Anda di halaman 1dari 67

Konsep Dasar

dalam Ekologi Manusia:


DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
DAN KEBERLANJUTAN
KULIAH 3 SP 6014
Pembangunan Berkelanjutan

Program Magister Studi Pembangunan Dr. Ir. Iwan Kustiwan, MT


SAPPK Institut Teknologi Bandung KK PPK SAPPK ITB
Pokok Bahasan
Daya Dukung Liingkungan sebagai
Konsep dasar dalam Ekologi Manusia Konsep dan Isu Keberlanjutan
1. Ekologi Manusia: Konsep Dasar 1. Konsep Keberlanjutan
Pembangunan Berkelanjutan 2. Dimensi/Pilar Keberlanjutan
2. Daya Dukung Lingkungan? 3. Keberlanjutan dalam
3. Konsep Daya Dukung Lingkungan Pengelolaan Sumber Daya Alam
(DDL) untuk Kehidupan Manusia 4. Strong Sustainability vs Weak
4. Kebutuhan Pengukuran DDL: Sustainability
Ecological Footprint/Jejak Ekologis
5. Isu keberlanjutan dalam
5. EF Demand vs EF Supply Berbagai Skala Spasial
(Biocapacity) sbg Status DDL/
Keberlanjutan
Ekologi Manusia:
Konsep dasar Pembangunan
Berkelanjutan
1. Ekologi Manusia dan Pembangunan
Berkelanjutan
2. Pertumbuhan Penduduk dan Sistem Umpan Balik
3. Ekosistem dan Sosial Sistem sebagai Sistem
Adaptif
4. Organisasi Ekosistem
5. Suksesi Ekologi
6. Ko-evolusi dan Ko-adaptasi antara Sistem
Manusia-Sosial dan Ekosistem
7. Jasa Ekosistem
8. Persepsi terhadap Alam
9. Interaksi Manusia – Ekosistem yang tidak
berkelanjutan
10. Interaksi Manusia – Ekosistem yang tidak
berkelanjutan dan Ekosistem yang berkelanjutan
Ekologi dan Ekologi Manusia
Ekologi
• Ilmu tentang ‘tempat tinggal’ (oikos)
makhluk hidup
• Ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
• Studi tentang struktur dan fungsi
ekosistem atau alam dan manusia
sebagai bagiannya (Odum, 1993)

Ekologi Manusia
• Ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya
Ekologi Manusia Interaksi Sistem Sosial dan Ekosistem

dan Pembangunan Berkelanjutan


• Ekologi: ilmu hubungan antara makhluk
hidup dan lingkungannya.
• Ekologi manusia: ilmu tentang hubungan
antara manusia dan lingkungannya.
Dalam ekologi manusia, lingkungan
dianggap sebagai suatu ekosistem.

Materi, energi dan informasi berpindah dari sistem sosial ke ekosistem sebagai
konsekuensi aktivitas manusia yang berdampak terhadap ekosistem:
• Manusia memengaruhi ekosistem ketika mereka menggunakan sumberdaya
(air, kayu, padanga pengembalaan)
• Setelah menggunakan berbagai materi dari ekosistem, manusia
mengembalikannya ke ekosistem sebagai limbah
• Manusia secara intensif mengubah atau mengatur kembali ekosistem yang
ada, atau menciptakan yang baru, untuk memenuhi kebutuhannya.
Rantai Pengaruh antara
Sistem Sosial dan Ekosistem

Penangkapan ikan
secara komersial di
perairan

Deforestasi dan Penggunaan Kayu Bakar Introduksi Bahan Bakar Nabati di Perdesaan
Intensitas Permintaan
terhadap Ekosistem

Human use of natural resources


Pertumbuhan Populasi
dan Sistem Umpan Balik

Umpan balik Positif


Negative Feedback

Population regulation
and carrying capacity
Exponential Growth
and
Carrying Capacity
Pengertian
Daya Dukung Lingkungan (DDL)-1
• DDL: Kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lain (UU 32/2009)
• DDL: Jumlah individu suatu spesies yang
dapat didukung secara tak terbatas dalam
suatu ruang atau kawasan tertentu (Miller,
1986)
• DDL: kemampuan untuk mendapatkan
hasil dan produk di suatu kawasan dari
sumber daya alam yang terbatas, dengan
mempertahankan jumlah dan kualitas This Photo is licensed under CC BY-SA-NC

sumber dayanya (Khanna, 1999)


Pengertian
Daya Dukung Lingkungan (DDL)-2
• Pengertian daya dukung (carrying capacity)
dalam ekologi dasar adalah ukuran DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
maksimum populasi jenis tertentu yang
dapat disangga oleh suatu wilayah tanpa • Kemampuan maksimal suatu
mengurangi kemampuannya dalam
menyangga populasi jenis yang sama pada wilayah/kawasan untuk mendukung
masa yang akan datang (Cohen, 1996)
kehidupan beserta kegiatan yang ada
• Suatu ukuran dari jumlah sumberdaya yang di dalamnya.
dapat diperbaharui (renewable resources)
yang diperlukan untuk mendukung kehidupan
sejumlah organisme di suatu lingkungan
(Roughgarden, 1979)
• Asal mula konsep DDL:
• Daya dukung merupakan fungsi dari
karakteristik area maupun organisma. Makin Dari pengelolaan hewan ternak dan
besar dan kaya suatu area, ceteris paribus,
memiliki daya dukung yang lebih besar. Atau satwa liar (ilustrasi: The Tragedy of
suatu area tertentu akan Lebih mampu the commons)
menyangga populasi jenis yang memerlukan
energi yang relative lebih rendah (Daily &
Ehrlich, 1992).
The Tragedy of The Commons (Hardin, 1968)
Kasus peternak
yang menggembalakan ternak di
padang rumput
• Padang rumput merupakan
sumber daya dianggap
sebagai milik umum.
• Setiap peternak merasa
mempunyai hak.
• Ketika jumlah peternak
semakin bertambah
sedangkan pertumbuhan
rumput tidak setara maka
akan menyebabkan bencana.
The Tragedy of the Commons (2)

Perilaku manusia • Dampak:


dalam memanfaatkan SDA • penyusutan bahkan kepunahan SDA
yang ada.
• Manusia bertendensi menganggap • Bencana lain berpengaruh terhadap
SDA adalah milik umum, sehingga pemakai SDA tsb, yaitu menurunnya
dalam memanfaatkan serta kualitas SDA; → keberlanjutan hidup si
mengelolanya mereka berpegangan pemakai turut terancam.
pada nilai-nilai milik umum tsb. • Terjadinya bencana di antara para
pemakai, karena tidak adanya
• Akibatnya: terjadi eksploitasi yang mekanisme terkendali dalam
tidak terkendali, sehingga menggunakan SDA
menimbulkan dampak negatif yang → tersisihnya sekelompok pemakai
tidak diduga. yang tidak kuat dan mampu bersaing
dengan si pemakai lain.
→ Fenomena tragedy of commons
The Tragedy of the Commons & Carrying Capacity
• Konsep milik umum seringkali dihubungkan dengan
pemanfaatan sumber daya oleh banyak individu.
• Seringkali rasa kepemilikan dan hak orang dalam
memanfaatkan sumber daya milik umum tidak
dibarengi dengan usaha untuk menjaga
keseimbangan yang harmonis antara intervensi
manusia dengan lingkungannya.
→ Akibatnya kehilangan keseimbangan di antara
keduanya dan menyebabkan bencana bagi si pelaku
maupun alam.
• Teori dan konsep yang dikemukakan oleh Hardin
(1968), secara tidak langsung menjelaskan bahwa
timbulnya kerugian atau bencana disebabkan
karena kurang hati-hati atau pengabaian dari
pemakai sumber daya lingkungan.
→ Keputusan yang dilakukan individu untuk
memanfaatkan sumber daya lingkungan milik umum
itu merupakan keputusan secara mikro, yang
hasilnya menyebabkan bencana secara makro.
Kaitan DDL, SDA dan Ekosistem (1)
• Daya dukung, SDA dan ekosistem memiliki Karakteristik SDA: terbarukan
keterkaitan satu sama lain. dan tak-terbarukan
• Daya dukung suatu lingkungan ditentukan
oleh dua hal pokok, yaitu potensi SDA dan • Tekanan yang salah pada SDA yang
kondisi ekosistem. terbarukan dapat mengakibatkan
• Untuk dapat memanfaatan daya dukung degradasi pontensinya, bahkan
suatu lingkungan haruslah diketahui menghancurkan sama sekali sehingga
potensi dan batasan dari SDA dan menjadi tidak dapat diperbaharui.
ekosistemnya. • Strategi pemanfaatan SDA tak-
• Pada saat pemanfaatan SDA yang terbarukan di masa lalu berprinsip
melampaui potensinya dan menimbulkan pada penggunaan selama mungkin,
tekanan pada ekosistem yang melampaui dewasa ini berubah ke arah
kemampuannya akan merusak potensi SDA penggunaan untuk menghasilkan nilai
dan ekosistemnya berarti pemanfaatannya
tidak akan dapat berkelanjutan. atau manfaat setinggi mungkin dan
tidak menimbulkan pencemaran.
Kaitan DDL, SDA dan Ekosistem (1)
• Ekosistem suatu lingkungan mempunyai • Batasan kenaikkan daya dukung
ketahanan (daya lenting) terhadap sulit diketahui karena sangat
tekanan yang berbeda-beda.
ditentukan oleh Iptek yang
• Jika potensi ekosistem dilampaui maka dikuasai manusia, energi yang
daya lenting ekosistem akan tidak kuat
untuk menahannya dan terjadi kerusakan dimasukkan dan dan sifat-sifat
ekosistem yang akan merusak SDA dan ekosistem dari daya
kelestarian daya dukung. dukung yang digunakan.
• Daya dukung lingkungan merupakan • Secara teoretik, apabila potensi
fungsi dari SDA dan ekosistem, sehingga
jika ingin memanfaatkan lingkungan SDA dan daya lenting ekosistem
untuk memenuhi kebutuhan manusia dilampaui atau terjadi degradasi
haruslah diketahui terlebih dahulu maka daya dukung akan
potensi dan batasan SDA dan
ekosistemnya secara detail sehingga terganggu,
potensi daya dukung tidak terlampaui,
Penerapan Konsep Daya Dukung Lingkungan (DDL)
• Konsep daya dukung menekankan
kemampuan suatu wilayah untuk
mendukung jumlah maksimum
populasi suatu spesies secara
berkelanjutan pada suatu tingkat
kebutuhan sumberdaya yang
diperlukan.
→ Kemampuan ini sangat
tergantung pada kekayaan sumber
daya yang dimiliki oleh suatu wilayah
dan tingkat kebutuhan sumberdaya
oleh suatu organisme.
→ Kemampuan wilayah yang
bersangkutan tidak pernah
berkurang, jika secara terus menerus
terpelihara. This Photo is licensed under CC BY
Penerapan Konsep DDL
untuk Kehidupan Manusia?
• Konsep daya dukung yang berasal dari • Konsep DDL mengasumsikan suatu wilayah
kehidupan bukan manusia kurang sesuai hanya dapat menampung sejumlah orang.
diterapkan untuk manusia. Apabila batas tersebut dilampaui, akan terjadi
• Dalam hal daya dukung terhadap kehidupan kerusakan lingkungan.
manusia, terjadi kompleksitas penetapan → Ada batasan daya dukung dalam habitat
daya dukung yang disebabkan adanya dan relung yang faktornya tergantung pada
perbedaan yang sangat besar dalam hal jenis kondisi lingkungan dan populasinya.
dan jumlah sumberdaya yang digunakan oleh
masing-masing individu dan perubahan • Dalam DDL ekosistem manusia, semua aspek
budaya (teknologi) yang sangat cepat kondisi lingkungan dan budaya sangatlah
memengaruhi, sehingga daya dukung sangat dinamis
bervariasi antara budaya dan tingkat →Batasan minimun dapat berubah, karena
pembangunan ekonomi masyarakat. berbeda dengan organisme lain melalui
kebudayaan, manusia dapat sangat inovatif
• Mobilitas manusia yang sangat tinggi dalam mencari solusi untuk menghindari atau
melampauai batas minimum.
memengaruhi batas wilayah pemenuhan
kebutuhan manusia menjadi tidak terbatas. →Dalam beberapa hal, manusia dapat merekayasa
lingkungan dan mengendalikan kemampuan
daya dukungnya.
Penerapan Konsep DDL
untuk Kehidupan Manusia (2)
• Konsep daya dukung terhadap populasi
manusia mulai dicoba untuk diterapkan
pada tahun 1960-an.
Persamaan IPAT
→ Pola konsumsi manusia sangat
bervariasi dibandingkan dengan jenis
hewan, menyebabkan sangat lebih sulit
I=PxAxT
untuk menduga daya dukung bumi bagi I Impact, dampak lingkungan
manusia. P Population, ukuran populasi manusia
A Affluence, tingkat konsumsi oleh
• Persamaan IPAT (Commoner, 1972): populasi
menjelaskan bahwa daya dukung T Technology, proses yang digunakan
terhadap manusia merupakan fungsi untuk mendapatkan sumberdaya
tidak hanya dari jumlah populasi, tetapi dan mengubahnya menjadi barang
juga perbedaan tingkat konsumsi yang berguna dan limbah.
dipengaruhi oleh teknologi produksi dan
konsumsi.
Masalah Lingkungan: Model IPAT
Konsep DDL untuk kehidupan Manusia (1)
Penting DDL dalam kehidupan manusia
• Pertambahan jumlah penduduk dengan
aktivitasnya menyebabkan kebutuhan akan
SDA (al. lahan dan air) bagi kegiatan sosial
ekonominya yang semakin bertambah.
• Pertambahan jumlah penduduk juga dibarengi
dengan peningkatan konsumsi SDA yang
semakin besar sejalan dengan peningkatan
status sosial ekonomi masyarakat.
• Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan
pola konsumsi akan memengaruhi DDL
Konsep DDL untuk kehidupan Manusia (2)
• Penerapan konsep daya dukung
lingkungan pada populasi manusia
• Untuk kelompok manusia yang hidupnya dari
mengumpulkan tumbuhan dan berburu (masih
primitif) penerapan konsep DDL tidak banyak
membawa masalah.
• DDL ini pada hakekatnya adalah daya dukung
lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan
biomasa tumbuhan dan hewan yang dapat
dikumpulkan dan ditangkap per-satuan luas
dan waktu di kawasan tsb.
• Sistem dengan dayadukung lingkungan alamiah
disebut sistem tak tersubsidi, karena tidak
mendapatkan subsidi energi dari luar sistem.
• Dengan makin meningkatnya kebudayaan, penerapan konsep daya
dukung dalam konteks manusia makin sulit, karena:
• Orang mulai melakukan intensifikasi pertanian dengan memasukkan energi
dari luar (pupuk buatan, air irigasi dan pestisida).
→ Dengan intensifikasi produksi meningkat → DDL juga meningkat.
→ DDL sifatnya tidak statis, dapat meningkat dengan penggunaan teknologi.

• Dengan kemajuan kebudayaan,


berkembang pula sistem pasar
• Apa yang dipanen tidak hanya untuk
dikonsumsi, melainkan juga untuk dijual
→ Hasil penjualan itu sebagian
digunakan juga untuk membeli barang
bukan makanan
• Dapat pula terjadi di suatu wilayah tidak
ditanam bahan makanan, melainkan
tanaman perdagangan yang bernilai
ekonomi tinggi. This Photo is licensed under CC BY
Konsep DDL untuk kehidupan manusia (3)
• Daya dukung (carrying capacity)
tidak hanya diukur dari
kemampuan lingkungan dan SDA
mendukung kehidupan manusia,
tetapi juga dari kemampuan
menerima beban pencemaran dan
pembangunan.
• Daya dukung, terdiri dari:
– Kapasitas penyediaan
(supportive capacity)
– Kapasitas tampung limbah
(assimilative capacity)
• DDL dan DTL dalam UU 32/2009
DDL tidak statis?
1. Sifat penting dari daya dukung
yang perlu diketahui adalah daya
dukung dapat dinaikkan
kemampuannya oleh manusia.
2. Daya dukung lingkungan dapat
meningkat bila ditambahkan
atau dimasukkan ilmu dan
teknologi ke dalam suatu
lingkungan.
3. Subsidi energi ke dalam
lingkungan juga dapat
meningkatkan DDL.
DDL vs Peningkatan Iptek
• Apakah pemasukan Iptek dan subsidi
energi dalam usaha meningkatkan daya
dukung tidak ada batasnya?

• Penggunaan Iptek yang tidak bijaksana


justru akan menghancurkan DDL.

• Beban yang diberikan manusia kepada DDL


yang melampaui potensi atau daya
lentingnya akan dapat menurunkan DDL
• Peningkatan Iptek dalam cara
• Misalnya disebabkan oleh: pemanfaatan suatu SDA akan dapat
• Jumlah penduduk yang harus didukung meningkatkan DDL
• Karena keterbatasan dari potensi SDA,
telah melampaui kemampuan DDL nya
ekosistem, dan Iptek yang dikuasai , maka
• Cara pemanfaatan SDA dan ekosistem peningkatan DDL dapat pula bersifat
dalam lingkungan yang salah dapat sigmoid, bahkan pada ujung grafik
menimbulkan kerusakan. sigmoid dapat menurun.
Dinamika Sistem Aktivitas Manusia dan DDL-DTL

1. Aktivitas manusia
2. Sumber daya
3. Daya dukung
lingkungan
4. Konsumsi SDA
5. Limbah
6. Daya tampung
lingkungan
7. Kualitas lingkungan
8. Kesejahteraan
manusia
Daya Dukung Lingkungan
dalam konteks Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sumber:
Undang-undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebutuhan Pengukuran DDL
• Daya dukung lingkungan secara umum
didefinisikan sebagai kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya.
→ DDL berusaha “ditingkatkan” dengan
menggunakan bantuan teknologi canggih dan
pertukaran barang/jasa atau perdagangan.
• Dari sisi neraca lahan, misalnya, daya dukung
suatu kawasan dapat ditingkatkan dengan
menggunakan teknologi pembangunan • Gagasan analisi EF menempatkan bahwa
mutakhir, misalnya pembangunan secara manusia mengkonsumsi berbagai produk,
vertikal (menciptakan bangunan pencakar sumberdaya dan jasa untuk bertahan hidup
langit).
• Dari sisi neraca air ketika suatu kawasan tidak → Jumlah konsumsi setiap sumberdaya tsb
dapat lagi memenuhi kebutuhan air dapat ditelusuri ke belakang sebagai luas
penduduknya, maka air tersebut dapat lahan produktif secara ekologis yang
didatangkan dari wilayah sekitar melalui menyediakan materi dan energi.
pertukaran barang dan jasa atau perdagangan.
Konsep dasar Ecological Footprint
• Kebutuhan hidup manusia dari lingkungan dapat
dinyatakan dalam luas area yang dibutuhkan untuk
berbagai aktivitasnya → Jejak ekologi (ecological
footprint).
• Untuk mengetahui tingkat keberlanjutan SDA dan
lingkungan, luas area JE dibandingkan dengan luas
aktual lahan produktif
• Perbandingan antara luas area JE dengan luas aktual
lahan produktif ikemudian dihitung sebagai
perbandingan antara lahan yang dibutuhkan
(demand) dan lahan yang tersedia (supply).
→ Perbandingan menunjukkan kondisi/status daya
dukung lingkungan: pengertian kemampuan suatu
wilayah dalam menunjang kehidupan mahluk William Rees dan Mathis Wackernagel
hidup secara berkelanjutan. memperkenalkan konsep ecological footprint
(EF) pertama kali pada tahun 1986.
Dikembangkan pada tahun 1995.
Ecological Footprint
(Jejak Ekologis, Telapak Ekologis)
• Ecological Footprint (EF) adalah indikator baru
untuk menghitung keberlanjutan.
• EF didefinisikan sebagai luas lahan produktif
secara ekologis yang dapat menopang dan
mendukung populasi tertentu dengan gaya
hidup yang dapat diterima.
• Jejak ekologis adalah alat perhitungan
sederhana yang memaparkan dampak
manusia dalam sebuah indeks, yang konsisten
dengan prinsip termodinamika dan ekologi
(Chambers et al., 2000).
JEJAK EKOLOGIS dihitung
• Konsep jejak ekologis ini dikembangkan oleh mulai dari skala individu, rumah
William Rees dan Mathis Wackernagel pada tangga, kominutas, kota, wilayah,
awal 90-an sebagai pengembangan dari negara, hingga global.
konsep carrying capacity.
EF Demand vs. EF Supply
• Dengan teknologi tertentu luas lahan yang
produktif secara ekologis tsb menopang
jumlah populasi tertentu sesuai dengan
gaya hidupnya
→ EF demand.
• EF supply (sering juga disebut daya
dukung lingkungan, biocapacity) adalah Jenis lahan produktif
luas lahan produktif secara ekologis yang
tersedia. secara ekologis:
• Jika EF demand lebih kecil dari EF supply, • Lahan untuk energi fosil
berarti pola pembangunan ekonomi dan • Lahan basah
sosial berkelanjutan; • Padang rumput
• Jika EF demand lebih besar dari EF supply, • Hutan
pola pembangunan tidak berkelanjutan. • Kawasan terbangun
• Laut
EF Supply – Biocapacity
• Daya dukung lingkungan (ecological • Di bumi yang hijau-biru ini, ternyata tidak
banyak ekosistem produktif yang dapat
carrying capacity) berbeda-beda pada menunjang kehidupan (padang pasir yang
tiap wilayah karena perbedaan SDA, tandus, kutub es yang beriklim dingin tidak
tidak hanya perbedaan produktivitas dapat dimanfaatkan)
pada tiap jenis lahan yang berbeda, • Dalam menyediakan daya dukung pada
tapi juga perbedaan produktivitas kehidupan, hanya ekosistem produktif
tertentu yang dianggap dapat memberikan
pada jenis lahan yang sama. dukungan.
• Untuk mencerminkan karakteristik ini → ekosistem produktif lahan dan perairan
yang ada yang mampu menyokong
digunakan faktor panen yang keberlanjutan populasi (manusia, flora dan
mencerminkan produktivitas lahan, fauna).
yaitu rasio produktivitas jenis lahan • Kapasitas lahan kehidupan (biocapacity)
tertentu terhadap rata-rata bumi hanya 11,3 miliar gha, yang hanya
produktivitas global untuk jenis lahan merupakan seperempat permukaan bumi
atau hanya memberi jatah paling tinggi 1,8
yang sama. gha per orang.
Faktor konversi
dalam penghitungan EF dan Biocapacity
• Faktor penyama (equivalent factor)
Faktor yang mengkonversi satuan lokal lahan
tertentu menjadi satuan yang universal, yaitu
hektar global (gha). Global Footprint Network
menentukan untuk 6 kategori lahan:
Lahan pertanian (2,64), lahan perikanan (0,40),
lahan peternakan (0,50), lahan kehutanan (1,33),
lahan terbangun (2,64) dan lahan penyerapan
karbon (1,33).

• Faktor panen (yield factors)


menggambarkan perbandingan antara luasan
lahan bioproduktif di suatu wilayah dengan
luasan lahan bioproduktif yang sama di wilayah
lain untuk tiap komoditas yang sama.
Perbandingan JE antar Negara
• WWF (2005) telah menghitung bahwa jejak ekologis
perkapita di bumi adalah 2,2 gha.
➔ selama ini secara rata-rata penduduk bumi
mengalami defisit 0,4 gha (karena bumi hanya
mempunyai biokapasitas 1,8 gha perkapita).
Perbandingan JE antar Negara
• Rata-rata jejak ekologis
tertinggi per-kapita:
• Amerika Serikat: 9,5 gha)
• Inggris (5,45 gha), (Swiss
4 gha)
• Indonesia diperkirakan
1,2 gha.
• Bangladesh: 0,5 gha.
• Pendekatan EF menunjukkan
bahwa semakin kaya suatu
negara dan bangsa, semakin
besar jejak ekologi mereka
dalam menguras sumber
daya di bumi.
JEJAK EKOLOGIS ANTAR NEGARA
JEJAK
EKOLOGIS
DAN BIOCAPACITY
ANTAR-NEGARA
JEJAK EKOLOGIS
DAN BIOCAPACITY
ANTAR NEGARA
Penghitungan Jejak Ekologis
dan Biokapasitas Indonesia
• Dari hasil perhitungan menunjukkan penduduk di P
Jawa dan Bali telah menggunakan SDA melebihi
kapasitas alam dalam penyediannya dengan nilai
defisit ekologis (ED): 0,81 gha/orang dan 1,52
gha/orang.
• Daya dukung wilayah yang belum terlampaui
(surplus) yang berada di Papua (ED=6,64) dan
Kalimantan (ED=2,79)
• Jika melihat nilai JE dan biokapasitas untuk tiap pulau di
Indonesia, nilai JE tertinggi terdapat di P Bali dengan
(1,76 gha/orang), terendah di Nusa Tenggara (0,45
gha/orang).
• Nilai biokapasitas tertinggi terdapat di Papua (7,43
gha/orang), terendah di P Jawa (0,20 gha/orang).
• Secara keseluruhan nilai biokapasitas Indonesia (1,12
gha/orang) masih lebih tinggi (surplus) dibandingkan
dengan nilai JE-nya (1,07 gha/orang), meskipun
nilainya tidak terlalu berbeda jauh (signifikan).
Konsep dan Isu Keberlanjutan
dalam Berbagai Skala Spasial
1. Konsep Keberlanjutan
2. Dimensi/Pilar Keberlanjutan
3. Keberlanjutan dalam
Pengelolaan Sumber Daya Alam
4. Strong Sustainability vs Weak
Sustainability
5. Isu keberlanjutan dalam
Berbagai Skala Spasial
Keberlanjutan (Sustainability)?
• Istilah Keberlanjutan
(sustainability) dewasa ini telah
menjadi buzzword di segala • Pembangunan yang menerapkan
aktivitas pembangunan. prinsip-prinsip keberlanjutan selain
memberi manfaat pada masa kini,
• Keberlanjutan diperlukan untuk juga menjamin ketersediaan SDA
terciptanya keseimbangan antara yang lestari dalam jangka panjang.
alam dan manusia. Pembangunan
yang mengabaikan keterkaitan • Pembangunan yang tidak
keduanya terbukti menimbulkan menerapkan prinsip keberlanjutan
biaya yang mahal yang berimplikasi akan menimbulkan biaya sosial,
pada penurunan kesejahteraan ekonomi, dan lingkungan yang
manusia (human well-being). sangat tinggi.
Keberlanjutan (Sustainability)?
• Studi UNEP (2011): pembangunan yang tidak • Studi ELD (2015): degradasi lahan secara
berkelanjutan cenderung menggerus modal global telah menyebabkan kerugian ekonomi
alam akan berimplikasi pada peningkatan sebesar US 10,6 trilyun per-tahun, atau setara
kemiskinan, karena 40-80% pendapatan 17% PDB dunia.
rumah tangga miskin di sebagian negara • Di Indonesia, studi World Bank (2009):
berkembang diperoleh dari alam. pembangunan yang mengabaikan pilar-pilar
• Studi Trucost (2013): 3000 perusahaan dari keberlanjutan, cenderung menggerus PDB
berbagai negara telah menimbulkan biaya 0,13 – 7% (yang ditimbulkan oleh biaya
eksternalitas lingkungan yang setara dengan lingkungan terhadap pencemaran air dan
kerugian US $2,5 trilyun pertahun (sebagian udara, degradasi lahan, dan dampak
dampaknya bersifat irreversible) perubahan iklim)

Pembangunan yang menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan


bukan hanya memberikan manfaat bagi bumi, juga bagi
kemaslahatn manusia, dan keberlanjutan kegiatan usaha.
→ Manfaat 3 P (People, Planet, Profit)
Konsep Keberlanjutan (1)
• Konsep keberlanjutan • Sustainability, berasal dari bahasa latin
sesungguhnya tidak benar- sustenare (to hold up, menopang) yang
benar suatu konsep baru. diartikan sebagai mampu untuk
• Pada abad ke-18 konsep kontinyu secara terus-menerus
keberlanjutan pertama kali (Atkinson, 1999). → Old sustainability
dikenal dan dipraktikkan • Old sustainability merupakan
dalam pengelolaan SDA, gelombang pertama konsep
khususnya di hutan di Jerman keberlanjutan, yang didasarkan pada
(Nachhaltigkeit: tidak nilai-nilai kebijaksanaan tradisional.
menebang melebihi • Dalam konsep old sustainability,
kemampuan hutan untuk perubahan radikal dihindari karena akan
tumbuh) mengganggu sistem harmoni antara
manusia dan alam.
Konsep Keberlanjutan (2)
• Bermula pada tahun 1970-an, sebagai
respon terhadap krisis lingkungan,
kegagalan pembangunan, dan bukti-
bukti keterbatasan pertumbuhan.
• Konferensi PBB tahun 1972 di
Stockholm mengangkat tema yang
menjembatani perlindungan
lingkungan dengan kebutuhan
manusia secara bersamaan.
• Club of Rome menerbitkan The Limits
to Growth (pemodelan System
Dynamic → World model) antara SDA,
pencemaran, pertumbuhan penduduk
dan pangan
Keberlanjutan:
kondisi tidak dilampauinya daya dukung lingkungan

This Photo is licensed under CC BY-SA-NC


This Photo is licensed under CC BY
Asas Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU 32/2009)
• Tanggung jawab negara • Ekoregion
• Kelestarian dan keberlanjutan • Keanekaragaman hayati
• Keserasian dan keseimbangan; • Pencemar membayar
• Keterpaduan • Partisipatif
• Manfaat • Kearifan lokal
• Kehati-hatian • Tata kelola pemerintahan yg baik
• Keadilan • Otonomi daerah.
Asas kelestarian dan keberlanjutan: setiap orang memikul
kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang
dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan
melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan
memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
Asas Penataan Ruang
(UU 26/2007)

1. Keterpaduan
2. Keserasian, keselarasan &
keseimbangan
3. Keberlanjutan Keberlanjutan:
4. Keberdayagunaan dan Penataan ruang diselenggarakan
keberhasilgunaan;
keterbukaan; dengan menjamin kelestarian
5. Kebersamaan dan kemitraan dan kelangsungan daya
dukung dan daya tampung
6. Pelindungan kepentingan umum;
lingkungan dengan
7. Kepastian hukum dan keadilan; dan memperhatikan kepentingan
8. Akuntabilitas. generasi mendatang.
Dimensi Pembangunan Berkelanjutan
1. Keberlanjutan laju
pertumbuhan ekonomi
yang tinggi
2. Keberlanjutan
kesejahteraan sosial
yang adil dan merata
3. Keberlanjutan
lingkungan dalam tata
kehidupan yang serasi
dan seimbang
DIMENSI
KEBERLANJUTAN
Tipologi Keberlanjutan
(Pearce dan Turner, 1990)

Steady state, dengan prioritas


Communalist perlindungan lingkungan

KEBERLANJUTAN
KUAT Heavely regulated,
Deep Ecology pemanfaatan SDA dilakukan
dengan seminimal mungkin
KEBERLANJUTAN
Cornucopian Pasar bebas

KEBERLANJUTAN
LEMAH Ekonomi hijau, dengan
pemanfaatan instrumen
Accomodating ekonomi untuk pengelolaan
lingkungan
Tipologi Keberlanjutan
(Pezzoli, 1997)

Klaster 1. Kebijakan, perencanaan


2. Kondisi sosial
Manajerial 3. Hukum lingkungan

1. Sains lingkungan
Klaster 2. Eco-design
Teknikal 3. Ecological Economics

1. Eco-phlilosophy, Etika dan nilai lingkungan


Klaster 2. Sejarah lingkungan dan human geography
Filosofikal 3. Utopianism, bioregionalism
4. Political Ecology
Unsur Esensial
Konsep Keberlanjutan (Gobson et al, 2005)
1. Berbeda dengan pemikiran dan praktik
konvensional
2. Menyangkut well being jangka pendek dan Analisis Keberlanjutan
jangka panjang (Fauzi, 2019)
3. Komprehensif 1. Aktor – Faktor
4. Menyadari keterkaitan dan ketergantungan 2. Diagnosik Keberlajutan
antar manusia dan alam
5. Menyadari kompleksitas sistem dan 3. Sustainability Performance
perlunya prinsip kehati-hatian 4. Strategi Keberlanjutan
6. Menyadari keterbatasan dan menyumbang
inovasi 5. Analisis Dinamik
7. Proses yang terbuka 6. Analisis Ketidakpastian.
8. Keterikatan cara dan tujuan
9. Universal dan context-dependent
Tiga Aspek Keberlanjutan
• Artefak: apa yang dijadikan objek
keberlanjutan
Keberlanjutan: • Goal orientation: titik berpijak, referensi
Konseptual → Operasional dimana suatu objek (artefak) dikatakan
berkelanjutan atau tidak
• Interaksi: Artefak yang diamati bersifat statis
atau dinamis (dipengaruhi kekuatan eksternal,
internal).
Artefak,
Goal orientation,
Interaksi
Keberlanjutan:
Apa yang diberlanjutkan (artefak), apakah
dicapai secara absolut atau relatif; apakah
Faber et al., 2010 interaksinya bersifat dinamis atas statis
Pengukuran
dan Penilaian Keberlanjutan
• Pengukuran: melibatkan
identifikasi variabel keberlanjutan, Pendekatan Pengukuran
pengumpulan data, dan proses Keberlanjutan:
analisis data. 1. Pengukuran generik/ fundamental
• Penilaian: melibatkan partisipasi (DPSIR, Ecological footprint)
stakeholder dalam mengevaluasi 2. Pengukuran strategis (context
dan mengambil keputusan. specific, di sektor tertentu, eco-
village)
• Kinerja pembangunan dapat dinilai
dengan mengembangkan capaian 3. Pengukuran integratif (holistik:
dengan kriteria baku, baik Sustainability Impact Assessment,
berdasarkan kaidah ilmiah maupun Sustainability Appraisal, Strategic
kesepakatan stakeholder. Environment Assesment)
Penilaian Keberlanjutan
Tujuan: 1. Analisis dampak (KLHS, Amdal)
Menilai status keberlanjutan saat 2. Analisis Biaya-Manfaat
ini dan mengembangakan strategi 3. Valuasi Ekonomi
kebijakan untuk pengembilan
keputusan dalam menentukan 4. Multicriteria Analysis
keberlanjutan di masa • Compensatory method
mendatang. • Partial Compensatory
• Non Compensatory
Masalah keberlanjutan
dalam konteks pengelolaan SDA
• Masalah terpenting dalam • Menurut Heal (1998), konsep
pembangunan ekonomi adalah keberlanjutan mengandung dua
trade off antara pemenuhan dimensi:
kebutuhan pembangunan dan • dimensi waktu karena keberlanjutan
upaya mempertahankan tidak lain menyangkut apa yang akan
kelestarian lingkungan. terjadi di masa mendatang.
• dimensi interaksi antara sistem
• Pembangunan ekonomi yang ekonomi dan SDA dan lingkungan.
berbasis SDA yang tidak
memperhatikan aspek lingkungan • Pezzey (1992):
pada akhirnya akan berdampak • Keberlanjutan statik: pemanfaatan
negatif pada lingkungan, karena SDA terbarukan dengan laju teknologi
yang konstan.
pada dasarnya SDA dan lingkungan • Keberlanjutan dinamik: pemanfaatan
memiliki daya dukung yang SDA yang tidak terbarukan dengan
terbatas. tingkat teknologi yang terus berubah.
Prinsip keberlanjutan SDA
1. Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable)
jika utilitas yang diperoleh masyarakat tidak Definisi Operasional (Daly, 1990)
berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak
menurun sepanjang waktu (non-declining 1. SDA: Laju pemanenan harus
consumption) sama dengan atau lebih kecil
dari laju regenerasi (produksi
2. Keberlanjutan: kondisi dimana SDA dikelola lestari).
sedemikian rupa untuk memelihara kesempatan
produksi di masa mendatang.
2. Masalah lingkungan: Laju
pembuangan (limbah) harus
3. Keberlanjutan: kondisi dimana SDA (natural capital setara dengan kapasitas
stock) tidak berkurang sepanjang waktu (non- asimilasi lingkungan.
declining) 3. Sumber energi yang tak
4. Keberlanjutan: kondisi dimana SDA dikelola untuk terbarukan harus dieksploitasi
mempertahankan produksi jasa SDA. secara quasi-sustainable:
mengurangi laju deplesi
5. Keberlanjutan: kondisi dimana kondisi minimum dengan cara menciptakan
keseimbangan dan daya lenting (resilience) ekosistem energi substitusi.
terpenuhi.
(Perman, et al, 1996)
Prinsip Keberlanjutan
(Daly, 1990)
1. Batasi skala manusia ke tingkat yang, jika
tidak optimal, setidaknya dalam daya
dukung, oleh karena itu, berkelanjutan.
2. Mencapai perubahan teknologi yang
meningkatkan efisiensi dan daya tahan
sekaligus membatasi throughput.
3. Mempertahankan tingkat panen sumber
daya terbarukan pada tingkat di bawah
kapasitas regeneratif lingkungan.
4. Menjaga tingkat emisi limbah pada tingkat
di bawah kapasitas asimilasi lingkungan.
5. Membatasi penggunaan sumber daya yang
tidak terbarukan ke tingkat yang setara
dengan penciptaan atau akses terhadap
substitusinya.
Weak Sustainability vs. Strong Sustainability
• Keberlanjutan lemah: gagasan
dalam ekonomi lingkungan yang
menyatakan bahwa 'modal
manusia' dapat menggantikan
'modal alam’.

• Keberlanjutan kuat:
mengasumsikan bahwa modal
manusia dan modal alam saling
melengkapi, tetapi tidak dapat
dipertukarkan.
Weak Sustainability
• Keberlanjutan yang lemah didefinisikan menggunakan konsep-
konsep: modal manusia dan modal alam. Modal
menggabungkan sumber daya seperti infrastruktur, tenaga
kerja dan pengetahuan. Modal alam mencakup aset
lingkungan yang bersifat stock seperti bahan bakar fosil,
keanekaragaman hayati dan ekosistem serta fungsinya yang
relevan untuk layanan/jasa ekosistem.
• Dalam keberlanjutan yang lemah, keseluruhan stok modal
buatan manusia dan modal alam tetap konstan dari waktu ke
waktu. Penggantian tanpa syarat antara berbagai jenis modal
diperbolehkan dalam keberlanjutan yang lemah.
• Contoh: penipisan lapisan ozon, hutan tropis dan terumbu
karang dapat diterima jika disertai dengan manfaat bagi
modal sosial/ manusia, dalam peningkatan keuntungan
finansial. Jika modal dibiarkan konstan dari waktu ke waktu
terjamin ekuitas antargenerasi, maka hal ini berarti
Pembangunan Berkelanjutan tercapai.
• Contoh lain: pertambangan batu bara dan menggunakannya
untuk produksi listrik. Batubara sumber daya alam, digantikan
oleh barang yang diproduksi yaitu listrik. Listrik kemudian
digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup domestik dan
untuk tujuan industri (menumbuhkan ekonomi dengan
memproduksi sumber daya lain yang menggunakan mesin
yang dioperasikan listrik.)
Strong Sustainability
• Keberlanjutan kuat mengasumsikan bahwa modal
ekonomi dan lingkungan saling komplementer,
tetapi tidak dapat dipertukarkan.
• Keberlanjutan kuat menerima ada fungsi-fungsi
tertentu yang dilakukan lingkungan yang tidak
dapat diduplikasi oleh manusia atau modal buatan
manusia.
• Fungsi lapisan ozon adalah salah satu contoh
layanan/jasa ekosistem yang sangat penting bagi
keberadaan manusia, membentuk bagian dari
modal alam, tetapi sulit bagi manusia untuk
menduplikasi.
• Tidak seperti keberlanjutan yang lemah,
keberlanjutan yang kuat menempatkan penekanan
pada skala ekologis atas keuntungan ekonomi. Ini
menyiratkan bahwa alam memiliki hak untuk ada;
telah dipinjam dan harus diteruskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya dalam kondisi yang
masih utuh seperti asalnya.
Urban society
Dimana dan bagaimana penduduk tinggal dan
Keberlanjutan sosial dan lingkungan: kualitas hidup
bekerja Pembagian produksi, konsumsi dan
kawasan perkotaan sebagai isu perdebatan.
reproduksi secara sosial dan spasial
3 Penekanan pada keterkaitan antara kegiatan rutin
harian rumah tangga dan tata ruang perkotaan

Lingkungan Binaan
dan Pembangunan ekonomi Pembangunan berkelanjutan:
Bentuk, kepadatan dan tata ruang permukiman Proteksi lingkungan dengan pembangunan
2 ekonomi
Penekanan pada peran manajemen pertumbuhan
Penduduk dan Kegiatan dan tata ruang fungsi-fungsi secara efisiensi
Transformasi Regulasi Manajemen (terutama compact city)
Perdebatan lingkungan klasik:
1 Fokus pada dampak negatif kegiatan manusia dan
keterbatasan lingkungan
Lingkungan Biofisik Penekanan pada keberlanjutan dan kesetaraan
antar-generasi
Sistem pendukung kehidupan
Sumber daya alam dan waste sink

Mata rantai Perdebatan yang


Mengaitkan Isu-isu Keberlanjutan
Sumber: Jarvis, H. (2001)
Isu-isu Utama
Perencanaan Berkelanjutan
dalam Berbagai Lingkup/
Skala Spasial

Sumber: Wheeler, 2004


Daftar Pustaka
• Elliot, J.A. 2006. An Introduction to Sustainable Development. Third Edition.
Routledge, London
• Fauzi, A. 2019. Teknik Analisis Keberlanjutan. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
• IUCN. 1993. Bumi Wahana: Strategi menuju kehidupan yang Berkelanjutan.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
• Muschett, F.D. (ed). 1997. Principles of Sustainable Development. St Lucia
Press, Florida
• Purvis, M., A. Grainger. 2004. Exploring Sustainable Development:
Geagraphical Perspectives. Earthscan, London.
• Rogers, PP, et al (eds). 2008. An Introduction to Sustainable Development.
Earthscan, London.
• Trzyna, C. (ed). 1995. A Sustainable World: Defining and measuring
sustainable development. IUCN – The World Conservation Union,
Sacramento.
• Yayasan SPES. 1992. Pembangunan Berkelanjutan: Mencari Format Politik.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai