Anda di halaman 1dari 40

ROSSYDA PRIYADARSHINI & MAROETO

2021
Deskripsi penggunaan ruang berdasarkan
konsep tapak ekologi (ecological foot print)

 komunitas menempati sebuah


wilayah  memerlukan ruang
untuk memenuhi kebutuhannya:
 sumber air,
 sumber energi,
 pepohonan untuk menghasilkan zat
asam (oksigen),
 jalan untuk transportasi
 area pertanian untuk menumbuhkan
aneka pangan bahkan tempat
pembuangan sampah,dll
 Layanan kesehatan, pendidikan dsb
Permasalahan penggunaan ruang berdasarkan konsep
tapak ekologi

 Dengan bertambahnya
jumlah penduduk pada
suatu wilayah, seberapa
besar kemampuan daya
dukung lingkungan untuk
menyediakan semua
kebutuhan manusia secara
berkelanjutan?

Pyramid Biomass: Populasi


suatu organisma ditentukan
oleh ketersediaan pangannya
Permasalahan penggunaan ruang
berdasarkan konsep tapak ekologi (lanjutan)
 Tingginya populasi
menuntut untuk:
 membangun lebih banyak rumah
 membangun jalan lebih luas
 menyediakan lebih banyak air
bersih
 memperluas area pengolah
sampah dan
 meningkatkan produksi
pangan.

Namun daratan tidak bisa lagi bertambah,


bumi hanya ada satu!
Konsep ecological footprint

 Tapak ekologi (Ecological


Footprint) adalah konsep
untuk mencermati pengaruh
 manusia terhadap cadangan
dan daya dukung bumi
 Memahami tapak ekologi
memungkinkan untuk melihat
seberapa besar kekayaan alam
(‘renewable’) yang masih
tersisa, dan seberapa besar
pengaruh konsumsi manusia
terhadap ketersediaannya
Konsep ecological footprint

 Tapak ekologi atau ecological


footprint adalah perangkat
analisis untuk mengukur dan
mengomunikasikan dampak
pemanfaatan sumberdaya pada
lingkungan
 Komponen yang dianalisis
dalam tapak ekologi adalah:
 penggunaan energi langsung
 material dan limbah
 pangan
 transport personal
 air
 bangunan
Konsep ecological footprint

 secara umum tapak ekologi


mengukur permintaan
sumberdaya alam
 dengan membandingkan
permintaan dengan suplai
sumberdaya alam yang tersedia
dimungkinkan untuk
mengestimasi kelestarian ekologis
dari suplai sumberdaya alam yang
umumnya diistilahkan sebagai
biocapacity
Contoh Penerapan Tapak Ekologi pd komponen
kebutuhan pangan

 Manusia hidup butuh PANGAN


yang didapatkan dari proses
BUDIDAYA TANAMAN, yang
butuh lahan yang luas.
 Luasan lahan pertanian di
Indonesia saat ini
mengalami penciutan akibat
perubahan fungsi.
  Pertanian intensive
cenderung  meningkat 
Contoh Penerapan Tapak Ekologi pd komponen
kebutuhan pangan (lanjutan)

Daya dukung bumi (earth carrying


capacity) secara spasial berhubungan
dengan ketersediaan lahan dimana suatu
komunitas tinggal
Konsep kapasitas daya dukung bumi
tersebut mengukur besaran maksimum
populasi yang mampu ditopang secara
berkelanjutan oleh luasan area tertentu di
bumi.
Analisis Daya Dukung Lahan

Axr
CCR = -------------
HxhxF

Dimana:
CCR = kemampuan daya dukung
A = jumlah total area yang dapat digunakan untuk kegiatan
pertanian/perkebunan
r = frekuensi panen per hektar per tahun
H = jumlah KK (rumah tangga)
H = persentase jumlah penduduk yang tinggal
F = ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani
1.Jika CCR > 1
Artinya berdasarkan kuantitas lahannya, masih memiliki kemampuan untuk
mendukung kebutuhan pokok manusia dan masih mampu menerima
tambahan penduduk. Pembangunan di wilayah tersebut masih dimungkinkan
bersifat ekspansif dan eksploratif lahan.
2.Jika CCR < 1
Artinya berdasarkan jumlah lahan yang ada, maka di wilayah tersebut sudah
tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan
eksploratif lahan. Lahan-lahan yang berada pada posisi demikian perlu
mendapatkan program peningkatan produktivitas, intensifikasi dan
ekstensifikasi melalui perbaikan teknologi atau menekan pertumbuhan
penduduk.
3.Jika CCR = 1
artinya berdasarkan jumlah lahan, daerah ini masih memiliki keseimbangan
antara kemampuan lahan dan jumlah penduduk, namun demikian kondisi ini
perlu diwaspadai karena jika pertambahan penduduk tidak terkendali akibat
pembangunan yang sangat cepat akan dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan daya dukung, untuk itu peran pemerintah dalam mengendalikan
pembangunan yang memicu penambahan penduduk sangat diperlukan.
Kabupaten “X” memiliki luas 25.000 km2, yang terdiri
dari :
Dataran tinggi 5.000 km2
Terdapat kebun kopi 20.000 ha dengan frekuensi
panen 1 kali setahun
Terdapat kebun teh 15.000 ha dengan frekuensi panen
18 kali setahun
Jumlah penduduk 400.000 orang, yang tinggal di kota
20%
Setiap keluarga rata-rata mempunyai anggota 5 orang
Asumsi lahan yang dibutuhkan 1 KK petani adalah 1
ha
400.000
Jumlah KK = -------------- = 80.000 KK
5
Jumlah KK yang ada di desa = 80% x 80.000 KK = 64.000 KK
(20.000 x 1)+(15.000 x 18)
CCR = ------------------------------------ = 4,53
64.000 x 1
Kesimpulan:
Kemampuan daya dukung (CCR) > 1
Berdasarkan kuantitas lahan, masih memiliki kemampuan untuk
mendukung kebutuhan pokok penduduk Kabupaten “X” dan masih
mampu menerima tambahan penduduk.
Pembangunan di Kabupaten “X” masih dimungkinkan bersifat
ekspansif dan eksploratif lahan.
PERHITUNGAN TAPAK EKOLOGIS

Keterangan :
EF = ( P x YF x EQF ) / YN
EF = ecological footprint/telapak ekologis (TE);
P = jumlah produk dipanen atau limbah yang
dihasilkan;
YN = produktivitas nasional rata‐rata untuk P;
YF = yield factor (faktor panen);
EQF = equivalence factor (faktor ekivalensi untuk
kategori lahan dimaksud).
 
ASUMSI
 Semua sumber daya yang dikonsumsi dan limbah (termasuk
emisi) yang dihasilkan dapat ditelusuri asal muasalnya (tracked).
Sebagian besar aliran sumber daya dan buangan dapat diukur
dengan menggunakan luasan bioproduktif untuk menjaga
pasokan sumber daya dan absorpsi buangan.
Luasan bioproduktif yang berbeda dapat dikonversi menjadi satu
ukuran tunggal, yaitu hektar global (gha). Setiap hektar global
pada satu tahun mencerminkan bioproduktif yang sama dan
semua dapat dijumlahkan.
Permintaan terhadap sumber daya alam disebut telapak ekologis
(ecological footprint/demand), dan dapat dibandingkan dengan
biokapasitas (biocapacity/ supply ) dengan satuan hektar global
(gha).
Luasan permintaan (area demanded) bisa lebih besar dari luasan pasokan
(area supplied), jika permintaan suatu ekosistem melebihi kemampuan
ekosistemnya untuk menyediakannya.
FAKTOR YANG HARUS DIPERLUKAN
Faktor Ekuivalensi
Faktor ini merupakan faktor yang digunakan untuk mengkombinasikan 
tapak ekologi dari lahan yang berbeda-beda. Agar ini dapat dikombinasikan
maka dibutuhkan koefisien untuk menyamakannya. Dengan kata lain, ini
dipakai untuk mengkonversi satuan lokal lahan tertentu menjadi satuan yang
universal, yaitu hektar global (gha). Faktor penyama telah ditentukan
oleh Global Footprint Network (GFN) untuk 6 (enam) kategori lahan, yaitu:
lahan pertanian (2,64), lahan perikanan (0,40), lahan peternakan (0,50), lahan
kehutanan (1,33), lahan terbangun (2,64) dan lahan penyerapan karbon/lahan
yang diperlukan untuk mengabsorsi CO2 yang bersumber dari bahan bakar
fosil (1,33).
 Faktor Panen
Faktor panen menggambarkan perbandingan antara luasan lahan bioproduktif
di suatu wilayah dengan luasan lahan bioproduktif yang sama di wilayah
yang lain untuk tiap komoditas yang sama. Faktor ini juga menggambarkan
kemampuan suatu populasi untuk menyertakan penguasaan teknologi dan
manajemen dalam pengelolaan lahan. Setiap wilayah memiliki faktor panen
masing‐masing dan dihitung per tahun.
DATA FAKTOR PANEN

Anda mungkin juga menyukai