Anda di halaman 1dari 38

NAMA : ERWIN SYAHRULLAH, S.Pd.

INSTANSI : SMK NEGERI 3 TANGERANG

TAHUN MODUL 2021

KELAS X

MATA PELAJARAN : PROSES BISNIS BERBAGAI

INDUSTRI DIBIDANG BUSANA

DURASI : 108 JAM

ALOKASI WAKTU : 3 JP

JUMLAH PESERTA DIDIK : 36 SISWA


FASE : E
CAPAIAN PEMBELAJARAN : peserta didik mampu menjelaskan informasi dan wawasan
secara menyeluruh tentang K3 di bidang busana (fesyen), proses produksi di Industri,
pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar dapat mengembangkan pola pikir
kreatif, proses kreasi untuk menghasilkan solusi desain yang tepat sasaran, aspek perawatan
peralatan, potensi lokal dan kearifan lokal, dan pengelolaan SDM di Industri.

A. PROFIL PELAJAR PANCASILA


 Peserta didik akan mengembangkan kemampuan bernalar kritis dan mandiri dalam
menyelesaikan masalah.
 peserta didik mampu menjelaskan pembuatan desain, mulai dari pemahaman dasar-dasar
desain, pemahaman terhadap six basic style dan look.
 Proses mencari bentuk; cara menemukan inspirasi, hingga membuat desain melalui
proses pembuatan kolase, menganalisis dan mengembangkan style dan look.
B. MODEL PEMBELAJARAN
PBL (Project Based Learning) secara tatap muka dan during (online)
C. Kegiatan Pembelajaran Utama :
Individu, Berkelompok (2-4 orang)
D. Penilaian
Individu dan kelompok
E. Jenis Assesmen
Individu dan performa
F. Metode
Diskusi, Presentasi, Demontrasi, PjBL, Eksplorasi.

KATA KUNCI
Industry dibidang busana

PERTANYAAN INTI
Bagaimana saya dapat mengetahui proses bisnis berbagai industry dibidang busasana (Fesyen)
yang ada?
Bagaimana saya menjelaskan materi mengenai industry dibidang busana?
A. Perangkat ajar ini dapat digunakan guru mengajar :
1. Siswa Reguler/tipikal
2. Siswa dengan hambatan belajar
3. Siswa cerdas istimewa berbakat istimewa (CIBI)
B. Kelengkapan Perangkat ajar :
Lembar kegiatan, rubric penilaian, foto, video
DESKRIPSI UMUM
Peserta didik mampu menjelaskan informasi dan wawasan secara menyeluruh tentang K3 di bidang
busana (fesyen), proses produksi di Industri, pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar
dapat mengembangkan pola pikir kreatif, proses kreasi untuk menghasilkan solusi desain yang tepat
sasaran, aspek perawatan peralatan, potensi lokal dan kearifan lokal, dan pengelolaan SDM di Industri.

CATATAN UNTUK GURU


Modul ajar ini akan menjadi materi prasyarat dan berlanjut pada materi berikutnya, dengan
menerapkan pembelajaran berbasis proyek

PERSIAPAN (45 MENIT)


1. Guru membuat presentasi tentang materi pengetahuan fashion design
2. Guru membuat contoh-contoh model perbandingan tubuh pada fashion design

AKTIVITAS
Pertemuan 1 : Studi pustaka terkait informasi dan wawasan menyeluruh tentang K3
dibidang busana (Fesyen)
Pertemuan 2 : Diskusi mengenai proses produksi di Industri dibidang busana
(Fesyen)
pertemuan 3 : Presentasi, pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar
dapat mengembangkan pola pikir kreatif, proses kreasi untuk
menghasilkan solusi desain yang tepat sasaran, aspek perawatan
peralatan, potensi lokal dan kearifan lokal, dan pengelolaan SDM di
Industri
PERTEMUAN 1 DARING/LURING (180 MENIT)
I. KEGIATAN AWAL (30 MENIT)
A. KOMPETENSI AWAL
1. Menunjukkan keimanan sebagai rasa syukur dan keyakinan terhadap kebesaran sang
pencipta / Tuhan Yang Maha Esa karena menyadari keteraturan dan kompleksitas alam
dan jagat raya diatur oleh sang pencipta.
2. Menyadari kebesaran Tuhan yang mencitakan alam semesta dari semua unsure di
dalamnya.
3. Menunjukkan prilaku ilmiah (rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-
hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan
dan diskusi.
4. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan praktikum dan melaporkan hasil praktek.
5. Mencari informasi dan wawasan menyeluruh tentang K3 dibidang busana (Fesyen)
6. Menguraikan proses produksi di industry bidang busana .
7. Mempresentasikan proses produksi dibidang busana .
8. Mengembangkan proses kreasi untuk menghasilkan solusi desain yang tepat sasaran .
9. Meningkatkan pengetahuan mengenai aspek perawatan peralatan.
10. Meningkatkan potensi lokal dan kearifan lokal, dan pengelolaan SDM di Industri .

B. TARGET PESERTA DIDIK


- Peserta didik memiliki pengetahuan tentang Proses bisnis berbagai industri di bidang busana
(fesyen)

C. SARANA DAN PRASARANA


a. Media
- Aplikasi google classroom, whatsaap, google form dan google meet,
- Power point yang berisi tentang materi Proses bisnis berbagai industri di bidang busana (fesyen)
b. Alat/ Bahan
- Laptop dan handphone
- Jaringan internet
c. Sumber Belajar
Buku Siswa : 2021. Buku siswa Dasar – Dasar Busana Kelas X semester 1.Jakarta
: Direktorat Pembina Sekolah Menengah Kejuruan
Buku pegangan guru : Soekarno.2012. Buku Penuntun Membuat Busana Tingkat
Dasar.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Internet

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah proses pembelajaran peserta didik dapat :
1. Mencari informasi dan wawasan menyeluruh tentang K3 dibidang busana (Fesyen)
2. Menguraikan proses produksi di industry bidang busana .
3. Mempresentasikan proses produksi dibidang busana .
4. Mengembangkan proses kreasi untuk menghasilkan solusi desain yang tepat sasaran .
5. Meningkatkan pengetahuan mengenai aspek perawatan peralatan.
6. Meningkatkan potensi lokal dan kearifan lokal, dan pengelolaan SDM di Industri .

E. PERTANYAAN PEMANTIK
1. Saat ini kalian telah bersekolah di SMK pada Program Keahlian Busana (Fesyen). Bagaimana
perasaan kalian?
2. Saat memilih program keahlian ini, apakah kalian sudah tahu tentang industri fesyen?
3. Apakah mengikuti gaya berpakaian adalah sesuatu yang wajib untuk kalian?
4. Memiliki selera atau gaya sendiri memang menyenangkan, karena kalian dapat bebas
mengekspresikan siapa diri kalian sesungguhnya. Tapi apakah kalian sudah tahu kalau ternyata
industri fesyen ikut ambil andil perihal lingkungan?
5. Memang hal apa yang dilakukan industri fesyen sehingga berdampak pada lingkungan ?

II. KEGIATAN INTI (135 Menit)


A. KEGIATAN PEMBELAJARAN
a) Kegiatan Pendahuluan.
1. Memberikan salam
2. Menanyakan kepada peserta didik kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
3. Menanyakan kehadiran peserta didik
4. Mempersilakan salah satu peserta didik untuk memimpin doa
5. memberikan refleksi (quis mengenai materi yang akan dijelaskan)
6. Menyampaikan pokok materi yang akan dibahas
7. Menyampaikan tujuan pembelajaran
8. Memberikan test untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi yang sudah
dijelaskan
RINGKASAN MATERI

A. PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat :
1. Memahami ekosistem mode dan overview fashion industri dengan benar.
2. Menjelaskan gaya dan selera sesuai dengan perkembangan fashion dan trend
dengan tepat.
3. Memahami karya desainer dan produk fashion dengan benar.
4. Mendeskripsikan konsep sustainable fashion dengan jelas.
5. Memahami potensi lokal dan kearifan lokal dalam industri busana (fesyen) dengan
benar.
6. Menjelaskan pengelolaan SDM di industri busana (fesyen) dengan tepat.

Sumber: Pexels.com/Ksenia Chernaya (2020)

Pertanyaan Pemantik (essential question)


Selamat ya! Saat ini kalian telah bersekolah di SMK pada Program Keahlian
Busana (Fesyen). Bagaimana perasaan kalian? Saat memilih program keahlian ini,
apakah kalian sudah tahu tentang industri fesyen? Apakah mengikuti gaya
berpakaian adalah sesuatu yang wajib untuk kalian? Memiliki selera atau gaya
sendiri memang menyenangkan, karena kalian dapat bebas mengekspresikan siapa
diri kalian sesungguhnya. Tapi apakah kalian sudah tahu kalau ternyata industri
fesyen ikut ambil andil perihal lingkungan? Memang hal apa yang dilakukan
industri fesyen sehingga berdampak pada lingkungan? Agar kalian semakin mapan
dan bijak dalam memilah pengeluaran untuk pakaian, kalian perlu tahu juga
dampak‐dampak dari industri fesyen.
B. PROSES PEMBELAJARAN
Apersepsi
Apakah sebelumnya kalian pernah mendengar atau mengenal istilah “Fast
Fashion”? Atau kalian sama sekali tidak mengenalnya? Sebagai clue, fast fashion
sangat erat kaitannya dengan “limbah fesyen”. Fast fashion menjadi salah satu
penyebab terbesar polusi limbah fesyen yang dapat merusak lingkungan,
seperti polusi air, tanah, maupun penghasil gas emisi rumah kaca yang dapat
menyebabkan climate change (perubahan iklim).
Untuk meningkatkan kesadaran banyak orang mengenai buruknya dampak
fast fashion, terlebih dahulu kalian perlu mengetahui apa itu fast fashion, sejarah
fast fashion, dan mengenali ciri‐ciri fast fashion. Sehingga ketika kalian
menemukan sebuah produk yang berasal dari industri fast fashion, akan membantu
kalian untuk mengurangi penggunaannya atau bahkan tidak menggunakannya
lagi. Hal ini tentunya menjadi salah satu upaya untuk mengurangi polusi limbah
fesyen.
Dalam perkembangannya, fesyen memainkan peran yang semakin penting
di dunia industri. Fesyen tidak hanya dilihat dari sektor penampilan tapi industri
fesyen merupakan ujung rantai dari industri tekstil yang memiliki nilai tambah
tinggi.
Pendekatan pembelajaran
Students Centered Learning dengan pendekatan kontekstual yang
mengaitkan materi belajar dengan keadaan dunia nyata.
Penguatan materi (Lembar informasi/uraian materi)
Jika kita melihat tren fashion terkini, sejumlah merek mode dunia mulai
gencar menyuarakan sustanaible fashion. Bahkan kini, orang‐orang juga mulai
menerapkan konsep ini dalam kehidupan mereka. Lalu sebenarnya, apa yang
dimaksud dengan sustainable fashion?
Hal ini berhubungan dengan lingkungan. Mengingat kondisi bumi yang
semakin menua, dengan segala beban sampah yang diproduksi oleh masyarakat,
tentu keseimbangan alam mulai terganggu. Global warming yang terjadi semakin
terasa signifikan. Tak hanya perubahan cuaca ektrem saja, namun makhluk hidup
yang hidup di muka bumi pun mulai terpengaruh drastis dengan perubahan
lingkungan yang ada.
Lalu apa hubungannya dengan fashion? Pakaian adalah salah satu produk
fashion yang terus diproduksi. Fashion menggunakan tekstil sebagai bahan
utamanya. Namun, tekstil sendiri masuk ke dalam industri dunia yang mencemari
lingkungan. Tapi industri fashion terus memproduksi produk‐ produknya dengan
cepat. Apalagi dengan adanya tren yang membuat orang semakin tak segan untuk
terus menerus membeli pakaian yang dapat menyempurnakan tampilan mereka.
Perputaran produk fashion yang cepat inilah yang kerap di sebut dengan
istilah Fast Fashion. Kini fast fashion sedang menjadi isu yang mendapat
highlight. Kebiasaan orang dengan mudah membeli pakaian dengan harga murah
dengan kecepatan produksi memberikan dampak negatif pada keseimbangan
lingkungan.
Oleh sebab itu, fast fashion dan sustainable fashion menjadi hubungan
sebab akibat yang terjadi karena industri fashion yang menciptakan sampah yang
sulit diolah. Filosofi sustainable fashion inilah yang kini banyak dipelajari oleh
pada pekerja industri mode.
Sustainable fashion memiliki tujuan untuk menjadikan industri mode lebih
ramah lingkungan dan menjadi aksi nyata yang kini banyak diterapkan oleh sederet
merek fashion dunia.
Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam
mengenai industri fashion, perlu dilakukan pemetaan terhadap kondisi industri
fashion yang ideal. Kondisi tersebut umumnya telah diterapkan oleh negara‐
negara dengan industri fashion yang telah maju dan berdaya saing tinggi. Dalam
pemetaan ini, dijelaskan juga mengenai kondisi aktual dari industri fashion di
Indonesia untuk memahami dinamikanya.
A. Ekosistem Mode Dan Overview Fashion Industri

Sumber : Pexels.com/Ksenia Chernaya (2020)


Pemahaman antara kondisi ideal negara maju dengan kondisi aktual di
Indonesia dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri fashion
nasional sehingga dapat berkembang dengan baik. Hal ini dicapai melalui
pertimbangan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan,
kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi dalam mengembangkan
industri fashion di Indonesia.
Ekosistem industri fashion, yaitu sebuah sistem yang menggambarkan
hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) setiap peran di
dalam proses penciptaan nilai kreatif dan dengan lingkungan sekitar yang
mendukung terciptanya nilai kreatif. Untuk menggambarkan hubungan saling
ketergantungan ini, akan dibuat sebuah peta ekosistem yang terdiri atas empat
komponen utama :
a. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain)
b. Pasar‐Konsumen, Audience, dan Customer (Market)
c. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)
d. Pengarsipan (Archiving)
Keempat komponen ini mempunyai peran yang berbeda, namun saling
berinteraksi dan membentuk suatu siklus dalam suatu ekosistem industri subsektor
fashion yang dapat menghasilkan rantai nilai kreatif secara berkelanjutan. Peta
ekosistem fashion dibuat dengan menggunakan pendekatan kondisi ideal atau
modelling untuk menggambarkan bentuk sempurna industri fashion secara
komprehensif dan perkembangannya secara berkelanjutan. Peta ini
menggambarkan aktivitas yang terjadi pada setiap tahapan kreatif. Dalam hal ini,
para pelaku yang terlibat dan keterkaitan antarkomponen dijadikan sebagai suatu
ekosistem secara berkelanjutan. Dengan demikian, fashion dapat berkembang
dalam konteks industri.

Sumber : BE Kraf Fashion/2016


Perkembangan industri fashion yang meningkat secara signifikan juga
diwarnai dengan kemunculan istilah fast fashion dan slow fashion. Kalau fast
fashion mementingkan kuantitas dan produksi yang cepat, slow fashion lebih
menekankan kualitas produk dan pemakaian yang lebih lama. Esensi dari slow
fashion adalah produksi pakaian yang etis dan ramah lingkungan.
1. Fast Fashion dan Dampak yang Ditimbulkan

Fast Fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memiliki
berbagai model fashion yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat, serta
menggunakan bahan baku yang berkualitas buruk, sehingga tidak tahan lama.
Misalnya ketika musim panas, industri fast fashion akan memproduksi pakaian musim
panas. Dan dalam waktu yang singkat, mereka akan memproduksi pakaian untuk
musim dingin ketika musim dingin datang. Bahkan saat ini, kebanyakan industri fast
fashion memproduksi hingga 42 model fashion dalam waktu 1 tahun. Konsep bisnis
ini memproduksi pakaian dengan jumlah banyak dan cepat demi memenuhi
permintaan pasar. Kemunculan fast fashion mendukung gaya hidup konsumtif karena
harganya yang relatif lebih murah dibandingkan pakaian dari designer.
Industri fast fashion seringkali tidak memperhatikan dampak buruk terhadap
lingkungan dan mengorbankan keselamatan para pekerjanya.
Ciri‐ Ciri Fast Fashion
Berikut 4 ciri‐ciri yang dapat mempermudah kalian mengenali sebuah produk fast
fashion :
a) Produk fast fashion memiliki banyak model dan selalu mengikuti trend terbaru.
b) Model fashion selalu berganti dalam waktu yang sangat singkat.
c) Diproduksi secara massal di negara Asia dan negara berkembang, dimana
pekerja digaji dengan sangat murah tanpa ada jaminan keselamatan kerja dan
upah yang layak, salah satunya di Indonesia.
d) Menggunakan bahan baku yang tidak berkualitas (murah) dan tidak tahan lama.

Dampak Fast Fashion


Industri fast fashion tentunya memberikan dampak yang buruk terhadap
lingkungan, bahkan manusia sendiri.
a) Industri fast fashion biasanya menggunakan pewarna tekstil yang murah dan
berbahaya, sehingga dapat menyebabkan pencemaran air dan beresiko terhadap
kesehatan manusia.
b) Poliester adalah salah satu bahan baku yang banyak digunakan industri fast
fashion yang berasal dari bahan baku fosil, sehingga saat dicuci akan
menimbulkan serat mikro yang meningkatkan jumlah sampah plastik.
c) Bahan katun yang digunakan biasanya dicampur dengan air dan pestisida
dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga membahayakan para pekerja dan
meningkatkan resiko kekeringan, menciptakan tekanan besar pada sumber air,
menurunkan kualitas tanah, serta berbagai masalah lingkungan lainnya.
d) Industri fast fashion biasanya juga menjadi penyebab menurunkan jumlah
populasi hewan, karena kebanyakan dari mereka juga memanfaatkan kulit
binatang sebagai bahan baku dan tentunya akan dicampur dengan berbagai zat
kimia. Seperti ular, macan, dan hewan lainnya.
e) Industri fast fashion mendorong banyak orang untuk sering berbelanja, karena
mereka selalu memproduksi model dengan tren terbaru. Hal ini akan
menimbulkan sifat boros dan ketidakpuasan.

Ayo Berpendapat!

Dari beberapa penjelasan kalian lebih mengenal fast fashion hingga dampak yang
ditimbulkan. Bahkan hingga kini retail fast fashion masih menjadi konsumerisme
yang biasa ditemukan di pusat perbelanjaan. Apakah kalian masih mau
menggunakan dan membeli produk fast fashion? Berikan penjelasan berdasarkan
pendapat kalian masing‐masing!

2. Slow Fashion dan Dampaknya pada Lingkungan


Slow fashion atau sustainable fashion merupakan sebuah gerakan yang berusaha
memperbaiki masalah yang ditimbulkan fashion dengan memperhatikan kualitas dan
ketahanan produk yang ramah lingkungan, serta meningkatkan kondisi lingkungan kerja.
Seperti yang kita ketahui, fashion memberikan berbagai masalah lingkungan yang
hampir tidak dapat diatasi lagi. Realita inilah yang mendorong berbagai individu untuk
melakukan aksi nyata perubahan demi keberlangsungan hidup manusia dan alam, salah
satunya melalui slow fashion. Gerakan ini mengajak seluruh kalangan masyarakat, mulai
dari produsen bahan mentah, pabrik, hingga pembeli, untuk peduli akan dampak yang
diberikan kepada alam.
Produsen bahan mentah diajak untuk menggunakan cara terbarukan dalam
memproduksi bahan mentah. Banyak produsen, seperti petani kapas, yang memutuskan
untuk mengubah cara penanaman mereka dengan mengurangi penggunaan berbagai
bahan kimia berbahaya yang dapat merusak ekosistem. Selain itu, beberapa organisasi,
seperti Better Cotton Initiative, menyediakan informasi dan metode bagi para petani
untuk melakukan penanaman yang aman dan ramah lingkungan. Hal ini semakin
diperkuat dengan kesadaran mereka untuk memerhatikan kebutuhan pekerja dan
lingkungan di sekitar.
Kemudian, berbagai industri dan rumah fashion memutuskan untuk fokus
menyediakan produk yang mengedepankan kualitas dan ketahanan produk dengan
menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan. Dengan memerhatikan kualitas dan
ketahanan, industri dapat menekan jumlah limbah yang ada di dunia. Pembeli akan
beramai‐ramai membeli produk berkualitas, sehingga industri fashion yang tidak
memerhatikan kondisi lingkungan dan sosial akan ditinggalkan. Pada saat yang sama,
ketahanan produk akan menekan jumlah pembelian dan pembuangan limbah yang dapat
merusak lingkungan. Selain itu, dengan memilih bahan yang ramah lingkungan, industri
dapat menekan jumlah pencemaran yang diakibatkan dari aktivitas produksi.
Walaupun demikian, industri fashion tidak dapat berubah tanpa adanya
kesadaran masyarakat untuk melakukan aksi nyata perubahan. Gerakan ini meminta
masyarakat, terutama para fashionista, untuk berpikir dua kali sebelum membeli dan
membuang pakaian. Selain itu, masyarakat juga diajak untuk menolak atau
mengurangi penggunaan pakaian yang tidak menghiraukan kondisi lingkungan
Walaupun gerakan ini belum dapat menghentikan semua kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh industri fesyen, sudah ada banyak perubahan sosial
dan lingkungan yang dibawanya. Semakin banyak industri serta masyarakat yang
sadar dan peduli akan dampak yang mereka bawa terhadap lingkungan. Hal ini berarti
pencemaran dan kerusakan lingkungan yang ada dapat ditekan. Oleh karena itu,
semakin banyak yang menyadari dan mengubah kebiasaan buruk ini, semakin besar
pula kemungkinan industri fesyen dapat berubah dan bumi pun pulih dari kerusakan.
Dampak Slow Fashion
Walaupun gerakan ini belum dapat menghentikan semua kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh industri fashion, sudah ada banyak perubahan sosial
dan lingkungan yang dibawanya. Semakin banyak industri serta masyarakat yang
sadar dan peduli akan dampak yang mereka bawa
terhadap lingkungan. Hal ini berarti pencemaran dan kerusakan lingkungan yang ada
dapat ditekan. Oleh karena itu, semakin banyak yang menyadari dan mengubah
kebiasaan buruk ini, semakin besar pula kemungkinan industri fashion dapat berubah
dan bumi pun pulih dari kerusakan.
Fashion merupakan salah satu industri terbesar di dunia yang menghasilkan
berbagai masalah lingkungan di dunia, terutama akibat perubahannya yang sangat pesat.
Untuk mengatasi hal ini, banyak masyarakat yang memutuskan beralih ke slow fashion,
sebuah gerakan yang mengedepankan kualitas, ketahanan, serta keramahan produk
terhadap lingkungan. Akan tetapi, semua ini tidak dapat berhasil tanpa adanya kesadaran
dan partisipasi masyarakat untuk membawa perubahan. Oleh karena itu, kita harus
mengambil langkah untuk mengubah kebiasaan buruk kita untuk melindungi dan
melestarikan alam sebelum terlambat.

B. Gaya Dan Selera Sesuai Dengan Perkembangan Fashion Dan Trend


Fashion merupakan kombinasi atau perpaduan dari gaya atau style
dengan desain yang cenderung dipilih, diterima, digemari dan digunakan oleh
mayoritas masyarakat yang akan memberi kenyamanan dan membuat lebih
baik pada satu waktu tertentu. Dengan kata lain fashion juga bisa diartikan
sebagai budaya berpakaian.
Fashion atau gaya berpakaian sudah ada sejak dahulu kala dan berkembang
baik mengikuti zaman. Fashion bisa berubah‐ubah sesuai dengan kreativitas
masyarakatnya oleh karena itu tren fashion dizaman dahulu berkemungkinan tinggi
bisa menjadi tren fashion lagi di zaman sekarang.
Jika melihat seseorang mengenakan kemeja lengan panjang dan dasi,
lengkap dengan setelan jas dan sepatu fantovel, juga dengan jam tangan mewah
seperti Rolex melingkar di pergelangan tangannya, orang akan menilai bahwa ia
adalah orang yang mapan. Penilaian ini akan berbeda ketika melihat seseorang
yang lain, mengenakan kaos, celana dan jaket jeans, serta sandal gunung, orang
akan menilainya sebagai orang santai dan easy going.
Mode/Fashion dapat menjadi salah satu sarana untuk memperoleh
pengakuan. Mode/Fashion bukan sekedar cara berpakaian namun sudah menjadi
gaya hidup dan menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan.
Mode (fashion) merupakan suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang
mencerminkan identitas diri atau kelompok.
Di dalam masyarakat, di mana persoalan gaya adalah sesuatu yang penting
(atau malah gaya merupakan segalanya), semua manusia adalah performer. Setiap
orang diminta untuk bisa memainkan dan mengontrol peranan mereka sendiri.
Gaya pakaian, dandanan rambut, segala macam aksesoris yang menempel, selera
musik, atau pilihan‐pilihan kegiatan yang dilakukan, adalah bagian dari
pertunjukan identitas dan kepribadian diri. Seseorang kemudian bisa memilih tipe‐
tipe kepribadian yang diinginkan melalui contoh‐contoh kepribadian yang beredar
di sekitar, seperti bintang film, bintang iklan, penyanyi, model, bermacammacam
tipe kelompok yang ada atau seseorang bisa menciptakan sendiri gaya kepribadian
yang unik, yang berbeda, bahkan jika perlu yang belum pernah digunakan orang
lain. Kesemuanya itu adalah demi gaya karena gaya adalah segala‐galanya, dan
segala‐galanya adalah gaya. Dengan gaya seseorang bisa menunjukkan siapa
dirinya.
Tabel 2.1 Pendekatan Fashion
Pendekatan Fashion

Pendekatan Tradisional Pendekatan Modis


Pendekatan
Fashion

Sumber : IFC/Dina Midiani (2021) Sumber : IFC/Dina Midiani


(2021) Keduanya berhubungan dalam ruang dan waktu

Sumber : IFC/Dina Midiani (2021) Sumber : IFC/Dina Midiani (2021)


Bervariasi dalam ruang tapi statis Bergerak dalam varian waktu, selalu
dalam waktu berubah, namun tidak banyak
perbedaan dalam ruang karena
konsep global
Pendekatan Fashion

Sumber : IFC/Dina Midiani (2021)

Design seharusnya terus mencari kemungkinan‐kemungkinan dan cara


menghubungkan tradisi dan modernity

C. Karya Desainer dan Produk Fashion

Sumber : Kemlu.go.id
Dua desainer Indonesia di Australia, Emmythee dan Savira Lavinia berhasil
melahirkan karya‐karya fenomenal yang ditampilkan di lantai 'Catwalk Gold
Coast Fashion Project 2021' (GCPF). Keikutsertaan desainer Indonesia pada
ajang GCPF merupakan hasil kerja sama kerja sama KJRI Sydney dan Indonesian
Fashion Chamber (IFC). Karya dua desainer Indonesia yang berada di balik brand
Emmy Thee dan Sav Lavin ini mendapatkan sambutan hangat dari para desainer
dan pecinta mode di Australia. Keduanya mengedepankan konsep sustainable
fashion dengan prinsip zero waste pattern, daur ulang sisa kain untuk pembuatan
aksesoris dan memajukan pengrajin lokal dari berbagai daerah di Indonesia.
Koleksi yang ditampilkan pada GCFP di antaranya 'changes outer look 7 denim'
menggunakan celana denim daur ulang, tas domalu dan anting‐anting yang
menggunakan sisa‐sisa kain atau perca.
Secara umum, karya Emmythee menampilkan kekayaan kain tradisional Indonesia
yang mengedepankan pengrajin lokal. Sementara itu, Savira Lavinia menampilkan
koleksi bernuansa kontemporer berjudul 'Gardenia' yang bertujuan untuk
menciptakan identitas visual baru terinspirasi oleh seni, musik, film dan literatur
yang bertemu dalam harmoni yang sempurna.
Partisipasi KJRI Sydney pada GCFP juga didukung oleh ekosistem mode
Indonesia dan Australia, di antaranya Selvie Khoesnadi (fashion stylist berbasis di
Gold Coast), Monstera International (trading company berbasis di Adelaide),
Karina Trijono (founder brand Soloputri), Anindita Rahardjo (founder brand
Kakamiku) dan desainer perhiasan Amerika berbasis di Adelaide Che Garcia
dengan brand Woodsman Jewellery. Karya‐karya desainer Indonesia tersebut
langsung dipertemukan dengan konsumen local dan mendapat animo luar biasa
dari aspek penjualan.
PRODUK MODE (PRODUK FASHION)
Produk mode ada 2 yaitu :
1. Made to order
Yang termasuk dalam made to order :
a) Tailor Mode
b) High Fashion
c) Uniform
d) Costume
2. Ready to wear
Yang termasuk dalam ready to wear :
a) Deluxe
b) Mass Product
3. Berdasarkan kesesuaian tren :
Sumber : IFC/Dina Midiani (2021)
a) Avant garde/garda depan
b) Kontemporer/trend
c) New basic
d) Basic

D. Konsep Sustainable Fashion


Semakin berkembangnya zaman, permasalahan mengenai limbah belum
juga terselesaikan. Salah satu sumber limbah paling banyak di bumi berasal dari
pakaian. Tidak heran jika saat ini kampanye aksi cinta bumi dengan memilih
sustaiable fashion semakin gencar dimana‐mana. Sustainable fashion adalah
sebuah langkah untuk mengurangi limbah fashion yang kini jadi salah satu
penyumbang terbanyak dan dapat merusak bumi.
“Sustainability” dalam bahasa Inggris artinya “kelangsungan”. Produk
yang dibuat dengan konsep “sustainable” memberikan benefit secara sosial
dan ekonomi dalam keseluruhan proses produksinya, tanpa mengotori
lingkungan.

Sumber : Freepik.com/Freepik (2021)


Sustainable fashion adalah konsep yang salah satunya memproduksi
pakaian dengan proses yang ramah lingkungan. Saat ini, sustainable fashion bukan
hanya tren fashion saja, pasalnya ini adalah bentuk nyata industri mode untuk
mengurangi jumlah sampah pakaian di bumi. Konsep sustainable fashion
dijalankan bukan hanya dalam proses desain busananya saja, tetapi juga dalam
proses produksi secara berkesinambungan.
Tujuan dari fesyen berkelanjutan adalah untuk menyatukan berbagai
kalangan di industri fesyen: perancang, produsen, distributor, hingga konsumen
(pemakai) untuk bekerja sama demi mengubah cara suatu item fesyen bersumber,
diproduksi, dan dikonsumsi ke arah yang lebih baik.
Langkah kecil dari sustainable fashion adalah dengan memilih beberapa
produk fashion yang menggunakan bahan dasar ramah lingkungan dan mudah
terurai. Tren fast fashion yang melibatkan banyak pekerja dalam proses
produksinya sempat menimbulkan sejumlah masalah mengenai kesejahteraan
pekerja mereka.
Berikut ini adalah lokal brand yang mengusung konsep fashion
berkesinambungan :
1. HeySTARTIC
Brand ini mengedepankan konsep sustainable dengan pemberdayaan
masyarakat dan produk daur ulang dari kertas. Dompet, tas, dan sandal
dihasilkan dari olahan limbah kertas bekas. Mulai dari kardus susu sampai
kertas semen bisa dijadikan produk fashion dengan desain yang cantik nan
unik. Terbukti hingga lebih dari 100 desain yang telah dihasilkan. Sejumlah
pengrajin local diajak bekerja sama agar bisa mendapatkan manfaat secara
ekonomi. Bukan hanya itu, brand ini berupaya menerapkan prinsip ethical
dengan menggelar berbagai pelatihan dan edukasi.
Sumber : Kompas.com
2. Osem
Produk lokal lain yang berkomitmen menjunjung prinsip berkelanjutan adalah Osem.
Hasilnya berupa pakaian dari kain yang diolah dengan prinsip jumputan melalui teknik
melipat, mengikat dan mewarnai. Berbagai produknya identic dengan warna biru
sebagai hasil proses pewarnaan alami dari berbagai tumbuhan khas Indonesia.
Osem juga mengembangkan diri dan tetap konsisten dengan prinsipnya dengan
menggunakan kain dari serat alam seperti linen dan rami. Mengusung zero‐waste, brand
ini memaksimalkan sisa bahan yang ada dan menghindari penggunaan resleting dan
kancing yang berbahan dasar plastik.

Sumber : Kompas.com
3. Sejauh Mata Memandang
Produk fashion lokal ini menerapkan konsep sustainable dengan pemilihan materialnya.
Tekstil berbahan katun, linen dan tencel dijadikan pilihan selain juga material lainnya
yang berasal dari proses daur ulang. Tujuannya untuk menjaga lingkungan dan
mengurangi kerusakan yang terjadi di bumi. Berbagai busana yang dijualnya
merupakan hasil karya pengrajin wanita
lokal yang dibayar dengan upah yang sesuai sebagai bagian dari fair trade. Untuk setiap
satu potong penjualan maka akan ada satu pohon yang ditanam.

Sumber : Kompas.com
Sepuluh tahun belakangan, semakin banyak perusahaan garmen yang
berusaha menerapkan konsep “sustainable” dan etika bisnis yang baik dalam
menjalankan seluruh proses mulai dari produksi hingga pemasaran dan distribusi
barang yang mereka jual.
Para desainer pun berlomba‐lomba untuk melakukan eksperimen dengan
bahan ramah lingkungan, seperti kulit apel, bahan pakaian dari jamur hingga
alternatif pengganti kulit hewan yang diciptakan dari serat daun dan batang nanas.
Pasar barang preloved alias second hand/bekas tapi dalam kondisi baik,
juga semakin marak, demikian pula dengan barang‐barang vintage/kuno yang
semakin banyak diburu pembeli.
Tidak hanya dilakukan oleh produsen pakaian, para konsumen juga dapat
ikut serta menerapkan penggunaan fashion berkelanjutan dalam kehidupan sehari‐
hari.
Implementasi konsep sustainable fashion dalam berpakaian :
1. Merawat pakaian yang sudah dimiliki. Ini merupakan hal paling mendasar dan
sederhana. Menjaga pakaian agar berumur panjang adalah pilihan hidup
berkelanjutan yang utama. The most sustainable item is the one you already
own.
2. Memilih bahan baku dengan menggunakan kain serat alami. Pakaian
menggunakan bahan berserat alami seperti tencel, viscose‐rayon, katun dan
linen yang ditanam tanpa pestisida kimia dinilai lebih aman.
Viscose rayon adalah kain yang terbuat dari serat hasil regenerasi selulosa. Biasanya
serat ini dikenal sebagai salah satu bahan baku tekstil yang mampu mendukung tren
sustainable fashion karena memiliki sifat yang renewable, terurai dengan mudah, hingga
mudah terlacak.

Sumber : Pinterest.com
3. Tipe merek. Jika harus membeli pakaian baru, alangkah baiknya jika membeli
dari merek fesyen lambat (slow fashion) yang didasarkan atas produksi dan
pemakaian pakaian dengan rentang waktu yang lama, daya tahan dan kualitas
yang tinggi, proses produksi yang beretika serta ramah
lingkungan. Tidak berfokus pada kecepatan produksi massal layaknya fesyen cepat.
Dalam fesyen lambat, prioritas adalah kualitas, bukan kuantitas.
4. Mulai menerapkan zero waste pattern dalam berpakaian. Artinya kalian bisa
memakai sisa pola pakaian untuk dibuat pakaian baru sehingga tidak
menyisakan limbah bahan pakaian.
5.

Sumber : Pinterest.com
6. Penerapan sustainable fashion dalam pembuatan busana muslim
Salah satu brand busana muslim tanah air, Inen Signature, menghadirkan koleksi
terbarunya di mana koleksi tersebut menggunakan perwarna alami dari kayu secang
dan 10 macam daun untuk menghasilan koleksi yang apik dan manis. Dalam
menjadikannya koleksi baju, teknik yang digunakan ramah lingkungan, yaitu teknik
ecoprint. Tehnik ecoprint adalah tehnik memberi motif pada bahan atau kain
menggunakan pewarna alami dari suatu tumbuhan berupa daun, batang, bunga,
ataupun buah. Teknik ini merupakan teknik sederhana yang mudah dilakukan
dirumah dengan biaya yang murah dan tidak membutuhkan mesin. Menyatu sekali
antara ecoprint dengan perwarna alami. Permotifannya dengan daun‐daun, bunga,
batang dan sejenisnya dari tumbuhan dan kain yang digunakan harus kain dengan
serat alami, viscose rayon. Dari sini, semua dalam
pengerjaannya alami dan ramah lingkungan. Bahkan, sisa dari penggunaan teknik
ecoprint ini, baik dari daun‐daunan dan lainnya, serta kayu‐kayuan sebagai pewarna, ini
pun setelah tidak terpakai lagi, bisa menjadi pupuk. Ini artinya, semua tidak terbuang
percuma dan lingkungan tetap terjaga karena yang terbuang adalah bahan‐bahan alami.
7. Mengurangi limbah air, hindari mencuci baju dalam jumlah kecil. Cara
alternatifnya, kalian bisa mencuci baju kotor selama seminggu secara
bersamaan di akhir pekan.
8. Saat belanja pakaian baru sebaiknya pilih pakaian dengan kualitas bagus
sehingga memiliki masa pakai yang lama. Belanja pakaian dengan bijak juga
ikut menjaga lingkungan lho. Ingat, baju kalian juga bisa diturunkan ke anak‐
cucu nantinya.
9. Mulai terapkan reuse recycle repair dan upcycle dalam kehidupan sehari‐ hari.
Pakaian yang rusak, kamu bisa perbaiki atau jahit ulang. Sudah merasa bosan,
menjual baju preloved dinilai lebih baik daripada dibuang.
Ayo bereksplorasi!

Sustainable fashion adalah sebuah langkah untuk mengurangi limbah


fashion yang kini jadi salah satu penyumbang terbanyak dan dapat
merusak bumi. Sebagai konsumen, apa usaha yang sudah kalian
lakukan dalam mengimplementasikan konsep tersebut dalam
kehidupan sehari‐hari !

a. Potensi Lokal Dan Kearifan Lokal Dalam Industri Busana (Fesyen)

Kekayaan budaya lokal yang beragam harus dimanfaatkan secara


optimal untuk menjadi unggulan dan daya tarik kerajinan dan fashion
Indonesia. Pemanfaatan kekayaan budaya lokal dalam dunia mode akan
membuat Indonesia semakin dikenal karena keunikan dan keunggulan di bidang craft
fashion di mata dunia.
Industri batik Indonesia perlu revolusi, bukan revolusi dalam arti yang tidak‐tidak,
tapi revolusi ide dan inovasi dalam menghasilkan produk batik yang mengikuti dunia
fesyen modern sekarang ini maupun mengantisipasi perkembangan di masa
mendatang.
Masih menjadi PR, bagaimana bisa membawa batik mewarnai tren fesyen kaum
milenial, menjadikannya tidak hanya sebagai pakaian resmi dalam acara resmi, tapi
juga busana keseharian yang gaya dan bersaing dengan merek‐merek busana pada
umumnya baik lokal maupun impor.
Bukan berarti mengabaikan batik‐batik berkualitas sekarang yang dikenal
sebagai pakaian resmi itu, namun menciptakan pangsa pasar baru yang lebih
subur dalam lingkaran industri fesyen. Pakaian batik resmi tetap harus unggul di
segmennya, dan tetap didorong untuk berkembang di dalam negeri dan mengisi
pasar global.
Ide kreatif memadukan batik dengan gaya pakaian modern harus terus
dikembangkan, bukan saja dari desain dan corak, tapi juga dalam bahan kainnya
yang berkualitas, walaupun tetap harus berharga terjangkau sesuai kelasnya.
Batik berkualitas, lumayan mahal bagi kebanyakan orang saat ini, dan ini
tantangan yang harus dipecahkan oleh para pelaku industri batik kita.
Ide dan kreasi di luar kebiasaan, seperti yang dilakukan oleh Janice dan
Benita Setyawan dengan merek Maquinn Counture, telah mengubah batik
menjadi pakaian rileks dan gaya. Duo perancang muda ini telah memadukan seni
batik Pekalongan dan Cirebon ke dalam pakaian modern yang gaya untuk
berbagai kalangan usia, dalam bentuk t‐shirt, jaket, dan kemeja.
Ketika tampil di Milan Fashion Week 20/21 beberapa waktu lalu, Jenice
dan Benita dengan berani menggabungkan batik dengan unsur Eropa dan
membuktikan bahwa seni batik Indonesia bisa bersanding dengan gaya modern
serta mewarnai dan menjadi pembeda di gelaran pertunjukan fesyen dunia.
Semoga apa yang dilakukan Jenice dan Benita itu memberikan inspirasi
besar bagi pelaku industri batik Indonesia, termasuk kaum milenial untuk ikut
melestarikan batik dengan caranya, sekaligus membuat wastra ini sebagai
kekayaan bangsa yang terus berkembang serta menguntungkan secara
ekonomi.
Indonesia melalui kerja sama empat kementerian, yaitu Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Perindustrian,
Kementerian Koperasi dan UKM, dan Kementerian Perdagangan telah
membuat target‐target pencapaian secara berjenjang dan langkah strategis
untuk mencapai visi dan misi sebagai salah satu pusat mode dunia pada 2025.
Untuk mewujudkan cita‐cita tersebut perlu didukung dengan tersedianya
sumber daya alam, sumber daya manusia yang kreatif, serta pemanfaatan
kekayaan budaya lokal yang beraneka ragam dan tersebar dari Sabang sampai
Merauke di antaranya dengan mengembangkan kain nusantara.
Ekonomi kreatif sebagai kegiatan yang bertumpu pada kemampuan
kreatif merupakan sektor ekonomi yang tahan terhadap krisis dan
berkelanjutan. Hal tersebut dikarenakan ekonomi kreatif digerakkan oleh
sumber daya manusia menggunakan pola pikir kreatif yang tidak akan ada
habisnya.
Dalam peluncuran buku "Perjalanan Tenun Merdi Sihombing"
diharapkan mampu menjadi referensi dan inspirasi kreatif bagi perancang
busana, industri mode, dan masyarakat. Seiring kebijakan pemerintah dalam
mengembangkan ekonomi kreatif secara operasional telah membuat industri
kreatif berkembang sangat pesat, dan menjadi daya tarik bagi berbagai pihak
untuk menyemarakkannya.
Kreativitas harus dimiliki oleh sejumlah profesional seperti seniman,
desainer, dan pekerja kreatif. Merdi Sihombing salah satu yang terus konsisten
dalam melakukan itu semua melalui karya nyata dalam buku Perjalanan
Tenun. Merdi Sihombing termasuk satu dari sekian banyak insan kreatif yang
bergerak di bidang "fashion desainer" yang mampu menangkap peluang besar
industri kreatif yang saat ini terus berkembang.
Mari berharap buku itu akan benar‐benar mampu memberikan masukan
dan inspirasi kreatif dan inovatif bagi desainer, industri mode, dan masyarakat
secara umum. Pemanfaatan kekayaan budaya lokal dalam dunia mode akan
membuat Indonesia semakin dikenal karena keunikan dan keunggulan di
bidang 'craft fashion' di mata dunia.
Merdi Sihombing sendiri merupakan salah satu desainer asal Batak
yang sukses menyelesaikan Buku Perjalanan Tenun dari barat ke timur
Indonesia. Ia telah mengakrabi tenun selama 10 tahun termasuk mengenal,
mengeksplor, dan mengaplikasikan dalam kehidupan modern dari
kesederhanaan masyarakat di pelosok Tanah Air. Melalui mimpi Merdi,
produk tenunan dengan pewarnaan alam dapat dihidupkan kembali, melalui
para penenun yang telah terdidik dan sejahtera.
Ia menggelar pameran sejak 9 Agustus hingga 1 September 2014
dalam Pameran Tunggal 1 Dekade Merdi Sihombing di Alun‐Alun Indonesia
dengan tema Batak dan Indigo Blue, Baduy, Alor dan Ndao NTT, Kalimantan,
dan Papua. Acara peluncuran buku "Perjalanan Tenun Merdi Sihombing"
dihadiri sejumlah anggota DPR, duta besar negara sahabat, para pejabat
Kemenparekraf, serta kalangan pencita kain, pencinta mode Indonesia, serta
para pelaku ekonomi kreatif lainnya.
Yogyakarta merupakan trendsetter industri kreatif di Indonesia dengan
tiga pilar utamanya yaitu budaya, pariwisata dan pendidikan sebagai fondasi
tumbuhnya industri kreatif. Salah satu potensi pasar yang sangat besar di
Yogyakarta pada industri kreatif adalah subsektor fesyen. Fesyen adalah
kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki,
dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan
aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
Dukungan kekayaan budaya dan etnik yang luar biasa seperti batik, lurik, dan
tenun, menjadi modal potensial bagi Yogyakarta untuk mewujudkan “Fesyen
Trendsetter”.
Kearifan lokal yang menonjol di Yogyakarta adalah ikhtiar dan kerja
tanpa kenal lelah (sepi ing pamrih ramé ing gawé). Ini berarti bahwa setiap
orang harus ulet dalam bekerja. Keuletan serta produktivitas kerja dipandang
sebagai hal berharga dengan semangat untuk senantiasa berinovasi dan
meningkatkan kinerja. Dalam hal ini bekerja tidak boleh sembarangan, tergesa‐
gesa, atau asal jadi, melainkan harus teliti, cermat, dan penuh perhitungan,
supaya memperoleh hasil maksimal (alon‐alon waton kelakon, kebat kliwat,
gancang pincang).
Kekuatan ide dan daya kreasi adalah modal utama industri kreatif
subsektor fesyen. Maka perlu dirumuskan strategi pengembangan sumberdaya
manusia (pengrajin) dari aspek kreavtiitas, produksi dan pemasarannya dengan
diberi sentuhan teknologi dan ketrampilan SDM untuk memperoleh nilai
tambah (added value) produk fesyen‐nya. Untuk merumuskan strategi
pengembangan industri kreatif subsektor fesyen harus diketahui terlebih
dahulu kondisi industri fesyen di Yogyakarta melalui analisis Strength,
Weaknesses, Opportunies, and Threaths (SWOT), rantai nilai industri kreatif
dalam kreasi, produksi, distribusi, dan komersialisasinya.
Produk industry kreatif fesyen ditinjau dari aspek kualitas, originalitas,
desain produk, dan inovasi produk sub sector fesyen di kota Yogyakarta
berada pada kategori sangat baik karena para pelaku industry kreatif sangat
memperhatikan kualitas, desain, originalitas, dan inovatif. Produk‐produk
fesyen yang dibuat sangat terbatas “limited edition” sehingga aspek kualitas,
desain, originalitas, dan inovasi sangat diperhatikan. Seperti halnya dengan
produk “kaos lukis” yang hanya dibuat 1 piece setiap modelnya. Namun
produk‐produk industry fesyen tersebut sering ditiru dan diproduksi secara
masal oleh industry‐industri kecil lainnya sehingga bermunculan produk
industry kreatif fesyen tiruan atau sering disebut produk “KW”.

E. Pengelolaan SDM di Industri Busana (Fesyen)


Sumber daya manusia ( SDM ) adalah merupakan aspek penting yang tidak
boleh dipandang sebelah mata dalam menjalankan sebuah perusahaan atau
bisnis.
Meski suatu perusahaan ditunjang oleh peralatan serba canggih dan memadai, jika
dikelola oleh SDM yang tidak berkualitas maka semua yang sudah dilakukan itu akan
sia‐sia.

Pengertian SDM ini adalah manusia yang mempunyai kemampuan terpadu yang
dicirikan dengan pola pikir dan daya fisik yang baik. SDM ini adalah merupakan satu
individu dan sumber utama yang bekerja sebagai inti penggerak dari sebuah
perusahaan atau organisasi. Mereka menjadi dasar penggerak, pemikir dan perencana
sebuah perusahaan sehingga harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya demi
mencapai tujuan guna mengembangkan suatu perusahaan.

Peran fungsi SDM disini bisa dibilang cukup banyak, seperti turut menyumbang
kontribusi dalam aktivitas perencanaan, pengarahan, dan pengorganisasian jalannya
sebuah perusahaan.

Peran fungsi SDM dan manajemen sumber daya manusia terbilang penting, yakni
menentukan faktor produksi, membangun, serta mengembangkan perusahaan. Jika
tidak ada SDM yang mumpuni dan memadai, pastinya secara otomatis perusahaan akan
gagal meraih tujuan yang ingin dicapai.

Perencanaan sumber daya manusia adalah proses mengantisipasi dan membuat


ketentuan (persyaratan) untuk mengatur arus gerakan tenaga kerja kedalam dan keluar
organisasi yang bertujuan untuk mempergunakan SDM seefektif mungkin dan agar
memiliki pekerja yang memenuhi persyaratan/kualifikasi dan mengisi posisi yang
mengalami kekosongan. Manfaat dari perencanaan sumber daya manusia adalah:
1. memperbaiaki pemanfaatan sumber daya manusia,
2. menyesuaikan aktivitas sumber daya manusia dan kebutuhan dimasa
depan secara efisien,
3. meningkatkan efisiensi dalam menarik pegawai baru,
4. melengkapi informasi sumbar daya manusia yang dapat membantu
kegiatan sumber daya manusia dan unit organisasi lain.
Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, karena
fungsi dasarnya yang melindungi tubuh dan terpenuhinya unsur‐unsur
kesusilaan, disamping fungsi lain seperti; alat untuk mengekspresikan diri dan
menunjukkan status sosial seseorang. Perkembangan mode yang berlangsung
begitu cepat sangat mempengaruhi industri busana di Indonesia. Dampak
globalisasi sangat terasa, karena globalisasi menghadirkan peluang, sekaligus
resiko dan tantangan. Salah satu karakteristik dari globalisasi dan pasar bebas
adalah kompetisi. Untuk dapat memenangkan kompetisi, maka harus memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas, sekaligus menuntut cara berfikir yang
baru.
Industri busana yang ada di pasaran menawarkan bermacam‐macam produk
dengan berbagai macam kualitas untuk berbagai macam klaster. Produk fashion
yang paling bervariasi adalah busana remaja, hal ini tentu saja sangat
berhubungan dengan usia mereka yang penuh dengan cita‐cita dan imajinasi,
serta ingin tampil beda dengan yang lain. Beberapa gaya dan perilaku remaja
serta ucapan‐ucapan mereka seringkali menjadi trend, demikian pula cara
berpakaian yang unik dan aneh‐aneh sering menjadi sumber inspirasi bagi
perancang busana.
Distribution Store, merupakan tempat penjualan produk fashion yang memiliki
kekhasan anak‐anak remaja. Distro tidak dapat disamakan dengan Factory
Outlet (FO), karena dari sisi idealisme, konsep serta produk yang dijualpun
berbeda. FO menjual mass produk, sedangkan distro bersifat ekslusif. Desain
busana dan ilustrasi, pemilihan warna dan label yang mencerminkan dinamika
usia mereka, membuat produk fashion yang ditawarkan oleh distro ini menjadi
alternatif pilihan bagi orang‐orang yang ingin memiliki street fashion sendiri,
eksklusif serta mencerminkan lifestyle yang kental akan roots yang independen.
Trend belanja busana ini tentu saja tidak akan bertahan lama jika tidak disertai
dengan manajemen yang baik dan analisis daya saing terhadap industri busana
yang sudah ada. Strategi yang tepat untuk mempertahankan model usaha seperti
ini, mutlak diperlukan agar dapat menampung kreativitas produk busana yang
biasanya dibuat dalam skala kecil dan terbatas tersebut.
Industri fashion di Indonesia saat ini masih dibanjiri produk‐produk impor yang
murah (terutama dari Cina), yang mutunya juga tidak kalah dengan produk
domestik. Oleh karena itu banyak eksekutif puncak dunia masa kini yang
memberikan prioritas utama pada peningkatan dan pengendalian mutu produk,
sehingga setiap bidang industri, termasuk industri tekstil garment/fashion tidak
mempunyai pilihan lain, kecuali mengimplementasikan manajemen mutu total
secara optimal untuk meningkatkan daya saing dan produktivitasnya di pasar
domestik. (Pane. D, 2006:20)
Hal‐hal yang perlu diprioritaskan dalam pengembangan industri fashion
diantaranya adalah meningkatkan daya saing pada bidang‐bidang pengendalian
mutu (Quality Control/QC), pengiriman (Delivery) dan produktivitas
(Produktivity) yang harus lebih ditingkatkan secara gradual dan terus menerus
(Sustainability). Selain hal tersebut ekspansi pasar domestik juga harus lebih
dipromosikan, karena juga akan mendukung peningkatan ekspor garment, untuk
ini dibutuhkan keterampilan‐keterampilan manajemen dalam pengembangan
produk (Product development), produksi dan distribusi harus diperbaiki,
pelatihan‐pelatihan professional bidang perancangan busana (fashion design)
dan penambahan jenis produk. Kegiatan‐kegiatan perdagangan diaktifkan dan
ditingkatkan lagi dengan mengadakan ekspansi pasar domestik untuk pakaian
jadi yang mengikuti standar‐standar industri.
Industri fashion bukan hanya sekedar bisnis peragaan busana, melainkan bisnis
yang agar bisa sukses manajemennya harus ditangani secara serius dan lebih
hati‐hati seperti pada industri lainnya. Efisiensi produksi, mutu yang tinggi,
ketepatan waktu pengiriman, system inventarisasi dan distribusi yang terkelola
dengan baik dll. Manajemen yang baik dalam industri fashion juga memerlukan
organisasi perusahaan yang baik pula. Produksi harus benar‐benar terencana
untuk mencapai target dan harus berdasarkan permintaan‐permintaan penjualan
yang akurat. Untuk mengurangi inventarisasi, harus memproduksi secara efisien
dan menghemat pemakaian bahan baku dan penyediaan barang jadi siap jual.
Bisnis fashion juga harus memenuhi persyaratan pelanggan seperti syarat‐syarat
pengiriman, mutu dan harga. Karena itu, kondisi tempat kerja juga harus
menyenangkan dan menarik, agar dapat mempertahankan pegawai untuk bekerja
memenuhi standar‐standar permintaan pelanggan dan harus menunjukkan
kinerja yang baik, agar dapat meyakinkan para pemodal untuk berorientasi
dalam industri fashion.

DISTRIBUTION STORE (DISTRO)


Distribution Store atau yang lebih dikenal dengan distro, merupakan perwujudan
dari konsep DIY (Do It Yourself) yaitu suatu konsep untuk melakukan segala
sesuatunya secara sendiri dan mandiri. Distro lahir dan tumbuh dari komunitas
yang independen, distro pada awalnya merupakan wadah bagi penjualan album,
merchandise serta pernak‐pernik bagi band‐band indie yang memasarkan produk
mereka secara independen. Distro menjadi semacam counter culture bagi pelaku
industri besar serta merupakan alternatif pilihan bagi selera mainstream
masyarakat luas.

Distro, pada awalnya diperkenalkan oleh orang‐orang yang tumbuh bersama


komunitas independen. Mereka ingin membuat suatu usaha street fashion sendiri
yang eksklusif dan mencerminkan lifestyle komunitas tempat mereka berasal.
Sesuatu yang masih langka atau jika boleh dikatakan tidak ada pada waktu itu.
Ketika itu berbagai macam merk fashion yang kebanyakan bersifat mass produk
atau dengan desain yang kebanyakan menjiplak pada fashion luar. Kalaupun ada
street fashion tersebut berasal dari merk luar negeri dengan harga yang luar
biasa pula. Maka lahirlah distro‐distro lokal dengan konsep eksklusif serta
mengetengahkan idalisme komunitas mereka. Misalnya; komunitas skateboard,
surfing, atau musik indie.

Pendirian distro tidak bergantung pada faktor‐faktor yang berada di luar mereka,
seperti modal misalnya, sebagian besar pelopor distro merintis usahanya dari
modal kecil dan modal idealisme yang besar dan semangat juang yang tinggi.
Dari kacamata bisnis, distro dapat membesar dan dikategorikan kedalam industri
tersendiri, karena distro sesunggunguhnya tidak akan melenceng dari konsep
dan idealisme awal yang telah mereka tetapkan sewaktu pendirian distro
tersebut. Mereka hanya akan merilis produk dan ide yang orisinil, desain hasil
produksi sendiri serta cara‐cara produksi dan pemasaran yang tetap eksklusif.
Sebagian besar dari distro berusaha agar tidak terseret arus menuju arah
industrialisasi, tetapi seandainya mereka melenceng dari jalur dan memproduk
suatu desain secara masal atau menjual produknya pada jalur‐jalur yang
mainstream, merekapun masih dapat menyebut diri sebagai distro. Tetapi
konsumen yang smart pasti akan memilah mana distro yang memiliki idealisme
serta konsep yang jelas dan mana yang murni bisnis belaka tanpa konsep dan
isealisme yang jelas.

Distro tidak sama dengan Factory Outlet (FO), karena dari sisi idealisme,
konsep serta produk yang dijualpun berbeda. FO menjual mass produk,
sedangkan distro bersifat eksklusif. FO menjual produk ekspor lisensi dari brand
luar negeri dan merancang produk berdasarkan desain luar yang diproduksi
ulang secara masal dengan sedikit modifikasi pada warna misalnya. Movement
serta cara‐cara pemasaran antara distro dan FOpun jauh berbeda, perbedaan ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan misi serta target, oleh
karenanya dari sisi harga FO bisa lebih murah dibandingkan distro (Outlet
Jongkok.net)

Produk busana yang ditawarkan di distro memiliki kekhasan anak‐anak muda


yang unik, ceria dan agak “nyleneh”. Ragam busana yang ditawarkan memiliki
desain yang terkadang hingar bingar dan keluar dari “pakem” teori busana,
tetapi justru hal seperti itulah yang mereka cari. Eksklusifitas sebuah busana
casual yang bercirikan anak muda dengan segala pernak‐perniknya dapat
dipenuhi dengan mengunjungi distro. Bahkan, jika dilihat fenomena yang
terjadi saat ini, kaum muda merasa lebih percaya diri dengan busana yang tidak
diproduksi masal oleh industri busana yang besar yang memiliki label ternama.
Refleksi
Pada bab 2 ini, kalian telah mempelajari tentang Ekosistem mode dan overview
fashion industry, Gaya dan selera sesuai dengan perkembangan fashion dan
trend, Karya desainer dan produk fashion, Konsep sustainable fashion, Potensi
lokal dan kearifan lokal dalam industri busana (fesyen), dan Pengelolaan
SDM di industri busana (fesyen). Tentunya pengetahuanmu terhadap bisnis
industri busana (fesyen) semakin luas. Setelah mempelajari bab ini, yuk
refleksikan ilmu yang telah kalian dapat dengan memberi tanda
centang pada pernyataan yang paling sesuai di bawah ini.
Tabel 2.4 Refleksi Representasi Bisnis Industri Busana (Fesyen)
No Pernyataan Ya Tidak

1. Saya telah memahami Ekosistem mode dan


overview fashion industry

2. Saya dapat menjelaskan Gaya dan selera sesuai


dengan perkembangan fashion dan trend

3. Saya dapat menjelaskan Karya desainer dan


produk fashion

4. Saya dapat menjelaskan Konsep sustainable


fashion,
5 Saya dapat memahami potensi lokal dan
kearifan lokal dalam industri busana (fesyen)

6. Saya dapat memahami engelolaan SDM di


industri busana (fesyen

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku Siswa : 2021. Buku siswa Dasar – Dasar Busana Kelas X semester
1.Jakarta : Direktorat Pembina Sekolah Menengah Kejuruan
b. Buku pegangan guru : Soekarno.2012. Buku Penuntun Membuat Busana Tingkat
Dasar.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
c. Internet

Anda mungkin juga menyukai