Anda di halaman 1dari 22

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PEMANFAATAN DATA SIDIK


DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Disampaikan pada Rapat Koordinasi ProKlim


Manggala Wanabakti, 26 April 2018

Ir. Arif Wibowo, M.Sc.


Kasubdit Identifikasi dan Analisis Kerentanan
Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim
PENDAHULUAN
FAKTA: Konsentrasi gas rumah Laporan IPCC (AR 5)
kaca (GRK) meningkat tahun 2014:
a. Suhu rata-rata
tahunan meningkat a. Meningkatnya
0,3°C sejak tahun frekuensi dan
1900 Suhu permukaan bumi intensitas curah
b. Dekade 1990an dan laut meningkat hujan yang tinggi
adalah dekade b. Meningkatnya suhu
terhangat pada abad ekstrim (hari panas
ke-20 dan gelombang
c. Tahun 1998 adalah panas)
tahun terhangat Pemanasan global c. Meningkatnya
d. Curah hujan tahunan frekuensi badai
turun 2-3% selama tropis
musim penghujan d. Meningkatkan
(Desember – frekuensi el nino dan
Februari) Perubahan iklim la nina di Indonesia

Keterangan:
IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change
AR 5 : Fifth Assessment Report
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
MITIGASI:
ADAPTASI :
Usaha penanggulangan untuk
Proses memperkuat dan
mencegah terjadinya perubahan iklim
membangun strategi antisipasi
melalui kegiatan yang dapat
dampak perubahan iklim serta
menurunkan emisi/meningkatkan
melaksanakannya sehingga mampu
penyerapan gas rumah kaca dari
mengurangi dampak negatif dan
berbagai sumber emisi/rosot.
mengambil manfaat positifnya.
(MENCEGAH)
(MENYESUAIKAN PERUBAHAN)

Mitigasi

Adaptasi

ADAPTASI dan MITIGASI merupakan strategi yang saling melengkapi untuk mengurangi dan
mengelola risiko perubahan iklim
Tujuan Adaptasi Perubahan Iklim

Mengurangi tingkat kerentanan (vulnerability) dan


tingkat keterpaparan (exposure) dampak perubahan iklim
(climate risk)

Terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang memiliki


ketahanan yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim
(climate resilience)
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.7 tahun 2018
tentang Pedoman Kajian Kerentanan, Risiko, dan Dampak Perubahan Iklim

Analisis untuk kajian kerentanan,


risiko, dan dampak perubahan
iklim terbagi atas tingkat:
a. Makro  kepentingan nasional
b. Meso  kepentingan provinsi
c. Mikro  kepentingan
kabupaten/kota
d. Tapak  kepentingan
kecamatan dan desa, RW atau ProKlim
dusun dalam satu desa
Analisis tingkat tapak dilengkapi dengan
Pendekatan Partisipatif untuk menilai kondisi
sosial budaya kemasyarakatan.

Pendekatan partisipatif memasukkan informasi


mengenai kapasitas dan sumberdaya lokal,
minimal berupa:
- Sumber daya alam
- Kearifan lokal
- Adat istiadat
Agar upaya adaptasi
tepat sasaran

Perlu identifikasi
tingkat kerentanan

Dalam menentukan :
- Lokasi
- Jenis aksi adaptasi

Sistem Informasi Data dan Indeks Kerentanan – SIDIK


 Merupakan instrumen penyusunan kajian kerentanan berbasis online yang memberikan
gambaran kerentanan daerah dari sisi biofisik, sosial dan ekonomi yang dapat dikomparasi
antara satu daerah dengan daerah lainnya.
 Agar pemerintah daerah dapat menilai daerahnya sendiri dan merumuskan
program/kegiatan terkait.
KERENTANAN

Kerentanan menggambarkan derajat atau tingkat


kemudahan terkena atau ketidakmampuan suatu sistem
untuk menghadapi dampak buruk dari perubahan iklim,
termasuk keragaman iklim dan iklim esktrim

Tinggi rendah tingkat Kerentanan akan dipengaruhi oleh:


• keterpaparan (besar peluang sistem untuk terpapar
terhadap goncangan atau gangguan), semakin besar
semakin rentan
• sensitivitas (kondisi internal sistem yang mengambarkan
tingkat kepekaannya terhadap gangguan), semakin besar
semakin rentan
• kemampuan adaptasi (kemampuan sistem untuk
melakukan penyesuaian terhadap tekanan, perubahan
atau gangguan), semakin kecil semakin rentan
INDIKATOR NASIONAL DALAM SIDIK

• Indikator untuk Indeks Kapasitas Adaptasi/IKA (digambarkan dalam


jaring laba-laba warna biru) berupa:
– rasio keluarga yang menikmati layanan listrik
– rasio penduduk yang bersekolah
– rasio jumlah penduduk dengan fasilitas kesehatan yang tersedia
– jenis infrastruktur jalan.

• Indikator untuk Indeks Keterpaparan dan Sensitivitas/IKS


(digambarkan dalam jaring laba-laba warna merah) yaitu:
– rasio jumlah Kepala Keluarga tinggal di bantaran sungai
– rasio jumlah bangunan di bantaran sungai
– jenis sumber air minum
– rasio jumlah penduduk miskin
– jenis sumber penghasilan
PROSES DALAM SIDIK
CARA MENGAKSES SIDIK

Tampilan Awal SIDIK


Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK) dapat diakses melalui tautan
http://sidik.menlhk.go.id/ atau melalui situs resmi Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan
Iklim (Ditjen PPI) yakni ditjenppi.menlhk.go.id
Ada 2 cara untuk masuk ke dalam SIDIK, yaitu:

1. Masuk sebagai Guest.


Abaikan permintaan Username dan Password. Klik di
Pilih Tahun Data, tentukan salah satu dari 2011 dan
2014. Kemudian klik di Sign In as Guest. (lakukan
sebanyak 2 kali)

2. Masuk dengan Username dan Password yang


diperoleh dari Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim.
Ketik Username dan Password kemudian klik di Pilih
Tahun Data, tentukan salah satu pilihan dari 2011 dan
2014. Kemudian klik di Sign In.
Tampilan Menu Utama SIDIK
Contoh Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim di Kota
Palembang (Menggunakan SIDIK data Podes tahun 2011)

1. Pemilihan indikator
Penentuan tingkat kerentanan di Kota
Palembang dimulai dengan penentuan indikator
yang dinilai dapat mencerminkan dan
berpengaruh terhadap tingkat kerentanan,
sesuai dengan karakteristik biofisik dan kondisi
sosial ekonomi.
Setelah melalui proses identifikasi, indikator
kerentanan Kota Palembang dipilih sebagai
berikut.
Indikator Tingkat Kerentanan Kota Palembang
Faktor Indikator (umum) Indikator Tambahan

Keterpaparan KK Bantaran Sungai Keberadaan Sungai


Bangunan Bantaran Sungai Keberadaan Penggalian Golongan
Lahan Sawah C
Lahan Pertanian Keberadaan di Lokasi Sutet
Kepadatan Penduduk Pencemaran Air

Sensitifitas Sumber Penghasilan Pertama Gizi Buruk


Sumber Air Minum/Memasak Jumlah Warga Cacat
Utama Tempat buang Air Besar
KK Pertanian Membakar Lahan
Bahan Bakar
KK Pemukiman Kumuh

Kemampuan KK Listrik Kegiatan Untuk Lingkungan


Adaptif Sumber Bahan Bakar Utama Jumlah Tenaga Kesehatan di Desa.
Fasilitas Pendidikan Jumlah Warga Jamkesda
Fasilitas Kesehatan Jumlah Surat Keterangan Tidak
Infrastruktur Jalan Mampu
Kios Sarana Pertanian
TKI
2. Dengan menggunakan indikator tersebut,
hasil analisis SIDIK (7 kelas kerentanan)
menunjukkan bahwa sebagian besar
kelurahan di kota Palembang adalah sangat
rendah hingga cukup rendah ( 80%),
sementara  20% berada dalam tingkat
kerentanan sedang.

3. Untuk mengidentifikasi faktor penyebab


tingkat kerentanan maka digunakan diagram
laba-laba dengan mengambil contoh dari tiap
kelas kerentanan.
Distribusi Tingkat Kerentanan Kota Palembang
Peta Kerentanan Kota Palembang
Peta KOTA PALEMBANG

April 21, 2016 1:144,448


0 1.25 2.5 5 mi
sangat rendah sedang
0 2 4 8 km
rendah

cukup rendah
Identifikasi Faktor yang
Berkontribusi terhadap
Tingkat Kerentanan
Indikator berkontribusi besar Sumber
Kelurahan terhadap kerentanan Pilihan Adaptasi Pilihan
IKS IKA Adaptasi
Sukodadi  Keberadaan di Jumlah surat • Alternatif Pengelolaan
(tingkat lokasi SUTET miskin Limbah Terpadu Rumah RPJMD,
kerentanan  Tempat buang air  Fasilitas Tangga RENSTRA,
sangat besar pendidikan • Mengubah Pola Pikir dan FGD
rendah)  Bahan bakar  Kegiatan untuk perilaku masyarakat melalui
lingkungan penyuluhan dan sosialisasi
• Sistem Peringatan Dini
terhadap Bencana Banjir
• Program Kampung Iklim
Sungai Buah  Keberadaan di  Jumlah warga • Mengubah Pola Pikir dan RPJMD,
(tingkat lokasi SUTET yang perilaku masyarakat melalui RENSTRA,
kerentanan  Keberadaan sungai menerima penyuluhan dan sosialisasi FGD
rendah)  Bahan bakar Jamkesda • Kampanye 3ROW (Sosialisasi
Identifikasi Pilihan Adaptasi  Fasilitas dan Penyuluhan managemen
Kesehatan pengelolaan sumber daya air)
Kota Palembang
I Ulu  Keberadaan di  Fasilitas • Pengembangan Tanaman RPJMD,
(tingkat bantaran sungai pendidikan tumpang sari RENSTRA,
kerentanan  Tempat buang air  Jumlah tenaga Alternatif Pengelolaan
• FGD
cukup besar kesehatan di Limbah Terpadu Rumah
rendah)  Gizi buruk desa Tangga
 Fasilitas • Apotik Hidup untuk
kesehatan Pembudidayaan Obat
Keluarga (TOGA) di dalam
Pot
• Mengubah Pola Pikir dan
perilaku masyarakat melalui
penyuluhan dan sosialisasi
13 Ulu  Keberadaan di  Jumlah warga • Diversifikasi Penyediaan RPJMD,
(tingkat bantaran sungai yang Sumber Air Bersih RENSTRA,
kerentanan  Tempat buang air menerima • Apotik Hidup untuk FGD
sedang) besar Jamkesda Pembudidayaan Obat
 Keberadaan sungai  Fasilitas Keluarga (TOGA) di dalam
kesehatan Pot
 Fasilitas • Mengubah Pola Pikir dan
pendidikan perilaku masyarakat melalui
penyuluhan dan sosialisasi
Sebagaimana terlihat dalam peta kerentanan, terdapat 21 kelurahan yang termasuk dalam kategori tingkat kerentanan
sedang. Pilihan adaptasi yang yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kerentanan/risiko pada kelurahan tersebut:
1. Sistem Peringatan Dini terhadap Bencana Banjir
2. Tagana (Tanggap Bencana)
3. Pengelolaan Rawa
4. Apotik Hidup untuk Pembudidayaan Obat Keluarga (TOGA) di dalam Pot
5. Mengubah Pola Pikir dan perilaku masyarakat melalui penyuluhan dan sosialisasi
6. Kampanye 3ROW (Sosialisasi dan Penyuluhan managemen pengelolaan sumber daya air)
7. Diversifikasi Penyediaan Sumber Air Bersih
8. Memelihara Lahan Gambut dengan Menanam Tumbuhan
9. Pembuatan Sumur Resapan dan Lubang Biopori
10. Rumah Pintar Iklim
11. Peningkatan Kapasitas SDM Iklim
12. Alternatif Pengelolaan Limbah Terpadu Rumah Tangga
13. Pembangunan Kolam Retensi
14. Program Kampung Iklim
15. Alternatif Pengairan Kebun Rakyat
16. Pengembangan Pertanian Terpadu (Tanaman-Ternak)
17. Pengembangan Tanaman tumpang sari
18. Penanaman bibit varietas unggul
19. Tagana (Tanggap Bencana)
20. Pengelolaan Rawa
21. Apotik Hidup untuk Pembudidayaan Obat Keluarga (TOGA) di dalam Pot
22. Mengubah Pola Pikir dan perilaku masyarakat melalui penyuluhan dan sosialisasi
23. Kampanye 3ROW (Sosialisasi dan Penyuluhan managemen pengelolaan sumber daya air)
24. Diversifikasi Penyediaan Sumber Air Bersih
25. Memelihara Lahan Gambut dengan Menanam Tumbuhan
26. Pembuatan Sumur Resapan (Rain Haversting) dan Lubang Biopori
27. Program Kampung Iklim
28. Pengembangan tanaman tumpang sari
29. Penanaman bibit varietas unggul
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai