Kuliah 3 PL 5012
Sumber Daya dan Lingkungan
Pokok Bahasan
1. Kebutuhan Pengukuran DDL
2. Konsep Jejak Ekologis (Ecological Footprint)
3. EF Demand vs EF Supply (Biocapacity) sbg
Status DDL/Keberlanjutan
4. Perbandingan Jejak Ekologis dan Biokapasitas
antar negara
5. Penghitungan Jejak Ekologis di Indonesia
6. Implikasi Kebijakan dalam PWK.
Ecological
Footprints
We Depend on Nature
We exchange energy and
matter with our
environment as we
Eat
Drink
Breathe
We use
Energy for heat and mobility
Wood for housing and paper
Food and water for living
We Depend on Nature
Nature
Absorbs our wastes
Provides climate stability
Protects us from ultraviolet
radiation
In cities we tend to think of nature
as a collection of commodities we
obtain from around the world
But nature is the very source of our
lives and well being
Ecological Footprints
The amount of
ecologically
productive land
used by
individuals,
cities, countries,
etc.
Production and
use of goods and
services involve
land use: have
ecological
footprints
Ecological Footprints
Energy Land
Fossil energy
consumption requires
CO2 sink
Ecological Footprints
Consumed Land
Built
environment
Ecological Footprints
Farm Land
Food
production
Ecological Footprints
Forest Land
forest
products
Transportation Footprints
If one person travels 5
kilometers twice each
workday:
Bicycle: 122 sq meters
Buses : 301 sq meters
Cars: 1,442 sq meters
Agricultural Footprints
Open Field production of
tomatoes takes up more land
than greenhouse production
But Greenhouse production
has a much larger ecological
footprint (10-20x)
Energy
Fertilizer
Other inputs
Urban Footprints
http://antwrp.gsfc.nasa.gov/apod/ap970408.html
Ecological Footprint
(Jejak Ekologis, Telapak Ekologis)
Ecological Footprint (EF) adalah indikator baru untuk
menghitung keberlanjutan.
EF didefinisikan sebagai luas lahan produktif secara
ekologis yang dapat menopang dan mendukung populasi
tertentu dengan gaya hidup yang dapat diterima.
Jejak ekologis adalah alat perhitungan sederhana yang
memaparkan dampak manusia dalam sebuah indeks, yang
konsisten dengan prinsip termodinamika dan ekologi
(Chambers et al., 2000).
Konsep jejak ekologis ini dikembangkan oleh William Rees
dan Mathis Wackernagel pada awal 90-an sebagai
pengembangan dari konsep carrying capacity
(Wackernagel & Rees, 1994).
Konsep EF (1)
Aktivitas manusia bergantung pada biosfir, yang
memberikan sejumlah besar pasokan sumberdaya
secara terus-menerus untuk mendukung
pembangunan ekonomi dan kehidupan sehari-hari.
Konsumsi sumberdaya alam
dan dampaknya terhadap
ekosistem didefinisikan sebagai
ecological footprint.
Dalam gambaran visual, EF
adalah jejak-kaki (tapak) dari
kaki besar yang memuat jumlah
penduduk , kota-kota, pabrikpabrik yang diciptakan manusia.
Konsep EF (2)
Dengan teknologi tertentu luas lahan yang
produktif secara ekologis tsb menopang jumlah
populasi tertentu sesuai dengan gaya hidupnya
EF demand.
EF supply (sering juga disebut daya dukung
lingkungan, biocapacity) adalah luas lahan
produktif secara ekologis yang tersedia.
Jika EF demand lebih kecil dari EF supply, berarti
pola pembangunan ekonomi dan sosial
berkelanjutan;
Jika EF demand lebih besar dari EF supply, pola
pembangunan tidak berkelanjutan.
EF demand
Jenis lahan produktif secara ekologis:
Lahan untuk energi fosil
Lahan basah
Padang rumput
Hutan
Kawasan terbangun
Laut
EF supply
Daya dukung lingkungan (ecological carrying
capacity) berbeda-beda pada tiap wilayah karena
perbedaan SDA, tidak hanya perbedaan
produktivitas pada tiap jenis lahan yang berbeda,
tapi juga perbedaan produktivitas pada jenis lahan
yang sama.
Untuk mencerminkan karakteristik ini digunakan
faktor panen yang mencerminkan produktivitas
lahan, yaitu rasio produktivitas jenis lahan
tertentu terhadap rata-rata produktivitas global
untuk jenis lahan yang sama.
EF Supply - Biocapacity
Di bumi yang hijau-biru ini, ternyata tidak banyak ekosistem
produktif yang dapat menunjang kehidupan (padang pasir yang
tandus, kutub es yang beriklim dingin tidak dapat
dimanfaatkan)
Dalam menyediakan daya dukung pada kehidupan, hanya
ekosistem produktif tertentu yang dianggap dapat
memberikan dukungan.
ekosistem produktif lahan dan perairan yang ada yang
mampu menyokong keberlanjutan populasi (manusia, flora dan
fauna).
Kapasitas lahan kehidupan (biocapacity) bumi hanya 11,3
miliar gha, yang hanya merupakan seperempat permukaan
bumi atau hanya memberi jatah paling tinggi 1,8 gha per
orang.
Faktor konversi
dalam penghitungan EF dan Biocapacity
Faktor penyama (equivalent factor)
Faktor yang mengkonversi satuan lokal lahan tertentu menjadi
satuan yang universal, yaitu hektar global (gha).
Global Footprint Network menentukan untuk 6 kategori lahan:
lahan pertanian (2,64), lahan perikanan (0,40), lahan peternakan
(0,50), lahan kehutanan (1,33), lahan terbangun (2,64) dan lahan
penyerapan karbon (1,33).
5 Aspek Penting EF
sbg Alat analisis Keberlanjutan
1. Didasarkan pada prinsip life cycle, yang merupakan
prasyarat dalam penentuan pengembangan ketahanan
lingkungan.
2. Dikhususkan pada konsumsi: berbagai persoalan
lingkungan dapat dikaitkan dengan pola konsumsi yang
tidak stabil pada banyak bagian dunia
3. Menggambarkan keterkaitan dari beragam kategori
konsumsi dan konsekuensi lingkungannya ke dalam satu
kesatuan analisis.
4. Jejak ekologis memuat kesetaraan dan hukum global ke
dalam analisis
5. Telah terbukti sebagai alat yang sempurna untuk
mengilustrasikan tantangan dari pengembangan
ketahanan, baik bagi profesional maupun awam.
Analisis jejak ekologis bersikap edukatif dan motivatif.
Keterbatasan EF
Beberapa aspek konsumsi dan emisi tidak termuat
dalam analisis.
Jejak ekologis hanya memuat konsumsi dan emisi
yang memerlukan lahan, pada bentuk tertentu
(Lewan, 2000)
Keraguan muncul pada luas lahan yang bersifat
wilayah, khususnya pada wilayah CO2 (Jorgensen et
al., 2002)
Masalah pengumpulan banyak kategori lahan yang
berbeda ke dalam satu kesatuan.
Jejak ekologis tidak menggambarkan mengenai
kualitas hidup, yang merupakan cerita yang berbeda
sepenuhnya dan perlu dilihat secara terpisah.
JEJAK
EKOLOGIS
DAN
BIOCAPACITY
ANTAR
NEGARA
SISTEM
PERKOTAAN DAN
JEJAK EKOLOGIS
DAYA TAMPUNG
LINGKUNGAN
Limbah
Lingk
Buatan
Lingk
Sosia
l
Air
JEJAK
EKOLOGIS
KOTA
Lingk
Alam
Energi
Pangan
DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN
Kawasan perkotaa Berkelanjutan, jika semua subsistemnya berlanjut secara dinamis, seimbang, serasi
Hasil Kajian
Telapak Ekologis
di Indonesia
Implikasi Kebijakan
Kebijakan makro
Pelaksanaan pembangunan perlu diarahkan untuk
mendistribusikan beban secara lebih merata
sehingga tidak terdapat wilayah yang mengalami
defisit terlalu dalam (P. Jawa dan Bali)
Meskipun relatif sulit dilaksanakan , namun beban
terhadap lingkungan tetap dapat dikurangi dengan
mendorong pengembangan wilayah di luar P. Jawa
dan Bali
diharapkan dapat menarik penduduk
mewujudkan pola koleksi-distribusi barang yang lebih
efisien, serta penggunaan teknologi.
Kebijakan mikro
Perlu diterapkan kebijakan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
biokapasitas wilayah dan efisiensi pemanfaatan SDA.
Peningkatan biokapasitas dimaksudkan agar lingkungan dapat
menyediakan sumber daya dalam jumlah yang memadai, termasuk
dalam menyediakan jasa-jasa lingkungan.
efisiensi pemanfaatan sumber daya untuk mengurangi tekanan
kepada lingkungan.
Kebijakan di satu wilayah dapat difokuskan pada komponen yang
menjadi dasar perhitungan biokapasitas dan telapak ekologis
(pertanian, perikanan, kehutanan, peternakan, lahan penyerap karbon
dan lahan terbangun).
peningkatan produktivitas (yield factor) dari tiap komponen.
Perlu dilakukan upaya untuk mengubah pola konsumsi masyarakat
agar tidak boros sumber daya, termasuk dalam menggunakan energi
dan membuang emisi dalam berbagai bentuk.
TELAPAK EKOLOGIS
KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG, 2011
Guna
Lahan
TE Produksi
[gha]
[gha/or
ang
TE Impor
[gha]
TE Ekspor
[gha/org]
TE konsumsi
[gha/org
]
[gha]
[gha]
[gha/og]
2.676.669
0,35
4.604.36
2
0,60
0,00
7.281.031
0,95
792
0,00
0,00
0,00
792
0,00
137.651
0,02
665.512
0,09
0,00
803.163
0,10
Perikanan
1.060.266
0,14
61.694
0,01
0,00
1.121.960
0,15
Karbon
2.206.304
0,29
309
0,00
688
0,00
2.205.925
0,29
248.024
0,03
248.024
0,03
Pertanian
Lahan
peternakan
Hutan
Lahan
terbangun
TOTAL
6.329.706
0,83
5.331.878
0,70
688
0,00
11.660.897
1,52
BIOKAPASITAS
KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG
Land Use Type
Area
[-]
[nha]
Cropland
Grazing Land
Other wooded land
Forest
Marine
Inland Water
Infrastructure
Hydro
40.303
570
0
183.476
0
5.607
52.199
18.556
YF
EQF
BC
[wha
[gha
[gha]
nha-1] wha-1]
1,66
2,64 177.174
2,80
0,50
792
2,80
0,50
0
0,42
1,33 103.565
1,36
0,40
0
1,00
0,40
2.227
1,66
2,64 229.468
1,00
1,00 18.556
Pertanian
Lahan
peternakan
Hutan
Perikanan
Karbon
Lahan
terbangun
TOTAL
TE konsumsi
[gha]
[gha/orang]
Biocapacity
[gha/orang
[gha]
]
7.281.031
0,95
177.174
0,02
792
0,00
792
0,00
803.163
0,10
103.565
0,01
1.121.960
2.205.925
0,15
0,29
2.227
-
0,00
0,00
248.024
0,03
248.024
11.660.897
1,52
531.782
0,07
Bahan Bacaan
Enger, E.D., B.F. Smith. 2004. Environmental Science: A
Study of Interrelationships. Mc. Graw Hill, Boston
Wackernagel, M., W.E. Rees. 1995. Our Ecological
Footprint: Reducing Human Impact on the Earth. New
Society Publishers, Gabriola Island.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2010. Konsep Awal
Naskah Akademik RPP tentang Tata cara Penetapan
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2010. Kajian Telapak
Ekologis di Indonesia