FOOTPRINT
• AISHA MAHARANI 08211740000033
• EKO RISDIYANTO 08211740000035
• ANGELICA CLARA T 08217400000032
OUTLINE
Daya Dukung Lingkungan Biokapasitas
• Latar Belakang • Pengertian
• Definisi • Perhitungan
• Konsep Daya Dukung Lingkungan Defisit/Surplus
• Pendekatan Daya Dukung Lingkungan
Studi Kasus
Jejak Ekologi Lesson Learned
• Istilah ekologi
• Definisi
• Asumsi
• Metode/Perhitungan
DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN
LATAR BELAKANG
• Status daya dukung lingkungan perlu diketahui untuk perencanaan program pembangunan, seperti
perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan pencadangan sumberdaya alam, pengelolaan dan
pengendalian kerusakan lingkungan, dan sebagainya
• Berdasarkan UU No 32 Tahun 2009 pasal 1 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
dijelaskan bahwa pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya memelihara kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Peraturan diatas ada dengan tujuan mencapai
keberlanjutan dari sisi lingkungan hidup dalam pemb.angunan di Indonesia.
DEFINISI
• Konsep daya dukung (Carrying Capacity) diperkenalkan oleh Thomas Robert Malthus yang
menyatakan bahwa pertumbuhan akan melebihi produksi makanan sehingga akan terjadi kelaparan
dimana-mana. Dimana Daya dukung didefinisikan sebagai jumlah maksimum individu yang dapat
didukung oleh sumber daya yang ada dalam suatu ekosistem
• Menurut Khana dalam KLH(Kementerian Lingkungan Hidup) tahun 2010, daya dukung lingkungan
adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil atau produk di suatu daerah dari sumber daya alam yang
terbatas dengan mempertahankan jumlah dan kualitas sumberdayanya
• Menurut UU No 32 Tahun 2009, daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya
• Dalam konteks ekologis, daya dukung lingkungan adalah jumlah populasi atau komunitas yang dapat
didukung oleh sumberdaya dan jasa yang tersedia dalam ekosistem tersebut (Rees, 1990)
KONSEP DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
• Daya dukung terbagi menjadi dua komponen, yaitu Kapasitas penyediaan SDA dan Kapasitas tampung
limbah
• Daya dukung lingkungan hidup didefinisikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain
• Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan/atau
komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya
PENDEKATAN PENGUKURAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
• Perhitungan Ecological Footprint/Jejak Ekologis
ECOLOGICAL
FOOTPRINT
PENDAHULUAN
Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Arnest Haeckel seorang ahli
Biologi Jerman pada tahun 1866. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu “OEKOS”BERARTI RUMAH dan“LOGOS”YANG BERARTI ILMU.
Jadi,
EF Consumption
(demand):
How much bioproductive
area do we demand?
ASUMSI
Sebelum menghitung tapak ekologi, dibutuhkan asumsi. Asumsi yang umum digunakan adalah :
• Semua sumber daya yang dikonsumsi dan limbah (termasuk emisi) yang dihasilkan dapat ditelusuri
asal muasalnya (tracked).
• Sebagian besar aliran sumber daya dan buangan dapat diukur dengan menggunakan luasan
bioproduktif untuk menjaga pasokan sumber daya dan absorpsi buangan.
• Luasan bioproduktif yang berbeda dapat dikonversi menjadi satu ukuran tunggal, yaitu hektar global
(gha). Setiap hektar global pada satu tahun mencerminkan bioproduktif yang sama dan semua dapat
dijumlahkan.
• Permintaan terhadap sumber daya alam disebut telapak ekologis (ecological footprint/demand), dan
dapat dibandingkan dengan biokapasitas (biocapacity/ supply ) dengan satuan hektar global (gha).
ASUMSI PERHITUNGAN
✔ Tapak Ekologi Pertanian : Jumlah produksi setiap komoditas yang ada pada lahan pertanian. Jenis
tanaman pangan dan holtikultura serta tanaman perkebunan.
✔ Tapak ekologi lahan pengembalaan : Jumlah konsumsi daging dibutuhkan (sapi, kerbau, kambing)
dengan seberapa besar jumlah daging yang mampu diproduksi oleh ternak lahan pengembalaan jika
dibandingkan dengan luas lahan untuk pakan ternak yang disediakan di tahun tersebut.
✔ Tapak ekologi lahan hutan : Jumlah produksi kayu baik kayu bulat maupun kayu bakar
yang dikonsumsi oleh masyarakat ataupun emisi karbon.
✔ Tapak ekologi lahan perikanan : Produksi primer perikanan darat (tangkap, budidaya,
kolam) dan perikanan laut.
✔ Tapak ekologi lahan terbangun : Luas lahan yang ditutupi oleh infrastruktur manusia
baik transportasi, perumahan maupun industri. Diperlukan data jumlah rumah tangga,
Jumlah populasi dan standar kebutuhan lahan per orang/penduduk.
METODE
Metoda yang digunakan untuk menghitung tapak ekologi adalah
metoda yang dikembangkan oleh Global Footprint
Network (GFN-USA). Dalam menghitung tapak ekologi ada 2 faktor
yang perlu diperhatikan yaitu :
• Faktor ekuivalensi
• Faktor panen.
FAKTOR EKIVALENSI (EQF)
• Faktor ini merupakan faktor yang digunakan untuk mengkombinasikan tapak ekologi dari lahan yang
berbeda-beda. Agar ini dapat dikombinasikan maka dibutuhkan koefisien untuk menyamakannya.
Dengan kata lain, ini dipakai untuk mengkonversi satuan lokal lahan tertentu menjadi satuan yang
universal, yaitu hektar global (gha). Faktor penyama telah ditentukan oleh Global Footprint
Network (GFN) untuk 6 (enam) kategori lahan, yaitu:
FAKTOR PANEN (YF)
• Faktor panen menggambarkan perbandingan antara luasan lahan bioproduktif di suatu wilayah
dengan luasan lahan bioproduktif yang sama di wilayah yang lain untuk tiap komoditas yang
sama. Faktor ini juga menggambarkan kemampuan suatu populasi untuk menyertakan
penguasaan teknologi dan manajemen dalam pengelolaan lahan. Setiap wilayah memiliki faktor
panen masing‐masing dan dihitung per tahun. Faktor panen menurut GFN memiliki 2 index
yaitu:
a) YN : produktifitas rata-rata nasional untuk penggunaan lahan tertentu
b) YW : produktifitas rata-rata dunia untuk penggunaan lahan tertentu
RUMUS PERHITUNGAN
•
BIOKAPASITAS/BC
• Biokapasitas (BC)
Merupakan kapasitas sumber daya maksimum yang tersedia, diukur dalam wilayah tanah bioproduktif
(ha/gha). Perhitungan sumberdaya alam yang tersedia dapat menggunakan
Rumus:
• BC = A x YF x EQF
Dimana :
BC = Biocapacity dari jenis lahan yang dihitung (gha)
A = Area sesuai dengan jenis lahan yang digunakan dalam suatu Negara atau wilayah (nha)
YF = Faktor hasil (Yield Factor) sesuai dengan jenis lahan yang digunakan (wha/nha)
EQF= Faktor ekivalen sesuai dengan jenis lahan (gha/wha)
DEFISIT
&
SURPLUS
DEFISIT EKOLOGIS
• Untuk menilai daya dukung suatu ekosistem dapat dilakukan dengan perhitungan,
• DE = JE total – BK total
Dimana:
DE : Defisit Ekologis
JE total : Jejak ekologis Total
BK total : Biokapasitas Total
PENILAIAN DEFISIT
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh China Council Tipe-tipe hasil penilaian Defisit :
for International Cooperation on Environment and o Reserved Region, Surplus
Development-World Wide Fund for Nature
o Moderate Deficit, Fair Deficit
(CCICED-WWF) tahun 2006, Tingkat defisit ekologis
dapat diinterpretasikan menjadi: o Severe Deficit,Very Devicit
o Very Severe Deficit, Chronic Deficit
STUDI KASUS
LATAR BELAKANG
• Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu kabupaten dengan kepadatan tertinggi di Jawa Timur.
Wilayah Mojokerto yang termasuk wilayah metropolitan dari wilayah GKS dengan konsentrasi
aktivitas perkotaan yang sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah perkotaan lainnya di Jawa Timur.
Peran strategis Mojokerto ke wilayah GKS memberikan konsekuensi bagi peningkatan populasi dan
konsumsi sumber daya alam. Konsekuensi ini terutama perlu diantisipasi di daerah perkotaan dengan
tingkat pertumbuhan penduduk jauh melebihi tingkat pertumbuhan di daerah pedesaan.
• Kabupaten Mojokerto mengalami pengurangan luas lahan 331,1 Ha di kawasan hutan lindung selama
2012 hingga 2014, dan 9 Ha di kawasan hutan produksi pada 2013 hingga 2014. Berkurangnya luas
lahan hutan ini disebabkan oleh perambahan lahan hutan (RTRW Kabupaten Mojokerto). Padahal
secara ekologis, kawasan hutan diarahkan sebagai area resapan air. Di sisi lain, arahan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (RTRW Provinsi Jawa Timur) menetapkan kawasan ini sebagai kluster
pengembangan industri di wilayah Jombang-Mojokerto. Hal ini menyebabkan pengembangan luas
kawasan industri di wilayah penelitian meningkat, seperti yang ditunjukkan pada periode 2011-2012.
Demikian pula, jumlah perluasan lahan untuk lahan terbangun telah meningkat tiga kali lipat dari
tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Mojokerto memiliki perubahan fungsi
lingkungan yang signifikan, di tengah pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan lahan untuk
memenuhi peningkatan aktivitas manusia. Bentuk lahan yang digunakan dalam rangka perencanaan
pembangunan daerah harus dilakukan untuk mencapai optimalisasi sumber daya lahan yang ada,
sehingga keteraturan yang lebih baik dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
• Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, perlu dikaji tingkat kapasitas pendukung
lingkungan di Kabupaten Mojokerto. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji tingkat
keberlanjutan wilayah Mojokerto melalui pengukuran tingkat daya dukung lingkungan wilayah
tersebut melalui pendekatan jejak ekologis. Pengukuran ini didasarkan pada dua set data dari tahun
2002 dan 2014 untuk membandingkan dan mengevaluasi pembangunan daerah.
Biokapasitas 2002 2014