruktur. Dari pergerakan
pedesaan dan perkotaan. perusahaan ini diharapkan juga terdapat
sharing knowledge terhadap masyarakat
3) Simpul pangan
dan pelaku usaha lokal.
Simpul pangan memiliki letak yang sama
atau berdekatan dengan simpul inovasi, 3) Pergerakan produk unggulan
menekankan pada fungsinya sebagai Pergerakan produk unggulan ini,
pusat pusat koleksi dan distribusi. Yang idealnya merupakan pergerakan produk
menghubungkan ekosistem pedesaan hasil olahan dari industri di Kabupaten
dan perkotaan. Bandung, jika memungkinkan dengan
menggunakan bahan baku yang
4) Kawasan sains dan teknologi pertanian
bersumber dari Kabupaten Bandung.
Arjasari
Asumsi pasar regional dan nasional,
Kawasan ini merupakan pusat inkubasi,
serta pasar global, diasumsikan melalui
penelitan, pengembangan teknologi,
Kota Bandung. Meski demikian,
khususnya pertanian, industri hulu dan
beberapa UMKM dan industri di
hilir yang berkaitan dengan pertanian,
Kabupaten Bandung sudah secara
perdagangan digital, serta penguatan
mandiri menginisiasi akses terhadap
investasi pariwisata, yang berlokasi di
pasar global.
Kecamatan Arjasari.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 122


Masterplan Perekonomian

8.5 Strategi dan Program Utama seperti webinar, workshop, dan coaching
clinc.
Pertanian
Sektor pertanian juga harus diperkuat
Fokus pembangunan di sektor pertanian
dengan pembentukan kelembagaan
harus terfokus pada upaya pertanian on farm
komando strategi pembangunan pertanian.
dan off farm. Pertanian off farm merupakan
Komando ini dapat digunakan untuk
proses yang berhubungan langsung dengan
memperkuat penyuluh sebagai ujung tombak
budidaya pertanian, seperti menyemai bibit,
pemantauan kondisi lapangan di tiap
mengawinkan hewan ternak, memupuk,
kecamatan. Artificial intllihgence seharusnya
memberi pakan ternak, mengendalikan hama
dapat dimanfaatkan untuk pengendali AWR
dan penyakit, panen, dan lainnya. Sementara
(Agriculture War Room). Kendali ini untuk
off farm yaitu proses komersialisasi hasil-
pengatur lalu lintas data pertanian yang bisa
hasil budidaya pertanian., seperti pedagang,
berubah-ubah setiap hari. Kelengkapan data
pengepul dan lain-lain. Tidak optimalnya
pertanian, bahkan secara real time dapat
upaya pertanian on farm dan off farm
menjadi hal yang dibutuhkan untuk menarik
memberikan konsekuensi rendahnya
investasi di sektor ini. Investasi yang masuk
pendapatan para petani dan berdampak pada
di sektor ini diharapkan dapat meningkatkan
tingkat kesejahteraan, pada akhirnya akan
produktivitas nilai pertanian dan
mengurangi jumlah petani.
kesejahteraan, kuhusunya bagi petani.
Rendahnya jumlah petani dapat
Selain itu, strategi pengembangan
didorong oleh peningkatan kesejahteraan
pertanian, yang tercantum di dalam RPJMD
melalui penguatan tiga program strategis,
adalah pengembangan logistik pangan.
penyediaan layanan Kredit Usaha Rakyat
Pengembangan logistik pangan dititikberat-
(KUR), penguatan ekspor, dan komando
kan pada peningkatan aksesibilitas pangan
strategi pembangunan pertanian. Ketiga
bagi masyarakat Kabupaten Bandung, juga
program tersebut saling terkait untuk
pada peningkatan kesejahteraan petani. Titik
peningkatan kesejahteraan petani. KUR
fokus pada pengembangan logistik pangan
merupakan program strategis yang ditujukan
adalah menata dan memperkuat rantai pasok
untuk meningkatkan kinerja dari sektor
pangan dalam pendekatan deglobalisasi
pertanian dari hulu ke hilir melalui akses
pangan, yakni penguatan produksi pangan
yang mudah. Melalui program ini diharapkan
lokal. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
mampu menopang dan memperkuat potensi
swasembada pangan sebagai akibat dampak
pertanian di daerah Kabupaten Bandung.
terganggunya jalur distribusi pangan masuk
Tingkat suku bunga yang murah juga dapat
ke wilayah Kabupaten Bandung. Pembatasan
menjadi stimulus akselerasi sektor pertanian.
perdagangan ekspor-impor di wilayah
Pemanfaatan teknologi, inovasi, jejaring Indonesia yang mengakibatkan daerah perlu
dan kerja sama yang kuat sangat dibutuhkan memperkuat ketahanan pangan sendiri
untuk membuka akses informasi terkait melalui pengembangan logistik pangan.
potensi komoditas ekspor di Kabupaten Selain itu, menghadapi tantangan adanya
Bandung dan memiliki tujuan ekspor yang paparan virus COVID-19, pemerintah juga
bisa diakses melalui peta potensi ekspor dan perlu mulai mensosialisasikan pergeseran
IMACE (Indonesia Maps of Agriculture preferensi pangan masyarakat terhadap
Commodities Export). Selain itu, kemitraan healthy food untuk meningkatkan imunitas
dapat dibangun, salah satunya dengan FTA masyarakat. Upaya lainnya yang dapat
(Free Trade Agreement) Center dari dilakukan oleh pemerintah adalah mengelola
Kementerian Perdagangan. FTA Center dapat ketahanan pangan rumah tangga, menjaga
membantu terkait layanan peningkatan kontinuitas produksi dan ketersediaan
kapasitas ekspor melalui berbagai kegiatan produk pangan, menata distribusi pangan,

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 123


Masterplan Perekonomian

mensosialisasikan program B2SA dan industri pangan serta industri dalam industri
mengendalikan stabilitas harga pangan. tekstil, kulit, alas kaki dan aneka (kayu).

Melalui kebijakan pengembangan Dalam pengembangan industri pangan


logistik pangan, diharapkan dapat dapat didorong melalui beberapa upaya.
menciptakan kepastian harga pasar, Pertama ketersediaan dan penyaluran bahan
informasi pasokan yang tersedia, baku industri pangan melalui dinas terkait,
transparansi biaya transaksi, dan konsumsi hal ini untuk mengoptimalkan keberlanjutan
pangan sehat bernutrisi. Sebagai tahap awal produksi. Kedua, SDM yang kompeten
pengembangan sistem logistik pangan diperlukan untuk menunjang industri pangan
Kabupaten Bandung, pemerintah menyusun melalui diklat dan pendampingan serta
arah kebijakan prioritas program/kegiatan berkoordinasi dengan lembaga pendidikan
untuk Tahun 2022, antara lain: terkait. Ketiga dari sisi kemitraan juga harus
diperkuat melalui lembaga litbang dan
a) Penguatan sub-sistem produksi pangan
perguruan tinggi sehingga implementasi
melalui penguatan teknologi produksi
inovasi dan teknologi industri pangan dapat
dan pendampingan desiminasi teknologi
ditingkatkan, dengan tujuan adanya alih
dari lembaga penelitian dan perguruan
teknologi, peningkatan investasi dan
tinggi.
penguasaan pasar. Keempat efisiensi melalui
b) Penguatan kelembagaan simpul pangan
proses pengolahan dan penjaminan mutu
tingkat kabupaten.
juga pengembangan sistem logistik. Kelima
c) Penguatan kelembagaan simpul pangan
adalah promosi dan perluasan pasar produk
pada lingkungan masyarakat terendah.
industri pangan di dalam dan luar Kabupaten
d) Pengembangan kolaborasi dan
Bandung, dengan harapan jangkauan pasar
kerjasama dengan perguruan tinggi,
semakin lebar dan peningkatan output
BULOG, perusahaan layanan pengiriman.
industri dalam jangka panjang. Keenam dan
e) Penguatan database pangan real-time
terakhir adalah memfasilitasi akses terhadap
dan faktual.
pembiayaan yang kompetitif bagi industri
Industri Pengolahan pangan skala kecil dan menengah.

Provinsi Jawa Barat memegang peranan yang Kabupaten Bandung di tingkat provinsi
penting dalam perekonomian nasional. juga unggul dalam industri tekstil, kulit, alas
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kaki dan aneka (kayu). Pengembangan
Jawa Barat memberikan kontribusi tertinggi industri ini dapat dilakukan dengan beberapa
ketiga sebesar 14,88% setelah DKI Jakarta program. Pertama pendampingan dan
dan Jawa Timur, pada Produk Domestik mentoring terhadap IKM dalam rangka
Bruto (PDB) nasional. Porsi terbesar pada mendapatkan sertifikat legalitas kayu
PDRB Jawa Barat hampir setengahnya (SVLK). Kedua, mendukung ketersediaan
disumbangkan oleh kategori industri bahan baku (kualitas, kuantitas, dan
pengolahan. Begitu pula Kabupaten Bandung kontinuitas) melalui koordinasi dengan
yang ditopang setengahnya oleh sektor ini. instansi terkait dan kemitraan serta integrasi
antara sisi hulu dan hilir. Ketiga,
Kurangnya optimalnya industri ini
meningkatkan kemampuan SDM dalam
memiliki implikasi besar terhadap
penguasaan teknik produksi dan desain serta
penurunan daya saing ekonomi, terutama
memfasilitasi pembangunan pendidikan
bagi sektor-sektor industri sebagai lapangan
kejuruan dan vokasi bidang pengolahan kayu,
kesempatan kerja utama dan sektor
rotan, dan furniture. Keempat, memfasilitasi
manufaktur yang merupakan motor utama
akses terhadap sumber pembiayaan yang
bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten
kompetitif untuk meningkatkan kinerja
Bandung. Keunggulan sektor ini di
ekspor dan terakhir adalah mendukung
Kabupaten Bandung terutama terlihat di
promosi dan perluasan pasar guna

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 124


Masterplan Perekonomian

mendorong tumbuhnya industri ini di i. Pengembangan digitalisasi


Kabupaten Bandung. pemasaran produk UMKM (e-
Commerce);
Sedangkan hasil tinjauan RPJMD
ii. Penguatan kolaborasi dan kerjasama
menunjukkan bahwa kontribusi sektor
dengan KADIN, perbankan atau
industri pengolahan terhadap PDRB
institusi lainnya sebagai upaya
Kabupaten Bandung sebesar 53%. Peranan
pendampingan pemasaran;
pemerintah Kabupaten Bandung dalam
iii. Penguatan branding produk UMKM;
intervensi sektor industri pengolahan
iv. Pengembangan koperasi produksi
difokuskan pada industri kecil, terutama
digital;
pada UMKM yang disinergiskan oleh koperasi
sebagai salah satu bentuk kelembagaan iv. Penguatan Pemodalan UMKM, yang
ekonomi masyarakat. Dalam skenario ini, diwujudkan dengan:
peranan pemerintah adalah menjaga i. Fasilitasi pengembangan Kerjasama
kontinuitas produksi dan mengembangkan perkreditan (business matching)
diferensiasi produk, membangun rintisan dengan perbankan;
end-to-end system dalam pemasaran produk ii. Penguatan lembaga BPR sebagai
UMKM berbasis digital, serta lembaga penyalur kredit usaha
mengembangkan pusat inovasi dan inkubasi kecil;
bisnis menjadi kerangka prioritas ketahanan iii. Penguatan kolaborasi dan
ekonomi lokal. kerjasama dengan KADIN atau
Lembaga pemodalan lainnya.
Skenario penguatan UMKM dan koperasi
terdiri atas struktur prioritas kebijakan yang v. Pengembangan pusat inovasi dan
saling berkesinambungan. Keempat prioritas inkubasi bisnis, yang diwujudkan
kebijakan ini menjadi penunjang dalam dengan:
pembentukan klaster-klaster industri. i. Pendampingan dan konsultasi
Prioritas kebijakan penguatan UMKM dan pelaku UMKM (inkubasi bisnis);
koperasi terdiri atas: ii. Pemetaan pengembangan business
matching;
ii. Kontinuitas produksi dan diferensiasi
iii. Penguatan kolaborasi dan
produk UMKM, yang diwujudkan
kerjasama dengan Perguruan Tinggi
dengan:
atau institusi lainnya sebagai
i. Pendampingan dan konsultasi
transfer teknologi produksi dan
pelaku UMKM;
diferensiasi produk, pemasaran,
ii. Fasilitasi penguatan kontinuitas
dan branding;
ketersediaan sarana produksi;
iv. Penguatan database UMKM; dan
iii. Penguatan kolaborasi dan
v. Penelitian dan pengembangan
kerjasama dengan berbagai
produk berorientasi ekspor dan
stakeholder meliputi: perguruan
substitusi impor.
Tinggi, perbankan atau institusi
lainnya sebagai upaya Perdagangan
pendampingan diferensiasi produk
Sektor perdagangan masih menghadapi
dan teknologi produksi;
permasalahan pokok yaitu belum efektif dan
iv. Pengembangan standar dan
efisien distribusi barang kebutuhan pokok
protokol kesehatan dalam produksi
dan barang strategis; belum efektif dan
produk; dan,
efisien pelaksanaan pengembangan
v. Fasilitasi sertifikasi produk.
distribusi dan pemasaran produk dalam
iii. Pembangunan sistem end-to-end negeri; belum optimalnya pengawasan untuk
business, yang diwujudkan dengan: pelaku usaha dan pergudangan; dan belum

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 125


Masterplan Perekonomian

optimalnya pengawasan untuk pelaku usaha sinergitas dalam bidang persaingan usaha
dan pergudangan. dan pengawasan kemitraan. Nota
kesepakatan tersebut bisa menjadi payung
Masalah pertama berujung pada
untuk ditindaklanjuti di daerah. Khusus di
penjualan di atas harga eceran tertinggi.
Luwu Utara, melalui Dinas Perdagangan,
Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui
Perindustrian, Koperasi, dan UKM
kegiatan Pengembangan Usaha Pangan
(DP2KUKM), sudah ada kemitraan dengan
Masyarakat (PUPM). Kegiatan tersebut
retail modern antara lain Alfamart, Alfamidi,
merupakan upaya untuk menjaga stabilitas
dan Indomaret sejak 2018 untuk
pasokan dan harga pangan pokok strategis,
memasarkan produk UMKM. Sebab UMKM
rantai distribusi pemasaran yang terintegrasi
harus senantiasa dihidupkan sebagai basis
agar lebih efisien, harga konsumen dapat
usaha masyarakat.
ditransmisikan dengan baik kepada harga
petani (produsen), informasi pasar antar Pariwisata
wilayah berjalan dengan baik, mencegah
Pengembangan sektor pariwisata berbasis
terjadinya Parton-Client (pemasukan pangan
desa menjadi sangat relevan karena berbagai
ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok
keunggulan yang dimilikinya. Namun, selain
oleh pelaku usaha tertentu), dan mencegah
memiliki beberapa faktor pendukung,
penyalahgunaan market power oleh pelaku
terdapat hambatan, salah satunya adalah
usaha tertentu.
belum siapnya desa untuk dikembangkan
Adanya inovasi pemasaran juga menjadi menjadi desa wisata. Desain program
suatu kebutuhan, apalagi masa pandemi yang Pariwisata Berkelanjutan Mandiri Bersama
dihadapi oleh pelaku perdagangan membuat Mandiri dapat menjadi alternatif
ruang gerak untuk berusaha cukup terbatas. pengembangan pariwisata berbasis desa.
Penurunan omset yang terjadi harus Program ini bertujuan untuk merangsang
direspon dengan optimalisasi penggunaan pembangunan ekonomi desa dengan
media sosial sebagai platform pemasaran meningkatkan kapasitas masyarakat untuk
produk. Pemerintah Kabupaten Bandung mengelola usaha pariwisata dan
melalui dinas terkait dapat membantu meningkatkan pendapatan melalui
pendampingan dalam branding usaha yang pengenalan kegiatan kreatif dan produktif di
akan dipasarkan di berbagai media sosial. sektor pariwisata.
Selain itu bagi masyarakat yang masih awam
Pariwisata berkelanjutan merupakan
dapat dibimbing untuk pembuatan platform
pariwisata yang mengundang semua pihak-
Instagram dan Facebook yang merupakan
terutama anggota masyarakat untuk
dua media sosial besar yang paling banyak
mengelola sumber daya dengan cara
digunakan oleh masyarakat secara umum di
memenuhi kebutuhan ekonomi, habitat alam,
berbagai usia. Dengan penggunaan media
keanekaragaman hayati, dan sistem
sosial diharapkan jangkauan pasar lebih luas.
pendukung penting lainnya. Program ini
Dalam memaksimalkan fungsi sejalan dengan sektor pariwisata dengan
pengawasan pelaku usaha dan pergudangan usaha jasa yang beragam, tersedia di desa-
di Kabupaten Bandung, dapat dilakukan desa terpencil, juga tersebar yang berpotensi
dengan menjalin kemitraan dengan Komisi meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), sebagai pedesaan. Program ini hadir juga karena
satu-satunya otoritas persaingan usaha di salah satu masalah yang dihadapi sektor
Indonesia yang bertugas melaksanakan pariwisata Kabupaten Bandung adalah
advokasi kebijakan persaingan usaha. sebagian besar masyarakat dan
Contohnya, Pemerintah Kabupaten Luwu wirausahawan desa tidak memiliki kapasitas
Utara yang membuat nota kesepakatan untuk mengelola dan memahami potensi
antara KPPU dan Pemprov Sulsel tentang wisata mereka.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 126


Masterplan Perekonomian

Program ini dapat dilaksanakan dari baru berkaitan dengan menghidupkan


tahap pemilihan desa wisata yang akan kembali sektor pariwisata. Dalam hal ini,
dikembangkan, melibatkan kerja sama tim pemerintah perlu menyusun dan
konsultan independen berdasarkan kriteria menerapkan protokol kesehatan di sektor
kuantitas dan kualitas daya tarik pariwisata, pariwisata demi mendorong perubahan
baik alam dan budaya dan mendukung layanan kepariwisataan. Layanan ini
kondisi sosial serta organisasi. Dalam termasuk di dalamnya adalah perhotelan,
program ini memungkinkan hasil pembagian restoran, dan jasa-jasa lainnya. Kebijakan
keuntungan yang adil melalui kerja sama lainnya adalah membangun kembali
kolektif dalam sektor pariwisata. Dalam kepercayaan bersama antara pemerintah dan
memenuhi peran mereka, kelompok kerja sektor swasta, memperkuat kolaborasi antar
akan menerima arahan dari kelompok yang stakeholder, dan menata kawasan pariwisata
mengatur dan didukung oleh fasilitator dan berbasis cleanliness, health, dan safety.
konsultan.
Untuk mampu menguatkan kembali
Kemitraan merupakan pola investasi di bidang pariwisata Kabupaten
pengembangan yang umum bagi pemerintah Bandung, ditetapkan 3 (tiga) tahapan
Kabupaten Bandung dalam memajukan prioritas kebijakan yang mampu menunjang
sektor pariwisata, sudah banyak dilakukan di penguatan investasi pariwisata. Ketiga
beberapa objek wisata. Akan tetapi, desain prioritas kebijakan tersebut yaitu:
kemitraan perlu inovasi agar terjadi
a) Pengembangan branding wisata
penguatan sistem pengembangan sektor ini.
i. Penyusunan dan penerapan protokol
Hal yang dapat direplikasi oleh Pemerintah
CHS (cleanliness, health, safety)
Kabupaten Bandung adalah kolaborasi
wisata untuk hotel, restoran, gerai
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
produk wisata, dan kawasan wisata;
(Kemparekraf) dengan swasta dalam Public
ii. Pengembangan branding destinasi
Private People Partnership (PPPP) di program
wisata;
desa wisata homestay.
iii. Promosi wisata; dan
Pengembangan desa homestay dinilai iv. Penguatan kerjasama dan
sebagai terobosan yang akan menjadi keterlibatan komunitas wisata,
andalan ke depan, baik untuk masyarakat masyarakat, dan institusi lainnya
kelas menengah atas maupun bawah dan dalam branding wisata.
warga sekitar. Dewasa ini homestay memang
b) Penataan Kawasan wisata
mulai mengalami perubahan sangat positif.
i. Penguatan keterlibatan dan
Mulai dari kualitas pelayanan, bangunan,
kerjasama dengan komunitas wisata,
lokasi, dan fasilitas dengan konsep pariwisata
masyarakat, dan institusi (PTPN,
yang bergeser menjadi quality dan
Perhutani) atau pihak swasta lainnya
sustainable tourism. Kemparekraf bekerja
dalam penataan kawasan wisata;
sama dengan Sarana Multi Finance (SMF)
ii. Penataan lingkungan wisata.
untuk membuka akses pembiayaan khusus
iii. Penataan gerai produk wisata.
bagi homestay dengan kriteria dan
iv. Aktivasi pusat informasi pariwisata.
persyaratan yang cukup ringan.
v. Penyusunan masterplan kawasan
Sektor pariwisata sebagai salah satu wisata.
sektor yang paling terdampak akibat c) Penguatan investasi pariwisata
pandemi COVID-19 menjadi komponen yang i. Penyusunan profil dan proposal
juga harus diintervensi dalam rangka investasi kawasan unggulan
pemulihan ekonomi. Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung.
memiliki banyak objek wisata, khususnya ii. Business matching pelaku dan
wisata alam, perlu menerapkan kebijakan stakeholder wisata.

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 127


Masterplan Perekonomian

Tabel 8.1 Strategi dan program utama

Pasca
Target Pre-Adopsi Adopsi Pemangku
No. Capaian Utama Adopsi
Indikator Kepentingan
2021 2022 2023 2024 2025 2026
1. Peningkatan PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
a. Perlindungan lahan Penguatan Distan,
pertanian produktif; KP2B, Dispakan,
pengem- DLH,
b. Pengembangan logistik
bangan DPUTR,
pangan/simpul
pangan; simpul Dishub
pangan, Bappeda
c. Pengembangan penguat-an
kawasan pertanian KST
terpadu di Bandung Arjasari;
Selatan;
d. Pengembangan pusat
penelitian dan
teknologi pertanian.
2. Peningkatan PDRB sektor industri pengolahan
a. Pengembangan sistem Penguatan Disperin,
pengelolaan limbah SPAL, Diskopukm,
terpadu; peningkat- DPUTR,
an jumlah Dishub,
b. Penguatan UMKM dan
UKM dan Bappeda
koperasi;
koperasi,
c. Pengembangan peningkat-
kawasan industri an, p
terintegrasi di Bandung
Tengah;
d. Pengembangan
industri hulu dan
peningkatan kualitas
industri hilir berbasis
pertanian;
3. Peningkatan PDRB sektor perdagangan
a. Peningkatan tata kelola Penambah- Disperin,
pasar; an pasar Diskopukm,
b. Pembangunan simpul Pemda, DPUTR,
simpul Dishub,
perdagangan/distribusi
perdagang- Dikominfo,
pangan;
an, e- Bappeda
c. Pengembangan commerce.
kawasan perdagangan
terpadu di Bandung
Tengah;
d. Pengembangan e-
commerce;
4. Peningkatan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bandung
a. Peningkatan Akses ke Disparbud,
aksesibilitas wisata; daya tarik DPMD,
wisata, Distan,
b. Penguatan investasi
pariwisata; jumlah DPMPTSP,
daya tarik Kesbangpol,
c. Pengembangan wisata, DPUTR,
kawasan wisata kerjasama Dishub,
unggulan Bandung cekungan Bappeda
Selatan; Bandung.
d. Pengembangan
kerjasama wisata
Cekungan Bandung.

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2021

BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 128


Bappeda Kabupaten Bandung

Anda mungkin juga menyukai