Anda di halaman 1dari 57

Perkembangan Implementasi Keuangan Berkelanjutan

(Sustainable Finance)

Grup Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi

2022

1
"Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam ekonomi
hijau (green economy). Untuk itu, pemerintah perlu mulai menata
ekonomi hijau tersebut karena di masa depan negara-negara di dunia
mulai meninggalkan barang-barang yang berasal dari energi fosil"

Presiden Joko Widodo dalam Kompas100 CEO Forum, 18 November 2021

2
Agenda

1. Latar Belakang - Mengapa Keuangan Berkelanjutan


2. Perkembangan Mengenai Perubahan Iklim dan Keuangan
Berkelanjutan
3. Dukungan OJK - Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap I dan II
4. On Going Policies OJK terhadap Pengembangan Keuangan
Berkelanjutan

3
Latar Belakang (1/2)
What Is Climate Change?

What is Climate Change? Konsentrasi CO² Tahun 2002 Temperatur Global Tahun 1884

Climate Change atau Perubahan Iklim adalah


perubahan yang disebabkan (langsung ataupun
tidak langsung) oleh aktivitas manusia sehingga
mengubah komposisi atmosfer global dan
variabilitas iklim alami yang diamati selama periode
waktu tertentu.
(United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC)

• Pada dasarnya, iklim bumi selalu berubah,


namun melalui proses alamiah dan teratur.
Konsentrasi CO² Tahun 2016 Temperatur Global Tahun 2016
• Aktivitas manusia seperti penggunaan bahan
bakar fosil, pembakaran hutan, pembuangan
limbah, dan lainnya menghasilkan Gas Rumah
Kaca (GRK) yang memerangkap panas di bumi.
• Pemanasan global sebagai akibat dari tidak dapat
kembalinya panas yang diterima oleh bumi ke
luar menjadi sumber utama yang mempengaruhi
perubahan siklus/pola iklim bumi (Man-Made
Climate Change).
(Materi disarikan dari Global Climate Change, NASA)
4
Latar Belakang (2/2)
Why Should We Care? (Environmental Perspective)

Dampak langsung dari climate change paling berpengaruh pada ekosistem laut, peningkatan ketinggian air laut, serta
peningkatan frekuensi peristiwa cuaca ekstrim:
1. Meningkatnya suhu air laut menyebabkan kerusakan yang sangat buruk bagi kehidupan di laut, seperti terumbu karang, ikan,
kerang, dan sebagainya. Kerusakan ini turut mengancam pasokan pangan serta menyebabkan hilangnya potensi sumber
ekonomi yang berasal dari ekosistem laut. Disamping itu, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA),
50% oksigen di bumi berasal dari laut.
2. Meningkatnya suhu air laut disertai dengan mencairnya lapisan es dan gletser menyebabkan peningkatan ketinggian
permukaan air laut.
3. Climate change menyebabkan bencana alam seperti badai, kekeringan, banjir, gelombang panas, dan sebagainya meningkat.
5
(ADB,NASA, and NOAA)
Meningkatnya Risiko Iklim (1/2)
Fakta Empiris
Risiko global berdasarkan likelihood Hilangnya PDB perkapita
• Bencana alam akibat climate change dapat mempengaruhi
proses pembangunan ekonomi (WEF, 2021)
• US$44 triliun (setengah PDB Global) berpotensi hilang akibat
rusaknya SDA (WEF, 2020)
Tahun
Peringkat

Hot Countries (left axis) Cold Countries (right axis)


(Long-Term Macroeconomic Effects of Climate Change, IMF, 2019)

Lingkungan Ekonomi Teknologi Sosial Geopolitik • Dampak ekonomi dari perubahan iklim secara global berbeda-
Sumber: World Economic Forum, The Global Risks Report, 2021
beda. Negara yang beriklim panas/tropis memiliki dampak yang
lebih buruk (lebih rentan terhadap climate change) dibandingkan
• Kerugian US$390 miliar/tahun di low and middle-income
dengan negara-negara yang beriklim dingin.
countries akibat bencana alam dan pengelolaan infrastruktur yg
• Indonesia masuk ke dalam kategori negara yang rentan.
buruk (World Bank, 2019)
Meningkatnya Risiko Iklim (2/2)
Fakta Empiris
Persentase Jam Kerja Agregat yang Hilang karena Tekanan
Terdapat 3 aspek untuk Proporsi Pekerjaan yang Mengandalkan
Panas dalam Skenario Kenaikan Suhu Bumi 1,5°C
memahami hubungan antara Ekosistem (2014)
(1995 & 2030)
dunia kerja dengan climate
change:
1. Pekerjaan bergantung pada
layanan yang disediakan
ekosistem (misalnya,
pekerjaan di bidang
pertanian, perikanan,
kehutanan, dan pariwisata).
2. Kondisi kerja yang baik
bergantung pada tidak
adanya bahaya dari
lingkungan.
3. Terdapatnya kelompok
pekerja yang rentan
terhadap risiko dan bahaya
degradasi kualitas
lingkungan.
Meningkatnya suhu akan terus meningkatkan tekanan,
(The employment impact of climate 40 % total lapangan kerja global, ditopang oleh menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan memperburuk kondisi
change adaptation, ILO, 2018) industri yang secara langsung atau sangat bergantung kesehatan pekerja di semua sektor. Secara global, 1,4% total jam
pada ekosistem. Kerusakan pada ekosistem/alam akan kerja hilang pada tahun 1995. Pada tahun 2030, persentase total
memiliki dampak yang sangat signifikan. jam kerja yang hilang karena tekanan panas dapat meningkat
menjadi 2%, hilangnya produktivitas tenaga kerja setara dengan 72
juta pekerjaan full-time.
Peningkatan Tekanan Publik dan Perubahan Permintaan

Keberlanjutan dalam Pekerjaan di Masa Depan Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat

Studi perusahaan Nielsen (2018), konsumen global akan:


Mengubah pola konsumsi Bersedia
73% 41%
menjadi ramah mengeluarkan biaya
lingkungan lebih untuk produk
organik
Studi perusahaan Accenture (2020):
Sumber: Sulitest.org, 2020.
60% Konsumen membeli produk ramah lingkungan
ketika pandemi

Perubahan Pola Pikir Masyarakat,


Khususnya Milenial dan Gen-Z

89% perempuan dan 80% laki-laki lulusan


universitas tertarik untuk bekerja di organisasi
dengan kebijakan lingkungan yang kuat.
The Guardian, 2020
Risiko Terkait Perubahan Iklim

Physical Risks
Muncul akibat fenomena perubahan iklim yang dapat menimbulkan kerusakan property,
menurunkan produktifitas, dan mengganggu proses bisnis

Transition Risks
Dalam proses transisi, terdapat risiko yang perlu dimitigasi (risiko transisis) seperti
perubahan kebijakan, pengembanganteknologi dan perilaku konsumen

Liability Risks
Risiko yang dihadapi Ketika Industri keuangan menghadapi tuntutan masyarakat misalnya
adanya class action atas kasus debitur tertentu

9
Agenda

1. Latar Belakang
2. Latest Development on Climate Change and Sustainable Finance
3. Dukungan OJK - Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap I dan II
4. On Going Policies OJK terhadap Pengembangan Keuangan
Berkelanjutan

10
Latest Development on Climate Change
COP 26 UN Climate Change Conference

 Conference of the Parties (COP) adalah badan pembuat keputusan tertinggi dari konvensi yang dihadiri perwakilan
negara-negara yang tergabung ke dalam United Nations Framework Convention on Climate Change.
 Dilaksanakan pada 31 Oktober-12 November 2021 di Glasgow dengan UK sebagai host dan Italy sebagai co-host.
 Ketua OJK hadir dalam High Level Meeting Ministrial Talk di Pavillion Indonesia bersama dengan Menko
Kemaritiman dan Investasi, Menteri Keuangan, Menteri ESDM, Wakil Menteri KLHK, dan dimoderatori oleh Dubes
Polandia.

Agenda Utama COP26 Hasil Utama COP 26


a. MITIGATION a. Lebih dari 200 negara sepakati Glasgow Climate Pact untuk menjaga
Secure global net zero by mid-century and keep target 1,5°C dan menyelesaikan Paris Rulebook.
1,5 degree within reach b. Kesepakatan untuk menurunkan 45% emisi karbon global sebelum
b. ADAPTATION 2030.
Adapt to protect comunities and natural habitats c. Untuk pertama kalinya, COP menyepakati “phase-down” fossil fuels
c. FINANCE dan penurunan emisi dari gas methane selambatnya di 2030.
Mobilise finance (USD100 bn pledge from d. Negara maju berkomitmen untuk meningkatkan mobilisasi dana
advanced countries) (adaptation finance) USD100 miliar per tahun di 2021-2025 dan
d. COLLABORATION mencapai target capaian dana tersebut secepatnya.
Work together to deliver (Finalise Paris Rulebook) e. Diumumkannya climate agreement antara US dan China yang
menyepakati pencapaian target 1,5°C sebagaimana Paris Agreement.
Sumber: ukcop26.org dan berbagai media berita
11
Latest Development on Climate Change
Indonesia G20 Presidency 2022

G20 adalah forum internasional yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa, serta pewakilan dari International Monetary Fund (IMF) dan
World Bank (WB). G20 merupakan forum ekonomi utama dunia yang memiliki posisi strategis karena secara kolektif mewakili sekitar 65%
penduduk dunia, 79% perdagangan global, dan setidaknya 85% perekonomian dunia.

G20 tidak memiliki Sekretariat permanen. Dalam proses dan sistem kerjanya, G20 memiliki tuan rumah (Presidency) yang ditetapkan secara
consensus pada KTT berdasarkan sistem rotasi kawasan dan berganti setiap tahunnya.

Pada tahun 2022, Indonesia menjadi tuan rumah dari KTT G20 dengan salah satu prioritas agendanya adalah penguatan kerja sama dalam
mengatasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan sebagaimana disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam Leader
Summit on Climate April 2021 .

Dalam presidensi G20 tahun 2021 oleh Itali (dengan tema People, Planet, and Prosperity), G20
Sustainable Finance Study Group dibentuk kembali dan diangkat menjadi G20 Sustainable Finance
Working Group (SFWG) yang dipimpin oleh Amerika Serikat (chair) dan Tiongkok (co-chair). Deliverables
dari Working Group tersebut adalah G20 Sustainable Finance Roadmap, Sustainable Finance Synthesis
Report, dan serangkaian Input Papers.

OJK akan menjadi salah satu counterpart dalam mempersiapkan perkembangan output SFWG. Isu terkait
dengan Sustainable Finance juga akan menjadi salah satu agenda prioritas dalam presidensi Indonesia
pada G20 di tahun 2022.

12
Latest Development on Climate Change
Next: Keketuaan ASEAN 2023

Sesuai ASEAN Charter (efektif 15 Desember 2008), rotasi Keketuaan berdasarkan urutan abjad. Keketuaan Indonesia terakhir 2011 dan
selanjutnya 2023.

Tugas ASEAN Chair: mempersiapkan dan menyelenggarakan pertemuan berjenjang (tingkat Kepala Negara, tingkat Menteri, dan pada
tingkat teknis)-substansi maupun logistik.

Dalam rangka persiapan keketuaan Indonesia di ASEAN 2023, Indonesia akan mengusulkan beberapa inisiatif strategis, diantaranya
mengenai “Sustainability” yang mencakup:
• Penyusunan Roadmap Blue Economy ASEAN
• Pengembangan ASEAN sustainability standard berbasis SDGs
• Pengembangan kerja sama dalam mendukung upaya Carbon Neutrality di ASEAN
• Developing a framework for transition finance
• Advancing Energy Financing 13
Latest Development on Climate Change
Standard Setting Bodies (1/3)
Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) merupakan bagian dari BIS, global standard setting bodies yang berfokus
pada prudential regulation perbankan dan menyediakan forum koordinasi terkait isu-isu terkini industri perbankan global

Di November 2021, BCBS mempublikasikan consultative document berupa:


1. Dokumen berupa guidance dalam rangka mendorong pendekatan berbasis prinsip untuk meningkatkan manajemen risiko dan
praktik pengawasan terkait dengan climate-related financial risks mencakup 18 high-level principles. Prinsip 1 hingga 12
memberikan panduan kepada bank tentang manajemen climate-related financial risks yang efektif, sedangkan prinsip 13 hingga 18
memberikan panduan bagi prudential supervisors.
2. Prinsip-prinsip pengelolaan climate-related financial risks bagi Bank mencakup Tata Kelola Perusahaan, Kerangka Pengendalian
Internal, Kecukupan Modal dan Likuiditas, Proses Manajemen Risiko, dan Manajemen Pasar, Likuiditas, Operasional dan Risiko
Lainnya.
3. Prinsip-prinsip pengelolaan climate-related financial risks bagi Pengawas mencakup Persyaratan Pengaturan dan Pengawasan
Kehati-hatian bagi Bank dan Tanggung Jawab, Wewenang, dan Fungsi Pengawas.

Di Juni 2017, Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD) – FSB mengeluarkan TCFD Recommendation yang
menjadi acuan global perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengungkap climate-related risk dalam laporan keuangan mereka

Di Oktober 2021, TCFD-FSB mengeluarkan 2021 Status Report dengan key findings: TCFD Recommendations
 Climate-related disclosure dalam laporan keuangan perusahaan yang telah sesuai
dengan rekomendasi TCFD yang dikeluarkan sejak tahun 2017 terus meningkat (9% di
2020 dibandingkan 4% di 2019)
 Lebih dari 50% perusahaan telah memasukkan disclosure terkait peluang dan risiko
climate-related risk
 Lebih dari 2,600 organisasi menyatakan dukungan terhadap rekomendasi TCFD,
tumbuh lebih dari sepertiga dibandingkan tahun sebelumnya
14
Latest Development on Climate Change
Standard Setting Bodies (2/3)

The International Organization of Securities Commissions (IOSCO) merupakan badan internasional yang mengkoordinasikan
regulator sekuritas dunia dan diakui sebagai pembuat standar global untuk sektor sekuritas.

Di Juni 2021, IOSCO mempublikasikan Consultation Paper mengenai Recommendation for Sustainability-Related Practices, Policies, Procedures, and
Disclosures in Asset Management yang berfokus pada masalah perlindungan investor dan usulan agar regulator sekuritas mempertimbangkan untuk
menetapkan peraturan dan pengawasan untuk manajer aset mengenai peluang dan risiko terkait pembiayaan keberlanjutan.
Cakupan rekomendasi dalam laporan tersebut:
 Asset Manager Practices, Policies, Procedures and Disclosure
 Product Disclosure
 Supervision and Enforcement
 Terminology
 Financial and Investor Education

International Association of Insurance Supervisors (IAIS) adalah badan penetapan standar internasional untuk sektor asuransi
yang merupakan organisasi keanggotaan sukarela pengawas asuransi dari lebih dari 190 negara

IAIS menaruh perhatian tinggi pada asesmen climate-related risk dengan beberapa update terkini:
 Di September 2021, IAIS menerbitkan publikasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap stabilitas keuangan sektor asuransi melalui penilaian
terhadap investasi sektor asuransi yang terkena perubahan iklim. Publikasi tersebut disusun berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif dari negara
anggota IAIS untuk lebih memahami eksposur aset perusahaan asuransi dan pandangan pengawas tentang climate-related risk.
 Di Mei 2021, IAIS dan Sustainable Insurance Forum (SIF) menerbitkan Application Paper on Supervision of Climate-Related Risk in Insurance Sector.
Publikasi tersebut menyediakan tools bagi pengawas asuransi untuk lebih memperkuat upaya penilaian dan penanganan risiko dari perubahan iklim,
serta menetapkan rekomendasi dan best practices.
15
Latest Development on Climate Change
Standard Setting Bodies (3/3)

The International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan badan internasional menerbitkan standar
keterbukaan (disclosures) atas accounting dan sustainability yang diterima secara global.

Terkait dengan sustainability, IFRS membentuk International Sustainability Standard Board (ISSB) pada 3
November 2021. ISSB bertujuan untuk menyusun global baseline atas sustainability-related disclosure
standard yang dapat membantu investor dan stakeholders terkait lainnya membuat keputusan bisnis.
Pada akhir Maret 2022, ISSB menerbitkan 2 (dua) exposure draft, yaitu
1. General requirement for disclosures of sustainability-related financial information
2. Climate-related disclosures
Kedua dokumen tersebut akan memetakan pengaturan bagi perusahaan dalam melakukan masing-
masing sustainability-related financial disclosures dan climate-related disclosures berdasarkan 4 (empat)
aspek dalam rekomendasi Task Force on Climate-Related Financial Disclosures (TCFD), yakni governance,
strategy, risk management, dan metrics and targets. Penekanan juga diberikan terhadap penggunaan
scenario analysis di berbagai perusahaan dalam menelusuri potensi dampak dari perubahan iklim pada
model bisnis, strategi dan kinerja finansial mereka.

16
Latest Development on Climate Change
Net-Zero Banking Alliance (1/3)

• Net-Zero Banking Alliance merupakan aliansi perbankan (diselenggarakan oleh PBB) yang berkomitmen menyelaraskan
portofolio pinjaman dan investasi mereka dengan target net-zero emission di tahun 2050.
• Net-Zero Banking Alliance diresmikan pada tanggal 21 April 2021 dan saat ini diketuai oleh Standard Chartered Bank
dengan total jumlah anggota sebanyak 53 bank dari 27 negara (mewakili hampir seperempat aset perbankan global/USD
37 triliun). Net-Zero Banking Alliance juga memiliki steering group untuk mendukung ketua dalam meningkatkan
keragaman keanggotaan, membangun konsensus dan memastikan praktik terbaik dapat diadopsi di seluruh dunia.
Steering group beranggotakan Citibank, Bank of America, HSBC, Morgan Stanley, Standard Chartered Bank, dan lainnya.

Untuk bergabung ke dalam aliansi, bank harus menyepakati dokumen komitmen serta wajib:
1. Melakukan transisi dari portofolio pinjaman dan investasi yang sebelumnya mengeluarkan emisi gas rumah kaca ke portofolio yang lebih
“hijau” untuk menyelaraskan dengan rencana net-zero emission pada tahun 2050/lebih cepat.
2. Dalam waktu 18 bulan setelah bergabung, menetapkan target dalam mendukung tujuan Paris Agreement untuk tahun 2030 (atau lebih
cepat) dan 2050, dengan intermediary target ditetapkan setiap 5 tahun mulai 2030 dan seterusnya.
3. Target pertama tahun 2030 bank akan fokus pada sektor prioritas yang memiliki dampak paling signifikan, yaitu sektor yang paling
intensif dalam mengeluarkan emisi gas rumah kaca pada portofolio mereka. Target sektor berikutnya akan ditetapkan dalam waktu 36
bulan.
4. Mempublikasikan laporan tahunan yang berisi informasi penurunan emisi selama satu tahun serta melaporkan perkembangan strategi
transisi kepada dewan direksi/komisaris yang menetapkan kebijakan terkait iklim.
5. Memanfaatkan peranan offset emisi dalam rencana transisi.

(unepfi.org/net-zero-banking) 17
Latest Development on Climate Change
Net-Zero Banking Alliance (2/3)

Dalam acara Leader Summit on Climate April 2021, Citi sebagai salah satu anggota Net-Zero Banking Alliance
menyampaikan komitmennya untuk menangani isu-isu climate change, sebagai berikut:
a. Net Zero Emissions pada tahun 2050.
b. Tiga prioritas Citi: 1) Pembiayaan terhadap climate solution; 2) Mengukur climate-risk serta dampaknya
terhadap portofolio klien; 3) Meminimalkan dampak langsung perusahaan terhadap iklim.
c. Mendanai proyek dan kegiatan lingkungan sejumlah USD 500 miliar serta proyek terkait kesehatan dan
perumahan yang terjangkau sejumlah USD 500 miliar sampai dengan tahun 2030.

Kebijakan Citibank terkait batu bara:


a. Pada akhir 2021, Citi akan meminta nasabah di bidang usaha PLTU batu bara untuk menyampaikan laporan emisi gas rumah kaca kepada
publik setiap tahunnya dan bekerja sama dengan Citi untuk menyusun strategi diversifikasi dari PLTU Batu bara ke sumber energi yang
lebih ramah lingkungan.
b. Setelah 2021, Citi tidak akan memberikan pembiayaan akuisisi atau layanan konsultasi terkait PLTU Batu Bara serta tidak akan menerima
nasabah baru yang berencana untuk memperluas kapasitas PLTU Batu Bara.
c. Setelah 2025, Citi tidak akan memberikan modal dan/atau memberikan layanan keuangan lainnya kepada perusahaan yang tidak memiliki
strategi transisi rendah karbon untuk menghentikan penggunaan batu bara.
d. Setelah 2030, Citi akan menghentikan bisnis dengan nasabah PLTU Batu Bara yang belum mengurangi produksi listrik dari Batu Baranya
sampai dengan kurang dari 5% (di negara-negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) atau pada 2040
di negara-negara yang bukan anggota OECD.

(www.citigroup.com) 18
Latest Development on Climate Change
Net-Zero Banking Alliance (3/3)

Dalam acara Leader Summit on Climate April 2021, Bank of America sebagai salah satu anggota Net-Zero
Banking Alliance menyampaikan komitmennya untuk menangani isu-isu climate change, sebagai berikut:
a. Menyalurkan USD 1 triliun sampai dengan tahun 2030 untuk memenuhi kebutuhan para nasabah di
seluruh sektor yang sedang dalam tahapan transisi menuju Net Zero Emission.
b. Meningkatkan pendanaan kepada perusahaan baru yang berinovasi untuk menangani climate change.
c. Meningkatkan modal bagi perusahaan-perusahaan besar untuk mendanai operasional energi
terbarukannya.

Kebijakan Bank of America terkait Batu Bara:


a. Pada tahun 2025, BoA akan melakukan phasing out pada seluruh pembiayaan (termasuk fasilitas transaksi pasar modal dan
layanan konsultasi tentang merger dan akuisisi) untuk perusahaan yang 25% atau lebih pendapatannya diperoleh dari
penambangan batu bara, kecuali jika perusahaan memiliki komitmen untuk menyelaraskan bisnisnya dengan tujuan dari Paris
Agreement serta pembiayaannya digunakan untuk memfasilitasi diversifikasi bisnis perusahaan dari batu bara ke sumber energi
yang lebih ramah lingkungan.
b. Pada tahun 2025, BoA tidak akan membiayai tambang batu bara (baru maupun perluasan).
c. BoA tidak akan membiayai pembangunan PLTU Batu Bara (baru maupun perluasan), kecuali jika PLTU Batu Bara tersebut
menerapkan teknologi untuk meminimalkan emisi (misalnya carbon capture technology).

(Bank of America Corporation Environmental and Social Risk Policy Framework, 2021) 19
Agenda

1. Latar Belakang
2. Latest Development on Climate Change and Sustainable Finance
3. Dukungan OJK - Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap I dan II
4. On Going Policies OJK terhadap Pengembangan Keuangan
Berkelanjutan

20
Komitmen Pemerintah

UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2016


Sebagai tindak lanjut, Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement melalui penetapan UU
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nations
Framework Convention On Climate Change.

Target Nasional Pengurangan Emisi


Tindak Lanjut Indonesia
Target NDC Indonesia (NDC pertama & kedua) adalah
mengurangi emisi pada tahun 2030 sebesar:

41 %
dengan dukungan
atau 29%
dengan upaya
internasional sendiri

Proyeksi Penurunan Emisi per-Sektor (MTon CO2e)


Penurunan Emisi
Level Emisi
(Tahun 2030)

Sektor Tahun 2030


Indonesia telah menetapkan kontribusi nasional yang Tahun Upaya Dukungan
2010 Upaya Dukungan Nasional Internasional
dituangkan dalam: BaU
Nasional Internasional

Energi 453,2 1.669 1.355 1.223 314 446


1. First NDC Republic of Indonesia pada tahun 2016.
Sampah 88 296 285 256 11 40
2. Diperbarui melalui Updated NDC Republic of IPPU 36 70 67 66 3 3,25
Indonesia pada tahun 2021. Pertanian 111 120 110 116 9 4

Kehutanan 647 714 217 22 497 692


KEBUTUHAN PENANGANAN IKLIM UNTUK MENGURANGI Total
EMISI KARBON
1.334 SANGAT
2.869 BESAR, DIBUTUHKAN
2.034 1.683 MOBILISASI
834 DANA DARI
1.185 SEKTOR
SWASTA DAN NON-PEMERINTAH (TERMASUK FILANTROFIS) UNTUK MENYOKONG DANA PUBLIK/PEMERINTAH YANG MASIH TERBATAS 21
Sustainable Finance
Definisi, Peranan dan Tantangan

Definisi Sustainable Finance


Keuangan Berkelanjutan adalah dukungan menyeluruh dari sektor jasa keuangan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan dengan menyelaraskan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Produk dan/atau Jasa Keuangan Berkelanjutan adalah produk dan/atau jasa keuangan yang mengintegrasikan aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup, serta tata kelola dalam fitur-fiturnya.
(POJK No. 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik)

Mengapa Sustainabe Finance penting?


 New Business Paradigm
Telah terjadi proses perubahan pandangan menuju sistem keuangan yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena
itu, diperlukan percepatan perubahan pola pikir dari kegiatan usaha Business as Usual menjadi kegiatan usaha
yang lebih ramah lingkungan.
 New Business Opportunities
Adanya peningkatan jumlah investor hijau, sehingga mempercepat transisi Sustainable Finance menjadi
platform transisi aktivitas ekonomi.
 New Risk Management
Mulai diperhitungkannya climate-related financial risk dalam setiap pembiayaan/investasi, sehingga
tercapainya pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.
22
“Dukungan terhadap Pengembangan
Sustainable Finance - Milestone OJK”

Taksonomi Hijau Indonesia


Edisi 1.0 serta pelaporannya
(on progress)

Roadmap Keuangan Berkelanjutan


Tahap II (2021-2025)
Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap I 2015-2019

CAPAIAN TAHAP I Awareness


1. Training mengenai Keuangan Berkelanjutan bagi
OJK dan stakeholders;
Kebijakan Strategis 2. Buku Acuan Kredit/Pembiayaan/Investasi
Berkelanjutan pada Sektor Perkebunan dan
1. Implementasi 8 (Delapan) Industri Kelapa Sawit, Energi Bersih, Efisiensi
Prinsip Keuangan Energi, Bangunan Hijau (green building) dan
Berkelanjutan Pertanian Organik dengan Skema Syariah
2. Rencana Aksi Keuangan
Berkelanjutan
3. Pengalokasian Dana
Kolaborasi
Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan (TJSL)
1. Kementerian/Lembaga Tujuan dari Roadmap Keuangan
2. Lembaga Nasional dan Internasional
4. Laporan Keberlanjutan
(Sustainability Report) 3. Universitas/Lembaga Riset Berkelanjutan Tahap I adalah untuk
memberikan arah kebijakan pada
Pengaturan inisiatif Keuangan Berkelanjutan dan
meningkatkan awareness para
a. POJK Nomor 51/POJK.03/2017: Keuangan Berkelanjutan
b. POJK Nomor 60/POJK.04/2017: Green Bond pemangku kepentingan akan
c. KDK Nomor 24/KDK.01/2018 tentang Insentif Biaya Pungutan sebesar 25%
dari Biaya Pendaftaran Green Bond
pentingnya pengembangan
Keuangan Berkelanjutan
24
Dukungan OJK terhadap Pengembangan Sustainable Finance
OJK Existing Policy - POJK 51/2017
POJK No. 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik
POJK terdiri dari 6 BAB, 14 Pasal, dan 2 Lampiran POJK
Secara umum POJK mengatur mengenai:
1. Kewajiban penerapan Prinsip Keuangan Berkelanjutan bagi LJK, Emiten, dan
Perusahaan Publik.
2. Kewajiban penyampaian Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB) bagi LJK.
3. Kewajiban menyampaikan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) bagi LJK,
Emiten, dan Perusahaan Publik.
4. Kewajiban pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan bagi LJK, Emiten,
dan Perusahaan publik.
5. Pemberian insentif.
6. Pengoptimalan dana CSR untuk mendukung Program Keuangan Berkelanjutan.
7. Sanksi kepada LJK, Emiten, dan Perusahaan Publik.
8. Timeline implementasi peraturan.

Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan adalah dokumen tertulis Laporan Keberlanjutan (Sustainability
yang menggambarkan rencana kegiatan usaha dan program kerja Report) adalah laporan yang
LJK jangka pendek (satu tahun) dan jangka panjang (lima tahun) diumumkan kepada masyarakat yang
yang sesuai dengan prinsip yang digunakan untuk menerapkan memuat kinerja ekonomi, keuangan,
Keuangan Berkelanjutan, termasuk strategi untuk merealisasikan sosial, dan lingkungan hidup suatu LJK,
rencana dan program kerja tersebut sesuai dengan target dan Emiten, dan Perusahaan Publik dalam
waktu yang ditetapkan, dengan tetap memperhatikan pemenuhan menjalankan bisnis berkelanjutan.
ketentuan kehati-hatian dan penerapan manajemen risiko. 25
Dukungan OJK terhadap Pengembangan Sustainable Finance
OJK Existing Policy - POJK 60/2017

POJK No.60/POJK.04/2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan (Green Bond).

POJK terdiri dari 9 (sembilan) BAB, 22 (dua puluh dua) Pasal

Secara umum POJK mengatur mengenai:


1. Kewajiban Emiten penerbit Green Bond untuk mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor Pasar
Modal.
2. Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan yang selanjutnya
disingkat KUBL adalah kegiatan usaha dan/atau kegiatan lain
yang bertujuan untuk melindungi, memperbaiki, dan/atau
meningkatkan kualitas atau fungsi lingkungan.
3. Kewajiban Emiten penerbit Green Bond untuk
mendapatkan pendapat atau penilaian dan menyampaikan
hasil review berkala dari Ahli Lingkungan, membuat
rencana aksi, serta menggunakan dana hasil Penawaran
Umum paling sedikit 70% untuk membiayai kegiatan yang
bermanfaat bagi lingkungan.
4. Tambahan persyaratan dokumen, laporan berkala, dan
laporan perubahan material yang wajib disampaikan.
26
Buku Seri Pembiayaan Berkelanjutan

OJK telah menerbitkan buku seri keuangan berkelanjutan sektoral yang menyampaikan bagaimana implementasi
prinsip keuangan berkelanjutan di dalam setiap pelaksanaan proses bisnis bank dan training modul mengenai
risiko yang dihadapi oleh bank dalam implementasi pembiayaan berkelanjutan. 27
Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II (2021 – 2025)

• Roadmap Tahap II berfokus pada pembentukan ekosistem Keuangan Berkelanjutan yang komprehensif dengan 7 (tujuh)
komponen utama di dalamnya.
• Pengembangan ekosistem merupakan komitmen OJK dalam mewujudkan regulasi yang transparan, membangun sinergi
kerja sama dengan kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan terkait, serta meningkatkan kapabilitas industri
keuangan.

• Buku Seri Keuangan Berkelanjutan (sektoral)


• Kampanye Nasional - Indonesia Sustainability Week
Awareness
• Program Inklusi Keuangan Berkelanjutan
• Taksonomi Hijau • Publikasi yang Informatif untuk Investor Baru
• Penerapan Integrasi ESG Risk dalam Kebijakan Sumber Daya
Manajemen Risiko LJK Manusia
• Pengembangan Insentif
• Capacity building/workshop
• Pedoman Penerapan Keuangan
Keuangan Berkelanjutan
Berkelanjutan di Pasar Modal dan IKNB
• Pengembangan e-learning
Dukungan Non
Produk Pemerintah
• Dukungan Pengembangan • Pengembangan Pusat Penelitian
Infrastruktur • Pilot Project Keuangan
• Inovasi Produk Berkelanjutan
Infrastruktur Koordinasi
Kementerian /
Pasar Lembaga
Pengembangan Sustainable Finance • Task Force Keuangan Berkelanjutan
Information Hub • Monitoring dan Evaluasi dari implementasi
Keuangan Berkelanjutan
28
Dukungan OJK terhadap Pengembangan Sustainable Finance
Kebijakan terkait Insentif Pembiayaan Kendaraan Listrik

Insentif OJK*
1. Kredit kendaraan bermotor (KKB) yang memenuhi persyaratan : 1) disalurkan dalam rangka pembelian kendaraan bermotor
yang mendapatkan fasilitas relaksasi PPnBM selama periode yang ditetapkan pemerintah; dan 2) plafon KKB kepada debitur
paling tinggi sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), tanpa batasan jenis debitur, dapat diberikan relaksasi berupa
pengenaan bobot risiko ATMR Kredit sebesar 50%. Dalam menerapkan relaksasi ini, bank tetap memperhatikan prinsip kehati-
hatian dan manajemen risiko
2. Penyediaan dana kepada debitur dengan tujuan pembelian KBL BB dan atau pengembangan industri hulu dari KBL BB (industri
baterai, industri charging station, dan industri komponen) dapat dikategorikan sebagai pemenuhan ketentuan penerapan
keuangan Berkelanjutan (POJK 51/2017), termasuk pemberian insentif berupa program Pengembangan/penganugerahan SF
Award.
3. Penyediaan dana dalam rangka produksi KBL BB beserta infrastrukturnya dapat dikategorikan sebagai program pemerintah
yang mendapatkan pengecualian BMPK dalam hal dijamin oleh lembaga keuangan penjaminan/asuransi BUMN dan BUMD.
(sesuai POJK No.32/POJK.03/2018 jo. POJK No.38/POJK.03/2019 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit dan Penyediaan
Dana Besar)
4. Penilaian kualitas kredit untuk pembelian KBL BB dan atau pengembangan industri hulu dari KBL BB dengan plafon sampai
dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dapat hanya didasarkan atas ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga.
(sesuai POJK No.40/POJK.03/2019 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum)
5. Penyediaan dana debitur dalam rangka produksi dan konsumsi KBLBB dapat diberikan relaksasi bobot risiko ATMR Kredit
menjadi 50%.
* Sesuai Surat Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan No.S-5/D.03/2022 tanggal 5 April 2022
29
Pencapaian Keuangan Berkelanjutan di Indonesia

GREEN FINANCING

SRI – Kehati Index


 25 saham terbaik (best kehati ESG Score)
Green Bonds (Swasta-Global)  Telah digunakan oleh 12 MI utk menerbitkan
reksa dana ESG
USD 3,07 Miliar
ESG Leaders Index
Rp 43,05 Triliun Terdiri dari 30 saham terbaik dari hasil penilaian
kinerja ESG
Green Bonds (Swasta-Domestik)
ESG Leaders Index
USD 382.14 Juta  40 saham dengan ESG factor dan financial
indicator terbaik
Rp 5,35 Triliun  ESG Score berdasarkan ESG KEHATI Universe
 Financial indicator: Profitability, ROE, Earning
Green Loans* Risk, EPS Vol, Financial Risk, Leverage

USD 55.9 Miliar ESG Sector Leaders IDX Kehati


Top perwakilan dari tiap sektor dengan rata-rata
Rp 809.75 Triliun score berdasarkan ESG KEHATI Universe

Blended Finance**
USD 3.27 Miliar
Komitmen 57 Proyek

Keterangan:
*Nominal green financing berdasarkan survey dan akan dikembangkan 30
lagi sesuai dengan taksonomi hijau
**Per Mei 2022 (Sumber: PT SMI)
Pencapaian Keuangan Berkelanjutan di Indonesia

Peringkat #1 pada survei tentang tingkat kepercayaan terhadap perusahaan yang menyampaikan laporan kinerja keberlanjutan
(sustainable report)
Survei dilakukan oleh GlobeScan dan GRI terhadap 1000 orang dari 27 negara yang berbeda untuk menunjukan apakah responden setuju
bahwa perusahaan mereka telah melaporkan kinerja sosial dan lingkungannya dengan benar/ jujur. Indonesia mendapatkan tingkat persepsi
kepercayaan yang tertinggi (81%). (GlobeScan and GRI survey, Oct 2020)

2021: Indonesia bersama


China dan Kolumbia
berada berada dalam
tahapan terdepan (tahap
consolidating) diantara
Emerging Countries.

31
Agenda

1. Latar Belakang
2. Latest Development on Climate Change and Sustainable Finance
3. Dukungan OJK - Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap I dan II
4. On Going Policies OJK terhadap Pengembangan Keuangan
Berkelanjutan

32
DUKUNGAN OJK TERHADAP PENGEMBANGAN
KEUANGAN BERKELANJUTAN

1 Langkah Strategis OJK untuk memastikan penerapan prinsip Keuangan


Berkelanjutan yang efektif dan menangani isu-isu terkait iklim

1. Penyelesaian Taksonomi Hijau 4. Pengembangan kerangka manajemen risiko


Indonesia untuk IJK dan pedoman pengawasan berbasis
2. Mempersiapkan operasionalisasi risiko untuk pengawas dalam rangka menerapkan
carbon exchange sesuai kebijakan risiko keuangan terkait iklim
Pemerintah 5. Pengembangan skema pembiayaan atau
3. Mengembangkan sistem pelaporan pendanaan proyek yang inovatif dan feasible
LJK yang mencakup green 6. Meningkatkan Awareness dan Capacity Building
financing/instrumen sesuai dengan untuk seluruh pemangku kepentingan
taksonomi hijau

Pembentukan Task Force Keuangan Berkelanjutan Sektor Jasa


2 Keuangan yang sejalan dengan Inisiatif Strategis OJK 2021 menjadi forum
kerja sama dan koordinasi dengan industri untuk merespon perkembangan
keuangan berkelanjutan di forum nasional, regional dan global
33
TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0

Usulan Definisi Klasifikasi sektor berdasarkan kegiatan usaha yang mendukung upaya perlindungan
Taksonomi Hijau lingkungan hidup dan mitigasi serta adaptasi perlindungan iklim.

• Taksonomi Hijau digunakan sebagai pedoman untuk keterbukaan informasi di Sektor Jasa Keuangan serta dapat digunakan sebagai referensi
untuk menciptakan inovasi produk dan/atau jasa keuangan yang berkelanjutan.
• Dalam mengembangkan Taksonomi Hijau, OJK secara aktif ikut serta dalam Financial Stability Board, khususnya terkait sustainable financial
disclosure untuk Lembaga Jasa Keuangan dalam Financial Stability Board - Workstream on Climate Disclosures/WSCD dan ASEAN Taxonomy
Board.
• Finalisasi Taksonomi Hijau melibatkan 43 Direktorat Jenderal di 8 kementrian terkait untuk mengkonfirmasi ambang batas (threshold) dan
mengkategorikan sekitar 2.700 (dua ribu empat ratus) klasifikasi sektor dan subsektor

Taksonomi Hijau adalah sistem klasifikasi yang Alat klasifikasi bagi industri keuangan (perbankan) sebagai
Definisi
menetapkan daftar kegiatan ekonomi yang upaya perlindungan lingkungan hidup dan pengurangan emisi
Taksonomi ramah lingkungan. gas rumah kaca.
Hijau (China Green Catalogue, CBRC, 2013).
(EU Green Taxonomy, 2019)

 Sebagai panduan untuk mengalokasikan modal, alat untuk mendukung penilaian risiko, dan referensi bagi
pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung implementasi kepada upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
Manfaat iklim.
Taksonomi  Dalam pengembangannya taksonomi hijau bersifat fleksibel dan dinamis sehingga dapat beradaptasi dengan
Hijau strategi dan pola investasi serta menyesuaikan perubahan teknologi, ilmu pengetahuan, aktivitas dan data baru.
34
(ASEAN Taxonomy for Sustainable Finance ver.1, Nov 2021)
TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0

 Taksonomi Hijau Indonesia merupakan living document .


 Taksonomi Hijau Indonesia menjadi capaian nasional yang telah di-
launching oleh Presiden RI pada PTIJK tanggal 20 Januari 2022.
 Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara yang memiliki
standar hijau.
35
TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0

Urgensi Pengembangan 1. Kebutuhan standardisasi mengenai


definisi dan kriteria hijau.
Taksonomi Hijau
Indonesia 2. Kebutuhan monitoring secara berkala dalam
implementasi penyaluran kredit /pembiayaan
ke sektor hijau.
3. Kebutuhan penyempurnaan pelaporan yang
dilakukan oleh Industri Jasa Keuangan.

1. Menjadi dasar penyusunan incentive and


disincentive policy dari OJK dan juga berbagai Capaian yang
Kementerian/Lembaga lain. Ditargetkan
2. Menjadi pedoman untuk keterbukaan
informasi dan manajemen risiko di Sektor
Jasa Keuangan (SJK), Emiten, dan Per. Publik.

3. Menjadi dasar pengembangan/inovasi produk dan


/atau jasa keuangan berkelanjutan bagi SJK dan Emiten. 36
TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0

Pemetaan Kerangka Sektor Ekonomi


Nationally Ambang batas/kriteria dari kementerian teknis
Pemetaan sektor/sub sektor pada KBLI dari
Determined kementerian teknis terkait Kegiatan usaha yang melindungi, memperbaiki, dan
Contributions
meningkatkan kualitas atas perlindungan dan pengelolaan
(NDC) Indonesia
lingkungan hidup, serta mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim serta mematuhi standar tata kelola yang ditetapkan
Kategori Kegiatan pemerintah dan menerapkan praktik terbaik di tingkat
Usaha Berwawasan KBLI nasional ataupun tingkat internasional
Lingkungan pada Level 1 KBLI
POJK 60 Tahun Kegiatan usaha yang memenuhi beberapa kriteria/ambang
Level 5 batas hijau. Penentuan manfaat kegiatan usaha ini terhadap
2017
perlindungan dan pengelolaan lingkungan masih harus
ditetapkan melalui pengukuran serta dukungan praktik
Klasifikasi Baku
terbaik lainnya.
Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) + Kegiatan usaha tidak memenuhi kriteria/ambang batas
subsektor baru di hijau
luar KBLI sesuai
dengan usulan K/L

• Terdapat 2.733 sektor dan sub sektor yang telah dikaji, 919 (KBLI Level 5) dan 198 (diluar KBLI) diantaranya telah terklarifikasi mengenai ambang batas
hijau dan tidak hijau oleh kementerian teknis terkait.
• THI telah melalui tahapan dengar pendapat dengan berbagai stakeholder (akademisi, K/L, NGO, Task Force Keuangan Berkelanjutan, Lembaga
Internasional, dan lainnya)
37
CONTOH TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0
- Pembangkitan Tenaga Listrik-

38
CONTOH TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0
- Pembangkitan Tenaga Listrik-

39
CONTOH TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0
- Pembangkitan Tenaga Listrik-

40
CONTOH TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0
- Pertambangan Batu Bara-
Informasi Uraian
Kode KBLI 05101
NDC Lainnya
KBLI Level 1 Pertambangan dan Penggalian
KBLI Level 2 Pertambagan Batu Bara dan Lignit
KBLI Level 3 Pertambangan Batu Bara
KBLI Level 4 Pertambangan Batu Bara
KBLI Level 5 Pertambangan Batu Bara
Kelompok ini mencakup usaha operasi penambangan, pengeboran berbagai kualitas batu bara seperti antrasit, bituminous dan
subbitominous baik pertambangan di permukaan tanah atau bawah tanah, termasuk pertambangan dengan cara pencairan
Definisi (liquefaction). Operasi pertambangan tersebut meliputi penggalian, penghancuran, pencucian, penyaringan dan pencampuran
serta pemadatan meningkatkan kualitas atau memudahkan pengangkutan dan penyimpanan/penampungan. Termasuk
pencarian batu bara dari kumpulan tepung bara (culm bank).
Hijau Tidak terdapat kategori hijau.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Memenuhi persyaratan:
1. Jaminan reklamasi.
Kuning 2. Jaminan pascatambang sesuai penetapan.
3. Pelaksanaan reklamasi.
4. Laporan Pelaksanaan Reklamasi.
5. Memiliki sistem teknologi Carbon, Capture, dan Storage.

41
CONTOH TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0
- Pertambangan Batu Bara-
Informasi Uraian
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Mendapatkan peringkat Hijau atau Emas PROPER atau memenuhi kriteria dibawah ini
A. Memiliki Izin Lingkungan atau Persetujuan Lingkungan
B. Pengendalian Pencemaran Udara
1. Memiliki Persetujuan Teknis pemenuhan Baku Mutu Emisi.
2. Menaati Baku Mutu Emisi.
3. Melaksanakan pemantauan emisi.
4. Mempunyai SDM yang memiliki kompetensi penanggung jawab pengendalian pencemaran udara.
5. Mempunyai SDM yang memiliki kompetensi penanggung jawab operasional instalasi pengendalian pencemaran udara.
6. Mempunyai dokumen dan melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan.
7. Menyiapkan biaya pemeliharaan dan pengoperasian alat pengendali emisi.
C. Pengendalian Pencemaran Air
1. Memiliki Persetujuan Teknis pemenuhan Baku Mutu Air Limbah.
2. Mempunyai SDM yang memiliki kompetensi penanggung jawab pengendalian pencemaran air dan operator IPAL.
Kuning
3. Menaati Baku Mutu Air Limbah Pembuangan dan/atau Pemanfaatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Melaksanakan pemantauan air limbah.
5. Mempunyai dokumen dan melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan.
6. Menyiapkan biaya pemeliharaan dan pengoperasian IPAL.
7. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan IPAL.
8. SOP Tanggap Darurat IPAL, antara lain mencakup kebocoran, antisipasi jika air limbah atau hasil olahan air limbah tidak memenuhi baku mutu air limbah, dan lainnya.
D. Pengelolaan Limbah B3
Memiliki dokumen persetujuan teknis untuk pengelolaan limbah B3 yang dilakukan sendiri dan/atau memiliki dokumen kerja sama untuk pengeolahan limbah B3 yang
berizin sebagai bukti terpenuhinya hal-hal berikut:
1. Wajib mengelola limbah B3 yang dihasilkannya.
2. Setiap tahap pengelolaan limbah B3 yang mampu dilakukan oleh usaha dan/atau kegiatan kecuali untuk penyimpanan harus mendapat persetujuan teknis dan surat
kelayakan operasional (Surat Layak Operasional).
3. Jika tidak dapat melakukan salah satu atau lebih kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan, maka wajib menyerahkan kepada jasa pengelola limbah B3 yang
berizin.
42
CONTOH TAKSONOMI HIJAU INDONESIA EDISI 1.0
- Pertambangan Batu Bara-
Informasi Uraian
E. Beyond Compliance
1. Melaksanakan penggunaan sumber daya secara lebih efisien (Resource Efficiency and Cleaner Production/RECP).
2. Melaksanakan 5R air limbah.
Kuning 3. Reduksi emisi GRK dan non GRK.
4. Mencantumkan intensitas beban pencemaran/energi dalam produk atau publikasi.
5. Reduksi beban pencemaran air.
6. Minimal melakukan Ecolabel Type II (Self declaration).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Tidak memenuhi persyaratan:
1. Penempatan jaminan reklamasi.
Merah 2. Penempatan jaminan pascatambang sesuai penetapan.
3. Tidak melakukan reklamasi.

Tidak memenuhi kriteria Kuning lainnya.

43
Next Step Taksonomi Hijau Indonesia

a. Persiapan sop/kebijakan bagi bank untuk turut memasukan THI sebagai salah
satu acuan penilaian debitur.
b. Persiapan sistem pelaporan oleh bank.
c. Pelaksanaan assessment oleh bank untuk menilai kategori debitur
berdasarkan THI (merah/kuning/hijau).
d. Pelaksanaan sosialisasi oleh bank kepada internal bank maupun
debitur/stakeholder terkait perihal implementasi THI.

44
Terima kasih
Sustainable Finance Website
www.ojk.go.id/sustainable-finance

45
Penerbitan Green/Sustainable Bond Indonesia
O B L I G A S I P E M E R I N TA H O B L I G A S I S WA S TA

Pasar USD10,5 Miliar Pasar USD847,14 Juta Pasar Global USD3,075 Miliar (IDR43,05 T)
Global (IDR147 T) Domestik (IDR11,86 T) Pasar Domestik USD382,14 Juta (IDR5,35 T)
2018 2018
2018 2019 Green Bond Bank OCBC NISP Green Bond Berkelanjutan I SMI Tahap I
1st Global Green Sukuk Green Sukuk Ritel ST006 Total Penerbitan USD150 Juta Total Penerbitan IDR500 Miliar
Fully subscribed by IFC - Private Placement • tenor 3 tahun
• USD1,25 Miliar – 3.75% (tenor 5 tahun) • IDR1,46 Triliun – 6.75% (floating with floor) • tenor 5 tahun
• tenor 5 tahun
• USD1,75 Miliar – 4.40% (tenor 10 tahun) • Tenor: 2 tahun Pencatatan: IDX
Pencatatan: SGX & NASDAQ Dubai Pencatatan: IDX
• Rating: idAAA/ AAA
Rating: idAAA
Rating: Baa3/BBB-/BBB 2020
2020 Green & Gender (Sustainability) Bond 2018
Green Bond Senior Star Energy Geothermal
Green Sukuk Ritel ST007 Bank OCBC NISP
2019 Total Penerbitan IDR2,75 Triliun
– Wayang Windu Ltd.
2nd Global Green Sukuk • IDR5,4 Triliun – 5.5% (floating with floor) Total Penerbitan USD580 Juta
• Tenor: 2 tahun Fully subscribed by IFC - Private Placement • tenor 15 tahun
• USD750 Juta – 3.90% (tenor 5,5 tahun) Pencatatan: IDX • tenor 5 tahun Pencatatan: SGX
• USD1,25 Miliar – 4.45% (tenor 10 tahun) • Rating: idAAA/ AAA
Pencatatan: SGX & NASDAQ Dubai 2020
Rating: Baa2/BBB-/BBB 2021 2019 Green Bond Senior Star Energy Geothermal
Green Sukuk Ritel ST008 Global Sustainability Bond Bank BRI – Salak Ltd. & Darajat II Ltd.
• IDR5 Triliun – 4.80% (floating with floor) Total Penerbitan USD1,1 Miliar
2020 Total Penerbitan USD500 Juta
• tenor 8,5 tahun
• Tenor: 2 tahun • tenor 5 tahun
3rd Global Green Sukuk Pencatatan: IDX • tenor 18 tahun
• USD750 Juta – 2.30% (tenor 5 tahun) Pencatatan: SGX Pencatatan: SGX
• USD1 Miliar – 2.80% (tenor 10 tahun) Rating: Baa2/BBB- Rating: Baa3/BBB-
• USD750 Juta – 3.80% (tenor 30 tahun)
Pencatatan: SGX & NASDAQ Dubai Catatan: 2021 2021
• Asumsi Kurs 1 USD=IDR14.000
Rating: Baa2/BBB/BBB • Star Energy Geothermal merupakan anak usaha PT
Sustainability Bond Bank Mandiri Sustainability Linked-Bond PT Japfa Tbk
Barito Pacific Tbk. Total Penerbitan USD300 Juta Total Penerbitan USD350 Juta
Sumber:
1. Green Sukuk Allocation and Impact Report, May 2021 • tenor 5 tahun • tenor 5 tahun
2021 2. Keterangan Pers DJPPR Kemenkeu RI (djppr.kemenkeu.go.id) Pencatatan: SGX Pencatatan: SGX
3. Publikasi resmi OCBC NISP (ocbcnisp.com)
4th Global Green Sukuk 4. Annual Sustainability Report BRI (2019) Rating: Baa2/BBB- Rating: BB-/BB-
5. Bank Mandiri Sustainability Framework 2021
• USD1,25 Miliar – 1.50% (tenor 5 tahun) 6. Press release PT Japfa Tbk (Mar, 2021) 2018
• USD1 Miliar – 2.55% (tenor 10 tahun) 7.
8.
PT IIF Sustainable Financing Framework 2020
Star Energy Geothermal Annual Green Bond Report (2019-2021)
2021 Sustainable Bond Tropical Landscape
• USD750 Juta – 3.55% (tenor 30 tahun) 9. Salak-Darajat Green Bond Framework 2020 Sustainable Bond PT IIF
Pencatatan: SGX & NASDAQ Dubai 10. Press release & Sustainability-linked financing framework PT
Finance Facility I Pt
Japfa Tbk (Mar, 2021) Total Penerbitan USD150 Juta Total Penerbitan USD95 Juta
Rating: Baa2/BBB/BBB 11. Press Release Sustainable Bond TLFF (2018) • tenor 5 tahun
12. Publikasi resmi Singapore Exchange
• tenor 5-15 tahun 46
Pencatatan: SGX Pencatatan: SGX
Rating: BBB Rating: AAA (Penerbitan Bond Class A)
Underlying Asset Green/Sustainable Bond Indonesia

Global Sustainability Bond Bank BRI (2019)


1st Global Green Sukuk (2018) Underlying: Proyek lingkungan (transportasi bersih, green building) dan proyek
Underlying: Proyek sesuai dengan Green Framework sosial (perumahan terjangkau, pinjaman mikro Kredit Umum Pedesaaan
Indonesia : (1) EBT, (2) Pengelolaan SDA Berkelanjutan, (3) (Kupedes), dan pinjaman KUR)
Efisiensi Energi, (4) Pariwisata Hijau, (5) Ketahanan Iklim,
(6) Green Building, (7) Transportasi & Pertanian Sustainability Bond Bank Mandiri (2021)
Berkelanjutan, (8) Pengelolaan Air & Air Limbah. Underlying: Proyek berwawasan lingkungan (a.l. pengelolaan SDA & air limbah,
efisiensi energi, green building, EBT, transportasi bersih) dan proyek sosial
2nd & 3rd Global Green Sukuk (2019 & 2020) (kesehatan, pendidikan, dan UKM)
Green Sukuk Ritel seri ST006-ST008 (2019-2021)
Sustainability-Linked Bond JAPFA (2021)
Underlying (termasuk green asset):
• Barang Milik Negara (BMN) berupa tanah dan bangunan Underlying: Proyek pengelolaan SDA & air limbah (a.l. 8 fasilitas daur ulang air
• Proyek Pemerintah (APBN), a.l. yang dimiliki oleh Kemenhub, (dari 15 Rumah Pemotongan Hewan Unggas/RPHU) dan 1 fasilitas daur ulang air
KemenPUPR dan Kementan (Layanan Bandar Udara, Kenavigasian, di lokasi penetasan pada unit pembibitan unggas.
Pelabuhan, Embung, Jaringan Irigasi, dan Unit Air Baku) . Green Bonds Senior
• Star Energy Geothermal - Wayang Windu Ltd. (2018)
Green Bond Berkelanjutan I SMI Tahap I (2018)
• Star Energy Geothermal - Salak Ltd. & Darajat II Ltd. (2020)
Underlying:
Underlying: Proyek hijau a.l Proyek energi panas bumi/geothermal
• Proyek renewable energy: PLTM Tunggang
(Wayang Windu, Darajat & Salak Geothermal Operations)
Bengkulu dan PLTM Lubuk Gadang
• Proyek Transportasi ramah lingkungan: Light Rapid Sustainable Bond PT IIF (2021)
Transit (LRT) Jabodetabek Underlying: Proyek berwawasan lingkungan (a.l. EBT, efisiensi energi, pengelolaan
SDA & air limbah, green building, transportasi bersih) dan proyek sosial (a.l.
affordable basic infrastructure , access to essential services, perumahan terjangkau)
Green Bond OCBC NISP (2018)
Underlying: Proyek pembangunan green building Sustainable Bond Tropical Landscape Finance Facility I Pt (2018)
Underlying: Proyek hutan tanaman industri (HTI) karet alam milik PT Royal Lestari
Green Bond & Gender Bond Utama (join venture antara Grup Barito Pacific dengan Michelin asal Prancis) di
(Sustainability Bond Program) OCBC NISP (2020) provinsi Jambi dan Kalimantan Timur
Underlying:
• Green Bond: Pembiayaan untuk green manufacturers (a.l. Catatan:
• Asumsi Kurs 1 USD=IDR14.000
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan machinery • Star Energy Geothermal merupakan anak usaha PT Barito Pacific Tbk.
rejuvination), Pembangkit Listrik Energi Baru Terbarukan/EBT, dan Sumber:
1. Green Sukuk Allocation and Impact Report, May 2021 8. Salak-Darajat Green Bond Framework 2020
2. Keterangan Pers DJPPR Kemenkeu RI (djppr.kemenkeu.go.id) 9. Press release & Sustainability-linked financing
green building 3. Publikasi resmi OCBC NISP (ocbcnisp.com) framework PT Japfa Tbk (Mar, 2021)
• Gender Bond: Pendanaan UKM milik wanita dan pinjaman 4. Annual Sustainability Report BRI (2019) 10. Press Release Sustainable Bond TLFF (2018)

untuk pengusaha wanita


5.
6.
Bank Mandiri Sustainability Framework 2021
PT IIF Sustainable Financing Framework 2020
11. Publikasi resmi Singapore Exchange 47
7. Star Energy Geothermal Annual Green Bond Report (2019-2021)
Pipeline Penerbitan Green/Sustainable Bond Indonesia

O B L I G A S I S WA S TA

2022
Green Bond BNI
- Target Dana IDR 5 Triliun
- Memiliki tiga tenor yakni 3, 5, dan 7 tahun
- Penawaran awal: 11 - 25 Mei 2022
- Penawaran umum: 14 – 16 Juni 2022
- Pencatatan: IDX (22 Juni 2022)
- Rating: PT Pemeringat Efek Indonesia yakni AAA (triple A)

2022
Green Bond (Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I)
- Target Dana IDR 15 Triliun
- Rating: PT Pemeringat Efek Indonesia yakni AAA (triple A)

48
POJK No. 51/POJK.03/2017 Tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga
Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik

Ketentuan Keuangan Berkelanjutan

1. Wajib menerapkan Prinsip Keuangan 8 Prinsip


POJK No. Berkelanjutan (8) 1. Investasi bertanggung 5. Komunikasi yg informatif
2. Wajib Menyampaikan Rencana Aksi Keuangan jawab
51/POJK.03/2017 6. Inklusif
Tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Untuk LJK 2. Strategi dan praktik bisnis 7. Pengembangan sektor
3. Wajib Menyampaikan Laporan Keberlanjutan berkelanjutan unggulan prioritas
Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa
3. Pengelolaan risiko sosial 8. Koordinasi dan kolaborasi
Keuangan, Emiten, dan Perusahaan (Sustainability Report) dan LH
Publik 4. Mengoptimalkan Dana CSR Untuk Mendukung 4. Tata kelola
Program Keuangan Berkelanjutan

Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan


POJK No. Efek bersifat utang yang dana hasil penerbitannya
60/POJK.04/2017 digunakan untuk membiayai/ membiayai ulang
Tentang Penerbitan dan
sebagian atau seluruh Kegiatan Usaha Berwawasan
Persyaratan Efek Bersifat Utang

+
Berwawasan Lingkungan (Green Lingkungan - KUBL
Bond)

KDK Nomor 24/KDK.01/2018 tentang Insentif UMKM


Pengurangan Biaya Pungutan sebesar 25% dari Biaya 12 Kategori Kegiatan
Pendaftaran dan Pernyataan Pendaftaran Green Bond Usaha Berkelanjutan untuk
implementasi POJK NO 51
49
Dukungan OJK terhadap Pengembangan Sustainable Finance
Produk Inovatif

Penciptaan Produk dan/Jasa Keuangan Terhadap Inisiatif Kredit/Pembiayaan/Investasi Berkelanjutan


Perbankan Pasar Modal IKNB
- Sustainability Linked Loan - Sustainability Linked Bond - Dana Pensiun: Menginvestasikan sebagian dana dari
Merupakan penambahan Merupakan surat utang (obligasi Perusahaan Dana Pensiun ke dalam produk investasi
portofolio kredit yang diberikan maupun sukuk) untuk menjaring hijau (misalnya Sustainability Bond).
oleh bank kepada industri (yang pembiayaan dari publik untuk - Lembaga Pembiayaan: Memberikan pembiayaan
belum hijau) dalam melakukan proyek-proyek yang masuk ke (mandiri atau sindikasi) yang melibatkan dana dari
upaya-upaya untuk mengurangi dalam kategori kegiatan usaha negara donor, filantropi, dan platform lainnya untuk
emisi yang dikeluarkan (menuju berkelanjutan. membiayai kegiatan usaha berkelanjutan misalnya green
hijau). - Securities Crowdfunding building, ecotourism, renewable energy, efficiency
- Kredit kepada kategori kegiatan Pemanfaatan penyelenggara energy, organic farming, sustainable infrastructure, dsb.
usaha berkelanjutan layanan Securities Crowdfunding - LKM: Memberikan pembiayaan kepada klaster petani
Merupakan pemberian kredit dalam menjaring pembiayaan organik, dsb.
(mandiri atau sindikasi) yang dari publik untuk proyek-proyek - Asuransi
melibatkan dana dari negara yang masuk ke dalam kategori • Ketersediaan premi asuransi untuk kegiatan usaha
donor, filantropi, dan platform kegiatan usaha berkelanjutan berkelanjutan serta adaptasi terhadap climate
lainnya untuk membiayai kegiatan (maksimal Rp 10M sebagaimana disaster.
usaha berkelanjutan misalnya diatur dalam POJK No. • Menginvestasikan sebagian dana dari Perusahaan
green building, ecotourism, 57/POJK.04/2020 tentang Asuransi ke dalam produk investasi hijau (misalnya
renewable energy, efficiency Penawaran Efek Melalui Layanan Sustainability Bond).
energy, organic farming, Urun Dana Berbasis Teknologi
sustainable intfrastructure, dsb. Informasi). 50
Best Practice SSB – Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)
Pada November 2021, BCBS menerbitkan konsultatif paper berupa guidance dalam rangka mendorong pendekatan berbasis prinsip untuk
meningkatkan manajemen risiko dan praktik pengawasan terkait dengan climate-related financial risks mencakup 18 high-level principles. Prinsip
1 hingga 12 memberikan panduan kepada bank tentang manajemen climate-related financial risks yang efektif, sedangkan prinsip 13 hingga 18
memberikan panduan bagi prudential supervisors.
November 2021
Prinsip-prinsip pengelolaan climate-related financial risks bagi Bank Prinsip-prinsip pengelolaan climate-related financial risks bagi Pengawas
Corporate P1 Bank harus mengembangkan dan menerapkan proses yang baik untuk memahami dan menilai potensi
Governance) dampak climate-related risk drivers pada bisnis dan lingkungan dimana mereka beroperasi. Persyaratan P13 Pengawas harus memastikan bahwa bank mengintegrasikan climate-
pengaturan dan related risk drivers yang material ke dalam strategi bisnis, tata kelola
P2 Dewan dan manajemen senior harus secara jelas menugaskan tanggung jawab terkait iklim kepada anggota pengawasan perusahaan, dan kerangka pengendalian internal bersifat sehat dan
dan komite serta melakukan pengawasan yang efektif terhadap climate-related financial risks. kehati-hatian komprehensif.
P3 Bank harus mengadopsi kebijakan, prosedur, dan kontrol yang tepat diterapkan di seluruh organisasi untuk bagi bank
memastikan manajemen climate-related financial risks yang efektif.
P14 Pengawas harus memastikan bahwa bank dapat secara memadai
(Prudential
mengidentifikasi, memantau, dan mengelola semua climate-related
Internal Control P4 Bank harus memasukkan climate-related financial risks dalam kerangka pengendalian internal dan three regulatory &
supervisory financial risks yang material sebagai bagian dari penilaian terhadap risk
Framework) lines of defence untuk memastikan identifikasi climate-related financial risks yang sehat, komprehensif dan
requirements appetite dan kerangka kerja manajemen risiko bank.
efektif, serta pengukuran dan mitigasi climate-related financial risks yang bersifat material.
for banks) P15 Pengawas harus memastikan bahwa bank secara komprehensif
Capital & P5 Bank harus mengidentifikasi dan mengukur climate-related financial risks dan mempertimbangkan hal mengidentifikasi dan menilai climate-related risk drivers dalam profil risiko
Liquidity tersebut sebagai material berdasarkan jangka waktu yang relevan dalam proses penilaian kecukupan modal dan memastikan bahwa climate-related financial risks material
Adequacy dan likuiditas internal. dipertimbangkan secara memadai dalam pengelolaan kredit, pasar,
Risk P6 Bank harus mengidentifikasi, memantau dan mengelola climate-related financial risks yang secara material likuiditas, operasional, dan jenis risiko lainnya.
management dapat mengganggu kondisi keuangan mereka, termasuk sumber daya permodalan dan posisi likuiditas. Tanggung P16 Dalam melakukan asesmen pengawasan terkait climate-related financial
Process jawab, risks atas manajemen LJK, Pengawas harus menggunakan berbagai teknik
wewenang, dan dan tools yang tepat dan mengadopsi langkah-langkah tindak lanjut yang
Management P7 Bank harus berusaha untuk memastikan bahwa sistem pelaporan internal mampu memantau climate- memadai jika terjadi ketidaksesuaian material dengan supervisory
fungsi
monitoring & related financial risks yang bersifat material dan menghasilkan informasi yang tepat waktu untuk expectations.
pengawas
Reporting) memastikan pengambilan keputusan dewan dan manajemen senior yang efektif.
(Responsibility, P17 Pengawas harus memastikan memiliki sumber daya dan kapasitas yang
Comprehensive P8 Bank harus memahami dampak climate-related risk drivers pada profil risiko kredit dan memastikan sistem powers, and memadai untuk menilai secara efektif pengelolaan climate-related financial
management of dan proses manajemen risiko kredit mempertimbangkan climate-related financial risks yang material. functions of risks oleh bank yang diawasi.
credit risk supervisors) P18 Pengawas harus mempertimbangkan untuk menggunakan climate-related
risk scenario analysis, termasuk stress testing, untuk mengidentifikasi
Comprehensive P9 Bank harus memahami dampak climate-related risk drivers pada posisi risiko pasar dan memastikan bahwa
management of sistem dan proses manajemen risiko pasar mempertimbangkan climate-related financial risks yang bersifat faktor risiko yang relevan, ukuran eksposur portofolio, mengidentifikasi
market, material. kesenjangan data dan menginformasikan kecukupan pendekatan
liquidity, manajemen risiko. Bila perlu, pengawas harus mempertimbangkan untuk
operational, and P10 Bank harus memahami dampak climate-related risk drivers pada profil risiko likuiditas dan memastikan mengungkapkan temuan dari pengujuian ini. -- validasi
other risks bahwa sistem dan proses manajemen risiko likuiditas mempertimbangkan climate-related financial risks
yang bersifat material.

P11 Bank harus memahami dampak climate-related risk drivers pada risiko operasional dan memastikan bahwa
sistem dan proses manajemen risiko mempertimbangkan climate-related risks yang material.

Scenario P12 Jika diperlukan, bank harus menggunakan scenario analysis, termasuk stress testing, untuk menilai
Analysis ketahanan model dan strategi bisnis terhadap climate-related pathways dan menentukan climate-related 51
risk drivers pada keseluruhan profil risiko.
Best Practice SSB – International Organization of Securities Commissions (IOSCO)
The International Organization of Securities Commissions (IOSCO) merupakan badan internasional yang mengkoordinasikan regulator sekuritas dunia
dan diakui sebagai pembuat standar global untuk sektor sekuritas. Pada Juni 2021, IOSCO telah menyusun rekomendasi awal untuk regulator sekuritas
dalam menyusun regulatory and supervisory framework termasuk disclosure standard bagi asset management dan emiten.

Juni 2021
1. Recommendations on Sustainability-Related Practices, Policies, Procedures 2. Report on Sustainability-related Issuer Disclosures
and Disclosure in Asset Management • Report ini fokus pada peran Board-level Sustainable Finance Taskforce (STF)
terkait pengungkapan keberlanjutan pada perusahaan emiten.
Di Juni 2021, IOSCO mempublikasikan Consultation Paper mengenai Recommendation for
Sustainability-Related Practices, Policies, Procedures, and Disclosures in Asset Management • STF IOSCO juga telah berkoordinasi dengan FSB-TCFD, NGFS, the International
yang berfokus pada masalah perlindungan investor dan usulan agar regulator sekuritas Platform on Sustainable Finance (IPSF) terkait inisiatif pengungkapan lainnya
mempertimbangkan untuk menetapkan peraturan dan pengawasan untuk manajer aset mengenai melalui beberapa workstream pada organisasi internasional.
peluang dan risiko terkait pembiayaan keberlanjutan.
Rekomendasi terkait standard pelaporan umum keberlanjutan bagi emiten agar
Cakupan rekomendasi dalam laporan tersebut: memperhatikan:
• Asset Manager Practices, Policies, Procedures and Disclosure: • The completeness, consistency and comparability of sustainability-related
Regulator harus mempertimbangkan rekomendasi ini dalam menetapkan ekspektasi peraturan information
dan pengawasan untuk Asset Manager. • Principles, frameworks and standards
• Product Disclosure • Topic scope and materiality.
Regulator harus mempertimbangkan untuk memperluas persyaratan existing atau menyusun • Narrative disclosures and quantitative metrics
panduan peraturan baru, untuk meningkatkan pengungkapan produk guna membantu investor • Linkage between sustainability issues and business strategy/financial
lebih memahami: (a) produk terkait keberlanjutan; dan (b) risiko material terkait keberlanjutan implications
untuk semua produk.
• Supervision and Enforcement Ke depan, pertimbangan utama dalam langkah IOSCO STF terkait pengungkapan
Regulator harus memiliki supervisory tools untuk memastikan bahwa Asset Manager dan keuangan keberlanjutan pada emiten:
produk terkait keberlanjutan mematuhi persyaratan peraturan dan memiliki enforcement tools • Pemantauan IFRS Foundation Trustees’ plans dalam menyusun desain dan
untuk menangani setiap pelanggaran atas persyaratan tersebut. pembentukan ISSB
• Terminology • Memantau perkembangan penyusunan reporting standard terkait keberlanjutan.
Regulator mendorong pelaku industri untuk mengembangkan istilah dan definisi umum terkait • Mengembangkan pendekatan regulator pasar modal sebagai respon terhadap
keuangan berkelanjutan untuk memastikan konsistensi di seluruh industri aset manajemen. pengungkapan keberlanjutan setelah standar pelaporan ISSB diterapkan.
• Financial and Investor Education
Regulator harus mendorong inisiatif edukasi keuangan dan investor yang berkaitan dengan
keberlanjutan. 52
Best Practice SSB – The International Association of Insurance Supervisors (IAIS)
The International Association of Insurance Supervisors (IAIS) adalah badan penetapan standar internasional untuk
sektor asuransi yang merupakan organisasi keanggotaan sukarela pengawas asuransi dari lebih dari 190 negara. Pada Mei
2021, IAIS telah menerbitkan paper yang memberikan guidance untuk para pengawas dalam meningkatkan upaya
mengidentifikasi dan melakukan tindak lanjut atas climate change.
Mei 2021
Application Paper on the Supervision of Climate related Risks. September 2021
• IAIS bekerjasama dengan Sustainable Insurance Forum UN telah menerbitkan Application Paper on the Supervision of Press release Global Insurance Market Report
Climate related Risks in the Insurance Sector pada bulan Mei 2021 untuk sektor asuransi. Paper ini memberikan (GIMAR)
guidance untuk para pengawas dalam meningkatkan upaya mengidentifikasi dan melakukan tindak lanjut atas climate
• IAIS menerbitkan publikasi mengenai dampak
change, serta rekomendasi kebijakan yang sejalan dengan IAIS Insurance Core Principles (ICP).
perubahan iklim terhadap stabilitas keuangan
• Lingkup paper dimaksud meliputi: sektor asuransi melalui penilaian terhadap investasi
sektor asuransi yang terkena perubahan iklim.
Supervisory Pengawas diminta untuk menyusun supervisory plan yang mempertimbangkan climate related risk serta
Publikasi tersebut disusun berdasarkan data
Review and menilai dampak climate risk terhadap prudensial risk (investment risk, liquidity risk, operational risk,
Reporting - reputational risk, strategic risk dan underwriting risk). kuantitatif dan kualitatif dari negara anggota IAIS
ICP 9 untuk lebih memahami eksposur aset perusahaan
asuransi dan pandangan pengawas tentang climate-
Corporate Pengawas diminta memperhatikan tata kelola terkait climate risk yang mencakup pengawasan aktif related risk.
Governance - pengurus, strategi dan model bisnis, peran dewan terkait manajemen risiko dan pengendalian internal.
• Berdasarkan data yang mencakup 75% industri
ICP 7
asuransi global, hasil analisis menunjukkan bahwa
Risk ICP-8 Pengawas diminta untuk mengintegrasikan climate related risk ke dalam sistem manajemen risiko dan lebih dari 35% aset perusahaan asuransi terekspos
Management pengendalian internal. ICP-16 Pengawas mengoordinasikan manajemen risiko, perencanaan strategis dan risiko perubahan iklim.
- ICP 8 dan 16 manajemen permodalan serta mengukur bagaimana climate related risk diintegrasikan dalam kebijakan dan
proses underwriting.
Investments - Pengawas perlu memperhatikan dampak physical and transition risks terhadap portofolio investasi
ICP 15 perusahaan asuransi dengan mempertimbangkan durasi dan kualitas ALM.
Disclosure - Pengawas mewajibkan kepada perusahaan asuransi untuk mengungkapkan informasi termasuk climate
ICP 20 related risk yang bersifat material kepada pemegang polis dan stakeholder lainnya.

• Lebih lanjut, terdapat beberapa ICP yang terkait namun tidak termasuk scope Paper, yaitu ICP 14 dan 17 (Valuation
and Capital Requirements), ICP 19 (Conduct of Business), ICP 24 (Macroprudential Supervision).
53
Dukungan OJK terhadap Pengembangan Sustainable Finance
Penerbitan POJK 51/2017 – RAKB
a. Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan adalah dokumen tertulis yang Prioritas Rencana Aksi Pelaksanaan
menggambarkan rencana kegiatan usaha dan program kerja LJK Pengembangan Produk Pembiayaan kepada proyek energi terbarukan, efisiensi
jangka pendek (satu tahun) dan jangka panjang (lima tahun) yang dan/atau Jasa Keuangan energi, pertanian berkelanjutan , perikanan berkelanjutan ,
sesuai dengan prinsip yang digunakan untuk menerapkan Keuangan Berkelanjutan proyek bangunan hijau dan pariwisata ramah lingkungan
Berkelanjutan, termasuk strategi untuk merealisasi rencana dan (wisata untuk memperbaiki keanekaragaman hayati,
program kerja tersebut sesuai dengan target dan waktu yang konservasi fauna, dan sumber daya alam lainnya).
ditetapkan, dengan tetap memperhatikan pemenuhan ketentuan Pengembangan Pelatihan yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan
kehati-hatian dan penerapan manajemen risiko. kapasitas intern LJK kapabilitas sumber daya manusia LJK dalam penerapan
b. LJK wajib menyusun dan menyampaikan Rencana Aksi Keuangan Keuangan Berkelanjutan.
Berkelanjutan (RAKB) kepada OJK sebagaimana tercantum dalam Penyesuaian organisasi Adanya fungsi keberlanjutan dalam organisasi.
Lampiran I POJK 51/2017.
Penyesuaian manajemen LJK mempertimbangkan dan memperhitungkan risiko sosial
c. LJK wajib melaksanakan RAKB secara efektif. risiko dan lingkungan hidup dalam setiap pengambilan keputusan.
d. LJK wajib mengkomunikasikan RAKB kepada: pemegang saham dan Penyesuaian tata kelola Menambahkan komponen keberlanjutan dalam struktur dan
seluruh jenjang organisasi yang ada pada LJK. LJK proses tata kelola LJK.
e. RAKB wajib disertai target waktu penerapan dan disusun Penyesuaian standar Mempertimbangkan dan memperhitungkan aspek sosial dan
berdasarkan prioritas masing-masing LJK paling sedikit: prosedur operasional LJK Lingkungan Hidup dalam setiap SOP LJK.
• pengembangan Produk dan/atau Jasa Keuangan Berkelanjutan Cakupan informasi pada RAKB:
termasuk peningkatan portofolio pembiayaan, investasi atau a. Ringkasan Eksekutif  Penjelasan umum RAKB (maksimal 3 halaman).
penempatan pada instrumen keuangan atau proyek yang sejalan
b. Proses Penyusunan RAKB  Keterlibatan pihak dalam menyusun RAKB dan rujukan
dengan penerapan Keuangan Berkelanjutan;
RAKB.
• pengembangan kapasitas intern LJK; atau
c. Faktor Penentu RAKB  Dasar penetapan tujuan dan prioritas RAKB.
• penyesuaian organisasi, manajemen risiko, tata kelola, dan/atau
d. Prioritas dan Uraian RAKB  Penetapan prioritas penerapan RAKB oleh LJK.
standar prosedur operasional LJK yang sesuai dengan prinsip
penerapan Keuangan Berkelanjutan. e. Tindak Lanjut RAKB  Uraian proses yang digunakan dalam mengkaji ulang RAKB
untuk kemudian ditetapkan tindak lanjut dari RAKB.
54
Dukungan OJK terhadap Pengembangan Sustainable Finance
Penerbitan POJK 51/2017 – Laporan Keberlanjutan
a. Laporan Keberlanjutan (Sustainability Laporan Keberlanjutan harus memuat informasi paling sedikit:
Report) adalah laporan yang diumumkan
kepada masyarakat yang memuat
kinerja ekonomi, keuangan, sosial, dan 1. Penjelasan strategi 2. Ikhtisar aspek keberlanjutan 3. Profil singkat LJK, Emiten
lingkungan hidup suatu LJK, Emiten, dan keberlanjutan  (ekonomi, sosial, dan dan Perusahaan Publik 
Perusahaan Publik dalam menjalankan penjelasan mengenai Lingkungan Hidup)  gambaran keseluruhan
bisnis berkelanjutan. strategi keberlanjutan LJK, perbandingan kinerja 3 (tiga) mengenai karakteristik LJK,
b. LJK, Emiten, dan Perusahaan Publik Emiten, dan Perusahaan tahun terakhir LJK, Emiten, Emiten, dan Perusahaan
wajib menyusun Laporan Keberlanjutan. Publik. dan Perusahaan Publik. Publik.

c. Disusun secara terpisah dari laporan


4. Penjelasan Direksi  5. Tata kelola keberlanjutan  6. Kinerja keberlanjutan 
tahunan atau sebagai bagian yang tidak
uraian kebijakan dan uraian mengidentifikasi, uraian portofolio kinerja
terpisah dari laporan tahunan. Dalam hal
strategi Direksi. mengukur, memantau, dan keberlanjutan LJK, Emiten,
terpisah, wajib disampaikan kepada OJK
mengendalikan risiko atas dan Perusahaan Publik.
setiap tahun paling lambat pada tanggal
penerapan Keuangan
30 April tahun berikutnya.
Berkelanjutan.
d. Wajib dipublikasikan melalui situs web
paling lambat pada tanggal 30 April 7. Verifikasi tertulis dari 8. Lembar umpan balik 9. Tanggapan LJK, Emiten,
tahun berikutnya. pihak independen, jika (feedback) untuk pembaca, atau Perusahaan Publik
ada. jika ada. terhadap umpan balik
e. Bagi LJK yang belum memiliki situs web, laporan tahun sebelumnya.
Laporan Keberlanjutan wajib
dipublikasikan melalui media cetak atau
media pengumuman lain yang mudah
terbaca oleh publik paling lambat pada
tanggal 30 April tahun berikutnya.
55
Dukungan OJK terhadap Pengembangan Sustainable Finance
Penerbitan POJK 51/2017 – Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Kewajiban melaksanakan Contoh alokasi dana TJSL yang mendukung kegiatan penerapan
Keuangan Berkelanjutan
Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan - TJSL
• LJK yang diwajibkan melaksanakan TJSL
wajib mengalokasikan sebagian dana TJSL Penyaluran pembiayaan kepada usaha mikro yang layak (feasible) namun
untuk mendukung kegiatan penerapan belum memiliki akses terhadap pendanaan dari LJK yang diarahkan untuk
pengembangan bisnis berkelanjutan.
Keuangan Berkelanjutan.
• Emiten yang bukan merupakan LJK dan
Perusahaan Publik yang bukan Pelaksanaan kampanye pola
merupakan LJK namun diwajibkan Pelatihan bagi calon
produksi dan konsumsi yang
melaksanakan TJSL dapat nasabah mengenai
berkelanjutan (sustainable
bisnis berkelanjutan.
mengalokasikan sebagian dana TJSL production and consumption).
untuk mendukung kegiatan penerapan
Keuangan Berkelanjutan.
• Alokasi dana TJSL bagi LJK dituangkan Subsidi premi asuransi bagi petani, nelayan dan masyarakat miskin
dalam RAKB. dan/atau berpenghasilan rendah yang rentan terhadap bencana.
• Penggunaan dana TJSL tersebut
dituangkan dalam Laporan Berkelanjutan.

56
Latest Development on Climate Change
Perpres No 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Perpres No 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon Untuk Pencapaian Target Kontribusi Yang
Ditetapkan Secara Nasional Dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Pembangunan Nasional terdiri dari 10 BAB dan
90 Pasal. Dari 90 Pasal tersebut, terdapat 18 Pasal yang memberikan mandat untuk penyusunan Peraturan Menteri sebagai
tindak lanjut dari Perpres ini. 57

Anda mungkin juga menyukai