Anda di halaman 1dari 23

Badan Kebijakan Fiskal

Kementerian Keuangan

KEBIJAKAN PAJAK KARBON MENUJU


TRANSISI HIJAU UNTUK MENDUKUNG
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI
INDONESIA

Badan Kebijakan Fiskal


2021
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Pemerintah telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29%
dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030 dan
menuju Net Zero Emission di tahun 2060
2. Berbagai kebijakan fiskal untuk mendukung pencapaian target tersebut diantaranya
pemberian insentif perpajakan, alokasi belanja mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta
pembiayaan inovatif berbasis lingkungan
3. Kebijakan Carbon Pricing (Nilai Ekonomi Karbon – NEK) merupakan manifestasi dari polluters
pay principle yang bertujuan untuk memberikan sinyal perubahan perilaku (changing
behaviour) menuju investasi hijau, mendukung masyarakat kecil dan menjadi sumber
pembiayaan pembangunan berkelanjutan
4. Kebijakan Pajak Karbon menjadi salah satu pilar strategis dalam pelaksanaan kebijakan
Perubahan Iklim untuk mendukung pencapaian NDC dan NZE
5. Bauran Kebijakan Energy Transition Mechanism – Cap and Trade – Cap and Tax diharapkan
akan mendukung pencapaian target Net Zero Emission 2060 dengan tetap mengedepankan
prinsip just and affordable transition bagi masyarakat dan memberikan kepastian iklim
berusaha.

2
OUTLINE

PENDAHULUAN

CARBON PRICING

RENCANA PENERAPAN PAJAK KARBON DI INDONESIA

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 3


I. PENDAHULUAN

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 4


INDONESIA RENTAN TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

Indonesia merupakan negara Dari tahun 2010-2018, emisi GRK


kepulauan yang memiliki nasional mengalami tren kenaikan
>17.000 pulau dan rentan akan sekitar 4,3% per tahun.
risiko perubahan iklim seperti
kenaikan permukaan laut
Sumber Data: KLHK (2020), data diolah

Dari tahun 1981-2018, Indonesia Indonesia mengalami kenaikan


mengalami tren kenaikan suhu permukaan laut 0,8-1,2 cm/tahun,
sekitar 0.03 °C per tahun sementara sekitar 65% penduduk
tinggal di wilayah pesisir
Indonesia merupakan negara yang Sumber: BMKG (2020) Sumber: Bappenas (2021)
sangat rentan terhadap perubahan iklim

RISIKO DARI PERUBAHAN IKLIM

KELANGKAAN AIR PENURUNAN KUALITAS KESEHATAN


Meningkatnya tingkat banjir dan kekeringan yang parah akan Banjir dapat menyebabkan penyebaran penyakit yang ditularkan
Perubahan Iklim dapat Potensi kerugian ekonomi
memperparah kelangkaan air bersih. melalui vektor dan kematian akibat tenggelam. Kenaikan suhu meningkatkan risiko bencana Indonesia dapat mencapai
dapat menyebabkan kematian akibat serangan panas.
hidrometeorologi, yang saat ini
mencapai 0,66% s.d. 3,45%
KERUSAKAN EKOSISTEM LAHAN KELANGKAAN PANGAN
PDB pada tahun 2030
Secara ilmiah diprediksi bahwa kebakaran hutan yang parah akan
sangat terjadi. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya ekosistem,
keanekaragaman hayati, dan perubahan Biomasa.
Perubahan produksi bioma dan ekosistem dapat menyebabkan
kelangkaan pangan bagi semua makhluk.
80% dari total bencana
yang terjadi di Indonesia.
Sumber: Roadmap NDC Adaptasi, 2020
KERUSAKAN EKOSISTEM LAUTAN Sumber: NDC, 2016
Naiknya suhu permukaan laut menyebabkan punahnya
terumbu karang, rumput laut, mangrove, beberapa
keanekaragaman hayati dan ekosistem laut.
5

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 5


Trend Global Penguatan Agenda Iklim

Paris Agreement dalam COP 21 tahun 2016 sepakat untuk mengurangi laju emisi dari business as usual di tahun
2030, untuk menahan laju temperatur global di bawah 2⁰C dari sebelum Revolusi Industri

G20 telah mendorong komitmen negara-negara pada isu perubahan iklim, termasuk untuk phasing out
subsidi atas fossil fuels. G20 finance track juga membentuk Sustainable Finance Working Group (SFWG).

Pada COP-26 bulan November 2021, pendanaan iklim merupakan salah satu tema utama untuk
mewujudkan Net Zero Emissions secara global di tahun 2050

Uni Eropa mewacanakan kebijakan Border Carbon Arrangement (bagian dari EU Green Deal) atau
pengenaan pajak impor untuk barang yang menghasilkan emisi sesuai besaran emisi yang dihasilkan

Carbon pricing menjadi instrumen yang diandalkan dan dipromosikan dalam berbagai forum, dan
implementasinya di dunia terus bertambah.

Tren global ESG funds (dana-dana yang memperhatikan prinsip ESG dalam kegiatan investasinya) semakin
meningkat pesat sejak 2020.

Kementerian Keuangan 6
KOMITMEN PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
LINI MASA KEBIJAKAN AGENDA PERUBAHAN IKLIM RESPON KEBIJAKAN FISKAL RENCANA PENGUATAN
PERUBAHAN IKLIM NASIONAL NASIONAL DAN GLOBAL TERHADAP ISU PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN KE DEPAN
Ratifikasi UNFCCC ke UU
1994 Kerangka Fiskal Mitigasi
No.6/1994
Perubahan Iklim Penyiapan aturan
(Mitigation Fiscal Framework) pelaksana Pajak
Ratifikasi Kyoto Protokol ke
Karbon dan peta
2004 UU No.17/2004 Insentif Perpajakan untuk C jalan Pajak Karbon
pengembangan EBT dan
2011
Nationally SDGs 13: teknologi bersih O2
RAN-GRK dan RAN-API Determined Penanganan
dan
Contribution (NDC)Perubahan Iklim Penyusunan
2014 Kebijakan Pencabutan
Subsidi BBM Climate Change
Ratifikasi Paris Agreement ke
2016 Fiscal Framework
UU No.16/2016
(updating
Penguatan Belanja K/L Mitigation Fiscal
melalui Penerapan Climate Framework)
Penyampaian NDC ke
2016 Budget Tagging
UNFCCC
Integrasi Sistem
Perencanaan Mainstreaming Climate Perencanaan,
RPJMN 2020-2024 Pembangunan Rendah Budget Tagging dalam APBD Penganggaran, dan
2020 Karbon dalam RPJMN
Prioritas Nasional 6 MRV Perubahan
2020-2024 Iklim nasional
Penyampaian Updated NDC Penguatan Transfer Fiskal
2021 dan LTS-LCCR 2050 berbasis ekologi
Penyusunan SDGs
- Pengesahan UU HPP Government Securities
yang di dalamnya terdapat Indonesia’s Green Framework
Pajak Karbon Bond/Sukuk Framework
Indonesia’s Green
2021
- Pengesahan Perpres Nilai Bond/Sukuk Framework
Ekonomi Karbon Updated NDC LTS-LCCR 2050 7
PARIS AGREEMENT & NDC INDONESIA

Penyampaian Nationally Determined Estimasi Biaya Mitigasi Perubahan Iklim


Contribution (NDC) kepada UNFCCC
Referensi Ruang Lingkup Estimasi Biaya/Dampak
Melalui NDC, Indonesia berkomitmen
menurunkan emisi GRK dari level BaU Second Biennial Biaya mitigasi perubahan iklim Biaya mitigasi akumulatif
pada tahun 2030 sebesar: Update Report, untuk mencapai NDC mencapai Rp3.461 triliun
KLHK (2018) hingga tahun 2030
Roadmap NDC Biaya mitigasi perubahan iklim Biaya mitigasi akumulatif dari
29% melalui upaya nasional Mitigasi untuk mencapai NDC tahun 2020-2030 mencapai
Indonesia telah meratifikasi dan
Indonesia, KLHK (menggunakan pendekatan Rp3.779 triliun (Rp343,6 triliun
Paris Agreement ke dalam UU (2020) biaya aksi mitigasi) per tahun)
No. 16/2016 41% dengan dukungan internasional
Kebutuhan Pembiayaan Mitigasi Perubahan Iklim per Sektor
Target Penurunan Emisi Per Sektor (MTon CO2e)
Second Biennial Roadmap NDC
Sektor Update Report Mitigasi (Rp triliun)
TARGET (Rp triliun)
PENURUNAN
EMISI Kehutanan 77,82 93,28
INDONESIA
ENERGI & LIMBAH PERTANIAN IPPU Energi dan Transportasi 3.307,20 3.500,00
KEHUTANAN
TRANSPORTASI
IPPU 40,77 0,92
29% 497 314 11 9 3 Limbah 30,34 181,40
Pertanian 5,18 4,04

41% 692 446 40 4 3.25 Total 3.461,31 3.779,63


Sumber: Updated NDC (2021) Sumber: Second Biennial Update Report (2018) & Roadmap NDC Mitigasi (2020) 8
NET ZERO EMISSION (NZE)

Meskipun target NDC setiap negara tercapai di tahun 10 Solusi Kunci Mencapai
2030, dan kenaikan suhu global bisa dibatasi hingga NZE 2060
di bawah 2.0° C, tetap terdapat potensi kerugian
ekonomi hingga 0,2% - 2,0% dari PDB global per
tahun. Sehingga ambisi iklim perlu lebih
ditingkatkan.
(Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC, 2014)

Saat ini terdapat 48 Parties (dengan share


emisi global 54%) yang telah
menyampaikan komunikasi kepada
UNFCCC terkait NZE target.

Indonesia bersama 148 Parties lainnya Sumber: World


Resource Institute
(dengan share emisi global 46%) belum
menyampaikan dokumen tersebut
18,8% of global
33,3% of global emissions
emissions
Pemerintah Indonesia sedang
1,9% of global
menyusun dokumen Long Term emissions Sumber: World Resource Institute
Strategy on Low Carbon and Climate
Resilience 2050 (LTS-LCCR) dan strategi-
strategi sectoral untuk mendukung
46% of global emissions
komitmen Net-Zero Emission 2050.
9
STRATEGI PENDANAAN PERUBAHAN IKLIM NASIONAL

TANTANGAN KE DEPAN
Dukungan pendanaan untuk
Keterbatasan ruang fiskal. Penguatan
mencapai target agenda iklim
agenda reformasi fiskal dan konsolidasi
dapat berasal dari sektor publik,
fiskal akan menjadi kunci keberlanjutan
swasta dan internasional menuju
fiskal ke depan.
“a just and affordable transition”
Mobilisasi sumber pendanaan perubahan
iklim non-APBN secara optimal, baik
domestik maupun internasional.
SUMBER
PENDANAAN
Pemulihan ekonomi diiringi dengan upaya
transisi menuju ekonomi hijau yang adil
dan terjangkau.
DOMESTIK INTERNASIONAL
Memperkuat kelayakan proyek-proyek
APBN NON-APBN BILATERAL MULTILATERAL hijau nasional agar mampu dibiayai sektor
• Belanja Pemerintah • Badan Usaha Swasta • Pasar Modal • Pemerintah negara lain • Green Climate Fund
keuangan dan mendapat dukungan
Pusat • Perdagangan Karbon • BUMN • Swasta dari negara lain • Global Environment internasional.
• Belanja TKDD • APBD • Filantropi Facility
• Pajak Karbon • Lembaga Jasa Keuangan • Adaptation Fund
• Pembiayaan (Green (Perbankan dan IKNB) • MDBs/IFIs Mekanisme pasar saat ini belum mampu
Sukuk, SDGs Bond) merefleksikan perbedaan harga dari sektor
Green dan non-Green. Saat ini masih
sebatas Financing Green, perlu penguatan
untuk Greening the Finance demi
mendukung agenda pembangunan
berkelanjutan. 10
III. CARBON PRICING

11

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 11


Pengembangan Kebijakan Carbon Pricing

• Dikenal juga sebagai Nilai Ekonomi Karbon/NEK dan didefinisikan sebagai Pemberian harga (valuasi)
atas emisi/kandungan/potensi emisi GRK
• Bentuk intervensi kebijakan untuk “market failure” dengan memanfaatkan kekuatan pasar
• Opsi kebijakan yang penting karena:
• Mendorong internalisasi biaya eksternalitas negatif
• Menerapkan “polluters-pay-principle”
• Peluang penerimaan negara dan mengatasi celah pembiayaan
• Mendorong pertumbuhan berkelanjutan

01. 02.
Instrumen perdagangan Instrumen Non perdagangan

a. Perdagangan Ijin Emisi (Emission Trading System/ ETS): entitas yang a. Pajak/ Pungutan atas Karbon (carbon tax) dikenakan atas
mengemisi lebih banyak membeli ijin emisi dari yang mengemisi lebih kandungan/potensi karbon atau aktivitas mengemisi karbon
sedikit
b. Offset Emisi (Crediting Mechanism): entitas yang melakukan aktifitas b. Result Based Payment (RBP): pembayaran diberikan atas hasil
penurunan emisi dapt menjual kredit karbon nya kepada entitas yang penurunan emisi
memerlukan kredit karbon

Kementerian Keuangan 12
Referensi Penerapan NEK di Dunia

Sumber:
State and Trends of
Carbon Pricing 2020,
World Bank

Status Indonesia Semakin Kuat


dengan Ditetapkannya
RPerpres NEK dan
Dimasukkannya Pajak Karbon
dalam UU HPP

Kementerian Keuangan 13
BENCHMARKING PAJAK KARBON INTERNASIONAL

Negara/ Tahun Harga


Sektor Sektor yang dikecualikan Objek Pajak Subjek Pajak Pemungut Pajak
implementasi (USD$/tCO2e)

Jepang Sektor industri, pembangkit, transportasi, Produsen bahan bakar fosil Pembangkit,
3 Semua sektor Semua bahan bakar fosil
(2012) pertanian, dan kehutanan. (Hulu) Produsen BBM
Penggunaan bahan bakar tertentu, seperti Operator pada tingkat
Singapura Sektor industri dan Perusahaan Energi
3.66 pembakaran dari biomasa dan penggunaan Semua bahan bakar fosil fasilitas (Hilir)
(2019) pembangkit dan SPBU
perlengkapan lemari es/AC non-manufaktur.
Konsumsi gas alam yang tidak termasuk di sektor Bahan bakar fosil cair dan
Kolombia Penjual dan importir bahan Pembangkit dan
4.45 Semua sektor petrokimia dan kilang minyak, dan konsumen yang gas yang digunakan untuk
(2017) bakar fosil (Hulu) Importir
tersertifikasi karbon netrall pembakaran
Semua sektor Emisi GRK
Spanyol Emisi GRK dari gas HFCs, Perusahaan Energi
17.48 dari gas HFCs, PFCs, and Ekspor dan penggunaan gas F Konsumen (Hilir)
(2014) PFCs, and SF6 dan SPBU
SF6
• Operator yang sudah terkover EU ETS
Perancis
Sektor industri, bangunan, • Proses industry tertentu (penggunaan non- Semua bahan bakar fosil Distributor dan importir Pembangkit dan
(2014) 49
dan transportasi. combustion), produksi energi, pengangkutan, bahan bakar fosil (Hulu) Importir
penerbangan, transportasi publik
Sektor pembangkit dan
Chile 5 industry pada instalasi Semua bahan bakar fosil Perusahaan Energi
- Konsumen (hilir)
(2017) yang mengeluarkan emisi dan SPBU
diatas 25,000 tCO2

Obyek pajak karbon dikenakan pada: Subjek pajak karbon dikenakan pada:
1. bahan bakar fosil yang mengandung karbon cukup tinggi, antara lain: batubara, solar, dan bensin 1. Sisi hulu (produsen, distributor, importir)
2. emisi yang dikeluarkan oleh aktivitas transportasi dan pabrik (pulp and paper, semen, pembangkit listrik 2. Sisi Hilir (konsumen)
batubara, dll.) Tarif yang dapat dipertimbangkan: US$ 3 – US$ 5 14

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 14


PAJAK TERKAIT EMISI KARBON SAAT INI

Peraturan Objek Pokok Pengaturan Keterangan


PPnBM Kendaraan PP 73/2019 Kendaraaan • Semakin tinggi emisi CO2 semakin tinggi tarif PPnBM Semakin rendah kadar emisi CO2 dari
Bermotor bermotor • Tarif 0%-95% suatu kendaraan bermotor, seperti mobil
• Pengenaan 1 kali di pabrikan atau pada saat import listrik, maka PPnBM yang dikenakan juga
semakin rendah
Pajak Kendaraan • UU no 28/2009 ttg Pajak kepemilikan • Perhitungan: Tarif x Nilai Jual KB x bobot yang mencerminkan
Bermotor Daerah dan Retribusi Daerah dan/atau secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran
• Pengaturan tarif dengan penguasaan lingkungan akibat penggunaan KB.
Perda Kendaraan • Tarif kendaraan pribadi:
Bermotor. • Pertama 1%-2%
• Kedua dst: 2%-10%
• Dikenakan per tahun
Bea Balik Nama • UU no 28/2009 ttg Pajak penyerahan • Perhitungan: Tarif xNilai Jual KB
Kendaraan Daerah dan Retribusi Daerah kepemilikan • Tarif :
Bermotor (BBNKB) • Pengaturan tarif dengan Kendaraan • Penyerahan pertama: maksimal 20%
Perda Bermotor • Penyerahan kedua dst: maksimal 1%
• Dikenakan bila ada penyerahan
• KB Listrik : pengurangan tariff sebesar 90% secara nasional dan
tarif 0% di Prov DKI Jakarta dan Prov Bali.
Pajak Bahan Bakar • UU no 28/2009 ttg Pajak Bahan Bakar • Penghitungan = tarif x Nilai Jual Bahan Bakar KB sebelum
Daerah dan Retribusi Daerah Kendaraan dikenakan PPN
• Pengaturan tarif dengan Bermotor • Tarif maksimal 10%
Perda

 Saat ini, sudah ada beberapa instrumen pungutan yang memiliki esensi terkait dengan pengurangan emisi, seperti PPnBM,
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan Pajak Bahan Bakar.
 Pemajakan atas emisi karbon dalam berbagai bentuknya memerlukan penyelarasan dan pengharmonisasian sehingga
dapat diterapkan dengan efektif dan efisien. 15

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 15


TANTANGAN PENERAPAN CARBON PRICING/NEK

Timing dan Momentum Penentuan Disain dan Pelaksanaan carbon • Regulasi yang kuat dan adil,
yang tepat dalam Mekanisme perdagangan pricing yang disertai • Sistem MRV yang akuntabel,
menerapkan carbon pricing karbon dan pengenaan kebijakan pendamping*
pajak karbon yang sinergis • Penetapan tarif pajak karbon
akan sangat krusial demi untuk meminimalisasi
dan kompatibel dengan dampak dan dan penetapan cap
meminimalisasi distorsi
struktur ekonomi Indonesia perdagangan karbon yang
ekonomi pasca pandemi mengoptimalkan manfaat
demi mewujudkan a just efektif dan sehat,
COVID-19. ekonomi maupun
and affordable transition lingkungan

*) Contoh kebijakan pendamping:


1. Pemberian bantuan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam bentuk bantuan sosial.
2. Memberikan insentif bagi pengembangan sumber energi baru terbarukan.
3. Insentif bagi kendaraan listrik.
4. Memberikan opsi pembiayaan inovatif dalam mendukung pencapaian target pengendalian perubahan iklim.
16

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 16


IV. RENCANA PENERAPAN PAJAK KARBON
DI INDONESIA

17

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 17


PAJAK KARBON DALAM UU HPP

• Pajak karbon dikenakan atas emisi karbon yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup.
• Pengenaan pajak karbon dilakukan dengan memperhatikan peta jalan pasar karbon dan peta jalan pajak
karbon yang memuat strategi penurunan emisi karbon, sasaran sektor prioritas, keselarasan dengan
pembangunan energi baru dan terbarukan serta keselarasan antar berbagai kebijakan lainnya.
• Penerapan pajak karbon akan mengedepankan prinsip keadilan (just) dan keterjangkauan (affordable)
dengan memperhatikan iklim berusaha, dan masyarakat kecil.
• Tarif pajak karbon ditetapkan lebih tinggi atau sama dengan harga karbon di pasar karbon dengan tarif
paling rendah Rp30,00 per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e).
• Penerimaan dari pajak karbon dapat dialokasikan untuk pengendalian perubahan iklim.
• Wajib Pajak yang berpartisipasi dalam perdagangan emisi karbon, pengimbangan emisi karbon dapat
diberikan pengurangan pajak karbon
• Pajak karbon mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022, yang pertama kali dikenakan terhadap badan yang
bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga uap dengan skema cap and tax yang searah dengan
implementasi pasar karbon yang sudah mulai berjalan di sektor PLTU batubara.

18
PETA JALAN PAJAK KARBON DAN SKEMA IMPLEMENTASI
PAJAK KARBON – PERDAGANGAN KARBON

Peta Jalan Pajak Karbon Skema Pajak Karbon – Perdagangan Karbon


2021:
• Pembahasan dan penetapan RUU HPP dengan salah satu klausul nya Cap and Trade Cap and tax
adalah pajak karbon
• Finalisasi RPerpres Nilai Ekonomi Karbon SIE/
Pajak karbon
• Pengembangan mekanisme teknis Pajak Karbon dan Bursa Karbon SPE SIE/
• Piloting perdagangan karbon di sektor pembangkit oleh Kementerian SPE
Defisit
ESDM dengan harga rata-rata Rp30.000/tCO2e SIE/
Cap emisi SIE/ SPE
2022: SPE

• Penetapan cap u/ sektor pembangkit listrik batubara oleh Kementerian Surplus


ESDM emisi

• Per 1 April 2022, penerapan pajak karbon (cap & tax) secara terbatas Trading Trading
pada PLTU Batubara dengan tarif Rp30.000/tCO2e SIE/SPE SIE/SPE
2025: A B A C
• Implementasi perdagangan karbon secara penuh melalui bursa karbon
• Perluasan sektor pemajakan pajak karbon dengan pentahapan sesuai Entitas yang mengemisi lebih dari Dalam hal entitas tersebut tidak
dengan kesiapan sektor cap diharuskan membeli ijin emisi dapat membeli ijin emisi (SIE) atau
• Penetapan aturan pelaksana tata laksana pajak karbon (cap & tax) (SIE) dari entitas yang mengemisi di sertifikat penurunan emisi (SPE)
untuk sektor lainnya bawah cap atau membeli sertifikat atas emisi di atas cap seluruhnya
penurunan emisi (SPE/offset maka sisa emisi akan dikenakan
karbon) pajak karbon
19
19

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 19


PILOTING PASAR KARBON (CAP & TRADE) DI PLTU BATUBARA
Latar Belakang: Untuk mempersiapkan ETS (Emission Trading System)/perdagangan emisi
Voluntary Mandatory
karbon wajib pada 2024, mulai tahun 2021 Ditjen Ketenagalistrikan melakukan ujicoba ETS 2021-2024 2025
dengan skema sukarela. Ujicoba ETS akan disesuaikan dengan rancangan Perpres tentang
penerapan Carbon Pricing untuk mencapai target NDC dan pengendalian emisi karbon dalam
Pembangunan Nasional.
Tujuan Uji Coba Pasar Karbon Sektor Energi : Batas atas emisi yang
1. Meningkatkan upaya pengurangan emisi GRK dan mendukung pencapaian target diperbolehkan (Cap)
NDC melalui peningkatan efisiensi, co-firing bahan bakar ramah lingkungan dan

PEMBANGKIT B
PEMBANGKIT A
Defisit emisi
melakukan offset pengembangan EBT; Harus beli
Surplus emisi emisi/offset dari
2. Mengujicobakan penerapan nilai batas atas emisi (cap) bagi unit pembangkit (bisa jual emisi) proyek EE atau EBT

EMISI
EMISI
berbahan bakar batubara;
3. Meningkatkan kualitas pelaporan emisi GRK;
4. Familiarisasi pemangku kepentingan dengan konsep instrumen Nilai Ekonomi Cap : batas atas emisi GRK yang ditetapkan oleh Pemerintah
Karbon, khususnya cap and trade dan offset. Trade : perdagangan selisih tingkat emisi GRK terhadap nilai cap
Offset: Penggunaan kredit karbon dari kegiatan aksi mitigasi dari
Peserta: Terdapat 84 unit pembangkit listrik yang menjadi calon peserta uji coba pasar luar lingkup ETS untuk mengurangi emisi GRK termasuk
karbon dengan total kapasitas 27,5 GW yang mengeluarkan 165,3 juta tCO2 (89,9% dari total dari EBT (energi baru terbarukan) yg telah tersertifikasi.
emisi GRK Pembangkit listrik).
Hasil ujicoba: Piloting Cap & Trade dilakukan pada periode Maret – September 2021
dengan konfirmasi kepesertaan 32 unit PLTU. Dari uji coba pasar karbon tersebut terdapat:
1. Transaksi transfer karbon sebanyak 42.455,42 ton CO2 dalam skema trading dengan
harga karbon rata-rata USD2 per ton CO2
2. Kredit karbon dari sertifikat internasional sebanyak 4.500 ton CO2 dengan rata-rata
harga karbon VCS EUR 3 per ton CO2 dan kredit karbon dari penurunan emisi Nilai cap berdasarkan nilai intensitas emisi GRK rata-rata tertimbang pada
sebanyak 21.131,8 ton CO2 dengan harga karbon rata-rata Rp 4.000 per ton CO2 tahun 2019 pada 3 (tiga) kelompok PLTU peserta ujicoba perdagangan
karbon, mempertimbangkan kelebihan alokasi kuota emisi. 20

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 20


PEMANFAATAN PENDAPATAN NEGARA DARI PAJAK KARBON

Pengenaan pajak karbon memiliki berbagai


kemanfaatan:

Pengurangan emisi gas rumah kaca dari


sumber emisi

 menambah dana
pembangunan,
 Adaptasi dan mitigasi
Penerimaan
perubahan iklim
Pajak Karbon
 investasi ramah lingkungan,
dapat digunakan
serta
untuk:
 dukungan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah dalam
bentuk bantuan sosial 21

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 21


PENUTUP
Risiko Perubahan Iklim dan Tren Global Pemanfaatan penerimaan Pajak Karbon
• Indonesia rentan terhadap risiko perubahan iklim Transisi hijau membutuhkan investasi yang sangat besar.
yang dapat menghambat pembangunan ekonomi Penerimaan dari carbon pricing dan carbon tax dapat
• Perhatian dan komitmen global terhadap isu dimanfaatkan untuk:
perubahan iklim semakin tinggi. • Menambah dana pembangunan.
• Tren penerapan kebijakan carbon pricing, • Investasi ramah lingkungan.
termasuk carbon tax, di negara-negara terus • Dukungan kepada masyarakat berpenghasilan rendah
meningkat. dalam bentuk bantuan sosial.

UU HPP membutuhkan pengaturan teknis Momentum penerapan Pajak Karbon


• Meskipun sudah diundangkan, pelaksanaan Pajak • Akan mempertimbangkan waktu yang tepat,
Karbon masih akan memerlukan pengaturan lebih terutama dengan memperhatikan proses pemulihan
lanjut melalui peraturan turunan dan berbagai ekonomi.
kebijakan pendamping untuk mengoptimalkan • Terus dilakukan kajian mendalam untuk menyiapkan
manfaat/ efektivitasnya. kebijakan yang lebih komprehensif dan efektif dengan
melibatkan stakeholders.
22

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 22


Akhir Paparan

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai