KABUPATEN BANDUNG
2021-2026
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjarkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
Laporan Masterplan Perekonomian Kabupaten Bandung tahun anggaran 2021 dapat selesai
disusun dan disampaikan.
Laporan masterplan ini memuat aspek kajian yang terdiri atas: pemetaan pengelompokan/
clustering kewilayahan berdasarkan potensinya dalam bentuk spasial; penyusunan analisis
peluang dan permasalahan pengembangan sektor ekonomi unggulan; serta, perumusan arah
dan kebijakan pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Bandung.
Masterplan ini berfokus pada 4 sektor ekonomi unggulan Kabuapten Bandung yaitu sektor
pertanian kehutanan dan perikanan, industri pengolahan, perdagangan, dan pariwisata.
Masterplan ini disusun dalam untuk jangka waktu perencanaan 5 tahun, dengan harapan dapat
mewujudkan Kabupaten Bandung yang yang Bangkit, Edukatif, Dinamis, Agamis, dan Sejahtera
(BEDAS) dengan pengembangan perekonomian yang inovatif dan berdayasaing.
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan dan dukungan yang
telah diberikan dalam rangka penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa meridhai kita semua.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ ii
Ringkasan Eksekutif
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ iv
Daftar Isi
ii Kata Pengantar
iii Ringkasan Eksekutif
v Daftar Isi
viii Daftar Gambar
ix Daftar Grafik
x Daftar Tabel
1 Pendahuluan 1
2 Latar Belakang
2 Maksud, Tujuan dan Sasaran
3 Ruang Lingkup
3 Wilayah Perencanaan
3 Substansi Masterplan
4 Waktu Pelaksanaan
4 Alur Pikir
5 Metodologi Penyusunan Masterplan
5 Tahapan Kegiatan
6 Pengumpulan Data
9 Analisis Data
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ v
39 Gambaran Umum Ekonomi Wilayah 4
40 Ekonomi Kabupaten Bandung dalam Konstelasi Regional
42 Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
43 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung
45 Tinjauan Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Bandung
45 Tipologi Klassen
47 Analisis Location Quotient (LQ) dan Dynamic LQ (DLQ)
50 Analisis Shift Share
52 Simpulan Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Bandung
54 Tinjauan Analisis Koefisien Input-Output Tahun 2016
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ vi
106 Rumusan SWOT Pengembangan Sektor Ekonomi Unggulan 7
107 SWOT Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
108 SWOT Sektor Industri Pengolahan
110 SWOT Sektor Perdagangan
112 SWOT Sektor Pariwisata
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ ix
Daftar Tabel
6 Jadwal pelaksanaan penyusunan masterplan perekonomian Kabupaten Bandung
7 Aktor kunci yang diwawancara
14 Faktor kunci pembentuk daya saing daerah
26 Keterkaitan visi, misi, dan arah kebijakan pada rencana pembangunan jangka panjang di
tingkat nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung
27 Keterkaitan visi, misi, dan arah kebijakan pada rencana pembangunan jangka menengah
di tingkat nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung
29 Keterkaitan arah pemanfaatan ruang pada rencana tata ruang wilayah di tingkat
nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung
32 Arahan kawasan, target/sentra, strategi utama, serta klasifikasi pengembangan
pertanian di Kabupaten Bandung
37 Lokasi pengembangan destinasi wisata (DPD, KPPD dan KSPD) di Kab. Bandung
43 PDRB ADHK Kabupaten Bandung menurut sektor tahun 2010-2020 (miliar rupiah)
46 Perbandingan rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor ekonomi di Kabupaten
Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2020
46 Tipologi sektor ekonomi Kabupaten Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat tahun 2010-
2020
47 Hasil analisis LQ sektor ekonomi Kabupaten Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat
tahun 2010-2020
48 Peringkat sektor ekonomi Kabupaten Bandung berdasarkan hasil analisis LQ tahun
2010-2020
49 Hasil analisis DLQ sektor ekonomi Kabupaten Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat
tahun 2010-2020
49 Peringkat sektor ekonomi Kabupaten Bandung berdasarkan hasil analisis DLQ tahun
2010-2020
50 Klasifikasi sektor berdasarkan hasil analisis LQ dan DLQ tahun 2010-2020
51 Hasil analisis shift share Kabupaten Bandung tahun 2010-2020
52 Peringkat sektor ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2010-2020 berdasarkan
komponen pada analisis shift share
53 Sintesis gambaran ekonomi wilayah Kabupaten Bandung
55 Output Domestik 2016
57 Koefisien input domestik 2016
60 Kinerja PDRB ADHK sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap PDRB ADHK
Kabupaten Bandung tahun 2010-2020
62 Variabel dalam identifikasi sub-sektor unggulan pertanian
63 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor tanaman pangan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
64 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor perkebunan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
64 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor peternakan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
65 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor biofarmaka menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
66 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor perikanan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
67 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor hortikultura menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ x
67 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor buah-buahan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
68 Sintesis sebaran sub-sektor pertanian unggulan di Kabupaten Bandung
72 Kinerja PDRB sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Bandung
74 Variabel kelas industri dan asumsi nilai produksi
75 Total nilai produksi kelas industri berdasarkan kecamatan di Kab. Bandung tahun 2018
76 Sintesis sebaran sub-sektor industri unggulan di Kabupaten Bandung
80 Kinerja PDRB sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
terhadap PDRB Kab. Bandung
87 Kunjungan wisatawan, jumlah dan daya tarik wisata unggulan berdasarkan kecamatan
di Kab. Bandung tahun 2020
89 Kunjungan wisata pada daya tarik wisata unggulan di Kabupaten Bandung tahun 2020
94 Sintesis klaster dan hotspot dari sektor ekonomi unggulan
115 SWOT sektor ekonomi unggulan Kabupaten Bandung
128 Strategi dan program utama masterplan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ xi
1. Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 1
Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 2
Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 3
Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 4
Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 5
Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 6
Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 7
Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 8
Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 9
Pendahuluan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 10
Daya Saing dan Inovasi
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 11
Daya Saing dan Inovasi
2.1 Konsep Daya Saing Daerah dan berkelanjutan, lebih umumnya adalah
kemampuan (regions) untuk menciptakan
Konsep daya saing mulai berkembang setelah
pendapatan dan kesempatan kerja yang
Porter (1990) mengemukakan konsep daya
relatif tinggi sementara terekspos pada daya
saing nasional yaitu “luaran dari kemampuan
saing eksternal.
suatu Negara untuk berinovasi dalam rangka
mencapai, atau memertahankan posisi yang Sedangkan Bank Indonesia mendefinisi-
menguntungkan dibandingkan dengan kan daya saing daerah sebagai kemampuan
Negara lain dalam sejumlah sektor-sektor perekonomian daerah dalam mencapai
kuncinya”. tingkat kesejahteraan yang tinggi dan
berkelanjutan dengan tetap terbuka pada
Secara eksplisit, Porter (1990)
persaingan domestik dan internasional.
menyatakan bahwa konsep daya saing yang
diterapkan pada level nasional adalah Konsep daya saing umumnya dikaitkan
“produktivitas” yang didefinisikan sebagai dengan konsep comparative advantage, yakni
nilai output yang dihasilkan oleh tenaga dimilikinya unsur-unsur penunjang proses
kerja. Hal tersebut senada dengan yang produksi yang memungkinkan satu negara
disampaikan oleh Bank Dunia yang menarik investor untuk melakukan investasi
menyebutkan bahwa “daya saing mengacu ke negaranya, alih-alih ke negara lain.
kepada besaran serta laju perubahan nilai Konotasi advantage di sini adalah situasi
tambah per unit yang dicapai oleh yang memungkinkan pemodal menuai
perusahaan”. Meski demikian, konsep daya keuntungan semaksimal mungkin.
saing tidak secara sempit mencakup tingkat
Misalnya dengan menyediakan lahan
efisiensi suatu perusahaan, melainkan aspek
murah, upah buruh murah, dan suplai bahan
yang lebih luas yang berada di luar
mentah produksi yang terjamin kontinyuitas-
perusahaan, mulai dari skala perusahaan,
nya dengan harga yang lebih murah daripada
wilayah maupun nasional.
harga yang ditawarkan oleh negara lain.
World Economic Forum (WEF), suatu Artinya, kekuatan modal dan keunggulan
lembaga yang secara rutin menerbitkan teknologi menjadi kunci penentu
laporan “Global Competitiveness Report” peningkatan daya saing (penjualan produk)
mendefinisikan daya saing nasional sebagai satu negara. Argumen mengapa daerah
kemampuan perekonomian nasional untuk maupun negara saling berkompetisi (Martin
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan Tyler, 2003):
dan berkelanjutan.
untuk investasi, melalui kemampuan
Definisi lain oleh Institute for daerah untuk menarik masuknya modal
Management Development (IMD) asing, swasta dan modal publik;
mendefinisikan daya saing nasional sebagai untuk tenaga kerja, dengan
kemampuan suatu negara dalam kemampuan untuk menarik masuknya
menciptakan nilai tambah dalam rangka tenaga kerja yang terampil,
menambah kekayaan nasional dengan cara enterpreneur dan tenaga kerja yang
mengelola aset dan proses, daya tarik dan kreatif, dengan cara menyediakan
agresivitas, globality dan proximity, serta lingkungan yang kondusif dan pasar
model ekonomi dan sosial. tenaga kerja domestik;
untuk teknologi, melalui kemampuan
Kemudian European Commission (EC)
daerah untuk menarik aktivitas inovasi
mendefinisikan daya saing sebagai
dan transfer ilmu pengetahuan dan
kemampuan untuk memproduksi barang dan
teknologi.
jasa sesuai dengan kebutuhan pasar
internasional, diiringi dengan kemampuan Lebih lanjut, Gardiner, Martin dan Tyler
mempertahankan pendapatan yang tinggi (2004) merumuskan konsep daya saing
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 12
Daya Saing dan Inovasi
daerah dalam sebuah model piramida yang Pada dasar piramida diidentifikasi
menjelaskan bahwa puncak piramida adalah faktor-faktor yang menjadi sumber dari
kualitas hidup atau standar kehidupan, munculnya daya saing daerah diantaranyai:
sedangkan PDRB menjadi indikator struktur ekonomi, aktivitas inovasi,
munculnya daya saing wilayah. aksesibilitas regional, kemampuan tenaga
kerja, lingkungan, pusat pengambilan
Peningkatan daya saing wilayah juga
keputusan, struktur sosial, dan budaya
dipengaruhi produktivitas tenaga kerja dan
regional. Kerangka ini merupakan sebuah
tingkat pengangguran, yang keduanya
model yang dapat dijadikan tinjauan dalam
merupakan dampak dari pelbagai sumber
merumuskan faktor-faktor yang perlu
seperti penelitian dan pengembangan
diperhatikan serta arah kebijakan dan
teknologi, pengembangan UMKM, investasi,
strategi pengembangan ekonomi regional
infrastruktur dan kualitas SDM, serta institusi
yang berdaya saing.
dan modal sosial.
Beberapa sumber lain (Bank Indonesia infrastruktur (BI & Unpad, WEF, IMD, EC,
dan Universitas Padjadjaran, 2008; World kualitas sumber daya manusia dan
Economic Forum, 2012; Institute of pendidikan (BI & Unpad, EC), informasi dan
Management Development, 2002; European teknologi (BI & Unpad, WEF, EC), sistem
Comission, 1999), menyebutkan bahwa faktor keuangan dan kemudahan berusaha (BI &
kunci pembentuk daya saing daerah adalah Unpad, WEF, IMD, EC), serta inovasi (WEF,
kondisi perekonomian di tingkat makro (BI & EC). Penekanan diberikan kepada inovasi
Unpad, WEF, IMD, EC dan mikro (BI & karena di era modern ini, daerah berlomba-
Unpad), kualitas institusi pemerintahan (BI & lomba untuk menawarkan kekhasan dari
Unpad, WEF, IMD, EC), ketersediaan daerah masing-masing.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 13
Daya Saing dan Inovasi
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 14
Daya Saing dan Inovasi
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 15
Daya Saing dan Inovasi
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 16
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 17
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 18
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
konservasi kreativitas serta penguatan rantai nilai halal yang terdiri atas
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan industri makanan dan minuman, pariwisata,
teknologi, seni, dan budaya untuk fesyen Muslim, media, rekreasi, industri
mengembangkan potensi lokal; farmasi dan kosmetika, dan industri energi
3) Peningkatan apresiasi masyarakat terbarukan; (2) penguatan keuangan syariah;
terhadap kreativitas dan hak kekayaan (3) penguatan usaha mikro, kecil dan
intelektual; menengah (UMKM); dan (4) penguatan
4) Penyediaan infrastruktur teknologi yang ekonomi digital.
memadai dan kompetitif untuk
Selain itu, ada enam strategi dasar yang
mendukung berkembangnya kreativitas;
menjadi ekosistem pendukung strategi
5) Pengembangan kelembagaan yang
utama yaitu: (1) penguatan regulasi dan tata
mendukung ekosistem kreativitas;
kelola, (2) pengembangan kapasitas riset dan
6) Peningkatan pembiayaan bagi usaha
pengembangan; (3) peningkatan kualitas dan
Ekonomi Kreatif;
kuantitas sumber daya manusia; dan (4)
7) Peningkatan perlindungan, pengem-
peningkatan kesadaran dan literasi publik.
bangan, dan pemanfaatan sumber daya
alam, dan warisan budaya sebagai bahan Dalam menjawab tantangan pengem-
baku bagi usaha Ekonomi Kreatif; bangan ekonomi syariah, implementasi
8) Peningkatan perlindungan dan strategi dituangkan dalam quick wins yang
pemanfaatan kekayaan intelektual; dibagi menjadi tiga tahapan utama. Pada
9) Penyediaan infrastruktur dan teknologi tahapan pertama, inisiatif diprioritaskan
yang memadai dan kompetitif bagi untuk meletakkan landasan penguatan aspek
pengembangan usaha Ekonomi Kreatif; hukum dan koordinasi. Selain itu, kampanye
10) Pengembangan standardisasi dan nasional gaya hidup halal dibutuhkan untuk
praktik usaha yang baik (best practice) meningkatkan literasi dan kesadaran
untuk usaha Ekonomi Kreatif dan karya mengonsumsi komoditas ramah Muslim.
kreatif;
Pada tahapan kedua, beberapa inisiatif
11) Peningkatan pemasaran dan promosi
harus dilakukan sebagai program utama,
karya kreatif di dalam dan di luar negeri;
antara lain: pembentukan dana halal
12) Penguatan iklim usaha yang kondusif
nasional. Fungsinya untuk memfasilitasi
bagi pengembangan usaha Ekonomi
pembiayaan industri halal. Lainnya adalah
Kreatif.
pendirian badan halal di tingkat regional
5. MEKSI Tahun 2019-2024 untuk penguatan industri halal dan aktivasi
Islamic Inclusive Financial Services Board
Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia
(IIFSB). Lembaga ini akan memposisikan
(MEKSI) memiliki visi mewujudkan
Indonesia sebagai referensi internasional
“Indonesia yang mandiri, makmur dan
dalam pengembangan dan tata kelola dana
madani dengan menjadi pusat ekonomi
sosial Islam.
syariah terkemuka dunia”. Terdapat empat
target capaian utama, yaitu: (1) peningkatan Selanjutnya, dalam tahapan ketiga, harus
skala usaha ekonomi dan keuangan syariah; ada kerja sama dengan luar negeri dalam
(2) peningkatan peringkat Global Islamic bentuk pendirian pusat halal internasional
Economy Index; (3) peningkatan kemandirian untuk mempercepat investasi luar negeri
ekonomi; dan (4) peningkatan indeks dalam industri halal dan harmonisasi standar
kesejahteraan masyarakat Indonesia. sertifikasi halal Indonesia di luar negeri.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 19
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
3.2 Tinjauan Kebijakan Regional Iman dan Takwa, Provinsi Jawa Barat
Termaju di Indonesia”. Fokus sektor
Tinjauan kebijakan pada tingkat regional
ekonomi terdapat pada Misi Dua yaitu
meliputi Rencana Pembangunan Jangka
“Meningkatkan perekonomian yang
Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat
berdaya saing dan berbasis potensi
Tahun 2005-2025, Rencana Pembangunan
daerah”.
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Barat Tahun 2018-2023, Rencana Tata Arah kebijakan misi dua adalah: Arah
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
Tahun 2009-2029, Rencana Tata Ruang lebih tinggi harus berkelanjutan dan
(RTR) Kawasan Perkotaan Cekungan berkualitas. Pertumbuhan ekonomi harus
Bandung Tahun 2018-2037, serta Rencana dapat meningkatkan kemakmuran bagi
Induk Pengembangan (RENIP) Metropolitan seluruh masyarakat Jawa Barat secara adil
Bandung Raya. dan proporsional dengan didukung oleh iklim
usaha yang berdaya saing. Keberhasilan
1. RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun pencapaian visi pembangunan jangka
2005-2025 panjang ditentukan oleh kemampuan daerah
RPJPD Provinsi Jawa Barat 2005-2025 diatur untuk memanfaatkan potensi wilayah
dalam Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 9 melalui pengembangan kegiatan utama (core
Tahun 2008 dan perubahan pertama pada business) secara berkelanjutan.
Perda Nomor 24 Tahun 2010, serta Pembangunan ekonomi daerah Jawa Barat
perubahan kedua pada Perda Nomor 7 Tahun tahun 2005-2025 diarahkan pada
2019. Dalam RPJPD Jawa Barat 2005-2025, peningkatan nilai tambah segenap sumber
Visi Provinsi Jawa Barat adalah “Dengan daya ekonomi melalui pengembangan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 20
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 21
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
3. RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun yang terdiri atas Kawasan Perkotaan Inti dan
2009-2029 Kawasan Perkotaan di Sekitarnya yang
membentuk Kawasan Metropolitan. Dengan
RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
Kawasan Perkotaan inti yaitu Kota Bandung
diatur dalam Perda Provinsi Jawa Barat
dan Kota Cimahi.
Nomor 22 Tahun 2010. Meskipun pada
beberapa tahun terakhir, telah terdapat Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
pembahasan mengenai rancangan Cekungan Bandung bertujuan untuk
perubahan, tetapi belum ditetapkan sebagai mewujudkan Kawasan Perkotaan yang
Peraturan Daerah. Arah kebijakan dengan berkelas dunia sebagai pusat kebudayaan,
pengembangan sektor ekonomi, khususnya pusat pariwisata, serta pusat kegiatan jasa
yang berkaitan dengan Kabupaten Bandung dan ekonomi kreatif nasional, yang berbasis
terdapat pada arahan kebijakan kewilayahan, pendidikan tinggi dan industri berteknologi
yang membagi wilayah provinsi Jawa Barat tinggi yang berdaya saing dan ramah
ke dalam 6 (enam) Wilayah Pengembangan lingkungan.
(WP), Kabupaten Bandung termasuk ke
Kabupaten Bandung memiliki 8
dalam WP KK Cekungan Bandung. Sektor
(delapan) kawasan yang termasuk Pusat
unggulan yang dapat dikembangkan di WP
Kegiatan di Kawasan Perkotaan di
KK Cekungan Bandung meliputi pertanian,
Sekitarnya, yang ditetapkan sebagai
hortikultura, industri non-polutif, industri
penyeimbang perkembangan Kawasan
kreatif, perdagangan, jasa, pariwisata dan
Perkotaan Inti, yang terdiri dari:
perkebunan, dengan meningkatkan
manajemen pembangunan yang berkarakter 1) Kawasan Perkotaan Cipatat, dengan
lintas kabupaten/kota yang secara kolektif arahan pengembangan sebagai:
berbagi peran membangun dan a. Pusat perdagangan dan jasa skala
mempercepat perwujudan PKN Kawasan regional;
Perkotaan Bandung Raya. b. Pusat kegiatan industri;
c. Pusat pelayanan sistem angkutan
Fokus pengembangan Kabupaten
umum penumpang dan angkutan
Bandung dalam kerangka WP KK Cekungan
barang regional;
Bandung yaitu diarahkan sebagai bagian dari
d. Pusat kegiatan pertahanan dan
PKN, dengan kegiatan utama industri non-
keamanan negara;
polutif, dan non-ekstraktif atau tidak
e. Pusat kegiatan pertanian; dan,
mengganggu irigasi dan cadangan air serta
f. Pusat kegiatan pariwisata;
tidak mengakibatkan alih fungsi lahan pada
KP2B, agroindustri, wisata alam, tanaman 2) Kawasan Perkotaan Soreang-
pangan dan hortikultura, serta perkebunan. Kutawaringin-Katapang, sebagai:
Selain itu, dalam rencana kawasan budidaya, ii. Pusat perdagangan dan jasa skala
WP KK Cekungan Bandung juga diarahkan internasional, nasional dan
untuk mendorong pengembangan industri regional;
kreatif dan telematika. Sedangkan untuk iii. Pusat pelayanan olahraga skala
kegiatan pariwisata diarahkan untuk internasional, nasional, dan
pengembangan eko wisata dan wisata agro. regional;
iv. Pusat pelayanan kesehatan
4. RTR Kawasan Perkotaan
regional;
Cekungan Bandung 2018-2037
v. Pusat kegiatan industri;
RTR Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung vi. Pusat pelayanan sistem angkutan
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 45 umum penumpang dan angkutan
Tahun 2018. Kawasan Perkotaan Cekungan barang regional;
Bandung merupakan kawasan strategis vii. Pusat kegiatan pertahanan dan
nasional dari sudut kepentingan ekonomi keamanan negara;
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 22
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
viii. Pusat kegiatan pertanian; dan, vii. Pusat kegiatan pertanian; dan,
ix. Pusat kegiatan pariwisata. viii. Pusat kegiatan pariwisata;
3) Kawasan Perkotaan Margahayu- 8) Kawasan Perkotaan Banjaran, sebagai
Margaasih, sebagai: a. Pusat perdagangan dan jasa skala
a. Pusat perdagangan dan jasa; regional;
b. Pusat kegiatan industri; b. Pusat kegiatan industri;
c. Pusat kegiatan pertahanan dan c. Pusat pelayanan sistem angkutan
keamanan; dan, umum penumpang dan angkutan
d. Pusat kegiatan pariwisata. barang regional;
4) Kawasan Perkotaan Cileunyi-Rancaekek, d. Pusat kegiatan pertahanan dan
sebagai: keamanan negara;
a. Pusat perdagangan dan jasa; e. Pusat kegiatan pertanian; dan,
b. Pusat kegiatan industri; f. Pusat kegiatan pariwisata;
c. Pusat pelayanan sistem angkutan 5. RENIP Metropolitan Bandung
umum penumpang dan angkutan Raya Tahun 2015-2050
barang regional;
d. Pusat kegiatan pertanian; dan, Dokumen Rencana Indik Pengembangan
e. Pusat kegiatan pariwisata. (RENIP) Metropolitan Bandung Raya
merupakan hasil kajian Bappeda Provinsi
5) Kawasan Perkotaan Cicalengka, sebagai: Jawa Barat pada tahun 2016. Di dalam kajian
a. Pusat perdagangan dan jasa skala; ini, dirumuskan visi pengembangan Kawasan
b. Pusat kegiatan industri; Metropolitan Bandung Raya Tahun 2050
c. Pusat pelayanan sistem angkutan yaitu “Metropolitan Bandung Raya sebagai
umum penumpang dan angkutan Metropolitan Modern berbasis wisata
barang regional; perkotaan, industri kreatif, dan ilmu
d. Pusat kegiatan pertanian; dan, pengetahuan, teknologi, dan seni
e. Pusat kegiatan pariwisata; (IPTEKS)”. Visi ini diwujudkan melalui 4
6) Kawasan Perkotaan Majalaya-Ciparay, (empat) misi diantaranya:
sebagai:
1) Mewujudkan Metropolitan bandung Raya
a. Pusat perdagangan dan jasa skala
sebagai Metropolitan Modern;
regional;
b. Pusat pelayanan kesehatan Arah kebijakan sektor ekonomi pada
regional; misi ini adalah: pengembangan industri
c. Pusat kegiatan industri; kreatif sebagai basis industri utama;
d. Pusat pelayanan sistem angkutan pengembangan industri besar, kecil, dan
umum penumpang dan angkutan menengah yang ramah lingkungan;
barang regional; serta, penyusunan aturan pembatasam
e. Pusat kegiatan pertanian; dan, industri dengan tingkat polutan tinggi.
f. Pusat kegiatan pariwisata; 2) Meningkatkan sektor unggulan wisata
7) Kawasan Perkotaan Baleendah- perkotaan;
Dayeuhkolot-Bojongsoang, sebagai: Arah kebijakan sektor ekonomi pada
ii. Kawasan pendidikan tinggi; misi kedua ini adalah: pengembangan
iii. Pusat perdagangan dan jasa; wisata kreatif, edukatif, dan berwawasan
iv. Pusat kegiatan industri; lingkungan untuk meningkatkan lama
v. Pusat pelayanan sistem angkutan tinggal, pengeluaran wisatawan, dan
umum penumpang dan angkutan jumlah kunjungan di masa rendah
barang regional; kunjungan; pengembangan jalur wisata
vi. Pusat kegiatan pertahanan dan tematik yang menghubungkan wisata
keamanan negara; perkotaan dengan wisata budaya dan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 23
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
alam; serta, pengembangan riset pasar industri dan bila seluruh potensi sumber
secara berkesinambungan pada daya yang ada dimanfaatkan secara
kawasan-kawasan prioritas kabupaten/ maksimal dan berkelanjutan serta
kota di wilayah MBR. menumbuhkembangkan perekonomian yang
memiliki daya saing dengan berbasis sumber
3) Mewujudkan Metropolitan Bandung Raya
daya lokal melalui lembaga ekonomi
sebagai industri kreatif;
produktif (Koperasi, Bank Desa, BMT dan
Arah kebijakan sektor ekonomi pada
BUMDES dengan pola syariah maupun
misi ketiga ini adalah: pemetaan
konvensional), pemanfaatan potensi lokal
menyeluruh dan berkala terhadap
wilayah perdesaan (OVOP), dan optimalisasi
potensi usaha kreatif di wilayah MBR;
pemberdayaan masyarakat, makam akan
peningkatan kapasitas daya saing
berdampak pada peningkatan pertumbuhan
produk kreatif; serta, penataan mata
ekonomi daerah.
rantai industri kreatif berdasarkan
simpul dan klaster. Misi keenam ini merupakan penjabaran
dari visi Kerta Raharja yang memfokuskan
4) Mewujudkan Metropolitan Bandung Raya
pada pengembangan agribisnis, industri
sebagai Metropolitan Berbasis ilmu
manufaktur, pariwisata, jasa, perdagangan,
pengetahuan, teknologi, dan Seni
investasi daerah, pengurangan penganggur-
(IPTEKS);
an penduduk, pengurangan kemiskinan dan
Arah kebijakan sektor ekonomi pada penyediaan infrastruktur yang mendukung
misi keempat ini adalah: pengarahan
perekonomian daerah. Dari fokus tersebut
industri untuk menggunakan hasil riset; diharapkan dapat memperkuat perekonomi-
serta, penguatan jejaring penyedia dan
an daerah yang berdaya saing global dan
pengguna teknologi. berorientasi pada keunggulan kompetitif dan
komparatif dengan berbasis potensi lokal.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 24
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 25
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
Tabel 3.1 Keterkaitan visi, misi, dan arah kebijakan pada rencana pembangunan jangka panjang
di tingkat nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung
Visi “Indonesia yang “Dengan Iman dan Takwa, “Kabupaten Bandung yang
Mandiri, Maju, Adil Provinsi Jawa Barat Repeh, Rapih, Kerta
dan Makmur” Termaju di Indonesia” Raharja Tahun 2025”
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 26
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
Tabel 3.2 Keterkaitan visi, misi, dan arah kebijakan pada rencana pembangunan jangka
menengah di tingkat nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 27
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
3. RTRW Kabupaten Bandung Tahun bahan baku pertanian yaitu tanaman pangan,
2016-2036 hortikultura, perkebunan-an, kehutanan dan
perternakan menjadi leading sector untuk
RTRW Kabupaten Bandung tahun 2016-2036
diolah dan dikembangkan dalam pasokannya
diatur dalam Perda Kabupaten Bandung
bagi kebutuhan lokal, regional, nasional
Nomor 27 Tahun 2016. Penataan Ruang
bahkan internasional. Hal tersebut layak
wilayah Kabupaten Bandung
dikembangkan sebagai satuan pengembang-
Tahun 2016-2036 adalah: an agribisnis, dimana proses produksi dan
“Mewujudkan sinergitas dan kemandirian distribusi berjalan secara efisien sehingga
pembangunan wilayah Kabupaten mampu memberikan nilai tambah ekonomi
Bandung sebagai kawasan yang berdaya untuk kesejahteraan masyarakat, sekaligus
saing tinggi berbasiskan sumberdaya meningkatkan daya saing. Adapun bentuk
alam dan sumberdaya manusia melalui kegiatan mulai dari pembinaan dan
pemerataan pembangunan yang penyuluhan, pembibitan, penyiapan lahan,
berwawasan lingkungan.” budidaya, panen, proses pengolahan sampai
pemasaran, termasuk pusat penelitian,
Pengembangan perekonomian dijelas-
pemasaran dan agrowisata.
kan melalui makna sinergitas, kemandirian
pembangunan dan kawasan yang berdaya Kebijakan penataan ruang wilayah
saing tinggi. Hal ini berarti, memiliki kabupaten adalah arahan pengembangan
kemampuan dalam pengembangan kawasan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah
sentra produksi barang jadi khususnya tekstil daerah kabupaten guna mencapai tujuan
dan komoditas unggulan yang memanfaatkan penataan ruang wilayah kabupaten dalam
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 28
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
Tabel 3.3 Keterkaitan arah pemanfaatan ruang pada rencana tata ruang wilayah di tingkat
nasional, Jawa Barat dan Kabupaten Bandung
RTRW Kab. Pengembangan kawasan sentra produksi barang jadi khususnya tekstil dan
Bandung komoditas unggulan yang memanfaatkan bahan baku pertanian yaitu tanaman
(2016-2036) pangan, hortikultura, perkebunanan, kehutanan dan perternakan menjadi
leading sector untuk diolah dan dikembangkan dalam pasokannya bagi
kebutuhan lokal, regional, nasional bahkan internasional.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 29
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 30
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 31
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 32
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
komoditi yang terbagi kedalam 4 kawasan meliputi Bawang merah, Cabai dan Kentang.
yaitu 1) komoditi tanaman pangan yang 3) komoditi Tanaman Perkebunan Kopi dan
meliputi : Padi, Kedelai, Jagung dan Ubi Kayu. Teh. 4) komoditi Peternakan yaitu sapi perah
2) komoditi Tanaman Hortikultura yang dan domba.
Tabel 3.4 Arahan kawasan, target/sentra, strategi utama, serta klasifikasi pengembangan
pertanian di Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 33
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
analisis ini dapat diketahui bahwa Kota ditingkatkan kualitasnya. Hal yang perlu
Bandung khususnya Pasar Induk Caringin diperhatikan adalah dalam hal responden
menjadi wilayah pemasok penting bagi yang disurvey adalah distributor/agen serta
berbagai komoditas pangan di Kabupaten sebaiknya melibatkan toko modern. Selain
Bandung antara lain bawang merah, bawang itu, waktu pengumpulan data rutin 1 kali
putih, cabe merah tanjung, cabe merah rawit, dalam seminggu dan langsung diupdate ke
kedelai, daging sapi, daging ayam broiler, dalam aplikasi sigapass dan pangan yang
telur ayam ras, dan ikan mas. Selain dari Kota disurvey harus dipastikan mencakup seluruh
Bandung, komoditas ikan di Kabupaten komoditas yang telah ditentukan.
Bandung banyak didatangkan dari
2. Perdagangan
Purwakarta, Cianjur, Subang dan Bandung
Barat. Komoditas telur ayam ras banyak Salah satu dokumen kajian yang berkaitan
didatangkan dari Blitar. Adapun beras dengan sektor perdagangan adalah
banyak didatangkan dari Cianjur, Banjar, Distribusi perdagangan komoditas bahan
Banyuwangi, Cicalap, Cilegon, Jember, pokok dan bahan strategis yang disusun
Indramayu, Majalengka, Karawang, Garut, oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Tasikmalaya, dan Sumedang. Kabupaten Bandung pada tahun 2020.
Kegiatan ini bertujuan untuk; Memantau pola
Untuk menjamin kelancaran dan
distribusi perdagangan barang pokok dan
stabilitas pasokan pangan, Pemerintah
barang strategis di pasar dan Gudang
Kabupaten Bandung dapat menetapkan
(agen/pangkalan); Mengukur harga barang
mekanisme, tata cara dan jumlah maksimal
pokok dan barang strategis di pasar dan
penyimpanan Pangan Pokok oleh Pelaku
gudang untuk menghindari terjadinya
Usaha Pangan. Pelaku Usaha Pangan dilarang
gejolak harga dan disparitas harga yang
menimbun atau menyimpan pangan pokok
tinggi antar daerah/wilayah di Kabupaten
melebihi jumlah maksimal yang telah
Bandung; serta, Menyusun strategi
ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk
pengembangan pola distribusi perdagangan
melindungi pendapatan dan daya beli Petani,
dan penyaluran barang pokok dan barang
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku
strategis masyarakat Kab. Bandung.
Usaha Pangan mikro dan kecil, serta menjaga
keterjangkauan konsumen terhadap Pangan Hasil survei atas pola distribusi
Pokok. Mekanisme dan tata cara komoditas bahan pokok yang terdiri atas 10
penyimpanan pangan pokok oleh pelaku komoditas, yaitu meliputi : (1) beras; (2)
usaha pangan meliputi : minyak goreng; (3) gula pasir; (4) telur; (5)
daging ayam ras; (6) daging sapi; (7) bawang
a. Pendaftaran atau izin usaha
merah; (8) bawang putih; (9) cabe merah;
b. Pelaporan fasilitas penyimpanan pangan
dan (10) cabe rawit. Selain itu survei atas
pokok
komoditas barang strategis meliputi 2
c. Pelaporan penetapan secara berkala
komoditas, yaitu : (1) Gas; dan (2) Pupuk.
atau sewaktu-waktu mengenai jenis,
asal, dan jumlah pangan pokok yang Berdasarkan analisis data terkait pola
masuk dan keluar dari gudang, dan distribusi bahan pokok di Kabupaten
d. Pelaporan cakupan wilayah dan jumlah Bandung yang perlu mendapat perhatian:
pendistribusian pangan pokok yang
1) MPP (Margin Perdagangan dan
disimpan
Pengangkutan) tertinggi di atas 100
Berdasarkan kinerja pengumpulan data persen adalah komoditas bahan pokok
rantai pasok dan pemasaran pangan cabe rawit, cabe merah, bawang putih
Kabupaten Bandung pada tahun 2019, 50%, bawang merah 40%. Ketiga
kegiatan pengumpulan data di masa yang komoditas ini merupakan komoditas
akan datang harus diperbaiki dan hasil pertanian dan merupakan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 34
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 35
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 36
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
Tabel 3.5 Lokasi pengembangan destinasi wisata (DPD, KPPD dan KSPD) di Kab. Bandung
Kategori Destinasi
DPD a. DPD Soreang dan sekitarnya dengan pusat DPD Kecamatan Soreang;
b. DPD Pacira dengan pusat DPD Kecamatan Ciwidey;
a. DPD Pangalengan dengan pusat DPD Kecamatan Pangalengan;
b. DPD Majalaya dan sekitarnya dengan pusat DPD Kecamatan Majalaya;
c. DPD Cicalengka dan sekitarnya dengan pusat DPD Kecamatan Cicalengka;
d. DPD Cimenyan-Cilengkrang-Cileunyi dengan pusat DPD Kecamatan Cileunyi;
e. DPD Dayeuhkolot-Baleendah-Margacinta dengan pusat DPD Kecamatan
Dayeuhkolot.
KPPD i. KPPD Wisata Petualangan Alam Lamajang;
ii. KPPD Agrowisata Rekreatif Malabar;
iii. KPPD Ekowisata Hulu Sungai Citarum;
iv. KPPD Wisata Perkotaan Terpadu Majalaya;
v. KPPD Wisata Alam dan Sejarah Paseh;
vi. KPPD Wisata Kriya Rancaekek;
vii. KPPD Wisata Budaya Cileunyi;
viii. KPPD Wisata Budaya dan Sejarah Dayeuhkolot dan Baleendah
KSPD a. KSPD Wisata Perkotaan Terpadu Soreang;
b. KSPD Agrowisata dan Desa Wisata Ciwidey;
c. KSPD Wisata Alam Tirta Situ Patenggang;
d. KSPD Agrowisata Rancabali;
e. KSPD Seni dan Budaya Tradisional Sunda Jelekong;
f. KSPD Perairan Danau Situ Cileunca;
g. KSPD Geowisata Panas Bumi Kamojang;
h. KSPD wisata alam, dan Sejarah Kerajaan Kendan Cicalengka-Nagreg;
i. KSPD Geowisata Cimenyan-Cilengkrang-Cileunyi; dan
j. KSPD Wisata Alam, Budaya dan Sejarah Dayeuhkolot dan Baleendah.
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2018, dimodifikasi
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 37
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 38
Rencana dan Kebijakan Perekonomian
4. Gambaran Umum
Perekonomian Kabupaten
Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 39
https://www.tiket.com/to-do/kawah-putih-bandung-viva-wisata#gallery
Gambaran Umum Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 40
Gambaran Umum Perekonomian
Grafik 4.2 PDRB ADHK per Kapita Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2020
Dengan demikian dapat disimpulkan peringkat ke-5 di Jawa Barat), tetapi masih
bahwa kinerja ekonomi Kabupaten Bandung perlu ditingkatkan karena nilai PDRB per
dalam konstelasi regional Jawa Barat pada kapita-nya masih relatif rendah (di bawah
tahun 2020 telah memiliki pencapaian yang rata-rata dengan peringkat ke-13 di Jawa
cukup baik (di atas rata-rata dengan Barat).
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 41
Gambaran Umum Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 42
Gambaran Umum Perekonomian
Tabel 4.1 PDRB ADHK Kab. Bandung menurut sektor ekonomi tahun 2010-2020 (miliar rupiah)
Sektor ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020*
Pertanian, kehutanan dan
4.606 4.603 4.692 4.845 4.728 4.863 5.072 5.357 5.431 5.486 5.515
perikanan
Pertambangan dan
1.574 1.603 1.547 1.478 1.452 1.513 1.650 1.638 1.730 1.668 1.709
penggalian
Industri pengolahan 24.669 26.046 27.583 29.233 31.194 32.993 34.953 36.963 39.596 42.614 41.306
Pengadaan listrik dan gas 66 71 81 87 87 89 94 96 94 95 90
Pengadaan air,
pengelolaan sampah, 16 18 20 21 22 22 23 25 27 28 31
limbah dan daur ulang
Konstruksi 2.767 2.991 3.242 3.524 3.847 4.129 4.440 4.913 5.344 5.697 5.717
Perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil 6.490 7.054 7.609 8.216 8.681 9.138 9.677 10.222 10.694 11.124 10.590
dan sepeda motor
Transportasi dan
1.629 1.756 1.934 2.033 2.243 2.405 2.567 2.705 2.820 2.890 2.799
pergudangan
Penyediaan akomodasi
1.097 1.183 1.318 1.391 1.456 1.560 1.661 1.768 1.894 2.029 1.966
dan makan minum
Informasi dan
690 755 826 931 1.094 1.273 1.455 1.644 1.803 1.994 2.465
komunikasi
Jasa keuangan dan
316 345 376 412 428 461 511 531 558 574 607
asuransi
Real estate 568 607 658 673 712 767 834 918 1.015 1.113 1.109
Jasa perusahaan 219 223 239 255 268 292 317 343 373 405 348
Administrasi pemerintah,
pertahanan dan 1.212 1.238 1.288 1.334 1.382 1.459 1.502 1.516 1.544 1.593 1.491
jaminan sosial wajib
Jasa pendidikan 1.267 1.395 1.567 1.679 1.830 1.981 2.122 2.290 2.433 2.587 2.698
Jasa kesehatan dan
300 325 357 402 433 479 538 600 649 708 684
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 953 1.037 1.133 1.176 1.244 1.277 1.391 1.510 1.605 1.731 1.704
PDRB ADHK 2010 48.432 51.250 54.468 57.691 61.100 64.702 68.805 73.040 77.609 82.337 80.829
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 43
Gambaran Umum Perekonomian
Kemudian jika dilihat kontribusi masing- bahwa sektor ekonomi dengan kontribusi
masing sektor, sektor PDRB dengan rata-rata paling besar, dengan angka di atas rata-rata
kontribusi paling besar dari tahun 2010- kontribusi sektor ekonomi di Kabupaten
2020 ialah sektor industri pengolahan Bandung (5,88%), ialah sektor industri
(50,97%); sektor perdagangan besar dan pengolahan yang mencapai 51,1%, kemudian
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sektor perdagangan besar dan eceran,
(13,81%); serta sektor pertanian, kehutanan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar
dan perikanan (7,82%). Kondisi tersebut 13,1%; sektor konstruksi sebesar 7%; serta
juga tercermin PDRB ADHK Kabupaten sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
Bandung tahun 2020, yang menunjukkan sebesar 6,8%.
Grafik 4.4 Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB ADHK Kab. Bandung tahun 2020
Jika dilihat dari laju pertumbuhan setiap Untuk laju pertumbuhan pada tahun
sektor, sektor industri pengolahan 2020, yang mana kondisi ekonomi
merupakan sektor dengan peningkatan dipengaruhi oleh pandemi, terdapat 7 sektor
nominal paling tinggi selama tahun 2011- yang memiliki pertumbuhan positif, dan
2020, yaitu sebanyak 16,6 triliun rupiah, hanya 4 sektor yang mengalami kenaikan
tetapi hanya mengalami pertumbuhan total dari tahun 2019 yaitu: sektor informasi dan
sebesar 67,4%, atau rata-rata 5,3% per komunikasi yang tumbuh 23,61% pada tahun
tahun. Sedangkan sektor dengan 2020 dari sebelumnya 10,61% pada tahun
pertumbuhan paling tinggi adalah sektor 2019; sektor pengadaan air, pengelolaan
informasi dan komunikasi yang memiliki sampah, limbah dan daur ulang yang tumbuh
total pertumbuhan mencapai 257,1%, atau 10,22% dari sebelumnya 4,07%; sektor jasa
rata-rata 13,7% per tahun, yang juga keuangan dan asuransi yang tumbuh 5,72%
merupakan satu-satunya sektor yang dari sebelumnya 2,91%; serta sektor
mencapai angka pertumbuhan rata-rata di pertambangan dan penggalian yang tumbuh
atas 10%. 0,43% dari sebelumnya -1,63%.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 44
Gambaran Umum Perekonomian
Grafik 4.5 Laju pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2011-2020
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 45
Gambaran Umum Perekonomian
Tabel 4.2 Perbandingan rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor ekonomi di
Kabupaten Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2020
Tabel 4.3 Tipologi sektor ekonomi Kab. Bandung terhadap Jawa Barat tahun 2010-2020
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 46
Gambaran Umum Perekonomian
Secara umum dapat disimpulkan bahwa basis atau leading sector dalam
pada kurun waktu 2010-2020 relatif pembangunan ekonomi. Sektor basis adalah
terhadap Jawa Barat, Kabupaten Bandung sektor yang dapat memenuhi kebutuhan
memiliki keunggulan pada sektor ekonomi lokal sehingga mampu melakukan kegiatan
yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber ekspor.
daya alam atau sektor primer seperti
Analisis LQ dilakukan dengan membagi
pertambangan penggalian, industri
nilai perbandingan antara jumlah PDRB per
pengolahan, serta pertanian kehutanan dan
sektor di Kabupaten Bandung terhadap total
perikanan. Kabupaten Bandung juga unggul
PDRB Kabupaten Bandung dengan nilai
di sebagai sektor sebagian sekunder dan
perbandingan antara jumlah PDRB per sektor
tersier, terutama yang berkaitan dengan
provinsi Jawa Barat terhadap total PDRB
pelayanan publik seperti pemerintahan,
provinsi Jawa Barat. Hasilnya adalah sebuah
pendidikan dan kesehatan.
nilai LQ yang mana jika nilai LQ sektor >1,
2. Analisis Location Quotient (LQ) maka sektor tersebut merupakan sektor
dan Dynamic LQ (DLQ) basis, sedangkan bila LQ = 1, maka produk
domestik bruto habis dikonsumsi di daerah
Analisis LQ dilakukan untuk mengetahui
tersebut, sedangkan bila LQ sektor < 1, maka
tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi,
sektor tersebut merupakan sektor non-basis.
serta memberikan gambaran terkait sektor
Tabel 4.4 Hasil analisis LQ sektor ekonomi Kab. Bandung terhadap Jawa Barat 2010-2020
Rata-
Sektor ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
rata
Pertanian, kehutanan dan
0,97 0,98 1,00 0,99 0,96 0,98 0,96 0,99 0,98 0,95 0,93 0,97
perikanan
Pertambangan dan
0,98 1,04 1,07 1,04 1,00 1,03 1,13 1,13 1,24 1,24 1,29 1,09
penggalian
Industri pengolahan 1,14 1,15 1,17 1,16 1,17 1,17 1,18 1,18 1,18 1,21 1,21 1,17
Pengadaan listrik dan gas 0,23 0,26 0,27 0,27 0,26 0,28 0,28 0,32 0,32 0,32 0,33 0,28
Pengadaan air,
pengelolaan sampah, 0,42 0,45 0,47 0,47 0,45 0,44 0,43 0,42 0,43 0,43 0,42 0,44
limbah dan daur ulang
Konstruksi 0,82 0,79 0,75 0,76 0,78 0,78 0,80 0,81 0,81 0,81 0,86 0,79
Perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil 0,87 0,88 0,85 0,88 0,89 0,90 0,90 0,90 0,90 0,86 0,89 0,88
dan sepeda motor
Transportasi dan
0,82 0,79 0,80 0,80 0,82 0,80 0,78 0,77 0,76 0,74 0,74 0,78
pergudangan
Penyediaan akomodasi
0,95 0,96 1,00 1,01 0,99 0,98 0,95 0,92 0,91 0,90 0,92 0,95
dan makan minum
Informasi dan komunikasi 0,62 0,56 0,56 0,58 0,57 0,57 0,56 0,57 0,56 0,57 0,52 0,57
Jasa keuangan dan
0,29 0,30 0,30 0,30 0,29 0,29 0,29 0,29 0,29 0,28 0,30 0,29
asuransi
Real estate 1,08 1,04 1,04 1,02 1,02 1,03 1,05 1,05 1,05 1,04 1,01 1,04
Jasa perusahaan 1,23 1,14 1,14 1,14 1,11 1,10 1,10 1,09 1,08 1,07 1,12 1,12
Administrasi pemerintah,
pertahanan dan 0,96 1,02 1,02 1,07 1,10 1,09 1,08 1,04 1,03 1,01 1,01 1,04
jaminan sosial wajib
Jasa pendidikan 1,32 1,28 1,25 1,24 1,17 1,14 1,13 1,11 1,11 1,11 1,08 1,18
Jasa kesehatan dan
1,05 1,06 1,07 1,13 1,05 1,01 1,02 1,05 1,04 1,03 1,05 1,05
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 1,18 1,12 1,13 1,10 1,06 0,99 0,98 0,96 0,96 0,95 0,96 1,04
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 47
Gambaran Umum Perekonomian
Secara sederhana, jika melihat Tabel 4.3 Berdasarkan hasil analisis LQ yang
pada halaman sebelumnya, hasil analisis LQ, dilakukan, dapat dilihat bahwa, dari 8
dengan nilai LQ >1, merupakan baris pertama (delapan) sektor basis, terdapat 7 (tujuh)
pada tabel, atau sektor basis merupakan sektor yang hampir secara konsisten dari
sektor yang berada pada kategori sektor tahun 2010 sampai tahun 2020 memiliki nilai
maju dan tumbuh pesat (prima) serta sektor LQ > 1, terdapat satu yang sektor yang
maju tapi tertekan. Analisis LQ dilakukan memiliki kecenderungan penurunan yaitu
untuk menggali lebih dalam mengenai nilai sektor jasa lainnya, serta 2 (dua) sektor yang
LQ dan peringkat dari sektor basis serta non- sempat menjadi sektor basis yaitu sektor
basis. Data yang digunakan pada analisis ini pertanian kehutanan dan perikanan satu kali
adalah PDRB ADHK tahun 2010-2020, pada tahun 2012, serta sektor penyediaan
sehingga nilai LQ yang diperoleh merupakan akomodasi makan dan minum dua kali pada
nilai rata-rata dari tahun 2010-2020. tahun 2012-2013.
Tabel 4.5 Peringkat sektor ekonomi Kab. Bandung hasil analisis LQ tahun 2010-2020
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 48
Gambaran Umum Perekonomian
Tabel 4.6 Hasil analisis DLQ sektor ekonomi Kab. Bandung terhadap Jawa Barat 2010-2020
Rata-
Sektor ekonomi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
rata
Pertanian, kehutanan dan
1,014 1,021 0,992 0,966 1,019 0,980 1,031 0,988 0,975 0,974 0,999
perikanan
Pertambangan dan
1,061 1,034 0,972 0,960 1,029 1,094 1,006 1,095 1,001 1,041 1,028
penggalian
Industri pengolahan 1,006 1,015 0,993 1,007 1,005 1,005 0,996 1,003 1,023 1,004 1,006
Pengadaan listrik dan gas 1,116 1,052 1,005 0,933 1,094 1,006 1,146 0,977 1,011 1,021 1,038
Pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur 1,077 1,044 0,994 0,963 0,972 0,977 0,985 1,010 1,000 0,989 1,003
ulang
Konstruksi 0,957 0,959 1,009 1,027 1,000 1,017 1,024 0,999 0,998 1,065 0,999
Perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil 1,011 0,967 1,030 1,015 1,007 1,008 1,003 0,989 0,956 1,039 0,998
dan sepeda motor
Transportasi dan
0,972 1,006 1,006 1,018 0,974 0,974 0,997 0,984 0,976 0,995 0,990
pergudangan
Penyediaan akomodasi dan
1,014 1,044 1,011 0,980 0,983 0,968 0,974 0,985 0,990 1,019 0,994
makan minum
Informasi dan komunikasi 0,902 0,990 1,037 0,993 0,993 0,994 1,002 0,999 1,002 0,913 0,990
Jasa keuangan dan asuransi 1,032 1,005 0,979 0,988 0,994 0,985 0,996 0,999 0,997 1,039 0,997
Real estate 0,965 1,002 0,975 1,005 1,013 1,014 1,000 1,002 0,992 0,972 0,996
Jasa perusahaan 0,928 0,995 0,997 0,974 0,997 0,999 0,991 0,993 0,987 1,044 0,985
Administrasi pemerintah,
pertahanan dan jaminan 1,058 1,000 1,055 1,023 0,993 0,993 0,957 0,997 0,974 1,000 1,005
sosial wajib
Jasa pendidikan 0,966 0,982 0,988 0,945 0,975 0,989 0,985 1,000 1,001 0,972 0,981
Jasa kesehatan dan Kegiatan
1,004 1,009 1,062 0,922 0,961 1,019 1,022 0,997 0,987 1,015 0,998
Sosial
Jasa lainnya 0,947 1,013 0,966 0,965 0,935 0,995 0,982 0,991 0,996 1,006 0,977
Tabel 4.7 Peringkat sektor ekonomi Kab. Bandung hasil analisis DLQ tahun 2010-2020
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 49
Gambaran Umum Perekonomian
Tabel 4.8 Klasifikasi sektor berdasarkan hasil analisis LQ dan DLQ tahun 2010-2020
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 50
Gambaran Umum Perekonomian
Tabel 4.9 Hasil analisis shift share Kabupaten Bandung tahun 2010-2020
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 51
Gambaran Umum Perekonomian
Tabel 4.10 Peringkat sektor ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2010-2020 berdasarkan
komponen pada analisis shift share
PR PP
1. Industri Pengolahan; 1. Informasi dan Komunikasi;
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi 2. Jasa Pendidikan;
Mobil dan Sepeda Motor; 3. Konstruksi;
3. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; 4. Jasa Lainnya;
4. Konstruksi; 5. Transportasi dan Pergudangan;
5. Transportasi dan Pergudangan; 6. Real Estate;
6. Pertambangan dan Penggalian; 7. Penyediaan Akomodasi dan Makan
7. Jasa Pendidikan; Minum;
8. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan 8. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial;
Jaminan Sosial Wajib; 9. Jasa Keuangan dan Asuransi;
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 10. Jasa Perusahaan;
Minum; 11. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
10. Jasa Lainnya; Limbah dan Daur Ulang;
11. Informasi dan Komunikasi; 12. Pengadaan Listrik dan Gas;
12. Real Estate; 13. Perdagangan Besar dan Eceran,
13. Jasa Keuangan dan Asuransi; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
14. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; 14. Administrasi Pemerintah, Pertahanan
15. Jasa Perusahaan; dan Jaminan Sosial Wajib;
16. Pengadaan Listrik dan Gas; 15. Pertambangan dan Penggalian;
17. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 16. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
Limbah dan Daur Ulang. 17. Industri Pengolahan.
PPW Y
1. Industri Pengolahan; 1. Industri Pengolahan;
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi 2. Perdagangan Besar dan Eceran,
Mobil dan Sepeda Motor; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
3. Konstruksi; 3. Konstruksi;
4. Pertambangan dan Penggalian; 4. Informasi dan Komunikasi;
5. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan 5. Jasa Pendidikan;
Jaminan Sosial Wajib; 6. Transportasi dan Pergudangan;
6. Jasa Keuangan dan Asuransi; 7. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
7. Pengadaan Listrik dan Gas; 8. Penyediaan Akomodasi dan Makan
8. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Minum;
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 9. Jasa Lainnya;
Minum; 10. Real Estate;
10. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial;
Limbah dan Daur Ulang; 12. Jasa Keuangan dan Asuransi;
11. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; 13. Administrasi Pemerintah, Pertahanan
12. Jasa Perusahaan; dan Jaminan Sosial Wajib;
13. Real Estate; 14. Jasa Perusahaan;
14. Transportasi dan Pergudangan; 15. Pertambangan dan Penggalian;
15. Jasa Lainnya; 16. Pengadaan Listrik dan Gas;
16. Informasi dan Komunikasi; 17. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
17. Jasa Pendidikan. Limbah dan Daur Ulang.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 52
Gambaran Umum Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 53
Gambaran Umum Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 54
Gambaran Umum Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 55
Gambaran Umum Perekonomian
Total Impor tersebut terdiri dari 86,71% merupakan produk-produk dari kelompok
untuk kelompok barang dan 13,29% untuk Industri Pengolahan. Untuk pembentukan
produk dari kelompok jasa. Produk barang modal tetap bruto (PMTB) Indonesia pada
dan jasa dari kelompok Industri Pengolahan tahun 2016 senilai Rp 4139 triliun, dengan
paling banyak diimpor untuk memenuhi komposisi 5,82% dari kelompok pengolahan;
permintaan dari Industri Pengolahan serta 2,54% dari kelompok produk lainnya.
(76,96%). Total Permintaan antara Indonesia
Berdasarkan total nilai kompensasi
pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 10.789
tenaga kerja 2016, tiga kelompok produk
triliun. Dari total tersebut, produk pada
yang paling besar memberikan kontribusi
kelompok Industri Pengolahan mempunyai
terhadap penciptaan kompensasi tenaga
kontribusi terbesar yaitu 47,88% dimana
kerja yaitu pada kelompok Industri
produk dari kelompok tersebut banyak
Pengolahan (19,19%); Perdagangan Besar
digunakan sebagai bahan baku dalam proses
dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
produksi, disusul produk dari kelompok
Motor (15,12%); serta Pertanian, Kehutanan,
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar
dan Perikanan (12,59%). Produk yang paling
13,07% serta kelompok Pertambangan dan
besar menghasilkan usaha bruto juga
Penggalian sebesar 8,38%.
didominasi oleh tiga sektor tersebut, yaitu
Menurut total permintaan akhir produk pada kelompok Industri Pengolahan
berdasarkan Tabel I-O Indonesia pada tahun (22,61%); Perdagangan Besar dan Eceran,
2016 adalah sebesar Rp 7.120 triliun. Dari dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
total konsumsi tersebut, 44,18% barang dan (13,21%); serta Pertanian, Kehutanan, dan
jasa yang dikonsumsi rumah tangga Perikanan (12,18%).
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 56
Gambaran Umum Perekonomian
Sektor Industri Pengolahan sangat Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
sentral bagi perekonomian nasional, Mobil dan Sepeda Motor. Tiga sektor ini juga
merupakan sektor dengan kontribusi merupakan sektor terpilih yang menjadi
terbesar, selain itu merupakan sektor dengan unggulan berdasarkan kajian ini.
permintaan impor tertinggi, diikuti sektor
Berdasarkan tabel koefisien input
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Tiga
domestik, sektor pertanian, kehutanan, dan
sektor yang menjadi penghasil usaha bruto
perikanan mendapatkan nilai input tertinggi
didominasi oleh tiga sektor, yaitu Industri
dari sektor industri pengolahan, sebesar
Pengolahan, menyusul Pertanian, Kehutanan,
0,04915, artinya, untuk menghasilkan Rp 1
dan Perikanan dan terakhir sektor
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 57
Gambaran Umum Perekonomian
nilai output sektor pertanian, kehutanan dan untuk sektor industri pengolahan, yaitu
perikanan, dibutuhkan bahan baku (input sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan,
antara) senilai Rp 0.04915 dari sektor sektor pertambangan dan penggalian,
pertanian, kehutanan dan perikanan itu industri pengolahan, perdagangan besar dan
sendiri. Sektor Industri pengolahan juga eceran, transportasi dan pergudangan, dan
mendukung Rp 0.0875 terhadap Rp 1 unit jasa keuangan dan asuransi.
output, sektor industri merupakan sektor
Sama halnya dengan sektor pertanian,
pendukung tertinggi untuk sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, koefisien input
kehutanan, dan perikanan. Terdapat 4 sektor
sektor perdagangan besar dan eceran;
yang termasuk kategori tinggi (di atas rata-
reparasi mobil dan sepeda motor
rata) untuk nilai input terhadap output
mendapatkan nilai input tertinggi dari sektor
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan,
industri pengolahan, sebesar 0,06545,
yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan
artinya, untuk menghasilkan Rp 1 nilai
perikanan itu sendiri, industri pengolahan,
output sektor pertanian, kehutanan dan
perdagangan eceran; reparasi mobil dan
perikanan, dibutuhkan bahan baku (input
sepeda motor dan jasa keuangan dan
antara) senilai Rp 0.06545. Terdapat 7 sektor
asuransi. Kategorisasi kontribusi tinggi
yang termasuk kategori tinggi (di atas rata-
dilihat dari koefisien yang lebih tinggi dari
rata) untuk nilai input terhadap output
rata-rata.
sektor ini, diantaranya industri pengolahan,
Sementara itu, sektor industri didukung perdagangan eceran; reparasi mobil dan
tertinggi oleh sektor pengolahan itu sendiri sepeda motor sendiri, sektor transportasi
dan sektor pertanian, kehutanan, dan dan pergudangan, sektor penyedia informasi
perikanan. Rp 1 unit output berasal dari Rp dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan
0.12810 dari sektor pertanian, kehutanan asuransi, dan sektor real estate. Perhitungan
dan perikanan dan Rp 0.18007 oleh sektor ini bisa memperlihatkan keterkaitan antar
industri pengolahan itu sendiri. Beberapa sektor, terutama antara 3 sektor.
sektor yang memiliki kontribusi input tingggi
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 58
Gambaran Umum Perekonomian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 59
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
5.1 Analisis Potensi Sektor Pertanian dengan nilai rata-rata 5,02 triliun rupiah.
Tetapi di sisi lain, kontribusi sektor A
Analisis ini menjelaskan kinerja PDRB,
terhadap PDRB Kabupaten Bandung, justru
potensi, serta analisis keterkaitan spasial dari
cenderung mengalami penurunan setiap
potensi sektor pertanian.
tahunnya, dan mencapai nilai terendah
1. Kinerja PDRB Sektor Pertanian 6,68% pada tahun 2019 dengan rata-rata
kontribusi 7,82%. Sedangkan laju
Berdasarkan data PDRB ADHK menurut
pertumbuhan sektor A cenderung naik turun
lapangan usaha di Kabupaten Bandung
dengan angka pertumbuhan tertinggi dicapai
Tahun 2010-2020, sektor pertanian,
pada tahun 2017 yaitu 5,62%, dan terendah
kehutanan dan perikanan (sektor A) Nilai
pada tahun 2014 yaitu -2,40%, serta rata-rata
PDRB sektor A mengalami kenaikan setiap
pertumbuhan 1,84%:
tahunnya, kecuali pada tahun 2011 dan 2014,
Tabel 5.1 Kinerja PDRB ADHK sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap PDRB
ADHK Kabupaten Bandung tahun 2010-2020
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 60
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Aspek lain yang dapat ditinjau adalah Kecamatan Ciwidey (8,98%), dan Kecamatan
kinerja sektor pertanian, kehutanan dan Kertasari (6,08%). Selain itu, jika
perikanan pada tingkat Kecamatan. Data dijumlahkan maka setengah dari total PDRB
terkini yang diperoleh adalah PDRB ADHB sektor A dapat dipenuhi oleh 8 kecamatan
berdasarkan sektor ekonomi per kecamatan dengan peringkat tertinggi. Hal tersebut
tahun 2016. Sebaran kontribusi PDRB sektor mengindikasikan bahwa potensi sektor
A menunjukkan bahwa PDRB paling tinggi pertanian memiliki kecenderungan ber-
terdapat di Kecamatan Pangalengan (9,10%), kelompok pada beberapa kecamatan.
Gambar 5.1 Peta sebaran PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan per kecamatan di
Kabupaten Bandung tahun 2016
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 61
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Setelah diperoleh nilai produksi hasil tertentu berada di atas rata-rata Kabupaten,
pertanian per kecamatan untuk setiap sub- digolongkan sebagai kecamatan dengan sub-
sektor, kemudian dilakukan proses sektor unggulan tersebut pada tingkat
penentuan sub-sektor unggulan. Kecamatan Kabupaten. Hasilnya menunjukkan jika suatu
yang memiliki nilai produksi sub-sektor kecamatan dapat memiliki lebih dari satu
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 62
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
sampai tujuh, atau sama sekali tidak Pada setiap tabel dijelaskan nilai produksi
memiliki, sub-sektor unggulan pertanian. per komoditas, nilai produksi per kecamatan,
serta kecamatan yang menjadi lokasi dari
Tabel 5.3 pada halaman berikutnya,
sub-sektor unggulan yang dimaksud. Tabel
hingga Tabel 5.9, menjelaskan mengenai hasil
5.10, merangkum sub-sektor unggulan
perhitungan nilai produksi masing-masing
pertanian yang dimiliki oleh setiap
sub-sektor pertanian mulai dari tanaman
kecamatan, serta jumlah keseluruhan sub-
pangan (5.3), perkebunan (5.4), peternakan
sektor unggulan pertanian yang ada dan
(5.5), biofarmaka (5.6), perikanan (5.7),
tersebar pada setiap kecataman di Kabupaten
hortikultura (5.8) dan buah-buahan (5.9).
Bandung.
Tabel 5.3 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor tanaman pangan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 63
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Tabel 5.4 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor perkebunan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
Tabel 5.5 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor peternakan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 64
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Tabel 5.6 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor biofarmaka menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 65
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Tabel 5.7 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor perikanan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 66
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Tabel 5.8 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor hortikultura menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
Tabel 5.9 Hasil perhitungan nilai produksi sub-sektor buah-buahan menurut kecamatan di
Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 67
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 68
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 69
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Gambar 5.3 Peta pertampalan sebaran potensi sub-sektor pertanian dengan PDRB sektor A
Grafik 5.2 Hasil pengolahan spatial autorrelation global dari PDRB pertanian per Kecamatan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 70
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Gambar 5.4 Peta hasil analisis local spatial autocorrelation dari PDRB pertanian
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 71
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Gambar 5.5 Peta pertampalan hasil Local Moran's I PDRB A dengan sebaran potensi sub-sektor
pertanian di Kabupaten Bandung
Tabel 5.11 Kinerja PDRB sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 72
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Dapat dilihat bahwa nilai PDRB sektor C 2012 (50,64%). Pertumbuhan sektor C,
mengalami peningkatan setiap tahunnya. memiliki nilai rata-rata 5,33%, dengan angka
Sektor C berkontribusi hampir setengah dari paling tinggi dicapai pada 2019 dengan
PDRB Kabupaten Bandung, dan pada tahun 7,49%. Pada 2020, kinerja sektor industri
2019 memiliki kontribusi paling besar dipengaruhi oleh pandemi dan mengalami
mencapai 51,8%, dan terendah pada tahun pertumbuhan negatif sebesar -3,27%.
Gambar 5.6 Peta sebaran kontribusi PDRB sektor industri pengolahan per kecamatan di
Kabupaten Bandung tahun 2016
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 73
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Berdasarkan data industri tahun 2018 tekstil, serta pakaian dan sepatu. Selain itu,
tersebut, secara umum dapat disimpulkan industri makanan dan minuman juga
bahwa industri yang ada di Kabupaten berkontribusi cukup tinggi dalam nilai
Bandung didominasi oleh jenis industri produksi industri Kabupaten Bandung. Meski
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 74
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
demikian, jika dilihat hasil perhitungan nilai sintesis sebaran sub-sektor industri
produksi per satuan industri, angka paling unggulan per kecamatan pada Tabel 5.14 di
tinggi terdapat pada Industri Kertas, Barang halaman selanjutnya. Pada Tabel 5.13 dapat
dari Kertas dan Sejenisnya, serta Industri dilihat nilai produksi dari masing-masing
Peralatan Listrik. Keduanya memiliki jumlah kelas industri di setiap kecamatan, serta total
industri yang relatif sedikit. Hal ini nilai produksi industri unggulan di setiap
menunjukkan bahwa kedua industri tersebut kecamatan. Pada Tabel 5.14 merangkum
tergolong industri padat karya. lokasi kelas industri unggulan berdasarkan
kecamatan, serta jumlah industri unggulan di
Hasil perhitungan nilai produksi per
masing-masing kecamatan.
kecamatan disampaikan pada Tabel 5.13 dan
Tabel 5.13 Total nilai produksi kelas industri berdasarkan kecamatan di Kab. Bandung (2018)
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 75
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 76
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Gambar 5.8 Peta pertampalan sebaran potensi sub-sektor industri dengan sebaran PDRB
sektor C
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 77
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Grafik 5.4 Hasil pengolahan global spatial autorrelation dari PDRB sektor industri per
Kecamatan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 78
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Keterkaitan spasial dari PDRB sektor sektor C), secara positif dan spasial memiliki
industri pengolahan diantara 31 Kecamatan keterkaitan antar kecamatan. Selanjutnya
di Kabupaten Bandung, seperti yang untuk mengidentifikasi klaster dari
ditampilkan pada gambar di atas, bernilai keterkaitan spasial PDRB sektor C, maka
lebih dari 1 (positif) berdasarkan dilakukan analisis Anselin Local Moran’s I
perhitungan Global Moran’s I. Nilai Indeks dengan menggunakan GIS. Gambar 5.9
Moran ialah 0,226613 dan nilai z-score menunjukkan hasil perhitungan Anselin Local
2,351359 (p=0,018705), hal ini meng- Moran’s I untuk PDRB sektor industri pada 31
indikasikan bahwa nilai PDRB industri (PDRB Kecamatan di Kabupaten Bandung.
Gambar 5.9 Peta hasil analisis Local Moran's I PDRB sektor industri
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 79
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Gambar 5. 10 Peta pertampalan hasil Local Moran's I PDRB C dengan sebaran potensi sub-
sektor industri di Kabupaten Bandung
Tabel 5.15 Kinerja PDRB sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor terhadap PDRB Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 80
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Dapat dilihat bahwa nilai PDRB sektor G paling besar hingga mencapai 14,24%, dan
mengalami peningkatan setiap tahunnya, kontribusi terendah terdapat pada tahun
kecuali pada tahun 2020 karena terdampak 2020 imbas pandemi COVID-19.
pandemi COVID-19. Di sisi lain, sektor G Pertumbuhan sektor G, memiliki nilai rata-
berkontribusi rata-rata sebesar 13,81% rata 5,07%, dengan pertumbuhan tertinggi
terhadap total PDRB Kabupaten Bandung, pada tahun 2011 (8,69%) dan terendah pada
dan pada tahun 2013 memiliki kontribusi tahun 2020 (-3,78%).
Gambar 5.11 Peta sebaran kontribusi PDRB sektor perdagangan (G) per kecamatan di
Kabupaten Bandung tahun 2016
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 81
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Kemudian jika dilihat kontribusi PDRB 3) Pasar Raharja Plaza Dayeuh Kolot
sektor C per kecamatan, nilai paling tinggi Pasar Raharja Plaza Dayeuhkolot
terdapat di Kecamatan Baleendah (12,7%), Kabupaten Bandung berdiri sejak tahun
Kecamatan Majalaya (11,2%), dan 2007 dan memiliki jumlah pedagang
Kecamatan Margaasih (7,8%). Sebaran aktif saat ini: Kios 180-200 unit. Luas
kecamatan dengan nilai PDRB sektor G tinggi bangunan 4.000 m2. Lahan milik pemda.
cenderung berada di bagian Utara Kabupaten Cakupan pelayanan terdiri dari 4
Bandung yang berbatasan dengan Kota kecamatan: Dayeuhkolot, Baleendah,
Bandung di bagian Selatan, kecuali Bojongsoang, Ciparay. Jumlah penduduk
Kecamatan Pangalengan yang memiliki nilai layanan +702.013. Omset harian rata-
yang cukup tinggi tetapi berada di bagian rata Rp 1.000.000,- per pedagang.
Selatan Kabupaten Bandung.
4) Pasar Baru Majalaya
2. Potensi Sektor Perdagangan Pasar Baru Majalaya Kabupaten
Bandung berdiri sejak tahun 1818 dan
Berdasarkan kajian distribusi perdagangan
memiliki jumlah pedagang aktif saat ini:
dan komoditas bahan pokok dan barang
Kios 367 unit; Los 114 unit; Lapak 200
strategis yang dilakukan oleh Dinas
unit. Total pedagang aktif: 681 unit. Luas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
bangunan 13.265 m2. Lahan milik
Bandung pada tahun 2020, Kabupaten
pemda. Cakupan pelayanan terdiri dari 4
Bandung memiliki 9 lokasi pasar Pemerintah
kecamatan: Majalaya, Paseh, Ibun,
Kabupaten Bandung, yaitu Pasar Sehat
Solokan Jeruk. Jumlah penduduk layanan
Sabilulungan, antara lain sebagai berikut:
+472.802. Omset harian rata-rata Rp
1) Pasar Margahayu 1.500.000,- per pedagang.
Pasar margahayu Kabupaten Bandung 5) Pasar Sehat Cileunyi
berdiri sejak tahun 1984 jumlah
Pasar Sehat Cileunyi Kabupaten
pedagang saat ini: Kios 90 unit; Lapak 21
Bandung memiliki jumlah pedagang aktif
unit; Kaki lima 40 unit; Total pedagang
saat ini: Kios 141 unit; Los 121 unit; Kaki
151 unit. Luas bangunannya 3.000 m 2.
lima 91 unit. Total pedagang aktif: 353
Lahan milik pemda. Cakupan pelayanan
unit. Luas tanah 4.497 m2. Tanah milik
terdiri dari 2 kecamatan; Margahayu,
pemda. Cakupan pelayanan terdiri dari 4
Marga asih. Jumlah penduduk layanan
kecamatan: Cileunyi, Rancaekek, Cibiru,
+289.840. Omset perhari rata-rata Rp 2
Jatinangor Sumedang. Jumlah penduduk
juta s.d. 10 juta.
layanan +356.791. Omset harian rata-
2) Pasar Ciwidey rata Rp 1.500.000,- per pedagang.
Pasar Ciwidey Kabupaten Bandung 6) Pasar Cicalengka
berdiri sejak tahun 1997/1998 dan
Pasar Cicalengka Kabupaten Bandung
memiliki jumlah pedagang aktif saat ini
berdiri sejak tahun 1986 dan memiliki
mencapai: Kios 903 unit; Lapak 362 unit;
jumlah pedagang aktif saat ini: Kios 864
Kaki lima 65 unit. Total pedagang aktif:
unit; Los 1.011 unit; Lapak 151 unit.
1.330 unit. Luas bangunan 8.292 m2 yang
Total pedagang aktif: 2.026 unit. Luas
merupakan lahan milik pemda. Cakupan
bangunan 5.460 m2. Lahan milik pemda.
pelayanan terdiri dari beberapa
Cakupan pelayanan terdiri dari
kecamatan: Kecamatan Ciwidey, Pasir
beberapa kecamatan: Cicalengka,
Jambu, Rancabali, serta beberapa
Nagreg, Beberapa Kecamatan di
kecamatan di Kabupaten Cianjur. Total
Kabupaten Sumedang. Jumlah
memiliki jumlah penduduk layanan
penduduk layanan +250.000. Omset
+227.704 jiwa dengan Omset harian
harian rata-rata Rp 1.000.000,- per
rata-rata Rp 1.000.000,- per pedagang.
pedagang.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 82
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Gambar 5.12 Peta sebaran lokasi pasar milik pemerintah daerah di Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 83
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Sedangkan jika dilakukan pertampalan itu, lima pasar yang lokasinya relatif
antara peta sebaran lokasi pasar dengan berdekatan, juga terletak di wilayah dengan
sebaran PDRB sektor G, dapat dilihat pada nilai PDRB sektor G yang juga tinggi. Meski
Gambar 5.13 bahwa sebagian besar pasar demikian, terdapat juga pasar yang terletak
terletak di kecamatan yang memiliki nilai di lokasi dengan nilai PDRB sektor G yang
PDRB sektor G yang juga tinggi; seperti relatif rendah seperti di Kecamatan Banjaran,
Kecamatan Majalaya dan Baleendah. Selain Ciwidey, Cileunyi, dan Cicalengka,
Gambar 5.13 Peta pertampalan sebaran lokasi pasar Pemda dengan sebaran PDRB sektor G
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 84
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Grafik 5.6 Hasil pengolahan global spatial autorrelation dari PDRB sektor perdagangan per
Kecamatan
Gambar 5.14 Peta hasil analisis Local Moran's I PDRB sektor perdagangan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 85
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Hasil perhitungan analisis Local Morans’ Sedangkan jika dilakukan overlay peta
Index menunjukkan bahwa terdapat 3 hasil analisis local moran’s index PDRB
kecamatan yang termasuk ke dalam klaster sektor G, dengan sebaran potensi pasar (lihat
tinggi-tinggi (HH Cluster) yaitu Kecamatan Gambar 5.15), dapat dilihat bahwa terdapat
Dayeuhkolot, Margahayu dan Katapang, dua pasar yang terletak di dalam lokasi
keduanya berada di bagian Utara Kabupaten klaster tinggi-tinggi yaitu Pasar Margahayu
Bandung berbatasan dengan Kota Bandung dan Pasar Raharja Plaza Dayeuhkolot. Selain
bagian Selatan. Terdapat juga kategori itu, lokasi pusat klaster juga relatif
klaster rendah-rendah (LL Cluster) di berdekatan dengan tiga pasar lainnya yaitu
Kecamatan Cimenyan, sebelah Utara Pasar Baleendah, Pasar Banjaran dan Pasar
Kabupaten Bandung, serta kategori outlier Soreang. Dengan demikian, terdapat
rendah-tinggi (LH Outlier) di kecamatan kesamaan lokasi antara klaster tinggi-tinggi
Ciparay, yang terletak di bagian tengah PDRB sektor G dengan lokasi pasar Pemda di
Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung.
Gambar 5.15 Peta pertampalan hasil Local Moran's I PDRB G dengan sebaran lokasi pasar di
Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 86
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Angka ini dapat dikatakan cukup baik 5.17 merangkum kunjungan wisatawan,
mengingat pandemi COVID-19 dan kebijakan jumlah dan daya tarik wisata unggulan
PSBB serta protokol kesehatan yang berdasarkan kecamatan di Kabupaten
membuat kegiatan pariwisata terbatas. Tabel Bandung tahun 2020.
Tabel 5.16 Kunjungan wisatawan, jumlah dan daya tarik wisata unggulan berdasarkan
kecamatan di Kabupaten Bandung tahun 2020
Jumlah Jumlah
No. Kecamatan DTW Unggulan Tercatat DTW Kunjungan
Tercatat Tercatat
1 Ciwidey Situs Gunung Padang 6 275
2 Rancabali Kawah Putih, Ranca Upas, Glamping 11 777.722
Lake Side, Walini
3 Pasirjambu Makam Sang Adipati Kertamanah 2 525
4 Cimaung Gunung Puntang 7 41.846
5 Pangalengan Cibolang, Situ Cileunca 8 64.308
6 Kertasari Hulu Sungai Citarum, Situ Cisanti 8 36.061
7 Pacet Makam Keramat Eyang Surya Kencana 3 *
8 Ibun Batu Candi Tangulun (Lingga Yoni) 18 450
9 Paseh Karang Gantungan 16 115
10 Cikancung Makam Eyang Jangkung 5 1.472
11 Cicalengka Curug Cinulang 7 32.091
12 Nagreg Situs Batu Kendan 1 279
13 Rancaekek Makam Mama Jakaria 2 420
14 Majalaya Masjid Agung Majalaya 2 17.430
15 Solokanjeruk Situs Sumur Bandung 4 131
16 Ciparay Water Vang 21 5.934
17 Baleendah Situ Sipatuhan 3 2.480
18 Arjasari Situs Gunung Anday 3 693
19 Banjaran Pancuran Tujuh 7 1.345
20 Cangkuang Situs Makam Syekh Abdul Qorim 1 565
21 Pameungpeuk Situs Gunung Batu Anjing 1 215
22 Katapang * * *
23 Soreang Situs Makam Gunung Sadu 2 887
24 Kutawaringin Makam Eyang Dalem Sontoan Qobul 4 1.514
25 Margaasih Situs Makam Mahmud 2 3.984
26 Margahayu * * *
27 Dayeuhkolot Situs Makam Bupati Bandung 2 975
28 Bojongsoang Situs Tegal Sakotak 1 550
29 Cileunyi Batu Kuda 8 75.641
30 Cilengkrang Curug Cilengkrang 2 5.399
31 Cimenyan Tahura, Batu Kuda, Tebing Keraton, 11 268.010
Puncak Bintang
Total 168 1.341.317
*Tidak ada data
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, 2021, diolah
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 87
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Berdasarkan Tabel 5.16, dapat dilihat pada tahun 2020, kecamatan dengan
bahwa sebaran kunjungan wisatawan paling kunjungan wisatawan yang tinggi berada
tinggi terdapat di Kecamatan Rancabali pada bagian luar wilayah Kabupaten
dengan total kunjungan 777.722 wisatawan Bandung, seperti Kecamatan Rancabali,
atau 58% dari total kunjungan wisatawan ke Pangalengan, Kertasari, Cicalengka, Cileunyi
Kabupaten Bandung. Sedangkan di peringkat dan Cimenyan. Hal tersebut disebabkan daya
kedua adalah Kecamatan Cimenyan dengan tarik wisata unggulan yang menjadi tujuan
total kunjungan mencapai 268.010 wisata pengunjung ke Kabupaten Bandung
wisawatan (20%). sebagian besar merupakan jenis wisata alam
dan budaya, yang mana letaknya berada di
Sedangkan jika melihat peta sebaran
bagian luar wilayah Kabupaten Bandung.
kunjungan wisatawan, dapat dilihat bahwa
Gambar 5.16 Peta sebaran kunjungan wisatawan ke Kab. Bandung per kecamatan tahun 2020
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 88
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
3) Desa Panundaan Kec. Ciwidey dengan 9) Desa Laksana Kec. Ibun dengan kawah
peternakan kelinci, pertanian, perikanan kamojang, seni budaya, kuliner
dan kerajinan tangan. tradisional, peternakan, pertanian dan
4) Desa Lebakmuncang Kec. Ciwidey perkebunan
dengan kerajinan tangan dan wisata agro 10) Desa Rawabogo Kec. Ciwidey dengan
edukasi. seni budaya, kuliner tradisional,
5) Desa Lamajang Kec. Pangalengan dengan pertanian dan perkebunan.
seni budaya, arung jeram, homestay,
Selain sepuluh desa wisata tersebut,
kuliner, pertanian, peternakan
Kabupaten Bandung juga memiliki beberapa
6) Kelurahan Jelekong Kec. Baleendah
daya tarik wisata unggulan lain. Berdasarkan
dengan seni budaya, seni lukis, dan
data kunjungan wisatawan tahun 2020, dari
kuliner tradisional.
168 daya tarik wisata yang tercatat, terdapat
7) Desa Ciburial Kec. Cimenyan dengan seni
18 daya tarik wisata di Kabupaten Bandung
budaya dan peternakan
yang dapat menarik lebih dari 10.000
8) Desa Cinunuk Kec. Cileunyi dengan
kunjungan wisatawan, dengan penjelasan
kampung seni, kuliner tradisional
sebagai berikut:
Tabel 5.17 Kunjungan wisata pada daya tarik wisata unggulan di Kab. Bandung tahun 2020
Jumlah
No. Nama Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata
Kunjungan
1 WW. Kawah Putih Rancabali Wisata Alam 326.463
2 WW. Ranca Upas Rancabali Wisata Alam 206.339
3 Glamping Lake Side Rancabali Wisata Alam 104.751
4 Perum Perhutani KPH Cimenyan Wisata Alam 100.130
Bandung Utara (Tahura)
5 Walini Rancabali Wisata Alam 100.094
6 Batu Kuda Cileunyi Wisata Budaya 74.699
7 Perum Perhutani KPH Cimenyan Wisata Alam 66.649
Bandung Utara (Batu Kuda)
8 Tebing Keraton Cimenyan Wisata Budaya 52.789
9 Puncak Bintang Cimenyan Wisata Alam 45.327
10 Gunung Puntang Cimaung Wisata Alam 39.701
11 Curug Cinulang Cicalengka Wisata Budaya 31.083
12 Cibolang Pangalengan Wisata Alam 30.450
13 Situ Cileunca Pangalengan Wisata Alam 28.738
14 Hulu Sungai Citarum Kertasari Wisata Alam 20.000
15 Masjid Agung Majalaya Majalaya Wisata Budaya 17.280
16 Patenggang Lake Side Rancabali Wisata Alam 12.136
17 Situ Cisanti Kertasari Wisata Alam 10.726
18 TWA Cimanggu Rancabali Wisata Alam 10.641
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, 2021
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 89
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Bandung pada tahun 2020, disusul oleh terletak di bagian Selatan, terutama di
Kecamatan Cimenyan pada peringkat kedua. Kecamatan Rancabali dan Ciwidey, serta di
bagian Utara, terutama di Kecamatan
Kemudian dengan menggabungkan
Cimenyan.
potensi daya tarik wisata unggulan dengan
10 lokasi desa wisata di Kabupaten Bandung, Adanya kedekatan antara daya tarik
maka dapat dilihat bagaimana sebarannya wisata unggulan dengan desa wisata
pada Gambar 5.17 di halaman berikutnya. tentunya memberikan keuntungan dalam
Lokasi potensi daya tarik wisata unggulan pengembangan, yang mana arah kebijakan
dan desa wisata memiliki kecenderungan dapat dirumuskan secara terfokus.
Gambar 5.17 Peta sebaran lokasi desa wisata dan daya tarik wisata unggulan di
Kabupaten Bandung
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 90
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Gambar 5.18 Peta pertampalan sebaran potensi daya tarik wisata unggulan dengan sebaran
kunjungan wisatawan tahun 2020
Untuk mengetahui keterkaitan spasial pada Hasil yang berbeda dengan tiga sektor
sektor pariwisata, dilakukan metode yang sebelumnya, ditunjukkan pada sektor
sama dengan analisis terhadap tiga sektor pariwisata yang mana keterkaitan spasial
unggulan sebelumnya, tetapi data yang dari kunjungan wisatawan diantara 31
digunakan berbeda, karena sektor pariwisata kecamatan di Kabupaten Bandung pada
tidak diwakili oleh sektor tunggal pada tahun 2020, memiliki pola yang tidak
kerangka PDRB, lebih merupakan gabungan menunjukkan secara signifikan berbeda
dari beberapa sektor PDRB. Dengan demikian dengan acak, atau secara statisik tidak
pada penelitian ini, identifikasi keterkaitan membentuk klaster (z-score -0,144939).
spasial sektor pariwisata dilakukan dengan
Dengan hasil tersebut, analisis tidak
menggunakan data sebaran kunjungan
dilanjutkan dengan Anselin Local Moran’s I,
wisatawan di lokasi daya tarik wisata
melainkan dilanjutkan dengan analisis Getis-
unggulan pada tahun 2020.
Ord Gi*. Analisis ini dilakukan untuk
Meskipun berbeda, tetapi keduanya mengidentifikasi hotspot yang muncul dari
pada dasarnya memberikan gambaran kunjungan wisatawan ke Kabupaten
mengenai nilai ekonomi di suatu wilayah. Bandung berdasarkan kecamatan pada tahun
Identifikasi keterkaitan spasial dilakukan 2021.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 91
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Grafik 5.7 Hasil pengolahan global spatial autorrelation dari jumlah kunjungan wisata per
Kecamatan pada tahun 2020
Gambar 5.19 Peta hasil analisis Getis-Ord Gi* kunjungan wisatawan per kecamatan di
Kabupaten Bandung tahun 2020
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 92
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Hasil perhitungan analisis Getis-Ord Gi* yang menyumbang 58% dari total kunjungan,
menunjukkan bahwa terdapat 2 kecamatan dan juga merupakan hotspot kunjungan
yang tergolong ke dalam hotspot yaitu wisata di Kabupaten Bandung, memiliki
Kecamatan Rancabali (tingkat kepercayaan jumlah daya tarik wisata unggulan yang juga
99%), dan Kecamatan Ciwidey (tingkat banyak.
kepercayaan 95%). Keduanya berada di
Kondisi tersebut tidak berlaku untuk
bagian Barat Daya–Selatan Kab. Bandung.
Kecamatan Cimenyan dan Kecamatan
Untuk memberikan gambaran lebih Pangalengan, tetapi hotspot lainnya terdapat
jelas, maka dilakukan pertampalan antara di Kecamatan Ciwidey yang memiliki jumlah
peta sebaran potensi daya tarik wisata kunjungan wisatawan tercatat yang relatif
unggulan dengan peta sebaran hotspot (lihat lebih sedikit. Hal ini disebabkan tingginya
Gambar 5.20). Hasilnya mengindikasikan kunjungan wisata dan potensi di Kecamatan
bahwa lokasi dengan kunjungan wisatawan Rancabali, sehingga memberikan dampak
yang tinggi seperti Kecamatan Rancabali kepada kecamatan Ciwidey.
Gambar 5.20 Peta pertampalan sebaran potensi daya tarik wisata unggulan dengan hasil
analisis Getis-Ord Gi* kunjungan wisatawan per kecamatan tahun 2020
5.5 Sintesis Klaster dan Hotspot sektor ekonomi unggulan, yang menjelaskan
dari Sektor Ekonomi potensi unggulan masing-masing sektor yang
Unggulan berada di lokasi klaster dan hotspot.
Rangkuman mengenai hasil identifikasi
Subbab ini merangkum mengenai hasil tersebut yaitu:
identifikasi klaster dan hotspot terhadap
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 93
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Tabel 5.18 Sintesis klaster dan hotspot dari sektor ekonomi unggulan
Peta mengenai sintesis klaster dan yang membentuk klaster, yaitu klaster
hotspot dari sektor ekonomi unggulan yang industri dan perdagangan di Kabupaten
dilengkapi dengan sebaran potensi unggulan Bandung bagian Utara, serta klaster
dari masing-masing lokasi dapat dilihat pada pertanian dan pariwisata di Kabupaten
Gambar 5.21. Ilustrasi ini pada dasarnya Bandung bagian Selatan.
tidak dapat dipisahkan dari hasil identifikasi
Di antara kedua klaster tersebut,
potensi secara keseluruhan, termasuk pada
terdapat wilayah yang tidak termasuk ke
lokasi-lokasi yang bukan merupakan klaster
dalam klaster 4 sektor ekonomi unggulan,
atau hotspot.
terlihat pada peta wilayah yang memiliki
Tampilan hasil analisis dapat warna area putih, meskipun memiliki potensi
disesuaikan dengan kebutuhan, atau dalam pengembangan keempat sektor
pertanyaan yang ingin dijawab: sebagai ekonomi unggulan. Berdasarkan konsep
contoh: jika ingin mengetahui sebaran ekosistem simpul ekonomi, wilayah-wilayah
potensi pertanian dengan industri ini diindikasikan dapat diarahkan untuk
pengolahan makanan, maka akan menjadi penghubung antara klaster Utara
menghasilkan sintesis dan ilustrasi peta yang dan Selatan.
berbeda. Ilustrasi ini dilakukan untuk
Selain itu, jika dilihat persebaran klaster
memudahkan dalam merumuskan kebijkaan
sektor ekonomi unggulan, relatif berkumpul
prioritas pengembangan ekonomi secara
di bagian Barat Kabupaten Bandung. Dengan
menyeluruh pada tingkat Kabupaten
demikian, untuk membagi beban aktivitas di
Bandung.
kawasan Tengah, maka disarankan untuk
Berdasarkan hasil ilustrasi, dapat dilihat mendorong pengembangan pusat kegiatan
bahwa dari 4 (empat) sektor ekonomi ekonomi di wilayah bagian Timur Kabupaten
unggulan, terdapat 2 (dua) wilayah utama Bandung.
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 94
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
Gambar 5.21 Peta lokasi klaster dan hotspot dari sektor ekonomi unggulan dengan potensi
unggulan dari masing-masing sektor
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 95
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 96
Peluang dan Tantangan Pengembangan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 97
Peluang dan Tantangan Pengembangan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 98
Peluang dan Tantangan Pengembangan
BappedaKabupatenBandung MasterplanPerekonomian │ 99
Peluang dan Tantangan Pengembangan
Terdapat beberapa faktor pendukung pengusaha tani (petani), instansi terkait, dan
pembangunan ekonomi yang berbasis koperasi sebagai badan usaha. Rangkaian
agribisnis, antara lain peran perguruan kerja dari faktor pendukung ekonomi
tinggi, pengusaha, lembaga perkreditan, pedesaan ialah sebagai berikut:
7. Rumusan SWOT
Pengembangan Sektor
Ekonomi Unggulan
yang rendah. Sementara itu, masih penguasaan teknologi oleh nelayan, dan
kurangnya pemahaman petani terkait pencemaran perairan umum dan laut.
penggunaan teknologi pertanian terjadi
2) Pada sektor kehutanan masih terdapat
karena kelas kelompok tani pemula
tantangan yang ditandai oleh degradasi
masih mendominasi dan terjadi
lahan yang masih tinggi di daerah Aliran
dinamika kelompok tani yang belum
Sungai (DAS), pengelolaan hutan belum
berorientasi bisnis.
optimal dan rendahnya produksi hasil
Opportunities hutan kayu dan non kayu. Hal ini
disebabkan oleh tingginya aktivitas
1) Pertumbuhan ekonomi yang relatif
ekonomi secara berlebihan di hulu DAS,
tinggi didorong oleh pertumbuhan
meningkatnya gangguan ekosistem,
beberapa sektor. Pertanian tumbuh rata-
jumlah masyarakat miskin di sekitar
rata 3,7% secara nasional per tahun, di
hutan masih tinggi, dan rendahnya
antaranya melalui perbaikan
teknologi pemanfaatan sumber daya
infrastruktur pertanian untuk memacu
hutan.
produktivitas. Sektor pertanian,
kehutanan, kelautan, dan perikanan
yang mandiri menjadi salah satu sasaran
pembangunan Jawa Barat. Selain itu,
7.2 SWOT Sektor Industri
pemerataan pembangunan akan Pengolahan
mendorong penetapan sistem perkotaan
Strengths
dan jaringan prasarana yang mampu
meningkatkan konektivitas antar pusat- 1) Industri kecil, baik industri non
pusat kegiatan dan pusat pertumbuhan formal maupun formal, mengalami
ekonomi baru, seperti kawasan peningkatan. Industri kecil formal dan
unggulan pertanian, pariwisata, dan non formal di tahun 2018 berjumlah
industri. 9.233 unit. Terdapat juga 346 unit
industri menengah dan 140 unit industri
Threats
besar. Angka tersebut terus meningkat di
1) Beberapa hal yang menjadi tantangan tahun 2020 dengan jumlah industri kecil
adalah masih rendahnya produktivitas formal dan non formal di Kabupaten
komoditas pertanian, belum optimalnya Bandung berjumlah 12.184 unit, jumlah
aktivitas ekonomi pertanian dari hulu ke industri menengah mencapai 902 unit,
hilir, terganggunya ekosistem pertanian dan terdapat peningkatan jumlah
dan menurunnya luas lahan pertanian, industri besar menjadi 143 unit.
hal tersebut disebabkan oleh intensitas 2) Sektor industri memiliki kontribusi
pembangunan sektor non-pertanian terbesar terhadap PDRB Kabupaten
sangat tinggi, ketersediaan data Bandung, terutama industri
pertanian belum memadai, rendahnya pengolahan. Kemudian jika dilihat
penguasaan dan teknologi budidaya kontribusi masing-masing sektor, sektor
pertanian, tingginya gangguan hama dan PDRB dengan rata-rata kontribusi paling
penyakit tanaman pertanian dan besar dari tahun 2010-2020 ialah sektor
perkebunan, peternakan, serta industri pengolahan (50,97%). jika
rendahnya penerapan sertifikasi dilihat dari laju pertumbuhan setiap
jaminan mutu hulu-hilir pertanian, juga sektor, sektor industri pengolahan
rendahnya regenerasi petani dan merupakan sektor dengan peningkatan
rendahnya akses permodalan. Pada nominal paling tinggi selama tahun
sektor perikanan pemasaran masih 2011-2020, yaitu sebanyak 16,6 triliun
bersifat individu, belum adanya integrasi rupiah. Berdasarkan data industri tahun
hulu dan hilir, masih rendahnya tingkat 2018 tersebut, secara umum dapat
disimpulkan bahwa industri yang ada di usaha bagi IKM. Kurangnya pemahaman
Kabupaten Bandung didominasi oleh dari pelaku usaha terhadap bisnis impor
jenis industri tekstil, serta pakaian dan juga jadi penyebab kurangnya potensi
sepatu. Selain itu, industri makanan dan ekspor. Beberapa akar masalahnya
minuman juga berkontribusi cukup adalah kurangnya informasi pasar,
tinggi dalam nilai produksi industri kurangnya pemahaman terhadap
Kabupaten Bandung. regulasi perdagangan luar negeri, dan
kurangnya modal.
3) Sektor ekonomi dengan nilai
keunggulan kompetitif paling tinggi Opportunities
adalah sektor industri pengolahan
serta sektor perdagangan besar dan 1) Kawasan Kota Soreang Terpadu
eceran, reparasi mobil dan sepeda Berkelanjutan (KSTB) kemungkinan
akan berkembang dan semakin pesat
motor. Hasil ini tidak lepas dari potensi
industri dan perdagangan Kabupaten terkait kedudukan strategisnya di
lingkup regional Provinsi Jawa Barat dan
Bandung yang tinggi berkaitan dengan
posisi Kabupaten Bandung dalam nasional. Sebagaimana umumnya pusat-
konstelasi Bandung Raya. pusat pemerintahan wilayah
administratif lain di Indonesia, kawasan
Weaknesses KSTB juga menjelma menjadi pusat
komersial dengan aktivitas ekonomi
1) Masih rendahnya tingkat daya saing
yang tinggi, terlebih lagi dengan adanya
industri besar dan industri menengah
potensi dalam sektor industri dan
(IKM) terjadi karena beberapa hal yaitu
perdagangan.
masih lemahnya penguasaan teknologi
yang menyebabkan daya saing produk 2) Membaiknya perekonomian nasional
industri menjadi rendah; bahan baku, dan regional merupakan salah satu
barang modal dan bahan penolong masih faktor pendorong pertumbuhan sektor
tergantung pada produk impor; masih industri. Permintaan output diharapkan
rendahnya penerapan standar industri; dapat terjadi setelah keadaan ekonomi
belum tersedianya regulasi yang membaik. Arus bahan baku utama impor
mengatur tentang rencana juga diharapkan tidak mengalami
pembangunan industri daerah; belum kendala agar produksi dapat berjalan
optimalnya pengelolaan manajemen dan ditingkatkan. Pulau Jawa dan Bali
usaha dan akses permodalan; belum tetap menjadi wilayah yang memiliki
optimalnya sarana dan prasarana yang porsi (share) terbesar dalam
dimiliki para IKM; belum optimalnya perekonomian didorong oleh
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pergeseran struktur ekonomi ke arah
pelaku IKM; belum optimalnya kualitas sektor jasa dengan tetap
SDM pelaku IKM; Belum optimal mempertahankan pertumbuhan di
pengelolaan modal atau pembiayaan/ sektor industri pengolahan.
manajemen usaha; belum optimalnya
3) Adanya insentif fiskal yang
legalitas usaha/legalitas produk; belum
mendukung aktivitas penciptaan nilai
optimalnya penggunaan media promosi/
tambah ekonomi (industri manufaktur,
media sosial; dan belum terbentuknya
pariwisata, ekonomi kreatif, dan
asosiasi industri per komoditi IKM.
ekonomi digital), selain dari
2) Selain itu, masalah kedua adalah masih administrasi perpajakan dilakukan
kurangnya IKM yang berpotensi berbagai pembaruan sistem sebagai
Ekspor karena rendahnya peluang upaya perbaikan basis data perpajakan
usaha bagi IKM. Hal ini terlihat dari dan peningkatan kepatuhan pelaku
belum tersedianya informasi peluang usaha dan konsumen.
4) Revolusi industri 4.0 dan ekonomi dan hotel” menjadi lapangan usaha dengan
digital membuka peluang jumlah pekerja tertinggi yaitu 470.717
peningkatan produktivitas dan orang, disusul sektor industri sebanyak
efisiensi dalam produksi modern, serta 464.339 orang dan sektor pertanian,
memberikan kemudahan dan kehutanan, dan perikanan sebanyak 205.749
kenyamanan bagi konsumen. Digital orang.
teknologi juga membantu proses
1) Sektor perdagangan merupakan
pembangunan di berbagai bidang, di
salah satu sektor dengan kontribusi
antaranya inklusi keuangan melalui fin-
tertinggi terhadap Produk Domestik
tech, dan pengembangan UMKM seiring
Regional Bruto. Selama kurun lima tahun
berkembangnya e-commerce.
terakhir, sektor perdagangan, hotel dan
Threats restoran menjadi sektor paling besar
ketiga setelah sektor industri dan
1) Pada tahun 2020, kinerja sektor pertanian. Perkembangan sektor
industri dipengaruhi oleh pandemi
perdagangan Kabupaten Bandung tahun
COVID-19 dan mengalami pertumbuhan 2016-2020 memperlihatkan jumlah nilai
negatif sebesar -3,27%. Hal ini terjadi ekspor barang dan jasa yang semakin
karena melemahnya permintaan output
tinggi.
dari dalam negeri maupun luar negeri. Di
samping itu, industri yang tergantung 2) Kemudahan perijinan membentuk
terhadap impor bahan baku juga daya saing investasi di Kabupaten
mengalami kendala karena Bandung. Pemerintah daerah melalui
ketersediaannya berkurang. Pem- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
batasan sosial sangat memukul seluruh Terpadu Satu Pintu telah menyediakan
pelaku usaha di Kabupaten Bandung. prosedur perizinan yang terintegrasi
dalam satu pintu pelayanan, sehingga
2) Saat ini dunia telah memasuki era
memudahkan calon investor dalam
revolusi industri 4.0., di sisi lain mengurus proses perizinan. Lingkup
perkembangan industri 4.0 berpotensi perizinan yang ditangani oleh Dinas
menyebabkan hilangnya pekerjaan di
Penanaman Modal dan Pelayanan
dunia. Di samping itu, tumbuhnya Terpadu Satu Pintu antara lain izin
berbagai aktivitas bisnis dan jual belu
lokasi, izin mendirikan bangunan, izin
berbasis online belum dibarengi dengan gangguan, izin usaha perdagangan, izin
upaya pengoptimalan penerimaan usaha industri dan izin penyelenggaraan
negara serta pengawasan kepatuhan
reklame. Melalui kemudahan proses
pajak atas transaksi tersebut. perizinan diharapkan akan menjadi
Perusahaan-perusahaan yang memiliki insentif dan stimulus bagi calon investor
daya serap teknologi yang rendah tidak
untuk menjalankan kegiatan di
dapat bersaing dengan perusahaan- Kabupaten Bandung.
perusahaan yang sudah dapat
menerapkan teknologi. Weaknesses
Strenghts Weaknesses
Pertanian - Termasuk ke dalam WP KK - Produktivitas budidaya pertanian
Cekungan Bandung; masih belum optimal;
- Memiliki kondisi hidrologi yang - Budidaya pertanian yang belum
cukup melimpah; ramah lingkungan;
- Ketersediaan lahan yang potensial - SDM pertanian yang masih kurang
dalam mendukung fungsi pertanian; optimal kualitas dan kuantitasnya;
Industri - Industri kecil, baik formal maupun - Masih rendahnya tingkat daya
non formal, mengalami peningkatan; saing industri besar dan
- Sektor industri memiliki kontribusi menengah;
terbesar terhadap PDRB; - Masih kurangnya IKM yang
- Sektor industri merupakan sektor berpotensi ekspor;
dengan nilai keunggulan kompetitif
paling tinggi;
Perdagangan - Memiliki jumlah pekerja tinggi, - Jaringan distribusi barang
paling tinggi dari sektor unggulan; kebutuhan pokok dan barang
- Kontribusi PDRB yang tinggi; strategis yang belum efektif dan
- Perijinan yang relatif mudah; efisien;
- Pengawasan pelaku usaha dan
pergudangan yang belum optimal;
- Daya saing pasar rakyat yang
masih rendah;
Pariwisata - Lokasi strategis - Kurangnya aksesibilitas dan
- Daya tarik wisata alam dan amenitas;
budidaya; - Pengembangan produk masih
- Potensi besar pengembangan wisata kurang;
alam dan agro;
Opportunities Threats
Pertanian - Pertumbuhan ekonomi sektor - Degradasi lahan di DAS;
pertanian regional dan nasional yang - Aktivitas ekonomi berlebihan di
relatif tinggi; daerah hulu DAS;
- Dukungan kebijakan pengembangan
pertanian dari Pemprov Jabar;
Industri - Minat regional dan nasional - Industri global yang terdampak
terhadap Kawasan Kota Soreang oleh pandemi;
Terpadu Berkelanjutan (KTSB); - Konteks keamanan dan persaingan
- Insentif fiskal dari nasional terhadap global dalam revolusi industri 4.0
pelaku industri;
- Revolusi industri 4.0 dan ekonomi
digital membuka peluang
peningkatan produktivitas dan
efisiensi;
Perdagangan - Pertumbuhan dan tren positif di - Penurunan FDI akibat pandemi;
tingkat regional; - Tren penurunan di tingkat
- Dukungan pengembangan SDM dan regional;
persaingan usaha di tingkat nasional; - Risiko ketidakpastian;
Pariwisata - Dukungan regional dan nasional - Penutupan akses nasional dan
terhadap pengembangan ekonomi regional akibat pandemi;
kreatif dan digital; - Kebijakan pembatasan
- Pengembangan potensi wisata internasional, memengaruhi
tingkat nasional ekspor;
8. Masterplan Perekonomian
Kabupaten Bandung
serta manajemen satu data pembangunan Target capaian yang diusung pada
ekonomi yang dapat digunakan oleh seluruh masterplan perekonomian ini adalah
pelaku ekonomi. peningkatan PDRB per kapita dan laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung.
Dari sisi ekonomi wilayah, pengembang-
Diharapkan pada akhir tahun rencana,
an simpul inovasi di Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung mengalami peningkatan
merupakan pusat layanan inovasi kluster
nilai PDRB per kapita menjadi di atas nilai
ekonomi dalam memperluas pelaku usaha
rata-rata PDRB per kapita Provinsi Jawa
dengan peluang dalam peningkatan kualitas
Barat. Untuk mencapai target tersebut, jika
dan produktivitas serta mendorong orientasi
melihat tren pertumbuhan penduduk
kewirausahaan pelaku usaha yang dikelola
Kabupaten Bandung saat ini, maka
oleh komunitas pelaku ekonomi bersama-
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung
sama pemerintah, perguruan tinggi/lembaga
ditargetkan mencapai rata-rata 10-12% per
penelitian, sektor usaha dan lembaga lainnya
tahun selama masa pelaksanaan masterplan.
yang terlibat dan penunjang.
Terdapat 4 (empat) indikator utama
Ekonomi yang berdayasaing berbasis dalam mewujudkan target capaian tersebut;
pada ekonomi kerakyatan dan potensi lokal. Pertama, peningkatan PDRB sektor
Dalam mempersiapkan perekonomian
pertanian, kehutanan dan perikanan dengan
daerah yang berdaya saing, maka beberapa target pertumbuhan mencapai rata-rata 13-
faktor perlu didorong dan ditingkatkan. 17% per tahun; kedua, peningkatan PDRB
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
sektor industri pengolahan dengan target
peningkatan daya saing sektor perdagangan, pertumbuhan mencapai rata-rata 10-14%
industri besar dan industri kecil menengah,
per tahun; ketiga, peningkatan PDRB sektor
peningkatan daya saing sektor pertanian perdagangan dengan target pertumbuhan
serta pariwisata. Selain itu peningkatan mencapai 11-15% per tahun; keempat,
investasi juga merupakan hal utama dalam
peningkatan kunjungan wisatawan dengan
mendukung perekonomian daerah yang target pertumbuhan mencapai 9-13% per
berdaya saing. tahun.
dipasarkan bukan hanya di daerah tujuan ekonomi dan dalam tren positif menuju
wisata, tetapi juga mulai menjadi produk peningkatan peringkat PDRB per kapita di
unggulan ekspor. Jawa Barat. Pada tahap ini juga mulai
diinisiasi evaluasi dan perencanaan sebagai
Pada tahun kelima, fokus pengembangan
tindak lanjut pelaksanaan masterplan.
ada pada sektor perdagangan dan pariwisata.
Diharapkan Kabupaten Bandung telah Pada tahap akhir, atau tahap pasca
menjadi salah satu tujuan wisata utama di adopsi; Diharapkan telah terwujud
Jawa Barat dan Nasional. Produk hasil peningkatan kesejahteraan masyarakat
industri Kabupaten Bandung, terutama yang Kabupaten Bandung. Pada tahap ini juga
berbahan dasar produk pertanian, telah dilakukan perencanaan kembali, dengan hasil
dikenal luas. Kabupaten Bandung telah evaluasi dari pelaksanaan selama 5 tahun
mengalami peningkatan laju pertumbuhan pelaksanaan.
Gambar 8.3 Konsep ruang dan pergerakan masterplan perekonomian Kabupaten Bandung
Kedua, simpul yang pada konsep ini Ketiga, pergerakan yang mana pada
merupakan titik yang menghubungkan konsep ini meliputi tiga jenis pergerakan
potensi dan kegiatan perekonomian, serta yaitu pergerakan produk pangan lokal,
pasar. Terdapat empat jenis simpul yaitu pergerakan perusahaan, dan pergerakan
simpul lokal, simpul pangan, simpul inovasi, produk unggulan.
dan kawasan sains dan teknologi pertanian
1) Pergerakan produk pangan lokal;
Arjasari.
Pergerakan produk pangan lokal ini
1) Simpul lokal merupakan pergerakan produk
Simpul lokal ini merupakan bentuk unggulan pertanian dari simpul lokal di
kerjasama potensi ekonomi antar sektor ekosistem pedesaan ke kawasan
unggulan. Di ekosistem pedesaan, simpul perkotaan. Terdapat setidaknya tiga
lokal merupakan kerjasama antara pergerakan yaitu dari Selatan ke Tengah,
potensi sektor pertanian dan pariwisata dari Timur dan dan Utara ke Tengah;
dalam bentuk, contohnya dalam bentuk serta dari Timur dan Utara ke Perkotaan
agrowisata, atau pertanian dan industri di Timur. Pergerakan ini didukung oleh
makanan yang menghasikan makanan- ketersediaan infrastruktur, utamanya
makanan tradisional yang siap kualitas jalan. Dengan demikian, perlu
dipasarkan. Sedangkan di kawasan diperhatikan dukungan infrastrukur
perkotaan, simpul lokal berupa untuk rute-rute yang menjadi
kerjasama antara industri dengan pergerakan pangan lokal.
perdagangan, yang mana produk-produk
2) Pergerakan perusahaan
industri dipasarkan pada tingkat lokal.
Pergerakan perusahaan merupakan
2) Simpul inovasi kebalikan dari pergerakan produk
Simpul inovasi merupakan pusat pangan lokal, yang mana pergerakan
kerjasama dan pengembangan produk, perusahaan khususnya perusahaan
serta pusat koleksi dan distribusi. menengah dan besar yaitu dari
Letaknya berada di antara ekosistem ekosistem ekonomi perkotaan ke
pedesaan dan perkotaan, dan bersamaan ekosistem ekonomi pedesaan.
atau berdekatan dengan simpul pangan. Pergerakan perusahaan ini juga
Terdapat setidaknya tiga simpul inovasi memerlukan dukungan pengembangan
yang menghubungkan ekosistem infrastruktur. Dari pergerakan
pedesaan dan perkotaan. perusahaan ini diharapkan juga terdapat
sharing knowledge terhadap masyarakat
3) Simpul pangan
dan pelaku usaha lokal.
Simpul pangan memiliki letak yang sama
atau berdekatan dengan simpul inovasi, 3) Pergerakan produk unggulan
menekankan pada fungsinya sebagai Pergerakan produk unggulan ini,
pusat pusat koleksi dan distribusi. Yang idealnya merupakan pergerakan produk
menghubungkan ekosistem pedesaan hasil olahan dari industri di Kabupaten
dan perkotaan. Bandung, jika memungkinkan dengan
menggunakan bahan baku yang
4) Kawasan sains dan teknologi pertanian
bersumber dari Kabupaten Bandung.
Arjasari
Asumsi pasar regional dan nasional,
Kawasan ini merupakan pusat inkubasi,
serta pasar global, diasumsikan melalui
penelitan, pengembangan teknologi,
Kota Bandung. Meski demikian,
khususnya pertanian, industri hulu dan
beberapa UMKM dan industri di
hilir yang berkaitan dengan pertanian,
Kabupaten Bandung sudah secara
perdagangan digital, serta penguatan
mandiri menginisiasi akses terhadap
investasi pariwisata, yang berlokasi di
pasar global.
Kecamatan Arjasari.
8.5 Strategi dan Program Utama seperti webinar, workshop, dan coaching
clinc.
Pertanian
Sektor pertanian juga harus diperkuat
Fokus pembangunan di sektor pertanian
dengan pembentukan kelembagaan
harus terfokus pada upaya pertanian on farm
komando strategi pembangunan pertanian.
dan off farm. Pertanian off farm merupakan
Komando ini dapat digunakan untuk
proses yang berhubungan langsung dengan
memperkuat penyuluh sebagai ujung tombak
budidaya pertanian, seperti menyemai bibit,
pemantauan kondisi lapangan di tiap
mengawinkan hewan ternak, memupuk,
kecamatan. Artificial intllihgence seharusnya
memberi pakan ternak, mengendalikan hama
dapat dimanfaatkan untuk pengendali AWR
dan penyakit, panen, dan lainnya. Sementara
(Agriculture War Room). Kendali ini untuk
off farm yaitu proses komersialisasi hasil-
pengatur lalu lintas data pertanian yang bisa
hasil budidaya pertanian., seperti pedagang,
berubah-ubah setiap hari. Kelengkapan data
pengepul dan lain-lain. Tidak optimalnya
pertanian, bahkan secara real time dapat
upaya pertanian on farm dan off farm
menjadi hal yang dibutuhkan untuk menarik
memberikan konsekuensi rendahnya
investasi di sektor ini. Investasi yang masuk
pendapatan para petani dan berdampak pada
di sektor ini diharapkan dapat meningkatkan
tingkat kesejahteraan, pada akhirnya akan
produktivitas nilai pertanian dan
mengurangi jumlah petani.
kesejahteraan, kuhusunya bagi petani.
Rendahnya jumlah petani dapat
Selain itu, strategi pengembangan
didorong oleh peningkatan kesejahteraan
pertanian, yang tercantum di dalam RPJMD
melalui penguatan tiga program strategis,
adalah pengembangan logistik pangan.
penyediaan layanan Kredit Usaha Rakyat
Pengembangan logistik pangan dititikberat-
(KUR), penguatan ekspor, dan komando
kan pada peningkatan aksesibilitas pangan
strategi pembangunan pertanian. Ketiga
bagi masyarakat Kabupaten Bandung, juga
program tersebut saling terkait untuk
pada peningkatan kesejahteraan petani. Titik
peningkatan kesejahteraan petani. KUR
fokus pada pengembangan logistik pangan
merupakan program strategis yang ditujukan
adalah menata dan memperkuat rantai pasok
untuk meningkatkan kinerja dari sektor
pangan dalam pendekatan deglobalisasi
pertanian dari hulu ke hilir melalui akses
pangan, yakni penguatan produksi pangan
yang mudah. Melalui program ini diharapkan
lokal. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
mampu menopang dan memperkuat potensi
swasembada pangan sebagai akibat dampak
pertanian di daerah Kabupaten Bandung.
terganggunya jalur distribusi pangan masuk
Tingkat suku bunga yang murah juga dapat
ke wilayah Kabupaten Bandung. Pembatasan
menjadi stimulus akselerasi sektor pertanian.
perdagangan ekspor-impor di wilayah
Pemanfaatan teknologi, inovasi, jejaring Indonesia yang mengakibatkan daerah perlu
dan kerja sama yang kuat sangat dibutuhkan memperkuat ketahanan pangan sendiri
untuk membuka akses informasi terkait melalui pengembangan logistik pangan.
potensi komoditas ekspor di Kabupaten Selain itu, menghadapi tantangan adanya
Bandung dan memiliki tujuan ekspor yang paparan virus COVID-19, pemerintah juga
bisa diakses melalui peta potensi ekspor dan perlu mulai mensosialisasikan pergeseran
IMACE (Indonesia Maps of Agriculture preferensi pangan masyarakat terhadap
Commodities Export). Selain itu, kemitraan healthy food untuk meningkatkan imunitas
dapat dibangun, salah satunya dengan FTA masyarakat. Upaya lainnya yang dapat
(Free Trade Agreement) Center dari dilakukan oleh pemerintah adalah mengelola
Kementerian Perdagangan. FTA Center dapat ketahanan pangan rumah tangga, menjaga
membantu terkait layanan peningkatan kontinuitas produksi dan ketersediaan
kapasitas ekspor melalui berbagai kegiatan produk pangan, menata distribusi pangan,
mensosialisasikan program B2SA dan industri pangan serta industri dalam industri
mengendalikan stabilitas harga pangan. tekstil, kulit, alas kaki dan aneka (kayu).
Provinsi Jawa Barat memegang peranan yang Kabupaten Bandung di tingkat provinsi
penting dalam perekonomian nasional. juga unggul dalam industri tekstil, kulit, alas
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kaki dan aneka (kayu). Pengembangan
Jawa Barat memberikan kontribusi tertinggi industri ini dapat dilakukan dengan beberapa
ketiga sebesar 14,88% setelah DKI Jakarta program. Pertama pendampingan dan
dan Jawa Timur, pada Produk Domestik mentoring terhadap IKM dalam rangka
Bruto (PDB) nasional. Porsi terbesar pada mendapatkan sertifikat legalitas kayu
PDRB Jawa Barat hampir setengahnya (SVLK). Kedua, mendukung ketersediaan
disumbangkan oleh kategori industri bahan baku (kualitas, kuantitas, dan
pengolahan. Begitu pula Kabupaten Bandung kontinuitas) melalui koordinasi dengan
yang ditopang setengahnya oleh sektor ini. instansi terkait dan kemitraan serta integrasi
antara sisi hulu dan hilir. Ketiga,
Kurangnya optimalnya industri ini
meningkatkan kemampuan SDM dalam
memiliki implikasi besar terhadap
penguasaan teknik produksi dan desain serta
penurunan daya saing ekonomi, terutama
memfasilitasi pembangunan pendidikan
bagi sektor-sektor industri sebagai lapangan
kejuruan dan vokasi bidang pengolahan kayu,
kesempatan kerja utama dan sektor
rotan, dan furniture. Keempat, memfasilitasi
manufaktur yang merupakan motor utama
akses terhadap sumber pembiayaan yang
bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten
kompetitif untuk meningkatkan kinerja
Bandung. Keunggulan sektor ini di
ekspor dan terakhir adalah mendukung
Kabupaten Bandung terutama terlihat di
promosi dan perluasan pasar guna
optimalnya pengawasan untuk pelaku usaha sinergitas dalam bidang persaingan usaha
dan pergudangan. dan pengawasan kemitraan. Nota
kesepakatan tersebut bisa menjadi payung
Masalah pertama berujung pada
untuk ditindaklanjuti di daerah. Khusus di
penjualan di atas harga eceran tertinggi.
Luwu Utara, melalui Dinas Perdagangan,
Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui
Perindustrian, Koperasi, dan UKM
kegiatan Pengembangan Usaha Pangan
(DP2KUKM), sudah ada kemitraan dengan
Masyarakat (PUPM). Kegiatan tersebut
retail modern antara lain Alfamart, Alfamidi,
merupakan upaya untuk menjaga stabilitas
dan Indomaret sejak 2018 untuk
pasokan dan harga pangan pokok strategis,
memasarkan produk UMKM. Sebab UMKM
rantai distribusi pemasaran yang terintegrasi
harus senantiasa dihidupkan sebagai basis
agar lebih efisien, harga konsumen dapat
usaha masyarakat.
ditransmisikan dengan baik kepada harga
petani (produsen), informasi pasar antar Pariwisata
wilayah berjalan dengan baik, mencegah
Pengembangan sektor pariwisata berbasis
terjadinya Parton-Client (pemasukan pangan
desa menjadi sangat relevan karena berbagai
ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok
keunggulan yang dimilikinya. Namun, selain
oleh pelaku usaha tertentu), dan mencegah
memiliki beberapa faktor pendukung,
penyalahgunaan market power oleh pelaku
terdapat hambatan, salah satunya adalah
usaha tertentu.
belum siapnya desa untuk dikembangkan
Adanya inovasi pemasaran juga menjadi menjadi desa wisata. Desain program
suatu kebutuhan, apalagi masa pandemi yang Pariwisata Berkelanjutan Mandiri Bersama
dihadapi oleh pelaku perdagangan membuat Mandiri dapat menjadi alternatif
ruang gerak untuk berusaha cukup terbatas. pengembangan pariwisata berbasis desa.
Penurunan omset yang terjadi harus Program ini bertujuan untuk merangsang
direspon dengan optimalisasi penggunaan pembangunan ekonomi desa dengan
media sosial sebagai platform pemasaran meningkatkan kapasitas masyarakat untuk
produk. Pemerintah Kabupaten Bandung mengelola usaha pariwisata dan
melalui dinas terkait dapat membantu meningkatkan pendapatan melalui
pendampingan dalam branding usaha yang pengenalan kegiatan kreatif dan produktif di
akan dipasarkan di berbagai media sosial. sektor pariwisata.
Selain itu bagi masyarakat yang masih awam
Pariwisata berkelanjutan merupakan
dapat dibimbing untuk pembuatan platform
pariwisata yang mengundang semua pihak-
Instagram dan Facebook yang merupakan
terutama anggota masyarakat untuk
dua media sosial besar yang paling banyak
mengelola sumber daya dengan cara
digunakan oleh masyarakat secara umum di
memenuhi kebutuhan ekonomi, habitat alam,
berbagai usia. Dengan penggunaan media
keanekaragaman hayati, dan sistem
sosial diharapkan jangkauan pasar lebih luas.
pendukung penting lainnya. Program ini
Dalam memaksimalkan fungsi sejalan dengan sektor pariwisata dengan
pengawasan pelaku usaha dan pergudangan usaha jasa yang beragam, tersedia di desa-
di Kabupaten Bandung, dapat dilakukan desa terpencil, juga tersebar yang berpotensi
dengan menjalin kemitraan dengan Komisi meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), sebagai pedesaan. Program ini hadir juga karena
satu-satunya otoritas persaingan usaha di salah satu masalah yang dihadapi sektor
Indonesia yang bertugas melaksanakan pariwisata Kabupaten Bandung adalah
advokasi kebijakan persaingan usaha. sebagian besar masyarakat dan
Contohnya, Pemerintah Kabupaten Luwu wirausahawan desa tidak memiliki kapasitas
Utara yang membuat nota kesepakatan untuk mengelola dan memahami potensi
antara KPPU dan Pemprov Sulsel tentang wisata mereka.
Pasca
Target Pre-Adopsi Adopsi Pemangku
No. Capaian Utama Adopsi
Indikator Kepentingan
2021 2022 2023 2024 2025 2026
1. Peningkatan PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
a. Perlindungan lahan Penguatan Distan,
pertanian produktif; KP2B, Dispakan,
pengem- DLH,
b. Pengembangan logistik
bangan DPUTR,
pangan/simpul
pangan; simpul Dishub
pangan, Bappeda
c. Pengembangan penguat-an
kawasan pertanian KST
terpadu di Bandung Arjasari;
Selatan;
d. Pengembangan pusat
penelitian dan
teknologi pertanian.
2. Peningkatan PDRB sektor industri pengolahan
a. Pengembangan sistem Penguatan Disperin,
pengelolaan limbah SPAL, Diskopukm,
terpadu; peningkat- DPUTR,
an jumlah Dishub,
b. Penguatan UMKM dan
UKM dan Bappeda
koperasi;
koperasi,
c. Pengembangan peningkat-
kawasan industri an, p
terintegrasi di Bandung
Tengah;
d. Pengembangan
industri hulu dan
peningkatan kualitas
industri hilir berbasis
pertanian;
3. Peningkatan PDRB sektor perdagangan
a. Peningkatan tata kelola Penambah- Disperin,
pasar; an pasar Diskopukm,
b. Pembangunan simpul Pemda, DPUTR,
simpul Dishub,
perdagangan/distribusi
perdagang- Dikominfo,
pangan;
an, e- Bappeda
c. Pengembangan commerce.
kawasan perdagangan
terpadu di Bandung
Tengah;
d. Pengembangan e-
commerce;
4. Peningkatan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bandung
a. Peningkatan Akses ke Disparbud,
aksesibilitas wisata; daya tarik DPMD,
wisata, Distan,
b. Penguatan investasi
pariwisata; jumlah DPMPTSP,
daya tarik Kesbangpol,
c. Pengembangan wisata, DPUTR,
kawasan wisata kerjasama Dishub,
unggulan Bandung cekungan Bappeda
Selatan; Bandung.
d. Pengembangan
kerjasama wisata
Cekungan Bandung.