Anda di halaman 1dari 15

BAHAYA IKLIM

MENGANCAM
KETAHANAN PANGAN
KELOMPOK RENTAN
KABUPATEN 2022 PADANG
PKBI DAERAH SUMATERA BARAT SELASA, 23 AGUSTUS

PARIAMAN
PENDAHU
LUAN Kabupaten Padang Pariaman merupakan wilayah yang rentan terhadap
kejadian bencana seperti hujan yang disertai angin kencang, badai, longsor
serta terjadinya banjir rob akibat naiknya permukaan laut, semua ini
merupakan indikator terjadinya perubahan iklim.

Salah satu pemicu terjadinya bencana di kabupaten Padang Pariaman


adalah karena topografi:
• 40% daratan rendah disebelah b a r a t sepanjang pantai dengan ketinggian
selang 0-10 mdpl, dan
• 60% daerah bukit bergelombang yang terdapat disebelah timur dengan
ketinggian 10-1000 mdpl.
Berdasar kan Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) y a n g dirilis Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) t a h u n 2021, Kabupaten Padang
Pariaman menempati u r u t a n ke enam dae ra h r a w a n bencana di Propinsi
Sumatera B a r a t dengan risiko y a ng tinggi.

Gambar 1. Jumlah Kejadian Bencana di Kabupaten Padang Pariaman 2020-2021


AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Adanya Korban (2021):
19 Jiwa Meninggal, 1 Jiwa Hilang, 9 Jiwa Sakit/Luka, 5.614 Jiwa Menderita, 167 Jiwa
Mengungsi.

Adanya Kerusakan (2021):


Rumah : 105 Unit Rusak Ringan (RR), 35 Unit Rusak Sedang (RS), 21 Unit Rusak Berat
(RB), 867 Unit Terendam (Trd)
Sarana Pendidikan : 6 Unit Sarana RR, 1 Unit RS, 1 Unit RB, 14 Unit Trd
Sarana Ibadah : 3 Unit RR, 31 Unit Trd
Sarana Kesehatan : 2 Unit Trd
Jumlah kerugian pada tahun 2021
Perkantoran : 3 Unit RR
sebesar
Bangunan lain : 15 Unit RR, 1 Unit RB, 3 Unit Trd, Rp. 5.637.000.000.
10 Unit Jembatan Rusak
728 km Jalam Rusak
414 ha Lahan Sawah Rusak
170 ha Lahan Kebun/Hutan Rusak
1 ha Kolam/Tambak Rusak
Kerentanan Dampak Perubahan Iklim
Tidak hanya Korban jiwa, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, namun
juga akan berdampak pada psikologis dan memberikan beban besar pada
masyarakat secara kompleks, khususnya pada sektor pertanian dan ketahanan
pangan masyarakat.

Perubahan Waktu Dan Pola Tanam


Ledakan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT)

Gagal Panen

Penurunan Produksi
Gambar 2. Produktivitas Padi di Kabupaten Padang Pariaman 2013-2021
Telah menunjukkan adanya dampak perubahan
Iklim yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir ini, kejadian hujan dan kemarau panjang
sudah tak menentu.

Hal ini selaras dengan


hasil temuan di tingkat Mengakibatkan sulitnya mereka
memprediksi keadaan cuaca dan
Nagari Padang Toboh dan ketergantungan mereka dengan alam
Kampuang Galapuang.
Situasi ini telah menjadikan masyarakat
petani kurang maksimal mendapatkan hasil
dari pertanian. Sehingga hasil produksi
pertanian yang tidak menjanjikan menjadi
ketakutan yang sulit terelakan.
Upaya adaptasi menjadi pilihan yang penting untuk dilakukan agar
dapat mengurangi dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
Mereka yang rentan (perempuan, anak-anak, orang muda, lansia dan
disabilitas) membutuhkan dukungan pemerintah daerah dalam
meningkatkan ketahanan ekonomi di saat hasil produksi berkurang atau
rusaknya lahan pertanian akibat bencana. Untuk itu dibutuhkan
dukungan kebijakan regulasi dan anggaran agar penanganan bisa
dilakukan dalam jangka panjang.
Hasil Bali Action Plan: adanya
Penyusunan Rencana Aksi
pengembangan dan transfer teknologi
Nasional Penurunan Emisi
yang akan didukung secara finansial
Gas Rumah Kaca (RAN-
oleh negara-negara maju
GRK) yang tertuang dalam Dokumen Nationally
Conference of Parties Peraturan Presiden Nomor Determined Contribution
(COP) yang ke-13 16 tahun 2011 (NDC) Republik

2007 2009 2011 2015 2016 2019

Indonesia menyatakan komitmennya Direktorat Jenderal Pengendalian Dokumen Kebijakan Pembangunan


pada COP-15 untuk menurunkan Perubahan Iklim (DJPPI) Berketahanan Iklim (KPBI) tahun
emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 2020-2045.
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Dewan Nasional Perubahan Dokumen tersebut sebagai upaya untuk
Iklim dan Badan Pengelola Penurunan Emisi menurunkan tingkat kerentanan, dampak, dan
dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (BP- risiko iklim yang difokuskan pada 4 (empat)
REDD+) sebagai konsekuensi dari Peraturan sektor prioritas yaitu: Sektor Kelautan dan
Presiden No.16 Tahun 2015, dan Pesisir, Air, Pertanian, dan Kesehatan.
dioperasionalisasikan lebih lanjut dalam

REGULASI
Keempat sektor ini berkontribusi besar
Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. 18 Tahun 2015 melahirkan Unit Eselon I terhadap pendapatan sektor PDB.
bernama Direktorat Jenderal Pengendalian
Perubahan Iklim (DJPPI) untuk menangani
permasalahan mengenai perubahan iklim dan
kebakaran hutan dan lahan
OPSI-OPSI DAN EVIDENCE
Berdasarkan hasil identifikasi kerentanan di Perubahan iklim sangat dirasakan oleh petani,
komunitas Nagari Kampuang Galapuang dan masyarakat agraris yang ada di Nagari
Padang Toboh Ulakan Kecamatan Ulakan Tapakis, Kampuang Galapuang dan Padang Toboh,
terlihat bahwa ada 4 jenis bahaya yang mengancam sangat mempercayai tanda-tanda peringatan
akibat terjadinya perubahan iklim, yaitu banjir, alam yang mereka yakini semenjak dulunya.
longsor, kekeringan dan angin kencang. Hal ini menjadi peringatan dan kewaspadaan
Empat bahaya ini kemungkinan terjadi dan
bagi amsysrakat untuk mengatur strategi
konsekuensinya tiap tahun selalu ada. Tahun 2021,
tercatat terjadinya musim kemarau selama 2 kali pengolahan lahan pertanian mereka, seperti
dalam setahun, durasinya kisaran 10-18 hari. Matahari condong ke mudiak (red:Utara),
Bahaya ini menjadi keresahan masyarakat, selain Adanya gemuruh atau percikan cahaya di
karena musim kemarau berkepanjangan, akhir-akhir langit (bisa juga pertanda untuk orang
ini sumber irigasinya juga jebol dan belum meninggal dunia), Adanya lingkaran di
diperbaiki oleh pemerintah secara optimal, bagian luar matahari. Ketiga tanda ini
dampaknya air irigasi tidak mencukupi kebutuhan diyakini bahwa musim kemarau akan terjadi.
pertanian sawah masyarakat. Hal lainnya, di Padang Namun 10 tahun terakhir ini, hal tersebut
Pariaman belum ada embung yang dibangun sebagai
tidak bisa diprediksi bahkan tanda-tanda
penyediaan pasokan air jika terjadi kekeringan.
peringatan tersebut tak bisa lagi mereka
ketahui.
Temuan Identifikasi
Kerentanan dengan komunitas
Sawah di Padang Pariaman tergolong ke
1 sawah tadah hujan

2 Budaya lokal

2 Segi upah yang berbeda


Temuan Identifikasi
Kerentanan dengan komunitas
Kepedulian Pemerintah
4 Kelompok petani inklusif 7 masih rendah

Minimnya regenerasi di Tidak ada data berbasis


5 sektor pertanian 8 gender

Belum ada penelitian


6 Sistem Kerja
9 terkait Perubahan iklim
REKOMENDASI
Baik pembuat kebijakan maupun peneliti perlu melakukan penelitian dan
praktik interdisipliner di tingkat daerah; 1
Pembuat kebijakan perlu mengidentifikasi area kebijakan untuk dapat memberikan
kontribusi berbasis bukti dan dasar dalam merencanakan, mengembangkan,
menerapkan, dan mengevaluasi strategi intervensi untuk meningkatkan ketahanan
pangan individu dan masyarakat, dengan mempertimbangkan keberadaan kelompok
2
rentan;

Anggaran daerah perlu meningkatkan peluang pendanaan untuk


mendukung aksi berketahanan iklim di sektor pertanian dan 3
memperhatikan kebutuhan kelompok rentan;

Perlunya pengembangan kapasitas untuk memberi kelompok rentan


keterampilan yang diperlukan untuk beradaptasi dan merespon 4
perubahan iklim;
REKOMENDASI

Perlunya ketersediaan data berbasis gender akibat bencana


perubahan iklim. 5

Perlunya kolaborasi dengan Akademisi, Sektor


Swasta, Legislatif, NGO dan pengerak 6
pembangunan untuk isu perubahan iklim.
TERIMAKASI
H!

Anda mungkin juga menyukai