Anda di halaman 1dari 57

Pemantauan Cuaca dan

Solusi Adaptif Antisipasi


Dampak El Nino
Dr. Asmarhansyah, S.P.,M.Sc.
BPSI Agroklimat dan Hidrologi Pertanian

Disampaikan pada Millenial Agriculture Forum


Volume 4 Edisi 35, PEPI-Serpong, 12 Agustus 2023
Standard | Services | Globalization
http://www.bsip.pertanian.go.id/
1. Fenomena Perubahan Iklim Global

2. Posisi Pertanian terhadap Perubahan Iklim

3. El Nino : Pengertian dan Pemantauannya

4. Dampak El Nino terhadap Sektor Pertanian

OUTLINE 5. Prediksi Kekeringan

6. Rencana Aksi Intervensi

7. Langkah Adaptif Antisipasi El-Nino

8. Penutup
1. FENOMENA PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Kenaikan Suhu Bumi Periode 1880-2020

▪ Kurun waktu 120 tahun terakhir suhu bumi naik


source: climate.nas.gov 1,50C, dikawatirkan mencapai 20C pada tahun
2100.
Prediksi Kenaikan Suhu Bumi 2100
▪ Dampak naiknya suhu, lapisan es di kutub
mencair dan berdampak naiknya permukaan air
laut. Di Indonesia kenaikan muka air laut rata-rata
3,9 mm/thn (Triana dan Wahyudi, 2020).
▪ Studi Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) memperkirakan terjadi kenaikan air laut 60
cm selama tahun 2000 hingga 2100.

Source: IPCC, 2019


1. FENOMENA PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Keragaman dan tren perubahan awal musim hujan (AMH)
dan awal musim kemarau (AMK) di DAS Citarum

AMH

AMK

• Data historis menunjukkan awal musim


kemarau menjadi lebih maju dan mundurnya
awal musim hujan.
• Diproyeksi dalam periode 2020-2049
sebagian besar wilayah Indonesia panjang
musim hujannya berkurang 10-20 hari,
bahkan di beberapa wilayah lebih dari 20 hari.
Dampaknya akan semakin mundur dan
pendeknya musim tanam.

4
2. POSISI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP
PERUBAHAN IKLIM
Kekeringan

Sektor Pertanian
rentan terhadap
Banjir perubahan iklim
Serangan OPT Productivity sehingga menjadi
victim, namun
sektor pertanian
juga mampu
Padi
Sawah
mengurangi emisi
GRK

Ternak Sumber Emis GRG dari


Sektor Pertanian:
CO2 dari Deforestasi, CH4
dan N2O dari kotoran ternak,
Lahan CH4 dari fermentasi enteric
Gambut ternak, CH4 dari sawah, N2O
dari pupuk N.
Sektor Pertanian sebagai Sumber Emisi GRK

Pertanian di Lahan Gambut

Pertanian di Lahan Sawah

Peternakan
Sumber Emisi GRK Sektor Pertanian

Sumber utama sektor


pertanian yaitu
metana (CH4) dari
CH4 and N2O from sawah, dinitro oksida
cattle manure CH4 from rice field (N2O) dari
penggunaan pupuk
nitrogen, metana
(CH4) dan dinitroksida
(N2O) dari kotoran
ternak dan metana
CH4 dari fermentasi enteric
(sendawa ternak)

N2O from N fertilizer


Sektor Pertanian sebagai Penyerap Karbon

Intensifikasi sawit dan memperbolehkan expansi


hanya 50% dari ekspansi BAU ke areal dengan
stock C rendah menjelang 2035, akan
menghemat 2,6 juta ha lahan dan menurunkan
emisi 732 juta t CO2e dibandingkan dengan
scenario BAU (Monzon et al., 2021)
3. El Nino/La Nina : Pengertian dan Pemantauannya

▪ Keragaman iklim Indonesia dipengaruhi oleh berbagai sirkulasi atmosfer,


dan salah satu yang paling besar pengaruhnya adalah El Niño
Southern Oscillation (ENSO).

▪ El Nino adalah fenomena perubahan iklim yang menyebabkan curah


hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang dan kondisi ini
berpotensi menimbulkan kekeringan panjang.

▪ La Nina adalah fenomena perubahan iklim yang ditandai dengan


menurunnya suhu permukaan laut sehingga menimbulkan curah hujan
berlebihan dan dampaknya menimbulkan banjir dan tanah longsor

9
3. El Nino/La Nina : Pengertian dan Pemantauannya

ENSO Positif:
Suhu Muka Laut (SML) di Pasifik
lebih panas dari rata-ratanya
sehingga menyebabkan terjadinya
El Nino

ENSO Negatif:
SML di Pasifik lebih dingin dari rata-
ratanya sehingga menyebakan
terjadinya La Nina

10
3. El Nino/La Nina : Pengertian dan Pemantauannya

Indian Ocean Dipole (IOD) Positif:


Curah Hujan di wilayah barat Indonesia
berkurang

Indian Ocean Dipole (IOD)


Negatif:
Curah Hujan di wilayah barat
Indonesia bertambah

11
ANALISIS & PREDIKSI ENSO
(Pemutakhiran Dasarian III Juli 2023)

❑ Indeks ENSO pada periode Juli III


sebesar +1.148 (El Nino Moderat)

❑ BMKG dan beberapa Pusat Iklim


Dunia memprediksi El-Nino lemah
dapat berkembang menjadi El-Nino
moderat.

Prediksi ENSO BMKG


JAS’23 ASO’23 SON’23 OND’23 NDJ’23 DJF’23
1.07 1.14 1.21 1.22 1.05 0.71
ANALISIS & PREDIKSI IOD Indeks
(Pemutakhiran Dasarian III Juli 2023)

❑ Indeks IOD pada Dasarian III Juli


2023 adalah sebesar +0.394
(Netral).

❑ BMKG dan beberapa Pusat Iklim


Dunia memprediksi akan terjadi
IOD Positif dan dapat bertahan
setidaknya hingga Januari 2024.

Prediksi IOD BMKG


Agt’23 Sep’23 Okt’23 Nov’23 Des’23 Jan’24
0.46 0.88 0.95 0.71 0.57 0.52
4. DAMPAK EL NINO TERHADAP SEKTOR PERTANIAN
Dampak
Meteorologis dan Dampak Agronomis
Klimatologis

Dampak Hidrologis Dampak Ekonomis


Dampak Meteorologi dan Klimatologis

JAN FEB MAR

LESSON APR MEI JUN


LEARNED :
ANOMALI
SIFAT HUJAN
TAHUN JUL AGT SEP

2004
(EL NINO LEMAH)

OKT NOV DES

Pada bulan Juni dan Agustus, Indonesia bagian selatan umumnya sifat hujan
bawah normal
Dampak Meteorologi dan Klimatologis

JAN FEB MAR

APR MEI JUN


Lesson
Learned:
Anomali
Sifat Hujan
JUL AGT SEP
Tahun 2009

(El Nino Moderate)

OKT NOV DES

Pada bulan Juni hingga Agustus, Indonesia bagian selatan umumnya sifat
hujan bawah normal
Dampak Meteorologi dan Klimatologis

LESSON
LEARNED:
ANOMALI
SIFAT HUJAN
TAHUN 2015

(EL NINO VERY STRONG)

Curah Hujan Bulanan Tahun 2015


Dampak Hidrologis

Penurunan debit sungai


Kondisi Iklim Nov-Jan Feb-April Mei-Juni Agus-Okt
Normal 339 458 327 141
La Nina 319 584 479 205
(1982-2010) (-5,9%) (+27,5%) (+46,4%) (+31,2%)

El Nino 284 431 212 52


Debit Sungai Saddang
(1982-2010) (-16,2%) (-5,9%) (-35,2%) (-63,1%)
(m3 detik-1), Sulawesi
Selatan pada Kondisi Iklim El Nino 172 164 97 45
Normal dan Iklim Ekstrem (1997) (-49,2%) (-64,2%) (-70,3%) (-68,1%)
pada Periode 1982-2010

Sumber: Surmaini (2012)

https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6559849/sungai-
saddang-di-pinrang-abrasi-2-km-200-rumah-terancam-
terdampak

19
20
Dampak Agronomis
Perubahan Iklim

Proyeksi Iklim Indonesia menunjukan


kenaikan suhu pada tahun 2100
mencapai:
●1.5°C dengan skenario RCP4.5
●3.5°C dengan skenario RCP8.5

➔ Perubahan pola curah hujan


➔ Ekstrem variability akan lebih tinggi Peningkatan musim
apapun skenarionya kemarau dan perubahan Meningkatkan Potensi
➔ Kejadian iklim ekstrem kering dan fisiologis tanaman padi penurunan produksi padi
basah akan lebih sering berpeluang
di atas Normal
“Perubahan iklim berpengaruh signifikan pada sektor pertanian..”
▪ Dampak Ekonomis
Potensi kerugian Potensi kerugian ekonomi:
IDR 408 T
ekonomi di Indonesia 1. Kecelakaan Kapal dan
(2020–2024) Genangan Pantai,;
2. Penurunan Ketersediaan
Rp 544 triliun Air;
akibat dampak perubahan 3. Penurunan Produksi
iklim, IDR 78 T
IDR 28 T IDR 31 T Beras, dan;
jika tidak ada intervensi
4. Peningkatan Kasus
kebijakan (business as usual) Coast and Sea Water Agriculture Health
Demam Berdarah
Source: Kementerian PPN/Bappenas

Implementasi Pembangunan
Berketahanan Iklim berpotensi
Potensi kerugian menurunkan kerugian ekonomi
ekonomi Sektor akibat perubahan iklim sebesar
Pertanian di Indonesia Rp 61,71 triliun atau 79,2% dari
total potensi kerugian di tahun
2024.
DAMPAK POSITIF EL NINO?
Tabel 1. Potensi Luas Lahan Rawa Lebak yang Dapat Ditanami pada
Kejadian Iklim Ekstrim

Potensi luas lahan rawa lebak yang


Provinsi ditanami (hektar) Peningkatan
Iklim Normal Iklim El Nino (%)

Sumatera Selatan 200.400 367.700 +83,98


Riau 131.800 113.600 -13,81
Lampung 79.000 137.900 +74,56
Kalimatan Selatan 153.000 181.600 +18,69
Jumlah 564.200 801.900 +42,13%

Sumber: Las et al. (2018)


5. Metode Prediksi Kekeringan Padi

. Uouvl n pef mjoj, n f n bl bj


pspcbcjm jubt ebsj pot f uebo
Tsf oe SPJ.3 eji juvoh ebsj
ebub pf ohbn bubo i vkbo ej 38
t ubt jvo )t bw bi ubebi i vkbo)
. SPJ. 4 (Suboebseiz e e
Pse dipiubuipo Joee x bebm bi
joef l t vouvl
n f ohhbn cbsl bo t vspm vt ebo
ef gjt judvsbi i vkbo pf s.3
cvm bo.
. Ebub pspevl t j pbej cf sbt bm
ebsj t jn vm bt j APSJN ej Peluang
t ubt jvo.t ubt jvo yboh t bn b Kuadran % Sampel Prod<2 Score Hazard Level
. Pf sjpef t jn vm bt j : Kbo Ton/Ha
Kuadran 1 0.38 0.55 0.208 Tinggi
t .e Ef t f n cf s 19 82. Kuadran 2 0.15 0.66 0.101 Sedang
2018 Kuadran 3 0.33 0.64 0.212 Sangat Tinggi
. Tpubmkvn m bi t bn pm f: Kuadran 4 0.13 0.54 0.073 Rendah

1109 4 Peluang produktivitas di setiap kuadran


5. SKEMA OTOMATISASI PREDIKSI IKLIM DAN RISIKO KEKERINGAN TANAMAN

Download Produk Prediksi


SPI -3 dan tren SPI-3
Download Prediksi
Operasional NCEP CFSv2
- Dihitung berdasarkan
Psf ejl t j Tjohl bu Bbi byb prediksi SPI-3 dan Trend
Kf l f sjohbo SPI-3
- Variabel prediktand: Curah hujan - Valid for: 6 bulan ke-depan
- Database prediktand: TRMM 3B42v7
(1998-2010)
Statistical Downscaling - 5 window monsun
(Multi-Windows Constructed - Quantile ensemble (total 30 member) Overlay dengan Data Sawah
Analogue) - Valid for: 7 bulan ke-depan
- Time step: harian

PRODUK PREDIKSI PROBABILISTIK:


- Sifat Hujan Prediksi Risiko Kekeringan RELEASE TANGGAL 25
- Wet Spell/ Dry Spell
- Hujan Dasarian
- Bulan Basah/Bulan Kering
Post-Processing Produk - SPI-3
Prediksi Musim - Trend SPI-3 Website
RELEASE TANGGAL 15 BPSI Agroklimat dan Hidrologi
LUAS RISIKO KEKERINGAN PADI (Ha)
Provinsi Agustus September
5. Prediksi Kekeringan Padi ACEH
Rendah
136.450
Sedang Rendah
88.464
Sedang
159.456 65.458
BALI 71.457 71.457
BANTEN 203.036 203.036
Pada periode Agustus-September BENGKULU
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
50.854
76.762
50.854
76.762

2023, prediksi luas risiko kekeringan DKI JAKARTA


GORONTALO
523
33.261
523
33.261

untuk komoditas padi sawah di JAMBI


JAWA BARAT
73.484
946.653
73.484
946.653

Indonesia berada pada kisaran


JAWA TENGAH 1.057.945 1.057.945
JAWA TIMUR 1.245.525 1.245.525
KALIMANTAN BARAT 207.920 38.760 246.680
antara kategori rendah hingga KALIMANTAN SELATAN 293.749 2.876 296.625
KALIMANTAN TENGAH 126.002 11.536 137.538
sedang dengan distribusi sebaran KALIMANTAN TIMUR 41.993 41.993
KALIMANTAN UTARA 12.472 12.472
pada Tabel 2. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 22.402 22.402
KEPULAUAN RIAU 1.394 1.380 14
LAMPUNG 386.796 386.796
MALUKU 14.612 3.685 18.297

Luas total sawah dengan risiko MALUKU UTARA


NUSA TENGGARA BARAT
13.719
218.342 19.858
13.719
237.790 410

kekeringan kategori sedang pada NUSA TENGGARA TIMUR


PAPUA
115.701
36.196
30.340 141.979
35.740
4.061
455

bulan Agustus 2023 seluas 3,41%


PAPUA BARAT 8.861 8.861
RIAU 53.562 17.360 63.416 7.507
SULAWESI BARAT 39.473 39.473
(258.123 Ha) dan bulan September SULAWESI SELATAN 663.095 916 664.011
SULAWESI TENGAH 117.239 117.239
2023 seluas 1.27% (96.128 Ha). SULAWESI TENGGARA 82.739 22 82.761
SULAWESI UTARA 19.584 19.584
SUMATERA BARAT 196.607 6.895 203.502
SUMATERA SELATAN 469.629 1.419 471.047
SUMATERA UTARA 277.748 35.994 295.519 18.222
Total 7.315.784 258.123 7.477.779 96.128
• Prediksi Agustus 2023:
Di bulan ini, wilayah
berisiko kekeringan
kategori sedang
tercatat dengan total
luas 258,123 Ha.
Beberapa provinsi
berisiko kekeringan
sedang terluas yaitu
Aceh, Sumatera Utara,
Riau, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Barat
dan Kalimantan Tengah.
• Prediksi September
2023: Di bulan ini,
wilayah berisiko
kekeringan kategori
sedang tercatat dengan
total luas 96,128 Ha.
Beberapa provinsi
berisiko kekeringan
sedang terluas yaitu
Aceh dan Sumatera
Utara.
6. Rencana Aksi Intervensi
TINGKAT KERAWANAN RISIKO KEKERINGAN
Hijau Kuning Merah
Memantau informasi prediksi Memanfaatkan infrastruktur panen air Menyiapkan sumur dalam
curah hujan, dan potensi yang tepat (info dari SI Katam (pemanfaatan groundwater), embung
bencana hidrometeorologi (info Terpadu – Lahan Kering) dan dam parit (di daerah yang
dari BMKG) sungainya masih ada aliran air)
Memantau informasi prediksi Menerapkan varietas padi toleran Mencanangkan diversifikasi pangan
kekeringan (info dari SI Katam kekeringan (info dari SI Katam (penanaman dan pengolahan umbi,
Terpadu) Terpadu) sorgum, sagu, dll) (CB-2)
Menerapkan jadwal tanam yang Melakukan monitoring dan Menyiapkan dan distribusi sumber
tepat dan minimum risiko (info pengawalan serta antisipasi terjadi pangan dari wilayah hijau (jika sangat
dari SI Katam Terpadu) shortage ketersediaan air diperlukan) untuk memenuhi
kekurangan akibat shortage
Membangun dan memperbaiki
infrastruktur panen air seperti dam
parit, embung, pompanisasi, sumur
dangkal dan long storage untuk
peningkatan ketersediaan air irigasi
Implementasi CSA (Climate Smart
Agriculture)
05

7. Langkah Antisipasi Atasi


Dampak El Nino
a. Pemetaan Prediksi
Kekeringan dan Potensi
Infrastruktur Pertanian

Peta Overlay Prediksi


Kekeringan Padi Bulan
Juni 2023 (BSIP) dengan
Data Historical Rawan
Kekeringan 2015-2019
(Ditlin TP)
Lokasi Kekeringan Kategori Sangat
Rawan Berdasarkan Data Historical
2015-2019
Provinsi Kabupaten
Jawa Barat Ciamis, Pangandaran
Jawa Timur Lamongan
Sulawesi Selatan Soppeng
Jawa Tengah Cilacap
Sumatera Selatan Banyuasin
Jawa Timur Bojonegoro
Jawa Tengah Grobogan
Sulawesi Selatan Wajo
Jawa Barat Indramayu
Sulawesi Selatan Bone
PETA
PETAINDIKATIF
INDIKATIFINFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTURPANEN
PANENAIR
AIR

Indramayu
Pemetaan Prediksi
Kekeringan dan Potensi
Infrastruktur Pertanian

Peta Prediksi Kekeringan Padi


Bulan Mei 2023 dan Potensi
Infrastruktur Pertanian Kab.
Banyuasin, Prov. Sumatera
Selatan
VUB Padi untuk Antisipasi Perubahan Iklim

Potensi hasil Produktivitas


Karakteristik Varietas
(ton/ha) (ton/ha)

Umur sangat Genjah (100-105) Inpari (13, 19) Cakrabuana, Padjadjaran 8,8 - 10,0 5,7 - 6,9

Inpago (6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 Fortiz), Rindang 1,


Toleran tanah masam lahan kering 5,8 - 8,9 4,0 - 6,6
Rindang 2

Toleran Rendaman Inpari 30, Inpara 8, Purwa, Inpara 10 5,6 - 9,6 4,4 - 7,2

Toleran Garam Tinggi (Salinitas) Inpari (34 Salin dan 35 Salin ) 5,6 - 8,1 4,4 - 5,1

Inpari (31, 33, Padjadjaran, Mantap, Arumba, 47


Tahan Hama Wereng Coklat 8,0 - 9,8 6,8 - 7,1
WBC, 49 Jembar), Cakrabuana

Inpari (32, 43) Siliwangi, Gemah, HIPA (18, 19, 20,


Tahan Penyakit Hawar daun Bakteri 8,4 - 12,0 6,3 - 8,5
21)

Inpari (38, 39, Cakrabuana, 48 Blas, 50 Marem,


Tahan Penyakit Blas 8,1 - 9,9 5,7 – 7.6
Respati)
Tahan Penyakit Tungro Inpari (7, 8, 9, 36, dan 37) 9,1 -10,0 6,2 - 6,7
Varietas Unggul Padi untuk Berbagai
Agro-ekosistem

Sawah Tadah Hujan Lahan Kering Lahan Rawa


• Inpari 39 • Inpago 8 • Inpara 2
• Cisaat • Inpago 12 • Inpara 8
• Inpari 46 GSR TDH
• Inpara 3
• Inpara 10

Lahan Salin Dataran Tinggi


• Inpari 34 Salin Agritan • Inpari 28
• Inpari 35 Salin Agritan • Luhur 1
Alternate Wetting and Drying (AWD)
Pengaiaran Tugal Tanam Fase Vegetatif Fase Generatif Panen
Pindah
N&K fertilizer at 11 DAT N&K fertilizer at 38 N&K fertilizer at 57 DAT Pengeringan
Tinggi muka air: 5-10 cm
DAT 2-3 weeks
Tergenang
Permukaan tanah

Tinggi muka air: 5-10 cm

AWD

Kedalaman air: 15/25 cm

Tinggi muka air: 5-10 cm

Berselang
Permukaan tanah

Salah satu komponen dalam program CSA:

Merupakan cara-cara untuk menghemat air di


lahan sawah dengan cara membiarkan lahan tidak
digenangi dalam waktu tertentu tetapi air masih
di dalam zona perakaran agar tanaman dapat
mempertahankan hasil
PENYEMPURNAAN ALAT SIRAM TEKNIK KOCOR KONSEP TEKNIK IRIGASI KOCOR
TIRTA-MINI TIRTA-MIDI
Alat Siram Hemat Air-model Tanki Roda Luas Areal Penyiraman Pada Teknik Kocor dan Irigasi
Alat Siram Hemat Air-model Tanki
Gendong Inovatif Dorong Inovatif Standar

70 cm

SKEMA
TIRTA- 40
MIDI cm

Irigasi diberikan hanya pada Irigasi diberikan pada seluruh


areal perakaran permukaan tanam
Diameter Irigasi 15 cm Jarak Tanam 70 x 40 cm
Luas Areal Irigasi =176.7 cm2 Luas Areal Irigasi =2,800 cm2

SKENARIO VOLUME TANKI PENAKAR

Panjang Volume
Kebutuhan Irigasi Interval
Fase Fase Tanki
Periode Irigasi Neto Harian Irigasi
Tanaman Tumbuh Penakar
(mm) (mm) (hari)
(Hari) (ml)
Inisiasi 20 5-Sep-18 24-Sep-18 6.3 1.05 550
Vegetatif 30 25-Sep-18 24-Oct-18 12.6 3.14 1,500
Pembungan 30 25-Oct-18 23-Nov-18 18.8 3.14 7 1,500 Irigasi Parit Irigasi Tetes
Pembentuk
10 24-Nov-18 3-Dec-18 25.1 1.79 900
an Biji
Total Frekuensi Irigasi (Kali) 12
Penggunaan Aplikasi Katam Terpadu dan Siscrop
Penyediaan Penyimpanan Air
Strategi Panen Air di Lahan Kering
Pembangunan/rehabilitasi sarana penampungan air
Percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan
Peningkatan ketersediaan Alsintan untuk percepatan tanam
Penyediaan benih tahan kekeringan dan OPT
No Varieties Sifat Unggul

1 Inpari 42 Agritan GSR Agak tahan HDB, Agak tahan WBC biotipe 1, mutu beras kristal
premium. efesiensi pemupukan 75% anjuran dosis

2 Inpari 43 Agritan GSR Agak tahan HDB, Agak tahan WBC biotipe 1, mutu beras kristal
premium. efesiensi pemupukan 75% anjuran dosis

3 Inpari 44 Agritan Agak tahan HDB, potensi hasil tinggi (9.25 ton/ha), nasi pulen,

SEED QUALITY INPARI 43 GSR

INPARI 42 GSR INPARI 43 GSR


Pengembangan pupuk organik terpusat dan mandiri
Dukungan pembiayaan KUR dan Asuransi Pertanian
Penyiapan Lumbung Pangan Sampai Tingkat Desa
Kelembagaan (Gugus Tugas El Nino)

Tugas dan Fungsi Gugus Tugas mencakup:

▪ Identifikasi dan evaluasi dampak perubahan iklim;

▪ Perumusan strategi adaptasi (menyesuaikan diri


dengan perubahan iklim);

▪ Koordinasi implementasi kebijakan dan program terkait


Fenomena El Nino
Penerapan Teknologi CSA pada Lahan Sawah

Sampling GRK
Penghematan Kebutuhan Air

Dengan metode AWD dengan memperhitungkan jumlah interval pemberian air irigasi pada masa
pengolahan tanah dan tanam (semai) sama dengan konvensional, maka teknik AWD berdasarkan
pengujian di lokasi dapat menghemat penggunaan air sebesar 21% untuk sawah utara dan 12% untuk
sawah selatan. Adapun rekapitulasinya sebagai berikut
Produktivitas Tanaman Padi

• Berdasarkan data produktivitas tanaman padi


dengan menggunakan Teknik AWD (5,7
ton/ha) lebih tinggi di bandingkan dengan
Teknik Konvensional (5,0 ton/ha).
Global Warming Potensial (GWP)
CSA vs Konvensional
Tabel 3. Nilai global warming potential (GWP) dari perlakuan CSA
dan konvensional
GWP (kg CO2-e/ha/musim)
No Provinsi Nama BPP
CSA Konvensional
1 Jawa Timur BPP Ajung 945 573
2 Jawa Timur BPP Ambulu 386 179
3 Jawa Timur BPP Balung 1714 5158
4 Jawa Timur BPP Gumukmas 515 6344
5 Sulawesi Selatan BPP Minasatene Pangkep (Lokasi 1) (Ds. Minasatene) 2035 3797
6 Sulawesi Selatan BPP Labakkang Pangkep (Ds. Batara) 14110 6595
7 Sulawesi Selatan BPP Polongbangkeng Selatan Takalar (Bulukunyi//Kel Sipakabaji) 1734 1525
8 Sulawesi Selatan BPP Polongbangkeng Utara Takalar (Ko'mara ) 1215 1255
9 Sulawesi Selatan BPP Ma'rang 11518 9098
10 Sulawesi Selatan BPP Pa'bundukang Pangkajene 598 3002
11 Sulawesi Selatan BPP Kahu Bone (Unit 2) 7938 8870
52
12 Sulawesi Selatan BPP Libureng Bone (Unit 1) 1004 606
13 Kalimantan Tengah Pagatan Katingan 13970 9520
14 Sumatera Selatan BPP Karang Agung Ilir Banyuasin 1529 2278
15 Jawa Barat BPP Gebang Cirebon 1400 1734
16 Jawa Barat BPP Pabedilan Cirebon 1272 550
17 Jawa Barat BPP Waled Cirebon 3453 4540
18 Jawa Barat BPP Heurgeulis Indramayu 1882 2086
19 Jawa Barat BPP Bongas Indramayu 6929 10656
20 Jawa Barat BPP Gabuswetan Indramayu 3477 5433
Tabel 3. Nilai global warming potential (GWP) dari perlakuan CSA
dan konvensional
GWP (kg CO2-e/ha/musim)
No Provinsi Nama BPP
CSA Konvensional
21 Jawa Barat BPP Patrol Indramayu 3866 2775
22 Jawa Barat BPP Jatisari Karawang 9213 5759
23 Jawa Barat BPP Karawang Barat Karawang 5089 11852
24 Jawa Barat BPP Rengasdengklok Karawang 8771 13299
25 Jawa Barat BPP Batujaya Karawang 2385 2203
26 Jawa Barat BPP Sukra Indramayu 1131 1607
27 Jawa Barat BPP Kotabaru Karawang 6606 11062
28 Jawa Barat BPP Ciampel Karawang 2374 8063
29 Jawa Barat BPP Binong Subang (Kel Gadis) 1537 11517
30 Jawa Barat BPP Pagaden Subang 5135 3112
31 Jawa Barat BPP Cipunagara Subang 7257 4686
53
32 Jawa Barat BPP Pegaden Barat 2626 4230
33 Jawa Barat BPP Teluk Jambe Barat Karawang 875 724
34 Jawa Barat BPP Ciasem Subang 5951 3022
35 Jawa Barat BPP Cikaum Subang 6505 9408
36 Jawa Barat BPP Compreng Subang 612 3236
37 Jawa Barat BPP Anjatan Indramayu 1223 1045
38 Jawa Barat BPP Katawaluya Karawang 7256 24111
39 Jawa Barat BPP Pamanukan Subang 596 608
40 Jawa Barat BPP Tambak Dahan Subang 2867 2442
Tabel 3. Nilai global warming potential (GWP) dari perlakuan CSA
dan konvensional
GWP (kg CO2-e/ha/musim)
No Provinsi Nama BPP
CSA Konvensional
41 Jawa Barat BPP Legonkulon Subang 636 912
42 Jawa Barat BPP Pakisjaya Karawang 2218 8279
43 Jawa Barat BPP Pedes Karawang 2065 5588
44 Jawa Barat BPP Cikampek Karawang 657 805
45 Jawa Barat BPP Pusaka Jaya 864 3315
46 Jawa Barat BPP Blanakan Subang Utara 1577 2123
47 Jawa Barat BPP Pusakanegara Subang 1558 6399
48 Jawa Barat BPP Sukasari Subang 16958 19121
49 Jawa Barat BPP Kandanghaur Indramayu 6769 16022
50 NTB BPP Mujur Praya Timur 348 187
51 NTB BPP Panujak Praya Barat 199 584
54
52 NTB BPP Darek Praya Barat Daya 637 779
53 NTB BPP Ubung Jonggat 208 343
54 NTB BPP Lajut Praya Tengah 536 483
55 NTB BPP Aikmul Praya 485 2989
56 Jawa Tengah BPP Bayan Purworejo 759 773
57 Jawa Tengah BPP Purworejo Purworejo 3171 4075
58 Jawa Tengah BPP Rakit Banjarnegara 644 1144
59 Jawa Tengah BPP Wanadadi Banjarnegara 1259 1406
60 Jawa Tengah BPP Kemangkon Purbalingga 435 446
Tabel 3. Nilai global warming potential (GWP) dari perlakuan CSA
dan konvensional

GWP (kg CO2-e/ha/musim)


No Provinsi Nama BPP
CSA Konvensional
60 Jawa Tengah BPP Kemangkon Purbalingga 435 446
61 Jawa Tengah BPP Bukateja Purbalingga 462 626
62 Jawa Tengah BPP Banyuurip Purworejo 864 1619
63 Jawa Tengah BPP Gebang Purworejo 9169 33871
64 Sumatera Utara BPP Pantai Labu Deli Serdang 1325 12002
65 Sumatera Utara BPP Jaharun 7510 9972
66 Sumatera Utara BPP Tanjung Gabus 8072 10285
67 Sumatera Utara BPP Beringin 8492 24005
68 Sumatera Utara BPP Pematang Sijonam 5214 7775
55 RATA-RATA GWP 3568 5654
PENURUNAN EMISI GRK 37%
PENUTUP
▪ Fenomena Perubahan Iklim Global ditandai dengan Meningkatnya
Suhu Bumi, yang Diikuti Dampak Lanjutannya
▪ Keragaman Iklim Indonesia Dipengaruhi oleh Berbagai Sirkulasi
Atmosfer, dan Salah Satu yang Paling Besar Pengaruhnya adalah
̃ Southern Oscillation (ENSO) yang Merujuk pada Fenomena
El Nino
El Nino dan La Nina
▪ Sektor Pertanian Rentan terhadap Perubahan Iklim, sehingga
Menjadi Victim, namun Sektor Pertanian juga Mampu Mengurangi
Emisi GRK
▪ Dampak El Nino terhadap Sektor Pertanian yang berupa Dampak
Meteorologi dan Klimatologi, Hidrologi, Agronomis, dan Ekonomis
perlu di Antisipasi dengan Berbagai Inovasi Teknologi dan
Program Strategis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai