Anda di halaman 1dari 25

KUMPULAN ARTIKEL

1. KONTRADIKSI DAN TITIK TEMU ANTARA EKOSENTRISME DAN


ANTROPOSENTRISME
2. PERAN SOSIOLOGI LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA DI DALAM
KONSEP DAN IMPLEMENTASI SUSTAINABLE DEVELOPMENT
3. DETERMINISME KARAKTERISTIK LINGKUNGAN ALAM TERHADAP
CORAK INTERAKSI KOMUNITAS

Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Sosiologi
Lingkungan

Dosen Pengampu:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : M. Bayu Laksmana

NIM : L1C018065

Prodi/Kelas : Sosiologi B

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MATARAM

2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan Artikel yang membahas tentang tiga tema
berbeda yaitu: “Kontradiksi dan Titik Temu Antara Ekosentrisme dan
Antroposentrisme, Peran Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Manusia di Dalam Konsep
dan Implementasi Sustainable Development, dan Determinisme Karakteristik
Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi Komunitas”.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I., M.Sos. Penulis menyadari ada kekurangan pada artikel ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga
berharap semoga artikel ini mampu memberikan pengetahuan dan menambah wawasan
pembaca.

Mataram, 29 Mei 2021

Penulis

ii
Daftar Isi

Cover artikel……………………………………………………………………….i

Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………..iii

Latar Belakang…………………………………………………………………….1

Pembahasan……………………………………………………………......……...4

1. Kontradiksi dan titik temu antara ekosentrisme dan


antroposentrisme…………………………………………………….4

2. Peran sosiologi lingkungan dan ekologi manusia di dalam konsep dan


implementasi sustainable development……………………………..7

3. Determinisme karakteristik lingkungan alam terhadap corak interaksi


komunitas………………………………………………..………….14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….21

iii
LATAR BELAKANG

Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan


manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing
baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan
sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik, sementara
lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk pula. Anak-anak
berkembang dari suatu hubungan interaksi antara kondisi dalam diri dan kondisi
lingkungan luar. Artinya, lingkungan memiliki hubungan dengan manusia. Lingkungan
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Sebaliknya, kehidupan manusia juga
akan mempengaruhi lingkungan hidupnya.

Persoalan lingkungan mulai menjadi topik dunia ketika manusia mulai


merasakan dampaknya yang semakin meluas yakni terlihat pada banyaknya bencana
yang terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti
banjir, pencemaran air akibat limbah industri, dan lain sebagainya. Masalah lingkungan
hidup sebenarnya sudah lama terjadi bahkan tanpa campur tangan manusia. Kerusakan
dan pencemaran lingkungan makin dipercepat karena meningkatnya aktivitas manusia
dan sifat manusia yang serakah.

Manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam akan menimbulkan perubahan


terhadap ekosistem yang akan mempengaruhi kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
Pemanfaatan sumber daya alam yang melebihi ambang batas daya dukung lahan dan
tanpa memperhatikan aspek kelestariannya akan mendorong terjadinya erosi dan
longsor, seperti yang banyak terjadi sekarang ini.

Pembangunan telah mengubah alam dan menjadikannya alam buatan manusia.


Proses pengubahan itu mengeksploitasi sumber daya alam dengan melibatkan teknologi
buatan manusia. Ilmu dan teknologi ini berkembang oleh semangat hidup yang berpusat
pada kepentingan diri dan kebutuhan manusia, dalam arti manusia adalah pusat setiap
kehidupan di alam. Pertambahan jumlah manusia akan menaikkan aktifitas eksploitasi
sumber daya alam, sementara luas bumi dan kapasitas sumber dayanya tidak bertambah.

1
Aktifitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sosialnya dapat
meningkatkan laju pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. Pemanfaatan
sumber daya alam yang tidak terkendali dapat mengancam kelangsungan ekosistem dan
lingkungannya yang mesti dapat mendukung kehidupan manusia dan pembangunan.
Karena itu perilaku pembangunan yang mengeksploitasi sumber daya alam hendaknya
diubah menjadi perilaku pembangunan yang memperkaya sumber daya alam dan
menaikkan nilai tambahnya.

Sumber daya alam tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk
memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang. Perencanaan pembagunan yang
berorientasi jangka pendek hendaknya diubah dengan pola jangka panjang dan dinamis.
Kegiatan penduduk dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup dan kegiatan
sosialnya diharapkan tidak melampaui kapasitas toleransi ekologis dari lingkungan
dengan sumber daya alamnya.

Faktor yang terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya


populasi manusia. Dengan tingkat pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan akan
bahan pangan, bahan bakar, pemukiman dan kebutuhan dasar yang lainnya juga
meningkat. Pada gilirannnya juga akan meningkat limbah dosmetik dan limbah industri
sehingga mengakibatkan perubahan besar pada kualitas lingkungan hidup.
Permasalahan ini diperparah dengan ketergantungan manusia terhadap penggunaan
energi dan bahan baku yang tidak dapat diperbaharui. Kondisi ini terutama terjadi di
negara yang sedang berkembang di mana tingkat ekonomi dan penguasaan teknologinya
masih rendah.

Saat ini bisa terlihat adanya tiga krisis yang terjadi di dalam biosfir yaitu krisis
sumber daya alam krisis ini meliputi lingkungan, perairan, tanah serta udara. Kehidupan
dan segala perosesnya sangat tergantung pada tiga komponen biosfir tersebut. Krisis
sumber daya alam ini timbul terutama sebagai akibat “eksplotasi yang dilakukan oleh
manusia terhadap tiga sumber daya alam tersebut. Sebagai contoh misalnya, pembuatan
jalanjalan, gedung-gedung dan lain-lain instansi sangat mengurangi areal vegetasi.

2
Sebagai hasilnya adalah pengurangan jumlah gas oksigen yang dibebaskan ke
udara oleh tumbuhan hijau. Jumlah oksigen ini juga semakin kurang lagi. Manakala kita
melakukan pembakaran bahan-bahan fosil untuk mendapatkan sumber energi, krisis
kependudukan dan kemiskinan. Sudah menjadi hukum alam bahwa semakin kompleks
susunan tubuh organisme semakin besar pula energi yang dipergunakan untuk
pemeliharaan sistem-sistemnya. Manusia sebagai organisme yang kompleks susunan
tubuhnya, tentu membutuhkan banyak energi guna menjamin kelangsungan hidupnya.

Semakin banyaknya bencana alam yang terjadi di dunia, dapat membuat


manusia sadar bahwa, alam sepertinya telah bosan dengan aktifitas manusia yang
semakin hari semakin merampas haknya. Tetapi tidak pernah melakukan kewajibannya.
Eksploitasi alam yang semakin meningkat tanpa diimbangi dengan kearifan untuk
menjaga alam, saat itu yang terjadi alam akan merasa terusik dengan apa yang telah
dilakukan oleh manusia. Ketika alam mulai terusik maka alam akan menunjukan
amarahnya dengan terjadinya bencana di mana-mana, kebanjiran yang tiada henti,
kebakaran yang terus melanda diakibatkan keserakahan dari diri manusia itu sendiri.

3
PEMBAHASAN

1. Kontradiksi dan Titik temu antara Ekosentrisme dan Antroposentrisme

Manusia dengan alam adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan saling
mempengaruhi. Manusia membutuhkan sumber daya yang dihasilkan oleh alam untuk
melakukan banyak hal, manusia juga hidup dari apa yang dihasilkan oleh alam. Begitu
pula sebaliknya, alam akan terbantu kelestariannya oleh manusia karena setiap tindakan
manusia akan berpengaruh terhadap alam sekitarnya. Apapun tindakan yang dilakukan
oleh manusia terhadap alam pada saatnya akan berbalik pada manusia itu lagi.

Jika manusia dapat mengolah dan menggunakan alam dengan baik, lalu
melestarikannya kembali maka kelangsungan hidup baik manusia maupun alam akan
berdampingan baik juga. Sedangkan jika manusia menggunakan alam untuk
kepentingannya dan mengeksploitasi secara berlebihan, lalu tidak melestarikannya lagi
maka alam juga tidak dapat memberikan hasilnya dengan baik karena akan terjadi
kerusakan lingkungan, dan sumber kehidupan manusia akan terganggu. Oleh karena itu
sebaiknya manusia menggunakan alam dengan sebaik mungkin agar tetap bisa saling
memberi manfaat, dan menjaga keberlangsungan hidup.

Pada padangan Antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat


atau yang harus diutamakan di alam semesta, segala sesuatu yang berkaitan dengan
alam harus dinilai berdasarkan kepentingan atau kebutuhannya bagi manusia, sehingga
alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Dari pandangan inilah yang menjadi
dasar atau alasan manusia mengeksploitasi alam sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
mereka tetapi tidak memikirkan dampak yang akan ditimbulkan dari apa yang di
lakukan tersebut.

Semua kerusakan yang terjadi pada alam yang banyak terjadi di berbagai
wilayah, salah satu penyebabnya yaitu karena ulah tangan manusia. Dampak eksploitasi
alam dan lingkungan pun telah terlihat nyata. Seperti misalnya pembakaran lahan yang
mengakibatkan ratusan ribu orang terdampak asap dari kebakaran, demikian pula
puluhan ribu orang yang terpaksa kehilangan kenyamanan hidup akibat tanah longsor
yang terjadi karena pembabatan hutan dan tidak melakukan penghijauan kembali, banjir
yang terjadi karena banyaknya manusia yang membuang sampah mereka ke selokan

4
atau tempat pembuangan air yang mengakibatkan tersumbatnya aliran air, maupun
cemaran polutan dari debu batubara, cemaran sungai, hingga hilangnya biota di perairan
laut yang terjadi karena banyaknya nelayan yang menggunakan metode bom ikan dan
potasium.

Bertumpu pada antroposentris, derap ekonomisasi sumberdaya alam mengaca


kepada bagaimana memanfaatkan alam sebagai obyek eksploitasi. Dalam cermatan ini
munculah istilah baru seperti  “lahan tidur”, “penguasaan” dan “eksploitasi”. Dalam
sudut pandang ini, manusialah yang berkuasa alam.  Alam adalah obyek yang dapat
diperas untuk mendukung kehidupan manusia. Cara pandang antroposentris yang
melulu didasarkan pada rasionalitas, akan menyebabkan alienasi. Ia memisahkan
manusia dari alamnya, dari lingkungannya. Ini pun menyalahi kodrat hakiki, karena
pada dasarnya lingkungan tempat hidup manusia tidak akan pernah lepas dari persoalan
kemanusiaan.

Berbeda dengan etika Antroposentrisme, Ekosentrisme lebih memandang


ekosistem kehidupan secara lebih luas. Menurut etika ini, secara ekologis makhluk
hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenanya,
kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup.
Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas
ekologis.

Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme.


Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan.
Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang
membatasi pemberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas
pemberlakuan etika untuk komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika
dibatasi pada komunitas yang hidup (biotis), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada
ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk komunitas ekosistem seluruhnya (biotis
dan a-biotis).

5
Salah satu bentuk etika ekosentrisme ini adalah etika lingkungan yang sekarang
ini dikenal sebagai Deep Ecology. Sebagai istilah, Deep Ecology pertama kali
diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsuf Norwegia, pada 1973, di mana prinsip
moral yang dikembangkan adalah menyangkut seluruh komunitas ekologis.

Istilah Deep Ecology sendiri digunakan untuk menjelaskan kepedulian manusia


terhadap lingkungannya. Kepedulian yang ditujukan dengan membuat pertanyaan-
pertanyaan yang sangat mendalam dan mendasar, ketika dia akan melakukan suatu
tindakan. Kesadaran ekologis yang mendalam adalah kesadaran spiritual atau religius,
karena ketika konsep tentang jiwa manusia dimengerti sebagai pola kesadaran di mana
individu merasakan suatu rasa memiliki, dari rasa keberhubungan, kepada kosmos
sebagai suatu keseluruhan, maka jelaslah bahwa kesadaran ekologis bersifat spiritual
dalam esensinya yang terdalam.

Oleh karena itu pandangan baru realitas yang didasarkan pada kesadaran
ekologis yang mendalam konsisten dengan apa yang disebut filsafat abadi yang berasal
dari tradisi-tradisi spiritual, baik spiritualitas para mistikus Kristen, Budhis atau filsafat
dan kosmologis yang mendasari tradisi-tradisi Amerika Pribumi.

Perspektif Deep Ecology menekankan pada kepentingan dan kelestarian


lingkungan alam. Pandangan ini berdasar etika lingkungan yang kritikal dan
mendudukkan lingkungan tidak saja sebagai objek moral, tetapi subjek moral. Sehingga
harus diperlakukan sederajat dengan manusia. Pengakuan lingkungan sebagai moral
subjek, membawa dampak penegakkan prinsip-prinsip keadilan dalam konteks
hubungan antara manusia dan lingkungan sebagai sesama moral subjek.

Pada dasarnya, bumi juga akan mengalami perubahan pada sendirinya, yang
dimana itu termasuk perubahan alam yang dipengaruhi oleh perubahan iklim juga,
hingga nanti pada suatu titik dimana alam tidak akan mampu lagi menahan perubahan
yang terjadi oleh pergerakan bumi. Pergerakan bumi itu mempengaruhi seluruh
komponen yang ada di dalamnya, seperti tumbuhan, hewan dan manusia. Namun
pergerakan bumi itu seharusnya memakan waktu yang cukup lama bahkan dapat hingga
jutaan tahun, jika itu terjadi secara alamiah. Namun karena adanya pengaruh ulah

6
tangan manusia, maka proses tersebut terjadi secaralebih cepat karena eksploitasi besar-
besaran yang dilakukan oleh manusia.

Jika alam tersebut sudah mulai rusak, tentu itu akan berpengaruh kembali juga
terhadap manusia. Sumber kehidupan perlahan hilang, perlahan rantai kehidupan mulai
punah, sehingga kepunahan seluruh spesies juga akan cepat terjadi jika pola kerakusan
manusia terus terjadi. Sebesar itu keterikatan manusia dengan alam, apapun yang
dilakukan oleh satu pihak maka akan berpengaruh juga pada pihak lainnya, oleh karena
itu manusia dengan alam tidak dapat dipisahkan dan harus saling seimbang sehingga
alam dapat terus berproduksi, manusia dapat terus memenuhi kebutuhannya dan
makhluk lain juga terjaga kehidupannya.

Titik temu antara dua teori yaitu Antroposentrisme dengan Ekosentrisme yaitu
ketika adanya kegiatan yang melibatkan kedua teori, seperti misalnya pertambangan.
Pada kegiatan pertambangan, manusia mengekplor alam untuk kepentingan manusia
seperti pada teori antroposentrisme, tetapi juga tetap menjaga kelestarian dan ketertiban
alam di sekitar areal pertambangan.

2. Peran Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Manusia dalam konsep dan


implementasi Sustainable Development.

Pendekatan pembangunan saat ini masih terlalu berorientasi pada pertumbuhan


ekonomi semata, tanpa melihat atau memperhitungkan daya dukung lingkungan dan
ekologi yang ada. Permasalahan lingkungan sudah menjadi permasalahan nasional yang
perlu secara kolektif diselesaikan bersama. Upaya dalam menyelesaikan problema ini
tidak hanya harus dilakukan oleh pemerintah atau birokrasi tertentu, namun dibutuhkan
kesadaran dari masyarakat juga agar hasil yang didapatkan juga lebih maksimal.
Pemerintah perlu mengintervensi diri terhadap penanganan yang selama ini telah
dilakukan, karena belum terlihat hasil yang baik melainkan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan.

Pemahaman mengenai konsep ekologi dan etika lingkungan dapat


mempengaruhi kesadaran dan partisipasi individu ataupun masyarakat dalam
menyelesaikan permasalahan lingkungan dengan melestarikannya. Artinya adalah,
semakin baik pemahaman individu terkait dengan konsep ekologi manusia dan etika

7
lingkungan, maka akan semakin tinggi pula kesadarannya akan menjaga kelestarian
lingkungan sekitar mereka. Begitupula sebaliknya, jika pemahamannya rendah terkait
ekologi manusia ataupun etika lingkungan, maka semakin rendah pula kesadaran
individu tersebut untuk menjaga kesehatan lingkungannya.

Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup secara bertahap


dengan memanfaatkan sumber daya secara bijaksana. Sumber daya yang mendukung
pembangunan adalah sebagai berikut.

a. Sumber daya manusia: jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan, keterampilan, dan


kebudayaan

b. Sumber daya alam: air, tanah, hutan, mineral tambang, dan keanekaragaman hayati

c. Ilmu pengetahuan dan teknologi: transportasi, komunikasi, teknologi industri, dan


rekayasa.

Sumber daya bersifat terbatas sehingga harus digunakan secara cermat dan hati-hati.

Ketidakcermatan dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki negara dapat


menimbulkan masalah-masalah lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut.

a. Permasalahn sumber daya alam: kerusakan bhutan, kepunahan hewan dan


tumbuhan, serta perluasan lahan kritis

b. Permasalahan pemukiman: sanitasi, pemukiman kumuh, dan kekurangan air bersih;

c. Polusi lingkungan: pencemaran air, tanah, dan udara.

Dalam pembangunan, perlu diperhatikan keseimbangan antara pembangunan


dan kondisi lingkungan. Lingkungan berfungsi sebagai penopang pembangunan. Jika
pembangunan tidak memerhatikan faktor lingkungan, lingkungan hidup akan rusak dan
proses pembangunan akan terhenti.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas


manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pada prosesnya,
pembangunan ini mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya

8
manusia, dan ilmu pengetahuan dengan menyelaraskan ketiga komponen tersebut
sehingga berkesinambungan.

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan seperangkat tujuan, sasaran,


dan indikator pembangunan yang berkelanjutan yang bersifat universal yang diterbitkan
pada September 2015. Sebagai wujud dari pembangunan berkelanjutan yang bersifat
universal maka indikator SDGs dapat diaplikasikan untuk mengukur realitas pada
berbagai tingkat pembangunan baik global, nasional maupun ditingkat daerah, secara
global SDGs pada tingkat daerah akan memberikan gambaran tentang kemajuan
pembangunan pada suatu daerah yang dapat diperbandingkan (comparable) dengan
hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara global, dengan kata lain pengukuran
indikator SDGs didaerah akan dapat menggambarkan hasil-hasil pelaksanaan
pembangunan yang dilaksanakan di daerah yang dibandingkan dengan tujuan
pembangunan global.

Sustainable Development merupakan model pembangunan berkelanjutan yang


lebih dikhususan untuk memperhatikan dampak lingkungan dalam proses
pembangunan. Sustainable Development Goals (SDGs) pada dasarnya memiliki
persamaan cita-cita. Salah satunya untuk mengentaskan kemiskinan di dunia. Namun
ada hal lebih progresif yang dicantumkan di dalam SDGs yang ingin dicapai pada tahun
2030 mendatang.

Adapun 8 (delapan) poin di dalam MDGs isu yang penting untuk dicermati
yakni :

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan;

2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua;

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

4. Menurunkan angka kematian anak;

5. Meningkatkan kesehatan ibu;

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;

9
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup; dan

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Pada hakekatnya ada 3 domain dalam pembangunan, yaitu domain ekonomi,


domain sosial, dan domain ekologi. Himpunan bagian yang saling beririsan antara
domain tersebut menghasilkan tiga paradigma pembangunan, yaitu:

1.) Pembangunan sosial (Social Development)


2.) Pembangunan berwawasan lingkungan (Envirolmental Development)
3.) Pembangunan yang berpusat pada rakyat (People Centered Development)

Ekologi mengedepankan hubungan timbal balik antara manusia dengan alam


maupun makhluk hidup lainnya. Hubungan timbal balik ini yaitu bagaimana kepedulian
manusia terhadap lingkungannya sehingga alam dapat menghasilkan sesuatu yang dapat
bermanfaat bagi manusia. Lingkungan tidak boleh dirusak oleh manusia, karena
lingkungan memiliki nilainya sendiri dan memiliki moralnya sendiri.

Daya dukung lingkungan dipergunakan untuk membangun kondisi masyarakat


yang bermartabat, juga bentuk ekonomi yang berkeadilan.  Hal ini dapat dibaca sebagai
bentuk kritik atas logika pembangunan yang selama ini bukan saja merusak lingkungan,
namun juga menghasilkan peminggiran sosial, juga ketidakadilan ekonomi.  SDGs ingin
memperbaiki itu semua lewat logikanya, ditambah dengan penekanan bahwa hal
tersebut ingin dicapai melalui kemitraan antar-negara dan antar-sektor.

Strategi pembangunan berpusat pada rakyat memiliki tujuan akhir untuk


memperbaiki kualitas hidup seluruh rakyat dengan aspirasi-aspirasi dan harapan
individu dan kolektif, dalam konsep tradisi budaya dan kebiasaan-kebiasaan mereka
yang sedang berlaku. Tujuan objektif dalam strategi pembangunan berpusat pada rakyat
pada intinya memberantas kemiskinan absolut, realisasi keadilan distributif, dan
peningkatan partisipasi masyarakat secara nyata. Prioritas awal diperuntukkan pada
daerah yang tidak menguntungkan dan kelompok-kelompok sosial yang rawan
terpengaruh, termasuk wanita, anak-anak, generasi muda yang tidak mampu, lanjut usia,
dan kelompok-kelompok marginal lainnya.

10
Pembangunan berkelanjutan yang melibatkan generasi saat ini dan generasi
masa mendatang memerlukan upaya bersama untuk mencapai tujuan di atas, dengan
menyeimbangkan tiga aspek penting yaitu ekonomi, sosial, dan perlindungan
lingkungan. Tiga aspek tersebut sangat penting dan berpengaruh bagi kesejahteraan
masyarakat. Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup merupakan upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup,
sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.

Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan pembangunan yang


dapat memenuhi kebutuhan saat ini dengan mengindahkan kemampuan generasi
mendatang dalam memenuhi kebutuhannya. Proses pembangunan berkelanjutan
bertumpu pada tiga faktor, yaitu: a. Kondisi sumber daya alam; b. Kualitas lingkungan;
dan c. Faktor kependudukan. Ketiga faktor tersebut mengingatkan bahwa pembangunan
berkelanjutan perlu memuat ikhtiar untuk memelihara keutuhan fungsi tatanan
lingkungan agar sumber daya alam dapat secara berlanjut menopang proses
pembangunan seara terus menerus dari generasi ke generasi untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia.

Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, hidup sosial,


pertumbuhan ekonomi, dan pemberantasan kemiskinan pada masyarakat, dalam setaip
usaha pembangunan harus merata proses pertumbuhannya. Maksudnya yaitu proses
pertumbuhan ekonomi yang tinggi di suatu wilayah pembangunan selayaknya diikuti
dengan meningkatnya kualitas lingkungan hidup sosial dan berkurangnya penduduk
yang hidup di bawah garis kemiskinan, serta dapat teratasinya depresiasi sumber daya
alam dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari proses pembangunan. Karena itu
keseimbangan antara pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan pembangunan
yang berwawasan lingkungan perlu diketahui dan diperhitungkan secara empiris dan
objektif.

11
Model ekologi mencakup badan yang berkembang dari teori dan penelitian
berkaitan dengan proses dan kondisi yang mengatur jalannya perkembangan manusia
seumur hidup di lingkungan yang sebenarnya di mana manusia hidup. Dalam teori
ekologi memandang perkembangan manusia merupakan hasil interaksi atau transaksi
antara kekuatan internal dan kekuatan eksternal. Interaksi merupakan dasar bagi
perkembangan manusia. Interaksi diartikan sebagai aktivitas saling mempengaruhi
antara kekuatan internal (organisme dengan berbagai atributnya) dan kekuatan eksternal
(lingkungan: fisik, psikologis, maupun sosial).

Bentuk interaksi yang terjadi kemungkinan adalah individudi pengaruhi


lingkungan, lingkungan dipengaruhi individu, atau individu dan lingkungan secara
menetap berinteraksi satu sama lain sehingga mengalami perubahan. Dalam konsep
lingkungan perkembangan manusia, lingkungan adalah sesuatu yang melekat pada
individu. Setiap saat individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, bahkan terus
berinteraksi tiada henti (intensif dan berkesinambungan) dalam suatu proses yang
dinamis dan saling mempengaruhi.

Menurut Mayerfield (1998) solusi terhadap masalah lingkungan sangat


tergantung pada ada tidaknya partisipasi masyarakat. Lingkungan merupakan
suatujaringanyang terdiri atas microsistem, mesosistem, eksosistem, dan makrosistem.
Definisi ini mengandung makna bahwa dalam lingkungan perkembangan manusia,
kemajuan atau perkembangan yang terjadi sepanjang kehidupan manusia tidak dapat
dilepaskan dari konteks, setting, atau lingkungannya, terutama lingkungan terdekat.
Individu adalah bagian tidak terpisahkan dari sistem sosial yang mengitarinya, terutama
mini sosial sistemnya.

Etika manusia terhadap lingkungan adalah sebagai refleksi kritis


tentang norma dan nilai atau prinsip moral yang dikenal umum selama ini dalam
kaitannya dengan lingkungan hidup dan refleksi kritis tentang cara pandang manusia
tentang manusia, alam, dan hubungan antara manusia dan alam serta perilaku yang
bersumber dari cara pandang ini. 

12
Dari refleksi kritis ini lalu ditawarkan cara pandang dan perilaku baru  yang
dianggap lebih tepat dalam kerangka menyelamatkan krisis lingkungan hidup dari
perspektif folkloristik, yakni menggali dan mengeksplorasi etika lingkungan hidup yang
secara potensial termuat dalam folklor masyarakat. Etika lingkungan dalam suatu
masyarakat tertentu sangat berpengaruh pada kepribadian masyarakat tersebut.

Sosiologi lingkungan merupakan cabang ilmu yang memusatkan kajiannya pada


keterkaitan antara perilaku sosial manusia dengan lingkungan. Definisi ini sebenarnya
memunculkan masalah tersendiri karena budaya manusia dalam suatu lingkungan tidak
dapat dibahas secara menyeluruh. Meskipun fokus kajian ini adalah hubungan antara
masyarakat dan lingkungan secara umum, sosiologi lingkungan biasanya menempatkan
penekanan khusus ketika mempelajari faktor sosial yang mengakibatkan masalah
lingkungan, dampak masyarakat terhadap masalah-masalah tersebut, dan usaha untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa lingkungan memberikan arti penting


bagi manusia. Manusia membutuhkan air dan udara yang sehat dan bersih. Manusia
membutuhkan pepohonan, tanaman, ikan di laut dan sungai sebagai bahan kebutuhan
tempat tinggal dan makanan. Begitu pula dengan tanah tempat berpijak diperlukan
untuk menyerap sampah. Lingkungan adalah tempat keberadaan dan menentukan corak
manusia. Lebih khusus tentang sosiologi lingkungan, ia adalah bidang ilmu yang
mempelajari faktor sosial, yaitu yang mengakibatkan masalah lingkungan, dampak
masyarakat terhadap masalah-masalah tersebut, dan sekaligus usaha untuk
menyelesaikan masalahnya juga.

Jadi, pada intinya peran sosiologi lingkungan yaitu dapat mengkaji faktor sosial,
yaitu yang mengakibatkan masalah lingkungan, dampak masyarakat terhadap masalah-
masalah tersebut, dan sekaligus usaha untuk menyelesaikan masalahnya juga. Atau
dapat mengkaji permasalahan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar manusia
sehingga dapat mewujudkan Sustainable development atau pembangunan berkelanjutan
dimana proses dalam pembangunan tersebut mempunyai prinsip memenuhi kebutuhan
saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang.

13
3. Determinisme karakteristik lingkungan alam terhadap corak interaksi
komunitas

Manusia hidup dalam lingkungannya dan melakukan interaksi dengan


komponen-komponen yang ada di lingkungannya. Interaksi tersebut dapat terjadi
dengan komponen biotik maupun abiotik serta sosial budaya. Pada awalnya interaksi
antara manusia dengan lingkungannya berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.
Namun, belakangan ini hubungan tersebut berjalan secara tidak seimbang. Manusia
dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan tekhnologinya lebih bersifat eksploitatif
terhadap alam, sehingga muncul berbagai permasalahan lingkungan.

Permasalahan lingkungan terjadi karena pandangan manusia yang keliru


terhadap alam. Manusia seringkali melanggar etika lingkungan karena menganggap
dirinya terpisah dari lingkungannya. Karena itu, untuk menyelamatkan lingkungan
harus ada perubahan yang mendasar pada diri manusia dalam memandang
lingkungannya.

Pada awalnya hubungan manusia dan lingkungan lebih bersifat alami dan
mencakup komponen-komponen seperti iklim, daratan, vegetasi, dan tanah. Dengan
berkembangnya peradaban, manusia dikelilingi oleh berbagai bentuk artefak atau
benda-benda hasil karyanya. Benda-benda tersebut kemudian menjadi bagian dari
lingkungan secara keseluruhan. Bahkan di daerah perkotaan seperti jalan, jembatan,
pemukiman, perkantoran, perhotelan, dan lain-lain. Lingkungan alam telah diganti atau
diubah secara radikal oleh lingkungan buatan atau binaan.

Hubungan manusia dengan lingkungan bekerja melalui dua cara. Pada satu sisi,
manusia dipengaruhi oleh lingkungan, tapi pada sisi lain manusia memiliki kemampuan
untuk mengubah lingkungan. Karakteristik hubungan tersebut berbeda antara satu
daerah dengan daerah lainnya atau satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Pada
daerah yang masyarakatnya memiliki tingkat peradaban yang maju, manusia cenderung
dominan, sehingga lingkungannya telah banyak berubah dari lingkungan alam menjadi
lingkungan binaan hasil karya manusia.

14
Contohnya seperti di kota-kota, sudah jarang dapat ditemukan area persawahan
ataupun perkebunan, karena disana lahan-lahan yang ada sudah digunakan untuk
membangun infrastruktur yang lebih modern untuk kebutuhan masyarakat yang lebih
banyak juga. Di kota lebih dominan dengan gedung-gedung besar, areal permukiman
seperti komplek-komplek, area belanja seperti mall, area perkotaan lebih membutuhkan
itu semua karena menjadi pusat ekonomi, pusat perputaran uang yang lebih besar, dan
pusat pemerintahan.

Dalam suatu pemukiman terjadi hubungan antara manusia dengan manusia,


manusia dengan alam, serta manusia dengan pencipta-Nya. Permukiman sangat
berkaitan erat dengan karakteristik lingkungan dan perilaku penggunanya yang
dominan. Permukiman yang terbentuk dari orang-orang yang masih mempunyai
pertalian keluarga lewat perkawinan, akan berbeda dengan bentuk pemukiman yang
dibentuk oleh karena kesamaan mata pencaharian, demikian juga dengan pemukiman-
pemukiman yang pemukimnya didominasi oleh etnis-etnis tertentu. (Nurjannah, 2008).

Lingkungan permukiman terbentuk bukan hanya dari hasil kekuatan fisik tetapi
juga terkait dengan faktor-faktor sosial budaya yang ada di dalamnya. Rapport (1969)
mengemukakan bahwa faktor utama dalam proses terjadinya bentuk adalah budaya
sedangkan faktor lain seperti iklim, letak dan kondisi geografis, politik dan ekonomi
merupakan faktor pengubah. Jadi dalam hal ini karakteristik lingkungan adalah salah
satu faktor yang sangat mempengaruhi terbentuknya tata ruang suatu permukiman dan
arsitektur permukiman. Kawasan permukiman juga akan memiliki keunikan tersendiri
yang terbentuk karena adanya kekhasan budaya masyarakatnya, kondisi iklimnya,
kondisi politik atau keamanan, dan pengaruh nilai-nilai spiritual yang di percaya oleh
masyarakatnya.

Determinisme lingkungan, juga dikenal sebagai determinisme iklim atau


determinisme geografi, adalah pandangan bahwa lingkungan fisik, bukannya kondisi
sosial, yang menentukan kebudayaan. Penganut pandangan ini mengatakan bahwa
manusia ditentukan oleh hubungan stimulus dan respon (hubungan lingkungan-prilaku)
dan tidak bisa “menyimpang” dari hal itu.

15
Argumen dasar dari penganut determinisme lingkungan adalah bahwa aspek dari
geografi fisik, khususnya iklim memengaruhi pemikiran individu, yang pada gilirannya
akan menentukan perilaku dan budaya yang dibangun oleh individu tersebut.

Tokoh-tokoh atau ilmuwan yang mengembangkan dan menganut paham


determinisme diantaranya Charles Darwin, Frederich Ratzel dan Elsworth Huntington:

1. Aristoteles. Menyatakan bahwa perbedaan iklim di suatu wilayah akan menyebabkan


perbedaan karakteristik orang-orangnya. Contohnya adalah penduduk Eropa yang
lebih berani dari Asia karena iklim yang lebih menantang
2. Carl Ritter. Menganggap bahwa bumi dan segala isinya saling berkaitan. Oleh karena
itu, secara logis seharusnya karakteristik-karakteristik manusia yang ada di suatu
lokasi memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi dimana mereka tinggal.
3. Ellsworth Huntington. Menyatakan bahwa kondisi cuaca dan iklim di suatu wilayah
berpengaruh besar terhadap pola kehidupan manusia di lokasi-lokasi tersebut.
Gagasan beliau akan menjadi salah satu pendorong studi iklim dan pengaruhnya pada
aktivitas manusia pada abad ke 20.
4. Alexander von Humboldt. menganggap bumi dan segala isinya adalah sebuah
organisme yang besar dan saling terhubung. Disini, Humboldt menganggap bahwa
segala aktivitas manusia harus selaras dengan apa yang sudah disediakan dan
ditetapkan oleh alam disekitarnya tanpa boleh mengubahnya
5. Friedrich Ratzel. menyatakan bahwa pola kehidupan manusia ditentukan oleh faktor-
faktor eksternal yang kelak akan menjadi determining factor. Gagasan beliau kelak
akan bertransformasi menjadi Lebensraum dimana budaya yang kuat akan
mempengaruhi dan mengasimilasi budaya-budaya disekitarnya yang lemah.
6. Charles Darwin. dalam teori seleksi alamnya menyatakan bahwa lingkungan akan
menseleksi makhluk hidup yang paling kuat sehingga makhluk hidup akan
beradaptasi agar bisa hidup di lingkungannya.

16
Secara umum, para ahli ini menyatakan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan
manusia tidak mungkin lepas dari pengaruh alam disekitarnya. Selain itu, manusia juga
tidak cukup kuat untuk mengalahkan alam, sehingga harus beradaptasi untuk bertahan
hidup.

Determinisme merupakan pemahaman geografis yang menyatakan bahwa semua


kehidupan manusia dipengaruhi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Disini,
manusia dianggap dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar dan menerima saja apa adanya.
Atau, dengan kata lain, manusia tidak bisa menentukan jalur hidupnya dan hidupnya
ditentukan oleh kondisi alam sekitar. Umumnya, geografer yang menganut paham fisis
determinis menyatakan bahwa manusia dan aktivitas-aktivitas manusia harus selalu
ditempatkan sesuai dengan pola alam yang ada disekitarnya.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan


menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang
bertemu, maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat
tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi.

Interaksi sosial dapat terjadi apabila antara dua individu atau kelompok terjadi
kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya
hubungan sosial. Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian
tafsiran dari reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Interaksi sosial adalah satu
proses sosial yang melibatkan dua atau lebih individu atau kelompok. Interaksi sosial
melibatkan tindakan saling merespons perilaku seorang individu terhadap individu lain,
dan selanjutnya saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi manusia berbeda dengan
bentuk interaksi lain, karena interaksi ini melibatkan norma serta kewajiban yang
responsif.

Interaksi sosial juga melibatkan alat komunikasi seperti bahasa dan simbol, agar
antara individu dapat saling bertukar makna dan pemikiran satu sama lainnya. Interaksi
sosial di lingkungan masyarakat sangatlah penting untuk itu bersosialisasi sangatlah
diperlukan terlebih dengan masyarakat yang ada disekitar kita, melalui interaksi pula
kita bisa mengenal orang-orang yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal.

17
Pola interaksi di desa dan di kota dapat di kaji dengan menggunakan konsep
Gemeinschaft und Gesselschaft. Gemeinschaf atau bisa di sebut paguyuban adalah pola
asosiasi sosial di mana individu-individu cenderung ke arah komunitas sosial daripada
keinginan dan kebutuhan individu mereka. Paguyuban adalah bentuk kehidupan
bersama, anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alami dan kekal.
Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan yang telah dikodratkan. Biasanya
paguyuban lahir dari dalam diri individu ditandai dengan rasa solidaritas dan identitas
yang sama. Keinginan untuk berhubungan didasarkan atas kesamaan dalam keinginan
dan tindakan. Kesamaan individu merupakan faktor penguat hubungan sosial, yang
kemudian diperkuat dengan hubungan emosional serta interaksi antar individu.

Di pedesaan, masyarakat tani melambangkan Gemeinschaft, hubungan pribadi


didefinisikan dan diatur berdasarkan aturan sosial tradidional. Orang-orang memiliki
hubungan tatap muka yang sederhana dan langsung satu sama lain yang ditentukan oleh
kehenda alami, sebagai emosi alami dan spontan serta ekspresi sentimen.

Beberapa ciri Gemeinschaft (Paguyuban) sebagai berikut:

1. Ikatan sosial bersifat personal


2. Tipikal masyarakat rural
3. Tipikal masyarakat tradisional
4. Tipikal masyarakat petani
5. Tradisi masih kuat
6. Hubungan sosial bersifat tradisional
7. Hubungan sosial didominasi oleh kerjasama
8. Sistem kekeluargaan dan kekerabatan masih kuat
9. Tindakan sosial berdasarkan keyakinan
10. Mengedepankan prinsip berdasarkan nilai bersama
11. Komposisi masyarakat bersifat homogen
12. Tatanan sosial dibentuk oleh tradisi
13. Interaksi sosial bersifat emosional
14. Pembagian kerja sederhana
15. Peran agama dominan dalam pengorgnisasian sosial

Dalam Kamus Sosiologi (2010), Nicholas Abercrombie, menjelaskan


masyarakat yang ditandai dengan hubungan paguyuban bersifat homogen. Sebagian
besar terikat kekerabatan dan hubungan organik dan memiliki kohesi moral yang
didasarkan pada sentimen keagamaan yang umum. Dalam Encyclopaedia of the Social
Sciences Vol. 3 (1968), Horace Miner menggambarkan Gemeinschaft untuk merujuk
pada komunitas perasaan, semacam kesatuan ide dan emosi, berasal dari persamaan dan
pengalaman hidup bersama.

18
Orang sering berinteraksi satu sama lain dan cenderung membangun hubungan
yang dalam dan jangka panjang. Kontrol sosial dalam Gemeinschaft dipertahankan
melalui cara-cara informal seperti persuasi moral, gosip dan bahkan gerak tubuh
(gestur).

Dikutip dari Dasar-dasar Sosiologi (2009) karya Syahrial Syarbaini Rusdianta,


Gemeinschaft atau masyarakat paguyuban dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
Gemesinschaft by blood, Gemeinschaft by place, dan Gemeinschaf tof mind:

1. Gemeinschaft of blood adalah ikatan-ikatan kekerabatan atau ikatan darah.


2. Gemeinschaft by place adalah ikatan berlandaskan kedekatan letak tempat
tinggal serta tempat kerja yang mendorong orang untuk berhubungan secara
intim satu sama lain dan mengacu pada kehidupan bersama di daerah pedesaan.
3. Gemeinschaft of mind adalah hubungan persahabatan yang disebabkan karena
persamaan keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang mendorong untuk
saling berhubungan secara teratur.

Berbeda dengan Gesselschaft (Patembayan) yaitu masyarakat sipil atau kota


yang dimana kebutuhan individu merupakan prioritas nomor satu daripada asosiasi
sosial. Ini biasanya terjadi di masyarakat kota, dimana karena di kota masyarakat lebih
dominan pendatang dan memiliki kepentingan pekerjaan, jadi hubungan anggota
masyarakat disana dapat terbilang lemah, kadangkala individu disana tidak saling kenal,
nilai, norma, dan sikap menjadi kurang berperan dengan baik.

Gesellschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya mempunyai


hubungan yang sifatnya sementara dan disatukan oleh pemikiran yang
sama. Gesselschaft ditentukan oleh kurwille (kehendak rasional) dan dilambangkan
oleh masyarakat kosmopolitan modern dengan birokrasi pemerintah dan organisasi
industri besar. Dalam gesellschaft, kepentingan pribadi yang rasional dan tindakan
penghitungan melemahkan ikatan tradisional keluarga, kekerabatan dan agama.

Pada hubungan Gesselschaft mudah ditemui pada masyarakat urban. Tipikal


masyarakat ini sudah mulai modern dan berorientasi ke industri yang ditandai dengan
melemahnya tradisi. Sistem kekeluargaan dan kekerabatan melemah, tindakan sosial
berdasarkan komando dan mengedepankan prinsip efisiensi. Komposisi masyarakat
bersifat heterogen, dengan interaksi sosial bersifat rasional. Pembagian kerja bersifat
kompleks dan tatanan sosial dibentuk oleh birokrasi. Pada masyarakat kota peran ilmu

19
pengetahuan ilmiah dalam pengorganisasian sosial lebih dominan. Hubungan sosial pada
masyarakat ini di dominasi oleh kompetisi.

Ciri-ciri Gessellschaft (Patembayan) adalah sebagai berikut:


1. Ikatan sosial bersifat impersonal
2. Tipikal masyarakat urban
3. Tipikal masyarakat modern
4. Tipikal masyrakat industri
5. Tradisi lemah
6. Hubungan sosial besifat kontraktual
7. Hubungan sosial didominasi oleh kompetisi
8. Sistem kekeluargaan dan kekerabatan lemah
9. Tindakan sosial berdasarkan komando
10. Mengedepankan prinsip efisiensi
11. Komposisi masyarakat bersifat heterogen
12. Tatanan sosial dibentuk oleh birokrasi
13. Interaksi sosial bersifat rasional
14. Pembagian kerja bersifat kompleks
15. Peran ilmu pengetahuan ilmiah dominan dalam pengorganisasian sosial

Karakteristik masyarakat juga bisa berbeda-beda berdasarkan letak geografis


tempat tinggalnya, seperti masyarakat yang tinggal di daerah dataran tinggi atau
pegunungan akan berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah pantai yang
berprofesi sebagai nelayan serta masyarakat yang tinggal di daerah yang beriklim tropis
atau panas.

Seperti karakteristik masyarakat di Bandung berbeda dengan masyarakat di


Lombok. Karena di bandung yang cuacanya cenderung dingin, itu mempengaruhi sifat
dan karakteristik masyarakat disana menjadi lebih ramah dan warna kulit yang lebih
cerah. Berbeda dengan masyarakat di Lombok, karena cuaca iklim di Pulau Lombok
yang cenderung lebih panas maka karakteristik masyarakat disana lebih pemarah dan
sensitif, serta warna kulit yang lebih gelap.

20
DAFTAR PUSTAKA

RN Husnun, 2017. http://eprints.ums.ac.id/52818/3/03.BAB%20I.pdf

Ica Wulansar & Ridzki R Sigit, 2017. “Ekosentris, Membangun Kesadaran Baru
Tentang Lingkungan”.
https://www.mongabay.co.id/2017/12/26/ekosentris-membangun-kesadaran-
baru-tentang-lingkungan/

Cathitecture, 2016. “TEORI EKOSENTRISME”


https://catchitecture.wordpress.com/2016/04/04/teori-ekosentrisme/

Dodi Ahmad Kurtubi, 2018. “SDGs dan Pembangunan Kesejahteraan Sosial”


http://dinsos.riau.go.id/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=480:sustainable-development-goals-sdgs-dan-
pembangunan-kesejahteraan-sosial-oleh-dodi-ahmad-kurtubi&catid=17&Itemid=117
Opini oleh : Jalal, 2015. “Lingkungan dalam Logika Keberlanjutan SDGs”
https://www.mongabay.co.id/2015/11/12/opini/

Ferina Ardhi Cahyani, 2020. “Upaya Peningkatan Daya Dukung Lingkungan Melalui
Penerapan Prinsip Sustainable Development Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”
file:///C:/Users/user/Downloads/38472-Article%20Text-96887-1-10-
20200528.pdf

Iqbal Hakim, 2020. “Paham Fisis Determinis dan Possibilisme dalm Geografi”
https://insanpelajar.com/paham-fisis-determinis-dan-possibilisme-dalam-
geografi/

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/Pengelolaan_Lingkungan_Hidup_untuk_Tk_SMA/BAB_2_HUBU
NGAN_MANUSIA_DAN_LINGKUNGAN.pdf

21
N. Wulan, 2013. http://digilib.uinsgd.ac.id/1146/4/4_bab1.pdf

Kompas.com, 2019. “Pengertian dan Perbedaan Gemeinschaft dan Gesselschaft”


https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/23/200000469/pengertian-dan-
perbedaan-gemeinschaft-dan-gesellschaft?page=all

22

Anda mungkin juga menyukai