Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL KEGIATAN PELATIHAN PERDAGANGAN KARBON DI

INDONESIA

A. Pendahuluan

Emisi karbon adalah salah satu zat berupa gas yang dihasilkan oleh proses
pembakaran senyawa – senyawa yang mengandung didalamnya zat karbon. Emisi karbon
akan menimbulkan dampak negatif apabila tidak dikendalikan dengan baik dan
menyebabkan terjadinya pemanasan global di bumi. Indonesia merupakan salah satu
negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, yang mana Indonesia sendiri
berada di urutan 8 dari 10 negara. Berdasarkan data dari World Research Institute (WRI),
Indonesia tercatat menyumbang emisi gas rumah kaca sebanyak 965,3 MtCO2e yang
setara dengan 2% emisi di dunia. Berikut Grafik 10 Negara Penyumbang Emisi Gas
Rumah Kaca Terbesar (2020):

Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar (2020)

Sumber: World Resource Institute (WRI) Indonesia, 2020

Sumber emisi terbesar di Indonesia ini mayoritas berasal dari sektor energi,
misalnya pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu, adanya deforestasi dan kebakaran
hutan gambut juga menjadi penyumbang emisi yang cukup besar di Indonesia. Dengan
tingginya emisi tersebut, pemerintah Indonesia telah membuat komitmen untuk
pengurangan emisi sebesar 29-41% di tahun 2030, dengan kata lain pengurangan emisi ini
dilaksanakan sebagai upaya untuk bisnis berkelanjutan. Komitmen pengurangan emisi
tentunya membutuhkan adanya sumber pendanaan untuk dapat mewujudkannya karena
komitmen tersebut memiliki konsekuensi pembiayaan yang tidak sedikit. Maka dari itu,
diperlukan adanya kebijakan untuk memastikan kebutuhan pendanaan dapat terpenuhi.
Guna mencapai target kontribusi yang ditetapkan secara nasional dan pengendalian
emisi gas rumah kaca dalam pembangunan nasional, Presiden Republik Indonesia
menetapkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai
Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional
atau Nationally Determined Contribution (“NDC”) dan Pengendalian Emisi Gas Rumah
Kaca (“GRK”) dalam Pembangunan Nasional (“Perpres 98/2021”). Carbon pricing atau
Nilai Ekonomi Karbon (“NEK”) merupakan salah satu bagian dari kebijakan
komprehensif untuk mitigasi perubahan iklim. Carbon Pricing ini menjadi instrumen yang
diandalkan dan dipromosikan dalam berbagai forum, dan implementasinya di dunia terus
bertambah. Instrumen carbon pricing terbagi menjadi 2 instrumen yaitu instrumen
perdagangan dan instrumen non perdagangan.
Instrumen perdagangan terdiri dari 2 kebijakan yakni:
a. Perdagangan Emisi (Emission Trading System/”ETS”): entitas yang
mengemisi lebih banyak membeli izin emisi dari yang mengemisi lebih sedikit.
b. Offset Emisi GRK (Crediting Mechanism): entitas yang melakukan aktivitas
penurunan emisi dapat menjual kredit karbonnya kepada entitas yang memerlukan kredit
karbon.

Sumber: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (2021)

Instrumen non perdagangan terdiri menjadi 2, yakni:


a. Pajak atau pungutan atas karbon (carbon tax) dikenakan atas kandungan
karbon atau aktivitas mengemisi karbon.
b. Result Based Payment (RBP): pembayaran diberikan atas hasil penurunan
emisi.
Pajak karbon merupakan sebuah implementasi dari konsep Pigouvian Tax atau
pajak atas aktivitas perekonomian yang menimbulkan eksternalitas negatif (Pigou, 1933).
Eksternalitas negatif adalah kerusakan ekonomi dan sosial yang disebabkan oleh pelaku
ekonomi, pihak ketiga perorangan dan/atau badan hukum (Saputra, 2021). Berdasarkan
IBFD International Tax Glossary, pajak karbon didefinisikan sebagai pajak yang
dikenakan pada bahan bakar fosil dan ditujukan untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca
yang disertai dengan penurunan polusi udara dan juga pencegahan perubahan iklim
(Maghfirani et al, 2022).

Dalam rangka mencapai target NDC, Pemerintah Indonesia menerbitkan Perpres


98/2021. Perpres 98/2021 mengatur mengenai aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,
salah satunya melalui penyelenggaraan NEK. Ada empat mekanisme penyelenggaraan
NEK:
(i) perdagangan karbon,
(ii) pembayaran berbasis kinerja,
(iii) pungutan atas karbon, dan/atau
(iv) mekanisme lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ditetapkan oleh KLHK.
Perpres 98/2021 mendefinisikan perdagangan karbon sebagai mekanisme berbasis
pasar untuk mengurangi emisi GRK melalui kegiatan jual beli unit karbon. Perdagangan
karbon dapat dilakukan dalam negeri dan luar negeri. Perpres 98/2021 secara tegas
menyatakan bahwa penyelenggaraan perdagangan karbon melalui mekanisme
perdagangan luar negeri tidak mengurangi pencapaian target NDC pada tahun 2030.
Perdagangan karbon baik dalam negeri maupun luar negeri dilakukan melalui
mekanisme:
a. Perdagangan Emisi, yaitu mekanisme transaksi antara pelaku usaha yang
memiliki emisi melebihi batas atas emisi yang ditetapkan melalui persetujuan teknis oleh
menteri terkait.
b. Offset Emisi GRK, yaitu pengurangan emisi GRK yang dilakukan oleh usaha
dan/atau kegiatan untuk mengkompensasi emisi yang dibuat di tempat lain.
Perpres 98/2021 mengatur terkait hak atas karbon, yaitu penguasaan karbon oleh
negara. Walaupun Perpres 98/2021 tidak mengatur lebih lanjut terkait implementasi hak
atas karbon, Perpres 98/2021 mengatur peran Pemerintah Indonesia yang cukup besar
dalam pelaksanaan kegiatan perdagangan karbon.
1. Pencatatan dan Pelaporan dalam Sistem Registrasi Nasional Pengendalian
Perubahan Iklim (“SRN PPI”)
Perpres 98/2021 mewajibkan setiap pelaku usaha untuk mencatatkan dan
melaporkan pelaksanaan penyelenggaraan NEK pada SRN PPI. Apabila pelaku usaha
tidak melaksanakan kewajiban pencatatan dan pelaporan tersebut, (i) KLHK tidak akan
menerbitkan Sertifikat Pengurangan Emisi GRK dan/atau tidak memberikan otorisasi
sehingga pelaku usaha tidak dapat melakukan penyelenggaraan NEK dan (ii) pelaku usaha
akan dikenakan sanksi administratif.

2. Perpres 98/2021 mengindikasikan bahwa skema sertifikasi yang dapat digunakan


untuk perdagangan karbon di Indonesia hanyalah Sertifikat Pengurangan Emisi
GRK
Sertifikat Pengurangan Emisi GRK adalah surat bentuk bukti pengurangan emisi oleh
usaha dan/atau kegiatan yang telah melalui monitoring, reporting and verification, serta
tercatat dalam SRN PPI dalam bentuk nomor dan/atau kode registri. Sertifikat Pengurangan
Emisi GRK dapat menjadi alat untuk melakukan perdagangan karbon. Berdasarkan Pasal
73(8) Perpres 98/2021, sertifikat yang dihasilkan dari mekanisme sertifikasi selain Sertifikat
Pengurangan Emisi GRK hanya dapat digunakan untuk perdagangan karbon dalam negeri
jika berasal dari hasil aksi mitigasi sebelum tahun 2021. Artinya, seluruh hasil aksi mitigasi
setelah tahun 2021 kemungkinan hanya dapat menggunakan Sertifikat Pengurangan Emisi
GRK. Sebelum Perpres 98/2021 terbit, mekanisme sertifikasi yang umumnya digunakan,
diantaranya seperti Verified Carbon Standard (VCS) dan Gold Standard, biasanya digunakan
untuk perdagangan karbon luar negeri. Dengan terbitnya Perpres 98/2021, menjadi
pertanyaan apakah mekanisme sertifikasi eksisting seperti VCS dan Gold Standard masih
dapat digunakan mengingat mekanisme sertifikasi tersebut berbeda dengan Sertifikat
Pengurangan Emisi GRK yang diwajibkan oleh Perpres 98/2021.

3. Otorisasi dari KLHK untuk melakukan perdagangan karbon


Pemegang Sertifikat Pengurangan Emisi GRK dapat menggunakan sertifikat untuk
mengikuti perdagangan karbon dengan otorisasi dari KLHK. Pasal 73 (3) Perpres 98/2021
mengatur lebih lanjut bahwa Sertifikat Pengurangan Emisi GRK dilarang untuk digunakan
pada kontrak dengan pihak lain yang memuat pengalihan hak atas nilai sertifikasi
pengurangan Emisi GRK dalam perdagangan internasional tanpa otorisasi dari KLHK.

4. Ketentuan untuk Perdagangan Karbon Internasional


Walaupun belum diatur dalam Perpres 98/2021, Pemerintah memiliki rencana
untuk menetapkan penyediaan cadangan emisi (buffer) untuk perdagangan karbon dalam
negeri dan luar negeri. Terdapat juga diskusi bahwa Pemerintah memiliki rencana untuk
mengatur bahwa kegiatan perdagangan karbon internasional hanya dapat dilakukan setelah
target NDC tercapai.

Perdagangan karbon yang telah dilakukan sebelum terbitnya Perpres 98/2021 juga
harus tunduk pada Perpres 98/2021 dengan mencatatkan dan melaporkan pelaksanaan aksi
mitigasi perubahan iklim dan unit karbon yang dimiliki melalui SRN PPI paling lambat 1
tahun sejak Perpres 98/2021 terbit. Unit karbon yang dicatatkan dan dilaporkan tersebut
hanya dapat dijual untuk perdagangan karbon dalam negeri. Apabila pelaku usaha tersebut
tidak melakukan pencatatan dan pelaporan, pelaku usaha tidak dapat menjual sisa unit
karbon yang dimiliki. Kewajiban tersebut menimbulkan pertanyaan lebih lanjut apakah
unit karbon eksisting yang disertifikasi menggunakan mekanisme sertifikasi seperti VCS
atau Gold Standard masih dapat diperdagangkan di luar negeri atau hanya bisa
diperdagangkan dalam negeri setelah dicatatkan dalam SRN PPI. Untuk pelaku usaha
yang telah melaksanakan perdagangan karbon sebelum Perpres 98/2021 terbit, wajib
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Perpres 98/2021 paling lambat tahun 2023.
Apabila pelaku usaha tersebut melakukan transaksi baru setelah Perpres 98/2021 tetapi
belum melakukan penyesuaian, pelaku usaha akan dikenakan kewajiban tambahan berupa
pembayaran pembagian manfaat atas nilai karbon yang ditransaksikan.

B. MAKSUD dan TUJUAN

2.1 MAKSUD KEGIATAN


Kegiatan pelatihan perdagangan karbon, akuntansi karbon, perpajakan karbon, dan
audit karbon bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
kepada peserta agar dapat mengelola dan mengukur emisi karbon dan dampaknya terhadap
lingkungan serta mengetahui bagaimana memperhitungkan dan mengurangi emisi karbon
dalam operasi bisnis mereka.

2.2TUJUAN KEGIATAN
Beberapa tujuan dari kegiatan pelatihan ini antara lain:
1. Memperkenalkan konsep perdagangan karbon dan bagaimana menghitung emisi
karbon.
2. Memahami pentingnya pengukuran, pelaporan, dan verifikasi (MRV) emisi karbon.
3. Mengetahui bagaimana menghitung dan melaporkan nilai pajak karbon.
4. Memahami proses audit karbon dan bagaimana mengidentifikasi dan mengurangi
emisi karbon dalam operasi bisnis.
5. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi
emisi karbon dalam kegiatan bisnis.

Dengan adanya kegiatan pelatihan ini, diharapkan peserta akan dapat


meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mengelola emisi karbon, serta dapat
memperbaiki reputasi perusahaan dalam hal lingkungan dan berkontribusi pada upaya
global untuk mengurangi emisi karbon.

C. NAMA dan TEMA KEGIATAN


3.1 NAMA KEGIATAN
Carbon Finance Workshop: thorough analysis of trade, accounting, taxes and
carbon audits in Indonesia
3.2 TEMA KEGIATAN
Membahas peran akuntansi karbon dan audit karbon dalam meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keberlanjutan perusahaan, serta
memberikan pemahaman tentang cara mengembangkan sistem akuntansi dan audit karbon
yang efektif dan terpercaya. Kegiatan ini akan melibatkan praktisi, auditor, dan akademisi
dalam diskusi dan pertukaran informasi tentang praktik terbaik dan tantangan dalam
akuntansi dan audit karbon.
D. TUJUAN KEGIATAN

Pelatihan perdagangan karbon biasanya diadakan untuk mencapai beberapa tujuan,


di antaranya:

1. Meningkatkan pemahaman tentang konsep perdagangan karbon: Pelatihan bertujuan


untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perdagangan karbon, termasuk
definisi, konsep, dan manfaatnya.
2. Memperkuat keterampilan perdagangan karbon: Pelatihan memberikan keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengelola proyek yang terkait
dengan perdagangan karbon.
3. Memahami kebijakan dan regulasi perdagangan karbon: Pelatihan membantu para peserta
memahami kebijakan dan regulasi yang terkait dengan perdagangan karbon, termasuk
sistem perdagangan emisi dan peraturan lingkungan.
4. Mengembangkan kemampuan dalam pelaporan karbon: Pelatihan membantu peserta
mengembangkan kemampuan untuk melaporkan emisi karbon yang dihasilkan oleh
organisasi atau proyek, yang merupakan elemen penting dalam kegiatan perdagangan
karbon.
5. Meningkatkan efisiensi operasional: Pelatihan dapat membantu organisasi
mengidentifikasi dan menerapkan strategi untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan
efisiensi operasional, dan mengurangi biaya energi.
6. Mendorong inovasi dan pengembangan teknologi: Pelatihan dapat mendorong
pengembangan inovasi dan teknologi baru yang dapat membantu organisasi mengurangi
emisi karbon mereka, sambil meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.
7. Pelatihan Perpajakan Karbon: Tujuan utama pelatihan perpajakan karbon adalah untuk
memberikan pemahaman tentang peraturan perpajakan karbon dan memberikan
pengetahuan tentang bagaimana menghitung, melaporkan, dan membayar pajak karbon
yang dikenakan pada kegiatan emisi karbon. Pelatihan ini juga bertujuan untuk membantu
organisasi dan individu memahami manfaat dari mengurangi emisi karbon dan
memperoleh insentif fiskal yang tersedia.
8. Pelatihan Akuntansi Karbon: Tujuan utama pelatihan akuntansi karbon adalah untuk
memberikan pemahaman tentang bagaimana mengukur, melaporkan, dan memverifikasi
emisi karbon dan pengurangan emisi karbon yang dihasilkan oleh organisasi atau proyek.
Pelatihan ini juga bertujuan untuk membantu organisasi memahami pentingnya akuntansi
karbon dalam mengelola risiko lingkungan dan sosial dan meningkatkan kinerja
lingkungan dan sosial mereka.
9. Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip audit karbon: Pelatihan ini bertujuan
untuk memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip audit karbon, termasuk penilaian
risiko, perencanaan, pengujian, dan laporan.
10. Menyediakan teknik audit karbon: Pelatihan ini menyediakan teknik dan metode audit
karbon yang dapat digunakan untuk mengukur emisi karbon, termasuk pengujian dan
pengukuran emisi langsung dan tidak langsung, serta pengurangan emisi karbon.
11. Mengembangkan keterampilan dalam verifikasi emisi karbon: Pelatihan ini bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan dalam verifikasi pengurangan emisi karbon yang
dilaporkan oleh organisasi.
12. Meningkatkan pemahaman tentang standar audit karbon: Pelatihan ini membantu peserta
memahami standar audit karbon yang berlaku, seperti ISO 14064, Verified Carbon
Standard (VCS), dan Climate, Community and Biodiversity Standards (CCB).
13. Memberikan pemahaman tentang manfaat dan risiko audit karbon: Pelatihan ini
membantu peserta memahami manfaat dan risiko dari audit karbon, termasuk manfaat
dalam hal kepatuhan peraturan, penghematan biaya, dan peningkatan citra organisasi.

Dengan diselengarakannya pelatihan ini kami harapkan para profesional dan


organisasi dapat memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk mengukur,
melaporkan, dan memverifikasi emisi karbon mereka secara efektif, sehingga dapat
membantu mereka meningkatkan kinerja lingkungan dan memenuhi persyaratan peraturan
dan standar yang berkaitan dengan karbon.

E. SASARAN PESERTA

5. Pemerintah dan regulator: Para pejabat pemerintah dan regulator yang terlibat dalam
pengembangan dan implementasi kebijakan dan peraturan perdagangan karbon dapat
mengikuti pelatihan ini untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pasar
karbon dan bagaimana mengelola perdagangan karbon.
6. Organisasi dan bisnis: Para profesional dan manajer yang terlibat dalam kegiatan yang
menghasilkan emisi karbon, seperti perusahaan energi, manufaktur, transportasi, dan
pertanian, dapat mengikuti pelatihan perdagangan karbon untuk memperoleh
pemahaman tentang cara memperoleh kredit karbon, bagaimana menghitung emisi
karbon mereka, dan bagaimana berpartisipasi dalam pasar karbon.
7. Investor dan lembaga keuangan: Para investor dan lembaga keuangan yang tertarik
untuk berinvestasi dalam proyek pengurangan emisi karbon atau mengelola risiko
lingkungan dan sosial dapat mengikuti pelatihan ini untuk memperoleh pemahaman
tentang pasar karbon dan bagaimana melakukan investasi yang berkaitan dengan
perdagangan karbon.
8. Akademisi dan peneliti: Para akademisi dan peneliti yang tertarik dalam bidang
perdagangan karbon dapat mengikuti pelatihan ini untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang cara kerja pasar karbon dan memperoleh keterampilan dan
pengetahuan untuk melakukan penelitian terkait perdagangan karbon.

Sasaran peserta pelatihan perdagangan karbon sangat luas dan beragam, karena
perdagangan karbon melibatkan berbagai jenis pemangku kepentingan dan sektor yang
berbeda. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang pasar karbon dan cara mengelola risiko dan peluang yang terkait dengan
perdagangan karbon.
F. MATERI PELATIHAN
Adapun bahan materi yang akan dipaparkan adalah:
1. Konsep mengenai energi dan perubahan iklim;
2. Perjanjian Kyoto mengenai Greenhouse Gases;
3. Carbon Accounting: International GHG Protocol;
4. Impementasi Peraturan Karbon di Indonesia
- Latar belakang perdagangan dan pajak karbon
- Konsep Perdagangan Karbon dan Pajak Karbon
- Pengaturan Nilai Ekonomi Karbon dalam Hukum Indonesia
- Implementasi carbon tax di Indonesia
- Contoh Perhitungan Pajak Karbon di Indonesia
- Implikasi Akuntansi karbon di Indonesia
- Tarif Pajak Karbon di Berbagai Negara
5. Carbon Auditing: Hong Kong Guidelines;
6. Carbon Audit Report
7. Carbon Management
8. Standar manajemen energi ISA 50001
9. GHG Standar ISA 14064-1
10. Energy Auditing –Process & reporting
11. Energy Efficiency Solutions

G. WAKTU dan TEMPAT


United In Di versiti Bali

H. NARASUMBER
1. Dr.Riza Suarga (Chairman of Indonesia Carbon Trade Asisiation)
2. Dr.Ir Poempida Hidayatulloh, B.Eng.,Ph.D.,DIC (CEO of Viron Energy)
3. Brian Pramudita, SE, Ak., M.Ak, CA, CPA, Tax Registered Consultant, CIB.
(CEO PT. BATS INTERNASIONAL GROUP)

I. METODE WOKSHOP

Pemaparan dan sesi Tanya Jawab

J. FASILITAS
1. Mengikuti Pelatihan Selama 2 Hari
2. Workshop kits, soft copy materi dan Sertifikat

K. RUNDOWN ACARA
19-20 Mei = Accounting dan perpajakan karbon
06-07 Juli = Audit Karbon

L. PENUTUP
Demikian proposal mengenai Kolaborasi Workshop BATS dan IDCTA tahun
2023. Semoga acara ini berjalan dengan lancar dan sukses sehingga memberikan manfaat
untuk pesertanya. Saya ucapkan terima kasih.

PT BATS INTERNATIONAL GROUP ASOSIASI PERDAGANGAN CARBON


INDONESIA (IDCTA)

Dr.Riza Suarga
(Chairman of Indonesia Carbon
Trade Asisiation)
BRIAN PRAMUDITA, S.E., AK, M. AK, CA, CPA, TAX
REGISTERED CONSULTANT, CIB.
(CHIEF EXECUTIVE OFFICER)

Anda mungkin juga menyukai