Anda di halaman 1dari 107

SKRIPSI

PERENCANAAN FASHION CENTER


DIKOTA SAMARINDA

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh :
Taufik Sigit Prabowo
16.11.1001.7312.043

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA
2020
Perencanaan Fashion Center Dikota Samarinda

Taufik Sigit Prabowo


Program Studi Asitektur Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Taufiksigit0709@gmail.com

Abstrak

Perkembangan Fashion dikota samarinda saat ini sedang berkembang didukung dengan
adanya beberapa kegiatan fashion yang kerap diadakan dikota samarinda, baik itu
pameran busana ataupun fashion show serta adanya agency modeling dikota Samarinda
yang rutin mengadakan dan mengikuti berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia
fashion, namun saat ini kota samarinda belum memiliki prasarana khusus yang dapat
menampung minat dan bakal masyarakat dibidang fashion.

Pencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini merupakan upaya untuk menyediakan
prasarana kegiatan fashion yang ada dikota samarinda untuk menyalurkan minat dan
bakat masyarakat dibiadang fashion. Arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada civic
symbolis digunakan pada perencanaan Fashion Center untuk menemukan bentuk baru
yang bersifat ikonik diantara bangunan sekitarnya yaitu dengan mengangkat bentuk dari
tameng dayak kenyah sebagai point entrace.

Kata Kunci : Fashion Center, Eco-Tech.

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan karunia rahmat
dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam
penyusunan Laporan Seminar Arsitektur.
Terlaksananya penyusunan Laporan Seminar Arsitektur ini dengan judul
”Perencaaan Fashion Center dikota Samarinda”, Pengerjaan Tugas Akhir ini
tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan serta saran-saran dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan
apresiasi kepada:
1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan do’a restunya hingga selesainya
penyusunan Laporan Seminar Arsitektur ini.
2. Ibu Lisa Astria Milasari, ST., MT dan Bapak Khoirul Huda, ST., MT
Selaku Dosen Pembimbing
3. Rekan-rekan Mahasiswa Arsitektur Angkatan 2016 Program Studi
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

Akhir kata saya mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan pada penulisan laporan berikutnya di masa yang akan
datang. Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
BAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB VI PENUTUP

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Busana atau biasa dikenal dengan istilah Fashion merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia, selain itu dapat mencerminkan identitas penampilan
seseorang. Busana adalah bahan tekstil yang sudah dijahit atau tidak dijahit yang
dipakai atau disampirkan untuk menutup tubuh seseorang (Arifah A.Riyanto
2003:2). Dengan perkembangan model busana saat ini maka para desainer busana
berlomba-lomba menciptakan busana sesuai tren dan nyaman.
Fashion tidak hanya berkaitan dengan gaya di dalam berpakaian tetapi juga
berkaitan dengan gaya kosmetik, aksesories, dan gaya rambut dengan maksud
menunjang penampilan seseorang. Dengan perkembangan saat ini dibidang
fashion dan fashion desainer maka munculah sekolah-sekolah fashion. Sekolah
fashion mempelajari tentang jenis-jenis busana, serta tata cara dalam berbusana.
Salah satu sekolah atau agency fashion dikota samarinda adalah
rizalfashionstyle yang berdiri sejak 2014 dengan menyediakan beberapa kelas
seperti modeling, make up, dan desaigner. Kelas dikategorikan dalam usia anak –
anak dan dewasa, selain itu rizalfashionstyle juga cukup rutin menyelenggarakan
fashion show untuk mempromosikan hasil desain buatannya beserta menampilkan
kemampuan anak didiknya.
Kegiatan Fashion Show dikota Samarinda cukup sering diadakan, baik itu
acara tunggal atau sebagai acara pengisi, tercatat sejak januari 2020 hingga maret
2020 setidakya ada 9 kali pertunjukan fashion show didua tempat pusat
perbelanjaan kota Samarinda.
Perkembangan busana dikota samarinda saat ini masih berkembang dengan
contoh adanya event fashion show yang kerap diadakan di pusat perbelanjaan atau
hotel dikota samarinda serta adanya sekolah kejuruan dengan bidang Tata Busana
seperti pada SMK Negeri 3 Samarinda di tahun ajaran 2018/2019 dengan jumlah
siswa 284 orang, SMK Negeri 11 Samarinda di tahun ajaran 2018/2019 dengan

1
jumlah siswa 60 orang dan SMK Negeri 13 Samarinda di tahun ajaran 2018/2019
dengan jumlah siswa 85 orang.
Pada Peraturan Daerah Kota Samarinda No 4 Tahun 2013 tentang
penyelenggaraan pendidikan pasal 16 ayat 3 poin b menyatakan mata pelajaran
pilihan terdiri dari kelompok keterampilan, meliputi elektro, komputer, otomotif,
jasa pembukuan, tata boga, tata busana dan pertamanan. Hal ini menjadikan Kota
Samarinda membutuhkan sarana fasilitas untuk menunjang aktifitas fashion show
dengan area catwalk, salon kecantikan, Photo Studio, fashion store, fitness, kelas
modeling dengan konsep arsitektur Eco-Tech.
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini menggunakan konsep
arsitektur Eco-Tech yaitu penggunaan teknologi berwawasan lingkungan
difokuskan pada prinsip Civic Syimbolis yaitu penekanan pada bangunan yang
bersifat ikonik dengan salah satu ciri bangunan dimaksimalkan pada simbol ciri
khas kaltim yaitu mengadopsi dari bentuk tameng dayak kenyah yang ditekan
pada pada fasade bangunan sebagai point entrance.

1.2. Rumusan Masalah


Kota Samarinda saat ini membutuhkan sarana fasilitas untuk menunjang
minat dan bakat masyarakat dibidang fashion, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: Bagaimana merencanakan Fashion Center dikota
Samarinda untuk menunjang minat dan bakat masyarakat dibidang fashion dengan
konsep Arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada prinsip Civic Syimbolis dengan
salah satu ciri simbol khas kaltim ?

1.3. Batasan Masalah


Pembatasan masalah pada penelitian ini, yaitu :
1. Fasilitas difokuskan pada area calwalk, salon kecantikan, Photo Studio,
fashion store, fitnes, kelas modeling.
2. Pada perencanaan fashion center ini meggunakan konsep arsitektur Eco-
Tech yang difokuskan pada prinsip Civic Syimbolis.

2
3. Area catwalk terbagi menjadi 3 kategori yaitu umur 3-7 tahun, 8-12
tahun, 13- dewasa.

1.4. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat wadah atau tempat Fashion
Center dikota samarinda untuk menunjang minat dan bakat masyarakat dibidang
Fashion dengan konsep arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada prinsip Civic
Syimbolis. Sasaran dari penelitian ini berupa :
1. Menyediakan fasilitas prasarana Fashion Center dikota Samarinda.
2. Merencanakan Fashion Center dengan konsep Eco-Tech fokus pada
prinsip Civic Syimbolis.
3. Tersedianya prasarana untuk menyalurkan minat dan bakat masyarkat
dibidang fashion.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat Penelitian yang hendak dicapai baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangan ide dan konsep terkait Fashion Center
b. Mengenalkan konsep Eco-Tech pada fasade bangunan
2. Manfaat praktis
a. Bagi Instansi
Memberikan rekomendasi untuk penyediaan fasilitas fashion center dikota
Samarinda sebagai salah satu konsep yang bersifat ikonik.
b. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai rancangan fasilitas fashion dikota
samarinda dengan bentuk bangunan simbolis.

3
1.6. Daftar Keaslian Judul
Tabel 1.1 Keaslian Judul

No Nama, Judul, Tahun, Universitas Hasil Perbedaan


1 Fitria Sari, Muslim Fashion Cnter di Menyediakan tempat Fokus pengguna
Banda Aceh, 2014, Skripsi, Jurusan yang mewadahi seluruh pada penelitian
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas kegiatan yang Fitria sari ditujukan
SyiahKuala Darussalam. berkaitan dengan untuk fashion
fashion muslim, serta busana muslim.
mampu memenuhi Sedangkan pada
kebutuhan masyarakat penelitian ini
akan busana muslim ditujukan untuk
yang trendi namun fashion umum.
tetap syar’i.
2 Aliyatul Himmah, Perancangan .Perancangan kembali Penelitian Aliyatul
Kembali Citra Muslim Fashion Center Citra Malang Menjadi merupakan redesain
di Malang, 2012, Thesis, Jurusan sebuah Citra Muslim citra malang yang
Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Fashion Center dengan diubah untuk fokus
Teknologi Universitas Islam Negeri skala menengah ke atas kepada busana
Maulana Malik Ibrahim Malang. dalam segi muslim dengan
perancangan yang tema metafora.
arsitektural dengan Penelitian ini
penerapan tema merupakan
Metafora. pembangunan
gedung fashion
baru dengan tema
Eco-Tech
3 Karina dan Dwi Hariadi, Peranan Tema Merancang tempat Penelitian Karina
Harajuku pada Perancangan Fashion sebagai sarana atau dan Dwi Hariadi
Senter di Surabaya, 2011, Jurnal , wadah bagi pemiat ditekanpan pada
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Fashion untuk lebih konsep harajuku.
Sipil dan Perencanaan, Institut mengembangkan Sedangkan pada
Teknologi Sepuluh November. kreatifitasnya dengan penelitian ini
penekanan konsep menggunakan pada
harajuku. konsep Eco-Tech
Sumber : hasil referensi, 2020
Dari beberapa referensi diatas menunjukan penelitian fashion center ini
menggunakan konsep Eco-Tech dengan bentuk fasade bangunan yang memiliki
sifat civic symbolism dengan mengangkat bentuk dari tameng dayak kenyah.

4
1.7. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah Ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk
mencapai pemahaman. Jalan ini harus ditetapkan secara bertanggung jawab ilmiah
dan data yang dicari untuk membangun/memperoleh pemahaman harus melalui
syarat ketelitian artinya harus dipercaya kebenarannya (Cholid Narbuko dan Abu
Achmadi,2002 : 3)
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu :

1.7.1. Sumber Data


Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian
dilakukan (Sugiyono, 2009:137).
Adapun metode pengumpulan data yang dilakakukan yaitu :
1. Observasi
a. Survey mengenai Pendidikan Tata Busana pada SMK dikota Samarinda.
b. Survey pada agency modeling dikota Samarinda.
2. Wawancara
Meliputi wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan objek
pengamatan yaitu :
a. Bapak Fauzi selaku wakil kepala Sekolah SMK Negeri 3 Samarinda
b. Ibu Riska selaku pengurus bidang tata busana SMK Negeri 14 Samarinda
c. Tata Usaha SMK Negeri 11 Samarinda
d. Aribah selaku pelajar rizalfashionstyle
e. Pihak marketing samarinda central plaza

Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan
cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur,
artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang

5
dilakukan (Sugiyono,2009:137). Dalam penelitian ini dibutukan buku, jurnal,
thesis, skripsi diantaranya :
1. Arifah A. Riyanto. (2009). Modul Dasar Busana. Thesis. Tidak dipublikasikan.
Jakarta : Universitas Indonesia.
2. Jimmy S. Juwana. (2006). Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek
dan Praktisi Bangunan. Jakarta : Erlangga.
3. Husin Sayuti. (1989). Pengantar Metodologi Riset. Jakarta : Fajar Agung.
4. Sugiyono. (2009) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
5. Peraturan Daerah Kota Samarinda No 4 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan
pendidikan.
6. Fitria Sari. (2014). Muslim Fashion Cnter di Banda Aceh. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Aceh : Universitas SyiahKuala Darussalam.
7. Aliyatul Himmah. (2012). Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center
di Malang. Thesis. Dipublikasikan. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
8. Karina dan Dwi Hariadi. (2011). Peranan Tema Harajuku pada Perancangan
Fashion Senter di Surabaya. Jurnal. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
November.
9. Slessor & Catrerine. (2001). Suistainable Architecture and high Technology.
Thames and Hudson, London : Thames and Hudson.

1.7.2. Metode Analisa Penelitian


1. Metode Analisa Program Ruang
Analisa program ruang ini meliputi kebutuhan ruang, analisa pelaku kegiatan,
analisa kegiatan, analisa besaran ruang, hubungan ruang, pola hubungan ruang,
luas kebutuhan lahan.
2. Metode Analisa Tapak
Analisa tapak ini meliputi pemilihan site, analisa ketersediaan site, analisa
kecukupan lahan, analisa orientasi arah matahari, analisa orientasi arah angin,

6
analisa kebisingan,analisa sirkulasi, analisa view, analisa vegetasi, analisa
fasilitas pendukung.
3. Metode Tinjauan KDB, KDH, Kebutuhan Luasan Site
Pada analisa ini yaitu menjelaskan tentang besaran KDH, KDH dan Kebutuhan
luasan site
4. Metode Analisa Massa dan Gubahan Massa
Pada analisa ini meliputi analisa ruang dan gubahan, analisa massa dan
gubahan massa.
5. Metode Analisa Bentuk Bangunan
Pada analisa bentuk bangunan menjelaskan filosofi bentuk dasar yang diangkat
sebagai referensi perencanaan.
6. Metode Analisa Struktur
Pada analisa Stuktur meuliputi struktur bawah dan struktur atas.
7. Metode AnalisaUtilitas Bangunan
Pada analisa utilitas ini meliputi analisa sistem air bersih, analisa sistem air
kotor, analisa sistem air hujan, analisa sistem jaringan listrik, analisa sistem
penanggulangan kebakaran, analisa sistem penangkal petir, analisa sistem
pencahayaan, analisa sistem penghawaan, analisa sistem pembuangan sampah.
8. Metode Analisa Penekanan Judul
Pada analisa ini menjelaskan tentang konsep Eco-Tech prinsip Civic Symbolis,
serta filosofi dari bentuk dasar yang dijadikan referensi bentuk bangunan.

1.7.3. Metode Konsep Penelitian


Metode konsep yang digunakan pada perencanaan Fashion Center dikota
Samarinda menggunakan konsep arsitektur Eco-Tech yaitu penggunaan teknologi
berwawasan lingkungan difokuskan pada prinsip Civic Syimbolis dengan
menggunakan salah satu ciri bangunan memaksimalkan penggunaan sistem
penghawaan dan pencahayaan alami.
Penekanan konsep arsitektur Eco-Tech pada perecanaan Fashion Center
dikota Samarinda menggunakan prinsip Civic Symbolism yaitu Desain bangunan

7
yang mengangkat kembali peranan bangunan sebagai simbol publik dengan
mengambil bentuk bangunan berbeda untuk mencari nilai baru.
Ciri-ciri bangunan Eco-Tech, yaitu :
a. Pengekspresian struktur dan konstruksi yang terintegrasi dengan
lingkungan.
b. Pemakaian bahan bangunan yang sesuai dengan tuntutan zaman yang
memiliki kesinambungan dengan alam sekitar, yang tidak memberikan
dampak negatif dan sifat masa pakai bahan material yang tahan lama
diperhitungkan dalam suatu bangunan Eco-Tech.
c. Sistem pencahayaan; dengan memanfaatkan pencahayaan alami dengan
sebaik-baiknya sebagai penerangan alami dalam bangunan.
d. Penggunaan prinsip Civic Symbolism dengan mengangat budaya
setempat untuk mencari bentuk baru yang berbeda dari lingkungan
sekitar.

1.7.4. Tahapan Rancangan Desain


Pada perencanaan Fasion Center dikota Samarinda ini adapun tapahan
rancangan desain yang dilakukan yaitu Site plan, Blok plan, Gambar Tampak,
Gambar Potongan, Denah, Perspektif.

8
1.8. Kerangka berfikir
Gambar 1.1 Kerangka berfikir

Latar Belakang
Diperlukannya sarana fasilitas untuk menunjang minat dan bakat masyarakat dibidang fashion.

Rumusan Masalah
Bagaimana merencanakan Fashion Center dikota Samarinda untuk menunjang minat dan bakat
masyarakat dibidang fashion dengan konsep Arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada prinsip
Civic Syimbolis dengan salah satu ciri simbol kaltim ?

Batasan masalah
Fasilitas difokuskan pada area catwalk, salon kecantikan, Photo Studio, fashion store, fitnes,
kelas modeling.
Perencanaan Fashion Center ini meggunakan konsep arsitektur Eco-Tech yang difokuskan
pada prinsip Civic Syimbolis
Area catwalk terbagi menjadi 3 kategori yaitu umur 3-7 tahun, 8-12 tahun, 13- dewasa.

Tujuan dan Sasaran


Membuat wadah atau tempat Fashion Center dikota samarinda untuk menunjang minat dan
bakar masyarakat dibidang Fashion dengan konsep arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada
prinsip Civic Syimbolis.
Menyediakan fasilitas Gedung Fashion Center dikota Samarinda.
Merencanakan Gedung Fashion Center dengan konsep Eco-Tech fokus pada prinsip Civic
Syimbolis.
Tersedianya sarana untuk menyalurkan minat dan bakat masyarkat dibidang fashion.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Manfaat Teoritis Manfaat Praktis


1.Memberikan sumbangan ide dan konsep 1. Bagi Instansi : Memberikan rekomendasi
terkait fashion center untuk penyediaan fasilitas fashion center
2. Mengenalkan konsep Eco-Tech pada dikota Samarinda
fasade bangunan 2. Bagi Masyarakat : Memberikan informasi
rancangan fasilitas fashion center

Analisa Perencanaan

Analisa Program Ruang Analisa Massa dan Gubahan Massa


Analisa Tapak Analisa Bentuk Bangunan
Analisa Tinjauan KDB, KDH, Kebutuhan Analisa Struktur dan Utilitas Bangunan
Luasan Site Analisa Penekanan Judul
9
Konsep Perencanaan
Konsep Penataan Tapak Konsep Bentuk Bangunan
Konsep KDB dan KDH Konsep Struktur da Utilitas Bangunan
Gambar

1.9. Sistematik Pembahasan


Pembahasan yang dilakukan dalam pembahasan ini terbagi kedalam bagian-
bagian utama yang masing-masing berisikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang hal-hal yang melatar belakangi pemilihan judul,
permasalahan-permasalahan, tujuan, sasaran, manfaat, lingkup pembahasan serta
kerangka berpikir dalam proses perumusan konsep perencanaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang tinjauan terkait judul, tinjauan terkait Fasion, tinjauan terkait
gedung, tinjauan terkait gedung bertingkat, tinjauan terkait struktur bangunan
bertingkat.
BAB III TINJAUAN LOKASI
Berisi tentang tinjauan lokasi yang akan direncanakan yang difokuskan
dikota Samarinda untuk mengetahui data, peraturan, persyaratan bangunan pada
lokasi tersebut agar bangunan sah menempati lokasi yang telah dipilih.
BAB IV ANALISA PERENCANAAN
Berisi tentang analisa perencanaan dasar berupa analisa program ruang,
tapak, KDB KDH kebutuhan luasa site, Massa dan Gubahan, Bentuk Bangunan,
Struktur dan Utilitas bangunan, Penekanan Judul.
BAB V KONSEP PERENCANAAN
Berisi tentang dasar perencanaan berupa Penataan tapak, KDB & KDH,
Massa dan Gubahan Massa, Bentuk Bangunan, Struktur dan Utilitas bangunan,
Penekanan Judul.
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari penulisan bab 1 sampai dengan bab v

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Terkait Judul


Fashion Center merupakan tampat atau wadah sebagai prasarana fasilitas
untuk menunjang minat dan bakat dibidang fashion seperti fashion show dengan
area catwalk, salon kecantikan, Photo Studio, fashion store, fitness, kelas
modeling dengan penekanan konsep arsitektur Eco Tech fokus pada prinsip Civic
Syimbolis yang mengangakat bentuk dasar dari tameng dayak kenyah.

2.2. Tinjauan Mengenai Fashion Center


Berikut beberapa definisi terkait fashion :
a. Fashion atau Busana adalah bahan tekstil yang sudah dijahit atau
tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan untuk menutup tubuh
seseorang (Arifah A.Riyanto 2003:2)
b. Fashion berasal dari bahasa inggris, yang artinya cara, kebiasaan, atau
mode. Fashion adalah busana yang menentukan penampilan
seseorang dalam suatu acara tertentu, sehingga terlihat berbeda dari
sebelumnya (adhe, 2008)
c. Fashion sendiri dapat diartikan bagian dari identitas perubahan era
atau zaman. Dan dalam konsepsi lain Fashion dapat didefinisikan
sebagai gaya hidup atau identitas seseorang di dalam lingkungannya,
lebih dari itu Fashion seperti dapat berarti menjadi bagian penting
dalam pembentukan identitas seperti, komunitas punk yang selalu
tampil dengan rambut Mohawknya, karena inilah bentuk identitas

11
Fashion yang sebenarnya, bukan hanya terletak pada model tapi jelas
konsistensinya dalam membangun image penggunanya. (andi,2009)
d. Fashion adalah proses penyebatan sosial dimana sebuah gaya baru
diadopsi oleh kelompok konsumen (solomon, consumer behaviour:
european perspective fashion,2010)
Berdasarkan pengertiann diatas, Busana atau yang biasa dikenal dengan
Fashion adalah gaya didalam berpakaian seseorang yang dapat menggambarkan
identitas penampilan penggunanya.

Sedangkan pada Pusat dalam istilah center merupakan pokok pangkal atau
yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dan sebagainya) (KBBI
daring edisi III)
Berdasarkan pengertian diatas, center dapat diartikan sebagai suatu pusat
dari suatu hal tertentu. Fashion center berarti sebuah pusat tempat atau wadah
sebagai prasarana fasilitas yang berkaitan dengan fashion.

2.2.1 Definisi Fashion Show


Fashion Show atau peragaan busaa adalah salah satu kegiatan dalam dunia
fashion yang bertujuan untuk meningkatkan pemasaran dengan cara
memperkenalkan karya dari perancang atau merek kepada konsumen. Dalam
peragaan busana ini model akan bergantian untuk berjalan diatas catwalk
memperagakan busana yang akan dipromosikan.
Ketinggian panggung untuk fashion show biasanya tidak lebih dari 12
inci –18 inci dari lantai (Pegler, 2010). Biasanya panggung untuk fashion
show tidak memiliki perbedaan tinggi pada area catwalk dan seharusnya
sebaiknya berwarna putih atau hitam. (Ejfoundation 2011)
Fashion show biasanya dibagi menjadi tiga tipe yaitu :
a. Production show ( pertunjukan produksi )
Production show menampilkan produksi seperti sebuah theater
lengkap dengan beberapa atau seluruh daru elemen panggung dramatic.
Biaya dan waktu diberikan lebih kepada pementasan dan pencahayaan.

12
Model dapat dilihat sebagai bagian dari pemain dan dijadikan sebagai
hiburan dari sebuah acara. Fashion show harus dapat memberikan
informasi dan menghibur penonton. Namun production show lebih
cenderung kepada hiburan.

b. Formal Show ( pertunjukan formal )


Elemen penting yang memadai formal show adalah adanya catwalk
dan model yang berjalan diatasnya. Penonton langsung melihat model
dan fashion yang sedang diperagakannya langsung dari area catwalk.
Pertunjukan formal fashion show memiliki konsep tertentu yang
disesuaikan dengan tema perancangan fashion tersebut, fokus utama
dalam acara ini adalah pakaian ataupun aksesoris yang ingin ditampilkan
dan di perdagangkan.
c. Informal Show ( pertunjukan tidak formal )
Pertunjukan informal show adalah pagelaran busana yang tidak
membutuhkan persiapan yang sangat khusus di dalam menyelenggarakan
kegiatannya. Peraggaan busana bukan menjadi acara utama dalam sebuah
acara, melainkan hanya sebagai selingan atau tambahan dalam sebuah
acara tersebuka.

2.2.2 Definisi dan Jenis Catwalk


Catwalk adalah salah satu cara yang biasa digunakan pada saat pameran
busana berlangsung dengan cara model memperagakan busana yang ingin
dipertunjukkan. Sifat kegiatan peragaan busana ini secara garis besar dapat
dibedakan menjadi dua tipe:
a. Terbuka
Peragaan busana ini ditunjukan untuk umum (tanpa dikenakan biaya)
yang diadakan serta berkala untuk memperkenalkan fashion terbaru.
b. Tertutup
Peragaan busana ini bersifat eksklusif yang diadakan dalam area /
ruangan khusus (dikenakan biaya), pada umumnya merupakan hasil

13
karya busana seorang perancang ternama atau sebuah brand untuk
memperkenalkan hasil karya yang terbaru.

Gambar 2.1 Catwalk tertutup dan terbuka


Sumber : Hasil Referensi,2020

Tipe catwalk dibagi menjadi dua, yaitu:


a. Catwalk dengan ketinggian sejajar lantai
Model panggung peragaan busana seperti ini biasa dipakai untuk
peragaan busana skala kecil dengan jumlah penonton yang terbatas. Alur
jalan model ditentukan oleh pengaturan kursi penonton.

Gambar 3.2 Catwalk Sejajar Lantai


Sumber : Hasil Referensi, 2020

14
b. Catwalk menggunakan platform
Biasa digunakan untuk acara yang lebih khusus. Tidak mempunyai
standar bentuk yang baku. Lebar standart untuk jalan 2 orang.

Gambar 4.3 Catwalk Menggunakan Platform


Sumber : Hasil Referensi, 2020

2.2.3 Definisi dan Tipe Salon Kecantikan


Kata Salon berasal sari bahasa inggris yang artinya ruangan kemudian
berkembang menjadi beauty salon yang artinya ruangan kecantikan. Salon artinya
tempat untuk menata rambut (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1996 : 1026)
Salon Kecantikan adalah sarana pelayanan unum yang berhubungan dengan
perawatan kecantikan dan kosmetik baik untuk pria maupun wanita. Salon
Kecantikan berkaitan dengan perawatan rambut, kulit, estetika wajah dan
sebagainya yang berhubungan dengan pelayanan kecantikan tubuh
(Kusumadewi,2001).
Salon tergolong dalam beberapa tipe, antaranya :
a. Beauty Salon

15
Beauty Salon Beauty salon tidak hanya menawarkan servis untuk rambut
saja, namun juga mencakup perawatan kulit tubuh, perawatan kuku
tangan dan kaki, perawatan muka, pengaplikasian kosmetik, hair removal
dan sebagainya yang berhubungan dengan kecantikan tubuh.

Gambar 5.4 Beauty Salon


Sumber : Hasil Referensi, 2020

b. Hair Salon
Hair Salon tidak menawarkan perawatan lain seperti perawatan kuku,
perawatan kulit, dan lain-lain seperti halnya Beauty Salon. Namun hanya
menawarkan servis khusus yang berhubungan dengan perawatan rambut
saja, seperti pemangkasan rambut, penataan, pewarnaan, pencucian dan
perawatan spesial seperti penyambungan rambut (hair extensions) atau
penghilangan rambut di daerah tertentu (hair removal).

16
Gambar 6.5 Hair Salon
Sumber : Hasil Referensi, 2020

c. Salon & Day Spa


Salon & Day Spa memiliki banyak kesamaan dengan beauty Salon
karena terdapat segala jenis perawatan kecantikan seperti perawatan kulit
tubuh, perawatan kuku tangan dan kaki, perawatan muka, pengaplikasian
kosmetik, hair removal dan sebagainya. Namun pada Salon dan Day Spa
juga memiliki perawatan intensif dari sebuah Spa, seperti reflexy,
pemijatan tubuh, dan lainnya yang berhubungan dengan relaksasi.
Adanya Salon & Day Spa memenuhi kebutuhan pelanggan yang ingin
tampil cantik dan juga mendapatkan relaksasi.

Gambar 7.6 Salon & Day Spa


Sumber : Hasil Referensi, 2020

2.2.4 Tinjauan Mengenai Photo Studio


Photo Studio dalam fotografi berarti ruangan yang dirancang khusus untuk
pemotretan. Dinding studio biasanya dirancang agar sisi tertentu dapat ditukar
dengan dinding bergambar atau berwarna khusus untuk keperluan pemotretan.

17
Di ruangan ini selain tersedia gambar sebagai latar dengan warna-warni dan
pemandangan tertentu, biasanya terdapat lampu sorot sebagai pelengkap untuk
mendapatkan efek tertentu pada hasil foto.

Gambar 8.7 Photo Studio


Sumber : Hasil Referensi, 2020

2.2.5 Definisi Fashion Store


Fashion Store dapat diartikan sebagai tempat penjualan segala kebutuhan
yang berkaitan dengan fashion seperti pakaian, alat makeup, sepatu, tas serta
aksesoris pelengkap lainnya untuk kebutuhan kecantikan, termasuk adanya butik
didalamnya.
Butik (nomina) adalah toko pakaian eksklusif yg menjual pakaian modern
berikut segala kelengkapannya (terutama untuk wanita) yang sesuai dengan mode
mutakhir. Selain menyediakan pakaian dan pelengkapnya juga menyediakan
bahan pakaian. yang termasuk dalam pelengkap pakaian yaitu antara lain: sepatu,
sandal, macam-macam tas, selendang, ikat pinggang, manset, hairpiece, dasi, dan
macam-macam perhiasan ( KBBI, Daring edisi III). Sementara, menurut Arifah A.
Riyanto (2003:120) mengemukakan bahwa “Butik adalah suatu usaha pembuatan
busana dengan jahitan kualitas tinggi dengan penjualan pelengkap busananya”

18
2.3. Peraturan Terkait Bangunan Gedung
Bangunan Gedung adalah bangunan yang didirikan atau diletakan dalam
sautu lingkungan sebagai atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan
atau perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya (Kepmen no. 10/KPTS/2000).
Dari pengertian diatas, maka Gedung merupakan suatu bentuk wujud fisik
pekerjaan konstruksi yang sengaja di bangun untuk mewadai segala aktifitas
manusia serta untuk kepentingan tertentu.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008
klasifikasi bangunan kelas 1 berupa Bangunan gedung hunian terdiri dari :
1. Kelas 1a yaitu bangunan gedung hunian tunggal.
2. Kelas 1b yaitu rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel atau sejenisnya
3. Kelas 2 berupa Bangunan gedung hunian 2 atau lebih unit hunian.
4. Kelas 3 berupa Bangunan gedung hunian di luar bangunan gedung
5. Kelas 4 berupa Bangunan gedung hunian campuran.
6. Kelas 5 berupa Bangunan gedung kantor.
7. Kelas 6 berupa Bangunan gedung perdagangan.
8. Kelas 7 berupa Bangunan gedung penyimpanan / Gudang.
9. Kelas 8 berupa Bangunan gedung Laboratorium/Industri/Pabrik.
10. Kelas 9 berupa Bangunan gedung Umum.
11. Kelas 10 berupa Bangunan gedung atau struktur yang bukan hunian.

Maka berdasarkan klasifikasi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan


Fashion Store dikota Samarinda ini termasuk dalam klasifikasi Kelas 6 yaitu
bangunan gedung perdagangan atau bangunan gedung lain yang dipergunakan
untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau pelayanan kebutuhan
langsung kepada masyarakat.

A. Tinjauan Gedung Bertingkat

19
Bangunan tinggi adalah bangunan atau struktur tinggi. Bangunan tinggi
berdasarkan Gedung bertingkat pada umumnya dibagi menjadi dua, bangunan
bertingkat rendah dan bangunan bertingkat tinggi. Pembagian ini dibedakan
berdasarkan persyaratan teknis struktur bangunan. Bangunan dengan ketinggian di
atas 40 meter digolongkan ke dalam bangunan tinggi karena perhitungan
strukturnya lebih kompleks. Berdasarkan jumlah lantai, bangunan bertingkat
digolongkan menjadi bangunan bertingkat rendah (2 – 4 lantai) dan bangunan
berlantai banyak (5 – 10 lantai) dan bangunan pencakar langit beberapa standar
berkisar antara 75 kaki sampai 491 kaki (23 m hingga 150 m). Sedangkan
bangunan yang lebih dari 492 kaki atau 150 m disebut sebagai bangunan pencakar
langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki atau 4 m, sehingga bangunan
setinggi 79 kaki atau 24 m memiliki 6 tingkat. Berikut karakterisktik gedung
bertingkat menurut Mulyono (2000) dikelompokkan menjadi :
1. Gedung bertingkat rendah (Low Rise Building) Gedung bertingkat rendah
dengan jumlah lantai 1 – 3 lantai, tingginya < 10m
2. Gedung bertingkat sedang (Medium Rise Building) Bangunan bertingkat
sedang, dengan jumlah lantai 3 – 6 lantai, tingginya < 20 m
3. Gedung bertingkat tinggi (High Rise Building) Bangunan bertingkat
tinggi, dengan jumlah lantai > 6 lantai, tingginya > 20 m
Fashion Center ini termasuk pada klasifikasi Gedung bertingkat rendah
(High Rise Building), dengan perencanaan jumlah lantai 1-3.

B. Tinjauan mengenai Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


Berdasarkan undang-undang reublik Indonesai no 28 tahun 2002 tentang
bangunan Gedung yaitu Perawatan merupakan kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau
prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan “menjaga dan merawat baik-
baik”. Program manajemen pemeliharaan bangunan pada umumnya bergantung
dari fungsinya, misalnya bangunan rumah tinggal, rumah sakit, sekolah/kampus,
dan lain sebagainya.

20
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/2008 tentang “pedoman
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung” :
1. Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung
selalu laik fungsi (preventive maintenance).
2. Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau
prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative
maintenance). Pemeliharaan yang baik dapat menjadikan bangunan
mencapai service lifetime-nya. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
: 24/PRT/2008 tentang “pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan
gedung”, menjelaskan juga tentang lingkup pemeliharaan bangunan secara
arsitektural, struktural, mekanikal, elektrikal, tata ruang luar, tata graha,
pemeliharaan secara struktural mencakup.
a. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur struktur bangunan
gedung dari pengaruh korosi, cuaca, kelembaban dan pembeebanan di
luar batas kemampuan struktur serat pencemaran lainnya.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pelindung struktur.
c. Melakukan pemeriksaan berkala sebagai bagian dari perawatan
preventif.
d. Mencegah dilakukan perubahan dan atau penambahan fungsi kegiatan
yang menyebabkan meningkatnya beban yang bekerja pada bangunan
gedung, diluar batas beban yang direncanakan.
e. Melakukan cara pemeliharaan dan perbaikan struktur yang benar oleh
petugas yang mempunyai keahlian dan atau kompetensi di bidangnya.
f. Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai penggunaan yang
direncanakan.

2.4. Teori Mengenai analisa tapak ( cari yang ada sumbernya )


Tapak bertujuan untuk mengindentifikasi semua faktor – faktor yang
mempengaruhi bangunan dalam suatu tapak yang kemudian faktor tersebut

21
dievaluasi. Melalui identifikasi dan evaluasi tersebut akan menghasilkan alternatif
solusi dalam perencanaan tapak ( Konsep perancangan arsitektur, 2016 : 32 ).
Adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam analisa tapak yaitu :
a. Lingkungan
Bagaimana kondisi lingkungan disekitar tapak, berdasarkan hasil survey
lapangan.
b. Analisa Orientasi Matahari dan Angin
Analisis ini digunakan untuk mengetahui letak dari suatu bangunan yang
dapat disesuaikan dengan lintasan matahari dan arah angin.
c. Analisa Vegetasi
Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui kesesuaian jenis tanaman
yang tepat dan dapat dikembangkan pada kawasan yang ada dalam site
sebagai pendukung seperti penunjuk arah dan pengurang polusi.
d. Analisa Aksesbilitas
Analisis aksesibilitas digunakan untuk mengetahui akses keluar masuk
dalam kawasan site maupun menghubungkan site yang satu dengan site
lainnya. Dalam analisis aksesibilitas terdapat golongan aksesibilitas tinggi,
sedang, dan rendah.
e. Analisa Kebisingan
Analisis kebisingan digunakan untuk mengetahui seberapa besar intensitas
suara yang sesuai dengan batas yang ditentukan dan disesuaikan dengan
fungsi kawasan untuk tingkat kebisingannya. Dalam analisis kebisingan
juga terdapat 3 (tiga) klasifikasi kebisingan, yaitu kebisingan tinggi,
sedang, dan rendah.
f. Analisa View
Analisis ini digunakan untuk mengetahui cara dalam mengamati suatu site
dari sisi pengamat (view to site) untuk memberi pandangan untuk luar site
(view from site).

22
2.5. Terkait Struktur Bangunan
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower
structure) dan struktur atas (upper structure). Struktur bawah (lower structure)
yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah
permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas (upper
structure) adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti
kolom, balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang
berbeda-beda di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan
terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu,
diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi
kriteria kekuatan , kenyamanan keselamatan dan umur rencana bangunan
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati beban hidup,
beban gempa, dan beban angin menjadi bahan perhitungan awal dalam
perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan arah gaya-gaya yang bekerja
pada setiap komponen struktur, kemudian dapat dilakukan analisis struktur untuk
mengetahui besarnya kapasitas penampang dan tulangan yang dibutuhkan oleh
masing-masing struktur.
Perencanaan struktur atas harus mengacu pada peraturan atau pedoman
standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang,
yaitu Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-
03.

2.5.1 Struktur Bawah


Struktur bawah gedung umumnya terdapat beberapa pekerjaan, yaitu:
Pondasi, Galian tanah, Pile cap dan sloof, Raft Fondation, Urug tanah kembali
dan pemadatan tanah
1. Pondasi
Pengertian umum untuk Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di
bawah permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian

23
bangunan lainnya di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin
kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban – beban bangunan (beban
isi bangunan), gaya-gaya luar seperti: tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain.
Disamping itu, tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang diijinkan.
Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung
beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan. Pondasi
merupakan bagian struktur dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya
adalah menopang bangunan diatasnya, maka proses pembangunannya harus
memenuhi persyaratan utama sebagai berikut:
a. Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak ke bawah.
b. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah gerak)
c. Tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca
d. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia

2. Jenis-jenis struktur bawah (Pondasi)


Secara umum jenis-jenis struktur bawah (pondasi) dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu : pondasi dangkal, sumuran, dan pondasi dalam.
a. Pondasi dangkal
Yang dimaksud pondasi dangkal adalah apabila kedalaman alas pondasi
(Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4). Jenis
pondasi ini digunakan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah >
2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-2,0 m).
b. Pondasi dalam
Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang
keras yang dalam maka dibuat pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke
dalam sehinggamencapai tanah keras (Df/B >10 m), tiang-tiang tersebut
disatukan oleh poer/pile cap.
Struktur bawah bangunan pondasi terdiri dari pondasi dan tanah pendukung
pondasi. Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan
meneruskan beban bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu sistem

24
pondasi harus dapat menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan
diatasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa, dll. Untuk itu
pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami penurunan, tidak
mengalami patah, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :
a) Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain –lain
b) Lantai pecah, retak, bergelombang
c) Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan
bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya
melebihi batas-batas yang diijinkan. Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan
hal-hal berikut :
a) Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati
serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya
eksternal.
b) Jenis tanah dan daya dukung tanah.
c) Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
d) Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
e) Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.

c. GalianTanah
Galian tanah untuk pondasi dan galian-galian lainnya harus dilakukan menurut
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil yang tercantum pada gambar.
Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama dan akar-akar pohon yang terdapat
pada bagian pondasi yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang.
Bekas-bekas pipa saluran yang tidak dipakai harus disumbat.
Apabila pada lokasi yang akan dijadikan bangunan terdapat pipa air, pipa gas,
pipa-pipa pembuangan, kabel-kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih
dipergunakan, maka secepatnya diberitahukan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi atau instansai yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk
seperlunya.

25
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Apabila
ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor
harus mengisi/ mengurangi daerah tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai
dengan syarat-syarat pengisian bahan pondasi yang sesuai dengan spesifikasi
pondasi.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian
pondasi tersebut bebas dari longsoran-longosoran tanah di kiri dan kanannya (bila
perlu dilindungi oleh alat-alat penahan tanah) dan bebas dari genangan air (bila
perlu dipompa), sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai
dengan spesifikasi.
Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi selapis,
sambil disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian
kembali ini hanya boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisan
tanahnya maupun jenis tanah bekas galian tersebut.

2.5.2 Stuktur atas


Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang
berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat,
balok,dinding geser dan tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang
sangat penting. Adapun bagian-bagian struktur atas antara lain :

1. Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat

26
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak
mudah roboh. SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal
dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan. Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada
dua jenis yaitu kolom utama dan kolom praktis.
2. Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan
bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai
atas.Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal
3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi
merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang
bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diijinkan
Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung Bahan konstruksi
dan plat lantai Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat
(Szilard, 1974)
a) Pelat kaku
b) Membran
c) Pelat flexibel
d) Pelat tebal
b. Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari :
a) Plat Lantai Kayu

27
b) Plat Lantai Beton
c) Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen )
c. Sistem plat lantai
a) Sistem Pelat SatuSistem
b) Pelat Dua Arah
4. Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan
anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga
mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah
horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah
(Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs),
dan tangga melayang (Free Standing Stairs).
a. Bagian-Bagian struktur tangga :
a) Ibu Tangga
b) Anak Tangga
b. Jenis-jenis tangga menurut strukturnya :
a) Tangga Plat
b) Tangga Balok
c) Tangga kantilever
5. Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang
langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser
berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya.
Dan biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban
lateral tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.
6. Atap
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung
dan penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk
dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap
merupakan salah satu bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap

28
dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan
penutup. Penopang rangka atap adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk
segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.
1) Bagian – bagian atap
a. Kuda – kuda
Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen rangka batang yang
berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri
dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Kuda – kuda
merupakan penyangga utama pada struktur atap. Umumnya kuda-kuda
terbuat dari :
a) Kuda-kuda kayu
Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.
b) Kuda-kuda bambu
Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai dengan 10 m.
c) Kuda-kuda baja
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung
dapar mendukung beban atap sampai beban atap sampai dengan
bentang 75 m, seperti pada hanggar pesawat, stadion olahraga,
bangunan pabrik, dan lain-lain.
d) Kuda-kuda dari beton bertulang
Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.
Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku
tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya
horizontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban
vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap
dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati
(yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup
(angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap).

29
2.6. Terkait Utilitas Bangunan
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas Bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur unsur kenyamanan kesehatan
keselamatan, adapun jenis utilis yaitu sebagai berikut :
2.6.1 Jaringan Air Kotor
Air kotor atau air buangan adalah air yang telah selesai digunakan
oleh aktivitas manusia. Secara fisik, karakteristik air kotor dapat dikenali
dari warna, bau, suhu, dan kekeruhannya. Air kotor terdiri dari air bekas
buangan, air limbah, air limbah khusus, dan air hujan.
a. Air bekas buangan, air buangan yang bekas dipakai kegiatan mandi, atau
mencuci.
b. Air limbah, air bekas buangan yang tercampur kotoran. Harus
melewati bak penampungan.
c. Air limbah khusus, air bekas buangan rumah sakit, laboratorium, pabrik,
restoran.
d. Air hujan, air hujan yang jatuh ke tanah atau ke bangunan

2.6.2 Jaringan Air Bersih


Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi
persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan
harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang
diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata
cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan.   
Beberapa ketentuan yang terkait adalah:  
a. SNI  03-2399-1991  tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK
Umum.  
b. SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.

A. Jenis Element Perencanaan

30
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. kebutuhan air bersih; 
b. jaringan air bersih;  
c. kran umum; dan   
d. hidran kebakaran
B. Persyaratan, kriteria dan kebutuhan 
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus
dipenuhi adalah:
a. Penyediaan kebutuhan air bersih  
a) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari
perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan
yang berlaku; dan
b) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem
penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atau sambungan halaman.  
b. Penyediaan jaringan air bersih  
a) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan
sambungan rumah;
b) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau
fiber glass; dan pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan
menggunakan GIP.  
c. Penyediaan kran umum   
a) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
b) radius pelayanan maksimum 100 meter;  
c) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari;
dan  
d) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 
tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.  
d. Penyediaan hidran kebakaran   
a) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;  

31
b) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;  
c) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;  
d) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat
sumur-sumur kebakaran; dan  
e) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-
1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.

2.7. Tinjauan Mengenai arsitektur Eco Tech


Menurut Heinz frick (2005) Eco-Tech berasal dari kata ekologi dan
teknologi. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang memperlajari hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya, sedangkan teknologi
dapat didefinisikan sebagai studi aktivitas yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam dunia materi.
Arsitektur Eco-Tech dapat diartikan sebagai arsitektur dengan teknologi
yang berwawasan lingkungan. Pada prinsipnya Eco-Tech merupakan
gabungan dari teknologi dan ekologi. Pada dasarnya prinsip Eco-Tech
penjabarannya hampir sama dengan Eko- Arsitektur :
a. Holistis, berhubungan dengan sistem secara keseluruhan, sebagai
suatu kesatuan yang lebih penting dari sekadar kumpulan bagian.
b. Memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan)
dan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
c. Pembangunan sebagai proses yang bersifat dinamis dan bukan
sebagai kenyataan tertentu yang statis.
d. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keuntungan
kedua belah pihak.

2.7.1 Kajian Bangunan Eco-Tech


Menurut Slessor (1997), kajian bangunan Eco-Tech dilihat dari beberapa
pengelompokan konsep bangunan Eco-Tech, yaitu :

32
a. Structural Expression
Kajian bangunan Eco-Tech dengan mengedepankan bentuk bangunan
dengan struktur yang canggih yang pengaplikasiannya diintegrasikan
dengan alam.
b. Sculpting with Light
Kajian bangunan Eco-Tech fokus pada sistem pencahayaan, dimana
bangunan dengan adanya cahaya menjadi hidup dengan memanfaatkan
pencahayaan alami untuk penerangan interior bangunan
c. Energy Matters
Efisiensi energi yang dipakai menjadi salah satu fokus kajian bangunan
Eco-Tech.
d. Urban Responses
Bangunan Eco-Tech dikaji dengan melihat kepada konteks lingkungan
kota atau dengan kata lain melihat kepada respon/ tanggapan kota.
e. Making Connections
Fokus kajian bangunan Eco-Tech dengan membuat suatu hubungan
antara deain dengan lingkungan atau dengan analogi bentuk ataupun
dengan fungsi bangunan.
f. Civic Symbolism
Desain bangunan yang mengangkat kembali peranan bangunan sebagai
simbol publik dengan mengambil bentuk bangunan berbeda untuk
mencari nilai baru.
Pada perencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini menggunakan
konsep arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada Civic Symbolis yaitu penekanan
pada fasade bangunan yang bersifat ikonik dengan mengadopsi bentuk dasar dari
tameng dayak kenyah.

2.7.2 Ciri-ciri bangunan Eco-Tech


a. Pengekspresian struktur dan konstruksi yang terintegrasi dengan
lingkungan.

33
b. Pemakaian bahan bangunan yang sesuai dengan tuntutan zaman yang
memiliki kesinambungan dengan alam sekitar, yang tidak memberikan
dampak negatif dan sifat masa pakai bahan material yang tahan lama
diperhitungkan dalam suatu bangunan Eco-Tech.
c. Sistem penghawaan; menerapkan sistem penghawaan alami pada
bangunan dengan memanfaatkan desain bangunan, dan juga pengolahan
udara luar untuk dijadikan sebagai penghawaan buatan didalam
bangunan.
d. Sistem pencahayaan; dengan memanfaatkan pencahayaan alami dengan
sebaik-baiknya sebagai penerangan alami dalam bangunan.

Salah satu ciri-ciri bangunan Eco-Tech yaitu pemakaian bahan bangunan


yang sesuai dengan tuntutan zaman dan memiliki kesinambungan dengan alam
sekitar. Hal ini bisa dijawab dengan penggunaan bahan bangunan yang ekologis,
yaitu dengan syarat sebagai berikut :
a. Penggunaan energi sesedikit mungkin pada eksploitasi dan
pembuatannya.
b. Dapat dikembalikan kepada alam sebagai bagian dari peredaran alam.
c. Pencemaran lingkungan yang dapat digunakan lagi, bahan bangunan
yang tidak dapat dihasilkan lagi tetapi dengan persiapan khusus bahan itu
dapat digunakan lagi sesuai dengan kebutuhan seperti tanah liat,
lempung, tras, kapur, batu kali, batu alam, dsb.
d. Bahan bangunan buatan yang dapat didaur ulang (recycling), bahan
bangunan yang didapat dari limbah, sampah, potongan bahan sintesis,
kaca, seng, dsb.

34
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI

3.1. Kriteria Lokasi Fashion Center


Berdasarkan referensi dari keaslian judul dan teori yang ada maka pemilihan
lokasi Fashion Center dikota Samarinda di dasarkan pada kriteria pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :
1. Potensi Lokasi
Berdasarkan perkembangan Fashion dikota samarida saat ini menjadikan
Fashion Center dikota Samarinda memiliki potensi yang baik untuk
menunjang minat dan bakat masyarakat Samarinda.
2. Fungsi Lokasi
Tata guna lahan sesuai dengan peraturan daerah Kota Samarinda no 2
tahun 2014 yaitu berada pada kawasan permukiman.
3. Aksesbilitas Transportasi
Kota Samarinda memiliki aksesbilitas yang memadai, ditandai dengan
ketersedian sarana dan prasarana trasnportasi umum juga pribadi.
4. Pemilihan lokasi yang mudah dicapai.
5. Kedekatan dengan pusat kota.
6. Ketersedian fasilitas pendukung seperti air bersih, listrik, dan jaringan
telepon.

3.2. Tinjauan pada Rencana Tata Ruang Wilayah


Berdasarkan peraturan daerah Kota Samarinda no 2 tahun 2014 tentang
rencana tata ruang wilayah pasal 3, Tujuan Penataan Ruang yaitu untuk
mewujudkan Kota Samarinda menjadi kota tepian yang berbasis perdagangan,
jasa dan industri yang maju, berwawasan lingkungan dan hijau, serta mempunyai
keunggulan daya saing untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencanan Tata Ruang Wilayah pada dasarnya merupakan bentuk intervensi
yang dilakukan agar interaksi manusia atau makluk hidup dengan lingkungannya

35
dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia
atau makluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah kota Samarinda Perencaaan
Fashion Center ini masuk kedalam kawasan permukiman, hal ini tentu
berdasarkan berbagai pertimbangan yang diperhatikan. Maka pada penelitian ini
pemilihan lokasi Fashion Center selain memperhatikan kriteria yang ada dan
difokuskan pada kawasan permukiman yang tersedia pada 3 lokasi pemilihan
berada pada Kelurahan Pasar Pagi, Kelurahan Gunung Kelua, Kelurahan Sungai
Pinang Dalam.

Gambar 3.1 Peta Rencana Pola Ruang Kota Samarinda Tahun 2014-2034

Sumber: Materi Teknik Rencana Tata Ruang Kota Samarinda (RTRW) Tahun 2014-2034

36
3.3. Kondisi Lokasi
Kondisi Lokasi yang dipilih pada perencanaan Fashion Center ini
berdasarkan peraturan daerah Kota Samarinda no 2 tahun 2014 tentang rencana
tata ruang wilayah yaitu berada pada kawasan permukiman serta
mempertimbangakan kriteria yang ada :

3.3.1. Identifikasi Lokasi


Dalam perencanaan Fashion Center dikota Samarinda tersedia 3 pemilihan
lokasi site yang sudah di dapatkan yaitu :
a. Lokasi pemilihan 1
Lokasi 1 berada pada Jalan KH. Abul Hasan Kelurahan Pasar Pagi
Kecamatan Samarinda Kota – Samarinda Kalimantan Timur
Gambar 3.2 Denah Lokasi 1

Gambar 3.3 View Lahan tampak depan Gambar 3.4 View Lahan tampak depan

37
Lokasi lahan 1 berada di Jalan KH. Abul Hasan Kelurahan Pasar Pagi,
Kecamatan Samarinda Kota dengan panjang jalan (±) 500 meter dengan lebar
jalan 12 Meter, lebar lahan (±) 42 Meter, kondisi permukaan lahan datar 0 – 8%
dan berada di kawasan permukiman, lahan sekitar (±) 130 M dari Institut Agama
Islam Negeri Samarinda, (±) 3 km dari pusat kota.

b. Lokasi pemilihan 2
Lokasi 2 berada pada Jalan M. Yamin, Kelurahan Gunung Kelua,
Kecamatan Samarinda Ulu – Samarinda Kalimantan Timur
Gambar 3.5 Denah Lokasi 2

Gambar 3.6 View Lahan tampak depan Gambar 3.7 View Lahan tampak depan

Lokasi lahan 2 berada di Jalan M. Yamin dengan panjang jalan (±) 1,5
Kilometer, lebar jalan 15 Meter, Lebar lahan bagian depan (±) 62 Meter, kondisi

38
permukaan lahan datar 0 – 8 % serta berada di kawasan permukiman, lahan (±)
200 Meter dari Samarinda Square, (±) 900 m dari pusat kota, kanan lahan
merupakan pertokoan, kiri lahan kementrian keuangan republik Indonesia dan
depan lahan merupakan pengadilan tinggi Samarinda.

c. Lokasi pemilihan 3
Lokasi 3 berada pada Jalan Cendrawasih, Kelurahan Sungai Pinang
Dalam, Kecamatan Sungai Pinang – Samarinda Kalimantan Timur
Gambar 3.8 Denah Lokasi 3

Gambar 3.9 View Lahan tampak depan Gambar 3.10 View Lahan tampak depan

Lokasi lahan 3 berada di Jalan Jalan Cendrawasih dengan panjang jalan


(±) 1,1 Kilometer, lebar jalan 15 Meter, Lebar lahan bagian depan (±) 91 Meter,
kondisi permukaan lahan datar 0 – 8 % serta berada di kawasan permukiman, (±)
1,5 km dari pusat kota, letak lahan (±) 300 Meter dari Gereja Katolik Sato Lukas,
kiri dan depan lahan merupakan pertokoan.

39
BAB IV
ANALISA PERENCANAAN

4.1. Analisa Kebutuhan Ruang


Analisa dibuat untuk mengetahui seberapa luas lahan yang dibutuhkan oleh
kelompok aktivitas yang akan direncanakan agar dapat berfungsi dengan baik.
Berikut analisa kebutuhan ruang pada perencanaan Fashion Center dikota
Samarinda.

4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan


Pada Penelitian ini analisa terhadap pelaku dikelompokan menjadi tiga
kelompok yaitu penyewa, pengelola dan pengunjung yaitu :
1. Penyewa
Merupakan kelompok pemakai bangunan yang secara rutin atau tetap
setiap hari melakukan aktifitas pada ruang-ruang yang disewa. Penyewa
pada bangunan ini yaitu pada bagian salon kecantikan, fashion store,
fitnes, photo studio dan kelas modeling.
2. Pengelola
Merupakan kelompok pemakai bangunan yang melakukan aktifitas
pengelolaan, baik management maupun operasional teknis dalam usaha
penyewaan ruang dalam bangunan tersebut
3. Pengunjung
Merupakan kelompok pelaku kegiatan yang membutuhkan pelayanan
barang, jasa dan rekreasi.
4. Pengguna
Merupakan kelompok pelaku kegiatan yang mengikuti acara event yang
diselenggarakan pada fashion center dengan kategori peserta umur 3-7,
tahun, 8-12 tahun, dan 13- dewasa.

40
4.1.2. Analisa Kegiatan
Adapun analisa kegiatan pada perencanaan Gedung Fashion Center dikota
Samarinda yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1 Kelompok Kegiatan Penyewa


No
Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
- Entrance
- Parkiran
Datang
Pengunjung
- Loby Gedung
Bekerja bagian salon kecantikan R. Salon Kecantikan
Bekerja bagian fashion store R. Fashion Store
1 Penyewa Bekerja bagian fitnes R. Fitnes
Bekerja bagian studio photo R. Studio photo
Bekerja bagian agency modeling R. Agency modeling
Istirahat, Makan, Minum R. Kantin
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran
Sumber : Hasil Survey, 2020

Tabel 4.2 Kelompok Kegiatan Pengelola


No Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
- Entrance
- Parkiran
Datang
Pengelola
- Loby kantor
Memimpin segala urusan di R. Direktur
1 Direktur kantor
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
2 Sekertaris Datang - Entrance
- Parkiran
Pengelola
- Loby kantor
Membantu kegiatan Direktur R. Sekertaris
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet

41
No Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
- Entrance
- Parkiran
Datang
Pengelola
- Loby kantor
Kabag Mengawasi kegiatan R. Kabag Umum
3 Umum dan
Mengurus dokumen R. Tata Usaha
Tata Usaha
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
- Entrance
- Parkiran
Datang
Pengelola
- Loby kantor
4 Keuangan Mengatur Keuangan R. Koor Keuangan
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
- Entrance
- Parkiran
Datang
Pengelola
- Loby kantor
Koordinator Mempromosikan dan mengatur R. Koordinator
5 Event dan pelaksanaan event Event dan
Pemasaran pemasaran
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
6 Informasi - Entrance
- Parkiran
Datang
Pengelola
- Loby kantor
Memberikan informasi R. Infomasi
Rapat R. Rapat
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
Sumber : Hasil Analisa, 2020

42
Tabel 4.3 Kelompok Kegiatan Pengunjung
No
Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
Datang - Entrance
- Parkiran Pengunjung
- Loby Gedung
Menonton pertunjukan fashion R. Area pertunjukan
show
Mencari kebutuhan fashion R. Fashion Store
Melakukan perawatan R. Salon Kecantikan
1 Pengunjung
Melakukan pemotretan R. Studio Photo
Pendaftaran modeling R. Agency Modeling
Berolah raga R. Fitnes
Sholat Mushola
Buang air kecil & besar Toilet
Makan & minum Cafe
Pulang Parkiran Pengunjung
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Tabel 4.4 Kelompok Kegiatan Peserta


No
Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
1 Peserta Datang - Entrance
- Parkiran Pengunjung
- Loby
Mendaftar kegiatan event R. Koor event
Mendaftar kelas modeling R. Agency modeling
Mengikuti acara event R. Pameran
Mengikuti kelas modeling R. Kelas
Istirahat R. Istirahat peserta
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengunjung
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Tabel 4.5 Kelompok Kegiatan Service


No Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
1 Cleaning Datang - Entrance
Service - Parkiran Pengelola
Membersikan area gedung Area Gedung

43
No Pelaku Aktifitas Ruang Kebutuhan Ruang
.
Membuang sampah Bak sampah
Istirahat R. Karyawan
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
Datang - Entrance
- Parkiran Pengelola
Menjaga Keamanan gedung - R. Secutiry
2 Security - Pos Jaga
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
Datang - Entrance
- Parkiran Pengelola
Mengawasi sistem MEE - R. Pompa
- R. Genset
3 Teknisi
- R. Panel listrik
Buang air kecil & besar Toilet
Sholat Mushola
Pulang Parkiran Pengelola
Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.1.1. Analisa Besaran Ruang


Analisa besaran ruang merupakan analisa yang bertujuan untuk mengetahui
kapasitas dan besaran ruang yang akan di butuhkan dalam perencanaan Gedung
Fashion Center dikota Samarinda ini.
Beberapa literatur yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan ini
yaitu :
1. Data Arsitek Jidid 1,2&3 (DA)
2. Time Saver Standards Interior Design (TSSID)
3. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir (PTPFP)
4. Asumsi dan Referensi

44
Tabel 4.6 Besaran Ruang
A. Besaran Ruang Kelompok Utama
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
1 Loby 1,8 m²/org a. 20 orang 1 a. 1,8 x 20 = Asumsi
b. Sirkulasi 40% 36 m² dan
b. 36 + 40% referensi
= 50,4 m²

50,4 m²

2 Hall 1,8 m²/org a. 50 orang 2 c. 1,8 x 50 = Asumsi


b. Sirkulasi 40% 90 m² dan
108 + 40% referensi
= 126 m² x
2 ruang =
252 m²

252 m²

3 R. 0,86m²/org a. 70 orang 3 a. 0,86 x70 = Asumsi


pameran 30,5m²/lintasan catwalk b. 1 lintasan 60,2m² dan
150m²/ruang c. 1 ruang b. 30,5x1 = referensi
d. Sirkulasi 30% 30,5m²
c. 150x1=15
0m²
d. 60,2+30,5
+150 +
40% =
312,9 m²
x3 ruang =
974,82 m²

45
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber

974,82 m²

4 R. 28,65 m²/ ruang a. 1 ruang 1 28,65 m² Asumsi


Agency b. 7 Orang dan
modeling c. Sirkulasi 30% referensi

28,65 m²

5 Kelas 0,36 m²/orang a. 70 orang 1 a. 0,36x70= Asumsi


modeling b. 1 lemari 25,2 m² dan
umur 3- 2,24/ set lemari penitipan penitipan b. 2,24x1= referensi
15 tahun c. Sirkulasi 70% 2,24 m²
c. 25,2+2,24
+70% =
46,64 m²

46,64 m²

46
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
6,00 m

8,00 m

6 Kelas 0,36 m²/orang a. 70 orang 1 a. 0,36x70= Asumsi


modeling b. 1 lemari 25,2 m² dan
umur 15 2,24/ set lemari penitipan penitipan b. 2,24x1= referensi
- dewasa c. Sirkulasi 70% 2,24 m²
c. 25,2+2,24
+70% =
46,64 m²

46,64 m²
6,00 m

8,0
0m

47
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
7 R. Fitnes 200 m²/ ruang a. 1 ruang fitnes 1 a. 200 m² + DA
b. Sirkulasi 30% 30% =
10,00 m
260m²

260m²

20,
00
m

8 R. Fitnes 200 m²/ ruang a. 1 ruang fitnes 1 a. 200m² DA


b. Sirkulasi 30% +30% =
10,00 m
260m²

260m²

20,
00
m

48
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
9 Toilet 13,38m²/ ruang a. 5 bilik wc 3 13,38 x3 DA
umum b. 2 wastafel ruang =
(wanita) c. Sirkulasi 20% 40,14 + 20%
= 48,16 m²

48,16 m²

10 Toilet 13,38m²/ ruang a. 5 bilik wc 3 13,38 DA


umum b. 3 unit urinoir x3ruang =
(pria) c. 1 wastafel 40,14 + 20%
d. Sirkulasi 20% = 48,16 m²

48,16 m²

11 Toilet 2,4m² / bilik a. 1 orang 3 a. 2,4x3= Asumsi


Difable b. Sirkulasi 50% 7,2m² dan
b. 7,2+50% referensi
= 10,8m²

10,8m²

12 Mushola 0,57m²/ sajadah a. 30 sajadah 1 a. 0,57x30 = Asumsi


0,45 m² / lemari b. 1 lemari 17,32m² dan
c. Sirkulasi 30% b. 17,32+30 referensi
%=

49
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
22,52m²

22,52m²

13 Tempat 0,86 m²/orang a. 3 orang 1 a. 0,86x3 = Asumsi


Wudhu b. Sirkulasi 20% 2,58 m² dan
(pria) b. 2,58+20% referensi
=2,78 m²

2,78 m²

14 Tempat 0,86 m² a. 3 orang 1 a. 0,86x3 = Asumsi


wudhu b. Sirkulasi 20% 2,58 m² dan
(wanita) b. 2,58+20% referensi
=2,78 m²

2,78 m²

16 Cafe 1,96 m² / set meja a. 60 orang 2 a. 1,96 x 15 DA &


b. 1 dapur set= Asumsi
20m²/ dapur c. Sirkulasi 30% 29,4m ²
b. 20 x 1 =
20m²
c. 29,4 + 20
+ 20% =
64,22 x 2
ruang =
128,44m²

50
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber

4,00 m

128,44m²

17 R. Salon 32 m²/ ruang 3 32 x 3 = Asumsi


96 m² dan
8,00 m
referensi

96 m²

18 R. 12m²/kios a. 4 rak pakaian 60 16 x 60 = Asumsi


Fashion b. 1 meja kasir 960 m² dan
4,00 m
Store c. 1 kursi referensi

4,0
0m

960 m²

19 R. Photo 20 m² / ruang 3 Kursi 3 20 x 3 = Asumsi


Studio 1 meja 60 m² dan
4 lighting referensi

51
Kelompok Bangunan Utama
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber

15 ATM 0,36 m²/ org a. 5 orang 1 a. 0,36x5 = Asumsi


Center 0,23 m²/ mesin b. 5 mesin 1,8m² dan
c. Sirkulasi 30% b. 0,23x5 = referensi
1,15m²
c. 1,8+1,15+
30% =
3,78m²

3,78m²

TOTAL LUAS 3.302,5 m²

B. Besaran Ruang Kelompok Pengelola

Kelompok Bangunan Pengelola


No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
1 R. 0,36m²/org a. 1 Direktur 1 a. 0,36x1=0, TSSID,
Direktur 35,7m²/ b. 9 orang tamu 36m² hal 235
ruang c. 1 ruang b. 0,36x9=3,
direktur 24m²
c. 35,7x1=35
,7m²

0,36 + 3,24 +
35,7=39,3m²

39,3m²
2 R. Rapat 0,36m²/org a. 12 Orang 1 a. 0,36 x 12 TSSID,
48,45m²/ Ruang b. 1 ruang rapat = 4,32m² hal 254
b. 48,
45m² x 1 =
48,45m²
c.4,32 +
48,45 =
52,77m²

52,77m²
3 R. Kabag 0,36m²/org a. 1 orang 1 a. 0,36 x 1 = TSSID,
Umum 14,4m²/ kepala 0,36m² hal 233
dan tata Ruang b. 4 orang tamu b. 0,36 x 4 =
usaha c. 1 Ruang 1,36m²
kepala c. 14,4 x 1 =
14,4m²

52
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber

0,36+1,36
+14,4=
16,12m²

16,12m²

5 R. 0,36m²/org a. 1 koordinator 1 a. 0,36x1 = TSSID,


Koordina 12m².ruang b. 2 orang tamu 0,36m² hal 233
tor c. 1 ruang koor b. 0,36x2 =
0,72m²
Keuanga
c. 12x1 =
n 12m²

0,36+0,72
+12=
13,08m²

13,08m²

6 R. 0,36m²/org a. 1 koordinator 1 a. 0,36x1 = TSSID,


Koordina 12m².ruang b. 2 orang tamu 0,36m² hal 233
tor Event c. 1 ruang koor b. 0,36x2 =
0,72m²
dan
c. 12x1 =
pemasara 12m²
n
0,36+0,72
+12=
13,08m²

13,08m²

7 R. 0,36m²/org a. 1 koordinator 1 a. 0,36x1 = TSSID,


Koordina 12m².ruang b. 2 orang tamu 0,36m² hal 233
tor c. 1 ruang koor b. 0,36x2 =
0,72m²
Keuanga
c. 12x1 =
n 12m²

0,36+0,72
+12=
13,08m²

53
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
13,08m²

6 R. 0,36m²/org a. 1 orang 1 a. 0,36x1= TSSID,


Skertaris 1,29m²/meja b. 1 meja 0,36 m² hal 224
0,36m²/kursi c. 1 kursi b. 1,29x1 = & 280
d. sirkulasi 30% 1,29m²
c. 0,36x2 =
0,36m²
d. 0,36+1,29
+0,36+30
% = m²

2,61m²

7 R. 0,36 m²/org a. 11 orang 1 a. 0,36x11 = Asumsi


Tunggu 0,36 m²/kursi b. 11 kursi 3,39 m² dan
& 0,48 m²/meja tamu c. 2 meja tamu b. 0,36x11 = referensi
informasi 1,29 m²/meja informasi d. 1 meja 3,39 m²
informasi c. 0,48x2 =
e. irkulasi 30% 0,96 m²
d. 1,29x1=
1,29 m²
e. 3,39+3,39
+0,96+1,2
9+30% =
11,73 m²

11,73 m²

8 R. 1,5m²/mesin a. 2 mesin 1 a. 1,5 x 2 = Asumsi


Pompa 0,36m²/org b. 2 orang 3m² dan
air c. Sirkulasi 30% b. 0,36 x 2 = referensi
0,72m²
c. 3+0,72+30
%=
4,83m²

4,83m²

54
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber

9 R. 0,36m²/org a. 4 orang 1 a. 0,36x4 = Asumsi


Genset 50m²/ruang b. 1 ruang 1,44m² dan
genset b. 50x1 = referensi
c. Sirkulasi 30% 50m²
c. 1,44+50+3
0% =
66,87m²

10 R. 0,36m/org a. 4 orang 1 a. 0,36x4 = Asumsi


Teknisi 9m/ruang b. 1 ruang 1,44m² dan
c. Sirkulasi 30% b. 9x1 = 9m² referensi
c. 1,44+9+30
%=
13,57m²
3,0
0m

3,00 m

13,57m²
11 R. 0,36m²/org a. 3 orang 3 a. 0,36x3 = Asumsi
Security 9m²/ruang b. 1 ruang 1,08m dan
3,00 m
c. Sirkulasi 30% b. 9x1 = 9m² referensi
c. 1,08+9+30
%=
3,0 13,10m² x
0m
3 ruang =
39,31m²

12 Pos Jaga 0,36m²/org a. 2 orang 2 a. 0,36x2 = Asumsi


6m²/ruang b. 1 ruang 0,72m² dan
2,00 m
c. Sirkulasi 20% b. 6x1 = referensi
6m²
c. 0,72+4+
3,0 30% =
0m 8,06m² x
2 ruang
=
16,12m²

13 R. CCTV 0,36m²/org a. 2 orang 1 a.0,36x2 = TSSID,


0,36m²/kursi b. 2 kursi 0,72m² hal 241
2,5m²/meja monitor c. 1 meja b. 0,36x2 =
7,5m²/ruang d. 1 ruang 0,72m²

55
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
e. Sirkulasi 30% c. 2,5x1 =
2,5m²
2,50 m
d. 7,5x1 =
7,5m²
e. 0,72+0,7
2+2,5+7,
3,0
0m
5+30%
=
14,87m²

14 R. 0,36m²/org a. 10 orang OB 1 a. 0,36x1 = Asumsi


Peralatan 1,2m²/lemari b. 4 orang kebun 3,6m² dan
kebersiha 0,6m²/troli c. 2 lemari b. 0,36x4 = referensi
9m²/ruang d. 5 troli 1,44m²
n
e. 1 ruang c. 1,2x2 =
f. Sirkulasi 30% 2,4m²
d. 0,6x14 =
3,0m²
e. 9x1 =
12m²
f. 3,6+1,44+
2,4+3+12
+30% =
29,17m²
15 Toilet 13,38m²/ ruang a. 5 bilik wc 1 13,38 + 20% DA
kantor b. 2 wastafel = 16,05 m²
(perempu c. Sirkulasi 20%
an)
16,05 m²

16 Toilet 13,38m²/ ruang a. 5 bilik wc 1 13,38 + 20% DA


kantor b. 3 unir urinoir = 16,05 m²
(laki- c. 1 wastafel
laki)
16,05 m²

5,00m
20 Gudang 1 25 m² Asumsi
kantor dan
pengelol referensi
a

56
Kelompok Bangunan Pengelola
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber

Total Luas 496,76 m²

C. Besaran Ruang Kelompok Perkerasan


Kelompok Perkerasan
No Ruang Standar Kapasitas Unit Luas (m²) Sumber
1 Parkiran 1,68m²/ motor a. 120 motor 1 a. 1,68x120 PTPFP
pengunju 12,5m²/ mobil b. 40 mobil = 201m²
ng b. 12,5x40 =
500m²
201 + 500
= 701m²

701m²

2 Parkiran 1,68m²/ motor a. 40 motor 1 a. 1,68x40 = PTPFP


pengelol 12,5m²/ mobil b. 10 mobil 67,2m²
a b. 12,5x10
= 125m²
67,2 + 125
= 192,2m²

192,2m²

3 Parkiran 12,04m²/ truk a. 2 truk 1 a. 12,04x2 = DA


Barang 24,08m²

Total Luas 917,28 m


Sumber : Analisa Kegiatan,2020

57
4.1.2. Hubungan ruang
Analisa hubungan ruang secara garis besar adalah total perhitungan dari
setiap ruang-ruang yang telah hitung sirkulasi besarannya, kemudian di kemas
menjadi satu dalam sebuah tabel, yang bertujuan untuk memudahkan dalam
menghubungkan ruang saling berdekatan.
Tabel 4.7 Hubungan ruang bangunan utama
No. Penggunaan
Ruang
1 Lobby
2 R. Pameran
3 R. Fashion S.
4 R. Salon K.
5 R. Photo S.
6 R. Agency M.
7 R. Kelas
8 R. Fitnes
9 Cafe
10 Area Parkir
11 Toilet Umum
12 Mushola

Tabel 4.8 Hubungan ruang bangunan pengelola


No. Penggunaan
Ruang
1 R. Direktur
2 R. Rapat
3 R. Kabag Um.
4 R. Keuangan
5 R. Pemasaran
6 R. Informasi
7 R. Skretaris
8 R. Pompa A.
9 R. Genset
10 R. Teknisi
11 R. Security
12 Pos Jaga
13 R. CCTV
14 R. Peralatan
15 Gudang
16 Loding dock
17 Area Parkir
18 A. Parkir truk
19 Toilet Kantor
Sumber : Analisa Hubungan Ruang,2020

58
Keterangan :
: Berhubungan langsung : Berhubungan tidak langsung : Tidak berhubungan
4.1.3. Pola Hubungan Ruang
Analisa pola hubungan ruang menjelaskan arah ruang yang saling
berhubungan dengan menggunakan diagram mikro dan makro sebagai berikut :
1. Pola Hubungan Ruang Mikro
Pola hubungan ruang mikro menjelaskan keterhubungan antar ruang
didalam massa bangunan, seperti berikut :
Gambar. 4.1 Pola Hubungan Ruang Mikro

59
2. Pola Hubungan Makro
Pola hubungan ruang makro menjelaskan keterhubungan antar ruang
didalam massa bangunan, seperti berikut :

Gambar 4.2 Pola Hubungan Ruang Makro

4.2. Analisa Site


Dalam perencanaan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau
evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standar peraturan
kebijakan. Kemudian menghasilkan analisis eksternal dan internal yang meliputi

60
komponen desain berupa problem, limitasi, potensi fisik dan non fisik. Sehingga
dapat merencanakan fisik, fasilitas dan fungsi bangunan yang akan dirancang.
Berdasarkan referensi dari keaslian judul dan teori yang ada maka pemilihan
lokasi Fashion Center dikota Samarinda di dasarkan pada beberapa kriteria yang
ada.Serta berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah kota Samarinda Perencaaan
Fashion Center ini masuk kedalam kawasan permukiman, hal ini tentu
berdasarkan berbagai pertimbangan yang diperhatikan. Analisa lokasi yang sesuai
Fashion Center Samarinda menggunakan tabel berikut :

4.2.1. Pemilihan Site


Dalam analisa pemilihan lokasi, harus melalui beberapa penilaian tertentu
agar mendapatkan lokasi yang paling sesuai dengan kriteria Fashion Center
dikota Samarinda berdasarkan referensi dari keaslian judul dan teori yang ada
melalui tabel berikut :
Keterangan :
1. Lokasi 1 : Jalan Abul Hasan Kel.Pasar Pagi Kec. Samarinda Kota
2. Lokasi 2 : Jalan M. Yamin, Kel.Gunung Kelua, Kec. Samarinda Ulu
3. Lokasi 3 : Jalan A. Yani (Cendrawasih) , Kel.Sungai Pinang Dalam,
Kec. Sungai Pinang
Tabel 4.8 Analisa Pemilihan Site

No Kondisi Lahan Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3


(Jln. A. Hasan) (Jln.M.Yamin) (Jln. A. Yani)
1 Potensi Lokasi Cukup Strategis Kurang
2 Aksesbilitas ±7m ±5 m ±8m
GSP 10 m 12,5 m 10 m
GSB 15 m 17,5 m 15 m
Lebar Jalan 12 m 15 m 15 m
Kondisi Jalan Baik Baik Kurang Baik
Panjang Jalan ± 500 m ± 1,5 km ± 1,1 km
Ketersediaan angkutan umum Tersedia Tersedia Tersedia
3 Kedekatan dengan pusat kota ± 3 km ± 900 m ± 1,5 km
4 Ketersediaan fasilitas pendukung tersedia Tersedia Tersedia
5 Kelerengan (Kontur)/Kemiringan 0-8 %(Datar) 0-8 % (Datar) 0-8 %(Datar)
Jenis Perkerasan tanah/lahan Tanah keras Tanah Keras Tanah gambut
6 Drainase Tersedia Tersedia Tersedia
Lebar 1m 1m 1,5 m
Kedalaman 80 cm 70 cm 70 cm
Kondisi Buruk Baik Baik
7 Fungsi lokasi RTRW Kota Perdagangan & Pendidikan & Pendidikan &

61
No Kondisi Lahan Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
(Jln. A. Hasan) (Jln.M.Yamin) (Jln. A. Yani)
Samarinda jasa permukiman permukiman
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Tabel 4.9 Analisa Skoring Pemilihan Site


No Kriteria Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
1 Potensi Lokasi 1 3 2
2 Aksesbilitas 2 3 1
3 Kedekatan dengan pusat 1 3 2
kota
4 Ketersediaan fasilitas 3 3 3
pendukung
5 Kontur tanah 3 2 1
6 Drainase 1 2 3
7 Fungsi lokasi 1 2 3
Jumlah 12 18 15
Sumber : Hasil Analisa, 2020
Berdasarkan analisa tabel di atas maka lokasi yang paling tepat untuk di
jadikan Fashion Center adalah lokasi 2 berada pada Jalan M. Yamin, Kelurahan
Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu – Samarinda Kalimantan Timur.
Gambar 4.1 Peta Kelurahan Gunung Kelua

Sumber : Hasil analisa, 2020


4.2.2. Analisa Ketersedian Site
Lahan yang dipilih harus memiliki luas yang dapat menampung segala
aktifitas, berikut perhitungan lahan yang terpilih :

62
Tabel 4.10 Analisa Site
No Luas Lahan Yang Luas Lahan Efektif Lebar Gsb Gsp
Tersedia Lahan
1 5.232 m² 4.149 m² 62 m 17,5 m 10 m
Sumber : Hasil Analisa, 2020
Gambar 4.2 Lahan Efektif

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.2.3. Analisa Kecukupan Lahan


Lahan yang terpilih setidaknya mencukupi atau sama dengan kebutuhan
koefisien dasar bangunan yang sudah di analisa ( kdb 1 ≤ kdb 2 ) , adapun
perhitungannya sebagai berikut :
Tabel 4.11 Analisa Kecukupan Lahan
No Koefisien Dasar 1 Koefisien Dasar 2
1 2.524 m² 4.149 m²
Sumber : Hasil Analisa, 2020
Maka berdasarkan tabel 4.11 dapat dinyatakan bahwa kdb 1 ≤ kdb 2

4.2.4. Analisa Orientasi Arah Matahari


Sebagai salah satu Negara yang memiliki iklim tropis, Indonesia
memperoleh penyinaran matahari cukup banyak yaitu selama 12 jam, sehingga
berpengaruh pada bangunannya. Analisis cahaya matahari sebagai solusi terhadap
perencanaan Fashion Center dikota Samarinda yang dapat memenuhi syarat
kenyamanan bagi pengguna dan kesesuaian dengan fungsi bangunan itu sendiri.

63
Analisis ini memiliki pengaruh yang besar, baik pengaruh terhadap posisi
penempatan bangunan, kegiatan yang terlaksana, dan zona-zona yang dianggap
perlu atau tidaknya peran cahaya matahari terhadap Perencanaan Fashion Center
dikota Samarinda.
Gambar 4.3 Analisa Matahari

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.2.5. Analisa Orientasi Arah Angin


Angin memiliki sifat yang tidak tentu, cenderung bebas menyebar keseluruh
penjuru. Kondisi tapak yang terletak di pinggir jalan ini membutuhkan perlakuan
terhadap bangunannya untuk diorientasikan pemanfaatan dan penanggulangan
angin sebagai penghawaan alami. Selain itu angin juga dapat digunakan untuk
mengurangi panas pada bangunan. Kecepatan hembusan angin pada tapak
didominasi dari arah Barat. Tidak menutup kemungkinan arah angin disekitar
tapak juga kencang.

64
Gambar 4.4 Analisa Angin

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.2.6. Analisa Kebisingan


Kondisi penduduk dan aktivitas yang masih tergolong rendah
mengakibatkan kondisi sekitar tapak masih tergolong tenang, namun sumber
kebisingan terbesar terdapat pada sisi sebelah selatan yaitu jalan raya utama yaitu
jalan M. Yamin. yang berasal dari suara kendaraan bermotor seperti mobil, sepeda
motor, sehingga menjadikan sumber utama kebisingan.
Selain itu, kebisingan yang disebabkan oleh hujan dan angin mungkin masih
bisa diatasi dan teralu kecil intensitasnya. Sedangkan potensi kebisingan lain
berasal dari arah timur tapak yaitu kawasasn pertokoa yang kebisingannya cukup
rendah.
Gambar 4.5 Analisa Kebisingan

65
Sumber : Hasil Analisa, 2020
4.2.7. Analisa Sirkulasi
Pada analisa ini dimaksudkan untuk mendapatkan solusi terbaik untuk
menentukan arah entrance pada site yang ada dan mencari solusi efektif bagi
pengujung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian ke site
fashion center adalah kelancaran aktifitas keluar masuk kendaraan, dan efektivitas
entrance terhadap site.
Gambar 4.6 Analisa Sirkulasi

Sumber : Hasil Analisa,2020

4.2.8. Analisa View


Pandangan atau view yang paling baik adalah bagaimana melihat dari
luar ke tapak dan dari tapak keluar dengan view yang sama-sama indahnya atau
baiknya. Hal ini perlu adanya pengolahan tapak secara maksimal sesuai dengan
potensial yang ada, pada tapak perencanaan ini view yang harus dipotimalkan dari
arah Timur ke utara dan juga sebaliknya .

66
Gambar 4.6 View luas site

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.2.9. Analisa Vegetasi


Vegetasi yang ada pada site saat ini berupa ketapang yang berapa pada sisi
barat tapak, ditengah site terdapat rumput dan semak belukar. Tapak yang ada saat
ini dilihat dari segi vegetasi tidak tertata dengan baik.
Gambar 4.7 Kondisi vegetasi pada site

Sumber : Hasil Analisa, 2020

67
4.2.10. Analisa Fasilitas Pendukung
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui fasilitas disekitar site yang dapat
mendukung perencanaan fashion center. Berikut analisa terhadap site :
Gambar 4.8 Ketersediaan fasilitas pendukung

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.3. Analisa Tinjuan KDB, KDH, Kebutuhan Luasan Site


Pada perencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini menggunakan standar
umum pembagian KDB, KDH yaitu sebagai berikut :
Diketahui :
a. Luas Lahan Keseluruhan : 5.232 m²
b. KDB : 70%
c. KDH : 30%
d. GSB : 17,5 m

68
Gambar 4.9 Luasan Site

Sumber : Hasil Analisa, 2020

Dari gambar diatas yaitu dengan luas lahan 5.232 m² dikurangi dengan
GSB maka sisa lahan efektif yang dapat dibangun yaitu 4.147 m². Berdasarkan
lahan efektif yang ada maka didapatkan KDB dan KDH sebagai berikut :
a. KDB 70% = 2.902 m²
b. KDH 30% = 1.244 m²

4.4. Analisa Ruang dan Gubahan Ruang


Dalam penataan ruang disuatu bangunan sendiri memiliki beberapa kelompok
organisasi, diantaranya :
1. Organisasi Linier, suatu organisasi dalam satu garis dan ruang-ruang yang
berulang.
2. Organisasi Axial, yaitu organisasi yang terbentuk berdasarkan garis axis
tertentu yang menghubungkan antar ruang dan membuat sebuah pola.
3. Organisasi Grid, Organisasi ruang-ruang dalam daerah struktural grid atau
struktur tiga dimensi.
4. Organisasi Terpusat, Sebuah ruang dominan terpusat dengan pengelompokan
sejumlah ruang sekunder.
5. Organisasi Radial, Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang-
ruang Iinier yang berkembang menurut arah jari-jari.

69
6. Organisasi Cluster, Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau
bersama-sama memanfaatkan satu cirii atau hubungan visual.
Gambar 4.10 Oraganisasi Ruang

Sumber : Arsitur.com, 2020

Analisa ruang dibutuhkan untuk mengetahui rencana penataan ruang didala


massa bangunan. Untuk mendapatkan penataan tersebut maka dibuat analisa
sebagai berikut.

1. Analisa ruang pada bangunan utama


Berdasarkan analisa yang didapat maka pada perencanaan fashion center ini
menggunakan organisasi Axial yaitu Organisasi ruang yang terbentuk berdasarkan
garis axis tertentu yang menghubungkan antar ruang dan membuat sebuah pola.
Pola axial ini bisa juga merupakan pengembangan dari beberapa pola organisasi
ruang linier. Pada perencaan fashion center ini didapat analisa ruang seperti
berikut :
a. Area Event
Pada area event difokuskan pada ruang pameran serta beberapa fasilitas lainnya
seperti agency modeling, cafe atau restoran dan kantor pengelola.

70
Tabel 4.12 Gubahan ruang area event

Sumber : Hasil Analisa, 2020

b. Area belanja
Pada area pusat perbelanjaan ini difokuskan pada ruang utama sebagai fashion
store yang terbagi menjadi 3 kategori bagian yaitu, bagian anak – anak,
perempuan dan laki – laki.
Tabel 4.13 Gubahan ruang area belanja

Sumber : Hasil Analisa, 2020


c. Area Pelayanan
Pada area ini difokuskan pada area pelayanan berupa salon kecantikan, fitnes,
studio photo.

71
Tabel 4.14 Gubahan ruang area pelayanan

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.5. Analisa Massa dan Gubahan Massa


Dalam analisa gubahan massa diperlukan untuk menentukan tata letak dari
setiap massa bangunan. Pada perenacanaan fashion center ini dengan
mempertimbangkan arah pergerakan pengunjung agar merata maka organisasi
gubahan yang dipakai yaitu gubahan massa axial.
Gambar : 4.11 Analisa Gubahan Massa

Sumber : Hasil Analisa, 2020


4.6. Analisa Bentuk Bangunan
Analisa bentukan bangunan pada perencanaan fashion center ini
mengaplikasikan bentukan yang mencerminkan dari kegiatan yang terjadi pada

72
bangunan yaitu diambil dari aktifitas fashion show yang memerlukan lintasan
yang disebut dengan catwalk, serta mengangkat simbolis dari daerah setempat
sesuai dengan penekanan pada konsep.
Simbolis dari daerah setempat diambil dari suku dayak asli dengan ciri khas
telinga panjang yang merupakan simbol kecantikan hakiki bagi wanita Suku
Dayak. Sejatinya, tradisi memanjangkan telinga adalah simbol kehormatan,
keagungan dan kesabaran bagi pemakainya.
Simbolis dari fashion diambil dari acara fashion show yang dilakukan diatas
lintasan catwalk yang digunakan model untuk berjalan memamerkan busana yang
mereka kenakan.

Tabel 4.12 Analisa Bentuk Bangunan

Identitas

Adat Setempat Fashion

Telinga perempuan Lintasan catwalk


dayak

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.7. Analisa Stuktur


Analisa Struktur adalah proses untuk menentukan kemampuan struktur dan
komponen penyusunnya, baik yang ada atau asumsi, membawa serangkaian beban
dengan benar tanpa adanya tekanan material atau deformasi berlebihan yang
memberikan susunan, bentuk dan dimensi komponen, tipe sambungan dan
tegangan yang diijinkan dari bahan yang digunakan pada kondisi pembebanan
tertentu. Struktur terdiri dari 2 bagian yaitu :

4.7.1. Struktur Bawah


Stuktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung atau bangunan yang
berada di bawah permukaan tanah. Jadi apapun itu jika letaknya di bawah

73
permukaan tanah maka dinamakan struktur bawah. Pengertian umum untuk
Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung
dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah
yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di atasnya,
adapun jenis pondasi yaitu :
b. Pondasi dangkal
Yang dimaksud pondasi dangkal adalah apabila kedalaman alas
pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B <
4). Jenis pondasi ini digunakan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung
ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-2,0 m).
c. Pondasi dalam
Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah
yang keras yang dalam maka dibuat pondasi tiang pancang yang
dimasukkan ke dalam sehinggamencapai tanah keras (Df/B >10 m), tiang-
tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap.

4.7.2. Struktur Atas


Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang
berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat,
balok,dinding geser dan tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang
sangat penting. Adapun bagian-bagian struktur atas antara lain :
1. Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu
kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse)
seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom adalah sebagai
penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
2. Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok
merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan

74
pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal.
3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok
yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
4. Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat,
bordes dan anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di
atasnya. Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan
bentangan arah horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang,
tangga terjepit sebelah (Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok
tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga melayang (Free
Standing Stairs).
5. Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever
tipis yang langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral.
Biasanya dinding geser berbentuk persegi panjang, Box core suatu
tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan biasanya diletakkan di sekeliling
lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral tanpa mengganggu
penyusunan ruang dalam bangunan.
6. Atap
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang
melilndungi gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus
dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya.
Di daerah tropis atap merupakan salah satu bagian terpenting. Struktur
atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap
berfungsi menahan beban dari bahan penutup. Penopang rangka atap

75
adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk segitiga,disebut
dengan istilah kuda-kuda.

4.8. Analisa Utilitas


nalisa Utilitas Bangunan merupakan suatu kelengkapan fasilitas bangunan
yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan,
kesehatan, keselamatan, kemudian kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.
Berikut analisa utilitas perencanaan fashion center dalam tabel analisa :

4.8.1. Analisa Sistem Air Bersih


Sumber air bersih pada perencanaan fashon center dikota samarinda berasal
dari jaringan air PDAM , kemudian dialirkan ke ground water tank yang diletakan
di bawah tanah, kemudian akan dipompa ke roof tank yang letaknya lebih tinggi.
Dengan memanfaatkan gaya gravitasi, air dari roof tank kemudian akan
didistribusikan kesetiap titik yang membutuhkan air seperti wastafel, toilet,
sprinkler dan hydrant. Berikut tabel sistem air bersih yang diterapkan :
Tabel 4.13 Skema Sistem Air Bersih

Wastafel
PDAM
BAK PENAMPUNGAN
( ground & roof tank ) Toilet
METERAN
Sprinkler

4.8.2. Analisa Sistem Air Kotor


Jaringan air kotor dalam perencanaan fashion center terbagi menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Limbah cair, berupa air kotor yang berasak dari floor drain dan wastafel.
2. Limbah padat, berupa air kotor yang berasal dari kloset.

76
Pada penanganan limbah cair, air kotor yang berasal dari floor drain dan
wastafel akan disalurkan menuju bak kontrol. Kemudian air akan dialirkan
menuju sumur resapan sebelum dibuang ke saluran kota.
Pada penanganan limbah padat, kotoran yang berasal dari kloset akan
disalurkan melalui pipa limbah padat menuju septic tank. Pipa limbah padat
memiliki kemiringan 5% setiap 1 meter untuk meminimalkan reziko tersumbat.
Pada septic tank kemudian limbah akan ditampung dan diendapkan, kemudian air
akan dialirkan ke sumur resapan. Berikut skema sistem air kotor :

Tabel 4.14 Skema Sistem Air Kotor

Limbah Padat Limbah Cair

Septic Tank Bak Kontrol Sumur Resapan Saluran Kota

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.8.3. Analisa Sistem Air Hujan


Pada penanganan air hujan, digunakan talair yang disesuaikan dengan
bentuk atap yang digunakan, kemudian dialirkan secara vertikal menuju ke bak
penampungan air hujan untuk keperluan menyiram tanaman serta sisanya akan
dialirkan ke bak kontrol. Berikut skema sistem air hujan :

Tabel 4.15 Skema Sistem Air Hujan

Bak penampungan
Air Hujan Bak kontrol Sumur resapan
air hujan

Saluran kota

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.8.4. Analisa Sistem Jaringan Listrik


Sumber listrik pada perencanaan fashion center ini berasal dari jaringan
listrik PLN dan memiliki cadangan listrik yang berasal dari genset yang

77
digunakan apabila terjadi pemadaman listrik. Berikut skema sistem jaringan
listrik :

Tabel 4.16 Skema Jaringan Listrik

Pencahayaan
PLN
Kontrol Panel Kontrol Panel
Penghawaan
Utama permassa
Genset
Pompa
Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.8.5. Analisa Sistem Penanggulangan Kebakaran


Sistem penanganan kebakaran menggunakan sistem detektor yang berada
pada langit-langit setiap ruangan dengan peletakan jarak tertentu. Detektor akan
mendeteksi adanya asap atau tanda – tanda kebakaran lainnya kemudian akan
secara otomatis akan mengaktifkan alarm tanda kebakaran, selain itu ada juga tuas
manual untuk mengaktifkan alarm tanda kebakaran.
Kemudian penggunaan sprinkler yang akan otomatis menyemprotkan air
yang berasal dari roof tank ketika alarm tanda kebakaran berbunyi. Selain itu juga
tersedia adanya hydrant yang ditempatkan dibeberapa titik bangunan pada setiap
lantai. Berikut skema sistem pemadam kebakaran :
Tabel 4.17 Skema Sistem Penanggulangan Kebakaran

Sprinkler
Detector Alarm
Hydrant
Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.8.6. Analisa Sistem Penangkal Petir


Sistem penangkal petir berfungsi sebagai Pengamanan bangunan bertingkat
dari bahaya sambaran petir yang perlu dilakukan dengan memasang suatu alat
penangkal petir pada puncak bangunan. Penangkal petir ini harus dipasang pada

78
bangunan-bangunan yang tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama yang paling
tinggi di antara sekitarnya.

Gambar 4.12 Sistem Penangkal Petir

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.8.7. Analisa Sistem Pencahayaan


Pada sistem perencanaan pencahayaan gedung dimaksudkan agar bangunan
ini mendapat pencahayaan dan penerangan yang baik pada siang hari maupun
pada malam hari. Pencahayaan pada bangunan fashion center ini menggunakan 2
jenis pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan, untuk siang
hari pencahayaan alami di maksimalkan dengan memperbanyak penggunakan
material kaca pada bangunan, dan untuk pencahayaan buatan menggunakan
lampu.

4.8.8. Analisa Sistem Penghawaan


Pada sistem penghawaan untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan
kesegaran hidup dalam bangunan , khususnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada daerah yang beriklim tropis dengan udaranya yang panas dan kelembaban
udaranya yang tinggi, maka diperlukan usaha untuk mendapatkan udara segar dari
aliran udara alam maupun aliran udara buatan . Pada bangunan Fashion center

79
Kantor ini direncanakan penghawaan menggunakan penghawaan buatan berupa
AC.

4.8.9. Analisa Sistem Pembuangan Sampah


Sistem pada pembuangan sampah dibedakan dua jenis yaitu sampah basah
dan sampah kering. Sistem pengelolaan sampah pada perencanaan fashion center
akan ditumpung di TPS yang ada dikawasan bangunan sebelum nantinya akan di
distribusikan ke TPA terdekat. Berikut skema sistem pembungan sampah :

Tabel 4.18 Skema Sistem Pembuangan Sampah

Tempat Sampah TPS Truk Sampah

Dibakar TPA
Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.9. Analisa Penekanan Judul


Pendekatan arsitektur Eco-Tech digunakan sebagai konsep penekanan judul,
Eco-Tech Menurut Heinz frick (2005) Eco-Tech berasal dari kata ekologi dan
teknologi yang dapat diartikan sebagai arsitektur dengan teknologi yang
berwawasan lingkungan yaitu dengan penggunaan material berkelanjutan yang
difokuskan pada prinsip Civic Symbolis.
Civic Symbolis yaitu desain bangunan yang mengangkat kembali peranan
bangunan sebagai simbol publik dengan mengambil bentuk bangunan berbeda
untuk mencari nilai baru.
Pada perencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini penekanan judul
yang terapkan berupa penekanan pada bentuk fasade bangunan yang diangkat dari
kebudayaan daerah setempat yaitu mengadopsi bentuk dari tameng dayak kenyah
sebagai simbol publik.

80
Kelempit atau perisai berbentuk persegi enam dengan panjang sekitar satu
meter dan lebar tiga puluh sampai lima puluh centimeter, dibuat meruncing bagian
atas dan bawah, yang merupakan salah satu alat pertahanan traditional yang
digunakan sebagai tameng atau perisai dalam menghadapi musuh.

Gambar 4.13 Motif Dayak Kenyah

Sumber : Hasil Analisa, 2020

Motif yang digunakan gambar burung enggang, topeng atau disebut kalung
udo, garis lengkung dan lingkaran, dan lainnya. Pada perkembangannya kelempit
menjadi hiasan dan cinderamata yang bernilai ekonomis. Motif lengkungan dan
lingkaran mengambil motif dasar tumbuhan paku atau pakis yang daunnya masih
muda melengkung berbentuk spiral yang banyak tumbuh di Kalimantan.
Lengkungan ini simbol bahwa keturunan suku Dayak Kenyah yang tidak putus-
putusnya mempersatukan masyarakat Dayak.
Ornamen lingkaran melambangkan tiap-tiap kepala suku dan sub-sub suku
Dayak di Kalimantan. Melalui ornamen lengkung dan lingkaran ini suku Dayak
diajarkan tentang persaudaraan dan persatuan antarsuku Dayak yang harus terus
dipertahankan.

81
BAB V
KONSEP PERENCANAAN

5.1. Konsep Penataan Tapak


Agar tercapainya penataan site bangunan Fashion Center yang maksimal
maka hal tersebut dapat ditinjau melalui beberapa indikator berikut :
5.1.1 Konsep Respon Terhadap Orentasi Matahari, Kebisingan dan Angin
1. Respon terhadap matahari sore : Untuk mengurangi dampak terhadap
matahari sore, bagian barat bangunan di tanami pohon kiara payung,
karena vegetasi ini mempunyai daun yang tebal, sehingga dapat
mengurangi efek matahari sore, serta memiliki fungsi sebagai pemecah
angin dan dengan meminimalkan penggunaan bahan material kaca pada
sisi barat bangunan.
2. Respon terhadap kebisingan : Untuk mengurangi kebisingan dari arah
depan site yaitu jalan M. Yamin maka di tanami vegetasi pucuk merah
yang berfungsi mengurangi kebisingan.
3. Respon terhadap angin : Untuk mengurangi pergerakan angin dari arah
barat yang cukup kencang maka di tanami vegetasi yang berdaun
bertajuk dan lebat yaitu kiara payug.

5.1.2 Konsep Pencapaian, Sirkulasi dan Parkir


Berdasarkan hasil analisa terhadap arah pencapaian menuju site maka
ditetapkan pintu masuk berada pada ujung depan kiri site yang bertujuan untuk
mengurangi kemungkinan pengunjung melewatkan pintu masuk karna masih
sempat untuk melihat fasade bangunan dari arah jalan M. Yamin.
Untuk sirkulasi dibagi menjadi jenis yaitu untuk kendaraan roda 2 dan lebih
dari roda 2, Serta tersedianya akses bagi pejalan kaki dengan adanya trotoar di
sepanjang muka site menuju bangunan.

82
Konsep parkir pada perencanaan Fashion Center berada diantara bangunan
pertujukan dan bangunan perbelanjaan yang memiliki akses langsung menuju
bangunan tersebut untuk memudahkan pengujung mencapai bangunan yang dituju
tanpa harus memutar, serta tersedianya area parkir yang dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu parkiran pengelola dan parkiran pengunjung.
Gambar 5.9 Konsep Pencapaian

Sumber : Hasil Konsep, 2020

5.1.3 Konsep Vegetasi


Pada konsep vegetasi perencanaan fashion center ini menggunakan beberapa
jenis vegetasi dengan fungsi yang berbeda sesuai kebutuhan yaitu sebagai
peneduh, pengarah dan barier. Adapun jenis vegetasi yang digunakan sebagai
berikut :

83
Gambar 5.10 Konsep Vetegasi

Sumber : Hasil Konsep, 2020

1. Vegetasi sebagai pemecah angin berada di sebelah barat tapak, berfungsi untuk
mengurangi pergerakan angin yang terlalu kencang. Adapun jenis vegetasi
yang digunakan dengan ciri daunnya bertajuk dan lebat yaitu dipilih pohon
kiara payung
Gambar 5.11 Vegetasi Pemecah Angin

Sumber : Hasil Konsep,2020

84
2. Vegetasi sebagai penyerap kebisingan diletakan pada sisi depan site yang
memiliki tingkat kebisingan cukup tinggi karena berada dekat dengan jalan
utama M. Yamin sehingga memelurkan penanganan terhadap kebisingan yang
ada menggunakan vegetasi dengan ciri bermassa daun rapat yaitu dipilih Pohon
pucuk merah, disamping sebagai penyerap kebisingan pohon pucuk merah juga
berfungsi sebagai pagar.
Gambar 5.12 Vegetasi Peredam Kebisingan

Sumber : Hasil Analisa, 2020

3. Vegetasi sebagai pengarah diletakan sepajang srikulasi dalam site, hal ini
bertujuan selain sebagai pengarah jalur sirkulasi sekaligus sebagai vegetasi
peneduh dengan ciri memiliki tinggi beberapa meter, maka dipilih pohon
cemara selain sebagai pengarah pergerakan, cemara memiliki fungsi lain
seperti pengontrol visual , kebisingan maupun debu dan polutan lainnya.
Gambar 5.13 Vegetasi Pengarah

Sumber : Hasil Analisa, 2020

85
4. Vegetasi penghias taman berfungsi sebagai daya tarik visual, peletakan pada
perencanaan fasion center ini pemanfaatan vegetasi penghias taman akan
berada pada bagia depan site sebagai salah satu visual point bagi pengujung.
Selain sebagai daya tarik visual, tanaman penghias juga berfungsi sebagai air
purifiers/ pemurni udara alami. Adapun tanaman yang dipilih yaitu lili paris,
mawar, bunga sepatu, bougenvil, Sanbang Colok dan rumput jepang.
Gambar 5.14 Vegetasi Penghias

Sumber : Hasil Analisa, 2020

5.1.4 Konsep Pandangan (View)


1. Pandangan dari luar ke dalam
Pada konsep ini bertujuan agar pandangan dari luar site menuju site sesuai
dengan analisa yang didapat, maka pada konsep ini disimpulkan untuk
penggunaan pagar rendah serta vegetasi yang digunakan adalah jenis teh-tehan
agar tidak menghalangi pandangan terhadap site maupun bangunan.

86
2. Pandangan dari dalam ke luar
Pada konsep ini bertujuan agar pandangan dari dalam menuju luar lebih
optimal yaitu dengan cara penggunaan beberapa material kaca pada massa
bangunan yang berada dipaling depan.

5.2. Konsep KDH dan KDH


Gambar 5.15 Konsep KDB dan KDH

Sumber : Hasil Konsep, 2020

Kebutuhan Lahan : 2.524 m²


KDB 70% : 1.766,8 m²
KDH 30% : 757,2 m²

Pada perhitungan ini didapatkan bahwa kebutuhan ruang pada perencanaan


Fashion Center dikota Samarinda memerlukan luasan 2.524 m². Dengan KDB
70% dari luas lahan 4.149 m² yaitu 2.902 m² maka lahan yang tersedia mampu
menampung kebutuhan luas yang telah direncanakan, kemudian sisa lahan
dipergunakan untuk keperluasan koefisien daerah hijau (KDH).

87
5.3. Konsep Massa dan Gubahan Massa
Pada konsep massa perenacanaan fashion center ini yaitu penentuan letak
massa pada site untuk menentukan arah pergerakan pengunjung agar merata dan
sesuai dengan analisa yang telah dilakukan yaitu menggunakan organisasi
gubahan massa axial.

Gambar 5.16 Konsep Massa

Sumber : Hasil Konsep, 2020

5.4. Konsep Bentuk Bangunan


Pada konsep bentuk bangunan yaitu proses bagaimana menyatukan analisa
bentuk yang telat didapat sehingga menjadi sebuah konsep yang diinginkan.
Konsep yang telah ditetapkan pada analisa dan penekanan judul yaitu
menggunakan civic symbolis, yaitu menemukan bentuk baru dengan menerapka
budaya setempat. Adapun bentukan asal yang diambil yaitu menggunakan bentuk
dari telinga perempuan dayak yang khas dengan telinga panjang dengan anting
yang cukup berat untuk membuat telinga memanjang seiring berjalannya waktu,
kemudian mengambil bentuk yang berhubungan dengan fashion yaitu panggung
catwalk yang dijadikan sebagai penghubung antar massa bangunan.

88
Pada vocal point agar memiliki ciri khas berbeda dari bangunan sekitar maka
Point Entrance dibuat mencolok dengan mengadopsi bentukan dari tameng suku
dayak. Ada pun filosofi dari dari bentuk yang diangkat sebagai referensi yaitu :
Kelempit atau perisai berbentuk persegi enam dengan panjang sekitar satu
meter dan lebar tiga puluh sampai lima puluh centimeter, dibuat meruncing bagian
atas dan bawah, yang merupakan salah satu alat pertahanan traditional yang
digunakan sebagai tameng atau perisai dalam menghadapi musuh.
Motif yang digunakan gambar burung enggang, topeng atau disebut kalung
udo, garis lengkung dan lingkaran, dan lainnya. Pada perkembangannya kelempit
menjadi hiasan dan cinderamata yang bernilai ekonomis. Motif lengkungan dan
lingkaran mengambil motif dasar tumbuhan paku atau pakis yang daunnya masih
muda melengkung berbentuk spiral yang banyak tumbuh di Kalimantan.
Lengkungan ini simbol bahwa keturunan suku Dayak Kenyah yang tidak putus-
putusnya mempersatukan masyarakat Dayak.
Ornamen lingkaran melambangkan tiap-tiap kepala suku dan sub-sub suku
Dayak di Kalimantan. Melalui ornamen lengkung dan lingkaran ini suku Dayak
diajarkan tentang persaudaraan dan persatuan antarsuku Dayak yang harus terus
dipertahankan.

Gambar 5.9 Tameng dan Motif Dayak Kenyah

89
Gambar 5.17 Konsep Bentuk Bangunan

Sumber : Hasil Konsep, 2020

Gambar 5.18 Konsep Point Entrance

Sumber : Hasil Konsep, 2020


Gambar 5.19 Pengaplikasian Bentuk Bangunan

90
Sumber : Hasil Konsep, 2020
5.5. Konsep Struktur Bangunan
Konsep struktur pada perencanaan fashion center ini terbagi menjadi 2
kategori yaitu sturktur bawah dan atas.
5.5.1 Struktur Bawah
Struktur bawah yang digunakan pada perencanaan fashion center ini yaitu
menggunakan jenis pondasi dangkal yaitu penggunaan pondasi footplat
dikarenakan kontur tanah pada site tergolong dalam tanah keras.
Gambar 5.20 Pondasi Footplat

Sumber : Google, Arsitur.com

5.5.2 Struktur Atas


Pada konsep ini struktur atas yang digunakan pada perencanaan fashion
center ini berupa kolom, dinding dan balok serta pada bagian atap menggunakan
ranka atap baja ringan.
Gambar 5.21 Rangka Atap

Sumber : Google/alibaba, 2020

91
5.6. Konsep Utilitas Bangunan
Konsep utilitas pada perencanaan fashion center ini terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu sebagai berikut :
5.6.1 Sistem Air Bersih
Sumber air bersih pada perencanaan fashon center dikota samarinda berasal
dari jaringan air PDAM , kemudian dialirkan ke ground water tank yang diletakan
di bawah tanah, kemudian akan dipompa ke roof tank yang letaknya lebih tinggi.
Dengan memanfaatkan gaya gravitasi, air dari roof tank kemudian akan
didistribusikan kesetiap titik yang membutuhkan air seperti wastafel, toilet,
sprinkler dan hydrant. Berikut Tabel Sistem air bersih
Tabel 5.1 Skema Sistem Air Bersih
Wastafel
PDAM
BAK PENAMPUNGAN
( ground & roof tank ) Toilet
METERAN
Sprinkler

Hydrant

Gambar 5.22 Sistem Air Bersih

92
5.6.2 Sistem Air Kotor
Jaringan air kotor dalam perencanaan fashion center terbagi menjadi dua
kelompok yaitu :
3. Limbah cair, berupa air kotor yang berasal dari floor drain dan wastafel.
4. Limbah padat, berupa air kotor yang berasal dari kloset.
Tabel 5.2 Skema Sistem Air Kotor

Limbah Padat Limbah Cair

Septic Tank Bak Kontrol Sumur Resapan Saluran Kota

Gambar 5.23 Sistem Air Kotor

93
5.6.3 Sistem Air Hujan
Pada penanganan air hujan, digunakan talair yang disesuaikan dengan
bentuk atap yang digunakan, kemudian dialirkan secara vertikal menuju ke bak
penampungan air hujan untuk keperluan menyiram tanaman serta sisanya akan
dialirkan ke bak kontrol
Tabel 5.3 Skema Sistem Air Kotor

Bak penampungan
Air Hujan Bak kontrol Sumur resapan
air hujan

Saluran kota

Gambar 5.24 Gambar Sistem Air Kotor

Sumber : Hasil Konsep,2020

94
5.6.4 Sistem Jaringan Listrik
Sumber listrik pada perencanaan fashion center ini berasal dari jaringan
listrik PLN dan memiliki cadangan listrik yang berasal dari genset yang
digunakan apabila terjadi pemadaman listrik.
Tabel 5.4 Sistem Jaringan Listrik

Pencahayaan
PLN
Kontrol Panel Kontrol Panel
Penghawaan
Utama permassa
Genset
Pompa

Gambar 5.25 Gambar Sistem Jaringan Listrik

Sumber : Hasil Konsep,2020

5.6.5 Sistem Penangkal Petir


Penggunaan alat penangkal pelit pada perencanaan ini diletakan pada
puncak bangunan yang tinggi diantara sekitarnya yaitu pada bangunan
perbelanjaan dan bangunan pertunjukan yang memiliki ketinggian lebih diantara
sekitarnya.

95
5.6.6 Sistem Pencahayaan
Konsep pencahayaan pada bangunan fashion center ini menggunakan 2
jenis pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan,
pengoptimalan pencahayaan alamai terdapat pada bangunan pelayanan serta pada
bangunan perbelanjaan, untuk bangunan pertunjukan diminimalkan penggunaan
pencahayaan alami karna dapat mengganggu pengguna fasilitas.

5.6.7 Sistem Penghawaan


Untuk memenuhi kebutuhan penghawaan demi mencapai kenyamanan,
kesehatan maka penghawaan sebagian besar memanfaatkan penghawaan buatan
yaitu berupa AC, hal ini untuk memenuhi kebutuhan pengguna bangunan.

5.6.8 Sistem Penanggulangan Kebakaran


Sistem penanganan kebakaran menggunakan sistem detektor yang berada
pada langit-langit setiap ruangan dengan peletakan jarak tertentu, Serta sprinkler
yang akan otomatis menyemprotkan air yang berasal dari roof tank ketika alarm
tanda kebakaran berbunyi. Selain itu juga tersedianya hydrant yang ditempatkan
dibeberapa titik bangunan pada setiap lantai
Tabel 5.5 Sistem Penanggulangan Kebakaran

Sprinkler
Detector Alarm
Hydrant

5.6.9 Sistem Pembuangan Sampah


Konsep sistem pembuangan sampah pada perencanaan fashion center ini
dibagi menjadi 2 jenis yaitu sampah basah dan sampah kering agar memudahkan
dalam penanganan terhadap sampah yang ada, sampah akan ditampung di TPS
yang telah disediakan kemudian sampah kering akan langsung di bakar.
Kemudian sampah basah akan didistribusikan ke TPA terdekat yaitu berada pada
Jalan Suryanata.

96
Tabel 5.6 Sistem Pembuangan Sampah

Tempat Sampah TPS Truk Sampah

Dibakar TPA

Gambar 5.26 Sistem Pembuangan Sampah

97
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Seminar tugas akhir dengan judul Perencanaan Fashion Center dikota
Samarinda yang berlokasi di Jalan. M. Yamin Kelurahan Gunung Kelua,
Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda – Kalimantan Timur. Saat ini dikota
samarinda kegiatan fashion cukup rutin diselenggarakan seperti pameran busana
atau fashion show namun masih terbatas dalam hal tempat atau prasarana untuk
pertunjukan, hal ini menunjukan peminat fashion dikota samarinda perlu
mendapatkan perhatian dari segi penyelenggaraan prasarana untuk menampung
kegiatan yang berkaitan dengan fashion.
Bangunan ini merupakan sebuah wadah untuk menyalurkan minat dan bakal
masyarakat kota Samarinda dibidang Fashion yang saat ini masih kurang
mendapatkan prasarana yang dapat menampung aktifititas kegiatan yang berkaitan
dengan Fashion. Perencanaan Fashion Center ini dapat menjadi salah satu solusi
untuk memenuhi kebutuhan yang ada saat ini yaitu prasarana untuk kegiatan
Fashion.
Perencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini menggunakan konsep
Arsitektur Eco-Tech yang difokuskan pada prinsip Civic Symbolism yaitu
penggunaan bahan bangunan yang besifat berkelanjutan dan mencoba untuk
mendapatkan bentuk baru yang bersikat ikonik dengan mengankat budaya
setempat, yaitu mengadaptasi dari beberapa kebudayaan suku dayak seperti
mengadopsi dari bentuk telinga perempuan dayak yang dijadikan sebagai acuan
penyusunan bangunan didalam site, serta penggunaan bentuk tameng dayak
kenyah sebagai point entrance yang kontras dengan bangunan sekitar.
Dengan perencanaan Fashion Center dikota Samarinda ini diharapkan dapat
menjadi prasarana masyarakat samarinda untuk menyalurkan minat dan bakal
dibidang Fashion.

98
6.2. Saran
Berdasarkan dari penelitian yang telah dicapai maka peneliti bermaksud
memerikan saran yang dapat bermanfaat bagi instanansi maupun bagi peneliti
selanjutnya, adapun saran sebagai berikut :
1. Bagi Instansi
Perkembangan Fashion dikota samarinda saat ini perlu mendapatkan
perhatian pemerintah atau instansi terkait dikarenakan minat dan bakal
masyarakat dibidang fashion saat ini cukup berkembang dengan adanya
event fashion yang kerap diadakan dikota Samarinda. Hal ini
membuktikan masyarakat perlu adanya prasarana fasilitas yang dapat
menampung kegiatan yang berhubungan dengan fashion.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih mendalam tentang
pengumpulan data berdasarkan hasil survei lapangan dikarenakan fashion
selalu mengalami perkembangan yang cukup signifikan sehingga dapat
menjadikan ide-ide baru untuk dikembangkan dalam perencanaan
prasarana terkait fashion.

99
Daftar pustaka

Arifah A. Riyanto. (2009). Modul Dasar Busana. Tesis. Tidak dipublikasikan.


Jakarta : Universitas Indonesia.
Adhie, Artisto S. (2001). Kajian Eco Tech Pada Bangunan Kansai Air Terminal
Karya Renzo Piano. Semarang : Makalah disampaikan dalam Seminar
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Unika Soegijapranata.
Aliyatul Himmah. (2012). Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di
Malang. Thesis. Dipublikasikan. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2002). Metode Penelitian. Jakarta : Bumi
Aksara.
Fitria Sari. (2014). Muslim Fashion Cnter di Banda Aceh. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Aceh : Universitas SyiahKuala Darussalam.
Frick, Heinz, FX. Bambang Suskiyanto. (2007). Seri Eko-Arsitektur 1 : Dasar-
dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta : Kanisius.
Jimmy S. Juwana. (2006). Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek dan
Praktisi Bangunan. Jakarta : Erlangga.
Karina dan Dwi Hariadi. (2011). Peranan Tema Harajuku pada Perancangan
Fashion Senter di Surabaya. Jurnal. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
November.
Materi Teknik Rencana Tata Ruang Kota Samarinda (RTRW) Tahun 2014-2034
Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri
Jalan), Dirjen Cipta Karya, 1998
Peraturan Daerah Kota Samarinda No 4 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan
pendidikan.
Peraturan daerah kota samarinda nomor 2 tahun 2014 tentang rencana tata ruang
wilayah kota samarinda tahun 2014-2034
Peraturan menteri pekerjaan umum nomor : 24/prt/m/2008 tentang pedoman
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung.

100
Peraturan menteri pekerjaan umum nomor : 26/prt/m/2008 tentang persyaratan
teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
Sugiyono. (2009) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Slessor & Catrerine. (2001). Suistainable Architecture and high Technology.
Thames and Hudson, London : Thames and Hudson.

SNI 03-1733-2004 Tetang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan


diperkotaan.
Undang-undang republik indonesia nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan
gedung.

101

Anda mungkin juga menyukai