DALAM PENDANAAN
PERUBAHAN IKLIM
Kementerian Keuangan
https://unsplash.com/photos/XYQPyn4KkiY?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShareLink 1
INDONESIA DAN AGENDA
1 PERUBAHAN IKLIM
2
INDONESIA RENTAN TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
KEMENTERIAN KEUANGAN 3
Komitmen Pengendalian Perubahan Iklim
KOMITMEN PENGENDALIAN
PERUBAHAN IKLIM DAN NET ZERO EMISSION 2060 OR SOONER
LINI MASA KEBIJAKAN PERUBAHAN AGENDA PERUBAHAN IKLIM RESPON KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP ISU RENCANA PENGUATAN KEBIJAKAN KE
IKLIM NASIONAL NASIONAL DAN GLOBAL PERUBAHAN IKLIM DEPAN
3
b. meningkatkan ketahanan iklim
1 2
Ketahanan lebih cepat
nasional Ketahanan Ketahanan
ekosistem dan
c. menuju masa depan Indonesia yang ekonomi Sosial
lingkungan
rendah emisi GRK dan berketahanan a. Ketahanan iklim bagi a. Sistem peringatan a. Restorasi ekosistem dan
iklim petani dan nelayan;
b. Pemanfaatan limbah
bencana; konservasi; Menuju Net Zero
b. Pengurangan risiko b. Manajemen air bersih;
First NDC ditetapkan pada tahun 2016 dan telah organik; bencana; c. DAS terintegrasi Emission tahun 2060
diperbaharui melalui Updated NDC (2021) dengan c. Manajemen lahan yang c. Kesehatan public terkait
memasukkan tambahan sub sektor adaptasi efisien dampak perubahan iklim
d. Kota berketahanan iklim
e. Manajemen pantai atau lebih cepat
berkelanjutan
*CM1= Counter Measure 1 (kondisi pemenuhan target 29% )
*CM2= Counter Measure 2 (kondisi pemenuhan target hingga 41% ) 5
Estimasi Biaya Pencapaian Target NDC
Referensi Ruang Lingkup Estimasi Biaya/Dampak
Second Biennial Biaya mitigasi perubahan iklim untuk Biaya mitigasi akumulatif mencapai
Kebutuhan Update Report, KLHK
(2018)
mencapai NDC Rp3.461 triliun hingga tahun 2030
(29%) Sektor (Rp triliun) (billion USD) (Rp triliun) (billion USD)
7
Perkembangan Anggaran Perubahan Iklim
Pemerintah berkomitmen mengalokasikan anggaran perubahan iklim dalam APBN sejak tahun 2016
Alokasi dan Realisasi Anggaran Perubahan Iklim 5 K/L dengan Anggaran Perubahan Iklim Terbesar (Rp Triliun)
Pra-pandemi Pasca-pandemi 120.00
97.78
2018 2019 2020 2021
140.00 7.0%
84.87
6.0% 100.00
73.58
120.00 6.0%
4.5%
61.38
100.00 5.0% 80.00
4.0% 3.8%
Persen (%)
Rp Triliun
28.10
40.00
15.37
40.00 2.0%
10.23
8.07
4.59
20.00
4.14
20.00 1.0%
3.14
2.87
2.57
2.15
2.05
1.83
1.74
0.66
0.65
0.62
72.35 52.42 95.58 85.01 132.48 126.04 97.66 83.54 77.81 50.99 104.78 0.00
0.00 0.0%
-
2016 2017 2018 2019 2020 2021
KEMENTERIAN KLHK KEMENTERIAN ESDM KEMENTERIAN KEMENTERIAN PUPR
Alokasi Anggaran Perubahan Iklim Realisasi Anggaran Perubahan Iklim Porsi dalam APBN PERTANIAN PERHUBUNGAN
1. 2016-2021: APBN konsisten mengalokasikan anggaran perubahan iklim rata-rata Porsi Anggaran Perubahan Iklim dalam Belanja K/L
100%
senilai Rp96,78 triliun per tahun atau sekitar 4,1% dari APBN. 90%
80%
2. Anggaran perubahan iklim di tahun 2021 mengalami rebound pasca-pandemi
70%
dengan pertumbuhan sebesar 35%, dan ini merupakan sinyal positif terhadap 60%
penguatan komitmen Pemerintah dalam mendorong pemulihan hijau ke depan. 50%
40%
3. Lima (5) K/L dengan anggaran perubahan iklim terbesar dipengaruhi oleh perannya
30%
dalam menyediakan infrastruktur hijau baik untuk mitigasi maupun adaptasi. 20%
10%
4. 2016-2021: porsi anggaran perubahan iklim di dalam Belanja K/L rata-rata mencapai 10.6% 12.5% 15.6% 11.2% 7.3% 9.9%
0%
11,2% per tahun 2016 2017 2018 2019 2020 2021
9
INDONESIA GREEN BOND/SUKUK FRAMEWORK
10
10
Inisiatif Penerbitan SDGs
Bond di tahun 2023
Selain melalui Green Sukuk,
Kementerian Keuangan pun sedang
mempersiapkan instrumen pembiayaan
berkelanjutan lainnya yakni SDGs Bond
Pendanaan
Arsitektur GCF Permintaan No-Objection
• Lembaga terakreditasi dan NDA merupakan komponen utama dalam No-Objection Letter
Letter (NOL)
akses pendanaan GCF
• GCF bekerja melalui AE untuk menyalurkan pendanaannya ke proyek Entitas
atau program
• Negara-negara berkembang perlu memiliki NDA/focal point agar
dapat mengakses pendanaan GCF Instrumen Pelaporan
Keuangan
• Badan Kebijakan Fiskal mewakili Menteri Keuangan ditetapkan
sebagai NDA-GCF Indonesia, yang bertugas untuk mengawasi
kegiatan GCF di06.04.23
negaranya Entitas Pelaksana 12
BADAN PENGELOLA DANA LINGKUNGAN HIDUP
Penyampaian Izin Prinsip terkait Penetapan Perpres Nomor 77/2018 Launching BPDLH
Kronologi Pembentukan Satuan Kerja BPDLH oleh tentang Pengelolaan Dana Lingkungan (oleh Menko Perekonomian,
Pembentukan BPDLH Menkeu kepada MenPANRB Hidup Menkeu dan Menlhk)
14
INISIATIF TERKINI DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
Carbon Pricing / Nilai Ekonomi Karbon (NEK) dapat diterapkan dalam mendorong upaya mitigasi,
termasuk pada sektor energi. Kelebihan dari carbon pricing ini adalah:
1. Penerapan polluters pay principle
2. Internalisasi eksternalitas negatif dari emisi GRK
3. Dapat memberikan price signal yang menunjukkan keberpihakan pemerintah.
4. Menimbulkan dorongan untuk investasi pada sektor energi bersih dan energi terbarukan.
• Secara umum NEK dapat dibagi menjadi dua mekanisme yaitu: Mekanisme perdagangan Karbon (baik
cap and trade, maupun offset mechanism) dan Non Perdagangan (pungutan atas karbon dan result
based payment/RBP)
• NEK saat ini telah menjadi salah satu mekanisme yang dinilai paling efektif di dalam upaya suatu
negara/kawasan di dalam menurunkan emisi gas rumah kaca.
• Dengan kondisi dimana APBN terbatas dan economic recovery yang memerlukan pembiayaan tinggi,
maka kebijakan pemerintah dalam mendorong penerapan NEK perlu mendapatkan dukungan bersama.
15
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Upaya Pendanaan
Sendiri
Skema Pendanaan
Bantuan
Internasional
17
KEMENTERIAN KEUANGAN 17
Keterkaitan NDC dan NEK dalam Konteks Pasar Karbon
1 2 3 Voluntary
Carbon
Market
Pengelola Dana
Instrumen NEK
Lembaga Lain
01. Perdagangan Karbon yang Ditunjuk
19
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Pajak Karbon
Tujuan Pajak Karbon
Pajak karbon adalah salah satu instrumen Nilai Ekonomi Karbon (NEK) untuk mencapai
target NDC
1 2
MENDORONG INOVASI DAN
3
MENGUBAH PERILAKU MENDUKUNG PENURUNAN
EMISI INVESTASI
Bertujuan untuk mengubah perilaku Mendukung target penurunan emisi Mendorong perkembangan pasar
para pelaku ekonomi untuk beralih GRK dalam jangka menengah dan karbon, inovasi teknologi, dan investasi
kepada aktivitas ekonomi hijau yang Panjang. yang lebih efisien, rendah karbon, dan
rendah karbon. ramah lingkungan.
PRINSIP-PRINSIP PENERAPAN
1 2 3
ADIL TERJANGKAU BERTAHAP
Memperhatikan aspek Memperhatikan kesiapan sektor agar
Berdasarkan pada “prinsip pencemar
keterjangkauan demi kepentingan tidak memberatkan masyarakat.
membayar” (polluters-pay-principle).
masyarakat luas.
21
Pokok Pengaturan Pajak Karbon
• Pengenaan: dikenakan atas emisi karbon yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup.
• Pajak Terutang: atas pembelian barang yang mengandung karbon atau aktivitas yang menghasilkan emisi karbon dalam jumlah tertentu
pada periode tertentu.
• Prinsip: keadilan (just) dan keterjangkauan (affordable) dengan memperhatikan iklim berusaha, dan masyarakat kecil.
• Mekanisme: Pada 2022 - 2024 mendasarkan pada batas emisi (cap and tax), selanjutnya berupa perluasan dengan penahapan sesuai dengan
peta jalan pajak karbon dan/atau peta jalan pasar karbon .
• Tarif: ditetapkan lebih tinggi atau sama dengan harga karbon di pasar karbon dengan tarif paling rendah Rp30,00 per kilogram karbon
dioksida ekuivalen (CO2e).
• Penerimaan: dapat digunakan untuk pengendalian perubahan iklim.
• Pengurangan: Wajib Pajak yang berpartisipasi dalam perdagangan emisi karbon dan pengimbangan emisi karbon dapat diberikan
pengurangan pajak karbon.
• Pemberlakuan: berlaku pada 1 April 2022, dengan pertama kali dikenakan terhadap badan yang bergerak di bidang pembangkit listrik
tenaga uap batubara (ditunda).
• Penerapan dan Perluasan: memperhatikan peta jalan pasar karbon dan/atau peta jalan pajak karbon yang memuat strategi penurunan
emisi karbon, sasaran sektor prioritas, keselarasan dengan pembangunan energi baru dan terbarukan serta keselarasan antar berbagai
kebijakan lainnya.
22
Ilustrasi Cap, Trade dan Tax – PLTU Batu Bara
Dasar Pengenaan
PTBAE-PU Pajak
PTBAE-PU
Pajak
Defisit
Defisit
SPE
Cap Cap
PTE+
Emisi Karbon
Surpl
Emisi Karbon
PTE
us
Total
Total
SPE
PTBAE-PU
PTBAE-PU
PTBAE-PU
PTBAE-PU
Emisi Karbon
GRK
Total Emisi Total
Baseline Emisi
Karbon
PT A PT B PT C PT A
Pelaku usaha yang mengemisi lebih dari Persetujuan Teknis Batas Atas Emisi- Untuk pemenuhan kewajiban atas defisit PTBAE-PU tersebut,
Pelaku Usaha (PTBAE-PU) yang diterbitkan (defisit) diharuskan membeli PTBAE- Pelaku usaha harus membeli PTBAE-PU tambahan dan/atau
PU tambahan dari entitas yang mengemisi di bawah PTBAE-PU (surplus) atau SPE-GRK
membeli sertifikat pengurangan emisi gas rumah kaca (SPE GRK/offset karbon).
PTBAE-PU dan/atau SPE GRK tersebut akan menjadi
Selisih lebih Emisi Karbon di atas PTBAE-PU yang diterbitkan merupakan dasar pengurang pajak karbon terutang. Sisa nya dibayar dengan
pengenaan pajak karbon dan terutang pajak karbon. pajak karbon.
23
Pemanfaatan Pendapatan Negara dari Pajak Karbon
24
POKOK-POKOK PENGATURAN RPMK TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK KARBON
26