Anda di halaman 1dari 9

CITAYAM FASHION WEEK

Fenomena Citayam Fashion Week menjadi perbincangan akhir-akhir ini. Remaja asal
Citayam dan sekitarnya disebut meramaikan kawasan di Sudirman Jakarta Pusat dengan
busana yang nyentrik bak peragaan busana. Terkenal hingga mancanegara,

Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, .
M.Si, memberikan tanggapannya terkait Citayam Fashion Week. Menurutnya, fenomena ini
adalah hal yang wajar terjadi, didasari pada naluri manusia untuk bersosialisasi dan
membentuk kelompok sesuai karakteristik dan tujuan tertentu.

"Komunitas ini terbentuk oleh beberapa anak muda yang tingggal di daerah Sudirman,
Citayam, Bojong Gede, dan Depok. Sebagai daerah penyangga ibu kota, para anak muda
ini memiliki kreativitas yang lebih di bidang fashion. Saya melihat bahwa keberadaan
Citayam Fashion Week ini merupakan sarana para anak muda untuk mengungkapkan diri
mereka secara jujur melalui sebuah fashion," ungkap Luluk dalam laman resmi UMM,
Selasa (19/7/2022).

Selain perkembangan tren fashion, Kepala Program Studi (Kaprodi) Sosiologi UMM tersebut
menjelaskan bahwa perkembangan media sosial juga turut mempengaruhi keberadaan tren
ini, utamanya TikTok. Para remaja di Citayam Fashion Week memanfaatkan media sosial
untuk menjadi terkenal dan mendapatkan uang. Hal ini akhirnya melahirkan banyak seleb
Instagram dan seleb TikTok seperti Jeje, Bonge, Kurma, dan Roy.

"Masifnya keberadaan sosial media mempengaruhi cara para remaja untuk berkreasi dan
Citayam Fashion Week menjadi wadah baru untuk mereka. Selain itu, munculnya komunitas
ini juga menjadi sebuah wacana baru bahwa fashion yang selama ini identik dengan
kalangan atas, juga bisa dilakukan oleh kalangan menengah ke bawah," kata Luluk.

Luluk mengatakan bahwa kepopuleran tersebut menuai banyak pro dan kontra. Sebagian
masyarakat mengapresiasi cara kreatif para remaja mengekspresikan diri melalui fashion.
Sebagian lainnya menilai bahwa aksi mereka mengganggu dan membuat kumuh kawasan
Sudirman.

Terlepas dari itu, keberadaan Citayem Fashion Week menurut Luluk juga menguntungkan
para pedagang. Keberadaan para remaja ini turut meningkatkan penghasilan Pedagang Kali
Lima (PKL) yang berada di sekitar Sudirman.

"Selain dampak positif, tentu saja hal ini juga menimbulkan beberapa dampak negatif seperti
budaya buang sampah sembarangan dan cara berpakaian yang dinilai terlalu terbuka," ujar
dosen kelahiran Jombang itu.

Luluk menjelaskan bahwa untuk melakukan pengurangan dampak negatif, perlu adanya
kerja sama dari berbagai pihak, utamanya pemerintah.Upaya kerja sama ini utamanya untuk
mengedukasi, mengarahkan, dan mendampingi kepada para remaja agar komunitas ini
tetap berlangsung namun dengan mengurangi dampak buruk.

"Secara keseluruhan, saya memandang bahwa tren ini sebagai hal yang positif. Saya
berharap Citayam Fashion Week dapat menjadi komunitas yang dikenal secara positif tidak
hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia Internasional. Saya juga berharap komunitas ini
dapat menunjukkan sebuah budaya fashion baru yang memiliki karakter sendiri," tutupnya.

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6187771/fenomena-citayam-fashion-week-sosiolog-
kreatif-tapi.

Citayam Fashion Week adalah aksi peragaan busana di zebra cross kawasan Dukuh Atas,
Jakarta Pusat. Layaknya Paris Fashion Week yang terkenal, para 'model' berlenggak-
lenggok mengenakan busana khasnya sambil menyeberangi jalan. Bedanya, para 'model'
yang meramaikan Citayam Fashion Week adalah remaja dari Depok, Citayam, dan
Bojonggede, daerah penyangga Jakarta.

Awal mulai Citayam Fashion Week

Lima remaja di Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (11/6/2022).(KOMPAS.com/CYNTHIA LOVA)


Citayam Fashion Week tidak ada hubungannya sama sekali dengan Citayam, sebuah desa di
Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Viralnya kawasan Dukuh Atas sebagai
lokasi Citayam Fashion Week ini bermula dari beredarnya video-video wawancara di media
sosial.

Video wawancara itu menampilkan jawaban remaja-remaja yang masih polos, sehingga
mengundang gelak tawa. Tak hanya itu, muda-mudi yang diwawancarai juga kerap mengenakan
busana khas dan nyentrik. Dari video-video viral tersebut, muncul nama-nama seperti Kurma,
Bonge, Jeje Slebew, Roy, dan Alpin yang semuanya berasal dari daerah sekitar Jakarta. Dalam
banyak video yang beredar, terlihat para anak-anak muda yang tengah asyik 'nongkrong' di
kawasan tersebut. "Dikuasai" kalangan atas Momen Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan catwalk di Dukuh Atas. (Instagram) Namun kini
daerah Dukuh Atas menjadi sangat ramai setelah viral Citayam Fashion Week.  Tidak hanya jadi
tempat remaja dari penyangga Jakarta ngongkrong dan cari hiburan, namun juga pejabat dan
kalangan menegah atas, hingga artis membuat konten.  Terkait fenomena ini, sosiolog dari
Universitas Indonesia Hari Nugroho memberikan pandangannya.

Hari mengatakan, tren "Citayam Fashion Week" berpotensi "dikuasai" oleh kalangan menengah
ke atas yang memiliki sumber daya sosial dan ekonomi yang lebih. Hal itu akan membuat para
remaja dari Citayam, Bojonggede, dan Depok yang memulai tren tersebut justru tersingkir.
"Arena ini potensial hanya akan diambil alih oleh mereka yang punya power and resources lebih
besar yaitu kalau bukan anak muda kelas menengah Jakarta, atau ya mereka yang mau pakai
untuk keperluan panggung politik," kata Hari saat dihubungi Kompas.com, Minggu (24/7/2022).
Hari mengatakan, kondisi tersebut akhirnya membuat anak-anak itu (remaja Citayam) akan
tersingkir atau sekurangnya hanya menjadi penopang, bukan lagi subjek utama arena.  Baca
juga: Baim Wong dan Indigo Daftarkan Citayam Fashion Week, Warganet: Created by The Poor,
Stolen by The Rich   Citayam Fashion Week tak bertahan lama Lihat Foto Suasana peragaan
busana jalanan di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Fenomena Citayam Fashion
Week di kawasan Dukuh Atas mendadak viral karena gaya busana nyentik yang didominasi
anak muda dari Depok, Citayam, dan Bojonggede.(Dok. kompas.com/ Kristianto Purnomo) Hari
pun memprediksi tren "Citayam Fashion Week" tak akan bertahan lama karena kemunculannya
yang spontan. "Menurut saya itu tidak akan bertahan lama, karena itu hanya respons populer
saja. Kemunculannya itu adalah sebuah komunitas cair yang tidak terstruktur, yang terkonstruksi
secara spontan," ujar Hari. Dia mengatakan, fenomena "Citayam Fashion Week" merupakan
tren yang muncul di tengah ketiadaan ruang publik bagi remaja di daerah penyangga Jakarta.
Para remaja yang berasal dari Citayam, Bojonggede, dan Depok itu kemudian mencoba
membuat tren dengan nongkrong di pusat kota Jakarta yang dibalut adu gaya berpakaian.
Kemudian aktivitas itu didokumentasikan di media sosial hingga viral. Selain itu, ia menilai
kerumunan di "Citayam Fashion Week" muncul dan meluas tanpa adanya tokoh penggerak
utama. Sehingga fenomena Citayam ini hanya fenomena populer karena ketiadaan ruang bagi
anak muda di kota satelit Jakarta untuk berekspresi dan membangun identitas mereka. "Dan
kebetulan tempat di kawasan Sudirman itu menyediakan arenanya," lanjut Hari. Baca juga:
Citayam Fashion Week Direbut Banyak Pesohor, Netizen: Maling! Anies dan Ridwan Kamil
Setelah menjadi perbincangan hangat, sejumlah tokoh pun ikut meramaikan Citayam Fashion
Week. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil turut
menjajal di catwalk jalanan tersebut. Bahkan, sejumlah model profesional dan influencer tak mau
ketinggalan untuk menjajalnya sambil membuat konten di media sosial. Baca juga: Kata Baim
Wong soal Daftarkan Merek Citayam Fashion Week : Sudah Mau Final   Diperebutkan "Si Kaya"
Lihat Foto Citayam Fashion Week didaftarkan Baim Wong dan Indigo ke DJKI
Kemenkumham(screenshoot) Namun, Citayam Fashion Week yang bermula dari ide-ide anak
muda itu kini diperebutkan oleh para influencer. Tercatat dua influencer berebut mendapatkan
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), yaitu perusahaan Tiger Wong Entertainment milik Baim Wong
dan perusahaan milik Indigo Aditya Nugraha. Baim Wong juga disebutkan akan menggelar
Citayam Fashion Week dengan nama perusahaannya pada Agustus mendatang. Dalam lama
resmi PDKI, Baim mengajukan permohonan dengan nama brand Citayam Fashion Week dengan
nomor registrasi Jid2022052181. Permohonan Baim tercatat di Kemenkumham pada 20 Juli
2022.  Baca juga: Kemenkumham: Tak Masalah ada 10 yang Daftarkan Merek Citayam Fashion
Week, asal... Sementara itu, Koordinator Humas Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI)
Kemenkumham Irma tak mempermasalahkan rebutan klaim Citayam Fashion Week.  Menurut
Irma proses untuk mengantongi merek tersebut memerlukan waktu lama serta tergantung dari
dari persyaratan yang harus dipenuhi pihak pengaju. "Tidak masalah mau ada sepuluh orang
yang ingin mendaftarkan dengan nama merek yang sama. Tapi nanti balik lagi dilihat
kelengkapan syarat-syaratnya oleh pemeriksa merek," kata Irma, Minggu (24/7/2022). Nantinya,
DJKI Kemenkumham akan mengumumkan hasilnya dalam waktu 2 bulan.   Alasan munculnya
Citayam Fashion Week Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri
Kartono menilai, street fashion ini merupakan salah satu cara anak muda untuk menonjolkan
identitasnya. Dengan adanya street fashion, anak-anak muda ini mampu menarik perhatian,
sehingga keberadaan mereka pun diakui. Baca juga: Citayam Fashion Week Direbut Banyak
Pesohor, Netizen: Maling! Selain itu, Drajat memandang Citayam Fashion Week sebagai
subversif perkotaan. Maksudnya, fenomena ini mengindikasikan adanya inisiatif, kreativitas, dan
langkah nyata dari masyarakat yang tidak mendapatkan akses pada kebutuhan tertentu. Dalam
konteks ini, ia menilai bahwa masyarakat membutuhkan pakaian yang bagus dan diakui.
Sayangnya, tak semua pakaian tersebut bisa didapat dengan harga terjangkau. Beberapa
masyarakat juga memiliki keinginan untuk mengikuti ajang mode seperti fashion show. Namun,
tak sembarang orang bisa mengikutinya. "Sehingga kemudian muncullah kreativitas-kreativitas
dari yang memiliki kebutuhan, tapi tidak memiliki akses di situ," kata Drajat pekan lalu.
"Kreativitas ini yang kemudian berkembang di jalan. Urban subversif itu berkembang di jalan,
kemudian muncullah tampilan seperti Citayam (Fashion Week) ini," sambungnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/25/083718865/citayam-fashion-week-awalnya-
tempat-nongkrong-rakyat-jelata-kini?page=all#page3.

m - Citayam Fashion Week (CFW) akhir-akhir ini terus menjadi bahan perbincangan, pusat
perhatian, dan obyek perdebatan masyarakat luas. Pasalnya, puluhan remaja dari
berbagai wilayah di pinggiran Jakarta bahkan daerah lain berkumpul di sana, adu gaya
berpakaian, dan berlenggak-lenggok bak model kenamaan melintasi zebra cross di tengah
jalan raya kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Ada yang menganggap hal itu sebagai
kegiatan positif, karena menonjolkan kreativitas dalam memadu-padankan pakaian dan
menghidupkan usaha yang ada di sekitar lokasi. Namun, tak sedikit yang menganggapnya
sebagai hal negatif, selain mengganggu aktivitas jalan raya, kegiatan tersebut juga dinilai
berpotensi membuka peluang tindak kriminal, dan sebagainya.
Mereka ini dikenal sebagai anak-anak SCBD, anak-anak yang kerap nongkrong di
kawasan perkantoran elit di jantung ibu kota, Jakarta. Bukan Sudirman Central Business
District, mereka mewakili kelompok Sudirman-Citayam-Bojonggede-Depok. Di antara
banyaknya remaja yang ada di sana, beberapa di antaranya bahkan memiliki ketenaran
dan dijuluki sebagai "penguasa SCBD". Misalnya Jeje, Roy, Bonge, Kurma, dan lain-lain.
Gaya pakaian mereka yang nyentrik seolah-olah menduplikasi gaya berpakaian orang-
orang kantoran di SCBD yang terkenal dengan gaya busana yang fancy.

Aksi para remaja yang memamerkan cara berpakaiannya di zebra cross ini kemudian
ramai dijuluki sebagai Citayam Fashion Week. Nama ini sendiri berangkat dari kegiatan
serupa yang sudah ada, sebelumnya seperti Jakarta Fashion Week (JFW), Paris Fashion Week
(PFW). Mengapa Citayam? Menurut Inisiator Citayam Fashion Week, Abdul Sofi Allail, asal mula
penamaan ini berangkat dari banyaknya remaja di sana yang berasal dari Citayam, Kabupaten
Bogor. "Awal mula kemungkinan orang-orang di sini didominasi dari daerah Citayam. Jadi
kebanyakan orang-orang di luar Sudirman nyebutnya 'Citayam Fashion Week' karena pada
pakai outfit yang keren gitu," kata pria yang akrab disapa El itu, dikutip dari Kompas.com. Baca
juga: Mengenal SCBD dan Fenomena Citayam Fashion Week Dampak Citayam Fashion Week
Ada banyak dampak yang ditimbulkan dari perkumpulan remaja ini. Oleh karena itu
keberadaannya masih mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Meningkatkan omset
UMKM Pertama, dampak dari perkumpulan remaja ini adalah meningkatkan omset penjualan
para pelaku usaha di sekitar lokasi. Hal ini diakui langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno. "Saya mendapat laporan, (pendapatan) para UMKM yang
ada di sekitar daerah Citayam Fashion Week itu meningkat sampai dua kali lipat, (mulai) penjual
kopi keliling sampai penjual makanan kering," kata Sandi, 18 Juli 2022, dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Citayam, Desa di Kabupaten Bogor yang Tersohor sejak Zaman Kolonial Belanda
Menarik perhatian para tokoh Lihat Foto Momen Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan catwalk di Dukuh Atas. (Instagram) Fenomena CFW
juga menarik perhatian tokoh-tokoh publik, baik dari dunia hiburan maupun dari dunia politik
untuk datang ke sana dan menjajal berjalan di catwalk jalanan mereka. Sebut saja Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, YouTuber Ria Ricis, model
profesional seperti si kembar jebolan Asia's Next Top Model Valerie dan Veronika, istri Baim
Wong Paula Verhoeven, Mayang Sari, dan masih banyak yang lainnya. Tak hanya datang dan
menjajal catwalk jalanan, para tokoh ini juga tak lupa membuat konten untuk dinaikkan di akun
media sosial atau YouTube miliknya. Baca juga: Viral, Video Mahasiswa Gunakan High Heels
dan Bergaya Bak Model Saat Wisuda Diikuti di daerah lain Tak hanya di kawasan Dukuh Atas
Jakarta, Citayam Fashion Week kini bahkan sudah meluas diikuti oleh remaja-remaja daerah
yang lain. Misalnya, di Jalan Raya Sukabumi-Bogor, tepatnya di depan mal yang berada di
kawasan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bedanya, mereka yang melakukan aksi
fashion show di sana justru mendapat banyak hujatan dari netizen. Bahkan, teman-teman di
Bandung berencana mengadakan Braga Fashion Week. Baca juga: Ramai Diperbincangkan,
Apa Itu Paris Fashion Week? Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari
Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link
https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu
di ponsel. Baca berikutnya Prakerja Gelombang 38 Dib

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Citayam Fashion Week dan Dampak-
dampak yang Ditimbulkannya...", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/24/205100665/citayam-fashion-week-dan-
dampak-dampak-yang-ditimbulkannya?page=all#page2.
Penulis : Luthfia Ayu Azanella
Editor : Sari Hardiyanto

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Saat mendengar Citayam Fashion Week, yang terlintas di benak sebagian


masyarakat ialah sekelompok remaja atau muda mudi memenuhi kawasan
Dukuh Atas, Jakarta Pusat, sembari memperagakan aneka mode busana di
penyeberangan pejalan.

Padahal, Citayam Fashion Week merupakan sebuah kegiatan yang mengarah


pada peragaan busana di jalanan dan dibentuk secara komunal oleh anak-
anak, yang juga kerap dikenal dengan istilah Sudirman, Citayam,
Bojonggede, dan Depok (SCBD).

Anak muda dari berbagai daerah, terutama yang berasal dari Provinsi Jawa
Barat itu, ramai-ramai mendatangi kawasan Dukuh Atas untuk berkumpul dan
melakukan peragaan busana.

Lalu, bagaimana fenomena fesyen akar rumput itu bisa menjadi ajang bagi
sejumlah pihak untuk mendaftarkan kekayaan intelektual? Bisakah kegiatan
yang digelar oleh para remaja yang sedang mencari jati diri tersebut disebut
sebagai sebuah kekayaan intelektual?

Sejak mendapatkan atensi atau perhatian publik, nama Citayam Fashion


Week mulai dikenal luas masyarakat. Tidak hanya di ibu kota, kegiatan yang
diinisiasi anak muda itu juga diikuti oleh remaja di beberapa daerah, seperti di
Medan, Bandung, Sukabumi, dan Malang.

Saat Citayam Fashion Week makin dikenal luas, sejumlah artis hingga kepala
daerah turut serta merasakan sensasi gelaran busana di jalanan itu.

Misalnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat
Ridwan Kamil juga turut ambil bagian. Bahkan, Anies, pada suatu
kesempatan, mengajak European Union Ambasador dan juga Vice President
of The European Investment untuk menjajal berjalan di lokasi Citayam
Fashion Week itu.

Seiring dengan meningkatnya ketenaran Citayam Fashion Week, beberapa


pihak termasuk publik figur menangkap adanya peluang untuk mendaftarkan
kekayaan intelektual yang mengarah kepada bisnis, sehingga mengajukan
merek itu ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
Tak butuh waktu lama,  ada empat pengajuan permohonan merek   ke DJKI
Kemenkumham terkait Citayam Fashion Week. Mereka yang mendaftarkan itu
merasa sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan legalitas sebuah
merek, dan empat pemohon  pengajuan merek Citayam Fashion Week
tersebut yakni PT. Tiger Wong Entertainment milik selebritis Baim Wong dan
Paula Verhoeven dengan Nomor JID2022052181.

PT. Tiger Wong Entertainment mendaftarkan untuk jenis jasa hiburan dalam
sifat peragaan busana, layanan hiburan yaitu menyediakan podcast di bidang
mode, hingga publikasi majalah mode untuk tujuan hiburan.

Berikutnya  Indigo Aditya Nugroho  mendaftarkan untuk jasa ajang pemilihan


kontes (hiburan), expo mengenai kesenian, kebudayaan, dan
pendidikan, fashion show (hiburan), perencanaan pesta (hiburan) untuk acara
promosi sehubungan dengan peragaan busana, serta pertunjukan
panggung live.

Dua pemohon lainnya ialah Daniel Handoko Santoso dan PT. Tekstil Industri
Palekat.

Namun, pengajuan merek  oleh empat pemohon tersebut mendapat sindiran


bahkan hujatan dari kalangan warganet. Cibiran warganet lebih banyak tertuju
ke Baim Wong selaku pemilik PT. Tiger Wong Entertainment.

Bukan tanpa alasan, publik menilai artis tersebut mencari keuntungan dan
kesempatan dari nama Citayam Fashion Week yang dipopulerkan para
remaja dari berbagai daerah.

Namun, seiring berjalannya waktu, DJKI Kemenkumham menyampaikan dua


dari empat pemohon telah menarik permohonan pengajuan merek Citayam
Fashion Week. Pemohon yang mengundurkan diri itu tidak ingin membuat
suasana semakin runyam dan ingin mengembalikan kepada yang lebih
berhak.

Dengan ditariknya dua permohonan tersebut, maka sampai kini masih


terdapat dua permohonan merek yang masuk ke DJKI Kemenkumham.

Pemerintah membuka ruang seluas-luasnya kepada masyarakat yang merasa


keberatan atas pengajuan hak kekayaan intelektual sebuah merek. Namun,
perlu diingat juga bahwa keberatan yang disampaikan harus disertai
pandangan atau argumen secara jelas. Apabila argumen yang disampaikan
kuat, maka hal tersebut nantinya bisa menjadi bahan bagi DJKI
Kemenkumham untuk melakukan pemeriksaan substantif.
Memang, Citayam Fashion Week   menjadi sebuah fenomena baru yang banyak
diperbincangkan oleh warganet. Istilah tersebut sebenarnya berawal dari kebiasaan
para remaja Citayam, Bogor, yang datang ke kawasan BNI City di Jakarta Pusat
dengan menggunakan pakaian terbaiknya.
BACA JUGA:
Tak Hanya Warga Citayam, Wagub Ariza Minta Seluruh Masyarakat Jaga Kebersihan Fasilitas
Publik  

Apa Itu Citayam Fashion Week?


Mungkin banyak orang yang belum mengetahui, sebenarnya apa itu Citayam Fashion
Week? Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa istilah Citayam Fashion Week
tersebut dibawa oleh para remaja yang mengunjungi kawasan stasiun BNI City,
Jakarta Pusat.

Hal ini pertama kali viral di platform TikTok oleh beberapa akun yang mewawancarai
para remaja yang ada di kawasan Stasiun BNI City tersebut. Kebanyakan dari mereka
berasal dari kawasan Citayam, Bogor, yang datang menggunakan moda transportasi
KRL. 

BACA JUGA:
Perlintasan Liar Citayam-Bojonggede Bakal Ditutup, Ini Penjelasan KAI

Fenomena tersebut sontak menjadi daya tarik bagi masyarakat yang penasaran dan ikut
datang ke kawasan tersebut. Para remaja yang datang tersebut sebenarnya tidak datang
untuk mengikuti sebuah acara maupun event, namun mereka hanya datang untuk
“nongkrong” dan bertemu dengan orang lain.

Selain itu, ada beberapa dari mereka yang datang untuk mencari pasangan. Itulah
mengapa kawasan tersebut menjadi kawasan ajang adu fesyen. Banyak remaja yang
mengenakan pakaian-pakaian modis dengan gaya dan ciri khasnya masing-masing.

Citayam Fashion Week banyak disoroti oleh warganet karena keunikan dan
menjadi daya tarik tersendiri. Banyak dari para remaja tersebut melenggak-
lenggok layaknya berada di panggung Paris Fashion Week.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, akan segera
membangun sebuah ruang publik untuk bisa dimanfaatkan karena beberapa
pekerja atau masyarakat merasa terganggu dengan keadaan di kawasan trotoar
BNI City yang ramai dan padat.

Belakangan ini, Citayam Fashion Week (CFW) ramai jadi


perbincangan netizen. Ini berawal dari konten TikTok yang
memperlihatkan wawancara jalanan dengan pasangan remaja
yang nongkrong di kawasan Stasiun MRT Dukuh Atas di Jakarta.
Gaya berbicara blak-blakan, cablak, dan penuh jargon dari para
remaja ini mengundang tawa penonton. Ditambah gaya fesyen
yang unik, mereka sukses jadi pusat perhatian khalayak.

Komunitas ini, katanya, terbentuk oleh anak muda yang tingggal di Citayam, Bojong
Gede, dan Depok. Mereka berasal dari kawasan penyangga ibu kota yang memiliki
kreativitas dalam bidang fashion. “Citayam Fashion Week merupakan sarana anak
muda untuk mengungkapkan diri mereka secara jujur melalui sebuah fashion,” kata
Luluk yang juga Kepala Program Studi (Kaprodi) Sosiologi UMM.

Selain perkembangan tren fashion, Luluk menilai fenomena ini dipicu perkembangan
media sosial. Terutama TikTok. Para remaja Citayam memanfaatkan media sosial untuk
mengekspresikan diri, menjadi terkenal dan mendapatkan uang. Sehingga turut
melahirkan banyak selebgram dan seleb TikTok seperti Jeje, Bonge, Kurma, dan Roy.

“Masifnya keberadaan sosial media mempengarui cara para remaja untuk berkreasi dan
Citayam Fahion Week menjadi wadah baru untuk mereka. Selain itu, dengan munculnya
komunitas ini  juga menjadi sebuah wacana baru bahwa fashion yang selama ini identik
dengan kalangan atas, juga bisa dilakukan oleh kalangan menengah ke bawah,” kata
Luluk.

Dampak positif lainnya, kata Luluk, muncul tren remaja menjadi lebih memahami
kehidupan sosial. Kreatifitas para remaja sebagai kreator konten di media sosial
meningkat. Selain itu, juga meningkatkan penghasilan para Pedangan Kali Lima (PKL) di
kawasan Sudirman, Jakarta.

Selain dampak positif, ujar Luluk, juga menimbulkan dampak negatif seperti membuang
sampah sembarangan dan cara berpakaian yg dinilai terlalu terbuka. Untuk mengurangi
dampak negatif itu,  Luluk merekomendasikan kerja sama multi pihak untuk
mengedukasi, mengarahkan, dan mendampingi para remaja. Agar komunitas tetap
berlangsung dan meminimalisir dampak negatif.

“Saya berharap Citayam Fashion Week menjadi komunitas yang dikenal secara positif
tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia Internasional,” ujarnya. Ia juga berharap
komunitas ini dapat menunjukkan sebuah budaya fashion baru yang memiliki karakter
sendiri.

Dampak Positif:

- Bersosialisasi terhadap masyarakat 

- Berkurangnya angka kematian karna faktor tauran

- Berkurangnya kebut- kebutan di jalan

- menunjukan banyak kreatifitas baru tentang fashion

Dampak Negatif :

- Malas sekolah karena terlalu sering nongkrong dengan teman 

- Banyak sampah yg berserakan karena tidak membuang sampah dengan


benar

- Menimbulkan keramaian kawasan sekitar yg dapat mengganggu aktifitas


perjalanan kendaraan 

Anda mungkin juga menyukai