dalam KLHS
JE Kultural
• Rekreasi dan Ekowisata
• Nilai estetika
• Ruang hidup dan tempat
tinggal
• Nilai spiritual
WWF Living Planet Report 2016
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam
Sumber: https://mapsengine.google.com/04498453840810014575-
15875394874078504037-4/mapview/
Cara dari analisis tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati (Permen LHK No. 69/2017)
• Mengkaji pemanfaatan dan pengawetan spesies/jenis tumbuhan dan satwa, yang meliputi:
• Penetapan dan penggolongan yang dilindungi atau tidak dilindungi
• Pengelolaan tumbuhan dan satwa serta habitatnya
• Pemeliharaan dan pengembangbiakan
• Pendayagunaan jenis atau bagian-bagian dari tumbuhan dan satwa liarnya
• Tingkat keragamaan hayati dan keseimbangannya
• Mengkaji ekosistem, yang meliputi:
• Interaksi jenis tumbuhan dan satwa
• Potensi jasa yang diberikan dalam konteks daya dukung dan daya tampung
• Mengkaji genetik, yang meliputi:
• Keberlanjutan sumber daya genetik
• Keberlanjutan populasi jenis tumbuhan dan satwa
Rekomendasi KLHS:
Jalan tidak dibangun
Rekomendasi KLHS:
Jalan pindah rute
6. Tingkat kerentanan dan kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim
Sensitifitas
Kapasitas Adaptasi
• Exposure (paparan): luasan, jumlah populasi, jumlah
infrastruktur yang terpapar
• Sensitivity (sensitivitas): karakteristik/kondisi alam
(contoh: sistem irigasi, pola tanam)
• Adaptive Capacity (kapasitas adaptasi):
• Pengetahuan/Pendidikan
• Teknologi/Informasi
• Institusi
• Infrastruktur
• “Social capital”
• Kesejahteraan
Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim
Menurut PermenLHK No. 69/2017, analisis dilakukan
dengan cara :
a. Mengkaji kerentanan dan risiko perubahan iklim
sesuai ketentuan yang berlaku
b. Menyusun pilihan adaptasi perubahan iklim
c. Menentukan prioritas pilihan adaptasi perubahan
iklim
Kajian perubahan iklim dapat mengacu pada
PermenLHK No. 7/2018 tentang Pedoman Kajian
Kerentanan, Risiko, dan Dampak Perubahan Iklim
http://www.pik-potsdam.de/~mmalte/rcps/
Model Kopel
Earth System Modeling Framework (ESMF)
Atmospheric model
Ocean model
Impact Model
-20
Bulak
Cikedung
Indramayu
Juntinyuat
-30
Mei I Mei II Mei III Jun I Jun II Jun III Jul I Jul II Jul III Agu I
Tanggal Tanam
0
-10
Penurunan hasil (%)
-20
-30
Ale
Bengo
-40 Biru
Jaling
-50
Mei I Mei II Mei III Jun I Jun II Jun III Jul I Jul II Jul III Agu I
Tanggal Tanam
The Case Study: Bengawan Solo Watershed (CCC-ITB for JICA – PU/ATR)
MIROC5
RCP 4.5
Projections
between RCP
and 2050 do not
differ much
Sample grid point
( 2.5o x 1.67o Res.)
RCP 4.5
The size of grid within IPCC (a) (b)
models vary slightly. However,
Bengawan Solo Watershed is
generally presented by one or Historical
two grids → needs Simulation is
Year
not too
downscaling realistic
The relationship between RCP and rain projection is not
linear → Rain projection is not showing clear pattern