Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sosiologi, Volume 01 (Nomor 01), November 2022

Sarana Bebas Berekspresi Citayam Fashion Week


Menjadi Cerminan Ketimpangan Sosial di Ibu Kota

1
Dhea Ramadhani Salim 2Gabriella Esther Heryono 3Nayla Eka Damayanti 4Raden Puspita
Hayatun Nazwa

SMA Negeri 6 Kota Bandung


Jl. Pasir Kaliki Nomor 51, Kota Bandung, 40172
Gabriellaesther2211@gmail.com

Abstrak

Citayam Fashion Week dijadikan sebagai sarana bebas berekspresi bagi masyarakat di ibu kota.
Pada dasarnya fenomena ini muncul karena kalangan remaja ingin mencari perhatian dan
mengekspresikan dirinya melalui kegiatan fashion show. Meski begitu hal ini malah menjadi
cerminan bahwa masih ada ketimpangan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Alasan
para remaja melakukan fashion show di SCBD tidak lain karena timbul kecemburuan sosial
yang diakibatkan oleh keinginan untuk berada di kelas yang sama dengan para pekerja di
wilayah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar ketimpangan
sosial yang ada pada sarana bebas berekspresi di Citayam Fashion Week. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menjadikan kajian-kajian serta artikel
sebagai sumber referensi. Hasil penelitian kami menunjukan tiga tema utama, yaitu (1) Masih
terjadi ketimpangan sosial yang menyebabkan kecemburan sosial pada kalangan masyarakat, (2)
Ketimpangan sosial yang terjadi di Citayam Fashion Week menunjukan kalau masih ada
ketimpangan sosial di Ibu Kota, dan (3) Sarana bebas berekspresi memiliki nilai positif sebagai
kegiatan pengalihan untuk tidak melakukan vandalisme dan kegiatan menyimpang hukum
lainnya.

Kata kunci: fashion week, bebas berekspresi, ketimpangan sosial

Abstract

Citayam Fashion Week is used as a means of free expression for people in the capital city. This
phenomenon arises because teenagers want to seek attention and express themselves through
fashion shows. Even so, this is a reflection that there are still social inequalities that occur in
the community. The reason why teenagers do fashion shows in SCBD is none other than social
jealousy caused by the desire to be in the same class as the workers in the area. The purpose of
this research is to see how much social inequality exists in the means of free expression at
Citayam Fashion Week. The method used in this research is qualitative by making studies and
articles as reference sources. The results of our research show three main themes, namely (1)
there is still social inequality that causes social jealousy among the community, (2) social
inequality that occurs at Citayam Fashion Week shows that there are still social inequalities in
the capital city, and (3) facilities free expression has a positive value as a diversion activity not
to commit vandalism and other illegal activities

1 | Jurnal Sosiologi Volume 01


Keywords: fashion week, free expression, social inequalities

2 | Jurnal Sosiologi Volume 01


PENDAHULUAN

Pada bulan Juli 2022 lalu sempat pun tersier bagi pegawai SCBD
viral fenomena Citayam Fashion Week dikarenakan kebanyakan pegawai SCBD
yang berhasil menarik perhatian masyarakat memakai pakaian dengan merek tertentu
luas dari seluruh Indoneisa. Kegiatan ini sehingga kebutuhan mereka dalam
dicetuskan oleh para remaja yang berasal berpakaian pun berubah dari kebutuhan
dari Citayam. Citayam Fashion Week sandang saja menjadi kebutuhan untuk
sendiri adalah bentuk kreatifitas masyarat memiliki barang-barang mewah.
dalam menggunakan tempat umum sebagai
Perlu diketahui kalau Citanyam
ajang bebas mengekspresikan diri melalui
Fashion Week terbentuk karena remaja di
kreatifitas berpakaian. Konsep yang dianut
luar wilayah SCBD ingin berada di kelas
pada Citayam Fashion Week terinspirasi
yang sama dengan para pegawai SCBD
dari Paris Fashion Week di Paris, Prancis.
hingga munculnya kecemburuan sosial.
Masyarakat yang menjadi partisipan dalam
Kecemburuan sosial sendiri didefinisikan
ajang bebas berekspresi ini menjadikan
sebagai ketidak mampuan untuk
zebra cross sebagai red carpet layaknya di
memahami atau menerima bentuk
ajang fashion show pada umumnya.
perbedaan sosial dalam masyarakat. Pada
Ditengah-tengah viralnya kejadian kasus ini kecemburuan sosial para remaja
tersebut, Citayam Fashion Week justru muncul akibat perbedaan kelas mereka
menjadi tempat yang mencerminkan adanya dengan pegawai SCBD yang ditinjau
ketimpangan sosial di Jakarta. Ketimpangan secara vertical atau hierakis. Mereka yang
sosial didefinisikan sebagai kegagalan berada di kelas bawah berusaha untuk
pembangunan di era globalisasi untuk mengkreasikan pakaian mereka yang
memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga seadanya sehingga bisa menjadi sebuah
(Budi Winarno). Kebutuhan fisik yang fashion yang populer di kalangan
dimaksud dalam konteks Citayam Fashion masyarakat luas.
Week adalah pakaian. Para remaja di
Ketimpangan sosial yang ada
Citayam Fashion Week menjadikan pakaian
semakin terlihat ketika dua model yang
sebagai kebutuhan primer, sementara para
pernah mengikuti acara Asia’s Next Top
pegawai SCBD menggunakan pakaian yang
Model terjun ke Citayam Fashion Week
mereka pakai sebagai kebutuhan sekunder
untuk mengikuti tren yang ada.
atau pun tersier. SCBD sendiri merupakan
Kedatangan dua model tersebut juga
singkatan dari Sudirman Central Business
menarik perhatian selebriti lain sehingga
Distric. Namun menurut pemahaman para
muncul pandangan dari masyarakat luas apa
remaja, SCBD berarti Sudirman, Citayam,
yang dilakuakan remaja di Citayam Fashion
Bojong Gede dan Depok. Singkatan
Week tidak jauh lebih berkelas dengan apa
tersebut dilatarbelakangi oleh tempat asal
yang di lakukan baik model atau pun para
para remaja yang kebanyakan berasal dari
selebriti. Padahal apa yang dilakukan para
daerah Sudirman, Citayam, Bojong Gede.
remaja di Citayam Fashion Week
Pakaian sebagai kebutuhan sekunder atau

3 | Jurnal Sosiologi Volume 01


hanyalah sekedar bentuk ekspresi diri masyarakat Indonesia sendiri karena
melalui pakaian. Indoneisa bukanlah negara yang melegalisir
hal tersebut.
Dampak dari sarana bebas
berekspresi yang ciptakan remaja Citayam TINJAUAN PUSTAKA
pun mendapat komentar negatif dari
masyarakat lokal maunpun masyarakan di Diambil dari beberapa sumber,
luar daerah SCBD. Dampak negatif yang sarana dipahami sebagai segala sesuatu
dihasilkan antara lain kondisi jalan disekitar yang dipakai sebagai alat untuk mencapai
SCBD menjadi tidak kondusif sehingga makna atau tujuan (KBBI,2008).[1]
menyebabkan kemacetan karena lalu lintas Berekspresi menurut seni rupa diartikan
terhambat oleh kerumunan orang-orang sebagai kegiatan mengubah, menyatakan
yang melakukan fashion show. Selain serta merealisasikan suatu konsep seni
kemacetan, sikap remaja yang tidak disiplin sebagai ekspresi dalam wujud yang bisa
terhadap kebersihan lingkungan malah diraba dan bisa dilihat.[2] Citayam
membuat Kawasan SCBD dihiasi oleh merupakan nama salah satu wilayah yang
sampah-sampah yang bertebaran di sisi berada di pinggiran Kota Depok yang
jalan. Dilansir dari situs detikNews, sampah berbatasan dengan Kabupaten Bogor.[3]
yang dihasilkan di Citayam Fashion Week Dilansir dari Teen Vogue, fashion week
tembus hingga angka 1,5 ton per hari. atau pekan mode merupakan ajang dimana
para desainer mempresentasikan koleksi
Dampak negatif tersebut yang mendatangnya melalui runway show atau
akhirnya memunculkan stereiotip biasa disebut fashion show. [4]
masyarakat pada remaja atau pun orang-
orang yang berpartisipasi dalam kegiatan Ketimpangan sosial menurut
bebas berekspresi tersebut. Stereotip adalah Soerjono Soekanto adalah ketidaksesuaian
suatu etika dalam suatu individu tau antara unsur budaya atau masyarakat yang
kelompok lain, yang kemudian akan membahayakan kehidupan kelompok
mengakibatkan prasangka yang sosial. Sementara ketimpangan sosial
merupakapan pandangan negatif terhadap menurut Naidoo dan Wills adalah
individu atau kelompok lainnya, dan perbedaan dalam pemasukan (income),
akhirnya akan mengakibatkan diskriminasi sumber daya (resource) kekuasaan (power)
(Nur Khofifah, 2019). Ketimpangan gender dan status sosial di masyarakat.[5] Ibu kota
juga terjadi, hal ini dilihat dari kaum laki- menurut KBBI yaitu kota tempat
laki yang kerap berpenampilan seperti kedudukan pusat pemerintahan suatu
wanita dengan alasan fashion terkini. negara dan tempat dihimpun unsur
administratif.[6]
Tanggapan yang diberikan oleh
masyarakat tidak begitu baik sebab
berpakaian layaknya perempuan dipandang METODE PENELITIAN
tidak pantas. Belum lagi, Citayam Fashion Jenis penelitan yang diterapkan
Week diannggap sebagai sarana penyebaran pada penyusunan jurnal ini adalah
LGBT. LGBT merupakan singkatan dari penelitian secara kualitatif. Menurut
Lesbian, gay, bisexsual, and transgender. Bogdan dan Taylor, metode penelitian
Alasan ini menjadi pertentangan besar pada kualitatif adalah bentuk kegiatan
pengimpulan data yang berupa kata-kata,

4 | Jurnal Sosiologi Volume 01


gambar dan bukan angka. Adapun sumber Gambar 2. Whatsapp sebagai media berdiskusi secara
daring.
yang dipakai sebagai referensi adalah Sumber: Penulis, 2022
jurnal, makalah, artikel dan buku yang
didapat dari internet. Objek yang menjadi Alasan dipilihnya metode diskusi
pengamatan adalah bagaimana berjalannya dengan daring dan juga offline adalah
aktifitas Citayam Fashion Week serta karena kedua metode tersebut dapat
ketimpangan sosial yang terjadi anatara mengefektifkan penggunaan waktu dalam
remaja citayam dan pegawai SCBD. penyelesaian jurnal. Diskusi offline
Maka dari itu penulis dilakukan di sekolah , sementara diskusi
mendiskusiskan hal-hal apa saja yang daring dilakukan dengan menggunakan
menjadi faktor dan penyebab lahirnya media sosial. Penggunaan media sosial
ketimpangan sosial pada sarana bebas membantu proses diskusi menjadi lebih
bereskpresi Citayam Fashion Week. Dari efisien sehingga dalam pengerjaannya tidak
hasil diskusi yang ada, penulis memutuskan perlu sering-sering melakukan pertemuan
untuk melakukan diskusi secara offline si tatap muka dan bisa dilakukan dimana saja.
sekolah dan secara daring dengan
menggunakan platfrom media sosial PEMBAHASAN
whatsapp. Pada masa ini, kebebasan
berekpresi sudah menjadi hak setiap orang.
Ada pun yang tersusun dalam Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Hak
Politik yang terdapat pada pasal 19 ayat (2)
mengatakan bahwa “Setiap orang bebas
atas kebebabasan berekspresi; hak ini
termasuk kebebasan unttuk mencari,
menerima dan memberikan informasi dan
ide/gagasan apapun dalam bentuk karya
seni atau melalui media lain sesuai
pilihannya.” Media atau sarana berekspresi
memiliki bentuk yang beragam. Sebagai
contoh, orang yang suka dengan seni rupa
Gambar 1. Whatsapp sebagai media berdiskusi secara
daring. biasaya akan mengekpresikan diri mereka
Sumber: Penulis 2022 melalui karya seni seperti lukisan dan
pahatan.

Lain halnya dengan orang yang


mempunyai kegermaran atau hobi menulis.
Orang-orang yang tergabung dalam
golongan ini akan mengespresikan diri
mereka melalui tulisan dan bukan melalui
lukisan. Di zaman yang sudah dipenuhi
oleh teknologi dan segala kemudahan yang
didukung dengan adanya media sosial
membuat media sosial sebagai tempat

5 | Jurnal Sosiologi Volume 01


mereka mengekpresikan diri. Pada kasus dari para remaja bahkan rela
ini, maka dapat disimpulkan bahwa menghabisakan waktu semalaman bahkan
Citayam Fashion Week juga termasuk ke hingga menjadikan jalanan umum sebagai
dalam salah satu sarana bebas berkespresi. tempat mereka tidur karena tidak mendapat

Citayam Fashion Week (CFW)


adalah aksi peragaan busana di zebra cross
kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
Citayam Fashion Week sendiri merupakan
bentuk imitasi dari Paris Fashion Week
yang menjadikan jalan sebagai catwalk
untuk melakukan memperlihatkan gaya
tiket pulang ke daerah mereka.
berpakaian sesuai dengan trend setter.
Kegiatan ini berlangsung selama lebih dari
sepekan dimulai dari 16 Juli-18 Juli 2022. Gambar 3. Remaja yang tidur di jalan pada ajang CFW.
Citayam Fashion Week sendiri lahir dari Sumber:https://www.ngopibareng.id/read/kesiangan-anak-
bentuk kreatifitas masyarakat untuk anak-citayam-fashion-week-rela-tidur-di-jalanan
(diakses 15/11/22 pukul 05.14)
melahirkan sarana bebas berekspresi
melalui pakaian.
Perkembangan media sosial,
Eksistensi Citayam Fashion Week utamanya Tiktok, juga turut mempengaruhi
sendiri sempat menjadi fenomena sosial adanya tren Citayam Fashion Week mereka
bagi masyarakat Indonesia. Fenomena memanfaatkan media sosial untuk menjadi
Citayam Fashion Week muncul berdekatan terkenal dan mendapatkan uang. Citayam
dengan wilayah SCBD atau kepanjangan Fashion Week ramai hingga menjadi tren
dari Sudirman Central Business Distric. baru dan tentunya menuai banyak pro dan
Meski begitu. Kebnayakan orang yang kontra. Keberadaan media sosial
tergabung dalam ajang bebas berekpresi ini mempengaruhi cara para remaja untuk
adalah remaja. Mereka membuat pengertian berkreasi menjadi wadah baru. Munculnya
lain dari SCBD menggunakan nama dari komunitas ini menjadi sebuah wacana baru
tempat mereka berasal sehingga bahwa fashion selama ini identik dengan
kepanjangan dari SCBD dikenal sebagai kalangan atas, juga bisa dilakukan oleh
Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan kalangan menengah kebawah.
Depok.
Citayam Fashion Week memang
Perkembangan Citayam Fashion menjadikan fashion sebagai bukti kalau
Week berubah drastis setelah mendapatkan fashion bukan hanya tersedia bagi kalangan
banyak perhatian dari masyarakat atas, tapi Citayam Fashion Week juga
Indonesia. Kepadatan di daerah SCBD menjadi cerminan bahwa masih ada
semakin padat dan partisipan yang ketimpangan sosial di Ibu Kota.
tergabung dalam Citayam Fashion Week Ketimpangan sosial didefinisikan sebagai
semakin banyak. Mereka menghabiskan adanya kodisi ketidaksetaraan peluang dan
waktu untuk adu kretifitas dengan penghargaan untuk posisi sosial yang
menggunakan pakaian dan berpenampilan berbeda atau status dalam masyarakat
layaknya model profesional. Sebagain besar (Nuraini, Illiansyah, & Melianna, 2019).

6 | Jurnal Sosiologi Volume 01


Ketimpangan sosial pada Citayam Fashion Citayam Fashion Week tidak selalu
Week ditunjukan pada perbedaan cara mendapat tanggapan positif dari
berpakaian para pastisipan dan pegawai masyarakat, terlebih muncul stereotip dari
SCBD. Pakaian yang dipakai pegawai berbagai kalangan utamanya pengguna
SCBD bukan lagi digunakan untuk media sosial yang memberikan banyak
memenuhi kebutuhan primer meraka. komentar negatif terhadap ajang bebas
Pakaian bagi pegawai SCBD sudah menjadi berekpresi ini. Menurut Cardwell,
kebutuhan sekunder atau bahkan tersier. strereotip adalah keyakinan yang
menyeluruh terhadap kelompok atau kelas
Lain dengan para remaja, pakaian
tertentu (Liliweri, 2018). Stereotip dapat
bagi mereka masih merupakan kebutuhan
ditunjukan dengan media langsung yaitu
primer sehingga fashion yang ditunjukan
secara lisan dan dengan media yang tidak
sangatlah mencerminkan ketimpangan
langsung seperti melalui tulisan, lukisan
sosial. Sebelumnya perlu diketahui kalau
dan komentar di sosial media. Tidak
kebutuhan primer terdiri dari kebutuhan
selamanya stereotip dapat membangun
sandang, pangan dan papan. Remaja yang
seseorang, karena kebanyakan stereotip
berkumpul di Sudirman Central Business
yang dilakukan masyarakat digital pada
Distric memiliki keinginan puntuk dapat
Citayam Fashion Week bersifat negatif dan
berpenampilan seperti pegawai SCBD.
menjatuhkan para partisipan. Nyatanya,
Keinginan mereka muncul dan
tidak semua pastisipan seperti yang
menyebabkan adanya kecemburuan sosial.
gambarkan oleh masyarakat digita. Masih
Kecemburuan sosial dapat diartikan sebagai
banyak juga yang benar-bener
suatu kondisi atau sikap yang kurang
mengekspresikan fashion sebagai bentuk
senang di suatu kelas sosial karena adanya
perbedaan-perbedaan dalam kehidupan
bermasyarakat (Farikhah & Isnwati, 2022).
Ini lah yang menjadi latar belakang
mengapa Citayam Fashion Week dapat
muncul sebagai fenomena sosial.

Ketimpangan sosial di Citayam


Fashion Week semakin terlihat ketika
selebritis, selebgram dan publik figur kebebasan ekspresi yang memiliki nilai
lainnya ikut berpartisipasi. Bagaimana cara seni.
publik figur berpakaian dan menunjukan Gambar 4. Komentar negatif yang diberikan
cara mereka berjalan di trotoar kembali masyarakat terhadap Citayam Fashion Week
mencerminkan perbedaan kelas diantara Sumber: Twitter
remaja. Bahkan hal yang menjadi pusat
perhatian tidak lagi menyorot pada Stereotip masyarakat pada Citayam
kreatifias dan kebebasan ekspresi para Fashion Week semakin memburuk ketika
remaja, melainkan perhatian masyarakat masalah timbul. Sampah berserakan di
kini tertuju pada eksistensi publik figur kawasan SCBD bahkan beberapa orang
yang terjun dalam sarana bebas berekpresi menunjukkan protes ketika lalu lintas
Citayam Fashion Week. menjadi macet karena harus menunggu
remaja di Citayam Fashion Week berjalan

7 | Jurnal Sosiologi Volume 01


di zebra cross. Sampah yang dihasilkan Meski pakaian tidak dapat menjadi alasan
akibat kerumunan di Citayam Fashion pelecehan seksual dilakukan, namun pelaku
Week juga tidak sedikit. Banyak sampah pelecehan cenderung menjadikan pakaian
yang dihasilkan adalah 1,5 ton dalam sehari yang terbuka sebagai alasan mereka
dan itu berasal dari dua tempat yaitu Tanah melakukan tindak kejahatan demi
Abang dan Menteng (Edy Mulyanto, 2022). melakukan perlindungan diri.

Selain masalah sampah dan Daya tarik Citayam Fashion Week


kemacetan yang ditimbulkan fenomena yang terlalu besar juga sukses menarik
Citayam Fashion Week ini memunculkan minta remaja yang masih dibawah umur
para remaja yang mengonsumsi minuman dan memiliki tempat tinggal yang jauh dari
beralkohol atau miras sampai mabuk- lokasi terlaksananya acara bebas
mabukkan. Tak hanya itu kerusuhan juga berekspresi. Dampaknya, mereka tertinggal
kerap terjadi seperti perkelahian, atau transpotasi umum akibat kelalaian mereka
tawuran yang membuat masyarakat sekitar dalam menentukan waktu pulang.
resah. Fenomena ini juga menimbulkan
Di sisi lain tidak hanya membawa
pandangan masyarakat bahwa ajang ini
dampak negatif, ajang ini memiliki dampak
menjadi tempat berkumpulnya kaum LGBT
positif bagi para remaja untuk
yang menghawatirkan. Kaum LGBT adalah
mengekspresikan dan mengungkapkan diri
kelompok orang yang termasuk memiliki
masing-masing melalui fashion. Selain itu
orientasi seks yang menyimpang. LGBT
fenomena ini memunculkan inspirasi bagi
akronim dari lesbian, gay, biseksual, dan
para konten kreator untuk menghasilkan
transgender.
konten manarik sehingga dapat
Baik dari sisi usaha penyebaran apa mempromosikan ajang ini dan menarik
lagi orang yang menganut orientasi LGBT minat masyarakat sehingga Citayam
tidak akan dipandang dalam hal yang baik Fashion Week dapat menjadi ikon Kota
oleh masyarakat. Indonesia sendiri Jakarta yang baru. Selain itu ajang ini
memiliki budaya ketimuran dan menentang sebagai tempat bagi para remaja untuk
keras jika LGBT menjadi budaya yang di unjuk diri dan tampil percaya diri dangan
sah kan. Maka dari itu merupakan suatu tampilannya.
kewajaran jika ada pandangan negatif yang
Tak jarang juga para remaja di
diutarakan masyarakat pada ajang bebas
Citayam Fashion Week mendapat tawaran
berekspresi Citayam Fashion Week.
untuk bekerja sama dengan publik figur
Citayam Fashion Week sehingga mereka dapat menghasilkan
menimbulkan keramaian, hal ini dapat pendapatan. Viral-nya Citayam Fashion
dijadikan peluang tindak kejahatan seperti Week juga berhasil menerik perhatian
kejahatan. Orang-orang cenderung tidak pemerintah sehingga mengetahui fakta
sadar dengan barang bawaan mereka jika kalau masih ada banyak remaja yang putus
keadaan sedang ramai. Keadaan ramai juga sekolah di usia yang masih terbilang muda.
menguntungkan bagi pelaku pencopetan Beberapa anak bahkan mendapat bantuan
sehingga prasangka tidak langsung tertuju biaya untuk melanjutkan sekolah.
pada mereka. Pakaian terbuka juga
Citayam Fashion Week juga
mengundang terjadinya pelecehan seksual.
menguntungkan pihak ketiga seperti Usaha

8 | Jurnal Sosiologi Volume 01


Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Dari permasalahan akibat
pedagang kaki lima. Mereka diuntungkan munculnya Citayam Fashion Week, maka
karena banyak orang yang datang dan diperlukan solusi untuk membuat Citayam
membeli barang dagangan yang mereka Fashion Week tetap menjadi sarana bebas
jual. Belum lagi dengan ternarnya nama berekspresi tanpa menimbulkan hal-hal
Citayam Fashion Week akan membuat rasa yang merugikan baik dari segi partisipan
penasaran orang di luar Jakarta meningkat. dan orang-orang yang tidak berpatisipasi di
Rasa penasaran yang timbul dapat menarik dalamnya. Pada dasarnya ada banyak
para wisatawan untuk datang sehingga kota keuntungan yang dapat diambil dengan
menjadi daya traik wisata. Keuntungan adanya Citayam Fashion Week. Adapun
daerah akan meningkat karena mendapat pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam
efek dari wisatawan yang datang dengan terlaksananya Citayam Fashion Week
alasan pensaran. adalah partisipan, pemerintah, Lembaga
Kepolisian juga masyarakat lokal dan
Citayam Fashion Week bahkan
masyrakat yang menggiring opini mengenai
menjadi sorotan di mancanegara, Salah
Citayam Fashion Week.
satunya media pemerintah China, Xinhua,
merilis laporan yang berjudul “Asia Album: Partisipan bertanggung jawab
Catwalk on Zebra Crozzing in Jakarta.” dalam menjaga ketertiban dan kebersihan
(Zuhdi , 2022). Media Fashion Jepang lingkungan di sekitar SCBD. Para remaja
juga mengapresiasi Citayam Fashion Week dapat memulainya dari membuang sampah
melalui twitter pada Senin 11 Juli 2022. pada tempat pembuangan sampah yang
Apresiasi yang diberikan adalah sebagai tersedia di sekitar wilayah SCBD, tidak
bentuk pujian terhadap anak muda memarkiran kendaraan mereka
Indonesia yang menjadikan jalanan di sembarangan sehingga menyebabkan
Jakarta layaknya catwalk. Tokyo Fashion kemacetan, dan melakukan fashion show
bahkan meminta sejumlah situs dan akun dengan tertib tanpa membuat keadaan lalu
street snap Indonesia mendokumentasikan lintas terhambat akibat keramaian yang
dan mendukung mereka (Lambang, 2022). disebabkan oleh orang yang berkumpul di
sekitar zebra cross untuk menonton.

Pemerintah daerah dapat


mengupayakan penertiban dengan cara
menetapkan jam malam karena rata-rata
partisipan masih di bawah umur.
Kebanyakan dari mereka juga datang dari
wilayah yang jauh dari tempat
terselenggaranya sarana bebas berekspresi
Citayam Fashion Week. Melihat kondisi
jalan sekitar SCBD yang sempit,
pemerintah juga dapat mengupayakan
untuk melakukan alokasi wilayah Citayam
Fashion Week ke tampat yang lebih luas
sehingga dapat menampung partisipan yang
membludak.

9 | Jurnal Sosiologi Volume 01


Lembaga Kepolisian juga harus mereka di sosial media sehingga tidak
lebih tegas dengan mentertibkan kondisi di menggiring opini yang buruk dan
sekitar Citayam Fashin Week yang tidak menyudutkan sarana bebas berekspresi
kondusif. Mereka juga perlu menertibkan Citayam Fashion Week. Jika memang ingin
parkir liar dan disiplin masyarakat dengan beropini, maka opini yang disampaikan
tegas sehingga terciptanya kawasan yang haruslah opini yang membangun dan tidak
tertib dan aman. Di lain sisi masyarakat merugikan pihak mana pun.
juga perlu memperhatikan tutur ketikan
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.).

Budiman, I. (2022). 5 Contoh Metode Penelitian Karya Ilmiah Kualitatif, Kuantitatif, Deskriptif,
Dan Lainnya Lengkap. Jakarta: berita.99.co.

Farikhah, M., & Isnwati, S. (2022). Sosiologi: Kelas XII. Mungkid: Pustaka Rumah C1nta.

Heridiana, D. (2022). Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons
Kebijakan Pemerintah. Jurnal Mimbar Muamalah, 9-18.

Lambang, D. (2022). Citayam Fashion Week Diapresiasi Media Jepang, Bandingkan Dengan
Kelahiran Harajuku. Kompas.com.

Liliweri, A. (2018). Pransangka, Konflik, dan Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Kencana.

Noviansah, W. (2022). DLH Jakpus: Sampah di Kawasan Citayam Fashion Week 1,5 Ton Per
Hari. Jakarta: detikNews.

Nuraini, Illiansyah, M., & Melianna. (2019). Ketimpangan Sosial Sebagai Dampak Perubahan
Sosial di Era Globalisasi. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA - Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Oswaldo, I. G. (2022). Viral karena Citayam Fashion Week, SCBD Adalah... Jakarta:
detikFinance.

Rosetia, A., Christiarini, R., Hidayat, N., Tan, J., & Karuniansyah, M. F. (2020). Stereotip dan
Dampaknya Ditengah Kehidupan Sosial. 135-145.

Zuhdi , F. (2022). Inilah 10 Dampak Positif dan Negatif Citayam Fashion Week. Jakarta: Faktual
Indonesia.

10 | Jurnal Sosiologi Volume 01

Anda mungkin juga menyukai