Anda di halaman 1dari 6

PRODUKSI PENYEDIAAN BENIH SECARA GENERATIF DENGAN

METODE SEDERHANA

Sayuran merupakan komoditas penting yang dibudidayakan oleh petani di


berbagai daerah di Indonesia. Komoditas sayuran merupakan cash crop yang
dapat secara nyata mendatangkan keuntungan bagi petani di Indonesia. Dengan
demikian, keberhasilan dalam usaha tani sayuran dapat memberikan sumbangan
yang besar bagi kesejahteraan petani. Konsumsi sayuran di Indonesia
diprediksikan akan mengalami peningkatan sejalan dengan membaiknya kondisi
perekonomian dan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat. Peluang
meningkatnya permintaan tersebut perlu diantisipasi dengan peningkatan kuantitas
dan kualitas produk sayuran yang dihasilkan petani di Indonesia. Penyediaan
beberapa produk sayuran tertentu untuk keperluan ekspor juga mulai terbuka.
Sayuran utama yang dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah bawang
merah, cabai, kacang panjang, kentang, kubis, mentimun dan tomat.
Mentimun, timun, atau ketimun merupakan tumbuhan suku labu-labuan
atau Cucurbitaceae) atau sejenis buah tumbuhan yang dimakan sebagai sayur-
sayuran dan ditanam sebagai makanan sejak 3000 tahun dulu. Timun jenis buah
berbentuk lonjong yang agak melengkung di bagian ujungnya berwarna hijau
dengan gradasi di bagian ujung-ujungnya. Untuk memetik buah timun ini, waktu
yang tepat adalah ketika buah timun dalam kondisi setengah matang. Hal ini
untuk menjamin biji timun tidak menjadi hitam sebelum waktunya. Timun boleh
dimakan secara mentah atau segar dan juga dalam masakan. Buahnya biasanya
dipanen ketika belum masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar,
tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh
dunia dan memiliki kandungan air cukup banyak di dalamnya sehingga berfungsi
menyejukkan. Timun yang juga dikenali sebagai mentimun atau nama saintifiknya
Cucumis sativus, mengandungi 0.65% protein, 0.1% lemak dan karbohidrat
sebanyak 2.2%. Selain itu timun juga mengandungi kalsium, zat besi, magnesium,
fosforus, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin C.
Di Indonesia tanaman mentimun tersebar hampir diseluruh wilayah dan
umumnya ditanam di dataran rendah sampai menengah dengan ketinggian sekitar
200 – 800 m dpl. Pertumbuhan optimal dapat dicapai pada lahan dengan
ketinggian 400 m dpl. Tekstur tanah yang dikehendaki adalah tanah berkadar liat
rendah dengan pH tanah sekitar 6 – 7. Berdasarkan permukaan kulit buahnya,
mentimun dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Permukaan buah berbintil dan
permukaan buah halus. Mentimun termasuk komoditas potensial, tetapi belum
berkembang sebagai komoditas utama. Mentimun merupakan salah satu
komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi, selain untuk memenuhi
konsumsi dalam negeri, komoditas ini juga mempunyai prospek yang cukup besar
untuk ekspor. Pasar yang potensial untuk ekspor sayuran Indonesia antara lain:
Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, Pakistan, Prancis, Persatuan Emirat
Arab, Inggris, Belanda, Thailand, Saudi Arabia, Jepang, Ciprus, dan Brunei
Darussalam. Khusus untuk sasaran pasar ekspor mentimun ke Jepang berupa
mentimun asinan baik dalam bentuk setengah jadi ataupun sudah dalam bentuk
kemasan. Pengembangan mentimun terkait dengan berbagai aspek dalam sistem
agribisnisnya sehingga dapat menjadi usaha yang berkelanjutan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, salah satu upayanya adalah dengan menyusun suatu
standar, yaitu berupa Standard Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan dalam
pelaksanaan kegiatan produksi mentimun dari on-farm sampai pasca-panen.
Timun merupakan tanaman sayuran yang dalam budidayanya
menggunakan bahan tanaman berupa benih. Penggunaan benih bermutu perlu
didukung oleh sistem penyediaan benih timun. Pada saat mengalami kesulitan
untuk mendapatkan benih unggul, petani menggunakan benih yang dibeli di pasar
atau benih asalan yang memiliki daya tumbuh rendah. Sampai saat ini sudah
dilepas 70 varietas timun, namun penyebarannya masih mengalami kendala
karena belum teraturnya sistem perbenihan di Indonesia. Tidak berkembangnya
perbenihan kedelai antara lain disebabkan oleh kurangnya minat menjadi
penangkar benih timun, keuntungan yang diperoleh tidak sebaik benih padi.
Disamping itu, benih yang dihasilkan dari kelompok penangkar timun memiliki
perbedaan dari aspek genetik, fisiologi, dan fisik. Prospek pengembangan
agribisnis benih timun cukup cerah, hal ini terlihat dari adanya kontinuitas
peningkatan permintaan. Untuk mendorong berkembangnya sistem perbenihan
timun maka informasi tentang benih bermutu sangat diperlukan terutama jaminan
pengadaan benih, kontinuitas, ketetapatan waktu dan kejelasan harga. Tinggi
rendahnya keuntungan yang diperoleh dari bisnis benih bermutu bergantung pada
tingkat efisiensi usaha yang ditentukan oleh hasil benih per satuan luas, proporsi
calon benih yang lolos menjadi benih bersertifikat, dan volume benih yang
terserap oleh konsumen.

Faktor – Faktor yang Perlu Diperhatikan saat Penyediaan Benih :

Untuk penyediaan benih timun, petani harus memperhatikan beberapa


faktor: (1) di mana dan berapa luas areal yang akan ditanami sehingga dapat
diperkiraan kebutuhan benihnya, (2) varietas apa yang disenangi petani atau yang
adaptif pada kondisi agroekosistem yang direncanakan, (3) musim tanam (kapan
benih harus siap di petani), (4) di mana dan kapan benih harus diperbanyak, (5)
penyediaan benih sumber yang akan diperbanyak, (6) kesiapan pengendalian mutu
benih secara internal (7) fasilitas yang diperlukan untuk penanganan benih, dan
(8) bagaimana cara/sistem distribusi benih, hal yang tidak kalah penting adalah
menentukan pelaku pengadaan benih (siapa yang harus memproduksi benih), dan
adanya kepastian pasar (pembeli) bagi benih yang akan diproduksi. Dengan kata
lain, pengadaan benih berkualitas tidak dapat dilakukan secara mendadak.
Benih dihasilkan tanaman secara generatif maupun secara vegetatif. Dalam
budidaya timun benih dihasilkan secara generatif yaitu dihasilkan oleh buah.
Berikut ini cara penyediaan benih timun secara generative:
Langkah 1.
Buah mentimun yang akan dijadikan benih dibelah menjadi 2 (dua) bagian, untuk
mempermudah memisahkan biji/benih yang menempel pada daging mentimun,
kemudian biji mentimun di pisahkan dari daging mentimun dengan cara di kerok
dengan menggunakan sendok.

Langkah 2.
Biji mentimun tadi seleksi yang terbaik untuk dijadikan benih, karena factor ini
akan menentukan kualitas benih yang akan dihasilkan. Setelah merasa sudah
dipisahkan dan diseleksi, biji tadi di simpan dalam wadah, biasanya penulis
menggunakan Nampan untuk menyimpannya.
Langkah 3.
Lakukan penjemuran, biji mentimun yang sudah diseleksi tadi dijemur dibawah
sinar matahari agar bertujuan untuk mengeringkankan dan merangsang daya
tumbuh pada biji mentimun. Setelah dirasa biji mentimun kering, maka biji
mentimun sudah siap menjadi benih dan siap untuk ditanam kembali.

Berikut ini adalah syarat


syarat memilih biji untuk dijadikan benih.

1. Benih harus murni, tidak tercampur kotoran dan biji tanaman lain.
2. Biji harus kering, berkadar air 10%, yaitu ditandai dengan warnanya yang
mengkilat.
3. Benih berasal dari buah yang sudah tua serta tidak terserang hama dan
penyakit. Benih yang diambil dari tanaman muda ditandai dengan
sosoknya yang keriput dan tidak bisa tumbuh bila ditanam.
4. Benih berasal dari tanaman yang unggul. Tanaman unggul akan
berproduksi tinggi, rasa buahnya enak, dan tahan terhadap serangan hama
penyakit.
5. Sosok benih utuh, tidak cacat karena terserang hama atau penyakit.
6. Bentuk biji normal dan berukuran besar (seragam).
Sebenarnya perbanyakan tanaman dengan cara apapun kita tidak akan lepas dari
teknik yang baik dan perlakuan terhadap tanaman yang benar. Maka dari itu
biasakan melakukan perawatan dengan intens, agar benih yang kita tanam
terkontrol sehingga menjadi tanaman yang sehat. Dari tanaman yang sehat, maka
akan menghasilkan hasil yang maksimal atau terhindar dari gagal panen.

Anda mungkin juga menyukai