KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura Tahun Anggaran 2023 ini telah selesai disusun.
Petunjuk Pelaksanaan ini mengacu pada Petunjuk Teknis Pengelolaan dan
Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura TA.
2023 yang selanjutnya menjadi acuan bagi aparat pembina tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura yang didukung dana APBN Tahun Anggaran 2023. Dengan
demikian tujuan dan sasaran kegiatan dapat tercapai secara efektif, efisien,
ekonomis dan tertib sesuai peraturan yang berlaku. Agar lebih aplikatif dalam
penerapannya di lapangan, diharapkan petunjuk pelaksanaan ini dapat dijabarkan
lebih lanjut dalam bentuk petunjuk pelaksanaan di masing-masing daerah.
Secara umum, Petunjuk Pelaksanaan ini mencakup tujuan, sasaran, indikator
keberhasilan dan analisis resiko, pelaksanaan kegiatan yang terkait pengolahan
dan pemasaran hasil hortikultura, pengawalan dan pembinaan, serta
pelaporannya.
Komitmen semua pihak sangat diperlukan demi terwujudnya pelaksanaan
kegiatan yang lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan serta koordinasi yang
sinergis antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam melakukan pembinaan
kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura secara berkelanjutan.
Saran yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan Petunjuk
Pelaksanaan ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini dan semoga
bermanfaat.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………………………...... i
Daftar Isi …..…………………………………………………….…………………… ii
Daftar Tabel ……………………………………………………….……………….. iii
Daftar Gambar …………………………………………………………………….. iv
Daftar Lampiran ………………………………………………….………............ v
Bab I Pendahuluan ……………………………………..……………. 1
A. Latar Belakang ………………………………….…………... 1
B. Tujuan ……………………………………………….…………. 3
C. Sasaran ……………………………………………………….. 4
Bab II Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura ………………………………………….………. 5
A. Landasan Kegiatan………………………………………… 5
B. Gambaran Umum Kegiatan Lingkup PPHH ……… 6
Bab III Kegiatan Penumbuhan UMKM Hortikultura …... 10
A. Kegiatan Penumbuhan UMKM Hortikultura pada
Satker Tugas Pembantuan ………………………… 13
B. Kegiatan Penumbuhan UMKM Hortikultura pada
Satket Pusat ………………………………………..…… 22
Bab IV Kegiatan Pemasaran dan Investasi ………..……….. 35
A. Kegiatan Pemasaran pada Satker Dekonsentrasi.. 38
B. Kegiatan Pemasaran pada Satker Tugas Pembantuan 40
C. Kegiatan Pemasaran pada Satket Pusat ………… 43
Bab V Kegiatan Standardisasi dan Mutu Produk
Hortikultura…………………………………..……………..…… 56
A. Kegiatan Standardisasi dan Mutu pada
Satker Dekonsentrasi ……………………………………. 57
B. Kegiatan Standardisasi dan Mutu pada
Satker Pusat……………………………………………. 63
Bab. VI Penutup …………………………………………………………….. 75
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Matrik Penanggung Jawab, Output, Kode Output,
dan Pembina Kegiatan .................................................. 7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Flow chart sederhana registrasi kebun
dan lahan usaha hortikultura .............................................. 66
Gambar 2. Flow chart registrasi kebun
dan lahan usaha hortikultura ............................................... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rincian Alokasi Anggaran Kegiatan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura TA. 2023 ………………….... 77
Lampiran 2. Contoh Format Berita Acara Serah Terima Barang ……. 91
Lampiran 3. Contoh Spesifikasi Sarana Pascapanen Hortikultura ….. 93
Lampiran 4. Contoh Spesifikasi Prasarana Pascapanen Hortikultura 96
Lampiran 5. Tata Kelola Pencairan, Penyaluran dan
Pertanggungjawaban Dana Bantuan Pemerintah dalam
Bentuk Uang (Swakelola Bangsal Pascapanen
Hortikultura)………………………………………….………............ 136
Lampiran 6. Contoh Spesifikasi Prasarana Pengolahan Hortikultura 162
Lampiran 7. Contoh Spesifikasi Sarana Pemasaran Hortikultura …… 166
Lampiran 8. Contoh Form Verifikasi …………………………………………….. 170
Lampiran 9. Contoh Form Verifikasi Calon Pengirim …………………….. 171
Lampiran 10. Contoh Form Verifikasi Calon Perusahaan yang 172
Melakukan Pengiriman
……………………………………………..
Lampiran 11. Contoh Form Verifikasi Calon Penerima Produk ………. 173
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Pembangunan hortikultura berlandaskan pada Undang Undang Hortikultura
No.13 tahun 2010 yang diundangkan dengan tujuan agar potensi hortikultura
dikelola dan dimanfaatkan secara efisien, terkoordinasi dan berkelanjutan.
Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa penyelenggaraan hortikultura berdasarkan
asas: kedaulatan, kemandirian, kebermanfaatan, keterpaduan, kebersamaan,
keterbukaan, keberlanjutan, efisiensi, berkeadilan, kelestarian fungsi lingkungan
dan kearifan lokal.
Kegiatan pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura TA. 2023
harus sejalan dengan Undang-Undang Hortikultura Nomor 13 tahun 2010,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025), Strategi Induk
Pembangunan Pertanian (SIPP) tahun 2013-2045, Renstra Kementerian
Pertanian, Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura 2020-2024, Blue Print
Pengembangan Hortikultura (2011-2025). Undang-undang No. 22 tahun 2019
tentang sistem budidaya pertanian berkelanjutan
Kebijakan pengembangan usaha hortikultura tidak hanya berorientasi pada
peningkatan produksi, namun juga pada upaya pengembangan hilirisasinya.
Salah satu upaya pengembangan hilirisasi komoditas hortikultura yaitu melalui
pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Hortikultura. Upaya
penumbuhan dan pengembangan UMKM Hortikultura didukung melalui fasilitasi
sarana dan prasarana pascapanen dan pengolahan hortikultura secara terpadu
dengan target 178 UMKM Hortikultura. Selain pengembangan UMKM, hilirisasi
komoditas hortikultura juga perlu didukung dengan dukungan pemasaran (off
farm) serta dukungan penerapan jaminan mutu dan sistem standardisasi mutu
(on farm dan off farm). Wujud pengembangan usaha yang dituju adalah
berkembangnya agribisnis baik di hulu maupun di hilir oleh petani dan
masyarakat di sentra produksi. Hal tersebut dimaksudkan agar nilai tambah atau
added value berada di tingkat petani dan kelompok tani/gapoktan.
Penerapan jaminan mutu produk hortikultura dari hulu sampai hilir perlu
dilakukan dalam pengembangan usaha hortikultura. Hal tersebut untuk
menghasilkan produk hortikultura yang bermutu dan mempunyai nilai tambah
yang dilakukan melalui penerapan kaidah Good Agriculture Parctices (GAP), Good
Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP) sampai dengan
Good Distribution Practices (GDP).
Hortikultura TA. 2023 dengan merujuk pada Petunjuk Teknis Pengelolaan dan
Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Ditjen Hortikultura Tahun Anggaran
2023.
B. Tujuan
C. Sasaran
BAB II
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN
PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA
A. Landasan Kegiatan
Berikut ini adalah matriks Kegiatan pada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura berdasarkan kewenangan dan Penanggung Jawab Kegiatan.
Penanggung
Pembina Kegiatan pada Dit.
No. Kewenangan Jawab Rincian Output Kegiatan Kode Rincian Output
PPHH
Kegiatan
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
Penanggung
Pembina Kegiatan pada Dit.
No. Kewenangan Jawab Rincian Output Kegiatan Kode Rincian Output
PPHH
Kegiatan
Sarana Pascapanen 018.04.EC.5887.RAG.010
5 Hortikultura
Sarana Pengolahan 018.04.EC.5887.RAG.011
6 Hortikultura
Kelompok Pascapanen dan
Prasarana Pascapanen Kelompok Pengolahan
7 Hortikultura 018.04.EC.5887.RBK.010
BAB III
KEGIATAN PENUMBUHAN UMKM HORTIKULTURA
Menurut survei Bank Indonesia (BI), hanya sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) pertanian yang masih tumbuh positif di tengah tekanan
pandemi Covid- 19, yaitu sebesar 16,7 persen di akhir 2020. Sementara, industri
pengolahan tumbuh sebesar 1,5 persen, konstruksi (-17,9 persen), perdagangan (-
3,2 persen), real estate (13,0 persen), dan jasa kemasyarakatan (2,0 persen). Hal
ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan sektor UMKM pertanian terbuka
lebar, salah satunya sub sektor hortikultura.
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mendorong
penumbuhan dan pengembangan UMKM Hortikultura guna meningkatkan nilai
tambah produk hortikultura baik produk segar maupun olahan. Produk UMKM
Hortikultura tidak hanya ditujukan untuk memenuhi pasar domestik namun juga
pasar ekspor.
Kegiatan penumbuhan UMKM Hortikultura dianggap perlu dilakukan tidak hanya
untuk meningatkan nilai tambah produk hortikultura serta diversifikasi produk
hortikultura, namun juga untuk mengatasi over supply/ surplus produksi produk
segar hortikultura. Harga rendah pada saat produk over supply dan akumulasi
volume produk segar off-grade atau produk yang kualitas/grade-nya tidak sesuai
permintaan pasar diharapkan dapat diatasi melalui pengolahan komoditas
hortikultura segar menjadi aneka produk olahan yang memiliki jangkauan pasar
yang lebih luas.
Upaya penumbuhan UMKM Hortikultura dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Hortikultura melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
dengan memberikan fasilitasi bantuan yang dapat menginisiasi penumbuhan
UMKM Hortikultura baru. Selain itu juga untuk mendorong pengembangan UMKM
Hortikultura existing agar menjadi lebih maju/naik kelas.
Fasilitasi bantuan tersebut berupa Prasarana Pascapanen dan Pengolahan
Hortikultura dalam bentuk bangunan bangsal pascapanen, dan untuk beberapa
komoditas dapat dilengkapi dengan bangunan pengering tenaga surya/solar
dryer. Dalam konsep pengembangan UMKM, bangunan bangsal pascapanen
mencakup area penanganan pascapanen hortikultura segar dan area pengolahan
produk hortikultura.
penanganan produk yang akan diolah. Sarana pascapanen dapat berupa sarana
angkutan (motor roda 3, angkutan roda 4), keranjang panen, sarana pencucian,
roller conveyor dari pencucian hingga ke dalam bangsal, meja peniris, meja
sortasi/packing, dan lain-lain.
Bangunan bangsal pascapanen juga dilengkapi dengan sarana/alat pengolahan
untuk mendorong peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk hortikultura
serta untuk mengatasi kondisi over supply produk hortikultura. Sarana
pengolahan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah
sesuai komoditas yang akan diolah dengan sudah ditentukan jenis end product
hasil olahannya.
Pada tahun 2023, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura akan
memfasilitasi 178 UMKM Hortikultura kegiatan penanganan pascapanen dan
pengolahan hortikultura melalui Satuan Kerja Tugas Pembantuan dan Satuan
Kerja Pusat sebagai berikut:
1. Kegiatan Penumbuhan UMKM Hortikultura pada Satker Tugas Pembantuan:
a. Sarana Pascapanen Hortikultura berupa fasilitasi bantuan alat dan mesin
pascapanen hortikultura (018.04.EC.5887.RAG.010)
b. Sarana Pengolahan Hortikultura berupa fasilitasi bantuan alat dan mesin
pengolahan hortikultura (018.04.EC.5887.RAG.011)
c. Prasarana Pascapanen Hortikultura berupa fasilitasi bantuan berupa
bangunan bangsal pascapanen (018.04.EC.5887.RBK.010)
2. Kegiatan Penumbuhan UMKM Hortikultura pada Satker Pusat:
a. Sarana Pascapanen Hortikultura berupa fasilitasi bantuan alat dan mesin
pascapanen hortikultura (018.04.EC.5887.RAG.010)
b. Sarana Pengolahan Hortikultura berupa fasilitasi bantuan alat dan mesin
pengolahan hortikultura (018.04.EC.5887.RAG.011)
c. Prasarana Pascapanen Hortikultura berupa fasilitasi bantuan berupa
bangunan bangsal pascapanen (018.04.EC.5887.RBK.010)
d. Prasarana Pengolahan Hortikultura berupa fasilitasi bantuan berupa
bangunan pengering tenaga surya (018.04.EC.5887.RBK.011)
Kriteria Penerima Manfaat pada Kegiatan Penumbuhan UMKM Hortikultura
(Satker Tugas Pembantuan dan Satker Pusat)
1. Kelompok Tani/Gapoktan/Kelompok Wanita Tani/kelompok masyarakat
penerima fasilitasi bantuan penumbuhan UMKM Hortikultura berupa
prasarana pascapanen, sarana pascapanen, sarana pengolahan (bantuan 1
paket); untuk pengolahan produk komoditas tertentu dapat difasilitasi dengan
prasarana pengolahan berupa bangunan pengering tenaga surya;
2. Kelompok Tani/Gapoktan/KWT/kelompok masyarakat lainnya serta
stakeholder/pelaku usaha hortikultura diharapkan mempunyai jiwa
b. Bentuk Bantuan
Jenis sarana fisik alat dan/atau mesin pascapanen hortikultura yang
difasilitasi melalui APBN Ditjen Hortikultura TA. 2023 (Anggaran Tugas
Pembantuan) ditentukan berdasarkan kebutuhan penanganan pascapanen
disesuaikan dengan komoditas. Sarana pascapanen yang difasilitasi antara
lain sebagai berikut :
1) Alat/mesin pembersihan (cleaning)
2) Alat/mesin pemilahan (sortasi)
3) Alat/mesin pengkelasan (grading)
4) Alat/mesin pengemasan (packaging)
5) Alat/mesin angkut
6) Alat-alat lain yang mendukung kegiatan penanganan pascapanen.
Pemanfaatan sarana pascapanen ini adalah untuk komoditas hortikultura
dan komoditas pertanian lainnya yang bernilai ekonomis dan dapat
memberdayakan masyarakat setempat.
Untuk sarana fisik alat dan/atau mesin pascapanen hortikultura yang
telah tersedia di dalam e-katalog sektoral/nasional, maka pengadaan
sarana dimaksud agar diadakan melalui proses e-katalog
sektoral/nasional,
Penyaluran Bantuan Pemerintah perlu memperhatikan aspek monitoring
dan evaluasi, sehingga diperlukan penataan bantuan pemerintah melalui
penandaan pada objek fasilitasi bantuan yang disalurkan. Penandaan
tersebut antara lain dapat berupa emblem besi, plakat, papan informasi,
atau lainnya yang tidak mudah terlepas. Informasi yang tercantum antara
lain memuat identitas sebagai berikut:
1. Logo Kementerian Pertanian
2. Nomenklatur/Nama Kegiatan Fasilitasi Bantuan/Output
3. Sumber anggaran dan tahun anggaran
Alat/Mesin Bantuan Pemerintah dipasang emblem besi. Emblem terletak
di sisi atas alat/mesin dan dipasang paku rivet.
c. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN Tahun 2023 berupa Dana Tugas
Pembantuan pada DIPA SATKER Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/
Kota.
d. Metode Pelaksanaan
Proses pengadaan fasilitasi sarana pascapanen hortikultura dilakukan
oleh pihak ketiga melalui kontraktual/lelang/penunjukan langsung atau
melalui pembelian e-purchasing pada e-catalog LKPP sesuai dengan
Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Alat pascapanen yang menggunakan mesin diharapkan sudah memenuhi
persyaratan SNI atau PTM (Persyaratan Teknis Minimal) yang dibuktikan
dengan test report yang masih berlaku dikeluarkan oleh lembaga yang
berwenang/terakreditasi. Untuk peralatan yang belum ada SNI atau PTM-
nya, disarankan mendapatkan rekomendasi dari lembaga yang
berwenang/terakreditasi. Untuk biaya operasional alat dan mesin
pascapanen sepenuhnya menjadi tanggung jawab penerima manfaat.
Sedangkan untuk alat pascapanen tanpa mesin diharapkan memenuhi
persyaratan food grade.
Distribusi dan serah terima barang kepada penerima manfaat diatur
melalui petunjuk mekanisme serah terima barang yang relevan. Kepala
Dinas bertanggung jawab mengawal dan memastikan kebenaran
penyaluran bantuan dan pemanfaatannya tepat sasaran.
Penyaluran bantuan pemerintah harus didokumentasikan paling sedikit
dengan foto yang diberi tanda titik koordinat lokasi (geo-tagging) untuk
kemudian dilaporkan kepada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura (ditpphhorti@gmail.com c.q. subdit.pascapanenhorti@gmail.com)
dan Kelompok Data, Evaluasi dan Pelaporan (monevhorti@gmail.com)
paling lambat minggu kedua bulan Desember tahun 2023.
Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota wajib melakukan monitoring
dan evaluasi serta bimbingan/pendampingan pemanfaatan sarana
pascapanen sesuai dengan fungsinya. Diharapkan pada akhir tahun Dinas
Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan pemanfaatan sarana
pascapanen hortikultura kepada Direktur Jenderal Hortikultura c.q
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
c. Penerima Bantuan
Untuk pelaksanaan fasilitasi bantuan bangsal pascapanen melalui
mekanisme swakelola, maka penerima manfaat perlu memenuhi
persyaratan seperti di bawah:
1) Penerima manfaat memiliki rekening kelompok yang digunakan
untuk menerima dana (transfer uang) fasilitasi bantuan bangsal
pascapanen.
2) Penerima manfaat mampu mengelola alokasi anggaran yang diberikan
melalui rekening kelompok pada poin 1 (satu) di atas dengan
melakukan perencanaan awal melalui penyusunan rencana usaha
kelompok (RUK) pembangunan bangsal pascapanen yang disetujui
oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota setempat. RUK yang
disusun oleh kelompok harus merujuk pada desain/perencanaan
bangsal pascapanen yang dicantumkan di lampiran pada petunjuk
pelaksanaan ini.
3) Untuk selanjutnya, penerima manfaat harus mendokumentasikan
semua pemanfaatan dana bantuan, dan jika terdapat sisa dana
bantuan maka akan dikembalikan kepada negara.
4) Penerima manfaat dibantu dinas pertanian setempat menyusun
perjanjian kerjasama swakelola yang ditandatangani oleh Ketua
Kelompok Penerima dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
setempat serta PPK.
5) Penerima manfaat bersedia dan sanggup menyelesaikan pekerjaan
pembangunan bangsal pascapanen sesuai spesifikasi teknis yang
sudah ditentukan.
6) Penerima manfaat bersedia membuat laporan keuangan beserta bukti
kuitansi pembelian dan pembayaran untuk pembangunan bangsal
pascapanen.
7) Penerima manfaat prasarana pascapanen sanggup menggunakan
bantuan sesuai peruntukannya serta berkomitmen untuk menjaga dan
memelihara aset, bersedia menangani kegiatan pascapanen dan atau
pengolahan di wilayahnya/kelompok
d. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN Tahun 2023 berupa Dana Tugas
Pembantuan pada DIPA SATKER Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/
Kota.
e. Metode Pelaksanaan
Proses pengadaan fasilitasi prasarana pascapanen hortikultura dilakukan
secara swakelola kelompok tani/gapoktan/KWT/kelompok masyarakat
lainnya sesuai Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Penerima Bantuan
Tambahan persyaratan penerima manfaat untuk kegiatan penumbuhan UMKM
Hortikultura alokasi pusat adalah sebagai berikut :
- Bantuan sarana prasarana usulan dari anggota DPR dapat langsung dikirimkan
kepada Ditjen Hortikultura, diutamakan dilengkapi rekomendasi oleh anggota
Komisi serta rekomendasi/ persetujuan dari Kepala Dinas setempat. Dinas
Pertanian Kabupaten/ Kota diharapkan untuk mengusulkan CPCL kegiatan
terkait melalui aplikasi proposal elektronik pada periode pembukaan e-
proposal di tahun berjalan.
c. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Tahun Anggaran 2023 pada DIPA SATKER Pusat (Ditjen
Hortikultura).
d. Metode Pelaksanaan
Penyelenggaraan kegiatan sarana pascapanen hortikultura pusat
dilakukan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
secara melalui kontraktual/ lelang/ penunjukan Langsung atau melalui
pembelian e-purchasing pada e-catalog LKPP sesuai dengan Perpres
Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Alat dan mesin pascapanen diharapkan sudah memenuhi persyaratan SNI
atau PTM (Persyaratan Teknis Minimal) yang dibuktikan dengan test
report yang masih berlaku dikeluarkan oleh lembaga yang
berwenang/terakreditasi. Untuk peralatan yang belum ada SNI atau PTM-
nya, disarankan mendapatkan rekomendasi dari lembaga yang
berwenang/terakreditasi.Untuk biaya operasional alat dan mesin
pengolahan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penerima manfaat.
Kepala Dinas bertanggung jawab mengawal dan memastikan kebenaran
penyaluran bantuan dan pemanfaatannya tepat sasaran.
Dalam hal penyaluran bantuan pemerintah ini harus didokumentasikan
paling sedikit dengan memuat foto yang diberi tanda titik koordinat lokasi
(geo-tagging).
Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota wajib melakukan monitoring
dan evaluasi serta bimbingan/pendampingan pemanfaatan fasilitasi
bantuan sesuai dengan fungsinya.
a. Rincian Output/Komponen
Rincian output prasarana pascapanen hortikultura kegiatan bangsal
pascapanen meliputi:
Komponen:
- Komponen Utama :
(052) Fasilitasi Bantuan
Jasa perencanaan pembuatan typical design bangsal
pascapanen 522191: Belanja Jasa Lainnya
Bangunan bangsal pascapanen
526123: Belanja Gedung dan Bangunan untuk Diserahkan kepada
Masyarakat/Pemda dalam Bentuk Uang
Komponen Pendukung :
(051) Persiapan
(053) Pendampingan dan Pengawalan
b. Bentuk Bantuan
Bantuan prasarana pascapanen alokasi pusat berupa bangunan bangsal
pascapanen diberikan melalui mekanisme swakelola oleh kelompok tani
penerima bantuan sesuai ketentuan yang berlaku.
Persyaratan lokasi pembangunan bangsal pascapanen antara lain:
- Lokasi mudah dijangkau (dari kebun ke bangunan prasarana/ bangsal
pascapanen dan dari bangunan prasarana/ bangsal pascapanen ke jalan
raya) serta tidak menyalahi peruntukan lahan.
- Bangsal pascapanen diprioritaskan untuk penanganan pascapanen dan
pengolahan komoditas hortikultura sesuai dengan kebutuhan di
lapangan dan/atau komoditas pertanian lainnya yang bernilai ekonomis
dan dapat memberdayakan masyarakat setempat.
- Lahan yang digunakan sebagai lokasi bangsal pascapanen diharapkan
adalah milik kelompok. Jika tidak tersedia lahan milik kelompok dapat
berupa lahan desa atau perorangan yang diatur pemanfaatannya dengan
kesepakatan atau surat keterangan pemanfaatan lahan untuk kelompok
dengan masa pakai minimal 10 tahun yang diketahui/disahkan oleh
Kepala Desa.
- Desain bangsal pascapanen di daerah harus merujuk pada
desain/perencanaan bangsal pascapanen yang dicantumkan di lampiran
pada petunjuk pelaksanaan ini.
c. Penerima Manfaat
Untuk pelaksanaan fasilitasi bantuan bangsal pascapanen melalui
mekanisme swakelola, maka penerima manfaat perlu memenuhi
persyaratan seperti di bawah:
1) Penerima manfaat memiliki rekening kelompok yang digunakan
untuk menerima dana fasilitasi bantuan bangsal pascapanen melalui
mekanisme swakelola.
2) Penerima manfaat mampu mengelola alokasi anggaran yang diberikan
melalui rekening kelompok pada poin 1) di atas dengan melakukan
perencanaan awal melalui penyusunan rencana usaha kelompok
(RUK) pembangunan bangsal pascapanen yang disetujui oleh Kepala
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota setempat. RUK yang disusun oleh
kelompok harus merujuk pada desain/perencanaan bangsal
pascapanen yang dicantumkan di lampiran pada petunjuk
pelaksanaan ini.
3) Untuk selanjutnya, penerima manfaat harus mendokumentasikan
semua pemanfaatan dana bantuan, dan jika terdapat sisa dana
bantuan maka akan dikembalikan kepada negara.
4) Penerima manfaat dibantu dinas pertanian setempat menyusun
perjanjian kerjasama swakelola yang ditandatangani oleh Ketua
Kelompok Penerima dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
setempat serta PPK.
5) Penerima manfaat bersedia dan sanggup menyelesaikan pekerjaan
pembangunan bangsal pascapanen sesuai spesifikasi teknis yang
sudah ditentukan.
6) Penerima manfaat bersedia membuat laporan keuangan beserta bukti
kuitansi pembelian dan pembayaran untuk pembangunan bangsal
pascapanen.
7) Penerima manfaat prasarana pascapanen sanggup menggunakan
bantuan sesuai peruntukannya serta berkomitmen untuk menjaga dan
memelihara aset, bersedia menangani kegiatan pascapanen dan atau
pengolahan di wilayahnya/kelompok
d. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Tahun Anggaran 2023 pada DIPA SATKER Pusat (Ditjen
Hortikultura).
e. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan fasilitasi prasarana pascapanen hortikultura pusat
dilakukan secara swakelola oleh kelompok
tani/gapoktan/KWT/kelompok masyarakat lainnya sesuai Perpres Nomor
12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 132/PMK.05/2021 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga; Peraturan Menteri Keuangan Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga.
Kepala Dinas bertanggung jawab mengawal dan memastikan kebenaran
penyaluran bantuan dan pemanfaatannya tepat sasaran.
Dalam hal penyaluran bantuan pemerintah ini harus didokumentasikan
paling sedikit dengan memuat foto yang diberi tanda titik koordinat lokasi
(geo-tagging).
- Komponen Utama:
(052) Fasilitasi Bantuan Sarana
Akun belanja yang digunakan dalam kegiatan Fasilitasi Bantuan Sarana
Pengolahan dalam bentuk alat dan mesin meliputi :
526112 : Belanja Peralatan dan Mesin untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda
- Komponen Pendukung :
(051) Persiapan
(053) Pendampingan dan Pengawalan
b. Bentuk Bantuan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan bantuan sarana pengolahan
berupa alat/mesin pengolahan hortikultura dalam rangka mendorong
penumbuhan UMKM Hortikultura.
Untuk pengadaan sarana pengolahan cabai diprioritaskan berupa mesin
giling, alat pengering, alat penepung, continues sealer, hand sealer, dan
sarana lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan cabai.
Untuk pengadaan sarana pengolahan bawang diprioritaskan untuk mesin
perajang, oven, spinner, mesin penggiling, deep fryer (pengorengan),
continues sealer, hand sealer serta sarana lainnya yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Untuk sarana pengolahan hortikultura lainnya (buah, sayuran
lain, tanaman obat) dipriotaskan untuk alat/mesin vacuum frying, deep
frying, spinner, continuous sealer, hand sealer, mesin pemeras jeruk/jahe
dan/atau dapat juga disesuaikan dengan kebutuhan kelompok penerima
manfaat dengan ketersediaan anggaran.
Fasilitasi bantuan sarana pengolahan diberikan dalam bentuk barang
sesuai usulan atau kebutuhan kelompoktani/gapoktan/kelompok wanita
tani dan pelaku usaha yang telah ditetapkan sesuai hasil idenitifkasi CPCL
oleh dinas pertanian kabupaten/kota. Fasilitasi bantuan sarana
pengolahan berupa pengadaan barang/fisik yang mendukung usaha
pengolahan hasil hortikultura termasuk kemasan, label dan aspek lain
mendukung nilai tambah hasil hortikultura. Selanjutnya biaya operasional
menjadi tanggung jawab penerima manfaat kegiatan ini.
Pemanfaatan sarana pengolahan ini adalah untuk komoditas hortikultura
dan komoditas pertanian lainnya yang bernilai ekonomis dan dapat
memberdayakan masyarakat setempat.
Untuk sarana fisik alat dan/atau mesin pengolahan hortikultura yang telah
tersedia di dalam e-katalog, maka pengadaan sarana dimaksud agar
diadakan melalui proses e-katalog.
BAB IV
KEGIATAN PEMASARAN DAN INVESTASI
dengan harga lebih murah dari harga pasar. Pasar Tani menjual kembali produk
tersebut dan diijinkan untuk mengambil keuntungan maksimal Rp. 2.000/Kg.
Produk hortikultura merupakan produk yang mudah rusak (perishable) dengan
harga yang fluktuatif. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi
harga antara lain:
- Panjangnya rantai pemasaran, kendala transportasi, perilaku pedagang dalam
menetapkan marjin keuntungan, aksi spekulasi maupun kompetisi antar
pedagang yang mengakibatkan peningkatan harga komoditas pangan
- Transportasi sering menyebabkan produksi hortikultura dari daerah sentra
tidak dapat diterima secara merata dan kontinu oleh konsumen di daerah non
sentra sehingga disparitas harga di tingkat konsumen sangat bervariasi antar
wilayah
- Penerapan teknologi produksi dan faktor kebijakan pemerintah menyebabkan
meningkatnya harga input/sarana produksi.
- Tingginya disparitas harga antara produsen dan konsumen yang
mengakibatkan keuntungan tidak proporsional antara pelaku usaha. Karena itu
diperlukan upaya untuk menjaga keseimbangan harga tingkat konsumen antar
wilayah dan keuntungan yang berkeadilan untuk konsumen maupun produsen.
Pelayanan Informasi Pasar (PIP) baik di pusat maupun daerah (provinsi dan
kabupaten/kota). Diharapkan dengan terlaksananya pelayanan informasi pasar
secara optimal akan berdampak pada peningkatan pendapatan petani.
- Fasilitasi Pembelian Produk Petani dilaksanakan dengan tujuan untuk menjaga
kestabilan harga dan pasokan sehingga ketersediaan, dan harga produk
pertanian tetap terjaga dengan baik. Pasar Tani dapat digerakkan sebagai
jaring pengaman sosial (social safety net) di wilayah terdampak fluktuasi harga.
Salah satu upaya nyata yang dilakukan Direktorat Jenderal Hortikultura yaitu
mengoptimalkan dan mendorong penumbuhan Pasar Tani pada tahun 2023.
- Kegiatan fasilitasi promosi produk hortikultura dilakukan melalui gelar produk
hortikultura dalam bentuk pameran dalam negeri maupun luar negeri dengan
memasyarakatkan produk hortikultura. Selain itu melakukan forum
komunikasi, koordinasi serta forum bisnis di berbagai event dengan KL terkait.
- Kegiatan fasilitasi pemasaran produk hortikultura. Kegiatan ini dilakukan
dalam upaya untuk membantu mengatasi gejolak harga pangan
pokok/strategis, dengan cara memperpendek rantai pemasaran dari wilayah
produsen ke wilayah konsumen melalui bantuan biaya transportasi.
Diharapkan produk hortikultura dapat dipasarkan dengan baik serta petani
dapat memperoleh harga wajar dan konsumen dapat memperoleh harga yang
lebih terjangkau.
- Kegiatan penyimpanan produk hortikultura. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
membantu petani memasarkan produknya, dengan jalan melakukan tunda jual
akibat terjadinya harga yang sangat rendah pada suatu daerah. Apabila harga
sudah mulai kembali normal, maka produk yang disimpan tersebut dapat
dijual.
Dalam rangka mendukung kegiatan-kegiatan tersebut, maka Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2023 memfasilitasi kegiatan
terkait pemasaran melalui:
A. Kegiatan Dekonsentrasi
Informasi Pasar Komoditas Hortikultura
(PIP) (018.04.EC.5887. BMA.030)
B. Kegiatan Tugas Pembantuan
a. Sarana Pemasaran Hortikultura berupa bantuan alat dan mesin pemasaran
untuk Pasar Tani/ Pasar lelang (018.04.EC.5887.CAG.010)
b. Monitoring dan evaluasi dalam rangka mendukung pemasaran produk
hortikultura (018.04.EC.5887.CAG.010)
C. Kegiatan Pusat
1. Promosi Produk Hortikultura (018.04.EC.5887. AEH.020)
2. Sarana Pemasaran Hortikultura berupa alat/mesin sarana pemasaran dan
Penyerapan Produk Hortikultura (5887.CAG.010)
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura 37
Direktorat Jenderal Hortikultura
d. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN Tahun 2023 berupa Dana Tugas
Dekonsentrasi pada DIPA SATKER Dinas Pertanian Provinsi.
e. Metode Pelaksanaan
Petugas PIP Provinsi dan Kabupten/Kota melaporkan melalui Sistem
Informasi Pasar Hortikultura (SIPASHORTI) dan agar aktif
mensosialisasikan penggunaan Sistem Informasi Pasar Hortikultura.
B. KEGIATAN PEMASARAN
HORTIKULTURA PADA SATKER TUGAS
PEMBANTUAN
Kegiatan Tugas Pembantuan terkait Pemasaran yang dilaksanakan oleh Dinas
Pertanian Provinsi (TP Provinsi) dan atau Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (TP
Kabupaten/Kota) meliputi :
1. Sarana Pemasaran Hortikultura
Kode Rincian Output : 018.04.EC.5887.CAG.010
Kegiatan sarana pemasaran hortikultura dilaksanakan dalam bentuk
pemberian bantuan sarana pemasaran hortikultura berupa alat/mesin sarana
pemasaran.
a. Rincian Output/Komponen
Rincian output sarana pemasaran hortikultura meliputi komponen:
- Komponen Utama:
(52) Fasilitasi Bantuan Sarana
Akun belanja yang digunakan dalam kegiatan Fasilitasi Bantuan Sarana
Pemasaran dalam bentuk alat dan mesin meliputi :
526112 : Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda,
Komponen Pendukung :
(051) : Persiapan
(053) : Pendampingan dan Pengawalan
b. Bentuk Bantuan
Pemberian bantuan sarana pemasaran hortikultura yang difasilitasi
melalui APBN Ditjen Hortikultura TA. 2023 ditentukan berdasarkan
kebutuhan. Bentuk bantuan kegiatan sarana pemasaran adalah bantuan
sarana peralatan dan/atau mesin kegiatan pemasaran yang diserahkan
kepada masyarakat/pemda. Sarana Pemasaran yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Sarana pemasaran untuk pasar tani antara lain tenda, meja, kursi,
keranjang, trolley, sealer packaging, plastik wrapping, timbangan digital,
cool box, mesin hitung, atau peralatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
b. Sarana pemasaran untuk pasar lelang antara lain mesin hitung,
pengeras suara/toa, papan tulis, layar monitor harga, meja, kursi, dan
peralatan lainnya yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan.
d. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN Tahun 2023 berupa Dana Tugas
Pembantuan pada DIPA SATKER Dinas
Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota.
e. Metode Pelaksanaan
Proses pengadaan fasilitasi sarana pemasaran hortikultura dilakukan oleh
pihak ketiga melalui kontraktual/lelang/penunjukan langsung/transfer
uang atau melalui pembelian e-purchasing pada e-catalog LKPP sesuai
dengan Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Serta
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga.
Pemasaran produk dan serah terima barang kepada penerima manfaat
diatur melalui petunjuk mekanisme serah terima barang yang masih
relevan. Kepala Dinas bertanggung jawab mengawal dan memastikan
penyaluran bantuan dan pemanfaatannya tepat sasaran.
Direktorat Jenderal Hortikultura menyerahkan sarana pemasaran
hortikultura (Pasar Tani/Pasar Lelang) sebagai aset pusat kepada Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota menjadi aset daerah untuk selanjutnya
diserahkan kepada kelompok tani/gapoktan/kelompok masyarakat
lainnya serta stakeholder/pelaku usaha hortikultura yang dituangkan
dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).
Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota wajib melakukan monitoring
dan evaluasi serta bimbingan/pendampingan pemanfaatan sarana
pemasaran sesuai dengan fungsinya. Diharapkan pada akhir tahun Dinas
Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan pemanfaatan sarana
pemasaran hortikultura kepada Direktur Jenderal Hortikultura c.q
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
- Komponen Pendukung :
(51) : Identifikasi/ Koordinasi/ Sosialisasi
(053) : Monitoring Evaluasi dan Pelaporan
b. Bentuk Bantuan
Bentuk fasilitasi/bantuan kegiatan promosi produk hortikultura berupa:
- Promosi poduk Hortikultura : fasilitasi promosi di event dalam negeri
(Kementerian/Lembaga/Institusi), promosi luar negeri, forum
bisnis/komunikasi/konsolidasi.
- Fasilitasi pemasaran produk hortikultura: fasilitasi biaya pengangkutan
produk, sewa tempat penyimpanan produk dan penyerapan produk
petani.
Bentuk bantuan berupa biaya pemasaran produk dengan akun:
521219 (belanja barang non operasional lainnya) adalah bantuan biaya
transportasi terhadap produk yang daerahnya kelebihan hasil produksi
hortikultura ke daerah lain yang kekurangan pasokan atau sebaliknya.
Bentuk bantuan berupa sewa tempat penyimpanan produk dengan akun:
522141 (belanja sewa) adalah memberikan fasilitasi sewa tempat untuk
produk yang harganya rendah dan akan dijual diwaktu harga sudah cukup
baik (tunda jual).
Bentuk bantuan berupa dukungan penyerapan produk dengan akun
526311 (belanja barang bantuan lainnya untuk diserahkan kepada
masyarakat/pemda) adalah membeli produk petani yang harganya rendah,
komoditasnya mudah rusak dan tidak bisa disimpan.
Pemanfaatan bantuan ini adalah untuk komoditas hortikultura yang
bernilai ekonomis dan dapat memberdayakan masyarakat setempat.
Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah penerima bantuan yaitu
petani/kelompok tani/GAPOKTAN/asosiasi/pelaku usaha hortikultura di
kawasan sentra produksi, pelaku pemasaran di daerah tujuan dan
konsumen/masyarakat di daerah tujuan pengiriman produk.
d. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN Tahun 2023 pada DIPA SATKER
Pusat (Ditjen Hortikultura).
e. Metode Pelaksanaan
1) Kegiatan bantuan pemasaran produk hortikultura bagi petani
dilaksanakan dalam bentuk bantuan biaya pemasaran produk dari
daerah yang kelebihan hasil produksi hortikultura ke daerah lain yang
kekurangan pasokan dan biaya angkut dari lokasi petani atau
sebaliknya. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi tingginya harga
suatu komoditas hortikultura di suatu daerah akibat kurangnya
pasokan produk di pasar. Komoditas hortikultura tersebut adalah
cabai, bawang merah, bawang putih, sayur-sayuran, dan komoditas
hortikultura lainnya. Demikian pula untuk kegiatan penyimpanan
produk dan penyerapan produk dilakukan pada daerah yang
kelebihan hasil produksi.
2) Proses pengiriman produk hortikultura dilakukan oleh perusahaan
Jasa Transportasi/ Pengangkutan melalui kontraktual/ lelang/
Penunjukan Langsung sesuai dengan Perpres Nomor 12 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
3) Pemasaran produk dan serah terima barang kepada penerima bantuan
diatur melalui petunjuk mekanisme serah terima barang yang masih
relevan.
b. Bentuk Bantuan
Pemberian bantuan sarana pemasaran hortikultura satker pusat yang
difasilitasi melalui APBN Ditjen Hortikultura TA. 2023 ditentukan
berdasarkan kebutuhan, dapat dilakukan secara kontraktual. Bentuk
bantuan kegiatan sarana pemasaran adalah bantuan sarana peralatan
dan/atau mesin kegiatan pemasaran yang diserahkan kepada
masyarakat/pemda. Sarana Pemasaran yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
Sarana pemasaran untuk pasar tani antara lain tenda, meja, kursi,
keranjang, trolley, sealer packaging, plastik wrapping, timbangan digital,
cool box, mesin hitung, atau peralatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan sarana pemasaran adalah Kelompok
Tani/GAPOKTAN diutamakan yang terdaftar di Simluhtan, Koperasi
Hortikultura/Asosiasi/kelompok masyarakat lainnya
serta stakeholder/pelaku usaha
hortikultura di kawasan dan atau lokasi sentra produksi hortikultura yang
menangani pemasaran secara terus menerus.
Kriteria penerima manfaat adalah sebagai berikut :
Kelompok Tani/GAPOKTAN/kelompok masyarakat lainnya serta
stakeholder/pelaku usaha hortikultura yang menjalankan usaha
pemasaran dan pemasaran produk produk hortikultura atau bermitra
dengan pelaku usaha atau petani produsen/pemasok.
Persyaratan penerima manfaat bantuan Sarana Pemasaran adalah sebagai
berikut :
1) Penerima manfaat bersedia menyerahkan salinan identitas diri (Kartu
Tanda Penduduk/KTP) kepada PPK.
d. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN Tahun 2023 pada DIPA SATKER
Pusat (Ditjen Hortikultura).
e. Metode Pelaksanaan
Proses pengadaan fasilitasi sarana pemasaran hortikultura dilakukan oleh
pihak ketiga melalui kontraktual/penunjukan langsung atau melalui
pembelian e-purchasing pada e-catalog LKPP sesuai dengan Perpres
Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Serta Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 173/PMK.05/2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Negara/Lembaga.
Pemasaran produk dan serah terima barang kepada penerima manfaat
diatur melalui petunjuk mekanisme serah terima barang yang masih
relevan. Kepala Dinas bertanggung jawab mengawal dan memastikan
penyaluran bantuan dan pemanfaatannya tepat sasaran.
Direktorat Jenderal Hortikultura menyerahkan sarana pemasaran
hortikultura sebagai aset pusat kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
menjadi aset daerah untuk selanjutnya diserahkan kepada kelompok
tani/gapoktan/kelompok masyarakat lainnya serta stakeholder/pelaku
usaha hortikultura yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
(BAST).
Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota wajib melakukan monitoring
dan evaluasi serta bimbingan/pendampingan pemanfaatan sarana
pemasaran sesuai dengan fungsinya. Diharapkan pada akhir tahun Dinas
Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan pemanfaatan sarana
pemasaran hortikultura kepada Direktur Jenderal Hortikultura c.q
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
BAB V
KEGIATAN STANDARDISASI DAN MUTU
PRODUK HORTIKULTURA
B. Kegiatan Pusat :
1. Registrasi Kebun dan Lahan Usaha Hortikultura (5887.ADA.010)
2. Sertifikasi Produk Hortikultura-Organik (5887.PDC.010)
3. Penerapan GHP (5887.BDD.022)
Penjelasan terkait kegiatan standardisasi dan mutu produk hortikultura pada tiap
penanggung jawab adalah sebagai berikut.
usaha dari kelompok yang menerapkan GAP dapat diproses lebih lanjut untuk
mendapatkan registrasi kebun GAP serta produk yang dihasilkan memperoleh
sertifikasi GAP oleh otoritas kompeten yang ditetapkan. Pelaksanan kegiatan ini
dimulai dari identifikasi dan pelaksanaan Penerapan GAP.
Terkait hal tersebut, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura memfasilitasi petugas provinsi untuk melakukan Penerapan GAP
pada daerah yang sudah mengikuti PPHT (Program Pengendalian Hama Terpadu)
atau telah memahami GAP sehingga kegiatan yang dilakukan dapat optimal dan
efisien.
Pelaksanaan kegiatan Penerapan GAP dilakukan di DAERAH yang difasilitasi
melalui APBN Ditjen Hortikultura TA. 2023.
a. Lokasi
Lokasi pelaksanaan kegiatan Penerapan GAP pada tahun 2023 tersebar di 21
Provinsi dengan kelompok penerima sebanyak 55 kelompok yang terdiri dari
23 kelompok buah dan florikultura; dan 32 kelompok sayuran dan tanaman
obat. Adapun lokasi kegiatan sebagaimana pada lampiran.
b. Output, Sub Output, Komponen
Kegiatan Output: (BDD.021) Penerapan
GAP Komponen:
(51) Persiapan
(52) Penerapan GAP
(53) Pendampingan dan Pengawalan
c. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan Penerapan GAP adalah Dinas Pertanian Provinsi bekerja
sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Penerima manfaat pada
kegiatan ini adalah Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota dan para
pelaku usaha (Gapoktan/Kelompok Tani/Petani) Sayuran dan Buah yang
berlokasi di tempat pelaksanaan penerapan GAP, maupun pihak terkait lain
yang kompeten di bidangnya.
d. Metode Pelaksanaan
Penyelenggaraan kegiatan ini dilaksanakan oleh Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota secara swakelola sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Kegiatan diawali dengan proses identifikasi persiapan kegiatan
Penerapan GAP oleh Dinas kabupaten/kota dan selanjutnya pelaksanaan oleh
petugas lapang yang bertugas menjadi fasilitator selama kegiatan Bimbingan
Teknis Penerapan GAP Hortikultura berlangsung. Penyelenggaraan kegiatan
dilaksanakan selama 1 (satu) periode produksi komoditas hortikultura dan
disesuaikan dengan jenis tanaman dan waktu panen.
2. Penerapan GHP
Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu dan
berdaya saing di pasar domestik dan internasional, selain penerapan budidaya
yang baik dan benar (Good Agricultural Practices/GAP), juga diperlukan
penanganan pascapanen yang baik dan benar (Good Handling Practices/GHP).
Kegiatan pascapanen produk hortikultura merupakan salah satu kegiatan dalam
usahatani
yang perlu mendapat perhatian, karena menyangkut kehilangan hasil baik dalam
bobot maupun mutu. Diperkirakan menurut FAO tahun 1979 tingkat kerusakan
dapat mencapai 30-50% bila penanganan saat panen kurang tepat. Sebaliknya,
apabila ditangani secara baik dan benar, perlakuan pascapanen dapat
memperpanjang kesegaran, mencegah menurunnya mutu hasil panen, menekan
tingkat kehilangan hasil, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya
meningkatkan pendapatan petani. Penanganan pascpanen hortikultura
merupakan salah satu mata rantai dalam pencapaian standar mutu produk
hortikultura. Aneka ragam produk hortikultura sebelum dipasarkan ke berbagai
pasar atau dijual langsung kepada konsumen, perlu mengalami perlakuan
penyiapan yang pada umumnya dilakukan di bangsal pascapanen (packing house).
Kegiatan penanganan pascapanen hortikultura masih dilakukan di tempat
yang kurang memadai, bukan di bangsal/gudang pascapanen. Keterbatasan
pengetahuan pascapanen di Indonesia menyebabkan banyak pelaku usaha
hortikultura yang belum melakukan praktek-praktek penanganan hasil panen di
bangsal pascapanen yang memadai.
Tahapan kegiatan pascapanen untuk setiap jenis komoditas hortikultura
memerlukan penanganan yang berbeda sesuai karakter masing-masing dan
secara umum. yang dilakukan di bangsal pascapanen antara lain sebagai berikut:
penerimaan pasokan produk, pembongkaran muatan, diangin-anginkan (curring),
pemeriksaan, dan pencatatan pasokan; sortasi (pemilahan produk); perompesan
(trimming), pembersihan atau pencucian; pengkelasan (grading); perlakuan
dengan fungisida (pilihan); pelilinan (waxing); pengepakan (packaging); fumigasi,
pemeraman, yang merupakan beberapa perlakuan tambahan sebelum atau
sesudah pengepakan; dan penyimpanan sebelum pengangkutan.
Penanganan pascapanen yang tepat sangat berperan dalam upaya menekan
kehilangan dan kerusakan hasil serta meningkatkan nilai tambah bagi petani dan
pelaku usaha agribisnis hortikultura. Oleh karena itu diperlukan peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan perubahan pemahaman sikap baik petani
produsen serta para petugas baik pusat maupun daerah. Good Handling Practices
(GHP) merupakan acuan mengenai norma penanganan pascapanen yang baik
yang banyak dipersyaratkan dalam perdagangan internasional.
Penerapan pascapanen yang baik harus memperhatikan kaidah-kaidah
keamanan bagi konsumen dan pekerja, ramah lingkungan, serta memberikan
keuntungan yang optimal. Penerapan pascapanen yang baik hendaknya dapat
dilaksanakan mulai dari level produsen/petani sampai pelaku usaha ekspor. Agar
penerapan pascapanen dapat dilakukan secara konsisten maka diperlukan suatu
metode pembelajaran yang tepat yaitu melalui Bimbingan teknis berjenjang atau
Metode Sekolah Lapang yang merupakan media pembelajaran langsung di
d. Metode Pelaksanaan
Penyelenggaraan kegiatan ini dilaksanakan oleh Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota secara swakelola sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Kegiatan diawali dengan proses identifikasi persiapan kegiatan
Penerapan GHP oleh Dinas kabupaten/kota dan selanjutnya pelaksanaan oleh
petugas lapang yang bertugas menjadi fasilitator selama kegiatan Bimbingan
Teknis Penerapan GHP Hortikultura berlangsung.
(51) Persiapan
(52) Penilaian Kebun /Surveilen
(53) Pendampingan dan Pengawalan
Pada komponen Persiapan (051) dapat dimanfaatkan untuk belanja
perjalanan dinas biasa (524111) dari propinsi ke kabupaten untuk
Identifikasi/Koordinasi/Sosialiasasi/Pembinaan; belanja perjalanan dinas
dalam kota (524113).
Komponen penilaian kebun/surveilen (052) dapat dimanfaatkan untuk
belanja bahan (521211) seperti sertifikat registrasi, fotocopy
blanko/dokumen, papan tanda kebun registrasi; belanja perjalanan dinas
biasa (524111) dalam rangka survailance provinsi ke kabupaten;belanja
perjalanan dinas dalam kota (524113).
Komponen pendampingan dan pengawalan (053) dapat digunakan untuk
belanja bahan (521211) seperti fotocopi dan jilid laporan; dan belanja
perjalanan biasa (524111) untuk monitoring registrasi kebun dan lahan
usaha ke lokasi.
Selain pemahaman terhadap pembelanjaan pada komponen kegiatan,
pelaksana kegiatan di provinsi seharusnya juga mengetahui dan memahami
metode atau prosedur atau tatacara melaksanakan kegiatan registrasi atau
surveilen kebun dan lahan usaha secara teknis operasional di lapangan.
Mengenai hal tersebut telah diatur sesuai
Peraturan Menteri pertanian No. 62/Permentan/05.140/10/2010
tentang Tatacara Penerapan dan Registrasi Kebun dan Lahan Usaha
dalam Budidaya Buah dan Sayur yang Baik.
Secara ringkas ruang lingkup kegiatan yang dikembangkan dalam registrasi
kebun (baik yang dilakukan pada kebun yang baru maupun surveilen pada
kebun lama yang telah diregistrasi) tahun 2023 ini dapat dilihat pada
Gambar1. Detail mekanisme registrasi kebun dan lahan usaha dapat dilihat
pada Gambar 2 :
usaha terbaru melalui fasilitas web registrasi kebun dan lahan usaha
online.
e. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan Registrasi Kebun dan Lahan Usaha
Hortikultura adalah perorangan/Kelompok Tani/Gapoktan/kelompok
masyarakat lainnya serta stakeholder/ pelaku usaha hortikultura di kawasan
dan atau lokasi pengembangan hortikultura.
Kriteria penerima manfaat adalah sebagai berikut :
1) Penerima manfaat bersedia menyerahkan salinan identitas diri (Kartu
Tanda Penduduk/KTP) kepada PPK.
2) Penerima manfaat diakui keabsahannya oleh instansi yang berwenang.
3) Penerima manfaat berada dalam lokasi pengembangan kawasan buah dan
florikultura serta sayuran dan tanaman obat yang menjadi wilayah
kampung hortikultura
4) Penerima manfaat telah memahami dan menerapkan GAP, menerapkan
prinsip-prinsip PHT, memahami dan menerapkan SOP, dan telah
melakukan pencatatan/pembukuan
d. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan Sertifikasi Organik pada prinsipnya
mengandung unsur komponen: persiapan, Sertifikasi Produk Hortikultura
(Organik), serta pendampingan dan pengawalan.
Secara umum, berikut penjelasan terhadap metode pelaksanaan Sertifikasi
Produk Hortikultura (Organik) (5887.PDC.010) yang terbagi dalam:
(51) Persiapan
(52) Sertifikasi Produk Hortikultura (Organik)
(53) Pendampingan dan Pengawalan
Pada komponen Persiapan (051) dapat dimanfaatkan untuk belanja
perjalanan dinas biasa (524111) untuk perjalanan verifikasi dari kabupaten
ke lokasi; belanja perjalanan dinas dalam kota (524113).
Komponen Sertifikasi Produk Hortikultura/Organik (052) adalah belanja jasa
lainnya (522191) untuk biaya sertifikasi.
Komponen pendampingan dan pengawalan (053) dapat digunakan untuk
belanja perjalanan biasa (524111) untuk monitoring ke lokasi.
5. Penerapan GHP
Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu dan
berdaya saing di pasar domestik dan internasional, selain penerapan budidaya
yang baik dan benar (Good Agricultural Practices/GAP), juga diperlukan
penanganan pascapanen yang baik dan benar (Good Handling Practices/GHP).
Kegiatan pascapanen produk hortikultura merupakan salah satu kegiatan dalam
usahatani yang perlu mendapat perhatian, karena menyangkut kehilangan hasil
baik dalam bobot maupun mutu. Diperkirakan menurut FAO tahun 1979 tingkat
kerusakan dapat mencapai 30-50% bila penanganan saat panen kurang tepat.
Sebaliknya, apabila ditangani secara baik dan benar, perlakuan pascapanen dapat
memperpanjang kesegaran, mencegah menurunnya mutu hasil panen, menekan
tingkat kehilangan hasil, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya
meningkatkan pendapatan petani. Penanganan pascpanen hortikultura
merupakan
salah satu mata rantai dalam pencapaian standar mutu produk hortikultura.
Aneka ragam produk hortikultura sebelum dipasarkan ke berbagai pasar atau
dijual langsung kepada konsumen, perlu mengalami perlakuan penyiapan yang
pada umumnya dilakukan di bangsal pascapanen (packing house).
Kegiatan penanganan pascapanen hortikultura masih dilakukan di tempat
yang kurang memadai, bukan di bangsal/gudang pascapanen. Keterbatasan
pengetahuan pascapanen di Indonesia menyebabkan banyak pelaku usaha
hortikultura yang belum melakukan praktek-praktek penanganan hasil panen di
bangsal pascapanen yang memadai.
Tahapan kegiatan pascapanen untuk setiap jenis komoditas hortikultura
memerlukan penanganan yang berbeda sesuai karakter masing-masing dan
secara umum. yang dilakukan di bangsal pascapanen antara lain sebagai berikut:
penerimaan pasokan produk, pembongkaran muatan, diangin-anginkan (curring),
pemeriksaan, dan pencatatan pasokan; sortasi (pemilahan produk); perompesan
(trimming), pembersihan atau pencucian; pengkelasan (grading); perlakuan
dengan fungisida (pilihan); pelilinan (waxing); pengepakan (packaging); fumigasi,
pemeraman, yang merupakan beberapa perlakuan tambahan sebelum atau
sesudah pengepakan; dan penyimpanan sebelum pengangkutan.
Penanganan pascapanen yang tepat sangat berperan dalam upaya menekan
kehilangan dan kerusakan hasil serta meningkatkan nilai tambah bagi petani dan
pelaku usaha agribisnis hortikultura. Oleh karena itu diperlukan peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan perubahan pemahaman sikap baik petani
produsen serta para petugas baik pusat maupun daerah. Good Handling Practices
(GHP) merupakan acuan mengenai norma penanganan pascapanen yang baik
yang banyak dipersyaratkan dalam perdagangan internasional.
Penerapan pascapanen yang baik harus memperhatikan kaidah-kaidah
keamanan bagi konsumen dan pekerja, ramah lingkungan, serta memberikan
keuntungan yang optimal. Penerapan pascapanen yang baik hendaknya dapat
dilaksanakan mulai dari level produsen/petani sampai pelaku usaha ekspor. Agar
penerapan pascapanen dapat dilakukan secara konsisten maka diperlukan suatu
metode pembelajaran yang tepat yaitu melalui Bimbingan teknis berjenjang atau
Metode Sekolah Lapang yang merupakan media pembelajaran langsung di
lapangan bagi petugas, petani/pelaku usaha melalui pendekatan partisipatif
dengan merencanakan, mengerjakan, menemukan/memecahkan masalah sendiri
berdasarkan kemitraan antara pelatih, peserta secara bertahap dan
berkesinambungan.
Terkait hal tersebut, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura memfasilitasi petugas provinsi untuk melakukan Penerapan GHP
pada kelompok yang sudah memahami GAP, dan nantinya kelompok ini jika
memiliki bangsal
BAB VI
PENUTU
P
LAMPIRAN
Lampiran 1
Rincian Alokasi Anggaran Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura TA. 2023
Keterangan:
- Bantuan penumbuhan UMKM Hortikultura diberikan berupa 1 paket bantuan sarana
pascapanen, prasarana pascapanen (bangsal pascapanen) dan sarana pengolahan
kepada 1 kelompok tani/KWT/gapoktan/kelompok masyarakat lainnya.
- *) Rencana AA 2
Alokasi Pusat
SARANA PEMASARAN
NO PROVINSI
HORTIKULTURA (UNIT)
1 Riau 1
2 Sumatera Selatan 1
3 Lampung 1
4 Kepulauan Riau 1
5 Sulawesi Barat 1
6 Gorontalo 1
7 Banten 1
8 Bali 1
9 Sulawesi Selatan 1
10 Sulawesi Utara 1
11 Kepulauan Bangka Belitung 1
12 Kalimantan Utara 1
13 Jawa Tengah 1
14 Kalimantan Timur 1
Jumlah Alokasi Pusat 14
1 Aceh 1
2 Jambi 4
3 Lampung 1
4 Kalimantan Barat 4
5 Sulawesi Utara 4
6 Sulawesi Selatan 3
7 Sulawesi Tenggara 1
8 Bali 4
9 Banten 2
10 Babel 4
11 Gorontalo 1
Jumlah 29
1 Aceh 3
2 Sumatera Utara 3
3 Sumatera Barat 3
4 Jambi 3
5 Bengkulu 3
6 Sumatera Selatan 3
7 Lampung 3
8 Jawa Barat 6
9 Jawa Tengah 3
10 DIY 6
11 Jawa Timur 3
12 Kalimantan Barat 6
13 Sulawesi Utara 6
14 Sulawesi Selatan 3
15 Bali 6
16 NTB 3
17 NTT 2
18 Maluku 2
19 Banten 3
20 Babel 3
21 Gorontalo 3
22 Kaltara 2
Jumlah 78
Lampiran
2 Contoh Format Berita Acara Serah Terima Barang
(Sarana Pascapanen, Pengolahan, Pemasaran)
(KOP DINAS)
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG
Nomor : …………………………..
Tanggal : ………………………….
Pada hari ini ………… tanggal …………. bulan ………….. tahun ……… kami yang
bertanda tangan dibawah ini :
1. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Dengan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menyatakan
dengan sesungguhnya bahwa :
1. PIHAK PERTAMA telah menyerahkan hasil pelaksanaan pekerjaan berupa:
No Jenis Volume Harga Nilai Keterangan
Barang Satuan Total
….. ….. …… ….. ….. Bantuan alat dan
mesin untuk
diserahkankepada
kelompok
masyarakat
Pada hari ini ………… tanggal …………. bulan ………….. tahun..........kami yang
bertanda tangan dibawah ini :
1. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Demikin Berita Acara Serah Terima Barang ini dibuat dan ditandangi kedua belah
pihak untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Lampiran 3
Contoh Spesifikasi Sarana Pascapanen Hortikultura
2. Alat/mesin pencucian
Panjang : 2300 mm
Lebar : 600 mm
Tinggi : 600 mm
Pompa : 1,3 kW/2850 rpm
Material : Stainless steel 304
Ketebalan : 1,2 mm
Kerangka : Hollow ukuran 30x30x1,2
mm
Extension : Di dalam bak terdapat pipa
berlubang yang berguna
untuk menggerakan air di
dalam bak
3. Meja packing
Panjang : 1700 mm
Lebar : 1000 mm
Tinggi : 750 mm
: Stainless steel 304
Material
: Kaki rangka knock down
Extension
(bongkar pasang)
5. Roller Conveyor
Panjang : 200 cm
Lebar : 60 m
Tinggi : Depan 90 cm
Belakang 80 cm
Bahan : SS 304
Frame : SS 304 holo 50/40 +
CNP
6. Keranjang Panen
Panjang : 62 cm
Lebar : 43 cm
Tinggi : 32 cm
Keterangan:
*) Untuk mendapatkan nomor registrasi sarana agar konfirmasi ke
pusat
Lampiran 4
Contoh Spesifikasi Prasarana Pascapanen Hortikultura
A. ARSITEKTUR
B. STRUKTUR
C. MEP
Rincian:
2) Sumatera Utara
3) Sumatera Barat
4) Riau
5) Sumatera Selatan
6) Bengkulu
7) Lampung
8) Jambi
9) Jawa Barat
11) DI Yogyakarta
12) Banten
14) Bali
23) Gorontalo
26) Maluku
27) Papua
1. Lokasi
Pemilihan lokasi bangsal penanganan pascapanen hortikultura perlu
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Mudah diakses dengan kendaraan bermotor;
b) Dekat dengan lahan produksi atau sumber pasokan;
c) Lahan cukup luas untuk menampung perluasan serta mobilitas
kendaraan pengangkut;
d) Tersedia sumber air bersih sepanjang tahun dan sumber listrik;
e) Bebas banjir;
f) Jauh dari sumber cemaran;
g) Lahan bebas sengketa;
h) Pemilihan lahan mempertimbangkan pemanfaatan bangsal
jangka panjang.
2. Bangunan
a) Umum
Persyaratan umum bangsal pascapanen hortikultura adalah :
1) Bangunan kuat, semi permanen/permanen, aman serta mudah
dibersihkan;
2) Luas bangunan sesuai dengan kapasitas produksi/skala usaha dan
menyesuaikan besarnya anggaran;
3) Kondisi sekeliling bangunan bersih, tertata rapi, bebas hama dan
hewan berbahaya serta bahan cemaran;
4) Desain bangunan dirancang untuk melindungi produk, peralatan
serta mencegah masuknya binatang pengerat, hama dan serangga.
b) Tata Ruang
Tata ruang peruntukan penanganan pascapanen produk perlu diatur
agar efisien dan tidak bertabrakan dalam proses atau aliran produk,
alat maupun pekerja, sehingga perlu pengaturan sebagai berikut:
1) Bangunan bangsal penanganan pascapanen hortikultura terdiri
atas ruangan penanganan pascapanen dan ruangan pengolahan;
2) Luas ruangan penanganan cukup memadai untuk melakukan
kegiatan penanganan produk;
3) Susunan ruangan diatur sesuai dengan urutan proses penanganan,
memiliki sekurangnya 2 (dua) pintu. Letak pintu masuk dan keluar
disesuaikan dengan alur penanganan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi silang produk dan proses.
c) Lantai
1) Lantai ruang penanganan dari bahan yang kuat, tidak licin dan
tidak mudah retak serta mudah dibersihkan.
2) Permukaan lantai ruangan penanganan yang menggunakan air
harus memiliki kemiringan yang cukup untuk mengalirkan air
kearah saluran pembuangan air.
d) Dinding, Langit-langit dan Atap
1) Dinding dan langit-langit ruang penanganan bersifat kedap air,
tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.
2) Pertemuan antara dinding dan lantai tidak membentuk sudut yang
tajam (dalam bentuk lengkungan), sehingga memudahkan dalam
pembersihan.
3) Atap terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor dan rontok.
e) Pintu, Jendela dan Ventilasi
1) Pintu dan jendela terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan
tidak korosif, serta mudah dibuka tutup.
2) Jendela dan ventilasi pada ruangan penanganan cukup memadai
untuk menjamin pertukaran udara dalam ruangan, serta dilengkapi
dengan kasa yang tidak bisa dilewati serangga.
3) Agar kesegaran udara di dalam ruangan terjamin, dipasang kipas
penghisap udara.
f) Penerangan
1) Ruangan penanganan dan ruangan lainnya dilengkapi dengan
penerangan yang cukup baik untuk siang maupun malam.
2) Setiap lampu yang digunakan dilengkapi dengan pelindung.
g) Penyediaan sumber energi
Sumber energi harus tersedia dalam jumlah yang cukup dari jaringan
PLN atau genset.
h) Penyediaan sumber air
Tersedia sumber air sepanjang tahun. Air harus memenuhi syarat baku
air untuk proses penanganan pascapanen hortikultura (khususnya
proses pencucian komoditas, pembersihan peralatan penanganan
pascapanen serta kebutuhan sanitasi pekerja).
i) CCTV
CCTV digunakan untuk memantau kegiatan penanganan pascapanen
dan pengolahan yang dilakukan di bangsal pascapanen.
j) Prasasti
Bangsal pascapanen dilengkapi dengan identitas bangsal pascapanen
(prasasti) dengan bentuk seragam, terbuat dari granite warna hitam,
ukuran 60x40cm2 dengan tulisan grafir warna emas dan nomor
PRASASTI
Keterangan:
*) Untuk mendapatkan nomor registrasi bangsal pascapanen agar
konfirmasi ke pusat.
Lampiran 5
TATA KELOLA PENCAIRAN, PENYALURAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN DANA BANTUAN PEMERINTAH DALAM
BENTUK UANG (SWAKELOLA BANGSAL PASCAPANEN HORTIKULTURA)
SURAT PERJANJIAN
HAK GUNA PAKAI TANAH / HIBAH UNTUK
BANGUNAN BANGSAL PASCAPANEN
HORTIKULTURA
Pada hari ini ………… tanggal ………… bulan ………… tahun ………… (............), kami yang
bertandatangan dibawah ini :
1 Nama :
Jabatan : ………………………
Alamat : ………………………
Pemilik sah atas tanah di ……………………… dengan nomor ………………………
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2 Nama : ………………………
Jabatan : ………………………
Alamat : ………………………
Dalam hal ini bertindak dan mewakili gapoktan/kelompok tani ………………………
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Bahwa dengan ini saya (PIHAK PERTAMA) menghibahkan/
menyewakan/memberikan hak guna pakai tanah hak milik saya seluas ± …… m² (p x
l = … m x … m) yang terletak di.............................Kepada Gapoktan/ Kelompok Tani
……………………… yang akan digunakan untuk penempatan Bangunan Bangsal
Pascapanen Hortikultura (Prasarana Pascapanen Hortikultura).
Adapun batas-batas tanah tersebut adalah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan ………………………
- Sebelah selatan berbatasan dengan ………………………
- Sebelah timur berbatasan dengan ………………………
- Sebelah barat berbatasan dengan ………………………
Selanjutnya dalam perjanjian hak guna pakai atas tanah tersebut diberlakukan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
I. PIHAK PERTAMA sebagai pemilik tanah:
1. Menyerahkan tanah miliknya kepada PIHAK KEDUA dengan model
hibah/pinjam pakai/sewa dalam waktu selama minimal 10 tahun untuk
digunakan sebagai tempat Bangunan Bangsal Pascapanen Hortikultura;
2. Tidak akan menuntut kepada PIHAK KEDUA selama waktu perjanjian
masih berlaku dan tetap dimanfaatkan sebagai sarana usaha kelompok;
3. Mengawasi PIHAK KEDUA dalam menggunakan tanahnya sebagaimana
mestinya agar tidak beralih fungsi;
4. Berhak menegur PIHAK KEDUA serta melaporkan kepada Dinas Pertanian
Kabupaten/ Provinsi apabila tidak menggunakan tanah dan Bangunan
Bangsal Pascapanen Hortikultura tersebut sesuai perjanjian.
II. PIHAK KEDUA sebagai penerima manfaat tanah:
1. Menerima dan memanfaatkan tanah dari PIHAK PERTAMA sebagai tempat
untuk mendirikan Bangunan Bangsal Pascapanen Hortikultura;
2. Mengembalikan hibah/ hak guna pakai lahan kepada PIHAK PERTAMA
apabila masa perjanjian telah berakhir;
1. Nama : ………………………
Alamat : ………………………
Jabatan : ………………………
2. Nama : ………………………
NIP. : ………………………
Alamat : ………………………
Jabatan : ………………………
……………………… ………………………
……………………… …………………………………
NIP. ……………………………
NAMA : …………………………
NIP : …………………………
Jabatan : …………………………
1. Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL) bantuan Kegiatan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun Anggaran 2023 telah dilakukan verifikasi
kebenarannya sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dan disetujui
untuk diusulkan sebagai Calon Penerima Bantuan Pemerintah Tahun 2023.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, dalam keadaan sadar
dan tidak dibawah tekanan.
Kepala Dinas
…………………………………
………………………………….
NIP.
……………………………
PERJANJIAN KERJASAMA
Nomor: ……………………………………
Pada hari ini ………, tanggal ……… Bulan ……… Tahun........., kami yang bertandatangan
di bawah ini:
1. Nama : ……………
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen....................dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Kuasa Pengguna Anggaran.
2. Nama : ……………
Jabatan : Ketua Kelompok Tani ……………, selaku penanggung jawab
keuangan untuk kegiatan Bantuan Bangunan Bangsal Pascapanen
Hortikultura dalam rangka Fasilitasi Prasarana Pascapanen
Hortikultura dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Kelompok Tani ……………
Alamat : ………………………………………………………………………………
untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama yang mengikat
dan berakibat hukum bagi kedua belah pihak untuk melaksanakan pemanfaatan dana
Bantuan Pemerintah berupa uang tunai untuk mendukung BANTUAN FASILITASI
PASAL 1
LANDASAN 1 HUKUM PELAKSANAAN
PASAL 2
HAK DAN KEWAJIBAN
PASAL 3
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA
telah setuju untuk menerima dan memanfaatkan paket dana Bantuan Pemerintah
berupa uang untuk Bantuan Bangunan Bangsal Pascapanen Hortikultura dalam
rangka fasilitasi Prasarana Pascapanen Hortikultura Pada Kegiatan Pengolahan
Dan Pemasaran Hasil Hortikultura yang sesuai dengan Rencana Usulan Kelompok
(RUK).
PASAL 4
LOKASI PEKERJAAN
Pekerjaan Bantuan Pemerintah yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA yaitu berada
di ……………………………………………………………………………………………………………………….
PASAL 5
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
PIHAK KEDUA sanggup melaksanakan pekerjaan dalam jangka waktu … bulan
sejak tanggal ditandatangani kontrak/ perjanjian kerjasama yaitu tanggal.....sampai
dengan tanggal ………….
PASAL 6
PENYERAHAN HASIL
PEKERJAAN
PASAL 7
SUMBER DAN JUMLAH DANA
1. Sumber dana Bantuan Pemerintah yang diterima oleh PIHAK KEDUA adalah
berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ………… Nomor DIPA:
…………. tanggal …………
2. Jumlah dana Bantuan Pemerintah yang diterima oleh PIHAK KEDUA adalah
sebesar Rp......................, - (….......................)
PASAL 8
PEMBAYARAN DAN PENCAIRAN
1. Pembayaran dana Bantuan Pemerintah dimaksud pada Pasal 7 ayat (2) Surat
Perjanjian Kerjasama ini akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA sebesar Rp. …………………, - (………………………) setelah perjanjian
kerjasama ini ditandatangani, dilaksanakan melalui Surat Perintah Membayar
(SPM) yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) kepada Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) …., dengan cara pembayaran ke
rekening PIHAK KEDUA pada Bank ………………… Nomor Rekening ……………….
2. Cara pembayaran dilakukan secara sekaligus sesuai Rencana Usulan Kegiatan
yang telah di setujui oleh Dinas Pertanian setempat secara bertahap (2 termin)
dengan ketentuan:
- Pembayaran termin ke 1 (pertama) sebesar 70% dari total anggaran
setelah rencana usulan kegiatan yang telah di setujui Dinas Kabupaten
- Pembayaran termin ke 2 (kedua) sebesar 30% setelah volume pekerjakan
selesai 50% dengan bukti mutual check (MC) 50% dan foto open camera
(0% dan 50%).
3. Pencairan dana Bantuan Pemerintah oleh PIHAK KEDUA harus mendapat
Persetujuan (Contra Sign) dari Kepala Dinas atau Pejabat lainnya yang ditunjuk
oleh Kepala Dinas, atau PPK …….., setelah PIHAK KEDUA mengajukan
permohonan pencairan kepada Kepala Dinas atau PPK ……….
PASAL 9
KEADAAN MEMAKSA ATAU FORCE MAJEURE
1. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa atau force Majeure adalah suatu
keadaan yang dapat menimbulkan akibat terhadap pelaksanaan pekerjaan
yang tidak dapat diatasi baik oleh PIHAK PERTAMA maupun oleh PIHAK
KEDUA karena diluar kesanggupannya dan atau diluar kewenangannya,
misalnya:
a. Adanya bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir, tanah
longsor, tsunami, huru hara atau peperangan yang mengakibatkan
terhentinya atau terlambatnya pelaksanaan pekerjaan.
b. Adanya perubahan Peraturan Pemerintah ataupun Kebijakan Moneter oleh
Pemerintah.
PASAL
10
SANKSI
PASAL 11
PERSELlSIHA
N
PASAL 12
LAIN –
LAIN
1. Bea materai yang timbul karena pembuatan perjanjian kerjasama ini menjadi
beban PIHAK KEDUA.
2. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerjasama ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
3. Perubahan atas surat perjanjian kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih
dahulu dengan persetujuan kedua belah pihak.
PASAL 13
PENUTU
P
Surat Perjanjian Kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan
penuh kesadaran dan tanggungjawab tanpa adanya paksaan dari manapun dan
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura 145
Direktorat Jenderal Hortikultura
dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum yang
sama untuk digunakan sebagaimana mestinya.
…………………… …………………………………
Ketua Kelompok NIP. ……………………………
Mengetahui
Kepala Dinas Kabupaten/Kota
………………………………………………,
…………………………………
NIP. ……………………………
e. Pakta Integritas
Contoh Dokumen Pakta Integritas:
PAKTA INTEGRITAS
Mengetahui,
Penerima Bantuan, Kepala Dinas …………………………
+10.000
(…………………………) (………………………………)
NIP. …………………………
KOP KELOMPOK
………………, ………2023
+10.000
(…………………………)
KOP KELOMPOK
Kepada Yth :
Pejabat Pembuat Komitmen
…………………………………………
Di
……………………
terimakasih Mengetahui
Kepala Dinas Penerima Bantuan
………………………………. Kelompok ……………
(………………………………)
h. Kuitansi Tahap I
Contoh Kuitansi Tahap I:
MAK.5887.RBK.010.052A.526123
KUITANSI
Setuju dibayarkan
Pejabat Pembuat Komitmen Yang Menerima,
Kel Tani / KWT ………………
+10.000
…………………………………
NIP. ………………………. …………………
Ketua
KOP DINAS
Pada hari ini ………… tanggal ……………… Bulan...........Tahun Dua Ribu Dua Puluh TIGA,
kami yang bertanda tangan dibawah ini:
1 …………………………. : Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja
…………………….., yang berkedudukan di
……………………………., yang selanjutnya
disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.
Rp..............................., - (…....................................).
………………………… …………………………
NIP. ……………………………….
KOP KELOMPOK
Pada hari ini ………… tanggal ………… bulan............tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga, yang
bertandatangan di bawah ini,
Nama : ………………
Jabatan : Ketua Kelompok ………………
Alamat : ………………………………………………………………
+10.000
(………………………)
KOP KELOMPOK
+10.000
(………………………)
KOP KELOMPOK
Pada hari ini ………….. Tanggal ……………… Bulan...........Tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga,
yang bertandatangan di bawah ini:
1. Nama Lembaga : ………………………………
Nama Pemimpin Lembaga : ………………………………
Alamat Lembaga : ………………………………
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU
2. Nama Bantuan : ………………………………
NIP : ………………………………
Jabatan : PPK Satker …………….
Alamat : ………………………………
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA
(…………………………..)
(…………………………….) NIP. ……………………………
Mengetahui,
Kepala Dinas Pertanian ………………………
(…………………………….
) NIP.
……………………….
Lampiran 6
Komponen
Komponen Jenis Bahan Satuan Ukuran
Utama
Rumah Dinding Polikarbonat, tebal mm 6
pengering
Meja Alas meja Karet berlubang, mm 1,25 - 1,5
pengering tebal
Saluran Lubang Pelat baja, mm 135,0 - 144,6
udara keluar saluran udara diameter
keluar
Kipas hisap Sudu Plastik, tebal mm 0,8 – 1,0
Rangka a. Utama - Besi kotak, tebal mm 2,5 – 3,0
- Pipa besi, mm 47
diameter
- Pelat strip, tebal mm 8
b. Meja - Besi kotak, tebal mm 2,25 - 2,5
pengering
- Besi siku, tebal mm 3,25 - 3,5
Solar cell Daya W 60
3. Skema
Keterangan:
P : panjang ; l : lebar ; t ; tinggi
Spesifikasi
Lampiran 7
2 Meja Lipat
- Panjang : 122 cm
- Lebar : 62 cm
- Tinggi : 74 cm
- Plastik HDPE berkualitas & Besi
Powder Coating
3 Kursi Lipat
- Bahan dudukan PVC Vinyl
- Besar alas: 30 x 40 cm
- Max 150 kg
- Auto On Off
7 Sealer Packaging
- 400 watt
- Panjang 30 cm
8 Cool Box
- Bahan plastik / HDPE (High
Density Polyethylene) food grade
- Kapasitas 55 Liter
9 Trolley
- Dimensi 74x48 cm
- Handel Lipat
- Kapasitas 150kg
b. Pasar Lelang
No. Uraian Gambar
1 Meja Lipat
- Panjang : 122 cm
- Lebar : 62 cm
- Tinggi : 74 cm
3 Papan Nama
- Panjang : 1,5 m
- Lebar : 1 m
- Cover plat allumunuim
- Bahan kerangka : Pipa besi
kotak Hollow + cat
- gambar/logo/tulisan
- Besar alas: 30 x 40 cm
- Max 150 kg
- Baterai isi ulang
- Auto On Off
- Lebar: 90 cm
- White Board
- Kaki: Besi
- LED
9 Gerobak Sorong
- Daya Tampung: 4 Kubik
- Roda: 13"
10 Plastik Wrapping
- 50 x 150 cm
11 Sealer Packaging
Lampiran 8
Contoh Format Lampiran Surat dari Dinas Pertanian yang membutuhkan
bantuan pemasaran produk (Dinas di daerah produsen dan tujuan
pengiriman)
FORM VERIFIKASI
Lampiran 9
2. Alamat: …………………………………………………………………………………
Lampiran 10
4. Alamat: …………………………………………..……………………………………….
Lampiran 11
2. Nama: ……………………………………………………………………………………………...
TIM PENYUSUN
PETUNJUK PELAKSANAAN
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
HORTIKULTURA TAHUN 2023
Tim Penyusun
Koordinator :
1. Substansi Pascapanen : Ofi Nidausoleha, SP, MP
2. Substansi Pengolahan : Diah Ismayaningrum, SP, SE
3. Substansi Standardisasi
dan Mutu : Hotman Fajar Simanjuntak, ST, MM
4. Substansi Pemasaran : Dr. Ermia Sofiyessi, STP, M.Agr.Sc
Tim Editor :
1. Indri Nugraheni, STP, M.Agr.Sc
2. Nurul Hudha, SP
3. Indri Cahya Lestari, SP
4. Adityo Utomo, SE