Oleh :
Taufik Sigit Prabowo
16.11.1001.7312.043
Abstrak
Perkembangan Fashion dikota samarinda saat ini sedang berkembang didukung dengan
adanya beberapa kegiatan fashion yang kerap diadakan dikota samarinda, baik itu
pameran busana ataupun fashion show serta adanya agency modeling dikota Samarinda
yang rutin mengadakan dan mengikuti berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia
fashion, namun saat ini kota samarinda belum memiliki prasarana khusus yang dapat
menampung minat dan bakal masyarakat dibidang fashion.
Pencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini merupakan upaya untuk menyediakan
prasarana kegiatan fashion yang ada dikota samarinda untuk menyalurkan minat dan
bakat masyarakat dibiadang fashion. Arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada civic
symbolis digunakan pada perencanaan Fashion Center untuk menemukan bentuk baru
yang bersifat ikonik diantara bangunan sekitarnya yaitu dengan mengangkat bentuk dari
tameng dayak kenyah sebagai point entrace.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan karunia rahmat
dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam
penyusunan Laporan Seminar Arsitektur.
Terlaksananya penyusunan Laporan Seminar Arsitektur ini dengan judul
”Perencaaan Fashion Center dikota Samarinda”, Pengerjaan Tugas Akhir ini
tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan serta saran-saran dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan
apresiasi kepada:
1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan do’a restunya hingga selesainya
penyusunan Laporan Seminar Arsitektur ini.
2. Ibu Lisa Astria Milasari, ST., MT dan Bapak Khoirul Huda, ST., MT
Selaku Dosen Pembimbing
3. Rekan-rekan Mahasiswa Arsitektur Angkatan 2016 Program Studi
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.
Akhir kata saya mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan pada penulisan laporan berikutnya di masa yang akan
datang. Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
BAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB VI PENUTUP
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
jumlah siswa 60 orang dan SMK Negeri 13 Samarinda di tahun ajaran 2018/2019
dengan jumlah siswa 85 orang.
Pada Peraturan Daerah Kota Samarinda No 4 Tahun 2013 tentang
penyelenggaraan pendidikan pasal 16 ayat 3 poin b menyatakan mata pelajaran
pilihan terdiri dari kelompok keterampilan, meliputi elektro, komputer, otomotif,
jasa pembukuan, tata boga, tata busana dan pertamanan. Hal ini menjadikan Kota
Samarinda membutuhkan sarana fasilitas untuk menunjang aktifitas fashion show
dengan area catwalk, salon kecantikan, Photo Studio, fashion store, fitness, kelas
modeling dengan konsep arsitektur Eco-Tech.
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini menggunakan konsep
arsitektur Eco-Tech yaitu penggunaan teknologi berwawasan lingkungan
difokuskan pada prinsip Civic Syimbolis yaitu penekanan pada bangunan yang
bersifat ikonik dengan salah satu ciri bangunan dimaksimalkan pada simbol ciri
khas kaltim yaitu mengadopsi dari bentuk tameng dayak kenyah yang ditekan
pada pada fasade bangunan sebagai point entrance.
2
3. Area catwalk terbagi menjadi 3 kategori yaitu umur 3-7 tahun, 8-12
tahun, 13- dewasa.
3
1.6. Daftar Keaslian Judul
Tabel 1.1 Keaslian Judul
4
1.7. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah Ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk
mencapai pemahaman. Jalan ini harus ditetapkan secara bertanggung jawab ilmiah
dan data yang dicari untuk membangun/memperoleh pemahaman harus melalui
syarat ketelitian artinya harus dipercaya kebenarannya (Cholid Narbuko dan Abu
Achmadi,2002 : 3)
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu :
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan
cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur,
artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang
5
dilakukan (Sugiyono,2009:137). Dalam penelitian ini dibutukan buku, jurnal,
thesis, skripsi diantaranya :
1. Arifah A. Riyanto. (2009). Modul Dasar Busana. Thesis. Tidak dipublikasikan.
Jakarta : Universitas Indonesia.
2. Jimmy S. Juwana. (2006). Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek
dan Praktisi Bangunan. Jakarta : Erlangga.
3. Husin Sayuti. (1989). Pengantar Metodologi Riset. Jakarta : Fajar Agung.
4. Sugiyono. (2009) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
5. Peraturan Daerah Kota Samarinda No 4 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan
pendidikan.
6. Fitria Sari. (2014). Muslim Fashion Cnter di Banda Aceh. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Aceh : Universitas SyiahKuala Darussalam.
7. Aliyatul Himmah. (2012). Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center
di Malang. Thesis. Dipublikasikan. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
8. Karina dan Dwi Hariadi. (2011). Peranan Tema Harajuku pada Perancangan
Fashion Senter di Surabaya. Jurnal. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
November.
9. Slessor & Catrerine. (2001). Suistainable Architecture and high Technology.
Thames and Hudson, London : Thames and Hudson.
6
analisa kebisingan,analisa sirkulasi, analisa view, analisa vegetasi, analisa
fasilitas pendukung.
3. Metode Tinjauan KDB, KDH, Kebutuhan Luasan Site
Pada analisa ini yaitu menjelaskan tentang besaran KDH, KDH dan Kebutuhan
luasan site
4. Metode Analisa Massa dan Gubahan Massa
Pada analisa ini meliputi analisa ruang dan gubahan, analisa massa dan
gubahan massa.
5. Metode Analisa Bentuk Bangunan
Pada analisa bentuk bangunan menjelaskan filosofi bentuk dasar yang diangkat
sebagai referensi perencanaan.
6. Metode Analisa Struktur
Pada analisa Stuktur meuliputi struktur bawah dan struktur atas.
7. Metode AnalisaUtilitas Bangunan
Pada analisa utilitas ini meliputi analisa sistem air bersih, analisa sistem air
kotor, analisa sistem air hujan, analisa sistem jaringan listrik, analisa sistem
penanggulangan kebakaran, analisa sistem penangkal petir, analisa sistem
pencahayaan, analisa sistem penghawaan, analisa sistem pembuangan sampah.
8. Metode Analisa Penekanan Judul
Pada analisa ini menjelaskan tentang konsep Eco-Tech prinsip Civic Symbolis,
serta filosofi dari bentuk dasar yang dijadikan referensi bentuk bangunan.
7
yang mengangkat kembali peranan bangunan sebagai simbol publik dengan
mengambil bentuk bangunan berbeda untuk mencari nilai baru.
Ciri-ciri bangunan Eco-Tech, yaitu :
a. Pengekspresian struktur dan konstruksi yang terintegrasi dengan
lingkungan.
b. Pemakaian bahan bangunan yang sesuai dengan tuntutan zaman yang
memiliki kesinambungan dengan alam sekitar, yang tidak memberikan
dampak negatif dan sifat masa pakai bahan material yang tahan lama
diperhitungkan dalam suatu bangunan Eco-Tech.
c. Sistem pencahayaan; dengan memanfaatkan pencahayaan alami dengan
sebaik-baiknya sebagai penerangan alami dalam bangunan.
d. Penggunaan prinsip Civic Symbolism dengan mengangat budaya
setempat untuk mencari bentuk baru yang berbeda dari lingkungan
sekitar.
8
1.8. Kerangka berfikir
Gambar 1.1 Kerangka berfikir
Latar Belakang
Diperlukannya sarana fasilitas untuk menunjang minat dan bakat masyarakat dibidang fashion.
Rumusan Masalah
Bagaimana merencanakan Fashion Center dikota Samarinda untuk menunjang minat dan bakat
masyarakat dibidang fashion dengan konsep Arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada prinsip
Civic Syimbolis dengan salah satu ciri simbol kaltim ?
Batasan masalah
Fasilitas difokuskan pada area catwalk, salon kecantikan, Photo Studio, fashion store, fitnes,
kelas modeling.
Perencanaan Fashion Center ini meggunakan konsep arsitektur Eco-Tech yang difokuskan
pada prinsip Civic Syimbolis
Area catwalk terbagi menjadi 3 kategori yaitu umur 3-7 tahun, 8-12 tahun, 13- dewasa.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Analisa Perencanaan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
Fashion yang sebenarnya, bukan hanya terletak pada model tapi jelas
konsistensinya dalam membangun image penggunanya. (andi,2009)
d. Fashion adalah proses penyebatan sosial dimana sebuah gaya baru
diadopsi oleh kelompok konsumen (solomon, consumer behaviour:
european perspective fashion,2010)
Berdasarkan pengertiann diatas, Busana atau yang biasa dikenal dengan
Fashion adalah gaya didalam berpakaian seseorang yang dapat menggambarkan
identitas penampilan penggunanya.
Sedangkan pada Pusat dalam istilah center merupakan pokok pangkal atau
yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dan sebagainya) (KBBI
daring edisi III)
Berdasarkan pengertian diatas, center dapat diartikan sebagai suatu pusat
dari suatu hal tertentu. Fashion center berarti sebuah pusat tempat atau wadah
sebagai prasarana fasilitas yang berkaitan dengan fashion.
12
Model dapat dilihat sebagai bagian dari pemain dan dijadikan sebagai
hiburan dari sebuah acara. Fashion show harus dapat memberikan
informasi dan menghibur penonton. Namun production show lebih
cenderung kepada hiburan.
13
karya busana seorang perancang ternama atau sebuah brand untuk
memperkenalkan hasil karya yang terbaru.
14
b. Catwalk menggunakan platform
Biasa digunakan untuk acara yang lebih khusus. Tidak mempunyai
standar bentuk yang baku. Lebar standart untuk jalan 2 orang.
15
Beauty Salon Beauty salon tidak hanya menawarkan servis untuk rambut
saja, namun juga mencakup perawatan kulit tubuh, perawatan kuku
tangan dan kaki, perawatan muka, pengaplikasian kosmetik, hair removal
dan sebagainya yang berhubungan dengan kecantikan tubuh.
b. Hair Salon
Hair Salon tidak menawarkan perawatan lain seperti perawatan kuku,
perawatan kulit, dan lain-lain seperti halnya Beauty Salon. Namun hanya
menawarkan servis khusus yang berhubungan dengan perawatan rambut
saja, seperti pemangkasan rambut, penataan, pewarnaan, pencucian dan
perawatan spesial seperti penyambungan rambut (hair extensions) atau
penghilangan rambut di daerah tertentu (hair removal).
16
Gambar 6.5 Hair Salon
Sumber : Hasil Referensi, 2020
17
Di ruangan ini selain tersedia gambar sebagai latar dengan warna-warni dan
pemandangan tertentu, biasanya terdapat lampu sorot sebagai pelengkap untuk
mendapatkan efek tertentu pada hasil foto.
18
2.3. Peraturan Terkait Bangunan Gedung
Bangunan Gedung adalah bangunan yang didirikan atau diletakan dalam
sautu lingkungan sebagai atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan
atau perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya (Kepmen no. 10/KPTS/2000).
Dari pengertian diatas, maka Gedung merupakan suatu bentuk wujud fisik
pekerjaan konstruksi yang sengaja di bangun untuk mewadai segala aktifitas
manusia serta untuk kepentingan tertentu.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008
klasifikasi bangunan kelas 1 berupa Bangunan gedung hunian terdiri dari :
1. Kelas 1a yaitu bangunan gedung hunian tunggal.
2. Kelas 1b yaitu rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel atau sejenisnya
3. Kelas 2 berupa Bangunan gedung hunian 2 atau lebih unit hunian.
4. Kelas 3 berupa Bangunan gedung hunian di luar bangunan gedung
5. Kelas 4 berupa Bangunan gedung hunian campuran.
6. Kelas 5 berupa Bangunan gedung kantor.
7. Kelas 6 berupa Bangunan gedung perdagangan.
8. Kelas 7 berupa Bangunan gedung penyimpanan / Gudang.
9. Kelas 8 berupa Bangunan gedung Laboratorium/Industri/Pabrik.
10. Kelas 9 berupa Bangunan gedung Umum.
11. Kelas 10 berupa Bangunan gedung atau struktur yang bukan hunian.
19
Bangunan tinggi adalah bangunan atau struktur tinggi. Bangunan tinggi
berdasarkan Gedung bertingkat pada umumnya dibagi menjadi dua, bangunan
bertingkat rendah dan bangunan bertingkat tinggi. Pembagian ini dibedakan
berdasarkan persyaratan teknis struktur bangunan. Bangunan dengan ketinggian di
atas 40 meter digolongkan ke dalam bangunan tinggi karena perhitungan
strukturnya lebih kompleks. Berdasarkan jumlah lantai, bangunan bertingkat
digolongkan menjadi bangunan bertingkat rendah (2 – 4 lantai) dan bangunan
berlantai banyak (5 – 10 lantai) dan bangunan pencakar langit beberapa standar
berkisar antara 75 kaki sampai 491 kaki (23 m hingga 150 m). Sedangkan
bangunan yang lebih dari 492 kaki atau 150 m disebut sebagai bangunan pencakar
langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki atau 4 m, sehingga bangunan
setinggi 79 kaki atau 24 m memiliki 6 tingkat. Berikut karakterisktik gedung
bertingkat menurut Mulyono (2000) dikelompokkan menjadi :
1. Gedung bertingkat rendah (Low Rise Building) Gedung bertingkat rendah
dengan jumlah lantai 1 – 3 lantai, tingginya < 10m
2. Gedung bertingkat sedang (Medium Rise Building) Bangunan bertingkat
sedang, dengan jumlah lantai 3 – 6 lantai, tingginya < 20 m
3. Gedung bertingkat tinggi (High Rise Building) Bangunan bertingkat
tinggi, dengan jumlah lantai > 6 lantai, tingginya > 20 m
Fashion Center ini termasuk pada klasifikasi Gedung bertingkat rendah
(High Rise Building), dengan perencanaan jumlah lantai 1-3.
20
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/2008 tentang “pedoman
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung” :
1. Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung
selalu laik fungsi (preventive maintenance).
2. Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau
prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative
maintenance). Pemeliharaan yang baik dapat menjadikan bangunan
mencapai service lifetime-nya. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
: 24/PRT/2008 tentang “pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan
gedung”, menjelaskan juga tentang lingkup pemeliharaan bangunan secara
arsitektural, struktural, mekanikal, elektrikal, tata ruang luar, tata graha,
pemeliharaan secara struktural mencakup.
a. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur struktur bangunan
gedung dari pengaruh korosi, cuaca, kelembaban dan pembeebanan di
luar batas kemampuan struktur serat pencemaran lainnya.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pelindung struktur.
c. Melakukan pemeriksaan berkala sebagai bagian dari perawatan
preventif.
d. Mencegah dilakukan perubahan dan atau penambahan fungsi kegiatan
yang menyebabkan meningkatnya beban yang bekerja pada bangunan
gedung, diluar batas beban yang direncanakan.
e. Melakukan cara pemeliharaan dan perbaikan struktur yang benar oleh
petugas yang mempunyai keahlian dan atau kompetensi di bidangnya.
f. Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai penggunaan yang
direncanakan.
21
dievaluasi. Melalui identifikasi dan evaluasi tersebut akan menghasilkan alternatif
solusi dalam perencanaan tapak ( Konsep perancangan arsitektur, 2016 : 32 ).
Adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam analisa tapak yaitu :
a. Lingkungan
Bagaimana kondisi lingkungan disekitar tapak, berdasarkan hasil survey
lapangan.
b. Analisa Orientasi Matahari dan Angin
Analisis ini digunakan untuk mengetahui letak dari suatu bangunan yang
dapat disesuaikan dengan lintasan matahari dan arah angin.
c. Analisa Vegetasi
Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui kesesuaian jenis tanaman
yang tepat dan dapat dikembangkan pada kawasan yang ada dalam site
sebagai pendukung seperti penunjuk arah dan pengurang polusi.
d. Analisa Aksesbilitas
Analisis aksesibilitas digunakan untuk mengetahui akses keluar masuk
dalam kawasan site maupun menghubungkan site yang satu dengan site
lainnya. Dalam analisis aksesibilitas terdapat golongan aksesibilitas tinggi,
sedang, dan rendah.
e. Analisa Kebisingan
Analisis kebisingan digunakan untuk mengetahui seberapa besar intensitas
suara yang sesuai dengan batas yang ditentukan dan disesuaikan dengan
fungsi kawasan untuk tingkat kebisingannya. Dalam analisis kebisingan
juga terdapat 3 (tiga) klasifikasi kebisingan, yaitu kebisingan tinggi,
sedang, dan rendah.
f. Analisa View
Analisis ini digunakan untuk mengetahui cara dalam mengamati suatu site
dari sisi pengamat (view to site) untuk memberi pandangan untuk luar site
(view from site).
22
2.5. Terkait Struktur Bangunan
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower
structure) dan struktur atas (upper structure). Struktur bawah (lower structure)
yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah
permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas (upper
structure) adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti
kolom, balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang
berbeda-beda di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan
terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu,
diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi
kriteria kekuatan , kenyamanan keselamatan dan umur rencana bangunan
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati beban hidup,
beban gempa, dan beban angin menjadi bahan perhitungan awal dalam
perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan arah gaya-gaya yang bekerja
pada setiap komponen struktur, kemudian dapat dilakukan analisis struktur untuk
mengetahui besarnya kapasitas penampang dan tulangan yang dibutuhkan oleh
masing-masing struktur.
Perencanaan struktur atas harus mengacu pada peraturan atau pedoman
standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang,
yaitu Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-
03.
23
bangunan lainnya di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin
kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban – beban bangunan (beban
isi bangunan), gaya-gaya luar seperti: tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain.
Disamping itu, tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang diijinkan.
Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung
beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan. Pondasi
merupakan bagian struktur dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya
adalah menopang bangunan diatasnya, maka proses pembangunannya harus
memenuhi persyaratan utama sebagai berikut:
a. Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak ke bawah.
b. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah gerak)
c. Tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca
d. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia
24
pondasi harus dapat menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan
diatasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa, dll. Untuk itu
pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami penurunan, tidak
mengalami patah, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :
a) Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain –lain
b) Lantai pecah, retak, bergelombang
c) Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan
bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya
melebihi batas-batas yang diijinkan. Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan
hal-hal berikut :
a) Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati
serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya
eksternal.
b) Jenis tanah dan daya dukung tanah.
c) Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
d) Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
e) Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.
c. GalianTanah
Galian tanah untuk pondasi dan galian-galian lainnya harus dilakukan menurut
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil yang tercantum pada gambar.
Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama dan akar-akar pohon yang terdapat
pada bagian pondasi yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang.
Bekas-bekas pipa saluran yang tidak dipakai harus disumbat.
Apabila pada lokasi yang akan dijadikan bangunan terdapat pipa air, pipa gas,
pipa-pipa pembuangan, kabel-kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih
dipergunakan, maka secepatnya diberitahukan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi atau instansai yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk
seperlunya.
25
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Apabila
ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor
harus mengisi/ mengurangi daerah tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai
dengan syarat-syarat pengisian bahan pondasi yang sesuai dengan spesifikasi
pondasi.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian
pondasi tersebut bebas dari longsoran-longosoran tanah di kiri dan kanannya (bila
perlu dilindungi oleh alat-alat penahan tanah) dan bebas dari genangan air (bila
perlu dipompa), sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai
dengan spesifikasi.
Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi selapis,
sambil disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian
kembali ini hanya boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisan
tanahnya maupun jenis tanah bekas galian tersebut.
1. Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
26
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak
mudah roboh. SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal
dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan. Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada
dua jenis yaitu kolom utama dan kolom praktis.
2. Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan
bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai
atas.Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal
3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi
merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang
bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diijinkan
Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung Bahan konstruksi
dan plat lantai Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat
(Szilard, 1974)
a) Pelat kaku
b) Membran
c) Pelat flexibel
d) Pelat tebal
b. Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari :
a) Plat Lantai Kayu
27
b) Plat Lantai Beton
c) Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen )
c. Sistem plat lantai
a) Sistem Pelat SatuSistem
b) Pelat Dua Arah
4. Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan
anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga
mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah
horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah
(Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs),
dan tangga melayang (Free Standing Stairs).
a. Bagian-Bagian struktur tangga :
a) Ibu Tangga
b) Anak Tangga
b. Jenis-jenis tangga menurut strukturnya :
a) Tangga Plat
b) Tangga Balok
c) Tangga kantilever
5. Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang
langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser
berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya.
Dan biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban
lateral tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.
6. Atap
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung
dan penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk
dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap
merupakan salah satu bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap
28
dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan
penutup. Penopang rangka atap adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk
segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.
1) Bagian – bagian atap
a. Kuda – kuda
Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen rangka batang yang
berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri
dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Kuda – kuda
merupakan penyangga utama pada struktur atap. Umumnya kuda-kuda
terbuat dari :
a) Kuda-kuda kayu
Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.
b) Kuda-kuda bambu
Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai dengan 10 m.
c) Kuda-kuda baja
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung
dapar mendukung beban atap sampai beban atap sampai dengan
bentang 75 m, seperti pada hanggar pesawat, stadion olahraga,
bangunan pabrik, dan lain-lain.
d) Kuda-kuda dari beton bertulang
Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.
Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku
tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya
horizontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban
vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap
dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati
(yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup
(angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap).
29
2.6. Terkait Utilitas Bangunan
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas Bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur unsur kenyamanan kesehatan
keselamatan, adapun jenis utilis yaitu sebagai berikut :
2.6.1 Jaringan Air Kotor
Air kotor atau air buangan adalah air yang telah selesai digunakan
oleh aktivitas manusia. Secara fisik, karakteristik air kotor dapat dikenali
dari warna, bau, suhu, dan kekeruhannya. Air kotor terdiri dari air bekas
buangan, air limbah, air limbah khusus, dan air hujan.
a. Air bekas buangan, air buangan yang bekas dipakai kegiatan mandi, atau
mencuci.
b. Air limbah, air bekas buangan yang tercampur kotoran. Harus
melewati bak penampungan.
c. Air limbah khusus, air bekas buangan rumah sakit, laboratorium, pabrik,
restoran.
d. Air hujan, air hujan yang jatuh ke tanah atau ke bangunan
30
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. kebutuhan air bersih;
b. jaringan air bersih;
c. kran umum; dan
d. hidran kebakaran
B. Persyaratan, kriteria dan kebutuhan
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus
dipenuhi adalah:
a. Penyediaan kebutuhan air bersih
a) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari
perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan
yang berlaku; dan
b) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem
penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atau sambungan halaman.
b. Penyediaan jaringan air bersih
a) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan
sambungan rumah;
b) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau
fiber glass; dan pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan
menggunakan GIP.
c. Penyediaan kran umum
a) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
b) radius pelayanan maksimum 100 meter;
c) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari;
dan
d) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991
tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
d. Penyediaan hidran kebakaran
a) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
31
b) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
c) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
d) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat
sumur-sumur kebakaran; dan
e) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-
1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
32
a. Structural Expression
Kajian bangunan Eco-Tech dengan mengedepankan bentuk bangunan
dengan struktur yang canggih yang pengaplikasiannya diintegrasikan
dengan alam.
b. Sculpting with Light
Kajian bangunan Eco-Tech fokus pada sistem pencahayaan, dimana
bangunan dengan adanya cahaya menjadi hidup dengan memanfaatkan
pencahayaan alami untuk penerangan interior bangunan
c. Energy Matters
Efisiensi energi yang dipakai menjadi salah satu fokus kajian bangunan
Eco-Tech.
d. Urban Responses
Bangunan Eco-Tech dikaji dengan melihat kepada konteks lingkungan
kota atau dengan kata lain melihat kepada respon/ tanggapan kota.
e. Making Connections
Fokus kajian bangunan Eco-Tech dengan membuat suatu hubungan
antara deain dengan lingkungan atau dengan analogi bentuk ataupun
dengan fungsi bangunan.
f. Civic Symbolism
Desain bangunan yang mengangkat kembali peranan bangunan sebagai
simbol publik dengan mengambil bentuk bangunan berbeda untuk
mencari nilai baru.
Pada perencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini menggunakan
konsep arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada Civic Symbolis yaitu penekanan
pada fasade bangunan yang bersifat ikonik dengan mengadopsi bentuk dasar dari
tameng dayak kenyah.
33
b. Pemakaian bahan bangunan yang sesuai dengan tuntutan zaman yang
memiliki kesinambungan dengan alam sekitar, yang tidak memberikan
dampak negatif dan sifat masa pakai bahan material yang tahan lama
diperhitungkan dalam suatu bangunan Eco-Tech.
c. Sistem penghawaan; menerapkan sistem penghawaan alami pada
bangunan dengan memanfaatkan desain bangunan, dan juga pengolahan
udara luar untuk dijadikan sebagai penghawaan buatan didalam
bangunan.
d. Sistem pencahayaan; dengan memanfaatkan pencahayaan alami dengan
sebaik-baiknya sebagai penerangan alami dalam bangunan.
34
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
35
dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia
atau makluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah kota Samarinda Perencaaan
Fashion Center ini masuk kedalam kawasan permukiman, hal ini tentu
berdasarkan berbagai pertimbangan yang diperhatikan. Maka pada penelitian ini
pemilihan lokasi Fashion Center selain memperhatikan kriteria yang ada dan
difokuskan pada kawasan permukiman yang tersedia pada 3 lokasi pemilihan
berada pada Kelurahan Pasar Pagi, Kelurahan Gunung Kelua, Kelurahan Sungai
Pinang Dalam.
Gambar 3.1 Peta Rencana Pola Ruang Kota Samarinda Tahun 2014-2034
Sumber: Materi Teknik Rencana Tata Ruang Kota Samarinda (RTRW) Tahun 2014-2034
36
3.3. Kondisi Lokasi
Kondisi Lokasi yang dipilih pada perencanaan Fashion Center ini
berdasarkan peraturan daerah Kota Samarinda no 2 tahun 2014 tentang rencana
tata ruang wilayah yaitu berada pada kawasan permukiman serta
mempertimbangakan kriteria yang ada :
Gambar 3.3 View Lahan tampak depan Gambar 3.4 View Lahan tampak depan
37
Lokasi lahan 1 berada di Jalan KH. Abul Hasan Kelurahan Pasar Pagi,
Kecamatan Samarinda Kota dengan panjang jalan (±) 500 meter dengan lebar
jalan 12 Meter, lebar lahan (±) 42 Meter, kondisi permukaan lahan datar 0 – 8%
dan berada di kawasan permukiman, lahan sekitar (±) 130 M dari Institut Agama
Islam Negeri Samarinda, (±) 3 km dari pusat kota.
b. Lokasi pemilihan 2
Lokasi 2 berada pada Jalan M. Yamin, Kelurahan Gunung Kelua,
Kecamatan Samarinda Ulu – Samarinda Kalimantan Timur
Gambar 3.5 Denah Lokasi 2
Gambar 3.6 View Lahan tampak depan Gambar 3.7 View Lahan tampak depan
Lokasi lahan 2 berada di Jalan M. Yamin dengan panjang jalan (±) 1,5
Kilometer, lebar jalan 15 Meter, Lebar lahan bagian depan (±) 62 Meter, kondisi
38
permukaan lahan datar 0 – 8 % serta berada di kawasan permukiman, lahan (±)
200 Meter dari Samarinda Square, (±) 900 m dari pusat kota, kanan lahan
merupakan pertokoan, kiri lahan kementrian keuangan republik Indonesia dan
depan lahan merupakan pengadilan tinggi Samarinda.
c. Lokasi pemilihan 3
Lokasi 3 berada pada Jalan Cendrawasih, Kelurahan Sungai Pinang
Dalam, Kecamatan Sungai Pinang – Samarinda Kalimantan Timur
Gambar 3.8 Denah Lokasi 3
Gambar 3.9 View Lahan tampak depan Gambar 3.10 View Lahan tampak depan
39
BAB IV
ANALISA PERENCANAAN
40
4.1.2. Analisa Kegiatan
Adapun analisa kegiatan pada perencanaan Gedung Fashion Center dikota
Samarinda yaitu sebagai berikut :
41
No Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
- Entrance
- Parkiran
Datang
Pengelola
- Loby kantor
Kabag Mengawasi kegiatan R. Kabag Umum
3 Umum dan
Mengurus dokumen R. Tata Usaha
Tata Usaha
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
- Entrance
- Parkiran
Datang
Pengelola
- Loby kantor
4 Keuangan Mengatur Keuangan R. Koor Keuangan
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
- Entrance
- Parkiran
Datang
Pengelola
- Loby kantor
Koordinator Mempromosikan dan mengatur R. Koordinator
5 Event dan pelaksanaan event Event dan
Pemasaran pemasaran
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
6 Informasi - Entrance
- Parkiran
Datang
Pengelola
- Loby kantor
Memberikan informasi R. Infomasi
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
Sumber : Hasil Analisa, 2020
42
Tabel 4.3 Kelompok Kegiatan Pengunjung
No
Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
Datang - Entrance
- Parkiran Pengunjung
- Loby Gedung
Menonton pertunjukan fashion R. Area pertunjukan
show
Mencari kebutuhan fashion R. Fashion Store
Melakukan perawatan R. Salon Kecantikan
1 Pengunjung
Melakukan pemotretan R. Studio Photo
Pendaftaran modeling R. Agency Modeling
Berolah raga R. Fitnes
Sholat Mushola
Buang air kecil & besar Toilet
Makan & minum Cafe
Pulang Parkiran Pengunjung
Sumber : Hasil Analisa, 2020
43
No Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
Membuang sampah Bak sampah
Istirahat R. Karyawan
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
Datang - Entrance
- Parkiran Pengelola
Menjaga Keamanan gedung - R. Secutiry
2 Security - Pos Jaga
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
Datang - Entrance
- Parkiran Pengelola
Mengawasi sistem MEE - R. Pompa
- R. Genset
3 Teknisi
- R. Panel listrik
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
Sumber : Hasil Analisa, 2020
44
Tabel 4.6 Besaran Ruang
A. Besaran Ruang Kelompok Utama
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
1 Loby 1,8 m²/org a. 20 orang 1 a. 1,8 x 20 = Asumsi
b. Sirkulasi 40% 36 m² dan
b. 36 + 40% referensi
= 50,4 m²
50,4 m²
252 m²
45
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
974,82 m²
28,65 m²
46,64 m²
46
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
6,00 m
8,00 m
46,64 m²
6,00 m
8,0
0m
47
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
7 R. Fitnes 200 m²/ ruang a. 1 ruang fitnes 1 a. 200 m² + DA
b. Sirkulasi 30% 30% =
10,00 m
260m²
260m²
20,
00
m
260m²
20,
00
m
48
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
9 Toilet 13,38m²/ ruang a. 5 bilik wc 3 13,38 x3 DA
umum b. 2 wastafel ruang =
(wanita) c. Sirkulasi 20% 40,14 + 20%
= 48,16 m²
48,16 m²
48,16 m²
10,8m²
49
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
22,52m²
22,52m²
2,78 m²
2,78 m²
50
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
4,00 m
128,44m²
96 m²
4,0
0m
960 m²
51
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
3,78m²
0,36 + 3,24 +
35,7=39,3m²
39,3m²
2 R. Rapat 0,36m²/org a. 12 Orang 1 a. 0,36 x 12 TSSID,
48,45m²/ Ruang b. 1 ruang rapat = 4,32m² hal 254
b. 48,
45m² x 1 =
48,45m²
c.4,32 +
48,45 =
52,77m²
52,77m²
3 R. Kabag 0,36m²/org a. 1 orang 1 a. 0,36 x 1 = TSSID,
Umum 14,4m²/ kepala 0,36m² hal 233
dan tata Ruang b. 4 orang tamu b. 0,36 x 4 =
usaha c. 1 Ruang 1,36m²
kepala c. 14,4 x 1 =
14,4m²
52
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
0,36+1,36
+14,4=
16,12m²
16,12m²
0,36+0,72
+12=
13,08m²
13,08m²
13,08m²
0,36+0,72
+12=
13,08m²
53
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
13,08m²
2,61m²
11,73 m²
4,83m²
54
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
3,00 m
13,57m²
11 R. 0,36m²/org a. 3 orang 3 a. 0,36x3 = Asumsi
Security 9m²/ruang b. 1 ruang 1,08m dan
3,00 m
c. Sirkulasi 30% b. 9x1 = 9m² referensi
c. 1,08+9+30
%=
3,0 13,10m² x
0m
3 ruang =
39,31m²
55
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
e. Sirkulasi 30% c. 2,5x1 =
2,5m²
2,50 m
d. 7,5x1 =
7,5m²
e. 0,72+0,7
2+2,5+7,
3,0
0m
5+30%
=
14,87m²
5,00m
20 Gudang 1 25 m² Asumsi
kantor dan
pengelol referensi
a
56
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
701m²
192,2m²
57
4.1.2. Hubungan ruang
Analisa hubungan ruang secara garis besar adalah total perhitungan dari
setiap ruang-ruang yang telah hitung sirkulasi besarannya, kemudian di kemas
menjadi satu dalam sebuah tabel, yang bertujuan untuk memudahkan dalam
menghubungkan ruang saling berdekatan.
Tabel 4.7 Hubungan ruang bangunan utama
No. Penggunaan
Ruang
1 Lobby
2 R. Pameran
3 R. Fashion S.
4 R. Salon K.
5 R. Photo S.
6 R. Agency M.
7 R. Kelas
8 R. Fitnes
9 Cafe
10 Area Parkir
11 Toilet Umum
12 Mushola
58
Keterangan :
: Berhubungan langsung : Berhubungan tidak langsung : Tidak berhubungan
4.1.3. Pola Hubungan Ruang
Analisa pola hubungan ruang menjelaskan arah ruang yang saling
berhubungan dengan menggunakan diagram mikro dan makro sebagai berikut :
1. Pola Hubungan Ruang Mikro
Pola hubungan ruang mikro menjelaskan keterhubungan antar ruang
didalam massa bangunan, seperti berikut :
Gambar. 4.1 Pola Hubungan Ruang Mikro
59
2. Pola Hubungan Makro
Pola hubungan ruang makro menjelaskan keterhubungan antar ruang
didalam massa bangunan, seperti berikut :
60
komponen desain berupa problem, limitasi, potensi fisik dan non fisik. Sehingga
dapat merencanakan fisik, fasilitas dan fungsi bangunan yang akan dirancang.
Berdasarkan referensi dari keaslian judul dan teori yang ada maka pemilihan
lokasi Fashion Center dikota Samarinda di dasarkan pada beberapa kriteria yang
ada.Serta berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah kota Samarinda Perencaaan
Fashion Center ini masuk kedalam kawasan permukiman, hal ini tentu
berdasarkan berbagai pertimbangan yang diperhatikan. Analisa lokasi yang sesuai
Fashion Center Samarinda menggunakan tabel berikut :
61
No Kondisi Lahan Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
(Jln. A. Hasan) (Jln.M.Yamin) (Jln. A. Yani)
Samarinda jasa permukiman permukiman
Sumber : Hasil Analisa, 2020
62
Tabel 4.10 Analisa Site
No Luas Lahan Yang Luas Lahan Efektif Lebar Gsb Gsp
Tersedia Lahan
1 5.232 m² 4.149 m² 62 m 17,5 m 10 m
Sumber : Hasil Analisa, 2020
Gambar 4.2 Lahan Efektif
63
Analisis ini memiliki pengaruh yang besar, baik pengaruh terhadap posisi
penempatan bangunan, kegiatan yang terlaksana, dan zona-zona yang dianggap
perlu atau tidaknya peran cahaya matahari terhadap Perencanaan Fashion Center
dikota Samarinda.
Gambar 4.3 Analisa Matahari
64
Gambar 4.4 Analisa Angin
65
Sumber : Hasil Analisa, 2020
4.2.7. Analisa Sirkulasi
Pada analisa ini dimaksudkan untuk mendapatkan solusi terbaik untuk
menentukan arah entrance pada site yang ada dan mencari solusi efektif bagi
pengujung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian ke site
fashion center adalah kelancaran aktifitas keluar masuk kendaraan, dan efektivitas
entrance terhadap site.
Gambar 4.6 Analisa Sirkulasi
66
Gambar 4.6 View luas site
67
4.2.10. Analisa Fasilitas Pendukung
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui fasilitas disekitar site yang dapat
mendukung perencanaan fashion center. Berikut analisa terhadap site :
Gambar 4.8 Ketersediaan fasilitas pendukung
68
Gambar 4.9 Luasan Site
Dari gambar diatas yaitu dengan luas lahan 5.232 m² dikurangi dengan
GSB maka sisa lahan efektif yang dapat dibangun yaitu 4.147 m². Berdasarkan
lahan efektif yang ada maka didapatkan KDB dan KDH sebagai berikut :
a. KDB 70% = 2.902 m²
b. KDH 30% = 1.244 m²
69
6. Organisasi Cluster, Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau
bersama-sama memanfaatkan satu cirii atau hubungan visual.
Gambar 4.10 Oraganisasi Ruang
70
Tabel 4.12 Gubahan ruang area event
b. Area belanja
Pada area pusat perbelanjaan ini difokuskan pada ruang utama sebagai fashion
store yang terbagi menjadi 3 kategori bagian yaitu, bagian anak – anak,
perempuan dan laki – laki.
Tabel 4.13 Gubahan ruang area belanja
71
Tabel 4.14 Gubahan ruang area pelayanan
72
bangunan yaitu diambil dari aktifitas fashion show yang memerlukan lintasan
yang disebut dengan catwalk, serta mengangkat simbolis dari daerah setempat
sesuai dengan penekanan pada konsep.
Simbolis dari daerah setempat diambil dari suku dayak asli dengan ciri khas
telinga panjang yang merupakan simbol kecantikan hakiki bagi wanita Suku
Dayak. Sejatinya, tradisi memanjangkan telinga adalah simbol kehormatan,
keagungan dan kesabaran bagi pemakainya.
Simbolis dari fashion diambil dari acara fashion show yang dilakukan diatas
lintasan catwalk yang digunakan model untuk berjalan memamerkan busana yang
mereka kenakan.
Identitas
73
permukaan tanah maka dinamakan struktur bawah. Pengertian umum untuk
Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung
dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah
yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di atasnya,
adapun jenis pondasi yaitu :
b. Pondasi dangkal
Yang dimaksud pondasi dangkal adalah apabila kedalaman alas
pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B <
4). Jenis pondasi ini digunakan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung
ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-2,0 m).
c. Pondasi dalam
Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah
yang keras yang dalam maka dibuat pondasi tiang pancang yang
dimasukkan ke dalam sehinggamencapai tanah keras (Df/B >10 m), tiang-
tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap.
74
pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal.
3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok
yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
4. Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat,
bordes dan anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di
atasnya. Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan
bentangan arah horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang,
tangga terjepit sebelah (Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok
tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga melayang (Free
Standing Stairs).
5. Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever
tipis yang langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral.
Biasanya dinding geser berbentuk persegi panjang, Box core suatu
tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan biasanya diletakkan di sekeliling
lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral tanpa mengganggu
penyusunan ruang dalam bangunan.
6. Atap
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang
melilndungi gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus
dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya.
Di daerah tropis atap merupakan salah satu bagian terpenting. Struktur
atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap
berfungsi menahan beban dari bahan penutup. Penopang rangka atap
75
adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk segitiga,disebut
dengan istilah kuda-kuda.
Wastafel
PDAM
BAK PENAMPUNGAN
( ground & roof tank ) Toilet
METERAN
Sprinkler
76
Pada penanganan limbah cair, air kotor yang berasal dari floor drain dan
wastafel akan disalurkan menuju bak kontrol. Kemudian air akan dialirkan
menuju sumur resapan sebelum dibuang ke saluran kota.
Pada penanganan limbah padat, kotoran yang berasal dari kloset akan
disalurkan melalui pipa limbah padat menuju septic tank. Pipa limbah padat
memiliki kemiringan 5% setiap 1 meter untuk meminimalkan reziko tersumbat.
Pada septic tank kemudian limbah akan ditampung dan diendapkan, kemudian air
akan dialirkan ke sumur resapan. Berikut skema sistem air kotor :
Bak penampungan
Air Hujan Bak kontrol Sumur resapan
air hujan
Saluran kota
77
digunakan apabila terjadi pemadaman listrik. Berikut skema sistem jaringan
listrik :
Pencahayaan
PLN
Kontrol Panel Kontrol Panel
Penghawaan
Utama permassa
Genset
Pompa
Sumber : Hasil Analisa, 2020
Sprinkler
Detector Alarm
Hydrant
Sumber : Hasil Analisa, 2020
78
bangunan-bangunan yang tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama yang paling
tinggi di antara sekitarnya.
79
Kantor ini direncanakan penghawaan menggunakan penghawaan buatan berupa
AC.
Dibakar TPA
Sumber : Hasil Analisa, 2020
80
Kelempit atau perisai berbentuk persegi enam dengan panjang sekitar satu
meter dan lebar tiga puluh sampai lima puluh centimeter, dibuat meruncing bagian
atas dan bawah, yang merupakan salah satu alat pertahanan traditional yang
digunakan sebagai tameng atau perisai dalam menghadapi musuh.
Motif yang digunakan gambar burung enggang, topeng atau disebut kalung
udo, garis lengkung dan lingkaran, dan lainnya. Pada perkembangannya kelempit
menjadi hiasan dan cinderamata yang bernilai ekonomis. Motif lengkungan dan
lingkaran mengambil motif dasar tumbuhan paku atau pakis yang daunnya masih
muda melengkung berbentuk spiral yang banyak tumbuh di Kalimantan.
Lengkungan ini simbol bahwa keturunan suku Dayak Kenyah yang tidak putus-
putusnya mempersatukan masyarakat Dayak.
Ornamen lingkaran melambangkan tiap-tiap kepala suku dan sub-sub suku
Dayak di Kalimantan. Melalui ornamen lengkung dan lingkaran ini suku Dayak
diajarkan tentang persaudaraan dan persatuan antarsuku Dayak yang harus terus
dipertahankan.
81
BAB V
KONSEP PERENCANAAN
82
Konsep parkir pada perencanaan Fashion Center berada diantara bangunan
pertujukan dan bangunan perbelanjaan yang memiliki akses langsung menuju
bangunan tersebut untuk memudahkan pengujung mencapai bangunan yang dituju
tanpa harus memutar, serta tersedianya area parkir yang dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu parkiran pengelola dan parkiran pengunjung.
Gambar 5.9 Konsep Pencapaian
83
Gambar 5.10 Konsep Vetegasi
1. Vegetasi sebagai pemecah angin berada di sebelah barat tapak, berfungsi untuk
mengurangi pergerakan angin yang terlalu kencang. Adapun jenis vegetasi
yang digunakan dengan ciri daunnya bertajuk dan lebat yaitu dipilih pohon
kiara payung
Gambar 5.11 Vegetasi Pemecah Angin
84
2. Vegetasi sebagai penyerap kebisingan diletakan pada sisi depan site yang
memiliki tingkat kebisingan cukup tinggi karena berada dekat dengan jalan
utama M. Yamin sehingga memelurkan penanganan terhadap kebisingan yang
ada menggunakan vegetasi dengan ciri bermassa daun rapat yaitu dipilih Pohon
pucuk merah, disamping sebagai penyerap kebisingan pohon pucuk merah juga
berfungsi sebagai pagar.
Gambar 5.12 Vegetasi Peredam Kebisingan
3. Vegetasi sebagai pengarah diletakan sepajang srikulasi dalam site, hal ini
bertujuan selain sebagai pengarah jalur sirkulasi sekaligus sebagai vegetasi
peneduh dengan ciri memiliki tinggi beberapa meter, maka dipilih pohon
cemara selain sebagai pengarah pergerakan, cemara memiliki fungsi lain
seperti pengontrol visual , kebisingan maupun debu dan polutan lainnya.
Gambar 5.13 Vegetasi Pengarah
85
4. Vegetasi penghias taman berfungsi sebagai daya tarik visual, peletakan pada
perencanaan fasion center ini pemanfaatan vegetasi penghias taman akan
berada pada bagia depan site sebagai salah satu visual point bagi pengujung.
Selain sebagai daya tarik visual, tanaman penghias juga berfungsi sebagai air
purifiers/ pemurni udara alami. Adapun tanaman yang dipilih yaitu lili paris,
mawar, bunga sepatu, bougenvil, Sanbang Colok dan rumput jepang.
Gambar 5.14 Vegetasi Penghias
86
2. Pandangan dari dalam ke luar
Pada konsep ini bertujuan agar pandangan dari dalam menuju luar lebih
optimal yaitu dengan cara penggunaan beberapa material kaca pada massa
bangunan yang berada dipaling depan.
87
5.3. Konsep Massa dan Gubahan Massa
Pada konsep massa perenacanaan fashion center ini yaitu penentuan letak
massa pada site untuk menentukan arah pergerakan pengunjung agar merata dan
sesuai dengan analisa yang telah dilakukan yaitu menggunakan organisasi
gubahan massa axial.
88
Pada vocal point agar memiliki ciri khas berbeda dari bangunan sekitar maka
Point Entrance dibuat mencolok dengan mengadopsi bentukan dari tameng suku
dayak. Ada pun filosofi dari dari bentuk yang diangkat sebagai referensi yaitu :
Kelempit atau perisai berbentuk persegi enam dengan panjang sekitar satu
meter dan lebar tiga puluh sampai lima puluh centimeter, dibuat meruncing bagian
atas dan bawah, yang merupakan salah satu alat pertahanan traditional yang
digunakan sebagai tameng atau perisai dalam menghadapi musuh.
Motif yang digunakan gambar burung enggang, topeng atau disebut kalung
udo, garis lengkung dan lingkaran, dan lainnya. Pada perkembangannya kelempit
menjadi hiasan dan cinderamata yang bernilai ekonomis. Motif lengkungan dan
lingkaran mengambil motif dasar tumbuhan paku atau pakis yang daunnya masih
muda melengkung berbentuk spiral yang banyak tumbuh di Kalimantan.
Lengkungan ini simbol bahwa keturunan suku Dayak Kenyah yang tidak putus-
putusnya mempersatukan masyarakat Dayak.
Ornamen lingkaran melambangkan tiap-tiap kepala suku dan sub-sub suku
Dayak di Kalimantan. Melalui ornamen lengkung dan lingkaran ini suku Dayak
diajarkan tentang persaudaraan dan persatuan antarsuku Dayak yang harus terus
dipertahankan.
89
Gambar 5.17 Konsep Bentuk Bangunan
90
Sumber : Hasil Konsep, 2020
5.5. Konsep Struktur Bangunan
Konsep struktur pada perencanaan fashion center ini terbagi menjadi 2
kategori yaitu sturktur bawah dan atas.
5.5.1 Struktur Bawah
Struktur bawah yang digunakan pada perencanaan fashion center ini yaitu
menggunakan jenis pondasi dangkal yaitu penggunaan pondasi footplat
dikarenakan kontur tanah pada site tergolong dalam tanah keras.
Gambar 5.20 Pondasi Footplat
91
5.6. Konsep Utilitas Bangunan
Konsep utilitas pada perencanaan fashion center ini terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu sebagai berikut :
5.6.1 Sistem Air Bersih
Sumber air bersih pada perencanaan fashon center dikota samarinda berasal
dari jaringan air PDAM , kemudian dialirkan ke ground water tank yang diletakan
di bawah tanah, kemudian akan dipompa ke roof tank yang letaknya lebih tinggi.
Dengan memanfaatkan gaya gravitasi, air dari roof tank kemudian akan
didistribusikan kesetiap titik yang membutuhkan air seperti wastafel, toilet,
sprinkler dan hydrant. Berikut Tabel Sistem air bersih
Tabel 5.1 Skema Sistem Air Bersih
Wastafel
PDAM
BAK PENAMPUNGAN
( ground & roof tank ) Toilet
METERAN
Sprinkler
Hydrant
92
5.6.2 Sistem Air Kotor
Jaringan air kotor dalam perencanaan fashion center terbagi menjadi dua
kelompok yaitu :
3. Limbah cair, berupa air kotor yang berasal dari floor drain dan wastafel.
4. Limbah padat, berupa air kotor yang berasal dari kloset.
Tabel 5.2 Skema Sistem Air Kotor
93
5.6.3 Sistem Air Hujan
Pada penanganan air hujan, digunakan talair yang disesuaikan dengan
bentuk atap yang digunakan, kemudian dialirkan secara vertikal menuju ke bak
penampungan air hujan untuk keperluan menyiram tanaman serta sisanya akan
dialirkan ke bak kontrol
Tabel 5.3 Skema Sistem Air Kotor
Bak penampungan
Air Hujan Bak kontrol Sumur resapan
air hujan
Saluran kota
94
5.6.4 Sistem Jaringan Listrik
Sumber listrik pada perencanaan fashion center ini berasal dari jaringan
listrik PLN dan memiliki cadangan listrik yang berasal dari genset yang
digunakan apabila terjadi pemadaman listrik.
Tabel 5.4 Sistem Jaringan Listrik
Pencahayaan
PLN
Kontrol Panel Kontrol Panel
Penghawaan
Utama permassa
Genset
Pompa
95
5.6.6 Sistem Pencahayaan
Konsep pencahayaan pada bangunan fashion center ini menggunakan 2
jenis pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan,
pengoptimalan pencahayaan alamai terdapat pada bangunan pelayanan serta pada
bangunan perbelanjaan, untuk bangunan pertunjukan diminimalkan penggunaan
pencahayaan alami karna dapat mengganggu pengguna fasilitas.
Sprinkler
Detector Alarm
Hydrant
96
Tabel 5.6 Sistem Pembuangan Sampah
Dibakar TPA
97
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Seminar tugas akhir dengan judul Perencanaan Fashion Center dikota
Samarinda yang berlokasi di Jalan. M. Yamin Kelurahan Gunung Kelua,
Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda – Kalimantan Timur. Saat ini dikota
samarinda kegiatan fashion cukup rutin diselenggarakan seperti pameran busana
atau fashion show namun masih terbatas dalam hal tempat atau prasarana untuk
pertunjukan, hal ini menunjukan peminat fashion dikota samarinda perlu
mendapatkan perhatian dari segi penyelenggaraan prasarana untuk menampung
kegiatan yang berkaitan dengan fashion.
Bangunan ini merupakan sebuah wadah untuk menyalurkan minat dan bakal
masyarakat kota Samarinda dibidang Fashion yang saat ini masih kurang
mendapatkan prasarana yang dapat menampung aktifititas kegiatan yang berkaitan
dengan Fashion. Perencanaan Fashion Center ini dapat menjadi salah satu solusi
untuk memenuhi kebutuhan yang ada saat ini yaitu prasarana untuk kegiatan
Fashion.
Perencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini menggunakan konsep
Arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada prinsip Civic Symbolism yaitu
penggunaan bahan bangunan yang besifat berkelanjutan dan mencoba untuk
mendapatkan bentuk baru yang bersikat ikonik dengan mengankat budaya
setempat, yaitu mengadaptasi dari beberapa kebudayaan suku dayak seperti
mengadopsi dari bentuk telinga perempuan dayak yang dijadikan sebagai acuan
penyusunan bangunan didalam site, serta penggunaan bentuk tameng dayak
kenyah sebagai point entrance yang kontras dengan bangunan sekitar.
Dengan perencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini diharapkan dapat
menjadi prasarana masyarakat samarinda untuk menyalurkan minat dan bakal
dibidang Fashion.
98
6.2. Saran
Berdasarkan dari penelitian yang telah dicapai maka peneliti bermaksud
memerikan saran yang dapat bermanfaat bagi instanansi maupun bagi peneliti
selanjutnya, adapun saran sebagai berikut :
1. Bagi Instansi
Perkembangan Fashion dikota samarinda saat ini perlu mendapatkan
perhatian pemerintah atau instansi terkait dikarenakan minat dan bakal
masyarakat dibidang fashion saat ini cukup berkembang dengan adanya
event fashion yang kerap diadakan dikota Samarinda. Hal ini
membuktikan masyarakat perlu adanya prasarana fasilitas yang dapat
menampung kegiatan yang berhubungan dengan fashion.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih mendalam tentang
pengumpulan data berdasarkan hasil survei lapangan dikarenakan fashion
selalu mengalami perkembangan yang cukup signifikan sehingga dapat
menjadikan ide-ide baru untuk dikembangkan dalam perencanaan
prasarana terkait fashion.
99
Daftar pustaka
100
Peraturan menteri pekerjaan umum nomor : 26/prt/m/2008 tentang persyaratan
teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
Sugiyono. (2009) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Slessor & Catrerine. (2001). Suistainable Architecture and high Technology.
Thames and Hudson, London : Thames and Hudson.
101