Anda di halaman 1dari 11

YOGYAKARTA DALAM KEPUNGAN IKLAN

(Sebuah Kajian tentang Estetika Lingkungan)

Prayanto Widyo Harsanto

Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa


Institut Seni Indonesia Yogyakarta
prayantowh@ymail.com

Abstract. Banyaknya iklan luar ruang yang memenuhi sudut-sudut kota di Yogyakarta saat ini pada
akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan. Di Yogyakarta, kini jalan-jalan selain telah dipenuhi
lalulintas yang padat, masyarakat pengguna jalan masih dijejali berbagai macam bentuk media iklan luar
ruang, sehingga semakin lengkap kesemrawutan lingkungan kota (tata kota) di Yogyakarta. Kondisi yang
demikian bisa berujung pada kekhawatiran hilangnya slogan yang dicanangkan pemerintah dan
kebanggaan masyarakat Yogyakarta yaitu Jogya istimewa dan Jogya berhati nyaman. Berfokus pada iklan
luar ruang yang bertebaran di Yogyakarta, studi ini menyoroti fakta bahwa ada interaksi antara iklan dan
konteks lingkungan-sosial.
Untuk mendeskripsikan terhadap fenomena penelitian dengan objek material berupa iklan luar ruang di
Yogyakarta, maka penelitian menggunakan pendekatan estetika lingkungan-sosial dari Berleant dan Victor
Papanek. Dimana estetika lingkungan-sosial adalah estetika kontekstual, berangkat dari karya seni yang
terwujud dalam penciptaan karya dan diapresiasi, terkait dengan konteks lingkungan-sosial.
Dalam konteks fungsional, iklan dibuat untuk tujuan membantu pemasaran atas produk dan jasa secara
persuasif kepada target audiens. Pada konteks estetis, tampilan/pemasangan iklan luar ruang perlu melihat
tata ruang kota yang enak dilihat, tidak merusak pandangan dan tidak menyalahi aturan. Karena citra
visual kota sangat terkait dengan terbentuknya identitas sebuah kota, sebuah jati diri yang membuat kota
dikenal secara spesifik dan berbeda dengan kota-kota lainnya. Tentu saja, citra visual yang baik yang
mampu memberikan identitas yang baik pula, dan di lain sisi, citra kota yang buruk akan memberikan
identitas yang buruk pada kota tersebut.
Keywords: Yogyakarta, Outdoor advertisment, Environmental aesthetic
Relevance to Visual Communication Design Practice: Informasi singkat (15-25 kata) mengenai seberapa
jauh dan aplikatif hasil penelitian untuk praktik disain komunikasi visual

A. PENDAHULUAN kekuasaan di wilayah. Tata ruang perkotaan


Penataan ruang kota dan wilayah merupakan tidak hanya tampak fisik dari lingkungan saja
kegiatan menentukan, merencanakan, dan tetapi juga mempengaruhi pengakuan
memastikan bagaimana penggunaan ruang identitas, baik individual atau kolektif.
secara proporsional sehingga area yang ada Fenomena dan permasalahan tata kota
dapat memenuhi aspek kegiatan ekonomi, tersebut menjadi wacana serius di
sosial, dan lingkungan hidup. Pada umumnya Yogyakarta, dalam dasa warsa terakhir ini
penataan tata ruang kota dan wilayah menghadapi permasalahan dilematis dengan
tergantung usaha pemegang kebijakan untuk maraknya pembangunan berbagai hotel dan
menentukan visi ataupun arah dari kota yang pusat perbelanjaan di seluruh penjuru kota,
menjadi tanggung jawab pemegang masih ditambah dengan banyaknya iklan luar

JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014 45


YOGYAKARTA DALAM KEPUNGAN IKLAN (Sebuah Kajian tentang Estetika Lingkungan)

ruang yang bertebaran di setiap ruas jalan dan darurat. Tak hanya soal pemasangan iklan
di sudut-sudut jalan seperti spanduk, baliho, yang tidak pada tempatnya, tetapi juga jumlah
banner, poster, sign system, dan lain papan reklame yang sangat banyak.
sebagainya. Di satu sisi fenomena tersebut Sementara berdasarkan data Badan
telah mendorong pertumbuhan investasi Periklanan Daerah Persatuan Perusahaan
daerah, namun di sisi lain dinilai telah Periklanan Indonesia (P3I) DIY, jumlah iklan
menggerus kenyamanan hidup masyarakat yang dipasang kurun Januari 2013-Oktober
kota Yogyakarta. Kondisi yang demikian bisa 2013 di Kota Yogyakarta 1.329 unit. Jika
berujung pada kekhawatiran hilangnya slogan papan iklan dipajang di tepi jalan kota yang
yang dicanangkan pemerintah dan panjangnya 32 meter secara berderet
kebanggaan masyarakat Yogyakarta yaitu panjangnya 28 kilometer. Artinya, kepadatan
Jogya istimewa dan Jogya berhati nyaman. iklan 87,5 persen. “Itu yang membuat tidak
Yogyakarta dengan sederet predikat nyaman publik,” kata Ketua Badan
seperti kota pelajar, kota budaya, kota Periklanan Daerah P3I DIY Fransisca Anita
perjuangan, kota wisata, kota gudeg, dan Herawati.
predikat lainnya. Berbagai predikat atau Melihat permasalahan iklan luar ruang
sebutan tersebut merupakan kebanggaan bagi yang bertebaran dan mengepung Yogyakarta
warga Yogyakarta, akan tetapi juga menjadi tersebut pihak Pemda DIY telah membahas
tanggung jawab yang tidak ringan yang harus melalui Rancangan Peraturan Daerah tentang
dipikul bersama. Persoalan yang ada di Iklan Luar Ruang, yaitu tentang larangan
Yogyakarta tidak jauh berbeda dengan kota- memasang di lokasi tertentu. Lokasi itu
kota besar di Indonesia saat ini, seperti meliputi taman kota, ruang terbuka hijau,
persoalan kemacetan, kejahatan, trotoar, dinding bangunan warisan budaya,
kependudukan, kesemrawutan tata kota dll. jembatan, tiang telepon, listrik, rambu lalu
Salah satu persoalan tersebut adalah lintas, lampu penerangan jalan, dan pohon,
keberadaan iklan luar ruang yang bertebaran, serta penataan dan pembatasan jumlah
semrawut, dan merusak keindahan kota videotron. Upaya lain yang juga dilakukan
Yogyakarta yang berslogan “Jogja Berhati adalah gerakan reresik sampah visual yang
Nyaman” dan “ Jogya Istimewa”. Benarkah digagas oleh Sumbo Tinarbuko (Dosen ISI
Yogyakarta saat ini sesuai dengan slogannya? Yogyakarta) bersama elemen masyarakat
Bagaimana dengan banyaknya iklan luar pada tahun 2012 yang hingga kini masih
ruang yang bertebaran di setiap ruas jalan dan berlangsung. Namun, berbagai usaha dan
di sudut-sudut jalan seperti spanduk, baliho, upaya tersebut tidak menghasilkan Jogya yang
poster, sign system, dan bentuk iklan yang berhati nyaman sesuai harapan semua pihak
lain? secara signifikan. Hal ini bisa dilihat di setiap
Keadaan iklan luar ruang di Yogyakarta sudut perempatan/pertigaan poster, billboard
menurut Laretna T. Adhisakti (dosen semakin banyak terpasang. Demikian pula di
Arsitektur/Fakultas Teknik UGM) dalam sepanjang jalan protokol juga masih banyak
sarasehan di Kepatihan Yogyakarta, menilai terlihat pemandangan berbagai jenis dan
kondisi iklan luar ruang di DIY sudah gawat bentuk iklan luar ruang seperti spanduk,

46 JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014


Prayanto Widyo Harsanto

poster, umbul-umbul, dan banner yang dipisahkan dari praktik-praktik budaya


dipasang tidak pada tempatnya. sehari-hari. Iklan senantiasa terkait dengan
tatanan sosio-budaya dan politik yang lebih
B. PERMASALAHAN IKLAN LUAR besar dan lebih luas pada momen historis
RUANG DI YOGYAKARTA
tertentu dalam suatu masyarakat tertentu.
Secara konseptual permasalahan tentang Iklan merupakan salah satu alat pendorong
desain iklan tidak bisa mutlak diselesaikan gaya hidup melalui nilai-nilai estetika yang
dengan sebuah ilmu secara tunggal dan dibangun bersama unsur lain (Frascara, 2004:
absolut, artinya dalam praktik kerjanya iklan 18). Momentum pertumbuhan ekonomi dan
banyak diwarnai berbagai permasalahan perkembangan infrastruktur di pasca Orde
(advertising is based on a problem). Di Baru menciptakan peningkatan strata sosial
dalamnya terdapat berbagai kepentingan, dan hal ini menjadi target pemasaran bagi
seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, produk-produk yang diiklankan.
politik, teknologi, komunikasi, maupun seni Berfokus pada iklan luar ruang yang
rupa (Davidson, 1992: 148 dan Frascara, 2004: bertebaran di Jogja, studi ini menyoroti fakta
43). bahwa ada interaksi antara iklan dan konteks
Selama ini ada kecenderungan penilaian lingkungan-sosial di mana teks muncul.
sebagian masyarakat yang melihat iklan Penulis berpendapat bahwa iklan luar ruang
terutama sebagai sebuah karya visual yang di Jogja memerlukan penataan ulang dan
bertujuan membujuk orang untuk membeli pemahaman tertentu dalam
produk. Wacana iklan sebagian besar mempertimbangkan estetika tata ruang agar
dibangun di sekitar gagasan untuk Yogyakarta betul-betul sesuai slogannya yaitu
menciptakan strategi penjualan yang efektif, “Jogya berhati nyaman” dan “Jogya
yang dapat memotivasi dan membujuk orang istimewa”. Tampilan iklan luar ruang yang
untuk membeli produk yang ditawarkan. telah mengepung Yogyakarta dalam
Karya iklan merupakan hasil dari perpaduan pandangan penulis telah membuka celah
berbagai displin ilmu (seni, komunikasi, untuk mengabadikan wacana estetika, sosial,
psikologi, sosialogi, ekonomi) yang dan politik ekonomi dalam tahun-tahun
bercampur menjadi satu sehingga menjadi terakhir ini. Fenomena yang terjadi tersebut
suatu kesatuan yang harmonis. Artinya tidak hanya pada fenomena visual saja, tetapi
bahwa karya iklan diproduksi selain juga secara kontekstual. Dalam hal ini iklan
bertujuan menjual/menawarkan produk yang juga memberikan arti secara konteks
berhubungan dengan konteks sosial-budaya fungsional maupun konteks estetis. Dalam
tetapi juga senantiasa mempertimbangkan konteks fungsional, iklan dibuat untuk tujuan
aspek estetika. membantu pemasaran atas produk dan jasa
Fakta dari masalah ini adalah bahwa secara persuasif kepada target audiens. Pada
iklan merupakan alat persuasi yang ampuh konteks estetis, tampilan/pemasangan iklan
untuk mempengaruhi dan menjual produk. luar ruang perlu melihat tata ruang kota yang
Hal ini menunjukkan bahwa iklan diproduksi enak dilihat, tidak merusak pandangan dan
tidak dalam ruang kosong dan tidak dapat tidak menyalahi aturan. Hal ini menjadi

JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014 47


YOGYAKARTA DALAM KEPUNGAN IKLAN (Sebuah Kajian tentang Estetika Lingkungan)

contoh yang sangat baik untuk karya seni dan alam, tetapi dengan seluruh
mengeksplorasi keterkaitan antara media aspek kehidupan sehari-hari. Gagasan-
iklan luar ruang dan sosial, ekonomi, budaya, gagasan tersebut telah melahirkan pemikiran
dan kepentingan politik di Yogyakarta. tentang estetika lingkungan-sosial, karena
Sebagaimana latar belakang masalah pengalaman individu berhadapan dengan
yang dipaparkan di muka, maka penelitian ini pengalaman individu lain, bahkan dengan
mencakup permasalahan iklan luar ruang lingkungan masyarakat (Berleant, 2010).
yang bertebaran di Yogyakarta dalam satu Estetika lingkungan-sosial adalah
tahun terakhir ini. Untuk itu, yang menjadi estetika kontekstual, berangkat dari karya seni
pertanyaan adalah bagaimana kondisi yang terwujud dalam penciptaan karya dan
lingkungan tata kota Yogyakarta sehingga diapresiasi, terkait dengan konteks
bisa seperti ini? Bagaimana peran pemerintah lingkungan-sosial. Yang dimaksud karya seni
dalam melihat dan menyikapi kondisi ini? dalam kajian ini tidak lain karya desain iklan.
Apakah ada permasalahan politik ekonomi Iklan luar ruang dalam hal ini menjadi
serta sosial budaya saling mempengaruhi, variabel penting sebab melalui iklan luar
sehingga harus mengabaikan keindahan tata ruang yang berfungsi menyampaikan pesan
kota? menentukan seperti apa bentuk, jenis, dan
Bertolak dari pertanyaan-pertanyaan tempat pemasangan di mana
tersebut, maka penelitian ini dilakukan dan seseorang/masyarakat diharapkan atau
bertujuan untuk mengetahui fenomena visual dipaksa untuk melihat.
iklan luar ruang yang bertebaran di Untuk menganalisis teks dan
Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan juga mengevaluasi materi visual digunakan
untuk mendapatkan konsep tata ruang publik metode penelitian visual dengan object based
terkait penempatan iklan. Selain itu, juga approach. Artinya karya visual sebagaimana
untuk mengetahui seberapa besar kebijakan iklan luar ruang sebagai dasar amatan dalam
pemda berpengaruh terhadap ijin penelitian. Untuk menganalisis suatu karya
pemasangan iklan. visual, secara umum terdapat tahapan
mendasar yang merupakan susunan yang
C. METODE/PENDEKATAN direncanakan secara jelas untuk
Untuk mendeskripsikan secara mendalam menghindarkan tanggapan tentang senang
terhadap fenomena penelitian dengan objek atau tidak senang terhadap suatu karya.
material berupa iklan luar ruang di Menurut Feldman (1992:487), menganalisis
Yogyakarta, maka penelitian menggunakan karya visual dapat dibagi dalam tahapan-
pendekatan estetika lingkungan. Estetika tahapan yang mendasar, yaitu 1) Deskripsi
adalah ilmu tentang pengalaman inderawi, (Description), 2) Analisis (Analysis), 3)
sebagaimana yang disampaikan Alexander Penilaian (Judgement), dan 4) Kesimpulan
Baumgarten (1714-1762), Estetika diletakkan (Conclusion) merupakan pendapat akhir yang
di wilayah nilai, terkait indah dan tidak indah, berisi informasi yang berdasarkan fakta dan
selera, rasa suka dan tidak suka. Pengalaman alasan dari hasil suatu objek penelitian.
inderawi tidak hanya berhadapan dengan Kemudian tahap berikutnya adalah analisis

48 JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014


Prayanto Widyo Harsanto

kontekstual. Analisis kontekstual merupakan c. Kepustakaan


analisis wacana dengan bertumpu pada teks Kepustakaan digunakan untuk membantu
yang dikaji berdasarkan konteks eksternal dalam penyusunan dan penulisan kajian ini.
yang melingkupinya, baik konteks situasi Secara garis besar sumber bacaan
maupun konteks kultural. Sementara untuk (kepustakaan) dibedakan menjadi: Sumber
memperoleh data dalam kajian ini ditempuh bacaan umum, berbentuk buku; Sumber
langkah-langkah pengumpulan data yang acuan yang lain seperti majalah, koran, dan
meliputi: dokumentasi, observasi, dan internet.
kepustakaan.
D. PEMBAHASAN
a. Metode Dokumentasi 1. Iklan Luar Ruang Sebagai media Promosi
Dokumentasi dilakukan melalui pencatatan
Yogyakarta sebagai salah satu propinsi di
dan pemotretan iklan luar ruang yang
Indonesia sudah dikenal sebagai wilayah yang
diperoleh di berbagai jalan protokol,
berkembang dan ramai oleh pendatang, baik
perempatan, pertigaan jalan di wilayah kota
wisatawan maupun para pelajar. Sebab kota
Yogyakarta. Di tempat ini seluruh bentuk,
Yogyakarta dianggap sebagai salah satu kota
jenis iklan luar ruang bisa ditemukan, dengan
tujuan pendidikan. Selain itu, unsur-unsur
demikian iklan luar ruang tersebut dapat
budaya dan keramahtamahan yang masih
dilihat dan ditelusuri sehingga diperoleh
kental juga menjadikan kota Yogyakarta tetap
informasi serta data-data yang akurat dan
sebagai salah satu kota yang menarik untuk
lengkap.
dikunjungi. Hal tersebut tentu merupakan
sasaran yang memiliki potensi dalam
b. Metode Observasi
melaksanakan promosi, khususnya melalui
Langkah-langkah yang dikerjakan dalam
media iklan. Untuk keberhasilan dalam
melakukan observasi atau pengamatan adalah
memasarkan berbagai macam produk, baik
mencermati kelompok inti pada iklan luar
berupa barang maupun jasa yang melimpah
ruang yang menggunakan unsur ilustrasi.
media iklan menjadi salah satu sarana yang
Dengan demikian, observasi terfokus dengan
penting sebagai media komunikasi
mencurahkan perhatian secara penuh pada
pemasaran.
iklan display (baliho). Pada umumnya iklan
Salah satu media iklan tersebut adalah
display (baliho) terdapat di sudut-sudut
media luar ruang. Media iklan luar ruang
perempatan, pertigaan atau tikungan jalan
(ILR) merupakan salah satu media promosi
protokol. Tujuan utama observasi pada
yang diletakkan di luar ruangan yang
umumnya adalah untuk konteks “penemuan”.
memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan
Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah
suatu produk atau jasa. Menurut Khasali
untuk mendapatkan gambaran tentang
(1999), media iklan luar ruang adalah media
tempat/titik pasang, pesan iklan, produk yang
yang dipasang di tempat-tempat terbuka
ditawarkan.
seperti di pinggir jalan, di pusat keramaian
atau tempat-tempat khusus lain, seperti di
dalam bus kota, gedung, pagar tembok, dan

JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014 49


YOGYAKARTA DALAM KEPUNGAN IKLAN (Sebuah Kajian tentang Estetika Lingkungan)

sebagainya. Keberadaan media iklan luar Menurut Khasali (1995:13), salah satu
ruang tidak lain pemanfaatan ruang publik syarat utama iklan luar ruang haruslah
sebagai sarana komersial untuk mengenalkan menarik, atau eye catching. Iklan luar ruang
suatu produk pada khlayak. Pertimbangan sebisa mungkin dapat dipandang lama, yang
lokasi penempatan iklan media luar ruang berarti dari jarak yang cukup jauh sudah
menjadi hal yang sangat penting, lokasi yang dapat dilihat. Iklan luar ruang dinilai
paling diminati adalah titik yang banyak memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi
dilewati orang. Sementara keunggulan iklan karena tidak terbatas pada durasi, titik
luar ruang, adalah sebagai berikut. penempatannya elastis, dan memiliki daya
1. Jangkauannya luas, di mana pesan dapat tangkap yang tinggi. Sebagai upaya kreatif
disampaikan ke semua segmen pemasangan iklan luar ruang pada umumnya
masyarakat. menyatu dengan fasilitas publik, seperti
2. Durasi penayangan yang lebih lama dari lampu jalan, elamen estetika kota, jembatan
media lainnya, dapat mencapai hitungan penyebrangan, halte bus, telepon umum, bus
bulanan bahkan tahunan. surat, tempat sampah. Iklan luar ruang (ILR)
3. Tidak ada biaya langsung yang ditanggung selain mengganggu kenyamanan atau secara
oleh konsumen. psikologis menjadi teror visual bagi
4. Mempunyai potensi untuk menarik masyarakat Yogyakarta, secara tidak langsung
perhatian melalui ukuran, bentuk dan juga berdampak menggugah orang untuk
warna media yang mencolok. bergaya hidup konsumtif. Karena iklan luar
5. Adanya efek pengulangan pesan yang ruang rata-rata menawarkan produk berupa
berkali-kali setiap melihatnya. barang dan jasa.
Sebuah image dalam iklan tidak sekadar
Meskipun media iklan luar ruang berfungsi sebagai informasi visual tentang
memiliki berbagai keunggulan, tetapi juga ada produk atau pelbagai kebutuhan konsumsi,
kekurangannya, yaitu: tetapi dengan kemampuannya membangun
1. Iklan luar ruang lebih berfungsi sebagai citra melalui tanda, idiom, simbol dan kode
pengingat produk, sementara fungsi untuk produk komoditas. Sehubungan dengan teori
menjelaskan produk biasanya lebih periklanan, Hurlburt dalam The Design
mengunakan media cetak maupun Concept (1981: 22-29) mengungkapkan
elektronik. bahwa ada tiga konstruksi penting dalam
2. Sasaran iklan luar ruang tidak selektif dan iklan yakni: Informasi, Identifikasi, dan
tidak fokus, sehingga sulit mengukur Persuasi. Hal ini bisa dijelaskan bahwa pada
keberhasilan penyampaian pesan. dasarnya setiap iklan senantiasa memiliki
3. Waktu terpaan pesan yang relatif terbatas, fungsi sebagai media untuk menyampaikan
karena biasanya sasaran melihat iklan luar informasi. Fungsi memberitahukan,
ruang secara sekilas, dan pemasangan iklan menginformasikan sesuatu hal berkaitan
media luar ruang sering pula mengganggu dengan produk dan jasa kepada konsumen
fungsi fasilitas umum. merupakan misi utama dalam iklan. Apa yang
diinformasikan dalam iklan mengandung

50 JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014


Prayanto Widyo Harsanto

maksud mempengaruhi atau membujuk kehidupan menjadi obyek konsumsi yang


konsumen dengan sajian tertentu supaya berupa komoditi.
dapat menimbulkan rangsang yang mengarah Berikutnya adalah karya Stuart Ewen
kepada sikap dan perilaku tertentu. Di sini (2001) berjudul “Captains Of Consciousness
dapat dikatakan bahwa “iklan adalah Advertising and The Social Roots Of The
persuasi” karena hampir semua penyajian Consumer Culture”. Menurut Stuart Ewen,
iklan mengandung maksud mempengaruhi iklan sebagai captain of industry bertujuan
atau membujuk khalayak dengan sajian mengamankan bagian pasar dengan cara
tertentu supaya dapat menimbulkan rangsang mengorganisir dan mengontrol selera dan
yang mengarah kepada sikap dan perilaku perilaku masyarakat. Situasi melimpahnya
sesuai yang diharapkan oleh iklan. Paparan barang konsumsi di pasar menurut Stuart
tersebut dapat dilihat bahwa antara fungsi Ewen disebut sebagai a continually responsive
informasi, identifikasi, dan persuasi memiliki consumer marketing. Dalam hal ini terjadi
hubungan yang saling terkait dan tidak pergeseran, di mana konsumen yang semula
terpisahkan. mencari barang dengan kualitas yang bisa
Dalam hal ini iklan luar ruang dipercaya, kini pabrik barang-baranglah yang
sebagaimana yang bertebaran di kota mencari konsumen. Pabrik tidak hanya
Yogyakarta digunakan sebagai medium memproduksi barang tetapi juga harus
komunikasi pemasaran untuk menawarkan memproduksi konsumen yang akan membeli
produk dan menanamkan ideologi (gaya barang tersebut. Dalam hal ini iklan menjadi
hidup) kepada calon konsumen. Salah sarana utama, di mana iklan bertugas
satunya dengan terjadinya perubahan sosial menciptakan hasrat dalam diri konsumen,
dan gaya hidup di Yogyakarta banyak mengingatkan konsumen bahwa ada yang
didorong oleh rangsangan pesan iklan luar kurang dalam hubungan mereka dengan
ruang. Selaras dengan apa yang dikatakan orang lain, menawarkan dan menyarankan
Jean Baudrillard (2006: 156) bahwa dasar- penggunaan produknya sebagai jawaban atau
dasar fungsi komoditas tidak lagi ditentukan solusinya.
dengan adanya nilai guna atau nilai tukar
semata, melainkan juga ditentukan oleh nilai- 2. ILR dan Estetika Tata Kota
nilai simbol dan tanda yang dilekatkan pada
Maraknya Iklan Luar Ruang (ILR) di setiap
komoditas-komoditas tersebut. Oleh karena
sudut kota Yogyakarta bila tanpa diimbangi
itu, komoditas atau obyek-obyek konsumsi
pelaksanaan aturan dari pemerintah
menjelma menjadi sebuah sistem klasifikasi
setempat, baik dilihat dari segi desain,
masyarakat, status, prestise, dan pola tingkah
dimensi, maupun letak pemasangannya
laku masyarakat. Tema-tema gaya hidup,
membuat kota Yogyakarta tampak semrawut.
kelas, kemewahan, adalah bentuk idiologi
Pemandangan ini dapat ditemukan di hampir
tanda dan simbol konsumsi yang dimasukkan
sepanjang jalan protokol di Yogyakarta.
ke dalam komoditas. Modus konsumsi inilah
Belum lagi, kondisi ini diperburuk ketika
yang akhirnya mengubah seluruh aspek
masuk musim Pilkada dan kampanye partai
politik serta calegnya. Hampir di setiap sudut

JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014 51


YOGYAKARTA DALAM KEPUNGAN IKLAN (Sebuah Kajian tentang Estetika Lingkungan)

jalan di kota Yogyakarta dapat ditemukan Berleant (2010) menyatakan pengalaman


iklan luar ruang seperti baliho, poster, inderawi tidaklah selalu bersifat positif, dan
spanduk, banner, dan berbagai media iklan jika itu melukai hati, menyakitkan,
luar ruang lainnya dengan berbagai ukuran mempunyai efek yang jahat dan merusak,
yang terpajang secara sembarang. Ditambah pengalaman estetik ini membawa pada
lagi tidak adanya tindakan dari pemerintah wilayah negatif. Nilai estetik juga dapat tampil
untuk mencopot media iklan luar ruang yang secara tidak memuaskan, menyakitkan, jahat
sudah melebihi batas akhir pemasangan, bahkan menghancurkan. Kepekaan
sehingga menjadi sampah visual yang kian inderawiah diliputi dengan nilai negatif.
memperburuk citra kota Yogyakarta. Perhatian melahirkan kepedulian terhadap
Kesemrawutan ILR di Yogyakarta ikut suatu hal atau objek. Kepedulian lebih sering
memperburuk estetika tata kota yang dikaitkan dengan etika daripada estetika.
berslogan “Jogya berhati nyaman”. Menurut Kepedulian melibatkan perhatian, simpati
A.A.M Djelentik (1999:10-12), estetika kota dan empati serta tindakan tertentu yang
tidak lain adalah estetika tentang (per) kota terkait dengan perilaku moral. Tidak terlalu
(an), yang dibentuk oleh struktur, tata ruang, banyak orang yang memberikan perhatian
ornamen dan termasuk keindahan, kerapian, pada proses bagaimana hingga orang menjadi
dan kebersihan kota. Berdasarkan konsep peduli. Kepedulian berawal dari sense (estetik)
tersebut, iklan luar ruang berupa poster, yang dimulai dari indera penglihatan, yang
billboard, spanduk, balon udara, videotron, akan membentuk sensitivity dan sensibility.
dan neon box yang berada di pinggir jalan, Sebagaimana keberadaan media iklan
media jalan, taman kota, pohon, tiang listrik luar ruang di Yogyakarta tidak lebih dari
dan gedung di sekitar kota Yogyakarta dilihat sampah visual yang mengganggu lingkungan-
dari segi estetika kota banyak yang tidak sosial bagi masyarakat yang berada di kota
mencerminkan estetika kota. Sebab banyak Yogyakarta. Satu dasawarsa terakhir, wajah
media iklan luar tersebut yang dipasang pada Yogyakarta menjadi semrawut dengan media
tempat-tempat tertentu yang mengganggu iklan luar-ruang, yakni reklame di pinggir,
keindahan sebuah kota. pojok, maupun tengah jalan. Beberapa titik
Estetika, secara umum selama ini keramaian seperti di wilayah Sleman,
dimengerti sebagai studi tentang keindahan. Yogyakarta yang menjadi sasaran
estetika kota atau estetika tentang (per) kota penempatan media luar ruang adalah Jalan
(an) ini merupakan estetika atas lingkungan- Gejayan yang saat ini dikenal dengan nama
sosial. Estetika yang terwujud dalam Jalan Affandi, Jalan Kolombo, perempatan
penciptaan karya dan apresiasi karya, terkait ringroad Condongcatur dilihat dari sudut
dengan konteks sosial. Estetika tata kota pandang pengiklan daerah ini merupakan
terkait lingkungan hidup manusia, baik alam daerah yang berpotensi untuk pemasangan
maupun sosial. Dan perhatian ini melahirkan iklan. Daerah ini dinilai sebagai titik pusat
kepedulian terhadap suatu hal atau objek, yang sering dilalui oleh target audiens.
baik itu positif maupun negatif, di mana Informasi yang ditawarkan oleh pengiklan
manusia terikat dengan lingkungannya. yang tentu saja telah dikemas dengan menarik

52 JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014


Prayanto Widyo Harsanto

akan cepat diserap oleh audiens. Demikian Pemerintah beranggapan penempatan


pula sebaliknya, audiens secara sadar maupun iklan luar ruang akan menambah pendapatan
tidak telah menerima informasi produk yang daerah dari pajak iklan yang masuk. Pajak
diharapkan akan terjadi sikap sesuai yang dari iklan dikenal sebagai pajak dengan nilai
diinginkan oleh pengiklan. rupiah yang tinggi. Hal tersebut membuat
Banyaknya pemasangan iklan di daerah pemerintah daerah cenderung menerima
ini menimbulkan kesemrawutan atau iklan-iklan luar ruang yang dipasang di
menimbulkan sampah-sampah visual bagi wilayahnya untuk menunjang kepentingan
masyarakat atau pengguna jalan. Banyaknya ekonomi pemerintah. Namun terkadang
iklan luar ruang yang terkadang tidak tertata penempatan iklan luar ruang membuat
dengan rapi membuat keindahan jalan, pemerintah mengesampingkan sisi keindahan
khususnya tata kota menjadi kurang menarik. kota.
Dampak itu berimbas pada berkurangnya Perlu diketahui bahwa tarif pajak iklan
kenyamanan pengguna jalan yang melalui luar ruang yang dipungut saat ini bervariasi
jalan. tergantung dari ukuran dan jenis iklan yang
Berdasar dari penjabaran di atas akan ditampilkan. Pemerintah Kota (Pemkot)
muncul permasalahan yang berkaitan dengan Yogyakarta berencana menaikkan tarif pajak
penempatan iklan pada media luar ruang di iklan luar ruang menyusul berkurangnya
kota Yogyakarta. Permasalahan yang muncul potensi pendapatan dari papan iklan akibat
antara lain adalah mengenai tata kota yang pemberlakukan Peraturan Daerah. Jenis iklan
semakin terlihat semrawut karena banyaknya terbagi tiga, yakni iklan rokok yang paling
gangguan visual berupa iklan luar ruang yang mahal, non rokok, dan yang termurah produk
diletakkan di sepanjang jalan-jalan protokol. usaha. Ukuran 4×8 meter untuk iklan rokok
Keberadaan iklan luar ruang di mencapai Rp50 juta per tahun, sementara
Yogyakarta tidak terlepas dari penataan yang non rokok hanya Rp15 juta per tahun.
tatakota di Yogyakarta. Peran pemerintah Pada tahun ini ditargetkan pendapatan pajak
daerah tidak bisa dilepaskan begitu saja iklan luar ruang sebesar realisasi 2014, yakni
dengan permasalahan ini. Sebab, penataan sekitar Rp5,6 miliar. Target ini ditetapkan
iklan luar ruang di Yogyakarta bisa dikatakan berkaca dari pendapatan pajak reklame tahun
sudah memasuki fase darurat. Hal ini di lalu yang hanya mencapai 66% target (Harian
karenakan iklan luar ruang yang ada sudah Jogja, Sabtu, 22 Agustus 2014).
melanggar dua aspek penting yang Pada umumnya, dalam perencanaan
seharusnya diperhatikan Pemerintah Daerah tatakota dan lingkungan masyarakat sering
dan pemasang iklan, yakni keindahan dan tidak dilibatkan. Mereka memang diberi
keselamatan. Terkait soal keindahan, seperti tempat untuk aktivitas kehidupan, kerja,
yang kita ketahui sekarang bahwa di setiap rekreasi, belanja dan bermukim, akan tetapi
sudut kota Yogya kini terdapat reklame yang kurang diberi peluang untuk ikut dalam
sebenarnya mengurangi keindahan kota. proses penentuan kebijakan dan perencanaan.
Wajah kota menjadi tak tampak karena Padahal, bila penduduk/masyarakat kota
ditutup billboard besar dan tidak beraturan. tidak dilibatkan dalam proses perencanaan

JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014 53


YOGYAKARTA DALAM KEPUNGAN IKLAN (Sebuah Kajian tentang Estetika Lingkungan)

dan pembangunan kotanya, tidak diberi warga kota Yogyakarta. Dengan melihat iklan
kesempatan untuk bertindak secara aktif pada luar ruang yang disebabkan penataannya
lingkungannya, tidak memperoleh peluang yang kurang tepat antara yang satu iklan,
untuk membantu, menambah, merubah, saling tumpang tindih, dan jaraknya sangat
menyempurnakan lingkungannya, maka dekat dilihat terasa tidak nyaman, maka saat
masyarakat kota bisa menjadi apatis, acuh tak ini masyarakat khususnya pengguna jalan
acuh, dan mungkin agresif. menghendaki adanya penataan iklan luar
Pelibatan masyarakat dalam perencanaan ruang. Masyarakat merasa mulai terganggu
tata kota di Indonesia masih sering diabaikan, dan tidak nyaman dengan adanya intensitas
padahal penting sekali untuk menumbuhkan iklan yang banyak dan menimbulkan
kepedulian terhadap wilayahnya. kesemrawutan. Sikap yang kemudian muncul
Sebagaimana yang dilakukan komunitas adalah keinginan masyarakat agar pemerintah
reresik kota Yogyakarta yang dipelopori melakukan penataan ulang iklan-iklan luar
Sumbo Tinarbuko sebagai salah satu ruang di kota Yogyakarta. Jangan sampai
kepedulian akan lingkungan kota Yogyakarta masyarakat menilai sepertinya kepentingan
yang lebih nyaman dan tertata dalam masalah ekonomi mendominasi sehingga
iklan luar ruang. Kepedulian masyarakat menyebabkan kepentingan pengguna jalan
Yogyakarta akan ILR sangat tinggi atau kepentingan publik menjadi
sebagaimana diungkapkan penggagas dikesampingkan.
Gerakan Reresik Sampah Visual Yogyakarta.
Disebutkan, Sampah visual yang bertebaran E. KESIMPULAN
di sepanjang jalan berupa papan-papan iklan
Bagi seorang pengiklan Yogyakarta
komersial ataupun kampanye partai ini yang
dipandang sebagai tempat yang strategis
bikin Yogyakarta tak lagi istimewa. Biarkan
dalam melakukan kegiatan periklanan dilihat
ruang publik itu milik publik. Jangan jadi
dari banyak faktor seperti psikografis,
milik merek dagang dan partai politik. Ruang
geografis, maupun demografisnya. Hal
publik seharusnya menjadi milik publik,
tersebut mengakibatkan banyak sekali iklan
bukan diprivatisasi menjadi milik merek
dari berbagai produk maupun perusahaan
dagang atau partai politik. Keberadaan iklan
yang ditempatkan di wilayah Yogyakarta
luar ruang yang berupa produk barang dan
khususnya pada media luar ruang. Media ini
jasa serta partai politik harus diatur sesuai
dianggap efektif untuk menarik perhatian dan
dengan peruntukannya, jika tidak keberadaan
memberikan informasi tentang produk yang
iklan luar ruang mengganggu keindahan
ditawarkan kepada calon konsumen yang
lingkungan.
melewati jalan di mana iklan tersebut
Memang, sebaiknya peran serta
ditempatkan. Memang, salah satu syarat
masyarakat dalam proses perencanaan tata
utama iklan luar ruang haruslah menarik,
ruang dan lingkungan perlu dibuka lebar dan
atau eye catching. Iklan luar ruang sebisa
disambut baik oleh Pemda, agar keberadaan
mungkin dapat dipandang lama, yang berarti
iklan luar ruang dapat tertata dengan baik,
dari jarak yang cukup jauh sudah dapat
sehingga bisa memberikan kenyamanan bagi
dilihat.

54 JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014


Prayanto Widyo Harsanto

Sebagai kota budaya dan menyandang [10] Hulburt, Allen (1981), The Design
predikat istimewa sudah seharusnya Concept, Watson-Guptill Publications,
Yogyakarta memiliki dewan kurator yang New York.
[11] Khasali, Renald. (1995), Manajemen
bertugas mendampingi dan memandu
Periklanan, PT Pustaka Utama Grafiti,
Pemkot Yogyakarta menata iklan luar ruang Jakarta.
agar selaras dengan budaya Yogyakarta. Pada [12] ----------------, (1999), Membidik Pasar
faktanya penempatan iklan luar ruang di kota Indonesia Segmentasi, Targeting,
Yogyakarta cenderung berantakan, dan Positioning, PT Gramedia Pustaka
mengganggu keindahan kota. Iklan luar Utama, Jakarta
ruang idealnya dalam ukuran yang sama dan [13] Papanek, Victor (1984), Design For The
Real World: Human Ecology and Social
jarak penempatan iklan harus dijaga agar
Change, Design Page, Chicago.
berkesinambungan satu sama lain. [14] Stuart Ewen (2001) berjudul “Captains
Of Consciousness Advertising and The
F. PUSTAKA
Social Roots Of The Consumer Culture”.
[1] Berleant, Arnold, Sensibility and Sense,
The Aesthetic Transformation the of Sabandar, Penataan reklame Atasi Penurunan
Human World, Imprint Academic, 2010 Pendapatan, Pemkot Naikkan Tarif Pajak,
[2] Baudrilard, Jean P (1970) La Societe de Harian Jogja, Sabtu, 22 Agustus 2014
Consommation atau Masyarakat
Konsumsi, terjemahan Wahyunto,
(2006), Kreasi Wacana, Yogyakarta
[3] ------------------, (1976), For a Critique of
The Political Economy of the Sign, Telos
press, St. Louis, MO
[4] Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah
Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
[5] Davidson, Martin (1994), The
Consumerist Manifesto Advertising in
Postmodern Times, Routledge, London
and New York
[6] Featherstone, Mike (2001), Consumer
Culture and Posmornism atau
Posmodernisme dan Budaya Konsumen,
terjemahan Misbah ZE. (2008) Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
[7] Feldman, Edmund (1992), Varietas of
Visual Experience, Prentice Hall, New
York.
[8] Jefkins, Frank (1996), Periklanan (edisi
ketiga), Penerbit Erlangga, Jakarta
[9] Holtje, Herbert F. (1978), Theory and
Problems of Advertising, Mc, Graw Hill
Book Company, USA

JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.2, 2014 55

Anda mungkin juga menyukai