Anda di halaman 1dari 22

Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc.

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari


Jakarta, 22 Desember 2022
L A TA R B E L A K A N G
PERMASALAHAN PERUBAH AN IKLIM
• Kenaikan suhu, • Masalah • Kelangakan Water, Energy

Ancaman Kehidupan
perubahan pola produktifitas dan Food (WEF)
curah hujan tanaman pangan • Penurunan
• Anomali Iklim • Tidak mendukung keanekaragaman hayati
Emisi (peningakatan El- kehidupan • Kerusakan infrastruktur
Nino dan atau La- • Masalah bencana • Resiko terhadap
GRK Nina),Iklim alam (kekeringan, kesehatan, keselamatan,
Ekstrim banjir, angin) keamanan dan lingkungan
• Peningkatan • Ancaman kehidupan bagi masyarakat.
tinggi permukaan • Hilangnya daratan
air laut

Gedung, perubahan, pertokoan


Pengguna bahan bakar fosil NEGARA MENUJU VISI
Industri berbahan
bakar fosil KEMERDEKAAN INDONESIA EMAS
PERLUNYA PONDASI YANG KUAT
Transportasi berbahan TERKAIT PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN IKLIM
bakar fosil
Karhutla,
Semua pihak, lintas generasi, lintas disiplin maupun
degradasi dan deforestasi, Listrik dari lintas sektor, untuk secara kolektif ikut memikirkan
bahan bakar fosil
Hutan smakin menyusut inovasi dan solusi di seluruh bidang kehidupan
PERKEMBANGAN KOMITMEN PENURUNAN EMISI GRK
(NATIONALLY DETERMINED CONTRIBUTION/NDC)
ENHANCED
NDC

• Komitmen Indonesia dinyatakan dan ditegaskan dalam


dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang
memuat target komitmen penurunan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK) sebesar 29% (Counter Measure /CM 1) sampai dengan
41% (CM 2) dibandingkan Business As Usual (BAU) pada tahun
2030.
• Ambisi ditingkatkan menjadi 31.89% unconditionally dan
43.20% conditionally pada 2030 sebagaimana dinyatakan
dalam Enhanced NDC yang telah disampaikan kepada UNFCCC
pada September 2022.
INDONESIA: LONG -TERM STRATEGY

▪ Indonesia menyampaikan LTS


pada bulan Juli 2021;
▪ Dari tiga skenario, CPOS
merupakan kelanjutan
komitmen NDC;
▪ Pada skenario CPOS, sektor
FOLU masih net emitter;
▪ Visi jangka Panjang dalam LTS
menuju NZE, lajur emisi FOLU
diharapkan sudah mencapai net
sink pada tahun 2030 dan
selanjutnya berfungsi sebagai
penyerap dari sektor lain.
5
SKENARIO MITIGASI SEKTOR FOLU
• Extended NDC/ Current 3000
Policy Scenario (CPOS)

Mton CO2
Peaking
• Transition Scenario
2500
pada 2030 Waste

(TRNS) → hanya pada 2000 IPPU

sektor Energi FOLU


1500
• Low Carbon Scenario Agric.
Compatible (LCCP) with 1000 Energy
Paris Agreement target Net emiss.
500

Peaking 2030 0
dengan Net Sink

2040
2010
2020
2030

2050

2010
2020
2030
2040
2050

2010
2020
2030
2040
2050
LCCP pada sektor -500
FOLU (Skenario CPOS TRNS LCCP
LCCP) Proyeksi tingkat emisi GRK skenario CPOS. TRNS dan LCCP
KOMITMEN SEKTOR KEHUTANAN INDONESIA

• Pada UNFCCC COP-26 Glasgow →Indonesia meningkatkan


target ambisius dengan dukungan kerjasama teknis
internasional. Komitmen Indonesia tercantum di dalam
dokumen Updated Nationally Determined Contribution
(NDC) dan Long-Term Strategies for Low Carbon and
Climate Resilience (LTS-LCCR) 2050.
• Target sektor : FOLU (Forestry and Other Land Use) → Net
Sink pada Tahun 2030 (tingkat serapan pada sektor
FOLU sudah berimbang atau lebih tinggi dari pada tingkat
emisinya)
• Target keseluruhan sektor → netral karbon/net-zero
emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.
• Keputusan MenteriLHK Nomor 168/2022, 24 Februari
2022 tentang Indonesia’s Forestry and Other Land Use
(FoLU) Net Sink 2030 untuk Pengendalian Perubahan
Iklim.
INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030

Upaya Indonesia untuk mencapai FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 kondisi yang ingin dicapai melalui
perlu diikuti dengan alokasi lahan penurunan emisi GRK dari sektor
yang selektif dan terkontrol untuk kehutanan dan penggunaan lahan
pembangunan dalam rangka dengan kondisi dimana tingkat
meningkatkan kesejahteraan yang adil serapan sama atau lebih tinggi
dan merata bagi masyarakat Indonesia dari tingkat emisi.
Seluruh program kegiatan pembangunan sektor kehutanan memiliki
indikator dan satuan volume ukur yang sama, yaitu CO2eq.

DASA R P I JA K A N :
❖ Sustainable Forest Management
❖ Environmental Governance
❖ Carbon Governance
RUANG LINGKUP INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030

Pengurangan Laju Pengurangan Laju Pengurangan Laju Pengurangan Laju


1 Deforestasi Lahan 2 Deforestasi Lahan 3 Degradasi Hutan 4 Degradasi Hutan Lahan
Mineral Gambut dan Mangrove Lahan Mineral Gambut dan Mangrove

Pembangunan Hutan Pengelolaan Rehabilitasi Rehabilitasi Non


5 Tanaman 6 Hutan Lestari 7 Dengan Rotasi 8 Rotasi

Restorasi Gambut Rehabilitasi mangrove Konservasi


9 dan Perbaikan Tata 10 dan aforestasi pada 11 Keanekaragaman 12
Perhutanan
Sosial
Air Gambut kawasan bekas tambang Hayati

Introduksi Replikasi Pengembangan dan Pengawasan dan law


13 Ekosistem, Ruang 14 Konsolidasi Hutan Adat 15 enforcement dalam mendukung
Terbuka Hijau dan perlindungan dan pengamanan
Ekoriparian kawasan hutan
Keputusan Menteri LHK Nomor 168/2022, 24 Februari 2022
tentang Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FoLU) Net Sink 2030 untuk Pengendalian Perubahan Iklim.

SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai melalui implementasi
Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030
tercapainya tingkat emisi gas rumah kaca sebesar
-140 juta ton CO2e pada tahun 2030, mendukung
net zero emission sektor kehutanan dan guna
memenuhi NDC yang menjadi kewajiban nasional
Indonesia sebagai kontribusi bagi agenda perubahan
iklim global, dengan memperhatikan visi Indonesia
yang lebih ambisius dalam dokumen LTS-LCCR.
HASIL INTEGRASI SPASIAL UNTUK PENENTUAN SEBARAN LOKASI PRIORITAS UNTUK
PELAKSANAAN KEGIATAN MITIGASI INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030

LOKUS PADA UMUMNYA BERADA DI 3 PULAU BESAR

Planned Deforestation
Unplanned deforestation
Planned degradation
Unplanned Degradation
Timber plantation
ENR
RIL
Rehabilitation without rotation
Rehabilitation with rotation
Peat water management
Peat restoration
HCVF
Potensi Sektor Lahan untuk Penyerap GRK

Kawasan Hutan (± 120,6 juta Ha) APL (± 67 juta Ha)

nH Berpenutupan Hutan Non Hutan (nH)


(± 31 juta Ha) (± 95 juta Ha) (± 61,9 juta Ha)

FORESTRY +OLU (Agri)

Memahami peran sektor pertanian dalam emisi sektor lahan


→ Menjadi kunci utama suksesnya netral karbon/net-zero emission
Emisi sektor pertanian saat ini hanya dilaporkan untuk:
⚫emisi ternak (sendawa dan kotoran), ⚫metana dari budidaya padi,
⚫penggunaan pupuk (organic dan buatan), ⚫penggunaan dolomite/kapur
dan ⚫emisi akibat pengolahan tanah.
KEBIJAKAN DAN INSTRUMEN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

1. KEBIJAKAN UMUM SEKTOR FOLU MENUJU NET SINK


Kegiatan prakondisi
kawasan hutan

Mempertahankan hutan
alam yang masih tersisa
Mendorong terjadinya regenerasi
hutan alam terdegradasi
Efisiensi penggunaan lahan dan
optimasi lahan tidak produktif
Akselerasi kegiatan
penyerapan karbon
Pengembangan kebijakan
fiskal untuk sektor FOLU

Kegiatan penegakan hukum


atau law enforcement
Kegiatan penguatan basis
data sektor FOLU
KEBIJAKAN DAN INSTRUMEN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN (Lanjutan)

II. KEBIJAKAN TERKAIT MANGROVE

Mangrove dapat menjadi peluang untuk selanjutnya dielaborasi dalam RENOP FOLU Net Sink
2030 karena kapasitas mangrove dalam mengurangi emisi dari sektor lahan belum
diperhitungkan baik di dalam NDC maupun di dalam dokumen LTS-LCCR.
Potensi blue carbon yang cukup tinggi pada mangrove yang meliputi; above ground biomass, soil
mangrove maupun below ground biomass dapat didalami lebih lanjut

L UA S M A N G R O V E E K S I S T I N G D I I N D O N E S I A
NO KELAS KERAPATANTAJUK LUAS (HA) %
1 Mangrove Lebat 3.121.240 92,78
2 Mangrove Sedang 188.366 5,60
3 Mangrove Jarang 54.474 1,62
TOTAL 3.364.080 100,00
P E N C A PA I A N I N D O N E S I A’ S F O LU N E T S I N K 2 0 3 0

OPERASIONALISASI 11 AKSI MITIGASI SEKTOR FOLU CAPAIAN FOLU NET SINK BY 2030 DITENTUKAN
OLEH:
1. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Mineral
1. Pengurangan emisi dari DEFORESTASI dan
2. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Gambut LAHAN GAMBUT (dekomposisi gambut dan
kebakaran gambut);
3. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Mineral
2. Peningkatan kapasitas hutan alam dalam
4. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Gambut penyerapan karbon (melalui pengurangan
DEGRADASI dan meningkatkan REGENERASI);
5. Pembangunan Hutan Tanaman
3. RESTORASI dan PERBAIKAN TATA AIR
6. Sustainable Forest Management GAMBUT;
7. Rehabilitasi Dengan Rotasi 4. RESTORASI dan REHABILITASI HUTAN
(pengayaan tanaman/peningkatan serapan
8. Rehabilitasi Non Rotasi karbon);
9. Restorasi Gambut 5. PENGELOLAAN HUTAN LESTARI;

10. Perbaikan Tata Air Gambut 6. OPTIMASI LAHAN TIDAK PRODUKTIF untuk
pembangunan Hutan Tanaman dan Tanaman
11. Konservasi Keanekaragaman Hayati Perkebunan.
P R O Y E K S I K E B U T U H A N DA N S K E M A P E N DA N A A N
A K S I M I T I G A S I I N D O N E S I A’ S F O L U N E T S I N K 2 0 3 0

KEBUTUHAN PENDANAAN
(TRILYUN IDR)
AKSI MITIGASI
2020- 2025-
TOTAL
2024 2030
Deforestasi lahan mineral 31.60 36.75 68.36

Deforestasi lahan gambut 2.71 5.05 7.75

Degradasi lahan mineral 13.07 14.79 27.86


Degradasi lahan gambut 1.10 1.24 2.34
Hutan Tanaman Industri 34.80 41.76 76.56

Pengelolaan Hutan Lestari 0.88 0.49 1.37


• Estimasi awal kebutuhan pendanaan aksi mitigasi s.d. Tahun 2030 sebesar
Peningkatan Cadangan ±204 T Rupiah, dan dapat mencapai > 400T Rupiah.
3.11 3.73 6.84
Karbon (Rotasi)
• Sumber pendanaan dari pemerintah didistribusikan akan berasal dari
Peningkatan Cadangan optimasi pendanaan di tingkat pusat (APBN) melalui instrumen green sukuk
1.47 1.76 3.23
Karbon (Non Rotasi) dan pasar karbon domestik (Nilai Ekonomi Karbon), dan transfer anggaran
Tata air gambut 0.14 0.03 0.17 berbasis ekologi (TAPE/TAKE); optimasi pendanaan di tingkat daerah
melalui instrumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan obligasi hijau daerah;
Restorasi gambut 4.76 4.78 9.54 dan optimasi skema Result-Based Payment untuk REDD+.
TOTAL 93.63 110.39 204.02 • Sumber pendanaan dari swasta akan diarahkan pada instrument hibah,
RPJMN 19.61 n.a. n.a. obligasi hijau, pinjaman, ekuitas swasta, Corporate Social Responsibility
(CSR), dll
ORGANISASI PENGELOLAAN KEGIATAN FOLU NET SINK
LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : 168/Menlhk/PKTL/PLA.1/2/2022
FASE RENCANA KERJA

3. AKSELERASI
Tahun 2025-2030
2. AKTUALISASI
Tahun 2023-2024

1. PRAKONDISI
s.d. Akhir 2022
TA H A PA N I M P L E M E N TA S I
I N D O N E S I A’ S F O L U N E T S I N K 2 0 3 0

2021 2022 2023 - 2024


KEPUTUSAN Pembangunan
MENTERI LHK Sistem
No.168/Menlhk/PKTL Informasi
/PLA.1/2/2022 Tgl.24
Februari 2022
Penyusunan Pembentukan Knowledge
Target dan Management
Project
Program
Detail Bidang-
Management
bidang Office
Penyusunan draf I Kebijakan
Rencana Insentif dan
Operasional FOLU Penyusunan Konsolidasi Disinsentif
Net Sink 2030 Manual/ dan
Guidelines Koordinasi
Tingkat Tapak Renops FOLU Capacity
Renops Net Sink 2030 Building
(Sub-nasional/
Sosialisasi
Provinsi)
Renops FOLU
Net Sink 2030
K E G I ATA N P R A KO N D I S I YA N G T E L A H
D I L A K S A N A K A N D I TA H U N 2 0 2 2

1. Koordinasi dengan Akademisi (Forum Pimpinan


Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan Indonesia).
2. Konsolidasi Implementasi Internal KLHK.
3. Penyusunan Rencana Kerja Bidang-bidang IFNS 2030.
4. Workshop Sinkronisasi Peta IFNS 2030.
5. Roadshow Sosialisasi IFNS 2030 pada 6 Regional.
6. Sosialisasi Sub Nasional IFNS 2030 pada 12 Provinsi.
7. Workshop Penyusunan Rencana Kerja Sub Nasional IFNS
2030.
8. Penyusunan Rencana Kerja Sub Nasional IFNS 2030.
9. Rapat Pembahasan Awal Persiapan Sosialisasi dan
Penyusunan Rencana Kerja Sub Nasional IFNS 2030
pada 22 Provinsi.
PENUTUP

• Rencana Kegiatan yang dituangkan dalam Renops


Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 merupakan kegiatan
“BAU” Sektor Kehutanan, namun akan dilaksanakan
lebih TERSTRUKTUR dan SISTEMATIS, serta
DENGAN TARGET KINERJA YANG DITINGKATKAN.
• Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 mendorong kinerja
sektor kehutanan menuju target pembangunan yang
SAMA, yaitu tercapainya tingkat emisi gas rumah
kaca sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030.
• Pijakan dasar utamanya adalah: Sustainable Forest
Management, Environmental Governance, dan
Carbon Governance.
https://phl.menlhk.go.id

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai