Anda di halaman 1dari 195

MATERI AJAR SAP DAN GBPP

NO KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK ALOKASI WAKTU

1 LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN Memahami latar belakang 2 x Pertemuan


PANCASILA historis

2 •PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH Mahasiwa mengetahui 2x Pertemuan


PERJUANGAN BANGSA INDONESIA kronologis sejarah perjuangan
bangsa Indonesia

3 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Memberikan dasar – dasar 2 x Pertemuan


ilmiah Pancasila sebagai suatu
kesatuan sistematis dan logis

4 PANCASILA SEBAGAI ETIKA BANGSA memahami, mengamalkan dan 2 x Pertemuan


menghayati etika

5 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL Pengertian idiologi secara 2 x Pertemuan


umum, menjelaskan makna
idiologi bagi bangsa dan
negara.

6 PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN kedudukan Pancasila sebagai 2 x Pertemuan


INDONESIA dasar negara yang realisasinya
sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara
Indonesia

7 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN pengertian paradigma sebagai 2 x Pertemuan


DALAM BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN paradigma dalam
PENGANTAR
 MANUSIA SEBAGAI MAHLUK TUHAN DAN SEBAGAI
MAHLUK SOSIAL.(MONODUALISTIK)
 HUBUNGAN DENGAN MANUSIA, LINGKUNGAN, TUHAN
(JAGAT RAYA)
 INTERAKSI SOSIAL
 MANUSIA PADA DASARNYA BERORIENTASI PADA
KEBUTUHAN DAN KESEJAHTERAAN (DUNIA-AKHIRAT)
 MANUSIA: BERFIKIR, BERKARYA,
MERESPON,BERHARAPAN---- BERBUDAYA
(KEBUDAYAAN)
MERESPON SITUASI KONDISI DENGAN: PENDIDIKAN
(Wujud Perjuangan Non-fisik)
 Hakikat Pendidikan:
◦ “To Lern, To Know, To do, To be, to live together”
◦ Spiritual Religius Afektif, (sikap,perilaku), Kognitif (Wawasan, Pemikiran,
Visioner), Psikomotorik (terampil, kreatif)

 Pedidikan: adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik/Mahasiswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ahlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan secara personal, komunal dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (dalm kaitan bela negara).

 Kemampuan Warganegara: mampu merespon dan mengisi dinamika


perubahan dengan nilai-nilai spiritual, nilai-nilai budaya, sejarah perjuangan,
Pancasila,
 Menumbuhkan wawasan Bangsa: sadar bermasyarakat bernegara, berbudaya,
bela negara, cinta tanah air,  Tegak, Tangguh NKRI dgn Pancasila, UUD1945
= MERDEKA SEUTUHNYA: Iman, taqwa, budaya kuat, sejahtera lahir bathin,
bahagia Dunia Akhirat
PEMETAAN KEDUDUKAN PROGRAM PENGAJARAN PENDIDIKA PANCASILA

LOKAL
NASONAL PENDIK
AN
GLOBAL PANCA
SILA

NK
VISI
RI
KOGNITIF

PSIKOMOTORIK RELE MIS


AFEKTIF VANS
I I

VISI MISI
UNIVERSITAS
FAKULTAS
PEMETAAN KEDUDUKAN PROGRAM PENGAJARAN PENDIDIKA PANCASILA

LOKAL
NASONAL
GLOBAL

KUALITAS
KOGNITIF
HARAPAN
TARGET
LULUSAN
PSIKOMOTORIK
(OUTPUT)
AFEKTIF

VISI MISI
UNIVERSITAS
FAKULTAS
Dasar Pemikiran
 “DIKNAS BERTUJUAN UTK MENINGKATKAN KUALITAS MANUSIA IND, YAITU
MANUSIA YG BERIMAN & BERTAQWA THD TUHAN YME, BERBUDI LUHUR,
BERKEPRIBADIAN, MANDIRI, MAJU, TANGGUH, CERDAS, KREATIF, TRAMPIL,
BERDISIPLIN, BERETOSKERJA, PROFESIONAL, BERTANGGUNG JWB & PRODUKTIF
SERTA SEHATJASMANI DAN ROHANI.
 DIKNAS HRS TUMBUHKAN JIWA PATRIOIK, RASA CINTA TANAH AIR,
MENINGKATKAN SEMANGAT KEBANGSAAN, KESETIAKAWANAN SOSIAL,
KESADARAN PD SEJARAH BGS DAN SIKAP MENGHARGAI JASA PARA
PAHLAWAN DAN BERORIENTASI KE MASA DEPAN

 - UU No. 2 TH 1989 TTG SISDIKNAS MENYEBUTKAN BAHWA KURIKULUM & ISI


DIK YG KUAT DIK PS, DIK AGAMA , PANCASILA DAN DIK
KEWARGANEGARAAN TRS DITKTKAN DAN DIKEMBANGKAN DI SEMUA JALUR,
JENIS DAN JENJANG DIK.
PENDAHULUAN & LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA

A. 4. LANDASAN PANCASILA:
 Historis: Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses sejarah (dari kerajaan Kutai,
Sriwijaya, Majapahit. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan sisyahkan menjadi Dasar Negara secara objektif telah dimiliki oleh
Bangsa Indonesia sendiri (Kausa Materialis). Menjadi sangat penting bagi Generasi
Penerus Bangsa terutam Kalngan Intelektual Kampun untuk: Mengkaji, Memahami,
Mengembangkan dengan pendekatan ILMIAH, agar melekat kesadaran, nasionalisme
dengan nilai-nilai yang dimuliki sendiri.
 Kultural, Mendasarkan Pandangan Hidup-nya dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki yang melekat pada banggsa itu
sendiri. Pancasila merupakan Hasil Karya Besar Bangsa sendiri yang diangkat dari nilai
kultural bangsa sendiri melalui proses refleksi Filosofis para pendiri Negara, seperti:
SOEKARNO, M YAMIN, M HATTA, SOEPOMO, dan lainnya. Nilai-nilai pancasila perlu
dikembgkan sesuai perkembangan zaman.
 Yuridis, tercantum dalam: UU No 2 Th 1989 (DIKTI) tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Psl 39 telah menetapkan isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan. SK Mendiknas RI., No 232/U/2000, tentang Pedoman Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Psl
10 ayat (1) dijelaskan bahwa kelompok Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan,
wajib diberikan dalam kurikulum setiap Program Studi, terdiri: Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan
 Filisofis, Pancasil sebagai dasar Filsafat Negara dan Pandangan Hidup Bangsa, syarat
kandungan moral (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan sosial).
 sosiologis
Pemahaman tentang Pancasila
Kata “Pancasila” terdiri atas dua kata dari bahasa sansekerta yaitu
palica yang artinya lima dan sila artinya asas atau prinsip. Jadi pancasila
dalam arti keseluruhan adalah 5 prinsip atau asas, dan kelima prinsip
tersebut telah menjadi rumusan dan pedoman kehidupan dalam
berbangsa dan bernegara bagi seluruh warga Indonesia.
Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29

Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri


Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan
Kesejahteraan Rakyat.
Pancasila oleh Dr Soepomo Beliau mengemukakan rumusan
pancasila sebagai berikut : Persatuan, Kekeluargaan, Keseimbangan
lahir batin, Musyawarah, Keadilan.
Pancasila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni

1945. Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut:


Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar
permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu
diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni.
RAMBU-RAMBU MATAKULIAH MPK& TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

A. SEBAGAI REALISASI
 SK. No.38/DIKTI/Kep/2002, tentang Rambu-rambu pelaksanaan MKPK. Psl 3
dijelaskan, bahwa kpmpetensi kelompok MPK bertujuan menguasai kemampuan
berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia
intelektual. Rambu-rambu dimaksud meliputi: kajian historis, filosofis,
kettanegaraan, kehidupan berbangsa bernegara, pengembangan etika politik.
 Target dan Sasaran: Mahasiswa agar mampu bersikap, mengenali dan mengatasi
masalah hidup-kehidupan rakyat, mensikapi perubahan, memaknai sejarah, nilai
budaya demi persatuan bangsa.
 TUJUAN: UU. No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikn Nasional, termuat dalam SK
Dirjen Dikti. No. 38/DIKTI/Kep/2002. Dijelaskan, bahwa tujuan pendidikan Pancasila
mengarhkan perhatian pada yang diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari
dan mampu mampu bersikap, mengenali dan mengatasi masalah hidup-kehidupan
rakyat, mensikapi perubahan, memaknai sejarah, nilai budaya demi persatuan
bangsa.
PANCASILA SECARA ILMIAH

A. ILMU – ILMU PENGATAHUAN – FILSAFAT – FILSAFAT ILMU


B. RASIONAL – LOGIS – TERUKUR – FAKTA – DATA – EMPIRIS -
TEORITIS

C. SYARAT-SAYARAT ILMIAH :
◦ Berobjek
◦ Bermetode
◦ Bersistem
◦ Bersif Universal

 Objek Materia dan Objek Forma


OBJEK PANCASILA

FORMA: MATERIA:
SASARAN PEMBAHASAN BERSIFAT
EMPIRIS NON EMPIRIS
KAJIAN PANCASILA DLM - HASIL BUDAYA BANGSA
SUDUT PANDANG - BANGSA INDONESIA SBG KAUSA
TERTENTU: DARI MORAL, MATERIALIS (ASAL MULA)
KAJIANNYA ADL:
EKONOMI, POLITIK, - EMPPIRIS: SEJARAH, FAKTA, DATA,
HUKUM, FILSAFAT-- DOKUMEN/NASKAH, BENDA,
CONTOH: FILSAFAT LEMBARAN NEGARA, HUKUM,
ADAT ISTIADAT.
PANCASILA - NON-EMPIRIS: NILAI-NILAI:-
BUDAYA, MORAL, RELIGIUS--
 SIFAT KARAKTER, POLA
BUDAYA,
METODE: cara, sistem pendekatan dlm pembahasan untuk
mendapatkan kebenaran yang objektif

Metode dl METODE:
-ANNALITICO SYNTETIC : perpaduan
pembahasan antara metode sistesis dan analisis:
berkaitan dg hasil sejarah, budaya.-
pancasila tergantung
pada karakteristik Contoh: Metode HERMENETIKA,
METODE KOHERENSI HISTORIS, serta
objek forma maupun METODE PEMAHAMAN, PENAFSIRAN,
materia INTERPRETASI: didasarkan pada
HUKUM-HUKUM LOGIKA dalam
penarikan kesimpulan

LOGIKA: Apa yang disebut benar apa


yang disebut salah
SISTEM
- Rumusan PANCASILA dlm Pembukaan
UUD1945
-Syah scr konstitusional (disahkan oleh PPKI
- Mrp PENGETAHUAN mewakili rakyat.
--PROKLAMASI
ILMIAH

-KESATUAN: PANCASILA
interkorelasi,
1. KETUHANAN YME
interdepedensi, 2. KEMANUSIAAN YG ADIL
keutuhan , & BERADAB
3. PERSATUAN INDONESIA
kebulatan ,(contoh: 4. KERAKYATAN YG
Pancasila sbg DIPINPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN
“MAJEMUK TUNGGAL” DALAM
PERMUSYAWARAN/PER
- KOHEREN (runtut) WAKILAM
5. KEADILAN SOSIAL BAGI
- SISTEMIK SELURUH RAKYAT
INDONESIA
UNIVERSAL

 ONTOLOGIS: adl
-KEBENARAN PENGETAHUAN
bagaimana wujud hakiki
ILMIAH HARUS UNIVERSAL
- KEBENARAN TIDAK
dan obyek
TERBATAS RUANG DAN  bagaimana hubungan
WAKTU antara obyek <-> daya
-HAKIKAT ONTOLOGIS: nalar manusia
NILAI-NILAI PANCASILA ADL membuahkan
BERSIFAT UNIVERSAL
pengetahuan
(SECARA ESSENSIAL,
MAKNA, HAKIKAT ( berpikir,merasa, indera
PANCASILA ADL UNIVERSAL) )
TINGKATAN PENGETAHUAN ILMIAH DITENTUKAN OLEH
PERTANYAAN ILMIAH, YAITU:

 PENGETAHUAN DESKRIPTIF”BAGAIMANA”?
 PENGETAHUAN KAUSAL “MENGAPA”?
 PENGETAHUAN NORMATIF  “KEMANA” ?
 PENGETAHUAN ESSENSIAL  “APA” ?
PANCASILA SCR ETIMOLOGIS
 PANCA= LIMA
 SYILA= BATU SENDI, ALAS, DASAR,
 SYIILA= (DOBLE “i” PERATURAN TINGKAH LAKU YG

BAIK, YG PENTING.
 Contoh: Historis ajaran moral budha setelah

runtuhnya Maja Pahit:


 5 larangan:

◦ Mateni  membunuh
◦ Maling  mencuri
◦ Madon  berzina
◦ Mabok  minuman keras, candu, narkoba (MIRASANTIKA)
◦ Main  Judi
 NEGARA DAN WARGANEGARA: Pembukaan UUD1945 menyatakan….”Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang dil dan beradab, persauan
indonesia dan kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia.

 Pasal 25A UUD 1945 menyatakan: “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-
batas dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang-Undang”. Sedangkan tentang
warga negara disebutkan bahwa: Yang menjadi warga negara ialah orang
indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara (Psl 26 ayat 1 UUD 1945).

 Psl 27 Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
 Psl 27 (a.3) setiap warg negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara
 Psl 30 (a.1) Tiap warga negara behak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan dan keamanan negara.
PANCASILA SBG SISTEM
FILSAFAT
MANUSIA & FILSAFAT
 MANUSIA:- OTAK, AKAL, IQ, HATI--,
QOLBU, NURANI, ---FISIK, RAGA, RASA

 ONTOLOGI
 EPISTEMOLOGI
 AKSIOLOGI
BERFILSAFAT
1. MELAKUKAN KOREKSI DIRI + KEBERANIAN
BERTERUS TERANG:SEBERAPA JAUH
KEBENARAN TERJANGKAU
2. BERTERUS TERANG KEPADA DIRI
3. RENDAH HATI LAKUKAN EVALUASI
PENGETAHUAN

APAKAH FILSAFAT ITU.


Keingintahuan hakikat diri dalam kemestaan galaksi, menyimak kehadiran
diri dengan kemestaan; ciri berfikir filsafat bersifat :
•menyeluruh : melihat ilmu dan konstelasi pengetahuan lainnya, kaitan
dengan moral dan agama, apakah ilmu membawa kebahagiaan diri.
•mendasar : membongkar pijakan fundamental; tak percaya ilmu itu benar
•Spekulatif : dasar kecurigaan yang tak bisa ditiadakan dan menetapkan
dasar yang diandalkan
BIDANG TELAAH FILSAFAT
MENELAAH SEGALA MASALAH YANG MUNGKIN DAPAT DIPIKIRKAN
MANUSIA, ALAM, MORAL, PENGETAHUAN, DAN LAIN

Telaah filsafat:
sesuai dasar spekulatif menelaah segala masalah yang mungkin
dipikirkan manusia.
sesuai fungsi perintis pemikiran: mempermasalahkan hal pokok,
terjawab satu masalah akan merambah masalah lain.

Tiga tahap telaah


Tahap Mula:
mempersoalkan siapakah manusia itu?

Tahap Kedua
pertanyaan tentang hidup dan keberadaan manusia.

Tahap Ketiga
(menyatakan suatu pernyataan sejelas mungkin,bahasa (termasuk
matematika, secara filsafati bukan ilmu, tetapi bahasa non verbal)
merupakan pokok kajian filsafat kini.
FILSAFAT NUSANTARA
Filsafat Nusantara tersebar di wilayah budaya Melayu atau melalui
Legenda, Mitos, Etos, dan peribahasa termasuk Uga di Sunda.

Filsafat itu terungkap pada situs purbakala, tanam padi huma, tradisi
maritim dan perbintangan, hukum laut : Kanun di Kerajaan Malaka,
serta Amnna Sappa (Sulawesi). Pemikiran dan Filsafat Agama :
Dharmapala, Syakyakirti (Sriwijaya), Karya Empu Kanwa, Tantular dan
Mpu Prapanca (Jawa) , Carita Parahyangan dan Galunggung (Sunda),
serta Hikayat Hang Tuah (Melayu).

FILSAFAT CINA
Lao Tze : alam raya bekerja dengan caranya sendiri karena itu orang yang hidup
di alam raya harus menyatukan diri padanya agar kehidupannya itu bahagia
melalui Tao (=cara, jalan) yang ada di alam.
Kung Fu Tze menekankan pada etika dalam mengatur fungsi akal sehat,
keselamatan serta kesejahteraan manusia terletak pada keberhasilan dengan di
bangun sistem sempurna di puncak. Pemilikan pengetahuan harus disertai dengan
keinginan tulus dan hati lurus sehingga dapat memberi urunan pada keserasian
hidup.
FILSAFAT
 Dari asal kata Yunani Kuno (Greek):
“philos” dan “sophia”
philos  cinta, menyenangi
sophia  kebenaran atau kebijaksanaan (wisdom)
 Mencintai atau menyenangi akan kebenaran atau

kebijaksanaan
 Kebenaran ada yang bersifat mutlak dan ada

yang bersifat relatif  bergantung pada sumber


kebenaran itu
FILSAFAT  Perenungan untuk menyusun
suatu sistem pengetahuan yang rasional dan
memadai, baik untuk memahami dunia
tempat kita hidup maupun untuk memahami
diri sendiri

Pemikiran Secara
Sistematis

Berakhir pada Tindakan


SUMBER
pengetahuan Pengetahuan

Wahyu disampaikan Tuhan melalui Nabi-Nabi

didapat tanpa melalui proses pengalaman

didapat melalui rasio – diproses metoda deduktif

didapat melalui pengalaman – diproses metoda induktif


SUMBER KEBENARAN ILMU

TUHAN

WAHYU MELALUI NABI / RASUL


Apakah ini
struktur proses
MANUSIA BIASA
MANUSIA
BERBUDAYA…?
RASIO (OTAK) RASA (HATI)

PENGAMATAN

PENGALAMAN

PENGETAHUAN

UPAYA PENGULANG PENGAMATAN DAN PENGUJIAN

ILMU PENGETAHUAN (SCIENTIFIC KNOWLEDGE)


ILMIAH=ILMU
 Segala sesuatu dlm realitas dpt diselidiki
secara ilmiah, bukan saja untuk mengerti
realitas dgn baik, melainkan juga untuk
menguasainya lebih mendalam menurut
segala aspeknya.
 Semua aspek realitas membutuhkan juga

penyelidikan primer, seperti air, makanan,


udara, cahaya, kehangatan dan tempat
tinggal, maka tidak akan cukup tanpa
penyelidikan itu. (Van Melsen, 1997 dlm
Surajiyo, 2008.
Sifat Pemikiran Filsafat
1. Menyeluruh  Pemikiran yang terus menerus
terhadap berbagai aspek yang mampu terjangkau
 terus bertananya dan mencari jawaban 
Complicated
2. Mendasar  Obyek pemikiran bukan hanya
lingkungan tetapi juga diri sendiri  Membongkar
sampai pada akar-akarnya Radical
3. Rasional  Ramalan atau renungan yang bersifat
rasional  Logical
 Sifat umum: Kemampuan berfikir kritis yang sering
tampil dalam perilaku meragukan,
memepertanyakan, dan membongkar sampai pada
akar-akarnya
Filsafat Merupakan Peneratas
Pengetahuan

WILL DURANT:
Filsafat merupakan pasukan marinir yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan
infanteri

LOUIS KATTSOFF:
Filsafat merupakan penyiapan semua
peralatan untuk membuat roti (kueh)
sehingga orang bisa membuat roti
Landasan Berpikir Filsafat Ilmu
?
ONTOLOGIS Ujud
hakiki dari obyek yang
diamati / dikaji / ditelaah

?
EPISTIMOLOGIS Proses
memperoleh ilmu pengetahuan

?
AKSIOLOGIS
Manfaat ilmu pengetahuan
Filsafat Ilmu adalah
Filsafat Pengetahuan
yang secara khusus
mengkaji hakikat Ilmu

Apakah Ilmu itu


sendiri?
Pengertian Ilmu (Science)
 A.F. Calmers: “Science as an intelectual
activity”
 Anthony O’Hear: “Science as knowledge
derived from the facts of experience”  istilah
lengkapnya “scientific knowledge”
 Fred R. Kerlinger: “In short, science is even
conceived to be a body of facts. Science in this
view, is also a way of explaining observed
phenomena”
PEMBEDAAN SCIENTIFIC
KNOWLEDGE
Necessary Knowledge
 Langsung dari kepercayaan dan apa adanya
 Very nature of human reasoning
 Beliefs
 Seseorang dilahirkan tidak dipertanyakan
kebenarannya dari mana  tidak didasarkan pada
pengalaman (experience)
Theoretical Knowledge
 Didasarkan pada pengalaman (experience)
 Didukung evidence / bukti nyata
 Melalui formal rules  Metode-metode
penelitian
SUMBER KEBENARAN ILMU

TUHAN

WAHYU MELALUI NABI / RASUL

MANUSIA BIASA

RASIO (OTAK) RASA (HATI)

PENGAMATAN

PENGALAMAN

PENGETAHUAN

UPAYA PENGULANG PENGAMATAN DAN PENGUJIAN

ILMU PENGETAHUAN (SCIENTIFIC KNOWLEDGE)


Ilmu, Agama, dan Filsafat
 Ilmu yang sekarang berkembang hanya berdasarkan
pemikiran manusia semata-mata
 Herman Suwardi : pemikiran sekuler
 Yuyun S.Suriasumantri: rasionalisme, empirisme, intuisi
dan wahyu
 Kritik dar pemikir Barat sendiri “Ilmu tanpa agama buta,
agama tanpa ilmu lemah” (Einstein)
 Alexander Bird: “Creation science originates with a literal
reading of the Bible”
 Santo Agustinus dan Thomas Aquinas: “agama dan
filsafat dua hal yang sejalan”
 Iqbal: “Agama dan filsafat semestinya beriringan untuk
mencapai kebenaran”
Hubungan Antara Ilmu dengan
Agama Dalam Pandangan Barat

•Aristoteles dan Plato mempunyai pemikiran tentang


filsafat pertama di atas filsafat metafisika. Mereka
berpendapat bahwa fisika tidak tetap dan labil dan
belum mencapai dasar terdalam  Mencari derajat
tertinggi dalam pengetahuan manusia yang tidak bisa
diatasi lagi
• Istilah metafisika dintroduksi Andronikus tahun 70
SM dan baru tahun 3 SM diperguanakan secara umum
• Abad Pertengahan disusun hubungan Metrafisika
dengan Teologi Kristiani
• Abad ke 13 mulai ada pengarang menyusun
Metafisika lepas dari Teologi Kristiani
Hubungan Antara Ilmu dengan
Agama Dalam Pandangan Barat

•1597 Francisco Suarez menyusun traktat secara


sistimatis metafisika sebagai ilmu yang otonom tetapi
masih memuat Ontologi dan Teologi
• 1623 Francis Bacon menempatkan bahan Ontologi di
muka semua Ilmu Pengetahuan, termasuk masalah
Ketuhanan
•1681 Du Humal memberikan nama khusus bagi
Metafisika yaitu Ontologia dengan tidak memisahkan dari
Teologi
• Sejak abad 18 di mana Christian Wolff membedakan
Metafisika Generalis dengan Metafisika Spesialis  Terjadi
pemisahan ontologi dengan Teologi walaupun masih
banyak yang berpendapat tidak dipisahkan
Sebelum 15.000 th SM: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan
 Manusia Belajar dari alam sekitarnya
 Budaya hidup nomade
kl. 15.000 – 600 th SM:
 Sudah mengenal membaca, menulis dan berhitung
 Periode Mesir Kuno, Sumeria, Babilonia, Niviveh, Tiongkok, Maya, Inca
kl. 600 – 200 SM:
 Periode Yunani Kuno : Manusia mempunyai kebebasan  embriyo demokrasi liberal
Pemikir-pemikir Sokrates, Aristoteles, Plato, kemudian Thales, Archimedes,
Aristachus, dll.
 Mulai dokenal logika deduktif: silogismus
Abad Pertengahan:
 Diwarnai pemikir-pemikir Arab dan Islam
 Pengaruh agama dan moral
Abad Modern:
 Ilmu Pengetahuan berkembang pesat  hasil interaksi berbagai pengetahuan 
sintese
Awal Periode Yunani Kuno
 Sokrates (470-399 s.m.) sebagai peletak dasar etika filsafat
Yunani  moral inquiry, mulai dikenal logika deduktif
 Plato (427-347 s.m.) dengan pemikiran politiknya dalam
‘Republik’, Degeneration of governmental forms: a natural
movement from aristricray to timecracy, to oligarchy, to
democracy and finally to tyranny
 Aristolteles (384-322 s.m.) yang mempunyai pemikiran
bahwa negara adalah highest naural community yang
dimulai dari rumah tangga, desa dan kota. Dia membagi
ilmu pengetahuan umum dalam 8 bagian: logic, physics,
biology, psychology, metaphysics, moral philosophy,
political philisophyaethetics
 Polybius (204 – 122 SM):
Ia terkenal sebagai ahli sejarah besar, pemikir tentang
bentuk pemerintahan antara lain menghubungkan antara
kebijakan luar negeri dengan politik dalam negeri. Dia
juga mengemukakan pemikirannya tentang perubahan
sosial dan integritas dalam public affairs
 Cicero (106 – 43 SM):

Seorang ahli hukum terkemuka yang menghubungkan


hukum dan pemerintahan seperti dalam tulisannya “The
Republic and The Law”. Menurut dia pemikiran tentang
hukum bukan hanya bersifat kewenangan formal dan
paksaan, tetapi: “True law is right reason in agreement
with nature”
SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM
PENGEMBANGAN ILMU
 Al-Kindi, disamping menerjemahkan karya filsafat Yunani,
kontribusinya menyekaraskan filsafat dan Agama
 Tahun 1905 M Albert Einstein terkenal dengan teori
relativitas umum yang menyatakan kecepatan cahaya
adalah konstan dan teori relativitas khusus di mana
materi dan cahaya bergerak dengan kecepatan sangat
tinggi  padahal 1.100 sebelumnya, pada abad ke 8 M
dasar-dasar teori rfelativitas sudah dikemukakan Al-Kindi
 Al-Kindi dikenal pula sebagai geografer pertama yang
memperkenalkan percobaan ke dalam ilmu bumi
 Ibnu Rusdi (Averus), pemikir Muslim yang berpengaruh
pada abad 12 M, mengintegrasikan antara Islam dengan
tradisi pemikiran Yunani
SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM
PENGEMBANGAN ILMU

 SejarawanBarat, Philip K, Hitti, dalam kuliah


umumnya di University of Houston bulan
September tahun 2000 M, menyatakan bahwa
ilmuwan Muslim Ibnu Farmas adalah perintis
dan peletak dasar kedigantaraan dan
manusia pertama yang melakukan percobaan
penerbangan pada tahun 852 atau sekitar
600 tahun sebelum Roger Bacon dan
Leonardo Da Vinci mencoba untuk terbang.
SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM
PENGEMBANGAN ILMU
 Umar Kayyam yang lebih kesohor sebagai penyair
dunia, sejatinya sebagai ilmuwan yang menguasai
matematika, astronomi dan filsafat  Tahun 1980
astronot Uni Sovyet, Lyudmila Zhuravlyova,
menemukan sebuah planet kecil yang dia beri nama
Umar Khayyam
 Al-Zahrawi sebagai ahli kedokteran yang lahir tahun
936 M diakui sebagai Bapak Ilmu Bedah modern yang
dikenal Barat dengan Abulcasis dan termashur sampai
abad 21 ini dunia Barat baru mengembangkan Ilmu
Bedah pada tahun 1880
 Abad 16 M ilmuwan Muslim Taqi Al-Din telah
memaparkan cara kerja mesin uap dengan menulis
sedikitnya 90 judul buku,
 NEGARA YANG DICITA-CITAKAN:
 Akuntabel
 Legitimit
 Tidak Otoriter

 MODEL YANG DIKEMBANGKAN: “Civil Society”, masyarakat “Madani”,

 Negara yang Ideal:


 Berketuhanan YME
 Demokratis
 Multi Kultur
 Kosmopolitan
 Beradab (Civility) dan berkeadilan sosial

HUKUM KETATANEGARAAN
A. Pengertian Hukum Ketatanegaraan :
Dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai peraturan yang
memaksa masyarakat untuk tunduk dan patuh pada aturan – aturan
yang berlaku. Sifat ketundukan dab kepatuhan masyarakat terhadap
peraturan dikarenakan kesadaran hukum, yaitu memahami makna dan
tujuan hukum bagi kemaslahatan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, atau karena takut terhadap sanksi hukum yang akan
menimpanya apabila melanggar peraturan yang berlaku. Di samping
itu, ketaatan hukum ataupun peraturan yang berlaku memaksa
masyarakat untuk senantiasa menjalani hidup dan kehidupan
individual ataupun sosialnya dalam kedisiplinan dan keamanan diri
agar terhindar dari hal – hal yang merugikan perjalanan kehidupan
manusia, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas sosial.
Secara keseluran, gerak langkah manusia diatur oleh hukum.
Apabila hukum dikaitkan dengan ketatanegaraan, pengertiannya
terdiri daro dua konsep penting, yaitu konsep hukum dan konsep
tata negara. Hukum adalah aturan, sedangkan tata negara
mengatur negara. Oleh karena itu pengertian hukum tata negara
adalah sistem hukum tentang pengaturan negara. Pengaturan
negara dengan hukum, artinya mengatuur bentuk negara, mengatur
pemerintahan dan sistem penyelenggaraan suatu negara, mengatur
pemisahan dan pembagian kekuasaan, hak – hak wilayah, konstitusi
negara, alat – alat negara, sistem peralihan kepemimpinan dalam
nengara, dan sebagainya yang secara komprehensif berkaitan
dengan pengaturan negara.
Hukum ketatanegaraan adalah hukum yang mengatur bentuk
negara dan bentuk pemerintaha, mengkaji hierarki peraturan
perundang – undangan dalam penyelenggaraan negara,
membicarakan sistem pemerintahan, pemerintahan sentralistik dan
desentralistik, peraturan pemerintah, peraturan daerah, peraturan
presiden, dan kekuasaan dengan tingkatan – tingkatannya serta
wilayah dengan kedaulatan negara dengan masyarakatnya.
B. Objek Ketatanegaraan
Objek kajian hukum dan ketatanegaraan adalah negara.
Berbicara tentang negara tidak dapat terlepas dari objek
kajian yang berhubungan secara langsung dengan hal – hal
berikut :
1. Bentuk negara
2. Bentuk pemerintahan
3. Warga negara
4. Undang – undang kewarganegaraan
5. Hak – hak dan kewajiban warga negara
6. Sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah
7. Peraturan daerah
8. Kewenangan kepala daerah
C. Teori Negara
Beberapa teori yang paling populer tentang asal mula
negara adalah sebagai berikut :
1. Teori Kontrak Negara
2. Teori Ketuhanan
3. Teori Kekuatan
4. Teori Patriarkal dan Teori Matriarkal
5. Teori Organis
6. Teori Daluwarsa
7. Teori Alamiah
8. Teori Idealitas Negara
9. Teori Sejarah
D. Sifat – sifat Negara
Terbentuknya suatu negara sekaligus terbentuk pula
sistem normatif yang menguatkan kedudukannya sebagai
negara. Oleh sebab itu, negara memiliki sifat – sifat yang
selalu melekat didalam ketatanegaraan. Sifat – sifat negara
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Memaksa
2. Mengatur
3. Membentuk
4. Mendomonasi
5. Monopoli
6. Mengendalikan
7. Mengelola
E. Unsur – unsur Negara
Negara dibentuk oleh seperangkat sistem
ketatanegaraan yang terdiri dari unsur – unsur berikut :
1. Teritorial atau Wilayah Negara
2. Penduduk
3. Pemerintahan
F. Lembaga – lembaga Negara
Lembaga – lembaga negara memiliki funngsi yang strategis
untuk mewujudkan tujuan negara. Dalam Negara Republik
Indonesia, pemerintahan terdiri dari lembaga – lembaga yang
sepenuhnya diatur oleh UUD 1945, yaitu :
1. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
2. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
3. DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
4. MA (Mahkamah Agung)
5. MK (Mahkamah Konstitusi)
6. Badan Pemeriksa Keuangan
7. DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
8. Kementrian
9. Pemerintahan Daerah
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN
SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM

A. Pancasila sebagai Falsafah Negara RI


Pancasila sebagai falsafah negara Republik Indonesia secara
resmi disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebagai falsafah negara,
sila – silanya tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang
diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7
bersama – sama dengan Batang Tubuh UUD 1945.
Sila – sila dalam Pancasila mengandung filsafat kehidupan
berbangsa dan bernegara yang universal, mencakup aspek duniawi
dan ukharawi, mental spiritual, moral dan akhlak bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai pandangan hidup
dan jiwa bangsa yang fundamental yang tidak akan mengalami
kadaluwarsa ideologis, jika bangsa dan semua warga negara
memahaminya sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara.
B. Pancasila sebagai Falsafah Demokrasi
Bangsa
Dalam demokrasi, faktor partisipasi politik dari seluruh
masyarakat sangat penting karena politik sosial yang berjasa
membangun bangsa Indonesia dan politik sosial pula yang
membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan dan
kolonialisme Belanda dan Jepang. Hakikat politik sosial
menyadarkan semua anak bangsa ini dalam membangun sendi –
sendi kehidupan Pancasila.
Pancasila sebagai falsafah demokrasi politik berbangsa
dan bernegara berpegang erat pada prinsip – prinsip yang
dibangun dari sila – sila yang terdapat dalam Pancasila,
yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Prinsip Kemanusiaan
3. Prinsip Toleransi
4. Prinsip Tolong – Menolong
5. Prinsip Interaksi Sosial
6. Prinsip Keadilan
7. Prinsip Kemaslahatan Umum
8. Prinsip Musyawarah
C. Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 mencerminkan hukum tertinggi
dari semua peraturan, hukum, dan perundang – undangan
yang ada. Bahkan, semua pasal yang terdapat dalam UUD
1945 berada dibawah Pembukaan UUD 1945. Tingkatan
tertinggi dari semua pasal UUD 1945 menunjukkan adanya
keharusan unitasi perundang – undangan yang terdapat
dalam UUD 1945. Hubungan kausalitas dan organis semua
pasal menyatu padu dengan isi Pembukaan UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 adalah penegasan tentang segala
harapan bangsa Indonesia tentang tujuan dan prinsip –
prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara yang merdeka
dan berdaulat.
Bangsa Indonesia, sebagai bangsa dan negara yang telah
merdeka menyadari sepenuhnya bahwa kemerdekaan bukan
akhir dari perjuangan dan pergerakan, melainkan awal untuk
berjuang dan bergerak dalam membangun bangsa dan
negara. Oleh sebab itu, dalam alinea keempat ditegaskan
beberapa hal yang mendasar, yaitu sebagai berikut :
1. Membentuk pemerintahan negara yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupa bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
5. Membentuk UUD Negara Indonesia
6. Menyusun Negara Republik Indonesia yang berdaulat
7. Berpegang kepada Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara
SUMBER – SUMBER HUKUM TATA
NEGARA
A. Macam – macam Sumber Hukum
Sumber – sumber Hukum Tata Negara Indonesia yaitu
sebagai berikut :
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang – undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan Pelaksana Lainnya
7. Konvensi Ketatanegaraan
8. Traktat
B. Konstitusi Negara
Pembahasan tentang negara dengan semua hukum yang
terdapat didalamnya, tidak terlepas dari pembahasan mengenai
konstitusi karena hampir seluruh negara di dunia memiliki
konstitusi yang dijadikan pedoman penyelenggaraan
pemerintahan dan negara, atau konstitusi dapat disebut sebagai
aturan main dalam bernegara.
Istilah konstitusi berasal dari kata constitution, artinya
membentuk, menyusun, menyatakan. Oleh karena itu, konstitusi
diartikan sebagai pembentukan negara, menyusun dan
menyatakan suatu negara. Pembentukan konstitusi yang alot
dalam proses sosial – politik dilengkapi dengan kerangka kerja
sebuah negara untuk menjelaskan bentuk negara, sistem
pemerintahan, dan tujuan negara. Kerangka kerja konstitusional
mengemukakan suatu sistem penyelenggaraan negara.
C. Perubahan Konstitusi Negara
Setiap konstitusi yang tertulis mencantumkan pasal tentang
perubahan. Hal ini disebabkan suatu konstitusi meskipun
dirancang untuk jangka waktu yang lama selalu akan tertinggal
dari perkembangan masyarakat, sehingga pada saat kemungkinan
perkembangan itu terjadi, konstitusi itu perlu diubah. Suatu
konstitusi pada hakikatnya adalah suatu hukum dasar yang
merupakan dasar bagi peraturan perundangan lainnya. Karena
tingkatannya yang lebih tinggi, dan yang menjadi dasar bagi
peraturan perundangan lainnya, pembuat konstitusi menetapkan
cara perubahan yang tidak mudah dengan maksud agar tidak
mudah pula orang mengubah hukum dasarnya. Kalau memang
suatu perubahan diperlukan, perubahan itu harus benar – benar
dianggap perlu oleh rakyat banyak. Akan tetapi, sebaliknya ada
pula konstitusi yang mensyaratkan perubahan tidak seberat cara
diatas dengan pertimbangan bahwa perkembangan tidak perlu
mempersulit perubahan konstitusi.
Konstitusi yang demikian sifatnya fleksibel karena
perubahannya tidak memerlukan cara yang istimewa,
tetapi cukup dilakukan oleh badan pembuat undang –
undang biasa. Ada pula konstitusi yang menetapkan
syarat perubahan yang berat, tetapi betapapun rigidnya
suatu konstitusi untuk diubah, apabila kekuatan politik
yang berkuasa pada waktu itu menghendaki perubahan
maka konstitusi itu akan diubah. Sebaliknya, meskipun
konstitusi itu mudah berubah, jika kekuatan politik yang
berkuasa tidak menghendaki adanya perubahan maka
konstitusi itu tetap tidak akan berubah.
Amandemen terhadap konstitusi sejalan dengan tuntutan
reformasi dan perkembangan kebutuhan bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, amandemen UUD 1945 sudah menjadi keharusan
sejarah sosial politik bangsa Indonesia yang dilakukan sejak 1999
– 2002. Perubahan UUD 1945 dilakukan berdasarkan lima
kesepakatan dasar, yaitu :
1. Tidak mengubah Pembukaan Uud 1945
2. Tetap mempertahankan NKRI
3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial
4. Meniadakan penjelasan Uud 1945 serta hal – hal normatif
dalam penjelasan dimasukkan ke dalam pasal – pasal
5. Melakukan perubahan dengan cara adendum

Lima kesepakatan dasar itu merupakan media MPR dalam


menyempurnakan aturan dasar mengenai hal – hal yang sangat
fundamental bagi kehidupan serta masa depas bangsa dan
negara.
UNDANG – UNDANG DASAR SEBAGAI
HUKUM DASAR TERTULIS
A. Eksistensi UUD 1945
UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi
pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. Uud 1945
disahkan sebagai undang – undang dasar negara oleh PPKi pada
tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di
Indonesia berlaku konstitusi Ris, dan sejak tanggal 17 Agustus
1950, di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli
1959 kembali memberlakukan UUD 1945 dengan dikukuhkan
secara aklamasi oleh DPR pada 22 Juli 1959. Pada kurun waktu
tahun 1999 – 2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen) yang mengubah susunan lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia.
B. Pengertian Hukum Dasar
Dalam ilmu hukum tata negara dikenal dua hukum dasar, yaitu
yang tertulis dan yang tidak tertulis yang disebut dengan
konvensi. Menurut sifat dan fungsinya, undang – undang dasar
adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas –
tugas pokok dari badan pemerintahan suatu negara dan
menentukan pokok cara kerja badan – badan tersebut. Dengan
demikian, undang – undang dasar bukan hanya membagi – bagi
kekuasaan dan mengatur kinerjanya, melainkan sekaligus
menetapkan hubungan interelasi diantara lembaga negara yang
memikul kekuasaan yang beragam agar dalam pelaksanaan
kinerjanya berjalan sinergis dan integral.
Sifat – sifat UUD 1945 sebagai Hukum Dasar yang supel dan
singkat adalah sebagai berikut :
1. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang tertulis memiliki
rumusan yang jelas dan tegas
2. UUD 1945 sebagai hukum positif yang mengikat bagi
penyelenggara pemerintahan dan negara serta bagi
kehidupan warga negara
3. UUD 1945 memuat aturan – aturan pokok yang antisipatif
terhadap perkembangan zaman, menerima perubahan atas
dasar tuntutan rakyat dan demokrasi pada era modern
4. UUD 1945 adalah muatan normatif bagi proses
pelaksanaan konstitusionalisasi pemerintah penyelenggara
negara
5. UUD 1945 sebagai hukum dasar dan dasar hukum. Oleh
karena itu, sebagai landasan yuridis tertinggi bagi peraturan
perundang – undangan lainnya. Semua peraturan
perundangan yang akan dan sudah dibentuk serta ditetapkan
bertitik tolak dari UUD 1945.
C. Proses Perubahan UUD 1945
Ada tiga yang diterbitkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat, yaitu sebagai berikut :
1. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1998 tentang pencabutan
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang referendum
2. Ketetapan MPR Nomor XIII/MPR/1998 tentang
pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
Republik Indonesia
3. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang hak asasi
manusia
PEMILIHAN UMUM (PEMILU)

A. Macam – macam Sistem Pemilihan Umum


Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang – orang untuk
mengisi jabatan – jabatan politik tertentu. Jabatan – jabatan
tersebut beragam, mulai dari presiden, wakil rakyat diberbagai
tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih
luas, pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan – jabatan
seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata
“pemilihan” lebih sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi masyarakat
secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan
retorika, public relations, komunikasi massa, lobi dan kegiatan lain.
Meskipun agitasi dan propaganda di negara demokrasi sangat
dikecam, dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik
propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus
selalu komunikator politik.
Para pemilih dalam pemilu disebut konstituen. Kepada
merekalah, para peserta pemilu menawarkan janji – janji dan
program – programnya pada massa kampanye. Kampanye dilakukan
selama waktu yang telah ditentukan menjelang hari pemungutan
suara.
setelah pemungutan suara dilakukan, proses perhitungan
dimulai. Pemenang pemilu ditentukan oleh aturan main atau
sistem penentuan pemenang yang telah ditetapkan dan disetujui
oleh para peserta dan disosialisasikan kepada para pemilih.
Dilihat dari cara – cara wakil rakyat mengajukan dirinya
dalam pemilihan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Sistem pencalonan secara daftar
2. Sistem pencalonan secara perseorangan
B. Penentuan Jumlah Kursi dalam Partai Politik
Pada umumnya di seluruh dunia hampir sama untuk menentukan jumlah
kursi untuk satu partai politik. Rumusnya sebagai berikut :
1. Langkah pertama :

a=x/y

Keterangan :
x = jumlah suara sah tersedia
y = jumlah kursi yang ditetapkan yang tersedia
a = hasil bilangan pemilih
2. Langkah kedua :

z=b/a

Keterangan :
b = jumlah kursi yang diraih setiap partai
z = hasil bilangan pemilih untuk setiap partai
Nilai Mayoritas dan Minoritas
Jumlah suara untuk Jumlah suara untuk Status
duduk parlemen hak mengubah UU
x > 50% x ≥ 66,7% Mayoritas mutlak
x > 50% 50% < x ≥ 66.7% Mayoritas
x ≤ 50% x ≤ 50% Minoritas

Keterangan :
x = jumlah suara yang diraih oleh setiap partai
Pembentukan Koalisi
Pemenang dan Juara 2 dan Hak Mayoritas
Koalisi Koalisi
x > 50% x < 50% Pemenang dan
Koalisi
x < 50% x > 50% Juara 2 dan
Koalisi

Keterangan :
x = jumlah suara yag diraih oleh pembentukan koalisi
C. Partai Politik di Indonesia
Partai politik pertama – tama lahir pada zaman kolonial,
seperti Bbudi Utomo dan Muhammadiyah yang merupaka gerakan
partai politik tertutup, sedangkan Serikat Islam, Partai Katolik,
Partai Nasional Indonesia dan Partai Komunis Indonesia
merupakan pastai terbuka. Pada dasarnya, semua partai politik
yang ada merupakan personifikasi keragaman budaya politik di
Indonesia yang dilahirkan melalui kebudayaan multipartai.
Seiring dengan perkembangan zaman, partai politik di Indonesia
pun semakin berkembang dan bertambah banyak.
FALSAFAH BUDAYA BANGSA

A. Hakikat Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan
menginterprestasi lingkungan serta pengalamannya, dan menjadi
pedoman tingkah lakunya. Kebudayaan merupakan milik bersama
anggota masyarakat yang disebarkan dan diwariskan kepada generasi
berikutnya. Penyebaran tersebut dilakukan melalui proses belajar
dan dengan menggunakan simbol – simbol yang terwujud dalam
bentuk yang terucapkan ataupun yang tidak terucapkan (termasuk
juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia). Dengan demikian,
setiap anggota masyarakat mempunyai pengetahuan mengenai
kebudayaannya masing – masing.
B. Eksistensi Kebudayaan Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah luas,
terbentang dari Aceh sampai ke Papua. 17.504 pulau yang
tersebar di seluruh kedaulatan Republik Indonesia, yang terdiri
dari 8.651 pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang belum
bernama. Disamping kekayaan alam dengan keanekaragaman
hayati dan nabati, Indonesia dikenal dengan keberagaman
budaya. Di Indonesia terdapat beragam etnis yang memiliki
budaya masing – masing. Suku bangsa dan etnis itu adakalanya
menempati daerah atau wilayah dalam sebuah provinsi dan
adakalanya menempati lintas provinsi.
C. Falsafah Budaya Nasional
Kebudayaan didefinisikan sebagai simbol dan makna dalam
masyarakat yang didalamnya terdapat norma dan nnilai hubungan
sosial dan perilaku yang menjadi identitas masyarakat
bersangkutan. Budaya adalah cipta yang merupakan kerinduan
manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam
pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu
pengetahuan yang bersumber pada kenyataan.
Budaya adalah karya, yaitu kerinduan manusia untuk menginsafi
sangkan paran, yaitu asal manusia sebelum lahir (sangkan), dan
tujuan manusia sesudah mati (paran). Kemudian, muncul berbagai
sistem kepercayaan dan agama. Budaya adalah rasa, yaitu
kerinduan manusia akan keindahan sehingga menimbulkan
dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan
keindahan dan menolak segala keburukan. Buah perkembangan
rasa berbentuk norma keindahan yang menghasilkan kesenian.
Kebudayaan nasional Indonesia secara hakiki terdiri atas semua
budaya yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa
budaya itu, tidak ada kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional
merupakan realitas kesatuan nasional, yang akan semakin kuat
apabila seluruh kebudayaan lokalnya semakin mantap dan
mengembangkan diri dengan mempertahankan originalitasnya.
Kebudayaan nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang
ada di negara tersebut. Kebudayaan daerah secara turun – temurun
oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada ruang
lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk
suatu daerah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama
sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka
dengan penduduk – penduduk yang lain. Budaya daerah mulai
terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan – kerajaan
terdahulu. Hal itu dapat dilihat dari cara hidup dan interaksi sosial
yang dilakukan masing – masing masyarakat kerajaan di Indonesia
yang berbeda satu sama lain.
D. Proses Pembentukan Kebudayaan Nasional
Perjalanan panjang sejak Indonesia, memberi pengalaman
kepada warga negara mengenai kehidupan berbangsan dan
bernegara. Kesadaran nasional dipupuk dengan menanamkan
gagasan nasionalisme dan patriotisme. Kesadaran nasional
menjadi dasar keyakinan perlunya memelihara dan
mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa
sebagai perjuangan mencapai peradaban, sebagai upaya
melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan,
ketertundukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing atau
kekuatan asing.
Dalam kehidupan sehari – hari, kebudayaan, agam dan suku
bangsa bersama – sama dengan pedoman kehidupan berbangsa
dan benegara mewarnai perilaku dan kegiatan kita. Berbagai
kebudayaan itu beriringan saling melengkapi dan saling mngisi,
tidak berdiri sendiri – sendiri bahkan saling mnyesuaikan
(fleksibel) dalam pencaturan hidup sehari – hari. Dalam konteks
itu pula beragam suku bangsa yang terdapat di Indonesia
merupakan aset negara karena adanya pemahanan terhadap
tradisi serta potensi budaya yang dimilikinya, yang
keseluruhannya perlu didayagunakan bagi pembangunan nasional.
Setiap suku bangsa memiliki hambatan busaya masing –
masing yang berbeda antara suku bangsa yang satu dan yang
lainnya. Tugas negaralah untuk memahami, mengatasi hambatan
budaya masing – masing suku bangsa dan secara aktif
memberikan dorongan dan peluang bagi munculnya potensi budaya
baru sebagai kekuatan bangsa.
PANCASILA DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Hakikat Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia merupakan hak yang bersifat kodrati yang
merupakan rahmat Tuhan bagi seluruh manusia. Hak asasi
manusia yang paling fundamental ada dua macam, yaitu hak
persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak inilah lahir hak –
hak asasi lainnya. Persamaan derajat antarmanusia merupakan
titik tolak semua hak yang ada di muka bumi yang merupakan
milik mutlak manusia.
Hakikat hak asasi manusia adalah sebagai berikut :
1. HAM merupakan millik mutlak Tuhan yang diberikan kepada
manusia
2. HAM merupakan citra diri manusia yang memiliki harkat dan
martabat kemanusiaan yang sama dengan seluruh makhluk
Tuhan lainnya
3. HAM berkaitan dengan kewajiban yang harus dilaksanakan
4. Hakikat HAM adalah persamaan dan kemerdekaan hidup
manusia
5. Persamaan dan kemerdekaan menimbulkan hak – hak manusia
lainnya dan jika persamaan dan kemerdekaan tidak diperoleh
manusia, hak – hak asasi lainnya tidak akan muncul
B. Latar Belakang Kelahiran HAM
Para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai
dengan lahirnya Magna Charta pada tahun 11215 di Inggris. Magna
Charta mencanangkan bahwa raja yang semula memiliki kekuasaan
absolut, menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai
pertanggungjawaban di muka umum. Dan disinilah lahir doktrin
bahwa raja tidak kebal hukum lagi dan bertanggung jawab kepada
hukum.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independen yang lahir dari paham
Roessau dan Montesqueu. Jadi walaupun di Perancis belum
diperinci makna HAM yang sebenarnya, di Amerika Serikat lebih
dahulu mencanangkan secara lebih terperinci. Mulailah dipertegas
bahwa manusia adalah merdeka sejak dalam perut ibunya sehingga
tidaklah logis apabila sesudah lahir ia harus terbelenggu.
C. Prinsip – prinsip Dasar HAM
Diantara prinsip dasar yang termuat dalam HAM yang universal antara
lain prinsip persamaan, kebebasan dan keadilan. Prinsip – prinsip ini
mencakup hak atas hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
hak kolektif.
Prinsip persamaan merupakan bentuk pengakuan yang bersifat kolektif
yang tumbuh dari kesadaran insani dalam melihat memposisikan orang
lain sederajat secara kemanusiaan. Prinsip kebebasan dimuat dalam HAM
merupakan klaim bahwa seseorang dapat berbuat dan bertindak sesuai
dengan hak – hak yang dimilikinya. Akan tetapi, perbuatan dan tindakan
tersebut dibatasi oleh hak – hak orang lain.
Prinsip keadilan merupakan prinsip dasar yang menjadi pilar utama HAM
yang universal. Keadilan tidak hanya dalam aspek hukum, ekonomi, dan
politik tetapi juga dalam segala dimensi kehidupan masyarakat. Faktor
utama munculnya krisis multidimensi dalam kehidupan masyarakat adalah
keadilan. Meskipun keadilan menurut HAM adalah terjaminnya
keseimbangan antara hak dan kewajiban antar – setiap individu.
Hak personal, hak legal, hak sipil dan politik terdapat dalam Pasal
3 – 12 dalam DUHAM (Deklarasi Universal HAM) memuat :
1. Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan pribadi
2. Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan
3. Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman
yang kejam
4. Hak untuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja secara
pribadi
5. Hak untuk pengampunan hukum secara efektif
6. Hak bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang
sewenang – wenang
7. Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak
8. Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti besalah
9. Hak bebas dari campur tangan yang sewenang – wenang
10. Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik
11. Hak atas perlindungan hukum terhadap serangan
12. Hak bergerak
13. Hak memperoleh suaka
14. Hak atas satu kebangsaan
15. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga
16. Hak untuk mempunyai hak milik
17. Hak bebas berpikir, berkesadaran dan beragama
18. Hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat
19. Hak untuk berhimpun dan berserikat
20. Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak
atas akses yang sama terhadap pelayanan masyarakat
Hak ekonomi, sosial dan budaya berdasarkan pada pernyatan
DUHAM menyangkut hal – hal sebagai berikut :
1. Hak atas jaminan sosial
2. Hak untuk bekerja
3. Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama
4. Hak untuk bergabung kedalam serikat – serikat buruh
5. Hak atas istirahat dan waktu senggang
6. Hak atas standar hidup yang pantas dibidang kesehatan dan
kesejahteraan
7. Hak ata pendidikan
8. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang
berkebudayaan dan masyarakat
Sementara itu dalam UUD 1945 (amandemen I – IV UUD
1945) memuat hak asasi manusia yang terdiri dari :
1. Hak kebebasan mengeluarkan pendapat
2. Hak kedudukan yang sama didalam hukum
3. Hak kebebasan berkumpul
4. Hak kebebasan beragama
5. Hak penghidupan yang layak
6. Hak kebebasan berserikat
7. Hak memperoleh pengajaran atau pendidikan
Selanjutnya, secara operasional beberapa bentuk HAM yang
terdapat dalam UUD Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
sebagai berikut :
1. Hak untuk hidup
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak memperoleh keadilan
5. Hak atas kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman
7. Hak atas kesejahteraan
8. Hak turut serta dalam pemerintahan
9. Hak wanita
10. Hak anak
Pedidikan: adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik/Mahasiswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ahlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan secara personal, komunal dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (dalm kaitan bela negara).

 Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta:


 Satu Tanah Air
 Satu Bangsa, Bangsa Indonesia Syarat “GEOPOLITIK”
 Satu Bahasa, Bahasa Indonesia

BANGSA & NEGARA
 Bangsa: Adl orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat istiadat,
bahasa dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri atau kumpulan manusia
yang biasanya terikat karena kesatuan bahsa dan wilayah tertentu di muka
bumi.

Menurut Ernest Renan: Bangsa lah kelompok yang membentuk suatu


bangsa, memiliki ‘le d’estre enseble’, memiliki kemauan untuk berada dalam
satu himpunan.
Menurut Otto Bauer: Suatu bangsa terbentuk karena adanya satu persamaan,
satu persatuan karakter, watak, dimana krakter atau watak ini lahir dan
tumbuh yang terjadi karena adanya persatuan pengalaman (senasib
sepenanggungan)

 Negara: Suatu organisasi diantara kelompok, memiliki ciri sebagi berikut:


 Mendiami wilayah tertentu
 Adanya pemerintahan dan tata tertib (Hukum)
 Adanya Kekuasaan

Menurut Max Weber: Negara merupkan struktur politik yang diatur oleh
hukum, yang mencakup suatu komunitas manusia, yang hidup dalam suatu
wilayah yang bersangkutan milik mereka, adanya pengadaan dan pemelihraan
tata keteraturan (hukum) bagi kehidupan mereka, serta adanya monopoli
penggunaan kekuasaan fisik seca sah
DINAMIKA PERUBAHAN NEGARA

 Negara menurut Ajaran Plato murid Socrates hidup antara (429-347 SM):
Asala mula negara: Negara itu timbula atau ada karena adanya kebutuhan dan
keingin manusia yang beraneka macam, yang menyebabkan mereka harus
bekerjasama (interaksi/kelompok/masyarakat/rakyat) untuk memenuhi
kebutuhan mereka.
Negara (politeia), Politikos (ahli negara), Nomoi (Undang-Undang).
Negara Yunani disebut Polis atau City State (negara kota).

Menurut Plato, puncak dari bentuk negara adalah Aristokrasi (negara


dipegang oleh para cerdik & pandai, orang kaya). Keadaan berubah kearah
Timokrasi (segala tindakan penguasa didasarkan pada kepentingan penguasa
itu sendiri). Keadaan bentuk negara berubah dari Timokrasi menjdi Oligarki
(orang-orang kya memegang pemerintah/borjuis/konglomerasi--------
Mulai ada perubahan atas keinginan rakyat dalam bentuk perlawanan
terhadap pemerintahan----------- pemerintahan berubah terhp
kepentingan atau kekuasaan rakyat memunculkan ----- DEMOKRASI
(kemerdekaan dan kebebasan).
HUBUNGAN WARGA NEGRA DAN NEGARA

Penduduk Penduduk Penduduk

Penduduk

Warga negara

Geografi Idelogi, Politik

SDA Ekonomi, Sos Bud

SDM Hankam
Kesadaran
Bela negara
PENGERTIAN PANCASILA DAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
 Secara Bahasa : CIVIC EDUCATION
 Identik dengan :
1. Pendidikan Demokrasi (Democracy Education),
Menyangkut Sosialisasi, Sistim Nilai dan Budaya
Praktik Demokrasi melalui Pendidikan.
2. Pendidikan Warga Negara (Citizenship Education);
tentang partisipasi politik, Pemerintahan, UU dll.
3. Pendidikan HAM (Human Rights
Education):Transformasi nilai-nilai HAM agar
tumbuh kesadaran akan penghormatan,
perlindungan dan jaminan HAM sebagai kodrat
manusia
URGENSI PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
Merupakan kebutuhan
yang mendesak dalam
rangka membangun
demokrasi yang
berkeadaban.
ELEMEN KEKUATAN NEGARA
(Morgenthou ; Politic Among Nations)

1. TANGIBLE (Kekuatan Nyata)


2. INTANGIBLE (Tidak Nyata)
TANGIBLE (Kekuatan Nyata)
1. Populasi (penduduk)
2. Teritorial (Wilayah)
3. Sumber Alam dan Kapasitas Industri
4. Kapasitas Pertanian
5. Kekuatan Militer
INTANGIBLE (Tidak Nyata)

1. Kepemimpinan dan Kepribadian


2. Efesiensi Organisasi dan Birokrasi
(Membentuk Birokrasi yang efektif dan
Efesien)
3. Persatuan Masyarakat
4. Reputasi
5. Dukungan Luar Negeri
6. Kecelakaan dan Peristiwa mendadak
WAWASAN INI SANGAT MENENTUKAN,
artinya :
 Cara suatu bangsa MEMANFAATKAN kondisi ;
Geografis , Sejarah , Sosial budayanya dalam
mencapai cita-cita dan menjamin
kepentingan Nasionalnya serta sebagaimana
bangsa itu memandang diri dan
lingkungannya baik kedalam maupun keluar.
PENTING !!, untuk dipahami ;
 Oleh karena setiap warga negara Indonesia
berperan sebagai perekat Persatuan dan
Kesatuan Bangsa dalam wadah NKRI
TEORI MENGENAI NEGARA
SECARA ALAMIAH, artinya ;
 Manusia hidup sebagai mahluk sosial sejak dahulu selalu
hidup bersama-sama dalam suatu kelompok untuk
mempertahankan kelansungan hidupnya, mencari makan,
menangulangi masalah, mengatasi ancaman dan gangguan
serta melanjutkan keturunan.
 Awal mulanya manusia hidup berpindah-pindah , akan tetapi
lama kelamaan manusia menemukan tempat yang permanen
dan dapat survive dengan alamnya, serta berkelompok.
Dengan kelompok tersebut manusia merasa aman , nyaman
dan tentram, lalu timbul kesadaran untuk adanya aturan ,
pemimpin, kekuasaan, kewenangan dan lain-lain.
 Kelompok/ Organisasi ; dengan makin luasnya kepentingan
sekelompok-sekelompok itu dan untuk mengatasi berbagai
kesulitan yang timbul, baik internal maupun eksternal
dirasakan perlu dibentuk suatu organisasi yang lebih teratur
dan memiliki kekuasaan yang memadai.
Organisasi itu, PENTING !!!
 Yaitu untuk melaksanakan dan
mempertahankan peraturan-peraturan hidup
agar berjalan secara tertib . Organisasi yang
memiliki kekuasaan seperti itulah yang
kemudian dinamakan negara.
SECARA ETIMOLOGIS , NEGARA
adalah :
 STAAT (Bahasa Jerman/Belanda)
 STATE (Inggris)
 STATUS atau STATUM (Bahasa latin), artinya;
 Menempatkan dalam keadaan berdiri
“membuat berdiri”, dan “Menempatkan”, Kata
Status ; Dapat diartikan sebagai suatu
keadaan yang menunjukkan sifat atau
keadaan tegak dan tetap.
KANSIL (1978) ;
 Negara adalah suatu organisasi kekuasaan
dari manusia-manusia (masyarakat) dan
merupakan alat yang akan dipergunakan
untuk mencapai tujuan bersama
GEORGE JELINEK ;
 Negara adalah organisasi kekuasaan dari
sekelompok manusia yang telah berkediaman
di wilayah tertentu.
GEORGE WILHELM FREDRIECH HEGEL ;
 Negara merupakan organisasi kesusilaan
yang muncul sebagai sintesa dari
kemerdekaan individual dan kemerdekaan
Universal.
KRANENBURG ;
 Negara adalah suatu organisasi yang timbul
karena kehendak dari suatu golongan atau
bangsanya sendiri
ROGER F SOLTAU ;
 Negara adalah alat (Agency) atau wewenang
(Authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama
masyarakat
R. DJOKOESOETOMO ;
 Negara adalah suatu organisasi masyarakat
yang mempunyai daerah tertentu dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya
sebagai SOVEREIGN (Kedaulatan).
KESIMPULAN ;
 Negara adalah Organisasi
 Harus ada rakyat
 Harus ada wilayah yang permanen
 Harus ada pemerintah yang berdaulat
SESUAI DENGAN KONVENSI MONTEVIDEO 1933 (URUGUAY)
Convention On The Rights And Duties Of States (Konvensi mengenai
Hak dan Kewajiban Negara) yang merumuskan empat unsur, yaitu :

 A Permanent Population (penduduk yang


tetap)
 A Defined Teritory (wilayah tertentu)
 A Souverign Goverment (Pemerintah yang
berdaulat)
 A Capacity To Enter Relations With Other
States (Kemampuan menyelenggarakan
Hubungan dengan negara lain)
TEORI TERJADINYA NEGARA
 TEORI KENYATAAN ;
◦ Timbulnya suatu negara adanya suatu kenyataan
◦ Telah terpenuhinya unsur-unsur negara (Lihat
Montevideo Convention 1933), disini termasuk
ajaran Plato , Machiaveli.
TEORI KETUHANAN
 TEORI KETUHANAN
 Atas kehendak Tuhan, kalau
Tuhan tidak menghendakinya
maka negara itu tidak akan ada.
 Dapat dilihat ciri-cirinya pada UUD
negara, misal ; “Atas Berkat
Rahmat Tuhan..... Atau ; “ By The
Grace Of God........”.
TEORI PERJANJIAN
 TEORI PERJANJIAN
 Timbul karena dari orang-orang yang
tadinya hidup bebas, terlepas dari satu sama
lain tanpa ikatan kenegaraan.
 Guna menghindari dari “Homo Homuni
Lupus”, Contoh ; India tahun 1947, Filipina
1946
 Pengagas teori ini adalah JJ. Rousou,
“Contract Social”
TEORI PENAKLUKAN
 Timbul karena serombongan manusia menaklukan
daerah yang dihuni oleh manusia lainnya, maka
dibentuklah suatu organisasi berupa negara, hal ini
terjadi adanya :
 Pemberontakan
 Peleburan (Fusi)
 Suatu wilayah yang belum ada rakyatnya,
contoh Liberia
 Melepaskan diri dari penjajahan
BENTUK NEGARA
NEGARA KESATUAN
 Negara yang merdeka dan berdaulat
 Adanya Pemerintahan pusat yang mengatur seluruh daerah
dan memiliki wewenang mengatur seluruh wilayahnya
(Provinsi, Kabupaten, Kota)
 Pelaksanaan pemerintah negara dapat dilaksanakan dengan
sistim Sentralisasi (segala sesuatu dalam negara itu
langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat ,
sedangkan daerah-daerah tinggal melaksanakannya) dan
Desentralisasi (dimana kepada daerah diberikan
kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan
rumah tangganya sendiri atau Otonomi Daerah)
 Sifat kedaulatan negara mencakup kedalam dan keluar yang
ditangani pemerintah pusat.
 Hanya ada satu kebijakan yang menyangkut persoalan
Politik , ekonomi , sosial Budaya, serta Pertahanan dan
keamanan.
NEGARA SERIKAT (FEDERASI)
1. Suatu negara yang merupakan gabungan beberapa
negara, yang menjadi negara bagian dari negara
serikat itu
2. Kekuasaan yang diserahkan itu disebutkan satu demi
satu (Liminatif), hanya kekuasaan itulah yang
diserahkan kepada negara serikat (Delegated Powers).
3. Kekuasaan asli ada pada negara bagian, dan negara
bagian itu berhubungan langsung dengan rakyatnya.
4. Kekuasaan dari negara Serikat adalah kekuasaan yang
diterimanyadari negara bagian.
5. Biasanya yang diserahkan oleh negara-negara bagian
kepada negara serikat ialah hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan luar negeri, pertahanan negara,
keuangan dan urusan pos dan telekomunikasi.
Menurut Budiardjo (1991), negara
memiliki sifat-sifat khusus
1. SIFAT MEMAKSA (Coersive), agar peraturan perundang-
undangan ditaati dan dengan demikian penertiban dalam
masyarakat tercapai serta timbulnya anarchi dicegah, maka
negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai
kekuasaan untuk memaksa kekerasan fisik secara legal
melalui sarana polisi, Tentara dan sebagainya;
2. SIFAT MONOPOLI ; Negara mempunyai monopoli dalam
menetapkan tujuan bersama dari masyarakat . Dalam
rangka ini negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran
kepercayaan atau aliran politik tertentu dilarang hidup dan
disebarluaskan , oleh karena dianggap bertentangan
dengan tujuan masyarakat
3. SIFAT MENCAKUP SEMUA (All Encompassing, All Embracing)
; semua peraturan perundang-undangan (misalnya ;
keharusan membayar pajak) berlaku untuk semua orang
tanpa terkecuali
Selanjutnya Budiardjo (1991), fungsi
yang mutlak NEGARA
1. Melaksanakan penertiban (Law And
Order) ; yaitu untuk mencapai tujuan
bersama mencegah bentrokan-bentrokan
dalam masyarakat, maka negara harus
melaksanakan penertiban . Dapat
dikatakan negara adalkah sebagai
“Stabilisator”
2. Mengusahakan Kesejahtraan dan
kemakmuran bagi rakyat.
3. Pertahanan ; hal ini diperlukan untuk
menjaga kemungkinan serangan dari luar.
PENGERTIAN BANGSA
 ERNAST RENAN (Perancis) ; Bangsa terbentuk karena adanya
keinginan untuk hidup bersama (Hasrat bersatu) dengan
perasaan setia kawan yang agung.
 OTTO BAUER (Jerman) ; Bangsa adalah kelompok manusia
yang memiliki persamaan karakter . Karakteristik tumbuh
karena adanya persamaan nasib.
 F. RATZEL (Jerman) ; Bangsa terbentuk karena adanya hasrat
bersatu . Hasrat itu timbul karena adanya rasa kesatuan
antara manusia dan tempat tinggalnya (Paham Geopolitik).
 HANS KOHN (Jerman) ; Bangsa adalah buah hasil hidup
manusia dalam sejarah. Suatu Bangsa merupakan golongan
yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara
eksak. Kebanyakann bangsa memiliki faktor – faktor objektif
tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain. Faktor-
faktor itu berupa persamaan keturunan, wilayah , bahasa,
adat istiadat, kesamaann politik, perasaan ,dan agama.
Menurut Fredrich Hertz (Jerman) dalam buku
“Nationality In History And Politics”, mengemukakan
empat unsur aspirasi sebagai berikut :
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang
terdiri atas kesatuan Sosial, ekonomi, politik,
agama, kebudayaan, komunikasi , dan Solidaritas.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan
kebebasan nasional sepenuhnya, yaitu bebas dari
dominasi dan campur tangan bangsa asing
terhadap urusan dalam negerinya.
3. Keinginan dan kemandirian , keunggulan
individualitas , keaslian, atau kekhasan. Misalnya ;
menjunjung tinggi bahasa nasional yang mandiri.
4. Keinginan untuk menonjol (unggul) diantara
bangsa-bangsa dalam mengejar kehormatan,
pengaruh dan prestise.
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
 Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu
pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh)
dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh
karena itu, suatu pemikiran filsafat tidak secraa
langsung menyajikan norma-norma yang merupakan
pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis
melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.

IRFAN KOSASIH - 123020378


 Norma-norma tersebut meliputi :
1. Norma moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari
sudut baik maupun buruk. Dalam kapasitas inilah nilai-
nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma
moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila
merupakan sistem etika dalam maasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
2. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum di negara Indoensia. Nilai-nilai
Pancasila sebenarnya berasal dari Bangsa Indonesia sendiri
atau dnegan lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal
mula materi (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila.
ETIKA
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu,
atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengna pelbagai jaaran
moral.

Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :


1. Etika Umum
2. Etika Khusus:
 Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap

diri sendiri
 Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap

manusia lain.
NILAI, NORMA, DAN MORAL

A. PENGERTIAN NILAI
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada
pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi
hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas yang
melakat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.

B. HIERARKI NILAI
 Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya :

• Nilai-nilai kenikmatan
• Nilai-nilai kehidupan
• Nilai-nilai kejiwaan
• Nilai-nilai kerohanian
Golongan manusia menurut Walter G.Everet :
• Nilai-nilai ekonomis
• Nilai-nilai kejasmanian
• Nilai-nilai hiburan
• Nilai-nilai sosial
• Nilai-nilai watak
• Nilai-nilai estetis
• Nilai-nilai intelektual
• Nilai-nilai keagamaan
 Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam :

• Nilai material
• Nilai vital
• Nilai kerohanian :
1. Nilai kebenaran
2. Nilai keindahan
3. Nilai kebaikan
4. Nilai religius
C. NILAI DASAR,NILAI INSTRUMENTAL dan NILAI PRAKTIS
1. NILAI DASAR
Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun
berkaitan dengan tingkah laku manusia atau segala aspek
kehidupan manusia yang bersifat nyata.
Nilai bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan
objektif segala sesuatu misalnya Tuhan, manusia atau segala
sesuatu lainnya.
2. NILAI INSTRUMENTAL
Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan,
sehingga dapat dikatakan bahwa nilai instrumental juga
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
3. NILAI PRAKSIS
Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat
berbeda-beda wujudnya, namun demikian tidak bisa menyimpang
atau bahkan tidak dapat bertentangan karena nilai dasar, nilai
instrumental dan nilai praksis merupakan suatu sistem
perwujudan yang tidak boleh menyimpang dari sistem tersebut.
PENGERTIAN ETIKA

ETIKA  secara harfiah berasal dari bahasa Yunani Kuno : ETHOS


“Pagar pembatas ternak agar supaya tidak berkeliaran”
Dibubungkan dengankehidupan manusia diartikan sebagai
“pembatasan gerak perbuatan manusia”
Menjadi kebiasaan atau watak dari sikap dan perbuatan manusia

ETIKA  Ajaran mengenai sopan santun


 Mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan
 Yang boleh dilakukan artinya dibenarkan dan yang tidak boleh
dilakukan artinya tidak dibenarkan

Bayu Suryaningrat: Etika merupakan WEDHALAKUTAMA


WEDHA  Pengetahuan, Ajaran, Ilmu
LAKU  Perbuatan, Budi pekerti, Tabiat, Watak, Akhlak
UTAMA  Amat baik, luhur
E T I K A DAN M O R A L

Dalam pengertian umum ETIKA adalah ilmu pengetahuan yang


mempelajari perbuatan dan tingkah laku manusia - apakah benar atau
salah, boleh atau tidak boleh, dan sebagainya – dengan ukuran norma,
kaidah, aturan, ketentuan

Oleh karena itu pemahaman tentang ETIKA berhubungan dengan


MORAL yang berasal dari bahasa Yunani Kuno “MOS” (S) atau “MORES”
(P) yang berarti Kaidah, Norma, Aturan atau Ketentuan

ETIKA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perbuatan dan


tingkah laku manusia dikaitkan dengan penilaian baik dan buruk atau
benar dan salah atau boleh dan tidak boleh
ETIKA adalah ilmu pengetahuan tentang KESUSILAAN atau MORAL
FUNGSI MORAL menurut SIGMUND FREUD
Kehidupan Jiwa Manusia terdiri dari DAS ES dan DAS ICH

DAS ES
 Kekuatan hidup, dorongan, nafsu atau naluri
 Mempunyai prinsip “Kesenangan” dan “Kepuasan”

DAS ICH
 Saya pribadi, kepribadian, yang mempunyai kesadaran dan
mengetahui keadaan dalam diri dan lingkungan atau di luar diri
 penjinak dan pengendali nafsu ( DAS ES)
 Sebagai joki yang harus mengendalikan kuda
UBER ICH : DAS ICH YANG IDEAL
 Zat tertinggi dalam diri manusia yang dalam perbuatannya mampu
mengendalikan diri
Perbuatannya senantiasa bersumber pada “Norma” sebagai sumber
“Etik”
 Terjaganya keseimbangan DAS ES dan DAS ICH
ETIKA UMUM:

Mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi tindakan


manusia secara umum
 Dalam kehidupan masyarakat secara umum
 Batasnya adalah lingkungan masyarakat yang bersangkutan

ETIKA KHUSUS:

Mempertanyakan prinsip-prinsip dasar dikaitkan dengan tanggung


jawab nanusis sebagi anggota kelompok masyarakat
 Etika khusus yang berlaku dalam suatu lembaga atau kegiatan
 Biasanya berupa kode etik
1. Agama

2. Lingkungan masyarakat umum

3. Peraturan-peraturan formal PERILAKU /


PERBUATAN
4. Lingkungan pekerjaan

5. Lingkungan ketetanggaan

6. Lingkungan keluarga

7. Hati nurani individual


SUMBER ETIKA PEJABAT PUBLIK
AGAMA

IDEOLOGI NEGARA

UNDANG-UNDANG DASAR

UNDANG-UNDANG

PERATURAN PEMERINTAH

KETENTUAN FORMAL LAINNYA

PERATURAN LEMBAGA YBS NORMA UMUM MASYARAKAT

PERINTAH ATASAN
PERILAKU PEJABAT PUBLIK
Pengertian…….

“Etika Kehidupan Berbangsa merupakan


rumusan yang bersumber dari ajaran agama,
khususnya yang bersifat universal, dan nilai-
nilai luhur budaya bangsa yang tercermin
dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku
dalam kehidupan berbangsa”
FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA PENYIMPANGAN……

 FAKTOR DARI DALAM:


1. Lemahnya penghayatan dan pengamalan agama
2. Sistem sentralisasi yang menumpukan kekuasaan di
pusat
3. Tidak berkembangnya pemhaman & penghargaan akan
kebinekaan dan kemajemukan
4. Ketidakadilan ekonomi
5. Kurangnya keteladanan dalam kepemimpinan
6. Tidak berjalannya penegakkan hukum
7. Keterbatasan kemampuan budaya lokal dalam
merespon budaya luar
8. Meningkatnya prostitusi, media fornografi, perjudian
dan peredaran dan pemakaian narkoba
 FAKTOR DARI LUAR:
1. Pengaruh globalisasi terhadap persaingan
2. Intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan
Etika Kehidupan Berbangsa Meliputi:
1. Etika Sosial dan Budaya
2. Etika Politik dan Pemerintahan
3. Etika Ekonomi dan Bisnis
4. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
5. Etika Keilmuan
6. Etika Lingkungan
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
 Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu
pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh)
dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh
karena itu, suatu pemikiran filsafat tidak secraa
langsung menyajikan norma-norma yang merupakan
pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis
melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.

IRFAN KOSASIH - 123020378


 Norma-norma tersebut meliputi :
1. Norma moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari
sudut baik maupun buruk. Dalam kapasitas inilah nilai-
nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma
moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila
merupakan sistem etika dalam maasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
2. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum di negara Indoensia. Nilai-nilai
Pancasila sebenarnya berasal dari Bangsa Indonesia sendiri
atau dnegan lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal
mula materi (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila.

IRFAN KOSASIH - 123020378


ETIKA
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu,
atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengna pelbagai jaaran
moral.

Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :


1. Etika Umum
2. Etika Khusus:
 Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap

diri sendiri
 Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap

manusia lain.

IRFAN KOSASIH - 123020378


NILAI, NORMA, DAN MORAL

A. PENGERTIAN NILAI
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada
pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi
hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas yang
melakat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.

B. HIERARKI NILAI
 Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya :

• Nilai-nilai kenikmatan
• Nilai-nilai kehidupan
• Nilai-nilai kejiwaan
• Nilai-nilai kerohanian

IRFAN KOSASIH - 123020378


Golongan manusia menurut Walter G.Everet :
• Nilai-nilai ekonomis
• Nilai-nilai kejasmanian
• Nilai-nilai hiburan
• Nilai-nilai sosial
• Nilai-nilai watak
• Nilai-nilai estetis
• Nilai-nilai intelektual
• Nilai-nilai keagamaan
 Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam :

• Nilai material
• Nilai vital
• Nilai kerohanian :
1. Nilai kebenaran
2. Nilai keindahan
3. Nilai kebaikan
4. Nilai religius
IRFAN KOSASIH - 123020378
C. NILAI DASAR,NILAI INSTRUMENTAL dan NILAI PRAKTIS
1. NILAI DASAR
Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun
berkaitan dengan tingkah laku manusia atau segala aspek
kehidupan manusia yang bersifat nyata.
Nilai bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan
objektif segala sesuatu misalnya Tuhan, manusia atau segala
sesuatu lainnya.
2. NILAI INSTRUMENTAL
Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan,
sehingga dapat dikatakan bahwa nilai instrumental juga
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
3. NILAI PRAKSIS
Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat
berbeda-beda wujudnya, namun demikian tidak bisa menyimpang
atau bahkan tidak dapat bertentangan karena nilai dasar, nilai
instrumental dan nilai praksis merupakan suatu sistem
perwujudan yang tidak boleh menyimpang dari sistem tersebut.

IRFAN KOSASIH - 123020378


POLITI CAL SI EN C E
MOCHAMAD ZAKARIA. SIP.,MSi

 Politik Secara EtimologiS berasal dari bahasa Yunani Polis artinya Negara Kota
(City State), kemudian menjadi Polities (warganegar” dan Politikos berarti
kewarganegraan (civil) dan Politike techne untuk kemahiran berpolitik,
Politike episteme untuk ilmu politik, ars politica (kemahiran/seni bernegara).
 Jean Bodin adl orang pertama yang menggunakan istilah “Ilmu Politik”
(Science Politik) dalam “Chef d’oeuvre-nya “ Les Six Livres de la Republique”
1576.
 Politik dalam bahasa sehari-hari menimbulkan asosiasi pada perbuatan yang
jahat, tidak jujur, permusuhan. Contoh: Carl Schmitt dalam “Der Begriff des
Politischen” memberikan pengertian buruk, yaitu: “Politik memiliki
pengertian sebagai alat untuk membedakan mana kawan man lawan”.
 Dibenua Eropa daratan (Eropa Kontinental) ilmu politik dikenal dengan nama:
◦ “Staatswissenschaven” (Jerman & Austria),
◦ Les Sciences Politiques (Peranci) dan sering digabung denganilmu sosial
lain seperti Moral dengan sebutan ” Les Sciences Moralles (Sosiales) et
Politiques”. Diintroduksir oleh Prof Herman Heler menjadi Politicologie
◦ Staatswetenschappen (Belanda) atau de wetenschap der politiek (Ilmu
Politik)
◦ “Scienza Politica”(Italia),
 Dr. A.S. Altekar Ilmu politik di India Purba
dikenal dengan istilah: Rajadharma,
Rajyasastra,Dandaniti, Nitisastradan
arthasastra.Dewasa ini ilmu politik dikenal
dengan nam Nitisastra.
 Ilmu politik belum memilki kebulatan dalam
pendefinisian yang ajeg dikarenakan
berbagai pandangan, terutama pada pakar
sarjana hukum memandang bahwa: ilmu
politik adalah ilmu negara.
 Prof Kuntjoro Purbopranoto,
mengistilahkan: Ilmu Politik diartikan “The
science of public administration”.
PENDEFINISIAN ILMU POLITIK

 Eropa Kontinental: (Belanda/Univ Leiden. Prof. Kranenburg) Ilmu


negara=ilmu politik dan tidak membedakan. Fokus pada
institusionil
 Anglo saxion: (amerika) Teori Politik. Terlepas dari institusionil,
lingkupnya lebih luas dari ilmu negara. Menyelidiki negara
sebagai lembaga politik (political institusionil) bersifat dinamis.
Menyelidiki idea, azas, pemikiran politik, sejarah dan
pertumbuhan.
 Kriteria penilaian pembeda: Ilmu politik adalah ilmu Teleologis-
praktis yang mengadakan kritikdan penilaian (evaluasi) terhadap
barang sesuatu yang dipeljarinya. Sedangkan Ilmu negara,adalah
ilmu yang teoritis dan bebas-nilai (wertffei, valuefree) yang
dipelajari demi ilmu itu sendiri demi pengetahuan yang diperoleh.
 Ilmu politik (modern) lebih mengedepankan ilmu yang empiris
yang mengutamakan approach yang sosiologis dari pada
approach yang Yuridis.
 Ilmu Negara sebagaimana dipelajari di negara eropa kontinental
merupakan bagian dari ilmu politik sebagaimana dipelajari di
negara-negar Anglo Amerika (Anglo Saxion).
PENDEFINISIAN ILMU POLITIK

 Ilmu politik dari abad 20 bersifat strukral-


fungsional. Tidak hanya menyelidiki rangka
dasar yuridis dari lembag-lembaga politik tapi
lebih “daging yang meliputinya”. Mencakup
dalam penyelidikan faktor kekuasaan riil yang
ada dalam msyarakat (pressure groups,
pendapat umum propaganda, lobbying,
parpol, peran politik wanita, peranan “big
business” dalam kebijakan politik, elite dll)
yang turut membentuk dan menentukan
hakekat lembaga.
ILMU

 Ilmu: merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun dan terorganisasikan


dengan sistematis (teratur). “Science is a body knowledge”. Artinya: Ada
proses merenung, berfikir. Diawali dengan fakta dan data dan diakhiri
dengan fakt dan data.
 Ilmu: Dimulai dari rasa tidak percaya, setelah melalui proses pengkajian
ilmiah dapat menjadi yakin.
 Ilmu memiliki karkteristik:
◦ Mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
◦ Alur jalan pikiran yang logis dan konsisten.
◦ Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objek (objektif).
◦ Mekanisme yang terbuka (adanya koreksi).
 Ilmu memiliki sifat:
◦ Rasional
◦ Logis
◦ Objektif
◦ Terbuka (korektif).
 Ilmu: adalah pengetahuan (Science is a knowledge). Tetapi tidak semua
pengetahuan adalah ilmu, karena ilmu ada objek tertentu, untuk memperoleh
pengetahuan tertentu dengan menggunakan metode tertentu.
 Ilmu tanpa bimbingan moral (agama) adalah buta ( R. Einstein).
POLITIK: METODE & ILMIAH

 Metode Ilmiah: merupakan prosedur dalam


mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
 Metode (cara) penelitian (Sugiono, 1993:1):
yaitu merupakan cara ilmiah yang digunakan
untuk mendapatkan data dengan tujuan
tertentu, dimana cara ilmiah ini berarti
kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan.
Dengan cara ilmiah ini, diharapkan data data
yang akan didapatkan lebih obyektif, valid,
dan reliabel.
 Sarat ilmiah: 1) berobjek, 2) bermetode, 3)
bersistem dan 4) bersifat universal.
PENGERTIAN POLITIK

 Politik: dalam kamus Webster’s New Collegiate Dictionary. Berasal


dari kata “Polis”, artinya: “City State”, (Negara Kota)
 Politic adalah“The art sciences of goverenment, Dalam Buku “Political
sciences, Term and Basic Theories, Institutions & Practices karya
Jacobsen & Lipman, menyatakan: “Political science is the science of
the state”, yang berkaitan dengan:
◦ Hubungan antara individu dengan individu. Satu sama lainnya diatur oleh
negara dengan Undang-undang.
◦ Hubungan antara individu, kelompok dengan negara
◦ Hubungan antara negara dengan negara (Sukarna, 1981:14)

 Konsep Politik, memiliki kriteria (berkaitan dengan), yaitu:


◦ Negara (State)
◦ Kekuasaan (Power)
◦ Pengambilan keputusan (Decision Making)
◦ Kebijaksanaan (Policy, Beleid)
◦ Pembagian (Distribution) atau Alokasi (Alocation). (Budiardjo, 1996:9).
PRINSIP-PRINSIP POLITIK
(MERIAM BUDIRDJO)

◦ Negara (State): Suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyi kekuasaan
tertinggi yang sah dan diataati oleh rakyatnya. Fokus perhatian institutional
approach,yaitu politik sama dengan lembaga (tokohnya, yaitu: Roger F. Sultau dalam
buku “Introductional to politics ”.
◦ Kekuasaan (Power): adl kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari
pelaku. Tokonya: Harold D. Laswel dalam “Power & Society”.W.A Robson, dalam “
Univercity teaching of social sciences ”. Ossip k. Flectheim dalam “Fundamentalis of
Polotical Science”(Negara=organisasi=kekuasaan). Fokus perhatian pada Politik
=Kekuasaan (memperebutkan, mempertahankan, kepentingan masyatakat, fenomena
sosial: Buruh, Ormas/parpol, mahasiswa, militer)
◦ Pengambilan keputusan (Decision Making): membuat pilihan dari beberap alternatif
dari proses hingga pengambilan keputusan. Fokus perhatianya pada: Individu,
kelompok, negara (Public policy, private state, society ). Tokohnya: Joice Mitchell ( Politic
is decision maker ). Karl W. Deutsh: Politik adl pengambilan keputusan melalui
saranumum (publik).
◦ Kebijaksanaan (Policy, Beleid). adl suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh sorang
pelaku atau oleh kelompok dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai
tujuan. Fokus perhatian pada: individu, kelompok, pemerintah dan masyarakat.
Tokohnya adalah: Hooger Werf, David Easton, Van Mater, Van Horn, Edwar III.
◦ Pembagian (Distribution) atau Alokasi (Alocation). Adl Pembagian dan penjatahan dari
nilai-nilai (value) dalam masyarakat. Fokus perhatiannya pada: Nilai, Masyarakat,
penyebab konflik, wewenang. Tokohnya: Harold D. Laswel, David Easton.
◦ COST POLITIC (BIAYA POLITIK). Sosialisasi, demonstrasi, diplomasi, konflik (perang),
Kampanye, koordinasi, actuating. Arinya, bahwa material suatu keniscayaan dalam
prakteknya (contoh: Pemilu, Diplomasi, perang, aktivitas massa).
BIDANG-BIDANG ILMU POLITIK

Menurut conteporary political science, terbitan Unesco 1950,


Ilmu Politik dibagi kedalm 4 (empat ) bidang:
 Teori Politik, meliputi:
◦ Teori Politi
◦ Sejarah Perkembangan ide-ide politik

 Lembaga-Lembaga Politik, meliputi:


◦ UUD
◦ Pemerintah Nasional, daerah dan lokal,
◦ Perbandingan lembag-lembaga politik

 Partai, Golongan (Group) dan Pendapat umum, meliputi:


◦ Parpol
◦ Golongan/asosisi
◦ Partisipasi warga negara dalam pemerintahan dan administrasi
◦ Pendapat umum
 Hubungan Internasional, meliputi:
◦ Politik internasionalnasional
◦ Organisasi dan Administrasi Internasional
◦ Hukum Internasional
POLITIK SEBAGAI ILMU DAN POLITIK SEBAGAI KEMAHIRAN (PRAKTIS)

Sir Frederik Pollock, membedakan politik, yaitu:

 Politik sebagai ilmu (teoritis):mengenai keseluruhan dari azas-azas


dan ciri-ciri yang khas dari negara tanpa membahas aktivitas dan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai negara, meliputi:
◦ Teori negara
◦ Teori pemerintah
◦ Teori Per-undang-undangan
◦ Teori negara sebagai pribadi buatan (artificial person): diplomat, Presiden
dll
 Politik praktis: mempelajari negara sebagai suatu lembaga yang
bergerak dengan fungsi dan tujuan tertentu, yaitu lembaga sebagai
negara yang dinamis, meliputi:
◦ Negara, yaitu bentuk negara yang nyata dari pemerintah.
◦ Pemerintahan: Cara bekerja, ketataprajaan dll.
◦ Undang-Undang dan Perundang-undangan: Prosedur, pengadilan dll
◦ Negara yang dipribadikan (diplomasi, perdamaian, peperangan,
persetujuan internasional)
POLITIK DALAM PANDANGAN UMUM DAN PENGERTIAN
PANDANGAN UMUM TENTANG POLITIK

Politi Polis City state Filsuf: Yunani/Athena Secara


k (Socrates/Bp Ilmu Filosofis
Politik, Plato)
Merupakan
jaminan dari
negara ke Politic = “The Master Science”
masyarakat/raky
(Negara +
Masarakat)
STRUKTUR SISTEM POLITIK NKRI

TUT
TEN
SUPRA
INPUT KONVERSI STRUKTUR

INFRA
STRUKTUR LG EX YD

PARPOL
LSM
TOKOH OUTPUT
POLITIK PRESURE POLICY
MHS GROP
PERS
FEEDBACK - OUTCOME
A. PROSES ASAL MULA, PENGERTIAN
PANCASILA

 Pancasila terbentuk melalui proses yang cukup panjang


dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara kausalitas,
Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat
negara, nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa
Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai istiadat,
kebudayaan dan nilai-nilai religius. Agar memiliki
pengetahuan yang lengkap tentang proses terjadinya
Pancasila, maka secara ilmiah harus ditinjau berdasarkan
proses kausalitas.
1. Asal Mula yang Langsung

Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, adapun berkaitan dengan asal mula
yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila
sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi
Kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan para pendiri negara sejak sidang BPUPKI pertama.
Adapun rincian asal mula langsung Pancasila adalah sebagai berikut :
a. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Asal Bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam
kepribadian dan pandangan hidup.
b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)
Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama Drs. Moh.Hatta serta
anggota BPUPKI lainnya yang merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam
hal bentuk, rumusan serta nama Pancasila.
c. Asal Mula Karya (Kausa Effisien)
Asal mula karyanya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan atas kuasa
pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah.
d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Asal mula tujuan adalah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk
Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum
ditetapkan oleh PPKI sebgaai dasar negara yang sah.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung

Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari
bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara yaitu :
Nilai Ketuhanan
Nilai Kermanusiaan
Nilai Persatuan
Nilai Kerakyatan
Nilai Keadilan
b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara yaitu :
Nilai adat istiadat
Nilai kebudayaan
Nilai religius
c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal mula tidak
langsung nilai-nilai Pancasila.
Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil sintesa
paham-paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.
3. Bangsa Indoenesia ber-Pancasila dalam “Tri Prakara”

Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah
kebangsaan Indonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu :
a. Pancasila Asas Kebudayaan
b. Pancasila Asas Religius
c. Pancasila Asas Kenegaraan
B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA

Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi masing-
masing yang konsekuensi aktualisasinya pun memiliki aspek yang berbeda-beda, walaupun
hakikat dan sumbernya sama.
1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah suatu wawasan
yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hiudp berfungsi sebagai kerangka acuan
baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam
masyarakat serta alam sekitarnya. Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi
bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai ideologi negara.
2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut :
a. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) Indonesia.
b. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945.
c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
d. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah memegang teguh cita-
cita moral rakyat yang luhur.
e. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945 bagi penyelenggara negara.
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan
budaya bangsa. Karena ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
a. Pengertian Ideologi
Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau sering kita sebut sebagai cita-cita.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide,
keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut :
• Bidang Politik
• Bidang Sosial
• Bidang Kebudayaan
• Bidang Keagamaan

Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan utnuk rakyat dan bangsa pada hakikatnya
merupakan asas kerohanian yang memilki ciri khas diantaranya :
• Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
• Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang membenarkan
pengorbanan masyarakat. Bukan hanya berupa nilai dan cita-cita tertentu melainkan
sebuah tuntutan bagi rakyatnya.
Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang tidak hanya
dibenarkan, dibutuhkan karena bukan merupakan paksaan dari pihak luar melainkan
digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu
sendiri.
c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif
Ideologi partikular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun secara sistematis
dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.
Ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh
mengenai semua aspek kehidupan sosial yang memiliki cita-cita melakukan
transformasi sosial besar-besaran emnuju bentuk tertentu.
d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi
Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi seperti
liberalisme, kapitalisme, marxisme leninisme, maupun nazisme dan facisme
bersumber kepda aliran-aliran filsafat yang berkembang disana.
C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN PAHAM IDEOLOGI BESAR
LAINNYA DI DUNIA

1. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Ideologi
Pancasila mengakui kebebasan dan kemerdekaan individu yang
berarti tetap mengakui dan menghargai kebebasan individu lain.
2. Negara Pancasila
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu
negara. Maka bangsa Indonesia mendirikan suatu negara
memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang karena
ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka
bangsa ini mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat
Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan, Negara Kebangsaan
serta Negara yang bersifat Integralistik.
a. Paham Negara Persatuan
Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa
rakyat, wilayah, dan kedaulatan pemerintah.
 Bhineka Tunggal Ika

Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu


pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia
terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat
istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki
agama yang berbeda dan terdiri dari beribu kepulauan wilayah
nusantara Indonesia, namun keseluruhannya merupakan suatu
persatuan yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.
b. Paham Negara Kebangsaan
Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut
bangsa, dan bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu
serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian ini disebut
sebagai negara.
 Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah
suatu totalitas kelompok masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu
sebagaimana terjadi pada bangsa sosialis komunis.
 Teori Kebangsaan
Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :
1) Teori Hans Kohn
“Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah,
negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari
anasir serta akar yang terbentuk melalui suatu proses sejarah.”
2) Teori Kebangsaan Ernest Renan
Pokok pikiran bangsa adalah sebagai berikut :
• Bangsa adalah suatu jiwa, asas kerohanian.
• Bangsa adalah solidaritas besar, hasil sejarah.
• Bangsa bukan sesuatu yang abadi.
• Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.
3) Teori Geopolitik Frederich Ratzel
“Negara merupakan suatu organisme yang hidup yang memiliki hubungan
wilayah geografis dengan bangsa.”
4) Negara Kebangsaan Pancasila
Pancasila bersifat mejemuk tunggal. Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme
Indonesia adalah sebagai berikut :
• Kesatuan Sejarah
• Kesatuan Nasib
• Kesatuan Kebudayaan
• Kesatuan Wilayah
• Kesatuan Asas Kerohanian

c. Paham Negara Integralistik


Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian ini, Indonesia
dengan keanekaragamannya membentuk suatu kesatuan integral sebagai suatu bangsa yang
merdeka. Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangannya
adalah sebagai berikut :
• Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
• Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.
• Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang organis.
• Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
• Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan, tidak menganggap kepentingan seseorang

sebagai pusat.
• Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau golongannya saja namun

menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.


• Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya.
d. Negara
Pancasila adalah Negara Kebangsaan
Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan. Maka,
bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan, demiian pula
setiap warganya juga berKetuhanan Yang Maha Esa.
 Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna
terdapat kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan negara
Yng merupakan dasar untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk
menyelenggarakan yang baikbagi masyarakat dan penyelenggara negara.
 Hubungan Negara dan Agama

Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai


penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Oleh karena itu sifat dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara,
sehingga negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam
hubungan dengan manusia lain untuk mencapai tujua bersama. Oleh karena itu,
negara memiliki sebab akibat langsung dengan manusia karena manusia adalah
sebgaai pendiri negara. Hubungan ini sangat ditentukan oleh dasar ontologis setiap
individu.
1) Hubungan Negara dan Agama Menurut Pancasila
Hubungan menurut Pancasila adalah sebagai berikut :
• Negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa
• Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Berketuhanan yang

Maha Esa dengan konsekuensi setiap warga memiliki hak


untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai agama
masing-masing.
• Tidak mengakui atheisme dan sekularisme.
• Tidak mengizinkan pertentangan agama, golongan agama,

inter serta antar pemeluk agama tertentu.


• Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama tertentu.
• Memberikan toleransi terhadap pemeluk agama lain yang

menjalankan ibadah.
• Segala peraturan harus sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha

Esa.
• Negara merupakan berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
2) Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Theokrasi
Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan
berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam
masyarakat, bangsa dan negara didasarkan atas firman Tuhan.
• Negara Theokrasi Langsung

Doktrin dan ajaran yang berkembang dalam negara Theokrasi


langsung sebagai upaya memperkuat dan meyakinkan rakyat
terhadap kekuasaan Tuhan dalam negara.
• Negara Theokrasi Tidak Langsung

Bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan


Kepala Negara atau Raja yang memerintah negara atas kehendak
Tuhan.
3) Hubungan Negara dan Agama Menurut Sekularisme
Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan
negara. Bentuk, sistem segala aspek kenegaraan tidak ada
hubungannya dengan agama. Sekularisme bepandanagn bahwa
masalah keduniawian berhubungan dengan manusia saja tanpa
Tuhan.
e. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang
Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan Beradab,
mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia. Kebangsaan Indonesia
adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan yang Chauvimisme.

f. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang


Berkerakyatan
Pokok-pokok yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara dapat dirinci
sebagai berikut :
• Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai kedudukan dan hak
yang sama.
• Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan mempertimbangkan
kepentingan negara dan masyarakat.
• Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak
dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.
• Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu dimusyawarahkan.
• Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.
• Musyawarah untuk mencapai mufakat disertai semangat kebersamaan.
g. Negara
Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang
Berkeadilan sosial

Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial


maka negara Indonesia harus mengakui dan
melindungi hak asasi manusia. Dalam hidup bersama
baik dalam masyarakat, bangsa dan negara harus
terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial) yang
meliputi 3 hal :
• Keadilan Distributif
• Keadilan Legal
• Keadilan Komutatif
3. Ideologi Liberal
Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang disebut negara,
kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan unsur fundamental.
Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan sumber perbedaan konsep,
antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa rakyat adalah sebagai suatu kesatuan integral dari
elemen-elemen yang menyusun negara, bahkan komunisme menekankan bahwa rakyat adalah suatu
totalitas di atas eksistensi individu.

4. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham


Liberalisme
Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan dan ketentuan
kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh kesepakatan individu-
individu sebagai warga negaranya.

5. Ideologi Sosialis Komunis


Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk
komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir dengan kemenangan pada pihak kelas
proletar. Hak asasi manusia hanya berpusat pada hakkolektif, sehingga hak individual pada hakikatnya
tidak ada.

6. Hubungan
Negara dan Agama Menurut Paham
Komunisme
Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan menekan
kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi sehingga nilai manusia ditentukan oleh
materi.
A. PENGANTAR
 Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini,
Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik
Indonesia. Konsekuensinya, seluruh peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila.
 Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu Undang-
Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi.
 Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar
negara.
 Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga
negara, keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara.
 Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki
kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan
berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
B. PEMBUKAAN UUD 1945

 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-


sama dengan pasal-pasal UUD 1945, disahkan oleh
Ppki pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diundangkan
dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No.7.
 Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai
kedudukan di atas pasal-pasal UUD 1945.
Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan
hukum yang berlainan, namun keduanya terjalin
dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan
organis.
1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi
Keududukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib
hukum Indonesia memiliki dua aspek yang sangat fundamental
yaitu :
a) Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib
hukum Indonesia
b) Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib
hukum tertinggi
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Aadanya Tertib Hukum
Indonesia
Syarat-syarat tertib hukum Indonesia dianataranya adalah :
a) Adanya kesatuan subjek
b) Adanya kesatuan asas kerohanian
c) Adanya kesatuan daerah
d) Adanya kesatuan waktu
3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara
yang Fundamental
a) Dari segi terjadinya
Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma
dalam suatu pernyataan lahir sebagai penjelmaan
kehendak Pembentuk negara untuk menjadikan hal-
hal tertntu sebagai dasar-dasar negara yang
dibentuknya.
b) Dari segi isinya
Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :
1) Dasar tujuan negara
2) Ketentuan diadakannya UUD Negara
3) Bentuk negara
4) Dasar filsafat negara
4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup
Negara Republik Indonesia
Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 194 sebagai naskah
Proklamasi yang terinci sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan
RI, serta dalam ilmu hukum memenuhi syarat bagi terjadinya suatu
tertib hukum Indonesia dan sebagi Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental.
5. Tujuan Pembukaan UUD 1945

Alinea I : mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan


sudah selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat yang
bersifat mutlak dari moral bangsa Indonesia untuk merdeka.
Alinea II : menetapkan cita-cita Indonesia yang ingin dicapai dengan
kemerdekaan yaitu terpeliharanya secara ungguh-sungguh
kemerdekaan dan kedauatan negara, kesatuan bangsa, negara dan
daerah atas keadlian hukum dan moral bagi diri sendiri dan pihak
lain serta kemakmuran bersama yang berkeadlian.
Alinea III : menegaskan bahwa proklamasi
kemerdekaan, menjadi permulaan dan dasar hidup
kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang
Indonesia yang luhur dan suci dalam lindungan
Tuhan Yang Maha Esa.
Alinea IV : melaksanakan segala sesuatu itu dalam
perwujudan dasar-dasar tertentu sebagai
ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap dan
praktis yaitu dalam realisasi hidup bersama dalam
suatu negara Indonesia.

6. Nilai-nilai
Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum
Etis yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
C. HUBUNGAN PEMBUKAAN DAN BATANG
TUBUH UUD 1945
Dalam hubungannya dengan Batang Tubuh UUD
1945, menempatkan pembukaan UUD 1945 alinea
IV pada kedudukan yang amat penting. Bahkan
boleh dikatakan bahwa sebenarnya hanya alinea IV
Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari
Pembukaan dalam arti sebenarnya.
D. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PANCASILA

Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila


ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. Maka,
hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat
timbal balik sebagai hubungan secara formal dan
hubungan secara material.

E. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN


PROKLAMASI

Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuanyang utuh


dan apa yang terkandung dalam pembukaan adalah
merupakan amanat daris eluruh Rakyat Indonesia tatkala
mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan
bersama.
BAB
VII
PANCASILA SEBAGAI PERADIGMA KEHIDUPAN
DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN
BERNEGARA

www.wondershare.com
LOGO
A. PENGERTIAN PARADIGMA
 Paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan
asumsi-asumsi teoretis yang umum sehingga
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat
menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan
itu sendiri.
 Dalam masalah ini, istilah paradigma berkembang

menjadi terminologi yang mengandung konotasi


pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar,
sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu
bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan,
reformasi maupun pendidikan.

IRFAN KOSASIH - 123020378


B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
 Pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa yang
mencakup akal, rasa dan kehendak, asepk raga, aspek individu,
aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan
ketuhanannya. Kemudian dijabarkan dalam bebagai bidang
pembangunan antara lain politik, ekonomi, sosial, budaya,
hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi serta agama.

C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI


Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang
sering diteriakkan dengan jargon reformasi total tidak mungkin
melakukan perubahan terhadap sumbernya itu sendiri. Reormais harus
memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi
bangsa Indonesia Nilai-Nilai Pancasila itulah yang merupakan
paradigma Reformasi Total tersebut

IRFAN KOSASIH - 123020378


1. GERAKAN REFORMASI
Awal keberhasilan gerakan Reformasi ditandai dengan
mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 yang
kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr.
B. J. Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian
diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformass
Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan
pemerintahan transisi yang akan mengantarkan rakyat
Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh,
terutama pengubahan 5 paket UU. Dengan demikian,
reformasi harus diikuti juga dengan reformasi hukum bersama
aparat penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi
pemerintahan.

IRFAN KOSASIH - 123020378


2. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI HUKUM

Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan


dengan kemajuan jaman, begitu pula dengan cara berpikir
masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang dinamis.
Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang
dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya
kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang
telah diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada
baiknya berdasar pada nilai-nilai yang menjadi tolak ukur
kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Yaitu sila pancasila.
Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang
diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara indonesia guna
melaksanakan pembangunan nasional, reformasi, dan
pendidikan pada khususnya.
3. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI
POLITIK
• Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat
manusia, karena sistem politik negara harus berdasarkan hak dasar
kemanusiaan, atau yang lebih dikenal dengan hak asasi manusia. Sehingga
sistem politik negara pancasila mampu memberikan dasar-dasar moral,
diharapakan supaya para elit politik dan penyelenggaranya memiliki budi
pekerti yang luhur, dan berpegang pada cita-cita moral rakyat yang luhur.
Sebagai warga negara indonesia manusia harus ditempatkan sebagai subjek
atau pelaku politik, bukan sekedar objek politik yang diharapkan kekuasaan
tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Karena Pancasila sebagai paradigma dalam berpolitik, maka
sistem politik di indonesia berasaskan demokrasi, bukan otoriter.
• Berdasar pada hal diatas, pengembangan politik di indonesia harus
berlandaskan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan,
moral kerakyatan, dan moral keadilan, apabila pelaku politik baik warga
negara maupun penyelenggaranya berkembang atas dasar moral tersebut
maka akan menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral yang
baik.
4. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI
EKONOMI
• Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, maka
sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada
pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus mandasarkan pada moralitas
ketuhanan, dan kemanusiaan. Hal ini untuk menghindari adanya
pengembangan ekonomi yang cenderung mengarah pada persaingan bebas,
yaitu yang terkuat dialah yang akan menang, seperti yang pernah terjadi pada
abad ke-18, yaitu tumbuhnya perekonomian kapitalis. Dengan adanya
kejadian pada abad ke-18 tersebut, maka eropa pada awal abad ke-19
bereaksi untuk merubah perkembangan ekonomi tersebut menjadi sosialisme
komunisme, yang berjuang untuk nasib rakyat proletar yang sebelumnya
ditindas oleh kaum kapitalis.
• Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi mensejahterakan
rakyat luas, sistem ekonomi ini di kembangkan oleh mubyarto, yang tidak
hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan dan
kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan
manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera, oleh sebab itu kita harus
menghindarkan diri dari persaingan bebas, monopoli dan yang lainnya yang
berakibat pada penderitaan dan penindasan manusia.
D. AKTUALISASI PANCASILA

 Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam


yaitu aktualisasi objektif dan subjektif. Aktualisasi objektif
yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara
antara lain legislatif, eksekutif maupun yudhikatif.
Sedangkan aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila
pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam
kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.

IRFAN KOSASIH - 123020378


E. TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

 Pendidikan tinggi sebgai institusi dalam masyarakat


bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari
kepentingan masyarakat malainkan, senantiasa mengemban
dan mengabdi kepada masyarakat. Maka menurut PP no.60
Tahun 1999, bahwa perguruan tinggi memiliki tiga tugas
pokok yang disebut Tridharma Perguruan Tinggi, yatu :
1) Pendidikan Tinggi
2) Penelitian
3) Pengabdian Kepada Masyarakat

IRFAN KOSASIH - 123020378


F. BUDAYA AKADEMIK

 Terdapat beberapa ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya


akademik, yaitu:
1. Kritis
2. Kreatif
3. Objektif
4. Analitis
5. Konstruktif
6. Dinamis
7. Dialogis
8. Menerima Kritik
9. Menghargai Prestasi Ilmiah/Akademik
10.Bebas dari Prasangka
11.Menghargai Waktu
12.Memiliki dan Menjunjung Tinggi Tradisi Ilmiah
13.Berorientasi ke Masa Depan
14.Kesejawatan/Kemitraan

IRFAN KOSASIH - 123020378


TERIMA KASIH
Birokrasi Indonesia Terburuk Kedua di antara 12 Negara Asia
Filed under indonesia, international, politics no comments
Cape deeee… ritten on 17/06/2010 at 05:59 by zon

PERINGKAT NEGARA SKOR


1. India 9.41
2. Indonesia 8.59
3. Philippines 8.37
4. Vietnam 8.13
5. China 7.93
6. Malaysia 6.97
7. Taiwan 6.60
8. Japan 6.57
9. South Korea 6.13
10. Thailand 5.53
11. Singapore 2.53 1
2. Hong Kong 3.49

Anda mungkin juga menyukai