PEDOMAN TEKNIS
PENGAMANAN SOSIAL & LINGKUNGAN
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
ii
KATA PENGANTAR
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Perkotaan) adalah
program yang bertujuan memberdayakan masyarakat agar mampu mengatasi kemiskinan
yang dialaminya. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui pembentukan Lembaga
Keswadayaan Masyarakat (LKM) di tingkat kelurahan. Kegiatan yang akan dilakukan dan
prosesnya dalam rangka pengentasan kemiskinan dilakukan dengan pendekatan tridaya.
Kegiatan-kegiatan tersebut dikelola oleh LKM sehingga dapat mencapai tujuannya yang sudah
ditetapkan oleh masyarakat.
Kegiatan yang diprioritaskan dalam PNPM Perkotaan adalah kegiatan yang memberikan dampak
langsung dalam pemecahan akar masalah kemiskinan dan dalam pelaksanaannya, kegiatan
tersebut juga diharapkan tidak menimbulkan dampak negatif susulan atau dengan kata lain
hanya memindahkan permasalahan yang terjadi terutama kepada lingkungan hidup, kesehatan
dan sosial masyarakat. Demikian juga dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut tidak melanggar
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Buku Pedoman Teknis Safeguard ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh pemangku
kepentingan PNPM Mandiri Perkotaan dan masyarakat sebagai upaya untuk menghindari atau
mengatasi kemungkinan dampak negatif sosial dan lingkungan yang akan terjadi .
Semoga bermanfaat,
Jakarta, Oktober 2012
Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR | i
DAFTAR ISI | iii
Daftar istilah | v
Pendahuluan
Ketentuan Umum
Tahap Pelaksanaan
3.1. Alur pelaksanaan pengamanan sosial dan lingkungan | 21
3.2 Peran Konsultan/Fasilitator | 23
3.2.1 Tingkat Nasional | 23
3.2.2 Tingkat Provinsi | 23
3.2.3 Tingkat Kota/Kabupaten | 23
3.2.4. Tingkat Kelurahan | 24
3.3. Monitoring dan evaluasi | 24
3.4. Pelaporan | 25
3.5. Indikator Keberhasilan Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan | 26
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
iiii
ii
Daftar Istilah
E
D
Dampak Lingkungan, pengaruh perubahan
pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan atau kegiatan. Dampak dapat
berupa dampak positif dan negatif. Dampak
positif akan membuat kondisi menjadi lebih
baik atau memberikan nilai tambah, sedangkan
dampak negatif akan membuat kondisi
menjadi kurang baik atau memperburuk
kondisi. Dampak biasanya hanya bisa diukur
setelah suatu jangka waktu tertentu, biasanya
paling tidak minimal 1 tahun setelah suatu
kegiatan selesai dilaksanakan.
M
Mitigasi,
upaya
penanggulangan/
pengurangan/meminimalisasi dampak negatif
N
Negative List (Daftar Kegiatan yang Dilarang),
daftar yang berisikan kegiatan-kegiatan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
vi
P
Pencemaran Lingkungan Hidup adalah :
masuk atau dimasukkannya mahluk hidup,
zat energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang sudah ditetapkan.
S
Sampah, sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah dapat berupa sampah organik dan
non organik.
SAKO, Surat Asal Kayu Olahan
SKPPL, Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup
SKSHH, Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan
U
UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan
dan Upaya Pemantauan) adalah serangkaian
upaya yang disusun secara sistematis untuk
mengelola dan memantau lingkungan
dari suatu kegiatan yang sudah diketahui
kemungkinan dampaknya dan dapat dikelola
dengan teknologi yang ada.
viii
I. Pendahuluan
Di dalam perjanjian pinjaman antara Pemerintah Indonesia dan pihak Donor (Bank Dunia)
disepakati adanya kewajiban bagi pihak pemerintah Indonesia untuk menerapkan aspek
pengamanan sosial dan lingkungan pada saat pelaksanaan program. Sejalan dengan hasil
kesepakatan tersebut, program PNPM Mandiri Perkotaan telah mencantumkan aspek
pengamanan tersebut di dalam buku pedoman pelaksanaan program. Oleh karena itu
penerapan kebijakan ini bukan merupakan hal yang baru atau sebagai tambahan prasyarat
dalam pelaksanaan program, kebijakan ini telah tertanam di dalam desain pelaksanaan dan
tahapan program dari sejak awal.
Pedoman teknis pengamanan sosial dan lingkungan PNPM Mandiri Perkotaan ini disusun dengan
tujuan dapat digunakan sebagai panduan teknis bagi pelaku dan pemangku kepentingan terkait
di dalam melakukan upaya pengamanan dampak negatif dari kegiatan yang diusulkan dari sejak
tahap perencanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan (tahap operasional dan pemeliharaan).
Diharapkan seluruh unsur pelaku program dapat menerapkan upaya antisipatif sehingga
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat selalu memperhitungkan potensi dampak negatif
sosial dan kerusakan lingkungan, serta jika diperlukan merencanakan perbaikan atas dampak
dan kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi.
Pedoman teknis ini memuat upaya pengamananan (safeguard) dalam rangka pelestarian
lingkungan (environmental sustainability), pengalihan lahan dan pemukiman kembali (land
acquisition and resettlement) serta pengamanan bagi kelompok rentan dan masyarakat adat
(indigenous people) sehingga kegiatan yang akan dilaksanakan mempunyai dampak positif yang
optimal dan mengurangi/menghindari dampak negatif.
1.2. Sasaran
Pada pelaksanaan kegiatan harus dengan memperhatikan pengamanan soisial dan lingkungan
yang memiliki sasaran, yaitu;
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut mencegah, menghindari dan
meminimalkan dampak negatif terhadap kondisi sosial dan lingkungan dari rencana
pembangunan prasarana yang akan dilaksanakan.
Meningkatkan kesadaran dan komitmen seluruh pelaku (perangkat pemerintah,
kelompok peduli, konsultan dan fasilitator) terhadap pentingnya pengamanan sosial dan
lingkungan dalam setiap tahapan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di masyarakat.
1.4. Pengguna
Secara khusus pedoman teknis pengamanan sosial dan lingkungan ini ditujukan kepada Badan/
Lembaga Keswadayaan Masyarakat dan Tim Fasilitator. Secara umum, pengguna pedoman dan
manfaatnya yang diharapkan dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1 Pengguna dan Manfaat Penggunaan Pedoman Teknis
Pengguna
Organisasi
masyarakat
(LKM/BKM)
Pengelola
Program
Konsultan
Pelaksana
Fasilitator
Manfaat
Memahami arti penting pengamanan lingkungan dan sosial.
Memberikan pelayanan yang setara kepada seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat rentan.
Mengedepankan upaya pengamanan sosial dan lingkungan dari
setiap kegiatan yang diusulkan masyarakat
Sebagai acuan menyusun rencana kerja dan keberlanjutan program.
Memahami secara menyeluruh Konsep Pengamanan Lingkungan dan
Sosial program .
Merencanakan pengelolaan program dengan memastikan kebijakan
pengamanan lingkungan dan sosial dilakukan.
Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan
pengamanan lingkungan dan sosial.
Panduan kerja pengendalian dan evaluasi mutu pelaksanaan
pengamanan lingkungan dan sosial.
Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan pengamanan
lingkungan dan sosial.
Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kerja
pelaksanaan kegiatan khususnya pelaksanaan pengamanan
lingkungan dan sosial.
Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku
kepentingan di desa/kelurahan.
Pengendalian mutu pekerjaan.
Perangkat
pemerintah
(Pusat, Provinsi,
Kota/Kab.)
Kelompok Peduli
Program Nasional
Nasional Pemberdayaan
Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat (PNPM)
(PNPM) Mandiri
Mandiri -- Perkotaan
Perkotaan
Program
empati terhadap budaya dan adat masyarakat adat serta mampu mewaspadai kemungkinan
munculnya potensi konflik sedini mungkin.
(4) Penggusuran
Dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, makna dari penggusuran adalah tindakan yang
mengakibatkan satu atau sejumlah kegiatan/bangunan/rumah tangga terpaksa berpindah dari
lokasi yang ditempatinya selama ini, dikarenakan lokasi tersebut menjadi lokasi kegiatan yang
diusulkan masyarakat. Secara lebih rinci, sebuah tindakan dapat disebut penggusuran bila
memenuhi kriteria berikut ini:
Semuanya atau lebih dari 50% dari lahan atau bangunan milik seseorang atau sejumlah
orang terkena subproyek, atau
Kurang dari 50% dari lahan atau bangunan terkena subproyek, dan bagian yang tersisa
secara ekonomi tidak layak atau tidak dapat dihuni.
Tindakan penggusuran memiliki konsekuensi terhadap nilai kompensasi yang diterima oleh
pihak tergusur, ketidaksepakatan terhadap nilai kompensasi dapat berdampak munculnya
konflik di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan persetujuan mengenai nilai kompensasi
sebagai hasil dari negosiasi dari para pihak terkait.
(5) Permukiman Kembali
Definisi Permukiman kembali adalah sebuah upaya untuk memindahkan penduduk dari
lokasi yang terkena proyek ke lokasi baru. Pemindahan ini harus mengandung makna bahwa
penduduk yang terkena dampak tersebut dapat mengembangkan kehidupan yang lebih baik di
lokasi baru.
2.1.2. Mengapa Pengamanan Sosial Penting?
Dengan mengenali dan memahami komponen pengamanan sosial tersebut di atas diharapkan
dampak sosial yang mungkin akan muncul dapat dikendalikan.
Minimal ada dua dampak sosial yang cukup menonjol yang dapat terjadi di masyarakat, yaitu
munculnya konflik dan munculnya kerugian finansial.
Konflik di masyarakat dapat terjadi dikarenakan oleh:
status lahan belum jelas atau surat-surat dari pemilik lahan tidak lengkap;
pengabaian terhadap adat dan budaya masyarakat adat;
nilai kompensasi terhadap penggusuran yang tidak adil, dan
lokasi pemukimanan kembali yang dianggap tidak menguntungkan.
Seringkali konflik yang muncul tersebut akan meresahkan masyarakat, dan mengganggu
kelancaran pelaksanaan program. Bahkan dapat mengakibatkan penundaan pelaksanaan
program.
Kerugian finansial berpotensi muncul pada kasus dimana prasarana yang dibangun berada di
atas lahan milik pihak ketiga, misalnya di atas lahan milik instansi tertentu, seperti PT KAI, Dinas
irigasi atau pemda setempat. Pada kasus ini, pengurusan izin pakai mungkin memerlukan
waktu lama dan tidak mudah. Sebagai akibat dari kesulitan itu, dampaknya mungkin saja
prasarana yang dibangun tidak dapat dilanjutkan atau bahkan harus dibongkar. Jika hal ini
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
melakukan pencegahan terhadap dampak sosial di satu pihak, dan di lain pihak, melakukan
penanganan dan sekaligus solusinya terhadap dampak sosial yang telah terjadi. Berikut ini
adalah berapa tindakan yang perlu dilakukan.
Berdasarkan pengalaman pelaksanaan program, dari lima komponen yang ada, tiga
diantaranya adalah yang sering terjadi di lapangan, yaitu penyediaan lahan, perlakukan
terhadap masyarakat adat dan penggunaan kayu legal. Sementara itu, dua komponen
lainnya, yaitu penggusuran penduduk dan pemukiman kembali hampir tidak pernah
terjadi di masyarakat. Panduan teknis ini akan menjelaskan upaya pencegahan dampak
pada tiga komponen tersebut.
Untuk mencegah munculnya dampak sosial pada komponen ini, konsultan dan
fasilitator diharuskan melaksanakan hal-hal berikut ini:
Pada saat sosialisasi awal dan pemetaan swadaya, masyarakat
diinformasikan bahwa setiap usulan pembangunan prasarana harus
memastikan bahwa tapak (site) yang akan dipergunakan memiliki status
lahan yang jelas.
Pada saat pembuatan proposal atau penulisan usulan, formulir mengenai
pernyataan status perolehan lahan harus lengkap diisi dengan jelas, tertib
secara administrasi, dan ditandatangani pemilik lahan, lurah/kepala desa
dan BKM.
Konsultan dan Fasilitator melakukan pengecekan kepada pihak terkait
mengenai kebenaran kepemilikan dan status penyediaan lahan, seperti
yang tertera di proposal.
Jika didapati hal-hal yang tidak sesuai, fasilitator perlu melakukan
musyawarah dengan BKM dan KSM.
Ketidakjelasan pemilik dan status penyediaan lahan dapat menggugurkan
usulan kegiatan yang diajukan.
Penyediaan lahan dengan cara ganti rugi harus dihindari, dan digantikan dengan alternatif lain. Dana
BLM tidak diperbolehkan untuk membiayai ganti rugi atau kompensasi apapun. Jika tidak ada alternatif,
usulan kegiatan harus digugurkan.
Jika ada infrastruktur yang terlanjut dibangun di atas lahan yang belum jelas
status legalitasnya, maka konsultan/fasilitator perlu melakukan upaya-upaya
berikut ini:
Bersama-sama dengan BKM dan KSM mengadakan musyawarah untuk
menyepakati langkah-langkah yang perlu dilakukan. Bila diperlukan
dapat membentuk tim khusus untuk menangani masalah ini.
Fasilitator/Tim mencari informasi kepada pihak terkait mengenai pemilik
lahan yang sebenarnya.
Fasilitator/Tim mengajukan permohonan pemanfaatan lahan yang
dimaksudkan kepada pihak pemilik lahan.
Fasilitator/Tim memantau proses permohonan pemanfaatan lahan itu
pada pihak terkait, dan melaporkan hasilnya pada BKM.
Hasil persetujuan terhadap izin pemanfaatan lahan diumumkan di
musyawarah yang dihadiri oleh berbagai pihak terkait.
Fasilitator/Tim mendokumentasikannya secara tertib administrasi hasil
persetujuan/izin pemanfaatan lahan tersebut sebagai syarat kelengkapan
usulan kegiatan.
Hasil dokumentasi tersebut wajib digandakan dan dilaporkan kepada
askorkot infra.
Apabila terjadi protes terhadap program atau muncul perselisihan diantara masyarakat,
fasilitator mengundang tokoh masyarakat setempat, termasuk pengurus BKM jika telah
terbentuk, untuk melakukan hal-hal berikut ini:
Mengadakan pertemuan dengan masyarakat yang melakukan protes untuk
saling berdialog/bermusyawarah untuk menjernihkan duduk persoalannya.
Memfasilitasi kelompok masyarakat yang berselisih/konflik hingga terjadi saling
pengertian diantara kedua belah pihak.
Menyusun berita acara pertemuan dan memuat hal-hal yang telah disepakati.
11
12
Spesifikasi desain termasuk pertimbangan pengelolaan lingkungan untuk penyediaan air bersih,
toilet umum, jalan kota, TPS, los pasar dan jembatan harus mengacu pada Prosedur Operasi
Baku (SOP) yang sudah ditentukan.
Penapisan Lingkungan Hidup pada usulan kegiatan masyarakat didasarkan pada ketentuan
yang tercantum pada Permen LH-11/2006 untuk ANDAL (Mengenai Jenis Kegiatan Usaha yang
Membutuhkan ANDAL)); Kepmen PU- 17/KPTS/M/2003 untuk UKL/UPL (Mengenai Keputusan
Jenis Kegiatan di Bidang PU yang membutuhkan UPL and UKL); dan Permen LH-13/2010
mengenai UKL-UPL dan SPKPPL, dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut:
13
Unit
ANDAL
> 250
L/dt
km
>10
50 - <250
2 10
Ha
>500
a. Kota besar
km; or ha
>5
5 - 1; or 5 2
b. Kota sedang
km; or ha
>10
10 3; or 10 5
km
>30
30 5
km;
m;
> 20
m;
> 60
IPLT
ha
>2
< 2 ha
ha
>500
< 500
IPAL
ha
>3
Penimbunan (TPA)
>10.000
>5000
UKL/UPL
1.
Jalan kota
Pembangunan baru:
2.
3.
<3
Persampahan
4.
Stasiun transfer
>1.000
< 1000
5.
a. Di kota besar
km
>5
1- <5
b. Di kota sedang
km
>10
3 <10
km
>25
5-<15
Kota besar
ha
200
>1
Kota sedang
ha
Peningkatan (upgrading)
ha
Peningkatan Kampung
6.
>2
5
>1
Sumber: PERMENLH-11/2006 untuk ANDAL (Mengenai Jenis Kegiatan Usaha yang Membutuhkan ANDAL));
KEPMEN PU- 17/KPTS/M/2003 untuk UKL/UPL (Mengenai Keputusan Jenis Kegiatan di Bidang Pekerjaan
Umum yang membutuhkan UPL and UKL); dan PERMENLH-13/2010 mengenai UKL-UPL dan SPKPPL.
14
Tahapan Kegiatan
1
Persiapan/Pra
Konstruksi
2
Konstruksi
3
Pasca Konstruksi
4
Operasional
Potensi dampak
Debu dan sampah dari pembersihan lahan atau area
kegiatan
Gangguan pemakai jalan atau lahan akibat adanya
kegiatan pembersihan lahan
Gangguan ekologi
Dll
Debu,
Sampah
Bising
Gangguan pengguna lahan
Pengotoran badan air (sungai, danau, saluran air, dsb.)
Longsor
Gangguan ekologi
Dll
Sampah
Puing
Longsor
Perubahan ekologi
Dll
Penurunan kualitas air di sumber air
Gangguan estetika
Gangguan kesehatan
Timbulan sampah
Kebisingan
dll
15
Jenis Prasarana/
Sarana
1.
Jalan
Drainase
Gangguan lahan/erosi/longsor
Penurunan muka air tanah
Intrusi air laut atau air permukaan ke dalam air tanah
dll
Sarana Sanitasi
2.
3.
Jembatan
4.
5.
6.
Tempat Penampung
Sampah
7.
16
Potensi Dampak
Pembangunan
gedung (rumah,
sarana perdagangan,
sarana pendidikan
dan sarana
kesehatan)
No
Jembatan/tambatan perahu
merubah arah/aliran sungai
17
No
POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF
10
11
12
B. PRASARANA IRIGASI
1.
18
No
POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
3
4
5
6
7
8
19
No
4
5
6
7
POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF
Septicktank/Resapan MCK/WC
terlalu dekat dengan Sumur.
Jenis bangunan Septicktank tidak
sesuai jenis tanah
Tidak ada pembuangan akhir dari
saluran MCK, WC, Saluran Limbah
Rumah Tangga/ada genangan air
Belum terlaksananya O&P
1.
F.PRASARANA PERSAMPAHAN
Bangunan Sampah Tiidak sesuai
1
standar teknis
Tidak ada Pembuangan Sampah
2
dari TPS
3
20
21
Penetapan usulan kegiatan masyarakat yang akan dibiayai oleh program (dana BLM)
harus dilaksanakan dalam suatu rapat terbuka kepada seluruh masyarakat.
Alur Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan pada saat pengusulan kegiatan dan pasca
konstruksi
Keterangan:
1. KSM menyusun usulan kegiatan (proposal) dan mengajukan ke BKM/LKM
2. BKM/UPL di dampingi oleh Faskel infra melakukan penilaian usulan kegiatan yang diajukan oleh KSM
3. Penilaian kelayakan proposal didasarkan pada aspek administrasi dan teknis, meliputi kelengkapan dokumen,
format pengamanan lingkungan, perolehan lahan, rencana kerja, spesifikasi teknis dan rencana biaya
4. Jika proposal belum layak, maka proposal dikembalikan kepada KSM untuk diperbaiki
5. Jika proposal dianggap sudah layak oleh BKM/LKM dan faskel selanjutnya proposal dikirim ke Askorkot untuk
di verifikasi
6. Jika proposal belum layak, maka proposal dikembalikan kepada KSM untuk diperbaiki
7. Jika proposal dianggap layak, maka selanjutnya dilakukan proses pencairan dana BLM ke rekening KSM
8. Selanjutnya KSM melaksanakan pembangunan dengan tetap memperhatikan ketentuan pengamanan sosial
dan lingkungan sesuai dengan yang tercantum di dalam proposal dengan dipantau oleh BKM/UPL
9. Setelah selesai pelaksanaan konstruksi, KSM atau pihak lain yang ditunjuk melaksanakan operasionalisasi
dan pemeliharaan infrastruktur terbangun, serta melaksanakan mitigasi dampak sosial dan lingkungan
sesuai dengan rencana yang tercantum di dalam proposal atau disesuaikan dengan kebutuhan.
22
23
3.4. Pelaporan
Konsultan dan Fasilitator akan menyusun laporan bulanan secara rutin . Laporan akan berupa
matriks mengenai status penerapan pengamanan sosial dan lingkungan serta potensi/dampak
negatuf yang mungkin timbul dan langkah-langkah untuk menanganinya. Spesialis lingkungan
dalam NMC dan DMC harus meringkas kemajuan, memantau dan mengukur dampak proyek
terhadap lingkungan sebagai bagian dari evaluasi kinerja proyek.
Substansi laporan antara lain terdiri dari:
Memuat perkembangan dan penerapan Kajian Lingkungan Hidup, berisikan uraian
singkat mengenai penerapan pengamanan sosial dan lingkungan dari suatu kegiatan
dengan mengacu pada formulir safeguard terkait, yaitu Form 2, 4, 5 dan 9.
Memuat perkembangan penanganan masalah dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan
Mekanisme laporan
Faskel infra/Senior Faskel membuat uraian singkat pada laporan bulanan tentang
perkembangan dan penerapan safeguard di wilayah dampingannya, dengan mengacu
pada laporan kemajuan tahapan terkini serta form-form yang terkait. Laporan
disampaikan kepada Askorkot setiap bulan pada tanggal 25/sebelum akhir bulan;
Korkot/Askorkot wajib membuat uraian singkat pada laporan bulanan tentang
penerapan safeguard, berdasarkan i) laporan bulanan dari Faskel, ii) hasil kunjungan dan
monitoring ke lapangan dan iii) hasil koordinasi dengan para pelaku program lainnya.
Laporan disampaikan kepada TA Provinsi/KMW pada setiap tanggal 2 setiap bulannya;
Koordinator Provinsi dan atau Spesialis terkait di provinsi, wajib membuat uraian singkat
tentang penerapan safeguard, berdasarkan i) laporan bulanan dari Korkot/Askorkot, ii)
hasil kunjungan dan monitoring ke lapangan, iii) hasil koordinasi dengan para pelaku
program lainnya di tingkat kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Laporan disampaikan
kepada Team Leader KMP setiap tanggal 5 setiap bulannya;
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
25
KMP akan menyusun laporan di tingkat nasional yang memuat uraian singkat tentang
penerapan safeguard, yang merupakan hasil dari: i) laporan bulanan KMW, ii) laporan
dari para tenaga ahli KMP yang melakukan kunjungan monitoring dan supervisi, iii) hasil
koordinasi dengan para pelaku program di tingkat kota/kab/provinsi.
Terkait dengan substansi laporan yang memuat perkembangan dan penerapan safeguard
pada setiap implementasi tahapan kegiatan, maka data-data yang disampaikan pada laporan
merupakan rekapitulasi data dari formulir-formulir yang telah diisi dan diarsipkan dan disusun
berurutan dari data negatif ceklist kegiatan, tinjaun dampak sosial dan lingkungan, status lahan
dan upaya mitigasi.
1.
Komponen
Indikator Keberhasilan
Umum
2.
Penyediaan Lahan
3.
Pengadaan Kayu
4.
Perlakukan
Terhadap
Masyarakat adat
5.
Penggusuran
6.
Pemukiman Kembali
7.
Pencemaran
lingkungan
terhadap
26
FORM - 2
Volume
& Satuan
Asset
Alamat
Asset
1. Tanah/Lahan
2. Tanaman
Produktif
3. Asset lainnya
(sebutkan)
Syarat/Bentuk Kontribusi yang disepakat dengan
Pemilik :
................................................................
Materai
Rp.6.000
Yang Menerima,
Lurah/Ka Desa
(_______________________)
Yang Memberikan,
Pemilik
(_______________________)
Mengetahui :
Nama
Jabatan
Tandatangan
BKM/Mewakili
Ketua KSM
Ketua RT/Mewakili
Catatan:
*) Pilih yang sesuai;
- Surat Pernyataan ini dibuat rangkap 3 dan disimpan di kantor lurah/kep.desa, sekret. BKM/
LM dan pemilik lahan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
27
FORM-4
Apakah usulan kegiatan, termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang untukdibiayai oleh
dana PNPM Mandiri Perkotaan ?
No
BUTIR / ITEM
YA
1.
2.
3.
Pembebasan Lahan;
4.
5.
6.
7.
8.
9.
TIDAK
28
Diverifikasi Oleh :
Faskel Teknik,
Diverifikasi Oleh :
UPL,
Dibuat Oleh :
Ketua KSM
(..)
(...................)
(..)
FORM-5
SURAT PERNYATAAN
HASIL IDENTIFIKASI POTENSI DAMPAK NEGATIF LINGKUNGAN
Berkaitan dengan usulan kegiatan yang diajukan, kami (KSM) telah melakukan identifikasi
potensi dampak negatif terhadap lingkungan, mencakup uraian jenis potensi dampak negatif
dan Rencana Tindakan penanganan/mitigasinya.
Selanjutnya kami (KSM) akan melakukan pemantauan atas pelaksanaan pengamanan tersebut
pada saat pelaksanaan kegiatan fisik mencapai kemajuan 50% dan 100%.
No
POTENSI/SUMBER
DAMPAK NEGATIF
UPAYA PENANGANAN/
MITIGASI
PEMANTAUAN PENYELESAIAN
(50%)
(100%)
..............................................., ............................20....
29
FORM-9
Lokasi (Jl/Dusun/RT/RW)
Struktur Organisasi & Pengurus Pemanfaatan & Pemeliharaan Sarana & Prasarana tersebut akan kami
sampaikan setelah kami ditetapkan sebagai pelaksana kegiatan pembangunan sarana & prasarana
tersebut.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Yang Menyatakan ,
Ketua KSM
. 20
Materai
Rp.6.000
()
Mengetahui :
Nama
30
Jabatan
BKM/Mewakili
UPL
Ketua RT/Mewakili
Tandatangan
Lahan/Tanah
Peningkatan Limbah
Padat/sampah
Kebisingan
2.
3.
4.
5.
6.
Lingkungan
Kategori
1.
A.
NO
b. Menghilangkan lahan pertanian atau hutan produksi atau lahanlahan produktif lainnya
c. Mengubah kontur garis pantai, menghambatkan aliran drainase,
mengganggu aliran sungai
a. Menghasilkan limbah cair yang dapat menyebabkan perubahan
kualitas air permukaan
b. Pencemaran terhadap air permukaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk seperti irigasi dan perikanan
Keterangan
Menghindari kegiatan pada kawasan hutan lindung
Mempertahankan kawasan resapan air
Hasil
Ya Tidak
Indikator
Propinsi
:
Nama Pelaksana :
Kabupaten/Kota
:
Jabatan
:
Kelurahan
:
Tanggal
:
KMW
:
31
32
Utilitas
Kualitas lingkungan
hunian
Penggunaan material
bangunan
Pemindahan puing
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kategori
NO
Keterangan
Hasil
Ya Tidak
Indikator
Pengadaan Tanah
1.
2.
Sosial
B.
Respon/persepsi
masyarakat
a. Pengadaan Tanah
Kategori
13.
NO
Keterangan
Hasil
Ya Tidak
Indikator
33
34
Kesehatan masyarakat
Lapangan pekerjaan /
pendapatan masyarakat
Kebijakan dan peran
pemerintah daerah
4.
5.
6.
Keterangan
(..............................)
(..............................)
Hasil
Ya Tidak
Diverifikasi oleh:
Indikator
Dibuat oleh:
7.
Konflik/kohesi
masyarakat
Kategori
3.
NO
Parameter
A
1
2
3
4
5
6
B
B.1.
1
2
3
4
5
6
Sifat Fisika
Bau
Zat Padat Terlarut (TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Warna
Sifat Kimiawi
Kimia Anorganik
Air Raksa
Arsen
Besi
Flourida
Kadmium
Kesadahan(CaCO3)
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
B.2.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Satuan
Batas
Min-Max
mg/l
NTU
o
C
TCU
1000
5
Suhu udara 3oC
15
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0.001
0.05
1.0
1.5
0.005
500
Klorida
Kromium,valensi 6
Mangan
mg/L
mg/L
mg/L
600
0.05
0.5
Nitrat,sebagai N
Nitrit, sebagai N
pH
Selenium
Seng
Sianida
Sulfat
Timbal
Kimia Organik
Aldrin dan dieldrin
Benzena
Benzo(a)pyrene
Chloroform (Total Isomer)
Chloroform
2,4-D
DDT
Deterjen
1,2-Dichloroethene
1,1-Dichloroethene
Heptachlor dan Heptachlor Epoxide
Hexachlorobenzene
Gamma-HCH(Lindane)
Methoxychlor
Pentachloropenol
Pestisida Total
2,4,6-Trichloropenol
Zat Organik(KMnO4)
mg/L
mg/L
10
1.0
6.5-8.5
0.01
15
0.1
400
0.05
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Keterangan
Tidak berbau
Tidak berasa
0.0007
0.01
0.007
0.03
0.03
0.5
0.01
0.0003
0.003
0.00001
0.004
0.1
0.01
0.1
0.01
10
35
No.
Batas
Min-Max
Satuan
C.
Mikrobiologi
D.
Radiokativitas
Activitas Alpha (Gross Alpha
Activity)
Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)
Bg/L
0.1
Bg/L
1.0
1
2
36
Parameter
Keterangan
Bukan Air
Perpipaan
Bukan Air
Perpipaan
37
sehingga lingkungan yang terpapar dengan asap tembakau juga dapat membahayakan
kesehatan. Dampak negatif merokok (tembakau) antara lain kanker paru, penyakit jantung
koroner, stroke, penyakit paru seperti bronkitis kronik dan emfisema. Merokok juga
mengakibatkan gangguan kesuburan dan impotensi.
Dampak negatif lain yang juga penting, terlebih bagi keluarga miskin adalah bahwa ratarata pengeluaran keluarga miskin untuk konsumsi rokok cukup besar sehingga mengurangi
alokasi biaya untuk peningkatan gizi keluarga dan pendidikan anak.
8. Kegiatan yang menimbulkan Limbah Cair atau Emisi Gas
Badan air yang tercemar limbah cair akan mengalami penurunan kualitas sehingga tidak
dapat digunakan lagi sebagai sumber air atau memerlukan pengolahan yang relatif mahal.
Pencemaran limbah cair pada tanah dapat menyebabkan kandungan zat kimia dalam tanah
berlebih sehingga tidak sesuai lagi dengan pemanfaatannya.
Pencemaran udara merupakan akibat dari keluarnya bau dan gas hasil dari proses
dekomposisi zat pencemar yang ada dalam air, seperti gas ammonia, bau belerang, bau
busuk bahan organik, dsb, yang menyebabkan udara di sekitarnya tidak nyaman bahkan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia.
38
KANTOR PUSAT
JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia - 12110
KANTOR PROYEK
Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan
Jakarta Pusat Indonesia - 10210