Anda di halaman 1dari 10

DISTRIBUSI SPASIAL PERKEMBANGAN DISTRIBUTION OUTLET (DISTRO)

DI PERKOTAAN YOGYAKARTA

Ibnu Prabowo
ibnuprabowo18@gmail.com

R.Rijanta
rijanta@ugm.ac.id

Abstract
Distribution Outlet known as distro is one of creative industries in fashion. Yogyakarta is a
potential market as a market place of distro product due to established teenager creativity and
community networking backgrounds. So far, the distro develops independently and has not received
adequate support from any party. The research aimed to understand the spatial distribution of distro
development in Yogyakarta and the extent of local government role in improving the development. The
result indicated that the development of distro increases. The previously established market influences
the location determination. The distribution tends to cluster in a location that is Jalan Cenderawasih.
The competition is always the main problem faced by distro in its development. The local government
behaves as Regulator, Facilitator, and Catalyst in developing distro in Yogyakarta.
Keywords : distro, spatial distribution, Yogyakarta, owner and government.

Abstrak
Distribution Outlet atau lebih sering dikenal dengan sebutan distro merupakan salah satu jenis
industri kreatif yang bergerak di bidang fesyen.Yogyakarta merupakan pasar yang potensial untuk
dijadikan sebagai tempat pemasaran produk distro karena latar belakang kreativitas anak muda dan
jaringan komunitas yang ada.Sejauh ini perkembangan distro masih bergerak secara independen dan
belum banyak mendapatkan dukungan dari pihak manapun.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui persebaran keruangan (distribusi spasial) perkembangan distro di Yogyakarta beserta
mengetahui sejauh mana peranan dari pemerintah daerah dalam memajukan perkembangan
tersebut.Teknik analisis yang digunakan yakni analisis keruangan (spasial), teknik plotting,
pengambilan sampel yang representatif, dan analisis deskripsi.Hasil penelitian menunjukkan
perkembangan distro terus mengalami peningkatan.Penempatan lokasinya banyak dipengaruhi oleh
karena pasarnya sudah terbentuk.Persebarannya cenderung mengelompok di satu daerah, yaitu Jalan
Cendrawasih.Persaingan selalu menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh distro dalam
perkembangannya.Pemerintah pun berupaya bertindak sebagai Regulator, Fasilitator, dan Katalisator
dalam membantu memajukan perkembangan distro di Yogyakarta.
Kata kunci: distro, distribusi spasial, Yogyakarta, pelaku distro dan pemerintah.

188
PENDAHULUAN distro.Sebagian besar dari mereka adalah pelajar
dan mahasiswa dengan prosentase produksi
Pemerintah telah mencanangkan tahun 2009
yakni 70% produk pria dan 30% produk wanita.
sebagai awal Tahun Indonesia Kreatif. Industri
Penerimaan masyarakat yang baik terhadap
kreatif berfokus kepada penciptaan daya kreasi,
hadirnya produk distro pada akhirnya bisa
baik itu menciptakan maupun memodifikasi
dikatakan sebagai keberhasilan strategi
sesuatu agar bisa bernilai ekonomis. Distro atau
pemasaran yang dilakukan oleh para pelakunya.
kepanjangan dari Distribution Outlet termasuk
Keberadaannya pun kini sudah menyebar ke
ke dalam salah satu jenis industri kreatif fesyen.
berbagai kota besar di Indonesia, termasuk salah
Pelaku yang terlibat di dalam industri distro
satunya adalah Yogyakarta.
pada umumnya adalah anak muda. Anak muda
Yogyakarta memiliki potensi pasar yang
tertarik untuk bergabung ke dalamnya karena
sangat besar untuk mengembangkan distro.
diawali dengan rasa ingin mengembangkan
Menyandang predikat sebagai Kota Pelajar dan
kreativitas yang dimiliki. Kreativitas tersebut
Budaya tentunya menjadi daya tarik tersendiri
didasarkan kepada minat (kemampuan
bagi sebagian besar masyarakat dari berbagai
individual) untuk memunculkan ide kreatif
daerah di Indonesia untuk berkunjung ke
dalam menciptakan ataupun memodifikasi
Yogyakarta. Hal inilah yang ditangkap olehpara
produk sandang (pakaian) sehari – hari. Produk
pelaku distro untuk dijadikan sebagai sebuah
yang dihasilkan tentunya tidak diproduksi secara
peluang.Tahun 2000 merupakan tahun awal
massal dan memiliki karakter tersendiri yang
perkembangan distro di Yogyakarta dengan
bersifat lebih personal (limited edition). Distro
berdirinya Slackers Distro. Ketertarikan
pun kemudian dipilih sebagai sebuah wadah
masyarakat terhadap produk yang ditawarkan
(tempat usaha) untuk mendistribusikan sekaligus
dan konsep outlet penjualannya kemudian
memperkenalkan hasil-hasil produksi tersebut
mereka pun mencoba mengikuti langkah yang
kepada konsumen.
sama dengan mendirikan sebuah distro.
Distro pada awalnya tumbuh di kalangan
Setidaknya kini ada sekitar empat puluhan distro
komunitas independen. Anak – anak di dalam
yang berkembang di Yogyakarta.
komunitas seperti skateboard, ekstreme sport,
Hambatan tentunya tak luput menyertai
dan band indie memiliki gaya berpakaian dan
perjalanan perkembangan distro di Yogyakarta.
kehidupan (lifestyle) tersendiri daripada anak
Semakin terkenalnya distro di masyarakat
muda yang lainnya. Mereka banyak
(booming), keberadaannya pun mulai terdesak
mengkonsumsi produk dari luar negeri seperti
oleh toko – toko pakaian lainnya yang ikut –
baju, celana, jaket, sepatu, dan sebagainya
ikutan mencantumkan label “distro” pada
sebagai penanda identitas. Semenjak bergulirnya
perlengkapan sandangnya. Distro memiliki
krisis keuangan, anak – anak komunitas pun
segmentasi pasar yang cukup besar sehingga
tidak mampu lagi mengkonsumsinya dan
mereka pun juga hendak merebut potensi
kemudian berinisiatif untuk memproduksinya
tersebut.Sekarang banyak juga toko – toko
sendiri.Berawal dari sinilah muncul istilah
pakaian seperti butik dan factory outlet yang
Clothing, yaitu istilah untuk menyebut
juga membatasi jumlah produksinya. Kendala
perusahaan yang memproduksi pakaian jadi di
lain yang juga bisa menghambat perkembangan
bawah mereknya sendiri (istilah lengkapnya
distro tentunya adalah dari sisi birokrasi
adalah Clothing Company). Awal pemasarannya
pemerintahan Permasalahan mengenai perizinan,
pun dilakukan melalui teman – teman
pendampingan, pemasaran, legalitas akan Hak
sekomunitas saja, hingga sampai pada akhirnya
Kekayaan Intelektual, sarana - prasarana
masyarakat awam pun mengetahuinya. Distro
infrastruktur, serta belum tersedianya kebijakan
kemudian muncul sebagai istilah tempat
iklim kreatif di Yogyakarta membuat para
penitipan barang hasil produksi anak – anak
pelaku distro selalu bergerak secara independen
komunitas.
dalam mengembangkan usahanya. Diharapkan
Seiring perkembangannya jumlah distro
dengan adanya dukungan dari pemerintah
terus mengalami peningkatan. Distro bukan lagi
setidaknya bisa menciptakan iklim persaingan
sebuah konsep yang melayani pasar, namun
yang kondusif antar para pelaku usaha di bidang
telah berhasil membentuk sebuah pasar.Kaum
industri kreatif fesyen dan kedepannya juga bisa
muda yang berusia antara 13–26 tahun
mendukung perkembangan distro itu sendiri.
merupakan segmentasi pasar produk
189
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pattern), tersebar tidak merata (random pattern),
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: dan tersebar merata (dispersed pattern). Dalam
1. Mengetahui proses persebaran keruangan hal ini, terdapat beberapa faktor yang menguasai
(distribusi spasial) perkembangan distro di pola persebaran tersebut hingga persebarannya
Perkotaan Yogyakarta dapat diubah menjadi lebih efisien dan lebih
2. Mengetahui peranan Pemerintah Daerah wajar.
dalam mendukung perkembangan distro di
Perkotaan Yogyakarta 3. Pola Distribusi Keruangan
Pola (pattern) adalah kekhasan distribusi
gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah.
1. Teori Perkembangan Kota Gejala – gejala yang diamati untuk
Pertumbuhan suatu kota secara kronologi menunjukkan pola keruangan terdiri dari 3 jenis
akan tercermin dalam perkembangan fisikalnya. kenampakan (Yunus,2007), yaitu: kenampakan
Perkembangan fisikal suatu kota sendiri titik (point features), kenampakan garis (linear
berkaitan erat dengan kondisi topografi dan features), dan kenampakan bidang (areal
lingkungannya. Hadi Sabari Yunus (2000) features). Pola keruangan titik adalah kekhasan
mengemukakan bahwa secara garis besar ada distribusi titik-titik yang mencerminkan gejala
tiga macam proses perluasan areal kekotaan geografi tertentu dalam ruang yang diamati
(urban sprawl), yaitu perembetan konsentris (Yunus,2007). Distribusi sendiri dapat
(concentric development), perembetan dikatakan sebagai persebaran suatu objek kajian
memanjang (ribbon development) dan menurut ciri – ciri tertentunya.
perembetan meloncat (leap frog development). Distribusi spasial distro bisa ditunjukkan
Pemekaran kota (urban sprawl) mempunyai dimana terdapat sebuah lokasi distro di suatu
beberapa ekspresi keruangan yang bervariasi. daerah yang persebarannya membentuk pola
Sebagian ekspresi keruangan tersebut terjadi tertentu.Widiyanto (dalam Inastri, 2009)
melalui proses – proses tertentu yang mengatakan bahwa pola lokasi hanya terdiri dari
dipengaruhi oleh faktor fisik (keadaan topografi 2 macam tanpa ada spesifikasi merata atau
struktur geologi, geomorfologi, perairan dan tidaknya, yaitu pola lokasi yang didominasi oleh
tanah) maupun non-fisik (kegiatan penduduk, kekuatan menyebar dan pola lokasi yang
peningkatan kebutuhan ruang, perencanaan tata didominasi kohesi atau kekuatan mengumpul.
ruang dan peraturan – peraturan pemerintah Pola yang menyebar disebabkan karena adanya
tentang bangunan). Hal ini tentu saja tidak pengaruh kompetisi, dimana suatu distro dapat
terlepas dari peranan aksesbilitas, prasarana bertahan apabila memilih lokasi yang persaingan
transportasi dan komunikasi yang mempunyai sedikit. Selain itu orientasi output dan
andil dalam membentuk ekspresi keruangan pertimbangan pemasaran produk juga faktor
kenampakan kota tersebut. penyebab terbentuknya pola menyebar. Pola
lokasi yang didominasi oleh kohesi (kluster)
2. Interaksi Keruangan dapat menghasilkan permintaan atau produksi
Geografi mempelajari pola statis dari sesuai dengan karakter tiap aktivitas.
spatial distribution dan juga mempelajari pola Keuntungan pola ini adalah dapat menarik minat
dinamis berupa interaksi spasial. Menurut pengunjung lebih besar karena produk yang
Daldjoeni (1997), interaksi keruangan dijual biasanya lebih bervariasi.
merupakan suatu sifat dari gejala yang terdapat
di dalam ruang yang saling mempengaruhi, yang 4. Teori Perdagangan dan Retail
mencakup arus manusia, materi, informasi dan Perdagangan selalu identik dengan
energi. Dengan kalimat lain, interaksi keruangan pemenuhan kebutuhan ekonomi manusia.
merupakan suatu permulaan dari usaha yang Kebutuhan yang sangat beragam membuat
menerangkan lokasi dari gejala – gejala, manusia menggunakan sistem barter dalam
distribusi (pembagian sebaran dalam ruang) dan bertukar dan saling melengkapi kebutuhan
diffusinya (persebaran, perluasan). tersebut. Bisnis retail pun kini kian berkembang
Menurut Bintarto dan Surastopo (1987), dan beragam jenisnya, dimulai toko berskala
pada dasarnya pola penyebaran itu dapat kecil sampai pusat perbelanjaan (shopping
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola centre). Menurut levy dan Weitz (2007),
bergerombol atau mengelompok (clustered sebagaimana dikutip dalam buku Retailing
190
Management berdasarkan Unit analisis yang digunakan di dalam
http://thesis.binus.ac.id, menyebutkan bahwa penelitian ini adalah distro yang ditemukan di
ada tiga (3) unsur penting yang harus beberapa kecamatan dalam wilayah penelitian.
diperhatikan dalam menentukan kualitas pusat Pemilihan unit analisis ini didasarkan pada
perbelanjaan agar pengunjung merasa nyaman keberadaan distro yang sebagian besar dijumpai
ketika berbelanja, yaitu: di kawasan dalam ringroad atau daerah
perkotaan Yogyakarta saja. Hal ini disebabkan
a. Hardware yaitu merupakan keadaan luar karena kawasan dalam ringroad mempunyai
(fisik) pusat perbelanjaan berdasarkan pada akses di segala bidang yang jauh lebih baik
kondisi lingkungan dan arsitekturnya agar dibandingkan dengan kawasan diluar ringroad,
bisa menarik konsumen untuk sehingga mempermudah dalam penentuan faktor
mengunjunginya. lokasi yang berpengaruh terhadap perembetan
b. Software yaitu merupakan kepuasan distro itu sendiri. Melihat objek penelitian ini
ataupun manfaat yang ditawarkan bagi para hanya dijumpai diwilayah perkotaan, maka
konsumen oleh pusat perbelanjaan untuk menilai pola sebarannya pun pemilihan
c. Brainware yaitu merupakan strategi dalam unit analisisnya lebih ditekankan pada beberapa
menghadapi persaingan dan merebut sampel distro yang hanya ditemukan di beberapa
segmentasi pasar. kecamatan saja.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
sebagian besar merupakan murni data primer.
METODE PENELITIAN Data tersebut diperoleh langsung dari para
Metode penelitian yang digunakan dalam pelaku distro (entah itu sebagai pemilik,
penelitian ini adalah metode deskriptif yang manager, shopkeeper ataupun karyawan)
bersifat kualitatif. Penelitian ini mendiskripsikan melalui wawancara (interview), kuisioner dan
dan mengungkap fenomena persebaran distro di juga melalui observasi lapangan. Selain itu,
wilayah penelitian dengan menggunakan metode penelitian ini juga didukung oleh adanya data
wawancara,observasi lapangan dan kuisioner sekunder dari instansi pemerintahan ataupun
kepada para pelaku distro maupun kepada pihak dinas-dinas pemerintahan yang terkait mengenai
instansi pemerintahan. Pengambilan sampel kondisi sosial-ekonomi wilayah penelitian.
yang representatif terhadap para pelaku distro di Prosesanalisis data yang dilakukan dalam
wilayah penelitian mewakili populasi dari distro penelitian ini menggunakan analisis keruangan
itu sendiri. (spasial), dan analisis deskriptif. Dalam
Penelitian ini dilakukan di daerah perkotaan penelitian ini, analisis spasial yang dilakukan
Yogyakarta yang dibatasi oleh jalan lingkar ialah dengan menggunakan Teknik Plotting.
(ringroad). Lokasi penelitian dipilih berdasarkan Teknik ini digunakan untuk mengetahui pola
kelengkapan data dan kesesuaian dengan tema sebaran distro dan perkembangannya
yang akan diteliti. Lokasi penelitian sendiri berdasarkan lokasi dan waktu mulai adopsinya.
meliputi wilayah Kotamadya Yogyakarta secara Sampel yang diambil merupakan sampel
keseluruhan, Kabupaten Sleman bagian selatan representatif yang mewakili populasi distro di
(Kecamatan Gamping) dan bagian timur Yogyakarta. Hasilnya adalah Peta Analisa
(Kecamatan Depok, Ngaglik, dan Mlati) serta Persebaran Distro dan Peta Analisa Klustering
Kabupaten Bantul bagian utara (Kecamatan Distro. Analisis deskriptif digunakan untuk
Banguntapan, Kasihan dan Sewon). menganalisis data yang telah diperoleh dari
Pertimbangan utama pemilihan lokasi penelitian kuesioner dan hasil wawancara. Analisis ini
berdasarkan atas kondisi eksisting keberadaan menjelaskan dan menggambarkan hasil
distro yang lebih dari 90% hanya bisa dijumpai wawancara dan kuesioner secara jelas dan rinci
di daerah perkotaan saja. Gaya hidup perkotaan dalam bentuk deskripsi peta, tabel maupun
beserta daya dukung lingkungannya akan sangat grafik. Analisis deskriptif ini (tabel 1) digunakan
berpengaruh dalam perkembangan distro dan untuk mencapai tujuan yang pertama dan kedua
juga akan berpengaruh terhadap besarnya dari penelitian.
tingkat konsumsi anak muda, yang notabene
merupakan segmentasi pasar distro.

191
HASIL DAN PEMBAHASAN perkembangannya, secara otomatis berkembang
pula jumlah distro yang ada di Indonesia. Kalau
Berbicara mengenai distro dapat dilihat dari
dinalar jumlah produksi sebanyak dua lusin tadi,
pemaknaan sejarahnya.Seperti yang telah
tentu saja tidak bisa mencukupi untuk
dijelaskan sebelumnya bahwaada sebuah
didistribusikan ke berbagai kota. Di antara
pergerakan komunitas – komunitas tertentu yang
pelaku distro pun telah berlaku kesepakatan
menyokong perkembangan distro di awal
bahwa satu merek clothing company hanya
kemunculannya. Anak muda apabila ingin
boleh terdapat di satu distro dalam satu kota.
membangun suatu usaha maka akan terasa lebih
Pada akhirnya sekarang yang namanya limited
mudah jika turut mendukung perkembangan
edition itu adalah desainnya terlebih dahulu baru
komunitasnya. Distro pun kemudian beralih
kemudian jumlah produksinya. Distro sendiri
menjadi konsumsi bisnis dengan seiring
pada umumnya hanya mengerjakan kegiatan
perkembangannya. Bermodalkan rasa saling
pra-produksi, yaitu pembuatan desain terbaru,
percaya dan keterbukaan, bisnis berbasis
pengembangan produk dan pemasarannya
komunitas pun juga dapat menjaring komunitas
saja.Kegiatan produksinya sendiri dilakukan
lainnya untuk bergabung melakukan kerjasama.
oleh vendor (istilah tempat produksi distro) yang
Kreative Independent Clothing Kommunity
telah menjadi mitra kerja distro. Vendor –
(KICK) merupakan sebuah forum antara
vendortersebutlah yang kemudian mengerjakan
pengusaha distro dan clothing company yang
pembuatan produk beserta perlengkapannya
bekerjasama dengan anak-anak komunitas demi
sesuai dengan desain serta spesifikasistandar
menjaga keberlangsungan bisnis distro
kualitas material yang telah ditentukan oleh
kedepannya. KICK sendiri merupakan wadah
distro.
organisasi di clothing industry distro yang
Kini distro tidak bisa diterjemahkan hanya
keanggotaannya terbatas karena untuk bisa
dari bentuk fisik tokonya saja. Distribusi produk
bergabung ke dalamnya harus mendapatkan
merupakan ciri khas dari distro. Produknya yang
pengakuan dari pelaku distro lainnya. Hal ini
tidak diproduksi secara massal membuat produk
dikarenakan oleh sudah banyaknya jumlah
– produk clothing company terlihat lebih
clothing company di Indonesia dan sekarang
eksklusif karena hanya didistribusikan melalui
sebagian besar orang mampu membuat clothing
distro saja dan tidak diperjualbelikan di toko –
company sendiri. Tentunya untuk memasuki
toko pakaian yang lainnya. Clothing company
ranah pola pemasaran clothing distro ada sebuah
memproduksi barang - barangnya dengan
batasan tersendiri yang diterapkan oleh para
spesifikasi desain, bahan, kualitas dan harga
pemilik distro. Persyaratan tersebut notabane
menengah ke atas, namun tidak ada patokan
paling tidak sudah mengenal latar belakang sang
tersendiri untuk spesifikasi tersebut. Hal
pembuat produk, harus setia berada di jalur
terpenting yang membedakannya adalah pada
distro dalam mendistribusikan produknya, serta
jalur distribusinya, yaitu setia mendistribusikan
melihat peran keseriusannya selama ini di dalam
atau menitipkan produknya hanya di distro saja
dunia clothing distro. Sebelum mendirikan
(makanya disebut dengan distribution
sebuah distro, ada baiknya jika para pelaku
outlet).Tentunya melalui penghubung
bergabung sendiri dengan komunitas-komunitas
pertemanan yang sudah saling kenal, produk
yang mempelopori kemunculan distro, sehingga
dari clothing company bisa masuk
apabila ingin membuat sebuah clothing
didistribusikan di distro. Mendapatkan
companyakan terasa mudah tanpa proses yang
penghubung pertemanan (link) tersebutlah yang
lama. Prosentasenya adalah 20% komunitas,
dirasa sangat susah bagi sebagian para pelaku
30% saling mengenal, dan 50% adalah bisnis.
usaha.Ketika nama distro sudah melambung,
Distro dan clothing company menjadi dua
mereka pun akhirnya beramai-ramai mendirikan
hal yang saling berhubungan.Distro identik
sejenis toko pakaian yang bentuk fisiknya
dengan keterbatasan produk (limited edition)
menyerupai distro. Sebenarnya bebas saja tidak
yang diciptakan oleh clothing company dengan
pernah ada larangan orang lain mau menyebut
mereknya sendiri.Ketika awal mula distro
dirinya distro ataupun mereka menyebut dirinya
berkembang (tahun 2000-2005), yang namanya
distro. Tetapi kemudian ketika KICK
limited edition itu pemaknaannya lebih ke
mengadakan sebuah pameran clothing distro
jumlahnya (rata-rata hanya memproduksi dua
resmi bertajuk KICKFest maka mereka tidak
lusin untuk tiap jenis desain produknya). Seiring
192
akan pernah bisa ikut, karena tidak mengenal lebih dipilih distro dalam menarik konsumennya
siapa mereka dan distribusi produknya pun tidak daripada masih menggunakan pemasaran
setia berada di jalur distro. Mereka pun pada berbasiskan komunitas. Hal tersebut lebih dipilih
akhirnya juga membuat suatu pameran yang karena banyak interaksi sosial tercipta oleh para
bertajuk clothing distro untuk mengeksiskan pelaku distro sehingga semakin memperluas
merek yang dimiliki sehingga banyak juga yang jaringan pertemanan sekaligus juga akan
mencantumkan nama “distro” di toko – toko berdampak pada luasnya jaringan pemasaran.
pakaian saat ini. Menghadapi persaingan yang Sistem penjualan distro terdiri dari 3 macam
begitu ketatnya ini, para clothing company yang yaitu beli-putus, konsinyasi, dan
mereknya sudah terkenal di kalangan konsumen distributor.Sistem penjualan beli-putus dan
(tabel 2) tidak terlalu khawatir, karena distributor hanya dilakukan oleh distro yang
konsumen sekarang sudah pada mengerti produk berstatus distribution outletsaja yang
yang asli dan mana yang palsu. Persaingannya berorientasi bisnis. Sedangkan distro yang
sendiri sekarang lebih mengutamakan kepada berstatus sebagai distribution outlet and clothing
ide untuk menampilkan ciri tersendiri dari company biasanya menggunakan sistem
masing – masing produk clothing company yang penjualan konsinyasi (titip–jual) yang
dihasilkan dan strategi pemasaran yang berasaskan pertemanan. Sebanyak 51% distro di
dilakukan oleh distro itu sendiri. Yogyakarta menggunakan Sistem Penjualan
Persaingan menjadi permasalahan utama Konsinyasi dan Distributor serta sebanyak 42%
yang dihadapi oleh distro. Semakin banyak telah mendistribusikan produknya ke distro luar
pemain baru di segmen yang sama, semakin kota dan distronya pribadi.Distro dan lokasi
ketat pula persaingan. Banyaknya pemain baru tempat produksinya pun kebanyakan terpisah.
di sektor industri kreatif fesyen, maka akan Produk distro yang berstatus sebagai distribution
berdampak pula pada pemasukan yang outlet and clothing company biasanya
dihasilkan. Justru semakin banyaknya diproduksi sendiri ataupun bekerjasama dengan
kompetitor tersebutlah yang membuat usaha vendor lain. Lain halnya dengan distro yang
distro menjadi semakin ramai. Distro pun juga berstatus distribution outlet saja yang tidak
tidak setiap hari ramai dikunjungi oleh mempunyai tempat produksi karena hanya
konsumennya.Karena konsumen distro sebagian bertindak sebagai distributor ataupun sistem
besar adalah pelajar dan mahasiswa, maka hanya penjualannya beli-putus.
setiap weekend ataupun liburan saja distro Faktor yang mempengaruhi penempatan
banyak dikunjungi. Selain itu faktor penempatan lokasi distro ada 2, yaitu faktor motivasi pelaku
lokasi dan pembajakan juga menjadi dua hal distro (owner) dan geografis. Sebesar 36% para
permasalahan yang dirisaukan distro. Apabila pelaku distro lebih memilih menempatkan
salah dalam penempatan lokasi, maka distro distronya di suatu daerah dikarenakan memang
tersebut tak akan bisa bertahan lama. Sama pasarnya sudah terbentuk. Kini Jalan
halnya dengan pembajakan, apabila suatu merek Cendrawasih menjadi sebuah kawasan distro di
sudah terkenal di masyarakat, maka merek Yogyakarta. Setidaknya telah terdapat sebanyak
tersebut bisa jadi tak lama kemudian akan 20 distro yang berkembang dan bersaing disana.
dibajak oleh orang–orang yang tidak Ketatnya persaingan pun akhirnya juga menjadi
bertanggungjawab. Tak khayal apabila banyak alasan sebesar 16% para pelaku distro mencari
dijumpai distro yang tutup seiring daerah baru untuk dijadikan sebagai penempatan
perkembangannya. distro. Walaupun konsumen distro adalah pelajar
Apabila diawal perkembangannya distro dan mahasiswa, namun kedekatan distro dengan
dipasarkan melalui komunitas, kini hal tersebut fasilitas pendidikan bukanlah menjadi alasan
mulai tergeserkan. Perkembangan distro pun utama untuk penempatan distro. Lokasi distro
sekarang lebih cenderung ke pemasaran bisnis. sendiri pun kebanyakan berada di kawasan
Strategi Pemasaran Distro menunjukkan bahwa bisnis.
sebanyak 30% pemasaran melalui internet dan Perkembangan distro di Perkotaan
pemberian fasilitas tambahan menjadi strategi Yogyakarta jika diamati dari tahun ke tahun
yang wajib dilakukan oleh distro dalam selalu mengalami peningkatan secara intensitas.
mempromosikan produknya. Mengikuti sebuah Perlahan tapi pasti, saat ini setidaknya sudah ada
acara dan kerjasama dengan pihak lain juga sekitar empat puluhan distro yang berkembang

193
di Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2 Peta Persebaran Distribution Outlet
(Distro) di Perkotaan Yogyakarta.Persebarannya
pun kemudian cenderung lebih mengelompok di
satu daerah, yaitu di Jalan Cendrawasih.
Sedangkan persebaran di daerah lain cenderung
lambat. Selain karena faktor pasarnya sudah
terbentuk, hal ini mungkin dikarenakan juga
oleh Jalan Cendrawasih terletak di kawasan
bisnis dan jika dilihat dari segi geografisnya
jalan tersebut berada di jalur lambat penghubung
jalan nasional. Para pelaku distro pun akhirnya
lebih memilih daerah tersebut untuk penempatan
lokasi distronya. Sehingga dari tahun ke tahun Gambar 3. Peta Perkembangan Distribution
perkembangan dan persebaran distronya pun Outlet (Distro) di Perkotaan Yogyakarta
terus meningkat.
Peneliti pun mencoba menjabarkan
perkembangan distro di Yogyakarta berdasarkan
atas jarak (range)tahun berdirinya. Jarak selama
empat tahun dirasa cukup mewakili atas
perkembangan distro dalam menatap persaingan
dunia usaha dan memantapkan diri sebagai
produk kebanggaan anak negeri. Dibutuhkan
sebuah proses yang cukup lama untuk bisa
mengembangkan distro seperti sekarang ini,
yang sudah beralih menjadi konsumsi bisnis.
Sejak dimulai tahun 2000 hingga tahun 2012
setidaknya telah tercatat sebanyak 43 distro yang
masih aktif berdiri (gambar 3). Perkembangan
Gambar 4. Peta Klaster Distribution Outlet
distro pun tidak tersebar merata di daerah
(Distro) di Perkotaan Yogyakarta
penelitian.Pola persebaran distro yang tidak
Upaya Pemerintah mencanangkan tahun
merata menjadikan terjadinya sebuah
2009 sebagai tahun awal mula pergerakan
pengelompokan (gambar 4). Kawasan distro di
industri kreatif disambut dengan suka – cita oleh
Jalan Cendrawasih menjadi pusat perkembangan
para pelakunya. Hal ini sebagai bentuk
distro selama ini dan perkembangan distro pun
dukungan pemerintah terhadap perkembangan
juga mengarah ke utara dan selatan.
industri kreatif selama ini, tak terkecuali industri
kreatif fesyen. Di dalam mendukung
perkembangan distro di Yogyakarta, pemerintah
berupaya bertindak sebagai regulator, fasilitator,
dan katalisator. Pemerintah selaku regulator
berupaya menjaga kondisi lingkungan usaha
agar tetap kondusif dengan membuat kebijakan
aturan persaingan dan memberikan gambaran
peluang usaha yang dimiliki. Pemerintah pun
juga berupaya memfasilitasi ataupun
menjembatani kegiatan industri kreatif apabila
menemui sebuah hambatan dalam menjalankan
usahanya sebagai fasilitator. Sedangkan
Pemerintah selaku katalisator berupaya
Gambar 2. Peta Persebaran Distribution Outlet mempercepat proses perkembangan industri
(Distro) di Perkotaan Yogyakarta kreatif secara efektif dan optimal demi
meningkatkan perekonomian sang pelaku usaha.

194
KESIMPULAN kreatif apabila menemui sebuah hambatan
dalam menjalankan usahanya di bidang
1. Proses persebaran keruangan (distribusi
pendanaan (permodalan), pendampingan,
spasial) perkembangan distrodi Perkotaan dan pemasaran. Selain itu, pemerintah juga
Yogyakarta bertindak sebagai katalisator yang
a. Persaingan selalu menjadi permasalahan mengupayakan mempercepat proses
utama yang dihadapi oleh distro dalam perkembangan industri kreatif dengan
perkembangannya. Perkembangan distro mengembangkan sarana – prasarana
pun sekarang lebih cenderung ke infrastruktur yang ada serta memberikan
pemasaran bisnis (money oriented). Distro prasarana intelektual.
pun kebanyakan menggunakan sistem
penjualan konsinyasi dan distributor
dengan mendistribusikan produknya di
distro itu sendiri dan melalui sistem titip DAFTAR PUSTAKA
jual di distro lain. Hidayat, Agung. 2010. Pengaruh Citra Toko
b. Penempatan lokasi distro banyak Terhadap Keputusan Pembelian (Studi
dipengaruhi karena pasarnya sudah pada Konsumen Distribution Outlet
terbentuk. Kawasan bisnis pun menjadi Realizm Malang). Malang: Fakultas
acuan para pelaku distro di dalam Ekonomi UM.
penempatan lokasinya. Nityasari, Inastri. 2009. Pola Distribusi Spasial
c. Perkembangan distro jika diamati dari Industri Menengah dan Besar di Kabupaten
tahun ke tahun selalu mengalami Sleman.Yogyakarta: Fakultas Geografi
peningkatan secara intensitas. UGM.
Persebarannya pun kemudian cenderung Rahayu, Suci. 2009. Analisa Yuridis Terhadap
lebih mengelompok di satu daerah. Jalan Perjanjian Kerjasama Usaha Distribution
Cendrawasih bisa dibilang menjadi Outlet (Distro) (Studi di Distribution
Kawasan Distro Yogyakarta Outlet Heroine exp. Kota Malang).
Malang: Fakultas Hukum UMM.
2. Peranan Pemerintah Daerah dalam Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
memajukan perkembangan distro di Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Perkotaan Yogyakarta. Telisik, Jurnal Populer SKM Bulaksumur:
a. Pemerintah pun kemudian berupaya untuk Industri Kreatif Yang Muda Yang
bertindak sebagai Regulator, Fasilitator, Berkarya, 2009
dan Katalisator dalam menciptakan sebuah Vembriyanto, Aryogo. 2008. Analisis Sikap
kebijakan dan iklim yang mendukung Konsumen Terhadap Produk Distribution
perkembangan potensi distro di Kota Outlet di Kota Yogyakarta. Yogyakarta:
Yogyakarta. Fakultas Ekonomi UII.
b. Pemerintah sebagai regulator berupaya Yunus, Hadi Sabari. 2007. Subject Matter dan
untuk membuat sebuah kebijakan Metode Penelitian Geografi Permukiman
mengenai gambaran suatu peluang usaha Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi
di bidang permodalan, perizinan, dan UGM
pengembangan potensi daerah. Sedangkan
pemerintah sebagai fasilitator berupaya
untuk menjembatani kegiatan industri

195
Lampiran 1

Definisi Distro Proses Distribusi Peranan Pemerintah


Spasial Distro

Sejarah Faktor Penempatan Karakterisasi


Lokasi

Regulator Fasilitator Katalisator

Identifikasi
Profil Perkembangan

Permodalan
Prasarana
Persebaran Tahun Klustering Intelektual
Perkembangan
Strategi Permasalahan
Perizinan Pemasaran
Pemasaran

Pengembangan Pendampingan
Potensi Daerah

Sarana –
Prasarana
Infrastruktur

Kawasan Distro di
Perkotaan Yogyakarta

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

196
Lampiran 2

Tabel 1. Teknik Analisis Deskriptif yang digunakan dalam penelitian


No Tujuan Tema Konsep
1. Mengetahui proses a. DeskripsiDistribution Outlet Dimulai mendeskripsikan
persebaran keruangan (Distro) mengenai awal mula sejarah distro
(distribusi spasial) hingga sampai permasalahan yang
perkembangan distrodi dihadapi. Adapun konsep
Perkotaan Yogyakarta pembahasannya meliputi Sejarah
Distro, Profil Distro, Manajemen
Pemasaran Distro, dan
Permasalahan – permasalah distro.
b. Proses DistribusiSpasial Mendeskripsikan analisis berbagai
Distribution Outlet (Distro) faktor – faktor yang mempengaruhi
penempatan lokasi distro,
karakterisasi masing-masing distro
di wilayah penelitian, hingga
identifikasi pola persebarannya.
2. Mengetahui peranan a. Pemerintah Sebagai Regulator Mendeskripsikan pemerintah
Pemerintah Daerah sebagai pembuat kebijakan iklim
dalam mendukung usaha distro, meliputi kebijakan di
perkembangan distro di bidang permodalan, perizinan, dan
Perkotaan Yogyakarta. pengembangan potensi daerah.
b.Pemerintah sebagai Fasilitator Pemerintah berupaya memfasilitasi
industri kreatif distro dalam bidang
pendanaan, pendampingan dan
pemasaran.

c.Pemerintah sebagai Katalisator Pemerintah berupaya mempercepat


proses perkembangan industri
kreatif distro secara efektif dan
optimal dengan mengembangkan
sarana – prasarana infrastruktur dan
memberikan prasarana intelektual

197

Anda mungkin juga menyukai