Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN PERTANIAN

BERKELANJUTAN
DALAM MENCAPAI TARGET ENHANCED
NATIONALLY DETERMINED
CONTRIBUTIONS (NDC)

Dr. Asmarhansyah, S.P, M.Sc.


BADAN STANDARDISASI INSTRUMEN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN

Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Badan


Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup Tahun 2022
Jakarta, 22 Desember 2022
1. Sektor Pertanian dan Perubahan Iklim

2. Dampak Perubahan Iklim di Sektor Pertanian

3. Posisi Pertanian Indonesia:


Ketahanan Pangan, Adaptasi, dan Mitigasi
OUTLINE
4. Kebijakan Mencapai Target NDC Sektor Pertanian

5. Aksi Adaptasi Sektor Pertanian dan Dukungan


Pembiayaan

6. Penutup
PENDAHULUAN
▪ Kebijakan Penanganan Perubahan Iklim untuk Sektor Pertanian
dalam RPJMN 2020-2024:
Prioritas Nasional (PN 6): Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan
Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim.
Program Prioritas Sektor Pertanian: Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim
dan Pembangunan Rendah Karbon.

▪ Kebijakan sektor pertanian menghadapi perubahan iklim adalah


meningkatkan ketangguhan (resilience) sistem pertanian melalui
adaptasi, dan sejalan dengan itu mengusahakan agar emisi GRK dari
sektor pertanian dapat dikurangi.
FENOMENA PERUBAHAN IKLIM GLOBAL (1)
KENAIKAN SUHU BUMI 1880-2020

• Kurun waktu 120 tahun terakhir suhu bumi naik 1,50C,


dikawatirkan mencapai 20C pada tahun 2100.
• Dampak naiknya suhu, lapisan es di kutub mencair
Sumber: climate.nas.gov dan berdampak naiknya permukaan air laut. Di
Indonesia kenaikan muka air laut rata-rata 3,9 mm/thn
PREDIKSI KENAIKAN SUHU BUMI 2100
(Triana dan Wahyudi, 2020).
• Studi Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) memperkirakan terjadi kenaikan air laut 60
cm selama tahun 2000 hingga 2100.
• Dampak lanjutan adalah terjadinya intrusi air laut,
pada tahun 2017 di Jakarta sudah mencapai 11 km.
• Kehilangan lahan sawah di Jabar ± 12 ribu ha dengan
kenaikan muka laut 50 cm.

Sumber: IPCC, 2019


• Kehilangan produksi mencapai 160 ribu ton akibat
genangan dan meningkatnya salinitas.
4
FENOMENA PERUBAHAN IKLIM GLOBAL (2)
Keragaman dan tren perubahan awal musim hujan (AMH)
dan awal musim kemarau (AMK) di DAS Citarum

AMH

AMK

• Data historis menunjukkan awal musim


kemarau menjadi lebih maju dan mundurnya
awal musim hujan.
• Diproyeksi dalam periode 2020-2049
sebagian besar wilayah Indonesia panjang
musim hujannya berkurang 10-20 hari,
bahkan di beberapa wilayah lebih dari 20
hari. Dampaknya akan semakin mundur
dan pendeknya musim tanam.

5
POSISI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

Banjir

Kekeringan
OPT KORBAN
PERUBAHAN
IKLIM

Posisi sektor pertanian dalam


perubahan iklim adalah sebagai
korban dari perubahan iklim,
sebagai sumber emisi, namun
berpeluang berkontribusi dalam
penurunan emisi/sekuestrasi Padi
sawah

PELUANG SUMBER
carbon storage
PENURUNAN SEKTOR EMISI GRK Ternak
EMISI GRK
PERTANIAN

Lahan
gambut

6
Kerugian Ekonomi Akibat Perubahan Iklim
Potensi kerugian Potensi kerugian ekonomi:
IDR 408 T
ekonomi di Indonesia 1. Kecelakaan Kapal dan
(2020–2024) Genangan Pantai,;
2. Penurunan Ketersediaan
Rp 544 triliun Air;
akibat dampak perubahan 3. Penurunan Produksi
IDR 78 T
iklim, IDR 31 T Beras, dan;
IDR 28 T
jika tidak ada intervensi
4. Peningkatan Kasus
kebijakan (business as usual) Pesisir & Laut Air Pertanian Kesehatan
Demam Berdarah
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas

Implementasi Pembangunan
Berketahanan Iklim berpotensi
Potensi kerugian menurunkan kerugian ekonomi
ekonomi Sektor akibat perubahan iklim sebesar
Pertanian di Indonesia Rp 61,71 triliun atau 79,2% dari
total potensi kerugian di tahun
2024.
KEHILANGAN PRODUKSI PADI
AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN PENINGKATAN SALINITAS

Kehilangan
produksi (ton)
180000

160000 Kehilangan Akibat


Tenggelam

Kehilangan Produksi padi (ton)


140000
Penurunan Produksi
120000 Karena Salinitas

100000

80000

60000

40000

Wilayah pertanian yang paling besar terkena dampak kenaikan 20000

muka air laut ialah yang ada di pulau Jawa, yaitu 55% dari total
luas yang tenggelam.
Perkiraan Kehilangan Produksi akibat
berkurangnya luas lahan dan peningkatan
salinitas (sumber: Foester et al, 2011)
8
Tujuan Utama Pembangunan Pertanian
1. Meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan
2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian
3. Meningkatkan penyediaan bahan baku bio-industri dan bioenergi
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
P

• Sektor Pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim


• Sektor pertanian merupakan salah satu sumber emisi gas
rumah kaca (GRK)
POSISI SEKTOR PERTANIAN INDONESIA
TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
Sejalan dengan hasil COP26 di Glasgow/COP27 di Sharm El-Sheik,
strategi pembangunan pertanian Indonesia:
• Menjamin Ketahanan dan Kedaulatan Pangan
• Adaptasi merupakan Prioritas
• Dengan beradaptasi diharapkan terjadi pula penurunan emisi
(mitigasi) GRK sebagai co-benefit dari adaptasi
Kegiatan Adaptasi yang Memberikan
Co-benefit berupa Mitigasi
Intervensi Adaptasi Mitigasi Catatan
Pengairan berselang padi Dengan ketersediaan air yang Emisi CH4 menurun Pengairan berselang tidak
sawah sama, areal tanam lebih luas selalu meningkatkan hasil padi

Pemupukan berimbang dan Hasil dan Pertumbuhan Penurunan emisi dari pupuk Perlu evaluasi ulang
efisien Tanaman lebih tinggi/baik rekomendasi pemupukan
Pertanian Multistrata Komponen tanaman tahunan CO2 Removal (Sequestration) Perlu penguatan diseminasi
masih tetap menghasilkan
pada musim masa kemarau
panjang

Perbaikan kualitas pakan Perbaikan pertumbuhan berat Penurunan emisi CH4 dari Perlu penanaman rumput dan
ternak badan dan populasi fermentasi enteric legume serta Bimtek secara
luas

Pengurangan kedalaman Subsidens lebih lambat Penurunan emisi CO2 Perlu diseminasi dan bantuan
drainase lahan gambut Penurunan risiko kebakaran sekat kanal untuk smallholders
PROYEKSI BUSINESS AS USUAL (BAU) DAN REDUKSI EMISI GRK
DARI SETIAP KATEGORI SEKTOR (NDC INDONESIA, 2021)

MTon = Metrik ton

IPPU = Industrial Processes and Product Use


MT CO2e = Metrik Tons of Carbon Dioxide equivalent
Pada prinsipnya, sektor pertanian hanya menyumbang sekitar 8% dari total emisi nasional. Nilai ini kecil sekali dibandingkan sektor
lainnya. Namun demikian, sektor pertanian melalu Kementerian Pertanian meiliki komitmen tinggi untuk tetap berkontribusi untuk
menurunkan emisi. Berdasarkan update NDC, target penurunan emisi sektor pertanian tahun 2030 adalah 9 juta ton pada kondisi
tanpa bantuan luar (CM1) (0,32% dari total emisi nasional)

12
PROYEKSI BAU DAN REDUKSI EMISI GRK DARI SETIAP KATEGORI SEKTOR

Proyeksi emisi pada kondisi


Business as Usual (BAU)
sector pertanian lebih rendah
dibandingkan dengan sektor
lainnya (2030)

13
CAPAIAN MITIGASI EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2021
60 SEKITAR 13,9 JUTA TON CO2 EKIVALEN
49.784
50
Penurunan emisi
Aksi/program
Juta ton CO2e

40
(Juta ton CO2e)
30
19.283 Biogas kotoran ternak 0,0074
20 14.868
8.300 UPPO dan pengelolaan bahan organic 0,0049
10 5.844 5.031 4.591
1.838 1.139 0.120 0.001
-
Desa organic 0,0005
Penanaman padi varietas rendah emisi 5,6237
Perbaikan kualitas pakan 0,0853
Pemupukan Berimbang 0,3802
Pengelolaan muka air tanah (MAT) lahan
7,8305
gambut
Total 13,9325
Status emisi sektor pertanian 2021, metana dari lahan sawah
berkontribusi paling tinggi terhadap emisi sektor pertanian, diikuti Capaian mitigasi emisi gas rumah kaca sektor pertanian tahun 2021
dengan emisi dari fermentasi enteric, dinitrooksida (N2O) langsung dari adalah 13,9 juta ton CO2 ekivalen. → sektor pertanian sudah
tanah dan dari kotoran ternak melebihi target NDC pertanian tahun 2021 yang lebih kecil dari 6
juta ton
14
TINDAK LANJUT PENCAPAIAN TARGET NDC TINGKAT NASIONAL
Dokumen Paris Agreement 2016 tentang • NDC Indonesia ditargetkan turun 29% (kemampuan
Komitmen Pelaksanaan Nationally Determined sendiri), 41% (bantuan Internasional) pada tahun 2030
Contribution (NDC) • Target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060

Hasil Konversi Kerangka Kerja Perubahan Iklim


PBB (UNFCCC) Tahun 2018 Pemerintah perlu menangani perubahan iklim

Perpres 98/2021

 Penyelenggaraan Mitigasi Perubahan Iklim Kewenangan Kementerian Pertanian (Mitigasi di Sektor


Pertanian-Pasal 7 Ayat (2d), meliputi subsektor persawahan, peternakan dan perkebunan (Pasal 7 Ayat
(3h, 3i dan 3j).
 Pelaksanaan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim kewenangan Kementerian Pertanian (Adaptasi Bidang
Pangan-Pasal 31 Ayat (2a).

Penyelenggaraan Mitigasi dan Pelaksanaan Aksi Mitigasi dilakukan melalui


Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon/NEK (Pasal 45)

15
Aksi/Program yang Telah Dilaporkan sebagai Kegiatan
Mitigasi Gas Rumah Kaca oleh Sektor Pertanian

Penurunan emisi
Aksi/Program
(Juta ton CO2e)
Biogas kotoran ternak 0,0074
UPPO dan pengelolaan bahan organic 0,0049
Desa organic 0,0005
P

Penanaman padi varietas rendah emisi 5,6237


Perbaikan kualitas pakan 0,0853
Pemupukan Berimbang 0,3802
Pengelolaan muka air tanah (MAT) lahan
7,8305
gambut
Total 13,9325
Tidak Banyak Peluang Peningkatan Ambisi Mitigasi dari Program yang Sudah Ada tersebut,
sehingga Tidak Cocok untuk NEK
RENCANA PROGRAM SEKTOR PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PERPRES 98 TAHUN 2021
TENTANG NILAI EKONOMI KARBON (NEK)

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Perpres 98/2021 terkait NEK, Kementerian Pertanian telah
mengidentifikasi 3 kegiatan yaitu:

i. Optimalisasi pada perkebunan kelapa sawit rakyat (ex: melalui program Kebun Sawit
Berkelanjutan/KSB). Target 10.000 ha perkebunan sawit rakyat dapat diintensifikasi per tahun
antara tahun 2022 sampai 2030, sehingga total lahan yang yang diintensifikasi adalah 90.000
ha.

ii. Rehabilitasi lahan terlantar melalui penanaman tanaman pohon-pohonan bercadangan


karbon tinggi seperti buah-buahan dan tanaman perkebunan. Target 0,9 juta ha lahan terlantar
dapat direhabilitasi secara bertahap antara tahun 2022-2030.

iii. Rehabilitasi padang gembala di NTB dan NTT dengan penanaman leguminose pohon-
pohonan. Target lahan padang gembala menjadi silvopastura. Target direhabilitasi 540.000
hektar antara tahun 2022-2030.

17
NILAI EKONOMI KARBON (NEK)/ CARBON PRICING
PERATURAN PRESIDEN R.I. NOMOR 98 TAHUN 2021 Tentang
Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi Yang Ditetapkan Secara Nasional
dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional

 Menggantikan Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang


Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca dan Perpres No. 71 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah
Kaca.
 Perpres tersebut mengatur pasar karbon dengan
harapan dapat menggerakkan lebih banyak
pembiayaan investasi hijau yang berdampak pada
pengurangan emisi.
 Di sisi lain, kehadiran mekanisme carbon
pricing/perdagangan karbon dinilai dapat
mendorong transisi energi dari fosil ke hijau,
intrumen pengendaliak kebakaran, pencegahan
deforestrasi dan lainnya.
 Kementerian Pertanian terlibat dalam bentuk aksi
Mitigasi dan Adaptasi yang perlu dirumuskan
melalui berbagai kebijakan.
18
PROGRESS TINDAK LANJUT KEMENTAN TERHADAP PERPRES 98 TAHUN 2021

1. Kementan sedang menyusun Grand Desain Pembangunan


Berketahanan Iklim dan Pembangunan Rendah Karbon di
Sektor Pertanian, yang berisi:
a. Menjabarkan konsep dan kebijakan Pembangunan Berketahanan
Iklim dan Pembangunan Rendah Karbon pada sektor pertanian;
b. Menyediakan bahan acuan dalam penyusunan program dan rencana
aksi penanganan dampak perubahan iklim di sektor pertanian;
c. Menghasilkan instrumen manajemen untuk melakukan koordinasi
dan sinkronisasi program dan rencana kegiatan pemerintah,
masyarakat dan pelaku bisnis dalam upaya penanganan dampak
perubahan iklim di sektor pertanian;
d. Mendorong diskursus nasional perihal konsep, arah, dan peta jalan
penanganan dampak perubahan iklim di sektor pertanian; dan
e. Membangkitkan energi politik pertanian untuk mewujudkan
konsensus nasional rencana penanganan dampak perubahan iklim di
sektor pertanian.
2. Menyusun Regulasi Pembangunan Berketahanan Iklim dan
Pembangunan Rendah Karbon di Kementerian Pertanian
melalui penetapan Permentan, Kepmentan dan/atau Regulasi
lainnya.
3. Mengakselerasi peran Tim Pokja Penanganan Dampak
Perubahan Iklim lingkup Kementerian Pertanian.
19
AKSI ADAPTASI DAN KEBUTUHAN DUKUNGAN FISKAL PEMBIAYAAN
UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Tanaman Pangan
Program Kegiatan Manfaat (Benefit) Nilai Tambah (Co-Benefit)
Area Penanganan • Pembuatan Sumur Bor • Meningkatkan ketersediaan air untuk
Dampak • Pembuatan lubang tanaman
Perubahan Iklim biopori • Memperpanjang periode tanam
• Meningkatkan luas tanam
• Meningkatkan Produksi

Penggunaan Agensia • Menekan serangan OPT


Pengendali Hayati • Menurunkan residu pestisida
• Meningkatkan populasi musuh alami
UPPO • Meningkatkan kesuburan tanah Meningkatkan kandungan C tanah
• Meningkatkan daya pegang air tanah
Budidaya padi organik • Meningkatkan kualitas produksi padi • Miningkatkan cadangan karbon
• Mengurangi ketergantungan pada pupuk tanah
buatan • Mengurangi emisi CO2 dari
penggunaan pupuk buatan
Hortikultura

Program Kegiatan Manfaat (Benefit) Nilai Tambah


(Co-Benefit)
Area • Teknologi hemat air (irigasi tetes/ kabut • Meningkatkan ketersediaan air • Carbon stock untuk 6
Penanganan (drip/ sprinkler/ mist irrigation) untuk tanaman jenis tan pohonan
Dampak • Pompanisasi ( pipa/paralon/ selang) • Memperpanjang musim tanam • GRK cabe merah
Perubahan • Teknologi panen air (embung, sumur • Meningkatkan luas tanam konventional vs
Iklim dangkal dan sumur dalam (bor), • Meningkaktan Produksi organic
penampungan air sementara (gorong- • Mengurangi risiko banjir • GRK bawang merah
gorong beton) • Mengurangi risiko kekeringan conventional vs
• Pengembangan biopori organik
• Pengendalian OPT Hortikultura
• Pengendalian OPT dan penerapan PHT • Berkurangnya serangan OPT
Prasarana dan Sarana Pertanian
Program Kegiatan Manfaat (Benefit) Nilai Tambah (Co-Benefit)

Pengelolaan Air Irigasi Embung Pertanian • Peningkatan ketersediaan air


Untuk Pertanian • Peningkatan efisiensi pemanfaatan
air
Irigasi perpompaan/
• Peningkatan luas tanam dan indeks
Perpipaan mengurangi
tanam
dampak perubahan
• Peningkatan produksi
Fasilitasi Pembiayaan Asuransi Pertanian • Melindungi petani secara finansial
Pertanian akibat gagal panen
• Menaikkan posisi petani dimata
lembaga pembiayaan untuk
mendapatkan kredit
• Menstabilkan pendapatan petani
Perkebunan

Program Kegiatan Manfaat (Benefit) Nilai Tambah (co-


Benefit)
Area Penanganan Operasional Brigade • Menekan kehilangan hasil Menekan emisi CO2
Dampak Perubahan Iklim Pengendalian Kebakaran akibat kebakaran lahan dan akibat kebakaran
dan Pencegahan Lahan dan Kebun kebun.
Kebakaran Lahan dan Demplot pembukaan lahan • Dapat memanfaatkan
Kebun perkebunan tanpa tanaman-tanaman hasil
membakar pembersihan menjadi kompos
Peternakan
Program Kegiatan Manfaat (Benefit) Nilai Tambah
(Co-Benefit)
Peningkatan Produksi Pengembangan Hijauan Meningkatkan reproduksi Menekan emisi dari
PakanTernak Pakan Ternak dan produksi ternak proses enterik ternak
Meningkatkan kesehatan
ternak

Pengembangan Pengembangan Terfasilitasi pengolahan Menekan emisi dari


Pengolahan dan Pengolahan Pangan dan biogas, kompos, pupuk kotoran ternak
Pemasaran Hasil Ternak Non Pangan cair, fasilitasi pengolahan
hasil ikutan ternak
Penelitian dan Pengembangan
Program Kegiatan Manfaat (Benefit) Nilai Tambah
(Co-Benefit)
Area Penanganan Pengembangan Meningkatkan kapasitas
Dampak Perubahan teknologi adaptasi, adaptasi petani/ penyuluh/
Iklim pelatihan dan dinas, dll
pendampingan
implementasi teknologi
adaptasi perubahan
iklim
PENUTUP
▪ Sektor Pertanian berperan penting dalam penyediaan pangan serta ketahanan
pangan pangan namun sangat rentan terhadap perubahan iklim, sehingga adaptasi
merupakan prioritas agar ketahanan pangan tidak terganggu.
▪ Penerapan teknologi rendah emisi GRK disinergikan dengan adaptasi agar tindakan
penurunan emisi yang diterapkan juga harus mampu memperkuat daya adaptasi.
▪ Upaya mencapai target NDC sektor pertanian memerlukan intervensi inovasi
teknologi dan dukungan aktif Pemerintah Daerah, Pihak Swasta, dan Pelaku
Pertanian lainnya
▪ Mengingat adaptasi merupakan prioritas pada sektor pertanian, maka diperlukan
dukungan pembiayaan dalam rangka memperkuat ketahanan iklim di Sektor
Pertanian
TERIMA KASIH
P

Anda mungkin juga menyukai