Anda di halaman 1dari 88

MANAJEMEN

INOVASI

1
DAFTAR ISI

A. BAB I Manajemen Inovasi


1. Kegiatan Pertemuan I Orientasi Perkuliahan
2. Kegiatan Pertemuan II Tantangan Inovasi revolusi industri 4.0
3. Kegiatan Pertemuan III Konsep dasar Manajemen Inovasi
4. Kegiatan Pertemuan IV Pendekatan Design Thinking
5. Kegiatan Pertemuan V Identifikasi Ide-ide Inovasi
B. BAB II Instrumen Pengumpulan Data
Kegiatan Pertemuan VI Emphatize (Pengumpulan Data)
C. BAB III Sistematika Laporan dan Matriks Analisis Data
Kegiatan Pertemuan VII Perencanaan Inovasi Produk
D. BAB IV Form Spesifikasi dan Deskripsi Temuan Inovasi
1. Kegiatan Pertemuan IX
2. Kegiatan Pertemuan X
E. BAB V Form Spesifikasi dan Deskripsi Temuan Inovasi
Kegiatan Pertemuan XI Analisis Produk Inovasi
F. BAB VI Deskripsi Sebuah Prototype
Kegiatan Pertemuan XII Pengembangan Ide Inovatif (Prototype)
G. BAB VII Pedoman Tugas Akhir
1. Kegiatan Pertemuan XIV
2. Kegiatan Pertemuan XV
3. Kegiatan Pertemuan XVI
4. Kegiatan Pertemuan XVII

2
KEGIATAN PERTEMUAN I

Orientasi Perkuliahan

A. PENGANTAR
Pertemuan pertama berorientasi membangun pemahaman mahasiswa
mengenai arah dan konten mata kuliah manajemen inovasi, sekaligus
memotivasi mereka agar terlibat secara aktif membangun budaya belajar yang
baik, dan berkontribusi dalam mengembangkan kepekaan dalam melakukan
eksplorasi masalah, ide solusi terhadap masalah tersebut melalui
pengembangan rencana inovasi. Pembelajaran manajemen inovasi terdiri dari 3
sistem kredit semester. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu seratus
lima puluh menit (150) menit.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari rencana perkuliahan secara keseluruhan.
2. Mempelajari tujuan perkuliahan, peran dan tugas dosen dan mahasiswa
3. Mempelajari indikator penilaian dalam perkuliahan manajemen inovasi.
4. Mempelajari aturan dan tata tertib perkuliahan, dan kesepakatan
belajar/kontrak belajar 80 % kehadiran, tata krama, pembentukan
kelompok.
5. Menjelaskan urgensi inovasi dalam revolusi industri 4.0
6. Mengindentifikasi tantangan problematika perubahan sosial dan teknologi di
berbagai belahan dunia dalam konteks revolusi industri 4.0

C. LINGKUP MATERI
Materi pada pertemuan ini adalah sebagai berikut.
1. Rencana perkuliahan semester, evaluasi perkuliahan, produk perkuliahan
dan kegiatan akhir perkuliahan dan Sipejar.
2. Norma, aturan dan tata tertib perkuliahan
3. Tantangan Revolusi Industri 4.0 dan urgensi inovasi

3
D. KEGIATAN BELAJAR
Pada pertemuan ini terdapat beberapa aktivitas pembelajaran yaitu
1. Penjelasan tentang rencana perkuliahan semester, evaluasi, tugas dan
luaran perkuliahan, dan norma, aturan dan tata tertib perkuliahan dan
SIPEJAR.
2. Pembentukan kelompok
3. Materi pengantar Tantangan Revolusi Industri 4.0
Waktu perkuliahan pertemuan pertama dapat dikelola sebagai berikut; 30%
penjelasan dosen, 70% diskusi kelompok dan presentasi hasil diskusi dan
penguatan dari dosen. Pada pertemuan pertama ini, dosen juga perlu
memotivasi mahasiswa untuk ikut berkontribusi dalam mengembangkan sikap
dan budaya belajar yang positif yaitu saling mendukung, saling menghormati,
disiplin dan fokus dalam menyelesaikan tugas.
Dosen perlu memotivasi para inovator muda untuk inovasi dan terus
berlatih untuk berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu dosen perlu mengarahkan
proses diskusi dan menginformasikan sumber belajar berupa video tentang
tantangan dan problematika era revolusi industri 4.0, contoh keberhasilan
inovasi dan kegagalan inovasi di berbagai bidang misalnya aplikasi dari startup
nasional yang telah menjelma menjadi unicorn dan dedacorn seperti Go Jek,
Traveloka, Tokopedia, dan beberapa start up lainnya. Dosen juga dapat
menayangkan video yang relevan sebagai pengayaan wawasan mahasiswa
sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni mahasiswa. Semua bahan tersebut
merupakan sumber belajar manajemen inovasi.
Pada sesi ini dosen dapat memfasilitasi proses belajar aktif (active
learning). Kelompok ideal maksimal beranggotakan empat orang mahasiswa.
Supaya proses diskusi mengalir dengan baik maka dosen mengarahkan
mahasiswa untuk berdiskusi secara berpasangan, lalu hasil diskusi berpasangan
dibahas ulang dan diringkas melalui diskusi kelompok dua pasang atau empat
orang mahasiswa. Dengan kata lain mahasiswa melakukan diskusi berpasangan
terlebih dahulu lalu bergabung dengan pasangan lain. Mahasiswa difasilitasi
untuk menganalisis perubahan perilaku masyarakat atau dinamika sosial
budaya yang terjadi dalam konteks revolusi industri 4.0.

4
1. Apa saja perubahan sosial (perilaku sosial, gaya hidup, teknologi dll) yang
terjadi di era revolusi industri 4.0? Apa penyebabnya?
2. Apa saja masalah yang muncul di era revolusi industri 4.0?
3. Pilih satu masalah yang menarik minatmu, uraikan ciri-ciri masalahnya.
4. Identifikasi apa saja penyebab masalah tersebut?
5. Siapa saja yang terkait dengan masalah tersebut?
Pertanyaan stimulasi tersebut dapat dikembangkan dan dimodifikasi
Pertanyaan tersebut dibahas secara berkelompok. Mahasiswa menuliskan
jawabannya dalam format mind map dalam kertas plano atau pada file aplikasi
penyusun mind map. Proses diskusi dapat dilakukan dalam waktu 30 menit,
kemudian dilanjutkan dengan pemaparan hasil diskusi dengan berbagai teknik.
Dosen dapat menerapkan teknik jigsaw, penerapan pola belanja gagasan atau
windows shopping atau bisa juga presentasi setiap kelompok kecil.

E. URAIAN MATERI
1. Arah dan Tujuan Mata Kuliah Manajemen Inovasi
Kajian tentang manajemen inovasi bukanlah hal baru bagi praktisi,
akademisi dan pebelajar yang menekuni bidang ilmu ekonomi dan teknik
industri, namun bagi praktisi di luar bidang ekonomi. Istilah ini banyak
digunakan dalam bidang tersebut. manajemen inovasi pada bidang ilmu
ekonomi dimaknai sebagai upaya perusahaan dalam mengelola inovasi
agar laju jalannya perusahaan terus berkembang dan maju (Arman dan
Kartajaya, 2018).
Sementara itu di bidang ilmu sosial lainnya, misalnya pendidikan,
sejarah, sosiologi dan bidang ilmu lainnya, topik manajemen inovasi
merupakan hal yang relatif baru. Pada buku ini, konsep manajemen inovasi
yang dikaji bukanlah proses tata kelola perusahaan dalam
mengembangkan inovasi yang bertujuan meningkatkan produktifitas.
Manajemen inovasi dalam buku ini dimaksudkan kajian tentang apa dan
bagaimana membelajarkan kemampuan berinovasi dalam berbagai bidang.
Istilah yang digunakan dalam mata kuliah ini memang diadopsi dari istilah
ilmu ekonomi, dengan harapan, semangat inovasi yang harus terus

5
dilakukan oleh sebuah perusahaan agar tetap survive di tengah berbagai
tantangan, akan dapat mengispirasi mahasiswa dalam mengembangkan ide
inovasi sebagai solusi beragam bermasalah yang ada di sekitarnya sesuai
dengan bidang keilmuan dan sesuai dengan konteks saat ini.
Perkembangan sosial budaya di era disrupsi memang menuntut
adanya perubahan dan inovasi. Karena itu maka pembelajaran manajemen
inovasi bertujuan mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam
berinovasi, sebuah kemampuan yang dipandang sangat penting dalam
menghadapi tantangan era disrupsi. Penyajian mata kuliah manajemen
inovasi bertujuan memfasilitasi pengembangan kemampuan berinovasi
melalui penguatan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa
dalam mengidentifikasi problem yang terjadi di masyarakat dan
mengembangkan solusi secara tepat berdasarkan pola pikir yang
sistematis.
Sesuai dengan alur masa perkuliahan, mahasiswa akan mengikuti
proses pembelajaran selama satu semester yang terdiri dari enam belas
(16) pertemuan, empat belas diantaranya adalah proses belajar melalui
kegiatan sinkronus dan asinkronus baik dilakukan secara langsung di kelas
maupun melalui penugasan secara daring.
Salah satu indikator ketercapaian tujuan perkuliahan adalah
mahasiswa mampu menghasilkan rancangan ide inovatif yang
dikembangkan melalui tahapan design thinking. Mahasiswa dapat
mengembangkan ide inovatif berupa alat dan prosedur kerjanya, aturan
dan pola sistem sosial, atau platform tertentu yang dapat memberikan
solusi terhadap persoalan yang selama ini terjadi. Produk berupa ide
inovatif inilah yang menjadi tugas akhir mahasiswa yang nantinya akan
diajukan untuk memperoleh penghargaan atas hak kekayaan intelektual.
Mengingat pentingnya sikap dan etika dalam interaksi sosial dan
pengembangan atau implementasi ide-ide kreatif dalam kehidupan, maka
dalam perkuliahan manajemen inovasi, sikap dan etika menjadi salah satu
aspek penilaian yang harus diperhatikan oleh mahasiswa. Di awal
perkuliahan dijelaskan tentang peran juga tugas dosen dan mahasiswa,

6
detail rencana kegiatan perkuliahan berikut output atau produk
perkuliahan, aspek dan metode evaluasi perkuliahan, jumlah kehadiran
yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dan kontrak belajar khususnya terkait
dengan tata tertib dan tata karma yang harus diperhatikan dan diikuti oleh
mahasiswa dalam proses perkuliahan. Penjelasan mengenai tujuan
pembelajaran sangatlah penting untuk memotivasi mahasiswa dalam
berpikir kritis dan kemudian mengembangkan kemampuan berinovasi dan
berkreasi.

2. Output Manajemen Inovasi dan Potensi Hak Kekayaan Intelektual


Mahasiswa yang mengikuti matakuliah manajemen inovasi akan
menghasilkan beberapa luaran berupa Prototipe produk atau Poster dan
Laporan Pengembangan Ide Inovatif. Dua luaran tersebut merupakan
tugas wajib untuk evaluasi hasil. Sedangkan evaluasi keterlibatan belajar
atau evaluasi proses menggunakan data dari jurnal belajar dan catatan
refleksi diri mahasiswa.
Mengingat luaran atau produk perkuliahan ini memiliki hak kekayaan
intelektual (HKI) maka mahasiswa diberi wawasan dan arahan untuk
mendaftarkan prototipe produknya untuk memperoleh HKI. Kekayaan
intelektual atau hak kekayaan intelektual (HKI) atau hak milik
intelektual adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk intellectual
property rights (IPR), yakni hak yang timbul dari hasil olah pikir yang
menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.
Pada intinya kekayaan intelektual adalah hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam
kekayaan intelektual berupa karya-karya yang timbul atau lahir karena
kemampuan intelektual manusia.
Merujuk pada UU. No. 19 tahun 2002,berikut ini beberapa karya
yang dapat diajukan untuk memperoleh HKI. Terdapat dua bentuk hak
kekayaan intelektual yang dapat dihasilkan dari karya inovasi matakuliah
manajemen inovasi yaitu hak cipta (copyrights) dan hak kekayaan industri.
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

7
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan menurut Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku. Sedangkan hak kekayaan industri (industrial
property rights) meliputi (1) paten (patent) adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut kepada pihak lain untuk melaksanakannya (2) desain
industri industrial design) adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi,
atau komposisi garis atau warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis
dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta
dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas
industri, atau kerajinan tangan (3) merek (trademark) adalah suatu tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa (4)
indikasi geografis (geographical indication) yaitu suatu tanda yang
menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan
geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua
faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang
dihasilkan (5) desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated
circuit) adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia
kepada pendesain atau hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakan hak tersebut (6) rahasia dagang (trade secret) adalah
informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau
bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang (7) perlindungan
varietas tanaman (plant variety protection) adalah perlindungan khusus
yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah dan
pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman,

8
terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui
kegiatan pemuliaan tanaman.

3. Hakikat Inovasi dan Urgensinya dalam Konteks Revolusi Industri 4.0


Perubahan dunia mulai terasa ketika milenium baru tiba. Cepatnya
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan
besar yang mempengaruhi kehidupan umat manusia di berbagai bidang.
Era yang disebut dengan istilah revolusi industri 4.0 dikenal pula dengan
istilah era disrupsi. Pada tahun 1997 Clayton Christensen pernah
meramalkan kehadiran era ini melalui buku populer The Innovator’s
Dilemma yang ditulis berdasarkan hasil penelitiannya. Melalui buku itu pula,
dia mempopulerkan istilah baru disruption yang saat ini banyak disebut
diberbagai kesempatan.
Kasali (2018) memaparkan adanya lima indikator perubahan era
disrupsi yang sangat mempengaruhi kecenderungan kerja di berbagai
bidang kehidupan saat ini. Pertama, disrupsi menyebabkan penghematan
dan pemangkasan biaya melalui proses bisnis yang lebih simpel. Kedua,
kualitas produksi mengarah pada hasil yang lebih baik dibanding era
sebelumnya. Ketiga, disrupsi berpotensi menciptakan pasar baru dan
membuka pasar yang selama ini tertutup. Keempat, produk dan jasa
menjadi lebih mudah diakses oleh para penggunanya, seperti layanan ojek
dan taksi online, layanan perbankan dengan financial technology yang
dapat diakses dengan mudah melalui smartphone. Kelima, disrupsi
membuat segala sesuatu menjadi lebih smart, pintar, hemat waktu dan
lebih akurat.
Semua perubahan di era disrupsi perlu direspon dengan cepat dan
cerdas oleh berbagai kalangan, khususnya perguruan tinggi. Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) wajib bergegas mengiringi derap
era disrupsi dengan membenahi sistem pelayanan pendidikannya, jika
tidak, resiko tenggelam diantara gegap gempitanya era yang menyatukan
seluruh dunia membayangi langkah perguruan tinggi. Begitu urgennya
inovasi di era disrupsi karena di dalam lembaga pendidikan tinggi inilah

9
generasi terkini—generasi milenial atau generasi Z—memperoleh
pendidikan untuk masa depannya.
Generasi milenial atau sering disebut generasi Z dipandang sebagai
digital natives. Mereka lahir, tumbuh dan berkembang bersama dengan
pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sepanjang
rentang tahun 1995 sd 2015 (Singh, 2014; Mohr dan Mohr, 2017). Mereka
sangat akrab dengan perubahan yang terjadi, bahkan memiliki andil dalam
perkembangan disrupsi itu sendiri. Sebagai digital natives, generasi ini
menjadi pengguna aktif semua perangkat komunikasi dan sosial media
bahkan mampu mengubah dunia dengan menginisiasi munculnya berbagai
trend pola komunikasi, fashion, kuliner dan aneka bisnis baru. Kehadiran
Gojek, Grab, Traveloka, Bukalapak dll, yang telah menciptakan gaya hidup
manusia saat ini menjadi bukti nyata bahwa generasi milenial telah berhasil
mewarnai era baru secara masif.
Generasi milenial perlu memperoleh pengalaman belajar yang
menstimulasi munculnya ide solusi yang inovatif dan dapat diterapkan
untuk memecahkan masalah yang ada dalam berbagai konteks. Era
revolusi industri telah menghadirkan persaingan manusia dan robot,
dimana banyak inovasi robotika, kecerdasan buatan atau artificial
intellegent berpotensi mendisrupsi pasar kerja dimana tenaga manusia
digantikan oleh mesin robot. Karena itu kemampuan berinovasi sangat
diperlukan. Seiring dengan perkembangan tersebut diprediksi banyak
pekerjaan yang akan hilang seiring dengan perkembangan masa disrupsi.
Kasali (2019) menjelaskan bahwa era ini memang akan banyak mengubah
cara manusia dalam bekerja sehingga yang akan hilang adalah job atau
tugas kerja bukan menghilangkan work atau pekerjaan itu sendiri.
Realitas lain yang menjadi tantangan Indonesia yaitu bonus
demografi. Indonesia menghadapi Bonus Demografi mulai dari tahun 2010
sampai dengan 2050. Bonus demografi merupakan peluang bagi bangsa
Indonesia menjadi negara maju, dengan syarat memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas dan memiliki budaya kreatif dan inovatif .
Pendidikan menjadi kunci peningkatan kualitas SDM yang nanti akan

1
0
mampu melakukan berbagai upaya inovasi dan memiliki produktivitas
tinggi. Jika peluang ini tidak dimanfaatkan dengan baik maka bonus
demografi akan menjadi ancaman bagi masa depan Indonesia.
Sousa dan Rocha (2019) merumuskan temuan penelitian bahwa
kemampuan berinovasi merupakan kemampuan yang sangat penting untuk
berkembang dan sukses di era disrupsi. Kemampuan berinovasi yang
dimaksud Sousa dan Rocha adalah kemampuan mengembangkan hal baru
(inovatif) dan kreatif, kemampuan untuk mengembangkan usaha dan
melihat peluang usaha, kemampuan mengelola berbagai sumber daya
untuk merespon adanya peluang, kemampuan mengembangkan relasi atau
jejaring kerja baik nasional maupun internasional. Kemampuan ini sangat
diperlukan dalam konteks revolusi industri 4.0. Kemampuan inilah yang
akan dikembangkan melalui pembelajaran mata kuliah Manajemen Inovasi.
Pengembangan dan penyajian mata kuliah Manajemen Inovasi perlu
dilakukan berdasarkan konteks dan karakteristik belajar mahasiswa
Universitas Negeri Malang. Pengembangan kemampuan inovasi melalui
mata kuliah Manajemen Inovasi perlu dilaksanakan melalui model
pembelajaran yang tepat.

F. RENCANA TINDAK LANJUT


Mahasiswa distimulasi untuk melakukan pengamatan untuk
mengidentifikasi permasalahan yang relevan dengan bidang keilmuannya dan
berbagai permasalahan dalam konteks revolusi industri 4.0. dari permasalahan
tersebut mahasiswa dapat mengembangkan ide solusi yang inovatif. Hasil
pengamatan dilaporkan secara lisan pada pembelajaran berikutnya dan akan
menjadi bahan diskusi kelompok pada pertemuan berikutnya. Dosen
memberikan tugas pada mahasiswa untuk menyimak video "Membangun
Budaya Inovatif" bersama Ir. Drs. Djohan Yoga, M.Sc., Ph.D. pada link youtube
https://www.youtube.com/watch?v=Sd74KNozt4Q&t=295s. Dosen harap
menyimak video ini hingga tuntas dan menulis catatan hasil belajar berupa poin
penting dari video tersebut.

1
1
Sebagai pembuka wawasan mengenai konsep dasar inovasi maka dosen
dapat mengarahkan mahasiswa untuk membaca website bahan belajar yang
memuat tulisan yang berjudul Memahami Perbedaan Antara Kreatif dan
Inovatif pada url berikut ini http://www.2012forum.com/science/memahami-
perbedaan-antara-kreatif-dan-inovatif/.
Sebagai tugas belajar untuk persiapan pertemuan berikutnya. Dosen
menugaskan mahasiswa untuk (1) menulis catatan refleksi, dalam 200 kata,
apa yang anda pahami, sadari, rasakan tentang tentangan revolusi industri 4.0
(2) menulis optimisme dan komitmen anda tentang MK ini (3) mempelajari
video yang ada dalam tugas di Sipejar, buat ulasan 250 kata tentang video
tersebut.

G. REFERENSI
Kasali, Renald. 2018. Self-Disruption. Bandung: Penerbit Mizan.
Singh, Renee. 2014. Beyond evidence‐based practice? Journal of Family
Therapy. Vol 36, Issue 3. https://doi.org/10.1111/1467-6427.12045
Mohr, Kathleen A. J. and Mohr, Eric S. (2017) "Understanding Generation Z
Students to Promote a Contemporary Learning Environment," Journal on
Empowering Teaching Excellence: Vol. 1 : Iss. 1 , Article 9. doi:
https://doi.org/10.15142/T3M05T
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. UU No. 19 tahun 2012
tentang Hak Kekayaan Intelektual

1
2
KEGIATAN PERTEMUAN II
Tantangan Inovasi revolusi industri 4.0

A. PENGANTAR
Pemahaman dan kepekaan mahasiswa mengenai tantangan inovasi di
bidang keilmuannya ataupun lintas bidang keilmuan merupakan titik awal dari
langkah pengembangan rencana inovatif. Pada pertemuan pertama, mahasiswa
telah memperoleh tugas mempelajari dan melakukan kajian awal tentang
urgensi dan tantangan inovasi dalam konteks revolusi industri 4.0. Pemberian
tugas tersebut bertujuan melatih kepekaan mahasiswa terhadap permasalahan
dan tantangan perkembangan teknologi dan sosial budaya dalam konteks
revolusi industri 4.0 yang perlu disikapi dan dijawab dengan langkah-langkah
inovatif.
Pada pertemuan ini, mahasiswa dilatih untuk lebih peka dalam
mengindentifikasi dan menganalisis problematika aktual dalam konteks kekinian
yang dapat menjadi sumber ide untuk mengembangkan rencana inovatif.
Melalui diskusi kelompok mereka menuangkan hasil pengamatan terfokus
dalam bentuk ringkasan dan illustrasi bentuk-bentuk inovasi yang saat ini ada
dan berkembang dan bentuk inovasi yang relevan dengan bidang ilmunya.
Illustrasi tersebut akan sangat berguna untuk membuka wawasan sekaligus
melatih nalar dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam
mengembangkan inovasi.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Analisis tantangan inovasi bidang keilmuan dalam konteks revolusi industri
4.0
2. Analisis jenis-jenis inovasi yang pernah ada sesuai bidang keilmuan

C. LINGKUP MATERI

1
3
Materi pembelajaran pada pertemuan ini adalah:
1. Tantangan inovasi bidang keilmuan dalam konteks revolusi industri 4.0
2. Jenis-jenis inovasi sesuai bidang keilmuan dan lintas bidang keilmuan.

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Berikut ini adalah aktivitas pembelajaran pada pertemuan kedua.
1. Review hasil belajar pertemuan pertama. Dosen mengajak mahasiswa
mengingat kembali materi pada pertemuan pertama.
2. Presentasi kelompok.
Mahasiswa mempresentasikan hasil belajar menyimak video yang
ditugaskan.
Terdapat beberapa bentuk presentasi klasikal diantara presentasi
kelompok konvensional dimana setiap kelompok diberi kesempatan
presentasi secara bergantian dalam durasi waktu yang ditentukan oleh
dosen. Pola presentasi kedua adalah pola “belanja gagasan” atau window
shopping sebuah bentuk presentasi beberapa kelompok kecil pada sejawat
dimana setiap kelompok menjadi tuan rumah sekaligus menjadi tamu
pengunjung yang datang untuk belajar pada kelompok lain.
Pelaksanaan presentasi semacam ini adalah sebagai berikut; kelompok
dibagi menjadi dua tim, satu tim menjadi “tuan rumah” dan tim lainnya
menjadi tamu. Jika sebuah kelompok beranggotakan tiga orang maka dua
orang dapat bertugas menjadi tuan rumah, sedangkan satu orang lainnya
menjadi tamu. Tim tamu harus berkunjung ke semua kelompok, sementara
tim tuan rumah bertugas memberikan penjelasan pada setiap tamu yang
datang berkunjung. Sang tamu dapat mengajukan beragam pertanyaan
pada tuan rumah. Kelebihan pola presentasi semacam ini beberapa
kelompok dapat melakukan pemaparan hasil kerjanya dalam waktu
bersamaan. Tuan rumah menjelaskan hasil diskusinya pada tamu, dan
kemudian hasil belajar dari beberapa tuan rumah dapat digunakan oleh
tamu untuk melengkapi mind map yang disusun oleh kelompoknya sendiri.
Untuk menambah semangat tuan rumah dan suasana belanja gagasan,
dapat diberlakukan pemberian reinforcement atau reward pada oleh tim

1
4
tamu pada kelompok tuan rumah, jika paparan ide dan penjelasan yang
diberikan dipandang baik maka tim tamu dapat memberikan tanda bintang
atau tanda emoticon smile. Di akhir kegiatan presentasi atau window
shopping, dosen membantu mahasiswa melakukan penyimpulan hasil
belajar. Aktivitas pertama dapat dilakukan sekitar waktu 45 menit
tergantung pada jumlah kelompok yang terbentuk dalam sebuah kelas.
Seusai presentasi kelompok dan penyimpulan, aktivitas pembelajaran
dilanjutkan dengan diskusi kelompok selama 30 menit untuk membahas
beberapa isu berikut ini.
1) Perubahan sosial apa saja yang terjadi saat ini yang berkaitan dengan
bidang studi anda? (konten dan prosedur keilmuan, profesi dan cara
kerja profesi anda)
2) Analisa; masalah apa saja yang muncul menyertainya?
3) Pilih salah satu masalah, lakukan analisa masalah
4) Apa dampak yang mungkin akan terjadi jika masalah tersebut tidak
diselesaikan?
5) Apa dan bagaimana solusi terbaik yang dapat anda lakukan?
Hasil diskusi kelompok dirumuskan dalam bentuk file mid map atau PPt.
Setelah diskusi kelompok, dosen memandu mahasiswa untuk
mempresentasikan hasil diskusinya dengan pola presentasi bergantian atau
presentasi melalui pola window shopping.
Diakhir perkuliahan dosen memberikan tugas pada mahasiswa untuk
melakukan pengamatan, identifikasi dan analisis tentang beberapa berikut
ini.
1. Identifikasi sebuah brand inovatif berupa produk, jasa atau gerakan
sosial yang telah ada dan terkenal
2. Analisis relevansinya dengan bidang keilmuan anda atau analisislah
bidang keilmuan apa yang terkait dengan brand tersebut.
3. Apa unsur inovasinya, apa dampaknya pada kehidupan manusia?
masalah apa yang diselesaikan oleh produk tersebut? apa kelemahan
produk tersebut, apakah dalam perjalanan pengembangannya, produk
tersebut pernah mengalami kegagalan.

1
5
4. Identifikasi produk inovatif sejenis dan apa perbedaannya

Tugas dikerjakan di luar kelas, hasil diskusi dirumuskan dalam file PPt
atau mind map. Tugas tersebut akan di presentasikan pada pertemuan
berikutnya.

E. URAIAN MATERI
1. Persaingan Inovasi di era Revolusi Industri.
Memasuki abad 21, beragam tantangan seiring kecepatan teknologi dan
efeknya dalam menciptakan perubahan signifikan pada berbagai aspek sosial
budaya. Seiring dengan perubahan tersebut muncul pula berbagai masalah
yang memerlukan solusi jitu agar peradaban manusia terus berkembang.
Dalam konteks semacam ini, maka inovasi di berbagai bidang keilmuan menjadi
kunci jawabannya.
Inovasi perlu dilakukan dalam berbagai keilmuan agar fungsi bidang ilmu
semakin berkembang seiring dengan tantangan yang ada. Kebutuhan
melakukan inovasi merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh setiap
individu maupun lembaga apapun jika ingin tetap bertahan dan berkembang di
era revolusi industri 4.0 saat ini. Revolusi industri telah menghadirkan
fenomena disrupsi dimana individu, lembaga atau perusahaan yang stagnan
dan tidak mau berinovasi akan tergilas dan akan tenggelam dalam persaingan.
Purwanto (2013) menuliskan bahwa bukti disrupsi menimpa beberapa
perusahaan besar. Adalah BlackBerry dan Nokia, dua perusahaan yang sempat
merajai bisnis ponsel di tahun 2007 an. Terobosan efisiensi melalui e-mail
melalui ponsel telah membuat penjualan produk ini sangat tinggi. Kedua
produk tersebut kemudian hilang terdisrupsi oleh Apple yang menghasilkan
iPhone dan Samsung sangat inovatif. Belajar dari dua perusahaan tersebut
maka upaya inovasi menjadi kebutuhan setiap individu di era ini.

2. RENCANA TINDAK LANJUT

1
6
Diakhir perkuliahan dosen memberikan tugas pada mahasiswa untuk
melakukan pengamatan, identifikasi dan analisis dan memperoleh lesson learn
dari berbagai kisah keberhasilan upaya inovasi melalui langkah sebagai berikut.
1) Identifikasi dan analisis sebuah brand inovatif berupa produk, jasa atau
gerakan sosial yang telah ada dan terkenal
2) Analisis unsur inovasinya, apa dampaknya pada kehidupan manusia?
masalah apa yang diselesaikan oleh produk tersebut? apa kelemahan
produk tersebut, apakah dalam perjalanan pengembangannya, produk
tersebut pernah mengalami kegagalan.
3) Analisis relevansinya dengan bidang keilmuan anda atau analisislah bidang
keilmuan apa yang terkait dengan brand tersebut.
4) Identifikasi produk inovatif sejenis dan apa perbedaannya
Tugas dikerjakan secara berkelompok, hasil diskusi dirumuskan dalam file
PPt atau mind map. Tugas tersebut akan di presentasikan pada pertemuan
berikutnya.

5. REFERENSI
Purwanto, Didik. 2013. "Belajar dari Kegagalan BlackBerry dan
Nokia", https://money.kompas.com/read/2013/10/14/1904022/Belajar.dari.
Kegagalan.BlackBerry.dan.Nokia. diunduh tanggal 15 Agustus 2019.

1
7
KEGIATAN PERTEMUAN III
Konsep dasar Manajemen Inovasi

A. PENGANTAR
Pada bagian ini dipaparkan hakikat dan prinsip-prinsip inovasi.
Pemahaman mahasiswa tentang apakah itu sejatinya inovasi dan apa saja
prinsip-prinsip yang mendasari langkah kerja inovasi perlu dipahami oleh
mahasiswa. Dengan mengenal hakikat dan prinsip-prinsip inovasi maka
mahasiswa akan lebih mudah menerapkan setiap langkah design thinking yang
akan menjadi prosedur kerja inovatif yang dilakukan dalam perkuliahan
ini.Pada bagian ini juga akan dipelajari jenis-jenis inovasi yang perlu menjadi
wawasan dan rujukan bagi mahasiswa dalam melakukan inovasi.
Materi mengenai jenis inovasi akan membantu mahasiswa Mereka juga
dapat mengenal secara mendalam hal apa saja yang perlu perhatikan ketika
sedang mengembangkan sebuah kinerja inovatif. Melalui kajian tentang hakikat
inovasi dan prinsip-prinsip inovasi diharapkan mahasiswa mengetahui sejatinya
apa yang dimaksud dengan inovasi dan apa sajakah yang dapat dikembangkan
menjadi ide inovatif.

B. TUJUAN
1. Mempelajari dan mendiskusikan hakikat dan prinsip-prinsip inovasi
2. Mempelajari dan mendiskusikan jenis-jenis inovasi

C. LINGKUP MATERI
Materi pembelajaran pada pertemuan ini adalah:
1. Mempelajari dan mendiskusikan hakikat dan prinsip-prinsip inovasi.
2. Mempelajari dan mendiskusikan jenis-jenis inovasi

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ini dimulai dengan kegiatan sebagai berikut.

1
8
1. Review hasil belajar pertemuan kedua. Dosen mengajak mahasiswa
mengingat kembali materi pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan
dengan materi yang akan dibahas pada pertemuan ini
2. Mahasiswa menyimak mempelajari materi prinsip-prinsip inovasi dan
menyimak penjelasan dosen tentang topik tersebut.
3. Mahasiswa melakukan diskusi kelompok untuk melengkapi tugas dari
pertemuan sebelumnya tentang beberapa hal berikut ini.
1) Identifikasi dan analisis sebuah brand inovatif berupa produk, jasa atau
gerakan sosial yang telah ada dan terkenal
2) Analisis unsur inovasinya, apa dampaknya pada kehidupan manusia?
masalah apa yang diselesaikan oleh produk tersebut? apa kelemahan
produk tersebut, apakah dalam perjalanan pengembangannya, produk
tersebut pernah mengalami kegagalan.
3) Analisis relevansinya dengan bidang keilmuan anda atau analisislah
bidang keilmuan apa yang terkait dengan brand tersebut.
4) Identifikasi produk inovatif sejenis dan apa perbedaannya

4. Setelah mempelajari hakikat, prinsip dan jenis inovasi mahasiswa bertugas


melakukan analisis prinsip dan prosesn inovasi terhadap brand yang sudah
ada dengan panduan pertanyaan sebagai berikut. Dari sebuah brand
inovatif yang tekah dianalisis sebelumnya, lakukan analisis dan
penyimpulan sebagai berikut
1) Produk tersebut dikategorikan sebagai jenis inovasi yang mana?
2) Prinsip-prinsip inovasi apasajakah yang diterapkan inovator produk
dalam mewujudkan inovasinya?
3) Bagaimana proses pengembangan inovasi produk tersebut dari waktu
ke waktu.
Hasil diskusi kelompok dipresentasikan melalui belanja gagasan atau
presentasi kelompok secara bergantian.

1
9
E. URAIAN MATERI
Inovasi merupakan bagian tidak terpisahkan dari era disrupsi. Era ini ada
karena kemunculan berbagai inovasi penting yang mengubah kehidupan dan
peradaban manusia. Tidak heran jika inovasi menjadi pengubah tatanan
kehidupan. Tidak saja dalam konteks global, pada ranah nasional dan
domestik, inovasi juga memiliki peran signifikan. Karena itu Arman dan
Kartajaya (2018) menyebutkan inovasi sebagai kalimat yang sangat sakral
dalam kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan inovasi pula maka
individu, perusahaan bahkan negara akan mampu bertahan dan berkembang di
tengah gegap gempitanya era disrupsi.
Pembahasan tentang prinsip-prinsip dan jenis-jenis inovasi perlu dimulai
dari bahasan tentang konsep dasar inovasi itu sendiri. Arti kata inovasi
disebutkan secara harfiah dalam Meriam-Webster dalam laman Merriam-
webster.com sebagai ide baru, pemikiran kreatif, imajinasi baru dalam bentuk
perangkat atau metode. Inovasi sering kali dipandang identik dengan teknologi,
ekonomi dan perusahaan. Dalam pandangan Marranvile (1992) inovasi identik
dengan gerak perusahaan untuk menciptakan performansi terbaik melalui
produk yang terus dikembangkan dari waktu ke wakt, sesuai kebutuhan dan
tuntutan pasar. Karena itu maka sering kali diwujudkan melalui pengembangan
dan penyediaan produk, proses, layanan, teknologi, atau model usaha bisnis
yang lebih efektif bagi dunia usaha, pemerintah dan masyarakat. Inovasi
menghasilkan sesuatu yang asli, lebih efektif dan dapat berpengaruh besar
dalam mengubah tatanan dunia usaha dan perilaku masyarakat secara umum.
Inovasi memiliki keterkaitan dengan upaya penelitian dan penemuan ilmiah
baru, karena inovasi pada prinsipnya merupakan penerapan dari penemuan
tersebut, namun demikian tidak semua inovasi bermula dari penelitian namun
lebih pada upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas produk dan
sistem baik teknologi maupun jasa.
Apa itu inovasi? Mengapa menjadi sebegitu pentingnya. Sekaitan dengan
mata kuliah manajemen inovasi maka dalam tulisan ini akan diulas istilah
inovasi dan manajemen inovasi. Konsep ini menjadi pondasi pemahaman dalam
mengembangkan kemampuan manajemen inovasi di kalangan mahasiswa,

2
0
sekaligus dapat meningkatkan motivasi kompetensi pengajar dalam
menciptakan budaya inovatif.

1. Hakikat Inovasi
Istilah inovasi berasal dari sebuah kata bahasa Latin yaitu innovare.
Sumber lain menyebutkan bahwa innovasi berasal dari bahasa Latin innovatus.
Kedua kata tersebut berarti memperbarui, mengubah atau memberi
pembaharuan. Dari akar kata inilah kemudian menjadi sebuah istilah inovasi
yang dipopulerkan oleh Schumpeter (1934). Istilah ini sudah lama dikenal
namun penerapannya dalam konteks ekonomi global kemudian menjadi sangat
menentukan. Schumpeter ekonom berkebangsaan Austria menyebut inovasi
sebagai pengembangan atau kombinasi baru dari pengetahuan, sumber daya,
peralatan, dan faktor lainnya yang baru atau sudah ada. Schumpeter
memandang bahwa upaya inovasi sangat penting dilakukan oleh individu dan
juga organisasi, terutama perusahaan untuk kepentingan bisnisnya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa inovasi dimaknai sebagai implementasi
metode, cara, dan prosedur yang dapat meningkatkan kualitas produk atau
layanan (Gault, 2018). Inovasi diperlukan karena adanya tuntutan adanya
produk atau layanan yang lebih baik. Secara keseluruhan, inovasi menjelaskan
tujuan untuk evolusi kemanusiaan, dijelaskan dalam hal kapasitas kreatif.
Edwards-Schachter (2018) menyebutkan bahwa inovasi dapat berupa inovasi
teknologi, budaya, kelembagaan, inklusif, hijau, ramah lingkungan, terbuka,
digerakkan oleh pengguna, lean, berbiaya rendah, akar rumput, publik, dan
transformatif.
Kembali merujuk pada pemikiran Schumpeter. Pemikiran ekonon ternama
ini menjadi kiblat dan rujukan dari gerakan inovasi yang terus berkembang
dari masa ke masa (Allen, 1991; Seidl, 1994; Reisman, 2004; Shionoya, 2007;
Landoli dkk. 2007; Stone & Vance, 2009, Rajiv dkk. 2015). Mereka melihat
betapa masifnya pengaruh pemikiran tersebut terdapat banyak pihak mengenai
pentingnya inovasi diberbagai bidang. Definisi inovasi kemudian berkembang
dalam berbagai perspektif namun tetap mengacu pada ruh pembaharuan
sebagaimana dicetuskan oleh Schumpeter. Tidak heran jika dia disebut sebagai

2
1
The father of innovation. Lebih lanjut pada tahun 1954 dalam karyanya
Scumpeter juga mencetuskan sebuah istilah yang sangat populer saat ini yaitu
creative distruptive. Istilah inilah yang kemudian melahirkan istilah baru yaitu
efek distuptif di era distruptif.
Secara konseptual inovasi dipandang sebagai sebuah proses
pembaharuan terhadap berbagai hal baik produk, metode atau sistem yang
sudah ada, atau mencipta hal baru dengan mengubah yang telah ada
sebelumnya. Mengingat makna dasar dari inovasi yang berkaitan dengan
pembaruan, maka proses tersebut akan benar-benar terwujud apabila
pelakunya mengubah cara berpikir dan bertindak dalam mengambil keputusan.
Disinilah kreativitas diperlukan. Inovator perlu melakukan berbagai hal yang
baru, berbeda, bahkan di luar kebiasaan agar inovasi dapat terwujud dengan
nyata.
Dalam konteks Indonesia, salah satu rujukan penting dalam memahami
inovasi adalah Menurut UU No. 19 Tahun 2002 tentang hak kekayaan
intelektual. Pengertian inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan
atau pun perekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan
pengembangan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang
baru, atau pun cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sudah ada ke dalam produk atau pun proses produksinya.
Lalu apakah inovasi memiliki relevansi dengan kreativitas? Pertanyaan ini
dapat dijawab dengan pendapat umum yang menyebutkan bahwa setiap
orang bisa saja kreatif, namun tidak semua orang inovatif. Kreativitas adalah
kemampuan untuk berdaya imaginasi tinggi untuk melakukan hal baru,
sedangkan inovasi adalah Proses menemukan atau menerapkan hal baru
dalam situasi baru secara kritis dan kreatif untuk memecahkan
masalah, mengubah keadaan, dan bertahan atau berkembang di tengah
persaingan. Orang kreatif adalah orang yang mampu berfikir berbeda dari
kebanyakan orang, sehingga dia tidak terjebak dalam kebiasaan pada
umumnya masyarakat. Kemampuan tersebut dikarenakan daya imajinasi yang
tinggi.

2
2
Sementara inovatif kemampuan berinovasi merupakan tindakan nyata
merupa kemampuan menghasilkan karya, baik produk maupun jasa yang
memiliki unsur kebaharuan sehingga memiliki nilai yang lebih tinggi dan
mampu memecahkan masalah. Namun demikian kemampuan berinovasi
memerlukan modal kreativitas. Tanpa kreativitas yang tinggi, maka upaya
menciptakan produk yang inovatif tentu akan sulit dilakukan.
Arman (2016) merujuk hasil studi Baregheh et.al yang merumuskan kata-
kata kunci dalam pemaknaan inovasi. Barengeh menemukan 60 definisi
tentang inovasi yang kemudian dikristasasi menjadi 22 istilah kunci defisini.
Dia kemudian merumuskan sebuah diagram enam bidang inovasi berikut ini.

STAGES
Creation
SOCIAL
Generation Organizations
MEANS
Implementation Firms NATURE
Development Technology
Customers Ideas TYPE
Adoption New
Social Systems Inventions
Employees Improve Product
Creativity Change
Developers Market Service,
Process,
Technical

Gambar 3.1. Diagram Kata Kunci Inovasi


dimodifikasi dari diagram definisi inovasi Baregeh et.al. 2009.

Terdapat enam aspek besar yaitu stage atau level/tingkat, social atau
subjek sosial, means atau cara, nature atau hakikat, type atau jenis hasil, dan
aims atau tujuan. Aspek stage atau level/tingkat inovasi terdiri dari
penciptaan, reproduksi, penerapan, pengembangan, adopsi. Pada aspek social
atau subjek pelaku dan sasaran inovasi adalah organisasi, perusahaan,
pelanggan, sistem sosial, para karyawan, pencipta dan pengembang produk.
Dari aspek means atau cara dan instrumen inovasi terdiri dari teknologi, ide
ide, penemuan atau penciptaan, kreativitas, pasar. Dari aspek nature atau
hakikat inovasi meliputi kebaharuan, memperbaiki, perubahan. Dari aspek
type atau jenis yang dihasilkan terdiri dari produk, layanan, proses, dan
2
3
teknis. Dari aspek aims atau tujuan inovasi terdiri dari mencapai keberhasilan,
menciptakan perbedaan yang baik, menciptakan kemampuan untuk bersaing.
Schumpeter menegaskan bahwa arah inovasi berbeda dengan
penciptaan atau penemuan sebuah karya. Alasan yang dikemukan oleh
Schumpeter adalah proses dan fungsi inovasi lebih bersifat relasi sosial dan
memberikan dampak sosial dan budaya. Inovasi dilakukan dalam konteks
sosial misalnya ekonomi dan bisnis yang mungkin saja bertujuan komersial
dan perbaikan kualitas hidup. Sedangkan penciptaan produk dan penemuan
pada prinsipnya dapat dilakukan di mana saja dan tanpa maksud apa pun.
Adapan dalam tataran implementasi, inovasi menurut Shumpeter
memiliki rantai proses yang mengarah pada komersialisasi. Dengan kata lain,
inovasi harus memberi nilai tambah yang bersifat komersil. Berawal dari
adanya masalah dan kebutuhan lalu munculnya upaya kreatif untuk
melakukan inovasi. Dalam upaya tersebut modal kreatifitas, pengetahuan,
sumber daya, dan penerimaan masyarakat pengguna menjadi sangat penting.
Karya inovatif yang dihasilkan akan benar-benar dapat diakui jika ketika
ditawarkan sebagai produk yang dijual, dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat. Inilah salah satu sisi inovasi yang sering disebut dengan
enterpreunership atau kewirausahaan. Sebuah produk akan dikatakan inovatif
jika diterima masyarakat dan memiliki nilai tambah dan nilai komersialisasi
(Fagerberg, 2008). Dalam konteks saat ini nilai tambah yang dimaksud bukan
hanya nilai tambah ekonomi, kualitas produk, proses dan sistem manajemen
namun juga hal-hal yang berkaitan dengan sinergi, kolaborasi, kompetisi, dan
metode berkompetisi.

Masalah dan Proses Sosialisasi atau


Kreativitas Pengembangan Komersialisasi
kebutuhan inovasi Inovasi Desiminasi

Gambar 3.2. Tahapan Proses Inovasi

Tahapan proses inovasi tersebut meggambarkan bahwa inovasi


memerlukan modal kreativitas dan diproses dalam upaya mewujudkan inovasi

2
4
dan mendapatkan penerimaan dari masyarakat luas. Dalam konteks
pengembangan inovasi di perusahaan, terdapat dua hal yang melandasi
inovasi yaitu kreativitas dan keberanian dalam mengambil resiko.

2. Hakikat Manajemen Inovasi


Pada hakikatnya manajemen inovasi identik dengan kinerja di bidang
ekonomi khususnya dalam hal pengembangan dan peningkatan produktivitas
dan keuntungan sebuah perusahaan. Istilah manajemen inovasi merupakan
perpaduan antara istilah manajemen dan inovasi yang mengarah pada
pengelolaan proses inovasi dan perubahan yang mengacu pada
produk, proses usaha, dan inovasi organisasi. Melalui manajemen inovasi
dilakukan berbagai pengelolaan inovasi sebuah organisasi, yang dengan
model ini maka organisasi dapat merespon tantangan peluang eksternal dan
internal dengan memanfaatkan kreativitas untuk menggali dan
memperkenalkan ide-ide inovatif untuk menciptakan produk dan sistem.
Dibandingkan dengan manajemen inovasi perusahaan yang lebih
dominan tampak sebagai upaya untuk mengelola inovasi demi meningkatkan
kualitas, merancang daur hidup produk yang lebih baik dan panjang,
merespon kebutuhan dan tuntutan pelanggan. Inovasi bertujuan
mengembangkan model organisasi yang baru agar mereka mampu
meningkatkan daya saing secara terukur di target pasar mereka. Dalam
konteks pendidikan tinggi, manajemen inovasi adalah upaya untuk melatih,
menginisiasi, menginspirasi kemampuan berinovasi pada diri mahasiswa
melalui proses pembelajaran terstruktur.

3. Prinsip-prinsip Inovasi
Inovasi memiliki beberape prinsip. Prinsip-prinsip inovasi yang perlu
dipahami terkait dengan tiga hal penting yaitu (1) ciri-ciri atau indikator
sesuatu yang dilakukan atau dihasilkan sehingga dapat dikategorikan sebagai
sebuah inovasi (2) alasan mengapa inovasi diperlukan (3) bagaimana inovasi
diwujudkan.

2
5
Prinsip pertama adalah mengenai ciri-ciri inovasi itu sendiri. Inovasi
harus memiliki ciri-ciri (1) apapun bentuk inovasinya apakah itu ide, program,
sistem atau platform baru, maka semua bentuk inovasi yang dihasilkan harus
bersifat baru atau original dan serta memiliki pembeda dibanding produk lain.
Dengan kata lain inovasi yang dibuat tampak dari ciri khas yang membuat
inovasi tersebut mudah dikenali (2) inovasi memiliki tujuan dan fungsi yang
jelas (3) setiap inovasi memiliki strategi khusus untuk mencapai tujuannya (4)
dilakukan secara terencana, matang dan terarah.
Dari sisi alasan mengapa inovasi dilakukan akan dapat dilihat apakah
inovasi yang dihasilkan memiliki alasan menyelesaikan masalah dan alasan
untuk mempertahankan eksistensi. Alasan survival atau mempertahankan
eksistensi lebih bersifat meningkatkan kualitas, efektivitas, efisiensi dan masa
berlaku sebuah produk atau jasa. Meningkatkan daya saing.
Adapun prinsip yang berkaitan dengan proses inovasi antara lain; (1)
inovasi berawal dari identifikasi dan analisis masalah secara kritis (2)
mengembangkan ide pemecahan masalah (3) menerapkan langkah-langkah
sistematis (4) dilandasi niat kuat, passion, semangat, fokus dan sungguh-
sungguh (1) dilakukan secara kolaboratif disertai toleransi terhadap
perbedaan.

4. Jenis-jenis Inovasi
Ribuan bahkan jutaan inovasi yang dilakukan di berbagai belahan dunia
dapat dikategorikan menjadi empat jenis inovasi yaitu inovasi inkrimental atau
inovasi untuk keberlanjutan (sustainability), inovasi distruptif, inovasi penelitian
dasar dan inovasi radikal atau inovasi breakthrough. Karakteristik keempat jenis
inovasi tersebut tergantung pada dampaknya terhadap masyarakat sebagai
pasar inovasi, dan kebaharuan teknologi yang digunakan dalam mewujudkan
inovasi.
Inovasi inkrimental atau sustainalibitas dilakukan untuk mempertahankan
eksistensi dari sebuah produk atau jasa. Inovasi semacam ini biasanya
dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk, layanan dan proses yang ada.
Penambahan fungsi, bentuk atau ukuran pada sebuah produk agar lebih efektif

2
6
sesuai kebutuhan pasar adalah contoh dari inovasi inkrimental. Inovasi
breaktrough atau inovasi radikal merupakan inovasi yang memberikan
perubahan besar terhadap sebuah produk misalnya perubahan ponsel dari
tombol menjadi layak sentuh. Inovasi breaktrough atau inovasi radikal
melahirkan munculnya inovasi distruptif adalah inovasi yang bersifat merubah
dan berpeluang mengganti bahkan merusak tatanan sosial dan perilaku
masyarakat yang selama ini telah menjadi kebiasaan. Inovasi semacam ini
biasanya akan membawa dampak signifikan pada bisnis. Misalnya, munculnya
platform taxi online dan pemesanan makanan secara online, travel agen online
semacam traveloka dan lain-lain adalah wujud dari inovasi disruptif. Sedangkan
inovasi berbasis penelitian adalah penemuan baru yang dihasilkan dari proses
riset. Inovasi ini sangat diperlukan sebagai landasan teoritik untuk
mengembangkan inovasi lainnya yang bersifat sustainable, brearktrough dan
disruptif.

I
M
P Inovasi incrimental
A Inovasi disruptif
C atau sustainabilitas
T

ON
TH Jenis Inovasi
E
M
A
R Inovasi penelitian
K Inovasi breakthrough
E dasar
T

TECHNOLOGY NEWNESS

Gambar 3.3. Kuandran Jenis-jenis inovasi

F. RENCANA TINDAK LANJUT


Setelah mempelajari hakikat, prinsip dan jenis inovasi mahasiswa
bertugas menyimak video dan bahan bacaan tentang hakikat dan alur kerja
design thinking, alur kerja design thinking dan cara menerapkannya.

2
7
Tugas dikerjakan secara individual, hasil diskusi dirumuskan dalam file PPt
atau mind map. Tugas tersebut akan di presentasikan pada pertemuan
berikutnya.

G. REFERENSI
Christensen, C.M., 1997. The Innovator’s Dilemma. Harvard Business School
Press.

Christensen, C.M., Raynor, M.E., 2003. The Innovator’s Solution. Harvard Business
School Press. Christensen, C.M., Anthony, S.D., Roth, E.A., 2004. Seeing
What’s Next. Harvard Business School Press.

Fagerberg, J., 2008. A Guide to Schumpeter. Center for Advanced Study, pp. 20–
22. (http://www.
cas.uio.no/Publications/Seminar/Confluence_Fagerberg.pdf).

2
8
KEGIATAN PERKULIAHAN IV
Pendekatan Design Thinking

A. PENGANTAR
Mata kuliah manajemen inovasi bertujuan mengembangkan kemampuan
berinovasi dengan menggunakan pola kerja design thinking. Strategi ini dipilih
untuk melatih mahasiswa dalam berkreasi dan mengembangkan ide inovasi
melalui tahapan kerja design thinking. Sebelum mengembangkan ide inovatif
melalui design thinking terlebih dahulu mahasiswa harus mempelajari hakikat
design thinking melalui bahan bacaan, video tentang design thinking dan melalui
paparan dosen saat pembelajaran di kelas. Melalui pertemuan ini dilakukan proses
belajar mengenai design thinking dalam kegiatan pembelajaran klasikal yang
interaktif dan bersifat penguatan pemahaman konseptual, karena mahasiswa
telah diasumsikan mempelajari konsep dasar design thinking secara mandiri
sesuai tugas pertemuan sebelumnya.

B. TUJUAN
1. Mempelajari dan mendiskusikan hakikat dan alur kerja design thinking
2. Mempelajari dan mendiskusikan penerapan design thinking

C. KEGIATAN BELAJAR MAHASISWA


Pada kegiatan ini mahasiswa mempelajari konsep dasar design thinking
sebagai sebuah alur kerja pengembangan ide inovasi. Dosen dapat menggunakan
berbagai metode untuk memfasilitasi proses belajar mahasiswa, semisal ceramah,
diskusi kelompok, penugasan untuk membuat resume dalam bentuk mid map
atau tugas lain yang bertujuan membentuk pemahaman mahasiswa mengenai
konsep dasar dan prosedur design thinking.
Diakhir perkuliahan dosen menugaskan mahasiswa untuk melakukan
identifikasi problem yang dapat diangkat menjadi topik. Masalah atau problem
yang diangkat adalah masalah yang memerlukan solusi berupa langkah inovatif;
yang mungkin berkaitan dengan keilmuannya atau mungkin juga tidak.

2
9
Mahasiswa juga perlu mempelajari solusi atau produk pendahulu yang pernah ada
sebelumnya. Hal ini bertujuan agar ide yang dikembangkan mahasiswa adalah ide
inovatif yang melengkapi atau memperbaiki produk sebelumnya.

D. MATERI
Materi Sebagai alur kerja inovatif, design thinking mulai dikenal ketika
David Kelley (Stanford Univ.) mendirikan konsultan desain IDEO pada tahun 1991.
Design Thinking adalah salah satu metode baru dalam melakukan proses desain.
Design Thinking merupakan metode penyelesaian masalah yang berfokus pada
pengguna atau user. Design Thinking sendiri dipopulerkan oleh David Kelley dan
Tim Brown pendiri IDEO – sebuah konsultan desain yang berlatar belakang desain
produk berbasis inovasi. Dasar-dasar konsep design juga dipaparkan dalam artikel
Richard Buchanan 1992 yang berjudul Wicked Problems in Design Thinking.
Konsep ini sebenarnya mulai berkembang pada tahun 1950. Pada mulanya,
konsep design thinking berupa pengembangan teknik kreativitas desain baru,
pada 1960-an memunculkan ide pemikiran desain untuk memecahkan masalah
secara kreatif. Konsep ini sering dikaitkan dengan pemikiran John E. Arnold yang
dipublikasikan dengan konsep "Creative Engineering" (1959). Pemikiran L. Bruce
Archer yang mengemukakan konsep "Systematic Method for Designers" pada
tahun 1965, juga sering dikaitkan dengan konsep design thinking.
Design thinking diartikan sebagai sebuah pendekatan atau prosedur kerja
yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan kebutuhan
masyarakat sebagai pengguna. Design thinking memiliki lima langkah utama yaitu
mengeksplorasi kebutuhan (empathize/explore), menentukan problem utama
yang perlu dipecahkan melalui kerja inovatif (define), mengembangkan ide
(ideate), mengembangkan purwarupa (prototyping), mempresentasikan untuk
mempelajari respon sasaran (learn/share). Lima langkah tersebut dimodifikasi dan
ditambahi dengan langkah pra empathize yaitu topic selection atau penetapan
topik atau ruang lingkup inovasi (IDEO, 2008; Mechelen, Laenen, Zaman, Willems,
& Vanden, 2019; Woolery, n.d.).

3
0
Empathize merupakan pengembangan dari kata empathy yang dimaknai
sebagai sebuah upaya untuk memahami keadaan, pikiran dan perasaan orang
lain. Dalam konteks design thinking, langkah emphatize adalah upaya untuk
mengetahui, mengeksplorasi dan memahami keadaan, pikiran dan peraaan orang
lain dalam hal ini masyarakat calon sasaran produk. pikiran, perasaan dan
keadaan orang dimaknai sebagai kebutuhan masyarakat terhadap sebuah produk
atau layanan jasa tertentu.
Dalam prosedur awal design thinking, empathize merupakan sebuah
langkah untuk mengetahui atau mengidentifikasi kebutuhan dari user tentang
sebuah produk yang akan diciptakan. Langkah ini bertujuan meningkatkan
kepekaan terhadap lingkungan, membentuk dan mengembangkan wawasan agar
pengembang produk atau inovator mampu berpikir terbuka. Melalui emphatize
inovator akan mengetahui user atau pengguna yang akan dituju, bagaimana
pengalaman, emosi, dan situasi yang dihadapi calon user. Mencoba menempatkan
diri sebagai user sehingga dapat benar-benar memahami kebutuhan mereka.
Tahap ini dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi,
ataupun melalui cara lainnya. Agar pelaksanaan empathize dapat dilakukan
dengan baik maka
Pelaksanaan empathize biasanya diawali dengan pikiran yang berisi rasa
keingintahuan (curious) atau disebut juga dengan KEPO (knowing every particular
object). Agar empathize dapat dilakukan dengan baik maka diperlukan
kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi dan bertanya dengan penuh empati,
dan kemampuan mensintesa data. Secara khusus, kemampuan berkomunikasi
bertujuan membantu para inovator dalam menggali informasi secara mendalam
dan komprehensif.Semua kemampuan tersebut diperlukan para inovator dalam
mengembangkan sebuah produk.
Langkah selanjutnya adalah define atau menentukan permasalahan
utama. Setelah inovator memahami kebutuhan user, maka inovator perlu
menggambarkan sebuah ide atau pandangan user yang akan menjadi dasar dari
produk atau aplikasi yang akan dibuat. Hal ini dapat dilakukan melalui
penyimpulan kebutuhan user berdasarkan data yang diperoleh melalui empathize
sesuai konteks kondisi yang sedang terjadi. Pada tahap define, inovator

3
1
menetapkan apa masalah utama atau kebutuhan utama user yang akan
dipecahkan melalui produk yang akan dikembangkan.
Langkah selanjutnya adalah ideate atau merancang produk. pada langkah
ini inovator mengembangkan rancangan produk yang menggambarkan solusi
yang dibutuhkan oleh user. Inovator menuangkan kreativitas nya sendiri atau
bersama tim dalam merancang dan mengembangkan produk inovatif. Rancangan
yang dihasilkan melalui ideate masih berupa ide dan perlu ditindak lanjuti menjadi
produk nyata melalui langkah prototipe. Karena itu sebelum berlanjut pada
langkah prototipe maka inovator perlu mengevaluasi rancangn hasil tahap ideate
dengan meminta pendapat orang lain yang atau pendapat tim.
Setelah menyelesaikan langkah ideate, ide rancangan produk perlu
langsung diimplementasikan dalam sebuah aplikasi atau produk uji coba, yang
disebut dengan langkah prototipe. Langkah ini bertujuan menghasilkan sebuah
produk nyata yang dapat diujicobakan sesuai kebutuhan atau masalah user.
Kemungkinan realisasi pengembangan produk dalam langkah prototipe akan
memerlukan beberapa kali uji coba. Inovator harus siap dengan kemungkinan
kegagalan dalam mengembangkan produk, namun tentu dia harus kembali
mencoba hingga produk yang diharapkan user benar-benar terwujud.
Produk yang sudah dikembangkan perlu di uji melalui sebuah percobaan
yang melibatkan pengguna. Dari pengalaman pengguna dalam menggunakan
produk uji coba, maka akan didapatkan masukkan untuk membuat produk yang
lebih baik dan melakukan perbaikan pada produk yang ada. Tahapan ini disebut
dengan test. Evaluasi hasil test akan sangat berguna dalam memperbaiki produk.
Selanjutnya jika produk sudah dinyatakan baik dan sesuai dengan kebutuhan
pengguna maka inovator dapat menyebarluaskan produknya agar dapat
digunakan oleh user sesuai tujuan semula.

E. REFERENSI
IDEO. (2008). Design Thinking. Harvard Business Review, 86(6), 252.
https://doi.org/10.5437/08956308X5503003
Mechelen, M. Van, Laenen, A., Zaman, B., Willems, B., & Vanden, V. (2019).
International Journal of Human-Computer Studies Collaborative Design
Thinking ( CoDeT ): A co-design approach for high child-to-adult ratios.
Journal of Human Computer Studies, 130(January 2018), 179–195.

3
2
https://doi.org/10.1016/j.ijhcs.2019.06.013
Woolery, B. E. (n.d.). Design Thinking Handbook.

3
3
PERKULIAHAN V
Identifikasi Ide-ide Inovasi

A. PENGANTAR
Pada tahap ini mahasiswa mulai menerapkan prosedur kerja design thinking
yaitu proses topic selection and notice. Dibawah bimbingan dosen, mahasiswa
berlatih mengidentifikasi kebutuhan dan problem yang memerlukan solusi inovatif
sesuai bidang keilmuan sekaligus menetapkan topik sesuai batasan ruang lingkup
masalah yang akan dikaji (topic selection). Aktivitas ini termasuk melakukan
penetapan lokus pengumpulan data dan menentukan teknik-teknik pengumpulan
data. Mahasiswa harus bekerja secara berkelompok sebagai wahana melatih
mahasiswa dalam berkreasi dan mengembangkan ide inovasi melalui tahapan
kerja design thinking.

B. TUJUAN
1. Mengidentifikasi kebutuhan dan problem yang memerlukan solusi inovatif
sesuai bidang keilmuan
2. Menentukan topik dan batasan kajian yang akan ditindaklanjuti dalam design
thinking
3. Menetapkan lokus pengumpulan data
4. Menentukan teknik-teknik pengumpulan data
5. Menyusun instrumen pengumpulan data

C. KEGIATAN BELAJAR MAHASISWA


Pada tahap ini mahasiswa mulai mengidentifikasi fenomena masalah yang
memerlukan solusi inovatif sesuai bidang keilmuan (Framing a Question). Mereka
dapat menjelajah melalui dunia maya atau mengemukakan problem melalui
pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain disekitarnya. Kegiatan kelas
dapat dilakukan melalui diskusi kelompok selama 30 menit dengan asumsi bahwa
mahasiswa telah membawa catatan hasil diskusi sebelum pertemuan, dimana
dosen menugaskan mahasiswa untuk mengidentifikasi problem yang akan dijawab
dengan ide inovatif mereka. selanjutnya kelompok mahasiswa memaparkan hasil
3
4
diskusinya sekaligus menyampaikan lokus pengumpulan data, teknik-teknik
pengumpulan data dan sasaran empathize yang akan dilakukan pada langkah
selanjutnya.
Diakhir perkuliahan dosen menugaskan mahasiswa menyusun daftar
pertanyaan dan pedoman observasi yang akan dilakukan pada tahap empathize.
Dosen berkewajiban memeriksa, menelaah dan memberikan koreksi terhadap
instrumen pengumpul data atau daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam
tahap empathize.

3
5
KEGIATAN PERTEMUAN VI

Emphatize (Pengumpulan Data)


A. Pengantar

Pada pertemuan ini akan membahas tentang langkah selanjutnya dari tahapan Design
Thingking yaitu Define. Pada tahapan Define Setelah pada tahap sebelumnya kita
mengumpulkan data-data dan informasi, maka pada tahap ini kita bersama tim
mendefinisikan masalah inti. Buatlah problem statement yang berfokus pada pengguna
akhir. Sebagai gambaran alih-alih kita membuat definisi seperti ini "Bagaimana kita
meningkatkan pendapatan 5% di target market pekerja" tetapi versi yang benar adalah
"Pekerja membutuhkan perangkat yang tepat untuk mengembangkan skillnya sehingga
kehidupannya menjadi lebih mudah".

Tahap define akan membantu tim dalam memahami permasalahan secara lebih
mudah dan memikirkan ide-ide sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Ide-ide hebat
dapat berupa fungsi-fungsi, fitur-fitur baru dalam aplikasi atau bentuk yang benar-benar
experimental yang sebelumnya belum ada, mengerti kebutuhan pengguna, maka
desainer perlu menggambarkan sebuah ide atau pandangan user yang akan menjadi
dasar dari produk atau aplikasi yang akan dibuat. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat list kebutuhan user dan menggunakan pengetahuan mengenai kondisi yang
sedang terjadi.

B. Tujuan Pembelajaran
• Melakukan pengumpulan data dengan berbagai instrument
• Mengamati dan mengumpulkan data secara sistematis dan cermat

C. Lingkup Materi
• Pengumpulan data untuk pengembangan ide inovatif (Define)

D. Kegiatan Belajar Mahasiswa

Dosen memberikan pengantar dengan me-recall kembali pemahaman dan


pengetahuan mahasiswa terhadap materi metode penelitian. Sebagai contoh bagaiamana
cara memulai pengumpulan data dengan baik, kemudian bagaimana teknis dalam
mengumpulkan data, dan terakhir bagaimana cara menganalisis sebuah data. Kemudian
dilanjutkan pada tahapan dimana dosen memberikan arahan kegiatan pada pertemuan
ini; 1) Dosen menjelaskan seluruh isi materi pada pertemuan ini dengan media power
point atau yang lainnya; 2) Setelah Dosen memberikan penjelasan materi dan Tanya
jawab dengan mahasiswa, Dosen melanjutkan dengan menintruksikan mahasiswa untuk
memulai menyusun sebuah intrumen pengumpulan data; 3) setelah mahasiswa selesai
menyusun instrument pengumpulan data, maka instrument tersebut diujicobakan dalam
kelas; 4) sesudah mahasiswa mendapatkan data berupa observasi dan wawancara hasil

3
6
ujicoba instrument di kelas maka dosen mengarahkan dan membimbing untuk
menganalis hasil yang kemudian dikemas kedalam sebuah tahapan pengembangan ide
(Define) secara ilmiah.

E. Uraian Materi

Dalam pengumpulan data adanya instrumen sangat diperlukan. Bahkan jika tidak ada
instrumen pengumpulan data, maka bisa jadi penemuan yang didapatkan tidak sesuai
prosedur dan tidak bisa diterima dengan baik. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu (seperti
alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia), sarana
penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai
bahan pengolahan. Secara ringkas, instrumen pengumpulan data penelitian
merupakan sebuah alat bantu yang digunakan dan dipilih oleh peneliti untuk menunjang
kegiatan pengumpulan data supaya menjadi lebih mudah dan sistematis (Arikunto, 2006).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pengumpulan data adalah proses,
cara, perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Sedangkan instrumen adalah
alat yg dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik,
alat-alat kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian (berupa seperangkat
tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto (2010:265), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel
secara objektif. Sementara itu, Sumadi Suryabrata (2008:52) menyatakan bahwa
instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara
kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu
secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif.
Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan.
Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.

Sesuai dengan telaah definisi diatas maka sudah semestinya para pengumpul data
memahami persiapan yang dibutuhkan sehingga mampu mendapatkan hasil data yang
akurat. Maka dari itu persipan yang harus dilakukan meliputi ;

1) Menyusun rancangan penelitian


Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam
lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta
diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa
yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi.
2) Memilih lokasi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih
lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data.
3) Mengurus perizinan
3
7
Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan
penelitian.
4) Menjajagi dan melihat keadaan
proses penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena
kitalah yang menjadi alat utamanya maka kitalah yang akan menetukan apakah
lapangan merasa terganggu atau tidak.
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal
penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan narasumber.
6) Menyiapkan instrumen penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai
pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk
mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Dalam rangka kepentingan
pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan observasi,
wawancara dan studi dokumentasi.

Pada hakikatnya dalam mengumpulkan sebuah data juga wajib memhami teknik –
teknik yang digunakan antara lain : 1) Teknik Wawancara, Menurut Esterberg dalam
Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu; 2)Teknik Pengamatan/Observasi, Sutrisno Hadi dalam Sugiyono
(2013:145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan; 3)Teknik Dokumentasi,
Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif; 4)Triangulasi, dalam teknik pengumpulan data, triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan datayang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Bentuk instrumen yang digunakan berkaitan dengan metode pengumpulan data


dan jenis data yang ingin didapatkan. Dalam menyusun instrumen, sebelumnya peneliti
harus memahami dengan seksama tujuan dari penelitiannya serta variabel atau
hubungan antara variabel supaya mudah menjabarkan menjadi beberapa sub variabel,
indikator, deskriptor serta poin-poin instrumennya.

3
8
Berikut dipaparkan beberapa teknik dan instrumen pengumpulan data menurut Suharsimi
Arikunto.

1. Questionnare (Angket)
Angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang harus dijawab atau
direspon oleh responden. Saat ini angket tidak hanya berbentuk lembaran kertas
yang dibagi-bagikan kepada responden, namun bisa juga melalui situs online google
form yang lebih praktis dan efektif yakni hanya dengan menyebarkan link ke
responden. Angket yang disebarkan harapannya bisa diisi dengan jujur dan sesuai
keadaan sehingga mampu memenuhi permintaan peneliti.
Contoh Angket 1 (Bentuk Pernyataan)
Petunjuk!
- Beri tanda silang pada nomor yang Anda pilih.
- Isilah semua pernyataan pada lembar isian kuesioner dengan lengkap.
- Pilihan 1 (Jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan kondisi Anda)
- Pilihan 2 (Jika pernyataan tidak sesuai dengan kondisi Anda)
- Pilihan 3 (Jika pernyataan netral)
Pilihan 4 (Jika pernyataan sesuai dengan kondisi Anda)
- Pilihan 5 (Jika sangat sesuai dengan kondisi Anda)

Tujuan: Untuk mengetahui cara mahasiswa belajar Al-Quran


dan kaitannya dengan guru ngaji
N Pernyataan
Pilihan Isian
o
Saya merasa bosan dengan gaya
mengajar guru melalui contoh
1 1 2 3 4 5
langsung bagaimana membaca Al-
Quran.
Saya merasa lebih nyaman jika guru
saya tidak memiliki sesi ‘tanya jawab’
2 1 2 3 4 5
selama kelas belajar membaca Al-
Quran.
Saya merasa lebih nyaman jika guru
saya seorang Hafidz/Hafidzah atau
3 1 2 3 4 5
Juara Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ)
Saya mengalami kesulitan untuk fokus
4 1 2 3 4 5
pada pembelajaran Al-Quran di kelas.
Saya merasa kesal jika guru tidak
segera memberikan pembenaran
5 atas bacaan saya yang salah dan 1 2 3 4 5
terus memaksa saya mencoba
mencari bacaan yang benar sendiri.

Contoh Angket 2 (Bentuk Pertanyaan)


Petunjuk!
- Beri tanda (v) pada nomor yang Anda pilih.
3
9
- Isilah semua pernyataan pada lembar isian kuesioner dengan lengkap.
- Pilihan 1 (Tidak memuaskan)
- Pilihan 2 (Kurang memuaskan)
- Pilihan 3 (Cukup memuaskan)
Pilihan 4 (Memuaskan)
- Pilihan 5 (Sangat memuaskan)

Tujuan: Untuk mengetahui kepuasan mahasiswa difable


terhadap fasilitas ramah difable di Perguruan Tinggi
N Pertanyaan Penilaian
o Responden
1 2 3 4 5
Bagaimana pendapat Anda terhadap
1 fasilitas ramah difable di Perguruan
Tinggi?
Bagaimana pendapat Anda tentang
2 pelaksanaan kebijakan ramah difable
di Perguruan Tinggi?
Bagaimana pendapat Anda terkait
3 keamanan mahasiswa difable di area
Perguruan Tinggi?
Bagaimana pendapat Anda tentang
pelayanan civitas akademik terkait
4
administrasi kemahasiswaan pada
mahasiswa difable?

1. Interview (Wawancara)
Wawancara menjadi salah satu teknik memperoleh data yang paling mudah dan
efektif. Sebab antara pewawancara dan narasumber dapat bertemu dan saling tanya
jawab secara langsung. Namun dalam wawancara sangat perlu juga untuk
menyiapkan beberapa list pertanyaan sebagai bahan dan patokan mewawancarai agar
tidak keluar dari tujuan informasi yang ingin didapatkan. Secara singkat, wawancara
adalah suatu bentuk komunikasi verbal antara pewawancara dan narasumber
(responden) dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Hendaknya
dalam menyusun sebuah intrumen wawancara hendaknya memperhatikan pedoman
wawancara. Pedoman adalah panduan, petunjuk dan acuan. Sedangkan wawancara
adalah percakapan yang berupa tanya jawab yang dilakukan oleh narasumber dan
pewawancara yang terdiri dari dua orang bahkan lebih dalam waktu yang telah
ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pedoman wawancara yakni panduan
dalam melakukan kegiatan wawancara yang terstruktur dan telah ditetapkan oleh
pewawancara dalam mengumpulkan data-data penelitian baik itu tugas akhir, skripsi,
dan lain sebagainya.

PEDOMAN WAWANCARA
(INFORMAN)
Narasumber : MASYARAKAT
Nama :
4
0
Jenis kelamin :
Alamat :
Tanda tangan :
a. Tangible (berwujud)
Tangible (berwujud) adalah kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran,
komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi.
1) Apa pendapat anda tentang sarana dan prasarana di Kantor PLN Kecamatan
Melak ?
2) Bagaimanakah kondisi sarana dan prasarana di Kantor PLN Kecamatan Melak ?
3) Menurut anda, apakah fasilitas di Kantor PLN Kecamatan Melak sudah
memenuhi kebutuhan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat ?
4) Bagaimanakah seharusnya sarana dan prasarana di Kantor PLN Kecamatan
Melak ?
b. Realiability (kehandalan)
Realiability (kehandalan) adalah kemampuan dan keandalan untuk menyediakan
pelayanan yang terpecaya.
1) Bagaimanakah kemampuan pegawai atau staf dalam menyediakan pelayanan
yang terpercaya kepada masyarakat ?
2) Menurut anda, apakah pegawai atau staf Kantor PLN Kecamatan Melak telah
menguasai tugas dan fungsinya ?
c. Responsivess (daya tanggap)
Responsivess (daya tanggap) adalah kesanggupan untuk membantu dan
menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap
keinginan konsumen.
1) Apakah pegawai atau staf selalu ada pada saat jam kerja ?
2) Jika tidak, adakah informasi kapan pegawai atau staf akan kembali melakukan
pelayanan ?
3) Apakah anda menanyakan mengapa masih ada pegawai atau staf yang tidak
ada pada saat jam kerja ?
4) Apakah pegawai atau staf tanggap terhadap keinginan masyarakat dalam
memberikan pelayanan ?
d. Assurance (jaminan)
Assurance (jaminan) adalah kemampuan dan keramahan serta sopan santun
pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.
1) Apakah dalam memberikan pelayanan, staf atau pegawai selalu tepat waktu
dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan yang telah dijanjikan ?
2) Apakah pegawai atau staf Kantor PLN Kecamatan Melak selalu ramah dan
sopan dalam memberikan pelayanan ?
e. Emphaty (empati)
Emphaty (empati) adalah sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai
terhadap konsumen.
1) Seperti apa ketegasan yang diberikan oleh pegawai atau staf terhadap
masyarakat ?
2) Seperti apa perhatian yang diberikan oleh pegawai atau staf terhadap
masyarakat ?

4
1
3) Dalam melakukan pelayanan, apakah anda merasa masih ada perbedaan
perlakuan antara masyarakat satu dengan yang lain ?

Contoh Instrumen Pertanyaan untuk Wawancara


Tujuan: Untuk mengetahui lebih dalam terkait sistem pemilihan umum bagi Tuna
Netra sebagai studi pendahuluan.
Instrumen Pertanyaan:
1) Bagaimana sistem pemilu bagi Tuna netra saat ini?
2) Apa kendala bagi masyarakat Tuna netra dalam pelaksanaan pemilu?
3) Apakah KPU telah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat Tuna
netra saat pelaksanaan pemilu?
4) Apa kekurangan dari sistem yang berlaku saat ini?
5) Apa saran Anda untuk perbaikan sistem pemilu bagi masyarakatTuna netra
agar mereka bisa menyalurkan haknya dengan baik?
6) Bagaimana menurut Anda jika dikembangkan sistem pemilihan umum offline
berbasis Jaws bagi masyarakat Tuna netra?

Ketika instrument telah siap maka langkah selanjutnya adalah proses wawancara
dimana kita sebagai pewancara harus mampu menciptakan suasana yang dapat
membuat terwawancara tidak merasa terintimidasai bahkan tertekan sehingga
keterbukaan jawaban tidakakan didapatkan dan hal itu akan sangat berpengaruh kepada
keakurasian data yang akan didapatkan. Saat melakukan wawancara, pewawancara
harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang
pewawancara adalah sebagai berikut:
a) Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap
informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam
seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
b) Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat
si responden.
c) Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan
sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden
bagaimanapun keberadaannya.
d) Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan,
jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang,
responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara
untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan
situasi dan pembicaraan agar terarah.

Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh pewawancara


(interviewers) meliputi pedoman-pedoman sebagai berikut:
a) Tidak pernah “terjebak” dalam penjelasan yang panjang dari studi itu; gunakan
penjelasan standar yang diberikan pengawas. (“Never get involved in long
explanations of the study; use standard explanation provided by supervisor”).

4
2
b) Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau rumusan
pertanyaan. (“Never deviate from the study introduction, sequence of questions,
or question wording”).
c) Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi wawancara, jangan
membiarkan individu lain menjawab untuk responden, atau memberikan saran,
atau pandangannya pada pertanyaan itu. (“Never let another person interupt the
interview; do not let another person answer for the respondent or offer his or her
opinions on the questions”).
d) Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuju dengan
suatu jawaban. Jangan memberikan kepada responden suatu ide dari pandangan
pribadi anda pada topik dari pertanyaan atau survey. (“Never suggest an answer
or agree or disagree with an answer. Do not give the repondent any idea of your
personal views on the topic of questions or survey”).
e) Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya mengulangi
pertanyaan dan memberikan instruksi atau klarifikasi seperti yang diberikan dalam
latihan atau oleh pengawas. (“Never interpret the meaning of a question; just
repeat the questions and give instructions or clarifications that are provided in
training or by supervisors”).
f) Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori jawaban,
atau membuat perubahan susunan kata-kata. (“Never improvise, such as by
adding answer categories, or make wording changes”) (Denzin & Lincoln, 1994:
364).

2. Observation (Pengamatan)

Untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengembangan inovasi juga bisa dilakukan
melalui observasi atau pengamatan secara langsung terhadap objek yang dituju. Objek
yang dituju bisa berupa kondisi lingkungan, perilaku dan tindangan manusia, proses kerja
maupun fenomena alam sekitar. Menurut Suharsimi Arikunto, arti observasi adalah
pengamatan secara langsung terhadap suatu objek yang terdapat di lingkungan, baik
yang sedang berlangsung saat itu atau masih berjalan yang meliputi berbagai aktifitas
perhatian terhadap suatu kajian objek dengan menggunakan penginderaan. Kegiatan
observasi tentu memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Adapun tujuan observasi
adalah sebagai berikut; 1) Untuk menggambarkan suatu objek dan segala yang
berhubungan dengan objek penelitian melalui pengamatan dengan menggunakan panca
indera; 2) Untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai objek yang diamati, dimana
kesimpulan tersebut disusun dalam sebuah laporan yang relevan dan bermanfaat bagi
bahan pembelajaran; 3) Untuk mendapatkan suatu data atau informasi yang dapat
dibagikan kepada pihak lain dalam bentuk karya ilmiah atau non-ilmiah.

Mengacu pada pengertian dan tujuan observasi yang telah disebutkan sebelumnya,
terdapat beberapa manfaat observasi yang bisa didapatkan. Adapun beberapa manfaat
observasi adalah sebagai berikut:

a. Suatu hasil observasi dapat dikonfirmasi dengan hasil penelitian.

4
3
b. Deskripsi dalam observasi dapat menjelaskan atau memperkirakan mengenai dunia
nyata.
c. Memungkinkan orang lain untuk menafsirkan hasil penemuan dan bagaimana akan
diinterpretasikan.
d. Observasi dapat menjelaskan mengenai suatu peristiwa dan dapat diuji kualitasnya,
serta menimbulkan spekulasi tentang peristiwa tersebut dalam aturan nyata.
e. Observasi dapat mencatat indikasi yang terkadang tidak nyata berlangsungnya.
f. Proses observasi dapat mencatat keadaan yang tidak dapat direplikasikan dalam
suatu eksperimen.
g. Suatu peristiwa dapat dicatat secara kronologis sehingga berurutan.
h. Suatu observasi dapat dikombinasikan dengan menggunakan sistem lainnya.

Dalam observasi dapat dilakukan dengan dua acara, pertama pengamat ikut serta
dalam kegiatan dan terjun langsung merasakan proses yang terjadi pada objek observasi
(participatory observation). Kedua, pengamat hanya mengamati kondisi dan situasi objek
penelitian tanpa mengikuti prosesnya secara langsung (nonparticipatory observation).

Format instrumen pengamatan disesuaikan dengan kebutuhan. Namun yang


penting dilakukan saat observasi adalah menuliskan catatan-catatan hasil pengamatan
yang nantinya bisa dijadikan bahan penulisan laporan.

3. Test (Tes)

Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengembangan inovasi adalah tes. Tes berisi serangkaian pertanyaan atau latihan yang
dipergunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, bakat, minat, dan
kemampuan-kemampuan lainnya yang dimiliki oleh kelompok atau individu. Nah, hasil tes
yang dilakukan bisa diramu menjadi suatu kesimpulan utuh melalui analisis data
menggunakan sistem kategori atau standar numerik. Tes yang dibuat seharusnya sesuai
dengan tujuan dan indicator yang dibuat oleh peneliti.

Analisis Data

Analysis is process of resolving data into its constituent component to reveal its
characteristic elements and structure[2]. Analisis merupakan proses pemecahan data
menjadi komponen-komponen yang lebih kecil berdasarkan elemen dan struktur tertentu.
Menurut Bogdan dan Biglen dalam Moleong, Analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang datapat dikelolah, mensintesiskan, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Seiddel dalam Burhan Bungin mengatakan bahwa analisis data kualitatif
prosesnya sebagai berikut:

a) proses mencatat yang menghasilakan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
4
4
b) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, menyintesiskan, membuat
ikhtisar dan membuat indeksnya.
c) Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan.
d) Membuat temuan-temuan umum.
Adapun tujuan analisis data kualitatif adalah mencari makna dibalik data yang
melalui pengakuan subyek pelakukanya[5]. Peneliti dihadapkan kepada berbagai
objek penelitian yang semuanya mengahasilkan data yang membutuhkan analisis.
Data yang didapat dari obyek penelitian memiliki kaitan yang masih belum jelas.
Oleh karenanya, analisis diperlukan untuk mengungkap kaitan tersebut secara
jelas sehingga menjadi pemahaman umum.

Analisis data kualitatif dilakukan secara induktif, yaitu penelitian kualitatif tidak
dimulai dari deduksi teori tetapi dimulai dari fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan,
mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan dari fenomena yang
ada di lapangan. Peneliti dihadapkan kepada data yang diperoleh dari lapangan. Dari data
tersebut, peneliti harus menganalisis sehingga menemukan makna yang kemudian makna
itulah menjadi hasil penelitian.

Dari beberapa definisi dan tujuan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
analisis data kualitatif adalah upaya untuk mengungkap makna dari data penelitian
dengan cara mengumpulkan data sesuai dengan klasifikasi tertentu. Analisis data
kualitatif tidak sama dengan analisis kuantitatif yang metode dan prosedurnya sudah
pasti dan jelas. Ketajaman analisis data kualitatif tergantung kepada kebiasaan peneliti
dalam melakukan penelitian kuantitatif. Peneliti yang sudah terbiasa menggunakan
pendekatan ini, biasanya mengulas hasil penelitiannya secara mendalam dan kongkret.

Meskipun analisis kualitatif ini tidak menggunakan teori secara pasti sebagaimana
kuantitaif, akan tetapi keabsahan dan kevalidan temuannya juga diakui sejauh peneliti
masih menggunakan kaidah-kaidah penelitian. Menurut Patton dalam Kristi Poerwandari,
yang harus selalu diingat peneliti adalah bagaimanapun analisis dilakukan, peneliti wajib
memonitor dan melaporkan proses dan prosedur-prosedur analisisnya sejujur dan
selengkap mungkin[6]. Analisis kualitatif juga berbeda dengan kuantitatif yang cara
analisis dilakukan setelah data terkumpul semua, tetapi analisis kualitatif dilakukan
sepanjang penelitian dari awal hingga akhir. Hal ini dilakukan karena, peneliti kualitatif
mendapat data yang membutuhkan analisis sejak awal penelitian. Bahkan hasil analisis
awal akan menentukan proses penelitian selanjutnya.

Menurut Lexy J. Moleong, proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang
sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto
dan sebagainya. Setelah ditelaah, langkah selanjutnya adalah reduksi data, penyusunan
satuan, kategorisasi dan yang terakhir adalah penafsiran data.

Proses analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Moleong diatas sangat rumit
dan terjadi tumpang tindih dalam tahapan-tahapannya. Tahapan reduksi data sampai
kepada tahapan kategorisasi data menurut hemat penulis merupakan satu kesatuan
proses yang bisa dihimpun dalam reduksi data. Karena dalam proses ini, sudah

4
5
terangkum penyusunan satuan dan kategorisasi data. Oleh karena itu, penulis lebih
setuju kalau proses analisis data dilakukan melalui tahapan; reduksi data, penyajian atau
display data dan kesimpulan atau Verifikasi. Untuk lebih jelasnya, penulis akan
menjelaskan proses analisis tersebut sebagai berikut:

a) Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu[7]. Reduksi
data bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi. Abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada dalam data penelitian[8]. Dengan kata lain proses reduksi data ini
dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk
menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data.

Dengan demikian, tujuan dari reduksi data ini adalah untuk menyederhanakan
data yang diperoleh selama penggalian data di lapangan. Data yang diperoleh dalam
penggalian data sudah barang tentu merupakan data yang sangat rumit dan juga sering
dijumpai data yang tidak ada kaitannya dengan tema penelitian tetapi data tersebut
bercampur baur dengan data yang ada kaitannya dengan penelitian. Maka dengan
kondisi data seperti, maka peneliti perlu menyederhanakan data dan membuang data
yang tidak ada kaitannya dengan tema penelitian. Sehingga tujuan penelitian tidak hanya
untuk menyederhanakan data tetapi juga untuk memastikan data yang diolah itu
merupakan data yang tercakup dalam scope penelitian[9].

b) Penyajian data

Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Muhammad Idrus bahwa:
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan[10]. Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan
informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. hal
ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif
biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi
isinya.

Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya
mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali
dengan pengkodean pada setiap subpokok permasalahan.

c) Kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa data. Pada
bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari
hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan
jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang
terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut. Tahapan-tahapan

4
6
diatas terutama tahapan reduksi dan penyajian data, tidak melulu terjadi secara
beriringan. Akan tetapi kadang setelah dilakukan penyajian data juga membutuhkan
reduksi data lagi sebelum ditarik sebuah kesimpulan. Tahapan-tahapan diatas bagi
penulis tidak termasuk pada metode analisis data tetapi masuk kepada strategi analisis
data. Karena, metode sudah paten sedangkan strategi bisa dilakukan dengan keluwesan
peniliti dalam menggunkan strategi tersebut. Dengan demikian, kebiasaan peneliti
menggunakan metode analisis kualitatif menentukan kualitas analisis dan hasil penelitian
kualitatif.

Secara umum metode analisis data meliputi reduksi, display data dan kesimpulan
atau verifikasi data. Akan tetapi karena data kaulitatif sangat banyak sekali, maka model
analisis data juga beragam sesuai dengan objek penelitian. Secara umum, model analisis
data terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: pertama, kelompok metode analisis teks dan
bahasa; kedua, kelompok metode analisis tema-tema budaya; ketiga, kelompok analisis
kinerja, perilaku seseorang dan perilaku institusi.

Lampiran 1. Form Angket Instrumen Pengumpulan Data (Bentuk Pernyataan)

Petunjuk!
- Beri tanda silang pada nomor yang Anda pilih.
- Isilah semua pernyataan pada lembar isian kuesioner dengan lengkap.
- Pilihan 1 (Jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan kondisi Anda)
- Pilihan 2 (Jika pernyataan tidak sesuai dengan kondisi Anda)
- Pilihan 3 (Jika pernyataan netral)
Pilihan 4 (Jika pernyataan sesuai dengan kondisi Anda)
- Pilihan 5 (Jika sangat sesuai dengan kondisi Anda)

Tujuan Pengumpulan Data:


N
Pernyataan Pilihan Isian
o
1 1 2 3 4 5
2 1 2 3 4 5
3 1 2 3 4 5
4 1 2 3 4 5
5 1 2 3 4 5

Lampiran 2. Form Angket Instrumen Pengumpulan Data (Bentuk Pertanyaan)

Petunjuk!
- Beri tanda (v) pada nomor yang Anda pilih.
- Isilah semua pernyataan pada lembar isian kuesioner dengan lengkap.
- Pilihan 1 (Tidak memuaskan)
- Pilihan 2 (Kurang memuaskan)
- Pilihan 3 (Cukup memuaskan)
Pilihan 4 (Memuaskan)
- Pilihan 5 (Sangat memuaskan)

4
7
Tujuan Pengumpulan Data:
N
Pertanyaan Penilaian Responden
o
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5

Lampiran 3. Form Laporan Pengumpulan Data Melalui Observasi

Nama kelompok :

Mana-nama anggota kelompok :

Objek Observasi :

Tanggal Observasi :

Temuan di Ide pengembangan


No. Pertanyaan Paparan Hasil
Lapangan Inovasi

4
8
KEGIATAN PERTEMUAN VII

PERENCANAAN INOVASI PRODUK

(Analisa dan Sintesa data Masalah untuk Ide Rencana Inovasi)

A. Pengantar
Organisasi, perusahaan, ataupun seorang inovator harus menciptakan ide/gagasan
inovasi untuk memperluas dan mempertahankan produk dalam pangsa pasar.
Pengembangan inovasi produk sangat penting untuk keberlangsungan organisasi dalam
membentuk loyalitas sasaran pelanggan. Inovasi produk dapat terwujud secara lebih baik
melalui analisa strategi perencanaan dan melakukan perencanaan secara sistematis dan
terstruktur. Perencanaan dilakukan dengan menghubungkan fakta dan membuat serta
meggunakan asumsi kebutuhan-kebutuhan di masa depan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Salah satu strategi analisis perencanaan inovasi produk adalah strategi SWOT
(Strength, Weakness, Opporrtunity, dan Threats).

SWOT sebagai sebuah tools scanning environment banyak digunakan orang untuk
mengetahui kondisi-kondisi individu ataupun lembaga sebagai kekuatan, kelemahan,
peluang, maupun tantangan dan hambatan. Penggunaan strategi SWOT membantu
individu maupun organisasi memahami kondisi riil atau posisi dari objek/produk inovasi
yang dianalisis. Banyak aktifitas sebuah program atau proyek yang dilaksanakan tanpa
mempertimbangkan kondisi riil yang dihadapi dan tiba-tiba menghasilkan rancangan
proyek. Perancangan yang tidak dibersamai analisa dan sintesa terhadap kondisi riil
memungkinkan proses pelaksanaan yang tidak terkendali. Hambatan-hambatan dalam
proses pelaksanaan datang secara tiba-tiba dan tidak diprediksi sebelumnya. Kemudian di
tahap evaluasi menghasilkan kekecewaan.

Mengingat pentingnya Analisa dan sintesa dengan alat swot ini, diharapkan aktifitas
proyek yang dirancang akan sesuai dengan kondisi/kemampuan yang dimiliki serta dapat
mengahapi tantangan dan peluang inovasi. Jika hasil analisis SWOT dapat dirinci secara
integral dengan tujuan yang hendak dicapai, maka individu innovator, Lembaga, ataupun
perusahaan dapat memahami keunggulan kompetitif sebuah inovasi.

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang meliputi:

1. dapat menjelaskan konsep analisis swot sebagai strategi perencanaan inovasi


2. dapat menelaah komponen-komponen swot
3. dapat melakukan analisis swot melalui ilustrasi kasus
4. dapat mengaitkan hasil analis swot dalam formulasi perencanaan strategi
terhadap ide/gagasan inovatif
5. dapat menjelaskan sistematika perencanaan pelaporan inovasi produk
4
9
C. Lingkup Materi
1. Strategi Perencanaan Produk Inovasi (SWOT)
2. Perencanaan Produk Inovasi (Sistematika Pelaporan)

D. Kegiatan Belajar Mahasiswa


Pada awal perkuliahan dosen memberikan ilustrasi kasus untuk menstimulasi
mahasiswa menganalasis kasus melalui beberapa pertanyaan.

1. Apa saja kemampuan yang dimiliki?


2. Apa saja kelemahan yang dimiliki?
3. Apa saja peluang yang dapat dieksploitasi?
4. Apa saja ancaman yan akan dihadapi?
5. Bagaimana kita dapat menggunakan setiap kekuatan?
6. Bagaimana kita bisa menghentikan setiap kelemahan?
7. Bagaimana kita dapat mengeksploitasi setiap peluang?
8. Bagaimana kita bisa bertahan melawan setiap ancaman?

Setelah mahasiswa menjawab pertanyaan, selanjutnya mahasiswa melakukan


kegiatan belajar.

1. Mempelajari pengertian, tujuan, manfaat dan pendekatan dalam strategi analisis


swot
2. Menelaah komponen-komponen strategi analisis swot melalui ilustrasi kasus
3. Melakukan analisis swot melalui ilustrasi kasus
4. Menghubungkan hasil analisis swot dalam formulasi perencanaan strategi
terhadap gagasan inovasi
5. Menyusun kerangka perencanaan pelaporan inovasi produk

E. Uraian Materi
1. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opporrtunity, dan Threats)
a. Pengerian SWOT
Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan
menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan
ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik
untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana
menganalisis apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh
mereka.

Analisis SWOT terdiri atas empat komponen dasar, yaitu: (a) Strengths (S) adalah
situasi atau kondisi kekuatan organisasi atau program pada saat ini; (b) weaknesses (W)
adalah situasi atau kondisi kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini; (c)
opportunities (O) adalah situasi atau kondisi peluang yang berasal dari luar organisasi,
dan threats (T) adalah situasi ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi
dan dapat mengancam eksistensi organisasi pada masa depan.
5
0
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pengembang dalam melakukan analisis atas
strategi dilakukan adalah kondisi-kondisi internal dan eksternal. Hal ini tergambar dengan
jelas ketika melakukan analisis SWOT sebagai langkah awal menuju pembuatan strategi
yang tepat pada produk inovasi. Pertama-tama dilakukan analisis sumber kekuatan yang
dimiliki oleh inovator dan mungkin tidak dimiliki oleh pihak lain Analisis internal meliputi
peniaian terhadap faktor kekuatan dan kelemahan. Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang dan tantangan. Analisis SWOT dapat dilakukan menggunakan
pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.

Obyek penilaian dalam melakukan analisis swot adalah kondisi internal (obyek
fokus penillaian) dan kondisi eksternal (semua yang mempengaruhhi obyek fokus
penilaian). Analisis dilakukan menggunakan matriks untuk membantu manajer dengan
mengembangkan 4 tipe strategi yaitu strategi Strength-Opportunity, strategi Weakness-
Opportunity, strategi Strength-Treat, dan strategi Weakness-Treat (David,2011). Strategi
S-O (Strength-Opportunity), menggunakan kekuatan internal untuk mengambil
keuntungan dari peluang eksternal. Strategi W-O (Weakness-Opportunity) digunakan
untuk meningkatkan kelemahan internal dengan mengambil keuntungan dari peluang
eksternal. Strategi S-T (Strength-Treat) menggunakan kekuatan perusahaan untuk
menghindari dampak dari ancaman eksternal. Dan strategi W-T (Weakness-Treat) adalah
taktik pertahanan yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari
ancaman eksternal.

b. Tujuan Analisis SWOT


Penerapan SWOT bertujuan untuk memberikan suatu panduan agar aktifitas atau
proyek inovasi menjadi lebih fokus, analisis swot ditempatkan sebagai perbandingan pikir
dari berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan
ancaman. Penggunaan analisis swot dilakukan untuk mengukur sebuah ide/gagasan
inovatif. Tujuan lain diperlakukannya analisis swot adalah dimana setiap produk yang
ditawarkan pasti akan mengalami pasang surut atau yang lebih dikenal dengan istilah
daur hidup produk (life cycle product). Secara rinci analisis swot seringkali digunakan
untuk;

1) Menganalisis kondisi diri dan lingkungan individu/perusahaan


2) Menganalisis kondisi internal dan lingkungan eksternal
3) Mengetahui sejauh mana diri kita (individu/organisasi) di dalam lingkungan kita
4) Mengetahui posisi lembaga diantara lembaga-lembaga lain
5) Menemukan strategi mengoptimalakan kekuatan diri
6) Menyiasati kelemahan diri dalam mengembangkan gagasan inovatif
7) Mengetahui peluang-peluang yang ada di dalam kompetisi dengan pesaing
8) Mengetahui strategi pengembangan gagasan inovatif untuk menjalankan aktifitas
bisnisnya dalam dunia kompetitif.

c. Manfaat Analisis SWOT


Manfaat analisis SWOT menurut Fahmi (2013) adalah:

5
1
1) Mampu memberikan gambaran suatu organisasi dari empat sudut dimensi, yaitu
strengths, weaknesses, opportunities, dan threats. Sehingga pengambil
keputusan dapat melihat dari empat dimensi ini secara lebih komprehensif.
2) Dapat dijadikan sebagai rujukan pembuatan rencana keputusan jangka panjang.
3) Mampu memberikan pemahaman kepada para stakeholders‟ yang berkeinginan
menaruh simpati bahkan bergabung dengan perusahaan dalam suatu ikatan
kerjasama yang salling menguntungkan.
4) Dapat dijadikan penilai secara rutin dalam melihat progress report dari setiap
keputusan yang telah dibuat selama ini.
d. Pendekatan Analisis SWOT
Analisis swot dapat dilakukan menggunakan pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

1) Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT


Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns
(1994) menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal
(Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal
(Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis
yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.

Tabel 1. Matriks analisis swot dengan pendekatan kulaitatif

EKSTERNAL
OPPORTUNITY (O) THREATS (T)
INTERNAL

STRENGTH (S) A. B.
Comparative Advantage Mobilization

WEAKNESS (W) C. D.
Diversment/Investment Damage Control

Penjelasan;

Sel A.

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan
kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.

Sel B.

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya
mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak

5
2
ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah
peluang.

Sel C.
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.
Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang
tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang
ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah
(melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan
menggarap peluang itu (investasi).
Sel D.
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan
pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya
keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi
yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

2) Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT


Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui
perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (2005)
agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
 Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total
perkalian skor dan bobot (c= a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor
(a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap
sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap
point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi
penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi
nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi.
 Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O
dengan T (e); Perolehan angka (d= x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada
sumbu X, sementara perolehan angka (e= y) selanjutnya menjadi nilai atau titik
pada sumbu Y;
 Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.

Tabel 2. Matriks analisis swot dengan pendekatan kuantitatif

No. STRENGTH (S) SKOR BOBOT TOTAL


1.
2.
Total Kekuatan

5
3
No WEAKNESS (W) SKOR BOBOT TOTAL
1.
2.
Total Kelemahan
Selisih Total Kekuatan dengan Total Kelemahan (X) = S - W

No. OPPORTUNITY(O) SKOR BOBOT TOTAL


1.
2.
Total Peluang

No THREATS (T) SKOR BOBOT TOTAL


1.
2.
Total Tantangan
Selisih Total Peluang dengan Total Tantangan (Y) = S - W

Opportunity (+)

Kuadran III Kuadran I


(-, +)  Ubah Strategi (+, +)  Progresif
Weakness (-) Strength (+)

Kuadran IV Kuadran II
(-, -)  Strategi Bertahan (+, -)  Diveersifikasi
Strategi

Gambar 1. Kuadran analisis swot dengan pendekatan kulaitatif

Ancaman (-)

Kuadran I (positif, positif)

5
4
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan
mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan
yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya
organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga
diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan
untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit
untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan
besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi
internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan
untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak
semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

2. Pelaporan Perencanaan Inovasi Produk


Setelah melakukan mendapatkan hasil analisis swot terhadap produk inovasi,
individu/organisasi dapat melakukan perencanaan secara sistematis dan terstruktur
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Perencanaan yang strategik memberikan pengaruh
positif terhadap keunggulan bersaing produk inovatif. Hasil penelitian Myran (2012)
menemukan bahwa pelaksanaan perencanaan strategik memiliki hubungan positif dan
signifikan dengan keunggulan kompetitif. Auka (2016) menjelaskan bahwa nilai indeks
keseluruhan proses Perencanaan Strategis (analisis lingkungan, arah organisasi,
perumusan strategi) berkorelasi dengan skor keseluruhan indeks kinerja perusahaan.

a. Penyusunan Pelaporan Perencanaan


Kemampuan menyusun perencanaan sangat penting untuk merencanakan dan
mengusulkan suatu kegiatan atau proyek pengembagan inovasi produk. Tidak
dapat disangsikan lagi, pengalaman menerapkan strategi analisis menjadi modal
yang penting dalam menyusun perencanaan inovasi produk. Terdapat 3 komponen
utama proses perencanaan menurut Armstrong yaitu : (1) membuat rumusan yaitu
mengembangkan misi, menentukan tujuan utama, menilai lingkungan internal dan
eksternal, serta mengevaluasi dan memilih alternatif; (2) pelaksanaan; dan (3)
pengendalian (Shrader, 1989). Dalam persaingan industri yang dinamis saat ini,

5
5
perencanaan yang matang akan membuat perusahaan kecil mendapatkan
keuntungan serta berkembang lebih pesat (Bracker ,1988).

b. Sistematika Perencanaan Inovasi Produk.


Sistematika perencanaan inovasi produk adalah penataan isi laporan perencanaan
berdasarkan komponen atau bagian-bagian urutan antar komponen laporan
sehingga membentuk suatu keutuhan yang baik.
Perencanaan pelaporan inovasi produk ditulis menggunakan huruf Times New
Roman ukuran 12 dengan jarak baris 1,15 spasi dan ukuran kertas A-4 margin kiri
4 cm, margin kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm. Adapun sistematika
perencanaan inovasi sebagai berikut

Cover
A. Latar Belakag
B. Tujuan, Manfaat dan Sasaran Inovasi
C. Ruang Lingkup Inovasi
D. Gambaran/Uraian Teknis Inovasi
E. Pengorganisasian (Rencana Operasional)
Lampiran

c. Substansi Komponen laporan Manajemen Inovasi


Latar Belakang

Bagian ini berisi penjelasan penjelasan output yang dihasilkan sebagai suatu
inovasi, informasi dasar perlunya inovasi tersebut dalam menjawab unmet needs, serta
tingkat kepentingan dan urgensi kebutuhan inovasi yang diusulkan. Justifikasi pemilihan
inovasi yang dilengkapi data dan informasi pendukung, termasuk uraian tentang besaran
potensi dan relevansi permasalahan yang ada.

Tujuan, Manfaat dan Sasaran

Bagian ini menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari produk inovasi secara rinci
dan jelas, dengan uraian inti pemecahan masalah yang dihadapi beserta sasaran yang
akan dicapai pada akhir kegiatan. Tujuan menjelaskan rancangan capaian inovasi ini
dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Manfaat mencakup beberapa hal yang
dapat diperoleh pihak eksternal (masyarakat pelanggan) dari sisi Ekonomi, Sosial, dan
Lingkungan. Sasaran mencakup sector-sektor yang mendapatkan dampak positif dari
inovasi produk.

Ruang Lingkup Inovasi

5
6
Penjelasan cakupan gagasan/ide inovatif dalam lingkup; 1) inovasi produk
(product innovation) dan atau inovasi proses (process innovation, 2) Komplementer atau
Substitusi suatu produk yang sudah ada di pasar. 3) Pengembangan dari yang sudah ada
(incremental innovation) atau Pengembangan sesuatu yang sama sekali baru (radical
innovation).

Gambaran/Uraian Teknis

Bagian ini menjelaskan pengaplikasian inovasi produk secara rinci dan jelas.
Uraian teknis inovasi produk meliputi;

1. Deskripsi tentang rencana inovasi


2. Ilustrasi Inovasi Produk
3. Uraian daya saing (competitiveness) inovasi produk sejenis dari berbagai aspek
(mutu, harga, bentuk, kemasan, prosedur, dan strategi)
4. Uraian potensi pasar dan cara/strategi pemasaran inovasi produk
Pengorganisasian (Rencana Operasional)

Bagian ini menjelaskan operasional dalam perencanaan pengaplikasian


gagasan/ide inovatif meliputi:

1. Manajemen Kegiatan
 Peran, keahlian, dan pengalaman yang relevan dari masing-masing anggota tim.
 Kemitraan utama dan bentuk kerjasama dari industri/ litbang yang akan
mendorong pengembangan dan adopsi teknologi yang lebih cepat. Uraikan
bentuk kerjasama yang ingin dicapai serta kontribusi mitra terhadap kegiatan
ini.
2. Peralatan dan fasilitas
 Peralatan utama dan pendukung yang diperlukan untuk memproduksi produk
inovasi yang diajukan.
 Fasilitas utama dan pendukung yang diperlukan untuk memproduksi produk
inovasi yang diajukan.
3. Jadwal dan waktu pelaksanaan
Uraian rencana kerja yang akan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, serta identifikasi ketergantungan antar kegiatan dan tonggak
pencapaian (milestones).
4. Pembiayaan
Uraian mengenai perhitungan rasio keuangan menggunakan asumsi-asumsi
seperti arus pendapatan, besaran biaya, dan tingkat biaya modal (cost of
capital).

Lampiran

Bagian lampiran berisikan dokumen-dokumen pendukung seperti:

1. Profil Perusahaan (jika ada);


2. Dokumen Kerjasama;
3. Daftar Riwayat Hidup;
4. Matriks Analisis SWOT.
5
7
F. Ringkasan
Empat komponen dasar analisis swot yaitu: (a) Strengths (S) adalah situasi atau
kondisi kekuatan organisasi atau program pada saat ini; (b) weaknesses (W) adalah
situasi atau kondisi kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini; (c)
opportunities (O) adalah situasi atau kondisi peluang yang berasal dari luar
organisasi, dan threats (T) adalah situasi ancaman bagi organisasi yang datang dari
luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi pada masa depan.
Penggunaan analisis swot dilakukan untuk mengukur sebuah ide/gagasan inovatif.
Tujuan analisis swot seringkali digunakan untuk; 1) Menganalisis kondisi diri dan
lingkungan individu/perusahaan, 2) Menganalisis kondisi internal dan lingkungan
eksternal. 3) Mengetahui sejauh mana diri kita (individu/organisasi) di dalam
lingkungan kita, 4) Mengetahui posisi lembaga diantara lembaga-lembaga lain , 5)
Menemukan strategi mengoptimalakan kekuatan diri, 6) Menyiasati kelemahan diri
dalam mengembangkan gagasan inovatif, 7) Mengetahui peluang-peluang yang ada
di dalam kompetisi dengan pesaing, dan 8)Mengetahui strategi pengembangan
gagasan inovatif untuk menjalankan aktifitas bisnisnya dalam dunia kompetitif.
Analisis swot dapat dilakukan menggunakan pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
komponen utama proses perencanaan inovasi produk meliputi; 1) membuat rumusan
yaitu mengembangkan misi, menentukan tujuan utama, menilai lingkungan internal
dan eksternal, serta mengevaluasi dan memilih alternatif; 2) pelaksanaan; dan 3)
pengendalian

G. Uji Kompetesi
H. Daftar Pustaka
Auka, D. O., & Langat, J. C. (2016). Effects of Strategic Planning on Performance of
Medium Sized Enterprises in Nakuru Town, (2011), 188–204.

Bracker, J. S., Keats, B. W., & Pearson, J. N. (1988). Planning and financial
performance among small firms in a growth industry. Strategic management
journal, 9(6), 591-603.

Cooperrider, D. L., Whitney, D. K., & Stavros, J. M. (2003). Appreciative inquiry


handbook (Vol. 1). Berrett-Koehler Publishers.

Fahmi, I. (2013). Manajemen Strategis Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Kearns, K. P. (1994). The strategic management of accountability in nonprofit


organizations: An analytical framework. Public administration review, 185-192.

Mryan N, Nadera. (2012). Analysis of The Relationship Between Strategic Planning


and Competitive Advantages in Jordanian Banks. Economics and
Administration Faculty Economics Department".220–238.

Pearce, J. & Robinson, R. (2005). Strategic management, (9th Edn). New York:
McGraw-Hill

Shrader, C. B., Mulford, C. L., & Blackburn, V. L. (1989). Strategic and operational
planning, uncertainty, and performance in small firms. Journal of Small
Business Management, 27(4), 45.
5
8
KEGIATAN PERTEMUAN IX

PANDUAN PENULISAN DOKUMEN


SPESIFIKASI P A T E N
PRODUK INOVASI
Secara mendasar, suatu dokumen spesifikasi paten (deskripsi paten) harus
memiliki dua hal prinsip yaitu aspek perlindungan dan aspek informasi. Deskripsi paten
harus menjelaskan dalam bentuk kata-kata mengenai batasan perlindungan yang
didefinisikan dalam klaim invensi yang dimintakan patennya dimana. Untuk
mendukung batasan perlindungan sebagaimana yang dinyatakan dalam klaim,
penjelasan dari invensi yang ingin dilindungi harus menjelaskan secara lengkap
mengenai invensi tersebut sehingga batasan yang disebutkan dalam klaim tersebut
dapat dipahami. Penulisan yang sesuai format (tata cara penulisan) deskripsi paten
sangat menentukan apakah suatu invensi dapat diberi atau ditolak patennya. Selain
itu, penulisan yang sesuai format (tata cara penulisan) deskripsi paten juga
menentukan lingkup perlindungan patennya, dan mempengaruhi lamanya waktu
pemeriksaan terutama pada saat pemeriksaan substantif karena tidak ada waktu
terbuang hanya untuk memperbaiki format penulisan deskripsi paten tersebut.
Deskripsi paten juga harus menjelaskan secara lengkap invensinya sehingga
memungkinkan seseorang dengan keahlian biasa di bidangnya (skilled in the art)
dapat memahami dan melaksanakan/mempraktekkan invensi tersebut. Prinsip
dasar dari sistem paten adalah perlunya pengungkapan pada publik bagaimana
suatu invensi dilaksanakan atau dipraktekkan sebagai persyaratan atas hak
monopoli paten yang diperolehnya. Perlu diingat bahwa apabila deskripsi paten telah
didaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), secara substansi
deskripsi paten tersebut tidak dapat diperluas lagi atau ditambah dengan hal-hal
yang baru. Jika pengungkapan atau informasi dari invensi tersebut tidak lengkap,
dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh paten.
Deskripsi paten harus ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Semua
kata atau kalimat dalam deskripsi paten harus menggunakan bahasa dan istilah
yang lazim digunakan dalam bidang teknologi. Struktur penyajian deskripsi paten
meliputi:

Judul Invensi, yaitu susunan kata-kata yang dipilih untuk menjadi topik invensi.
Judul harus dapat mewakili esensi atau inti invensi, tidak menggunakan kata-kata
singkatan, istilah merek dagang, iklan atau pujian. Judul dibuat singkat dan jelas
menggambarkan bidang teknik invensi;
Contoh:
SISTEM RESIRKULASI DAN SISTEM PENGHANGATAN AIR UNTUK PEMBENIHAN IKAN

Bidang Teknik Invensi, yaitu pernyataan bidang teknik yang berkaitan dengan
invensi. Ditulis secara ringkas inti invensi yang dimintakan perlindungan patennya;
Contoh 1: Invensi ini berhubungan dengan 4-aminopikolinat baru dan turunan-
turunannya, dan penggunaannya sebagai herbisida.
Contoh 2:
Invensi ini berhubungan dengan teknik akuakultur (aquacultural engineering)
dengan menerapkan sistem resirkulasi air dan sistem penghangatan air yang
terkendali untuk pembenihan ikan air tawar.
5
9
Latar Belakang Invensi, yaitu penjelasan tentang invensi sejenis terdahulu
beserta kelemahannya dan bagaimana cara mengatasi kelemahan tersebut yang
merupakan tujuan dari invensi. Latar belakang menguraikan beberapa hal berikut:
a. konteks keseluruhan dari invensi yang diajukan, sehingga orang yang
membacanya akan tertarik.
b. menerangkan hal-hal yang penting, termasuk perbedaan, persamaan,
kelemahan, dan permasalahan pada invensi-invensi terdahulu, serta
permasalahan yang dihadapi industri .
c. mengungkapkan kelebihan, keunggulan, dan solusi yang ditawarkan oleh invensi
yang diajukan untuk mengatasi kelemahan dan/atau permasalahan pada invensi
sebelumnya.

Contoh:
Selama ini, pembenihan ikan air tawar, khususnya patin masih dilakukan secara
tradisional. Para pembenih, seperti dijumpai di wilayah Bogor Barat, melakukan
kegiatannya di dalam ruangan, biasanya berupa rumah/kamar yang tertutup
ukuran sekitar 4 m x 5 m. Di dalam ruang tersebut ditata akuarium berukuran 80-100
liter yang terbuat dari kaca, umumnya akuarium disusun dalam dua rak. Akuarium
tersebut diisi air statis dimana benih ikan hasil penentasan ditebar di dalamnya dan
dipelihara dengan diberi pakan artemia kemudian cacing sutera.
..................... dst
Beberapa penelitian tentang sistem resirkulasi dan penghangatan air khususnya
untuk pemeliharaan ikan air tawar dalam akuarium telah dilakukan, antara lain
terdapat dalam dokumen Paten Nomor US6276302 dan US4528940. .........dst.
Paten US6276302 mempunyai 2 sub-sistem, yaitu 1) sub-sistem pemeliharaan ikan
dan 2) sub-sistem filtrasi, sedangkan paten US4528940 mempunyai 3 sub-sistem,
yaitu 1) sub-sistem pemeliharaan ikan, 2) sub-sistem penghangat air dan 3) sub-
sistem filtrasi air. Pada prinsipnya, ................dst.
Berbeda dengan paten US6276302 dan US4528940, pada invensi yang diajukan, sistem
resirkulasi air dan penghangatan air digunakan untuk pembenihan ikan dengan
skala yang lebih besar. Pada paten US6276302 dan US4528940 beberapa sub-
sistem yang digunakan dalam satu kesatuan akuarium, sedangkan pada invensi
yang diajukan terdiri dari 2 (dua) sistem ..............dst.
Perbedaan lainnya, air hasil filtrasi pada invensi ini...........dst.

Uraian Singkat Invensi, yaitu uraian secara umum dari invensi yang berfungsi untuk
mengindikasikan ciri-ciri penting dari invensi. Secara umum, ringkasan invensi berisi
susunan kata dalam klaim utama, atau jika klaim utama lebih dari satu, maka dapat
disebutkan susunan kata yang ada pada masing-masing klaim mandiri. Uraian
Singkat invensi dapat juga mengindikasikan keuntungan yang diberikan invensi.
Contoh:
Sistem resirkulasi air yang dilengkapi dengan sistem penghangatan air pada invensi ini
digunakan untuk pembenihan ikan air tawar. Sistem resirkulasi air pada invensi ini
terdiri dari 4 (empat) sub-sistem yang terpisah-pisah secara sekuensial, yaitu:
...............dst
Sistem penghangatan air pada invensi ini tersusun atas 3 (tiga) Sub-sistem,
yaitu:...........dst.

Uraian Singkat Gambar (bila ada), yaitu penjelasan ringkas keadaan


seluruh gambar/skema/diagram alir yang disertakan.
Contoh:
Gambar 1 menunjukkan skema bangsal pembenihan ikan air tawar.
Gambar 2 memperlihatkan gambar perspektif sistem resirkulasi air pada
6
0
pembenihan ikan air tawar.

Uraian Lengkap Invensi, yaitu uraian yang mengungkapkan isi invensi sejelas-
jelasnya terutama fitur yang terdapat pada invensi dan gambar yang disertakan
yang berguna untuk memperjelas invensi. Uraian lengkap invensi merupakan bagian
yang sangat penting, harus memberikan informasi yang cukup sehingga dapat
dibaca dan dipraktekkan oleh orang yang ahli dibidangnya. Sebaiknya uraian lengkap
invensi memuat semua informasi yang mendukung klaim invensi, penjelasan gambar
lebih rinci (jika disertakan gambar), data-data pendukung, dan penjelasan contoh
penerapan invensi dalam industri.

Klaim, bagian terpenting dari dokumen paten, yaitu bagian dari permohonan yang
menggambarkan inti invensi yang dimintakan perlindungan hukum, yang harus
diuraikan secara jelas dan harus didukung oleh deskripsi. Klaim tersebut
mengungkapkan tentang semua keistimewaan teknis yang terdapat dalam invensi.
Penulisan klaim harus menggunakan kaidah bahasa Indonesia dan lazimnya bahasa
teknik yang baik dan benar serta ditulis secara terpisah dari uraian invensi. Klaim
tidak boleh memuat gambar/grafik dan hindari kata-kata atau kalimat yang
meragukan (multitafsir). Kategori klaim dapat dibagi sebagai berikut:
a) Klaim produk : alat, komposisi/formula b) Klaim proses/metode
c) Klaim penggunaan

Berdasarkan jenisnya, klaim dibagi menjadi:


a) Klaim mandiri: klaim berdiri sendiri tidak tergantung pada klaim sebelumnya
b) Klaim turunan: klaim tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan penjelasan lebih
lanjut dari klaim sebelumnya

Contoh 1: klaim produk (komposisi) dan klaim mandiri


1. Suatu komposisi bakteri pemacu pertumbuhan tanaman dan penghambat
penyakit bisul bakteri yang terdiri dari bakteri Pseudomonas fluorescens B29 (106-
107 sel/ml) sebanyak 5-30% v/v; suspensi bakteri Aeromonas caviae WS7b (106-
107 sel/ml) sebanyak 5-30% v/v; suspense bakteri fotosintetik anoksigenik MB7 5-
30% v/v; gum ksantan 0,5-1% b/v; serbuk kitin 0,1-1% b/v; dan air steril hingga
100%.

Contoh 2: klaim turunan (klaim penggunaan)


2. Penggunaan komposisi bakteri sesuai dengan klaim 1 untuk memacu
pertumbuhan tanaman dan menghambat penyakit bisulbakteri pada tanaman
kedelai serta tanaman pangan dan hortikultura lainnya

Contoh 3: klaim proses/metode


Proses pembuatan flavor daging ayam goreng dengan tahapan:
a. mencampurkan bahan yang terdiri dari: glukosa, sistein, lemak ayam, …dst… pada
suhu 130oC selama 50 menit sehingga dihasilkan bahan flavor;
b. mencampurkan bahan yang terdiri dari: bawang merah, bawang putih …dst…
pada suhu 175 oC – 225 oC selama 5 menit sehingga dihasilkan bahan rempah;
c. mencampurkan bahan flavor dan bahan rempah sehingga dihasilkan flavor daging
ayam goreng berbasis minyak.

Contoh 4: klaim produk (alat)


1. Suatu alat penggetar sayap untuk bajak subsoil getar yang terdiri dari :
- sayap subsoil (1) berbentuk jajaran genjang dipasang di kiri dan di kanan bilah

6
1
chisel;
- batang penggerak sayap yang merupakan batang sambung atau connecting rod
(2);
- lengan ayun atau rocker (3);
- lengan penggerak berupa lengan eksentrik (4);
- rangkaian empat batang hubung yang secara bersama-sama dapat berfungsi
sebagai rangka dari lengan eksenstrik; dicirikan komponen penggetar sayap yang
dipasangkan pada bilah chisel lengkung parabolik (5) akan membentuk suatu 15
unit bajak subsoil getar.

Abstrak, yaitu bagian dari spesifikasi paten yang akan disertakan dalam lembaran
pengumuman yang merupakan ringkasan uraian lengkap, ditulis secara terpisah dari
uraian invensi. Abstrak tersebut ditulis tidak lebih dari 200 (dua ratus) kata, yang
dimulai dengan judul invensi sesuai dengan judul yang ada pada deskripsi invensi. Isi
abstrak invensi merupakan intisari dari deskripsi dan klaim-klaim invensi, paling tidak
sama dengan klaim mandirinya. Rumus kimia atau matematika yang benar-benar
diperlukan, dapat dimasukkan ke dalam abstrak. Dalam abstrak, tidak boleh
terdapat kata-kata di luar lingkup invensi, terdapat kata-kata sanjungan, reklame
atau bersifat subyektivitas orang yang mengajukan permohonan paten. Jika dalam
abstrak menunjuk beberapa keterangan bagian-bagian dari gambar maka harus
mencantumkan indikasi penomoran dari bagian gambar yang ditunjuk dan diberikan
dalam tanda kurung. Di samping itu, jika diperlukan gambar secara penuh disertakan
dalam abstrak, maka gambar yang dimaksud harus dicantumkan nomor gambarnya.

Gambar, yaitu gambar teknik dari invensi yang menggambarkan secara jelas bagian-
bagian dari invensi yang dimintakan perlindungan patennya. Gambar tersebut
merupakan gambar teknik tanpa skala, dan jumlahnya dapat lebih dari satu. Pada
gambar invensi hanya diperbolehkan memuat tanda-tanda dengan huruf atau angka,
tidak dengan tulisan kecuali kata-kata yang sederhana. Gambar invensi dapat berupa
diagram atau skema;

Contoh 1:
56 – 64 oC 2

Bahan Pewarna
Minyak Jarak Malam Kandelila
Presevatif Antioksidan Malam Karnauba
Lanolin IPM Malam Lebah Malam
Ozokerite

Seleksi Titik Leleh Bahan Pembentukan


Batang Lipstik pada Produk Lipstik

6
2
Gambar 1

6
3
Contoh 2:

Gambar 2

Contoh 3:

18
Kadar kolesterol aorta (mg/g)

16
14
12 A
10 B
8 C
6 D
4
2
0
TA basah TA kering AA basah AA kering

Gambar 3

B. Persyaratan Fisik
Sesuai dengan Pasal 4 Kep Men No. M.06-HC.02.10 tahun 1991 tentang Pelaksanaan
Pengajuan Permintaan Paten, persyaratan fisik penulisan Deskripsi, Klaim dan
Abstrak serta pembuatan Gambar ditetapkan sebagai berikut:
1. Dari setiap lembar kertas, hanya salah satu muka saja yang boleh dipergunakan
untuk penulisan deskripsi, klaim dan abstrak.
2. Deskripsi, Klaim dan Abstrak diketik dalam lembaran kertas HVS yang terpisah
dengan ukuran kertas A4 (29,7 cm x 21 cm) yang berat minimumnya 80 gram dan
dengan batasan sbb:
a. dari pinggir atas 2 cm (maksimum 4 cm)
b. dari pinggir bawah 2 cm (maksimum 3 cm)

6
4
c. dari pinggir kiri 2,5 cm (maksimum 4 cm)
d. dari pinggir kanan 2 cm (maksimum 3 cm)
3. Kertas A4 tersebut harus kuat, berwarna putih, rata dan tidak mengkilat, dan
pemakaiannya harus dilakukan dengan menempatkan sisi-sisi yang pendek di
bagian atas dan bawah (kecuali bila dipergunakan untuk gambar).
4. Setiap lembar dari uraian dan klaim diberi nomor urut menurut angka Arab dibagian
tengah atas.
5. Di pinggir kiri dari pengetikan uraian dan klaim, setiap lima baris-nya harus diberi
nomor baris yang selalu dari awalnya setiap halaman baru, tetapi tidak pada batas.
6. Pengetikan harus digunakan dengan menggunakan warna hitam, dengan ukuran
antara baris 1,5 spasi dan dengan huruf yang ukuran tinggi huruf adalah 0,21 Cm
7. Tanda-tanda dengan garis, rumus-rumus kimia atau matematika dan tanda-tanda
tertentu dapat ditulis dengan tangan atau dilukis.
8. Gambar harus dibuat dengan tinta hitam pada kertas gambar putih, rata dan tidak
mengkilat ukuran A4 dan berat kertas minimal 100 gr dengan batasan sbb:
a. dari pinggir atas 2,5 Cm
b. dari pinggir bawah 1 Cm
c. dari pinggir kiri 2,5 Cm
d. dari pinggir kanan 1,5 Cm
9. Seluruh dokumen permohonan paten yang diajukan tidak boleh dalam keadaan
sobek, terlipat ataupun rusak.
10. Setiap istilah yang digunakan dalam uraian, klaim, abstrak dan gambar harus
konsisten satu sama lain.
11. Pengajuan permohonan paten harus dilakukan dalam rangkap 3 (tiga), kecuali bila
ditentukan lain.
12. Seluruh dokumen permohonan paten harus dapat didokumentasikan dengan
mudah.

Format penulisan deskripsi paten dapat di lihat pada halaman berikut.

6
5
KEGIATAN PERTEMUAN X

6
6
KEGIATAN PERTEMUAN XI

Analisis Produk Inovasi

A. Pengantar
Pada bab analisis produk inovasi mahasiswa dituntun untuk mencermati aspek-aspek
penilaian ide-ide dan gagasan produk inovasi yang ditinjau dari sisi kepentingan calon
pengguna, tinjauan dari sisi produk inovasi , serta dari sisi manajemen operasinya.
Selanjutnya mahasiswa dituntut untuk mampu menganalisa ide-ide dan gagasan inovasi yang
direncanakan sesuai dengan kriteria yang dapat diberlakukan terhadap produk yang akan
dihasilkan. Pada ujung akhir dari proses analisa produk inovasi mahasiswa dapat mengambil
kesimpulan dan memilih gagasan inovasi yang layak untuk diwujudkan menjadi produk
inovasi pilihan. Namun sebelumnya, untuk dapatnya menganalisis sebuah produk maka
inovator harus banyak membaca, mengamati dan atau memiliki pengalaman kerja. Dengan
membaca maka akan mendapatkan informasi tentang produk inovasi tersebut, sejauh mana
perkembangan terhadap bidang tersebut, teknologi apa yang sudah dikembangkan dan
apakah masih ada peluang untuk mengembangkannya dan apakah rancangan yang akan
dibuat tersebut masih berpeluang direalisasikan. Dengan kegiatan survey maka inovator akan
mendapatkan banyak informasi terkait dengan kekuatan, kelemahan dari jenis inovasi yang
akan dikembangkan tersebut. Jangan lupa bahwa pengalaman adalah guru terbaik, maka jika
inovator sudah pernah mengalami sendiri secara langsung berkegiatan di bidang tersebut,

6
7
selanjutnya akan dapat merealisasikan dan mengurangi resiko ketidak berhasilan dengan
belajar dari pengalamannya tersebut.

B. Tujuan Pembelajaran
Kajian tentang analisis produk inovasi memiliki tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, yaitu meliputi:
1) Mendiskripskan kriteria kelayakan gagasan produk inovasi yang diinginkan.
2) Menganalisa kelayakan gagasan produk inovasi yang dimilikinya.
3) Memilih dan menetapkan gagasan produk inovasi yang layak untuk direalisasikan menjadi
produk purwarupa.

C. Lingkup Materi
Lingkup materi analisis produk inovasi ditinjau dari sisi:
1) Target sasaran inovasi/pengguna (end user). Sebelum rancangan atau produk inovasi
ditetapkan dan ditentukan faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah (Nasution
Arman Hakim dkk, 2007:244). Karena setiap target sasaran/segmen memiliki perilaku
tertentu dengan pendekatan dan stretegi tertentu untuk dapat menguasainya (Nasution
Arman Hakim dkk, 2006:39). Target sasaran tidak dapat menjangkau semua lini, karena
adanya perbedaan pada keinginan, daya beli, lokasi, sikap, kebiasaan pembeli/pengguna
(Philip Kotler ,1997:250). Ditinjau dari aspek target sasaran, dapat diidentifikasi melalui:
aspek kebutuhan, kemampuan, ciri demografi, ciri kultural/budaya, psikografis, dan ciri
geografi. Aspek kebutuhan yang dimaksud adalah bahwa setiap konsumen memiliki
kebutuhan yang berbeda satu lainnya, ditinjau dari umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan lainnya. Sedangkan dari aspek kemampuan, pertimbangannya adalah
kemampuan ekonomi/daya beli. Dari aspek demografi, pertimbangan pengguna ditinjau
dari pekerjaan, pendidikan,agama, status sosial. Tinjauan dari sisi culture/budaya
pengguna dapat diidentifikasi dari kebiasaan-kebiasaan, perilaku, adat istiadat, tradisi,
kepercayaan. Dari sisi psikografis, pengguna dapat diidentifikasi melalui gaya hidup,
kepribadian. Dari sisi geografis dapat diidentifikasi dari wilayah, daerah, negara dlsb.
2) Produk Inovasi yang terdiri dari aspek manfa’at, kinerja, harga (nilai ekonomi), bentuk
(estetika, dimensi, konstruksi ), dan legalitas. Kinerja produk dapat diukur dari tingkat
keberlangsungan produk inovasi, posisi tawar terkait harga (nilai ekonomi), dengan
mempertimbangkan aspek estetika, dimensi/ukuran dan tata bangun. Selain itu aspek
legalitas yang berkaitan dengan hukum yang berlaku juga layak untuk menjadi
pertimbangan atas kemanfaatan sebuah produk inovasi yang direncanakan/dibuat.
3) Manajemen Operasi/proses produksi produk inovasi yang meliputi aspek material,
tenaga kerja, alat produksi, sistem produksi, biaya produksi, dan tempat produksi.
Berbagai aspek ini terkait satu dan lainnya, ketidak tersediaan /terpenuhinya salah satu
diantaranya akan mengganggu proses produksi dari produk inovasi yang diharapkan.

D. Kegiatan Mahasiswa
Pada awal perkuliahan mahasiswa distimulasi untuk menjawab beberapa pertanyaan
yang terkait dengan:

6
8
1. Apa saja yang harus dilakukan terkait dengan rancangan produk inovasi dengan
keharusan mengakomodir kepentingan pengguna inovasi ?
2. Apa saja yang harus dilakukan terkait dengan rancangan produk inovasi dengan
keharusan mempertimbangkan aspek kualitas?
3. Apa saja yang harus dilakukan terkait dengan manajemen operasional/proses
produksi?

Selanjutnya kegiatan mahasiswa yang dilakukan adalah:


1) mempelajari teori analisa produk melalui media diskusi, membaca modul, membaca
artikel, penelusuran lewat jejaring.
2) menyusun kriteria aspek kelayakan gagasan produk inovasi yang dilakukan.
3) melakukan analisa kelayakan produk inovasi berdasarkan kriteria yang relevan
sesuai dengan jenis produk yang akan dihasilkan.
4) memilih ide-ide dan gagasan inovatif yang paling layak untuk dikembangkan menjadi
purwarupa.

E. Uraian Materi
1. Pendahuluan.
Keberhasilan dalam melakukan sebuah inovasi dapat diukur dari seberapa besar
produk inovasi tersebut dapat diterima oleh penggunanya. Inovasi yang berhasil selalu
ditunjukan dengan adanya kemenangan menguasai pasar melalui berbagai keunggulan
yang dimiliki oleh produk inovasi tersebut. Contoh produk inovasi yang memenangkan
persaingan pasar , dan bahkan mampu mematikan produk pendahulunya adalah
pesawat tilpun nir-kabel (mobile phone), juga mesin computer yang mampu
menyingkirkan mesin ketik. Produk-produk peralatan rumah tangga untuk keperluan
memasak yang sederhana seperti periuk nasi (jawa:dandang) telah dikalahkan oleh
rice cooker.

Gambar 2. Rice Cooker


Gambar 1. Dandang Tembaga

Persaingan produk inovasi tidak hanya terbatas pada produk peralatan berbasis
teknologi yang berupa peralatan, tetapi juga produk berbasis teknologi yang berupa
sistem. Sistem transaksi keuangan yang dahulunya mempergunakan pembayaran
tunai, telah mulai digeser oleh sistem transfer elektronik. Sistem pundi-pundi telah
digeser oleh ATM, dan yang selanjutnya digeser oleh OVO ataupun bitcoint. Pada sektor

6
9
pendidikan Handbook mulai digeser oleh E-book. Mungkin dimasa depan pembelajaran
tatapmuka di sekolah akan ditutup dan digantikan dengan pembelajaran daring (sinkron
/asinkron) sepenuhnya.
Tidak semua produk inovasi dapat berhasil memasuki pasar sebagaimana yang
diharapkan. Banyak diantaranya yang gagal diterima pasar, walaupun purwarupa dari
produk inovasi dapat diselesaikan sesuai dengan kriteria kelayakan yang telah
ditetapkan. Pada tahun 80-an kita pernah mengenal floppy-disc 700 kb, kemudian
muncul versi 1200 kb (1.2 mb), yang kemudian digantikan external hard-disc, yg
selanjutnya juga digeser oleh flash-disc yang lebih sederhana dan kecil. Pertanyaannya
kemana gerangan larinya floppy-disc 2.0 Mb?.

2. Aspek-aspek analisa kelayakan produk


Untuk bisa menghasilkan produk inovasi yang memiliki keunggulan dan mampu
menembus pasar yang diharapkan; yaitu diterimanya produk inovasi oleh pengguna
serta dapat mendominasi terhadap produk pesaingnya, maka gagasan inovasi produk
perlu dianalisa berdasarkan kriteria kelayakan yang diperlukan. Ada tiga komponen
utama yang perlu dianalisa terkait dengan gagasan inovasi produk, yaitu yang meliputi:
komponen sasaran pengguna, komponen produk, dan komponen operasi/produksi.
Dari masing-masing komponen perlu dikembangkan aspek kriteria kelayakan yang
perlu dianalisa kesesuaiannya dengan produk inovasi yang dimaksud. Berikut ini adalah
aspek-aspek yang perlu dianalisa dari setiap komponen.

Skema analisa gagasan inovasi

Gografi Kinerja

Demografi Psikografi Manfaat Harga

Kebutuhan PENGGUNA
Budaya PRODUK
Bentuk

Kemampuan Legalitas

GAGASAN
INOVASI

Bahan Sistem produksi


MANAJEMEN
OPERASI
Tenaga kerja Biaya produksi

Alat produksi Tempat produksi


7
0
UNSUR
DIMENSI

BENTUK
PRODUKSI

UNSUR UNSUR
KONSTRUKSI ESTETIKA

Analisa Aspek Bentuk Produksi


a. Analisa komponen sasaran pengguna.
1). Aspek demografi: pada aspek ini produk inovasi perlu dianalisis kelayakannya sesuai
dengan karakteristik sasaran pengguna berdasarkan: umur, jenis kelamin, etnis,
warna kulit, golongan darah, dll-nya. Contoh: produk susu bayi untuk umur
dibawah 1-3 thn.
2). Aspek kultur/budaya: aspek kultur/budaya seringkali berpengaruh terhadap tingkat
penerimaan terhadap produk inovasi. Budaya penduduk yang tinggal daerah
perkotaan yang sangat maju akan berbeda dengan budaya penduduk yang tinggal
di daerah pedesaan. Budaya orang Eropa akan berbeda dengan budaya orang-
orang Asia. Budaya bisa terlihat dari cara hidup, cara berpakaian, bahkan cara
makan dan alat-alat yang dipergunakanpun juga berbeda. Contoh: Orang Eropa
pada umumnya mempergunakan peralatan makan yang terdiri dari sendok, garpu,
dan pisau, sedangkan orang Asia timur mempergunakan sumpit (jepang, korea dan
cina), sementara orang jawa mempergunakan “suru” dan tangan.

7
1
Peralatan makan Eropa Peralatan makan Asia timur

3). Aspek geografi: tempat tinggal sasaran pengguna merupakan salah satu
pertimbangan penting untuk menghasilkan sebuah produk inovasi. Perbedaan
cuaca suatu daerah memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap budaya manusia.
Suatu tempat yang memiliki suhu udara yang selalu rendah mempengaruhi cara
berpakaian. Contoh: di daerah tropis seperti Indonesia pada umumnya tidak pernah
diperlukan pakaian musim dingin (jacket bulu yang tebal).

pakaian musim panas


pakaian musim dingin

4). Aspek kebutuhan: berdasarkan teori kebutuhan Davis (1967:21) ada 2 (dua)
kebutuhan dasar manusia, yaitu: kebutuhan primer/physiologycal (makan, minum,
bernafas, tidur, dll), dan kebutuhan sekunder/psychological (kebutuhan batin: rasa
aman, ingin dihargai, kebanggaan, rasa hormat, rasa memiliki, dll) (lihat juga teori
kebutuhan Maslow yang meliputi 5 hirarki: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan kepemilikan dan aktivitas sosial, kebutuhan harga diri dan status, serta
kebutuhan realisasi dan pemenuhan diri). Contoh: aneka produk air mineral
termasuk menunjang pemenuhan kebutuhan fisik manusia.

Kebutuhan fisik Kebutuhan fisik

5). Aspek kemampuan: aspek kemampuan dapat meliputi: kemampuan fisik


(kesehatan), kemampuan akademik (pendidikan), kemampuan ekonomi (daya beli).

7
2
Contoh: produk-produk untuk memenuhi kebutuhan sekunder seperti sepeda motor
dan mobil tidak akan pernah direncanakan untuk dibeli, ketika penghasilan masih
hanya sebatas untuk mencukupi pemenuhan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Manakala seseorang kemampuan ekonominya meningkat boleh jadi yang pada
awalnya bepergian selalu mempergunakan kendaraan umum akan beralih kepada
penggunaan kendaraan pribadi.

Angkutan umum Kendaraan pribadi

b. Analisa Komponen produk.


Seseorang yang mengambil keputusan untuk membeli sesuatu barang/jasa akan
mempertimbangkan berbagai aspek yang menyangkut dirinya sendiri sebagai
pengguna, juga akan mempertimbang kan kondisi barang yang akan dibelinya.
Pertimbangan yang baik terhadap kondisi barang yang akan dibeli akan
berpengaruh terhadap kepuasan batin setelahnya. Analisa komponen produk
menyangkut bagaimana kondisi produk inovatif dinilai berdasarkan : aspek
manfa’at, aspek kinerja, aspek harga, aspek bentuk dan aspek legalitas.

1). Aspek manfa’at: nilai manfa’at sebuah barang adalah nilai kepuasan yang diperoleh
pengguna untuk memenuhi hasrat kebutuhannya. Untuk barang yang sejenis yang
dibeli oleh pengguna dapat memberikan nilai kepuasan yang berbeda, sehingga
nilai manfaat yang dirasakan oleh pengguna terhadap suatu jenis barang dapat
berbeda-beda sesuai dengan tujuan pemerolehan barang yang dimaksud. Aspek
manfaat dapat meliputi tujuan untuk pemenuhan kebutuhan primer, dan atau
untuk pemenuhan kebutuhan sekunder.
Kotak kemasan hadiah yang memiliki manfaat yang sama sebagai wadah barang
tetapi dapat diwujudkan dalam bentuk yang berbeda setelah dimunculkan unsur
konstruksi atau estetikanya. Contoh kotak kemasan pada gambar sebelah kiri lebih
menonjolkan unsur konstruksi yang kokoh, sebaliknya contoh gambar sebelah
kanan lebih menonjolkan unsur estetikanya.

7
3
menonjolkan unsure manfaat menonjolkan unsur estetika

Contoh lain: sepeda motor /mobil adalah barang yang tujuan utamanya adalah
sebagai sarana transportasi, akan tetapi seseorang bisa jadi akan membeli jenis
sepeda motor/mobil yang memiliki keunggulan-keunggulan khusus yang akan
memberikan kepuasan batin baginya (motor gede: Harly Davidson, mobil sport:
Lamborgini).

2). Aspek kinerja produk: sebuah produk selain diukur dari manfaatnya juga diukur
dari aspek kinerjanya. Kinerja merupakan kemampuan sebuah produk untuk
menyelesaikan pekerjaan atau untuk memberikan pelayanan bagi pengguna
produk. Kinerja atau pelayanan produk adalah ukuran gradasi bagaimana produk
tersebut dapat dipergunakan. Contoh adalah perbandingan kinerja antara gergaji
mesin tenaga listrik memiliki kemampuan kinerja yang lebih baik dibanding dengan
gergaji manual. Kinerja gergaji mesin tenaga listrik lebih mudah pemakaiannya dan
lebih cepat untuk menyelesaikan pekerjaan.

Gergaji manual Gergaji mesin tenaga listrik

Contoh lain adalah sepeda motor trail yang memiliki kinerja yang bagus untuk
kegiatan-kegiatan penjelajahan pada daerah yang sulit seperti daerah pegunungan
dengan jalan tidak beraspal, sementara juga enak digunakan untuk jalanan yang
beraspal, sebaliknya sepeda motor konvensional hanya akan bagus kinerjanya
untuk jalan yang beraspal saja.

3) Aspek harga produk: harga sebuah produk diperhitungkan berdasarkan sejumlah


biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ditambah dengan sejumlah
biaya keuntungan yang diinginkan oleh produsen. Namun demikian didalam
menentukan harga jual sebuah produk tidaklah semata-mata ditentukan oleh
produsen, akan tetapi secara tidak langsung juga ditentukan oleh kekuatan pasar.
Untuk setiap barang produksi yang memiliki karakteristik yang sejenis yang telah

7
4
beredar dipasaran memiliki pengaruh kuat terhadap harga barang produksi yang
akan masuk pasaran kemudian. Sehingga dalam hal ini aspek harga produk perlu
dianalisis dan dibandingkan dengan harga barang sejenis yang telah ada di pasar.
Contoh: harga sebotol air mineral merek “club” tentu tidak akan jauh berbeda
dengan harga air mineral merek “aqua” untuk ukuran kemasan yang setara.

4). Aspek bentuk produk: perwujudan sebuah produk terkait dengan estetika,
konstruksi, dan dimensi. Estetika sebuah tampilan produk tidak selalu terkait
dengan produk-produk kecantikan, busana atau lainnya. Tetapi yang dimaksud
dengan aspek estetika adalah tampilan/wujud dari produk itu sendiri. Sementara
tinjauan dari sisi dimensi adalah kesesuaian antara ukuran benda dengan fungsi.
Contoh model tempat tisue yang ditampilkan berikut adalah yang menonjolkan sisi
konstruksi yang berkesan kuat dan kaku, sedangkan contoh gambar yang satunya
menunjukan model dengan karakteristik yang lebih feminim yang menonjolkan
estetikanya.

menonjolkan unsur konstruksi menonjolkan unsur estetika

Contoh misal penawaran melaksanakan Umroh, maka yang perlu dipikirkan adalah
kenyamanan calon jamaah sehingga brosur atau katalog yang dibuat menampilkan
hotel tempat menginap, fasilitas yang akan diberikan, bus yang akan digunakan
untuk city tour di tanah suci dlsb.
5). Aspek legalitas produk. Aspek legalitas terkait dengan masalah hukum yang berlaku
di wilayah itu. Inovator harus berpikir dan mencermati apakah dan bagaimanakah
posisi hukum dari produk inovasi tersebut secara hukum yang berlaku.
Pertanyaannya, apakah sudah memenuhi syarat yang ditentukan peraturan
perundang-undangan?, legalitas menjadi sangat penting terkait dengan jaminan
keberlangsungan produk tersebut , dari sisi transaksi, proses produksi dan lain
sebagainya. Legalitas biasanya berkaitan dengan aspek hukum pidana, dengan
adanya legalitas maka produk dan pengguna akan terjamin dan terbebas dari
kemungkinan hukum yang akan menjeratnya. Contoh misal, membuat permen yang
mengandung obat tidur, tujuannya adalah menolong orang yang mengalami
kesulitan tidur/imsonia, teteapi benarkah kandungan yang ada tersebut legal untuk
diberikan. Contoh lainnya, memproduksi mainan anak anak yang menggunakan
bahan baku cat yang mengandung racun, dengan berbagai alasan misalnya
warnanya bisa menjadi lebih bagus dlsb, tentu ini melanggar peraturan penggunaan
cat.

7
5
C. Analisa komponen manajemen operasi/proses produksi
Komponen operasi meliputi aspek-aspek: aspek bahan produksi, aspek tenaga kerja,
aspek peralatan, aspek sistem produksi, aspek biaya produksi, dan aspek tempat
produksi.
1). Aspek bahan produksi. Keberlangsungan sebuah produk tergantung pada
ketersediaan dan kemudahan pengadaan dari bahan-bahan yang diperlukan.
Jangan sampai terjadi, produksi terputus ditengah jalan dikarenakan masalah
kelangkaan/kesulitan bahan. Baik yang termasuk dalam bahan yang utama maupun
bahan yang sifatnya pendukung saja. Contoh misal di malang, terkenal dengan
keaneka ragaman makanan olahan berbasis buah-buahan, seperti misalnya
berbahan dasar apel. Apel dapat dibuat menjadi jenang, wingko, kripik, juice atau
makanan olahan yang lain. Dengan menggunakan apel sebagai bahan utama maka
jelas harus tetap terjamin ketersediaan dan kemudahan mendapatkan bahan utama
tersebut. Bahan utama seharusya berasal dari wilayah sendiri, karena jika harus
didatangkan dari wilayah lain maka akan mempengaruhi biaya, sehingga harga
produk akan sangat meningkat. Sedangkan bahan pendukung seperti gula atau
lainnya juga tetap harus dijamin mudah pengadaannya meskipun harus didatangkan
dari luar wilayah. Jenang apel yang dikemas dengan klobot/daun jagung misalnya,
akan menjadi produk inovatif karena selama ini jenang jagung dikemas memakai
plastik. Namun harus diperhatikan, apakah ketersediaan klobot/daun jagung tersebut
mudah didapatkan.

2). Aspek tenaga kerja. Ketersediaan sumber daya manusia dalam satu aspek produksi
merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Tentu saja sumber
daya manusia tersebut diklasifikasikan sesuai kebutuhannya. Misalnya, untuk
mendirikan klinik kecantikan muslimah, maka tentu dibutuhkan lebih banyak tenaga
wanita dibanding pria. Pertanyaannya, apakah di wilayah/daerah tersebut mudah
didapatkan? Apabila tidak, maka bagaimana melakukan pengadaannya. Apakah
mendatangkan dari luar kota? Jika tenaga dari luar kota, tentu mereka
membutuhkan biaya untuk tempat tinggal selain makan dan transportasi, apakah
gaji yang akan diberikan memadai untuk memenuhi kebutuhan itu? Bagaimana
caranya agar klinik banyak pelanggan, agar omzet besar dan terus meningkat
sehingga bisa menggaji karyawan dengan layak. Bagaimana sistem rekruitmen
karyawan, bagaimana strategi promosi yang dilakukan, bagaimana memuaskan
pengguna/pelanggan ? Bagaimana ketersediaan tenaga dengan ketrampilan yang
memadai?

3). Aspek peralatan produksi. Terkait dengan peralatan produksi maka yang harus
diperhatikan adalah produk apa yang akan kita rancang/buat nantinya. Produk jasa
maupun barang membutuhkan peralatan yang berbeda. Contoh misal, akan
membuka usaha pelayanan jasa usaha percetakan, tentu yang mendasar adalah
kebutuhan akan ketersediaan printer, perangkat Pc/ laptop, pemotong kertas, mesin
foto copi, cutter, gunting dlsb. Di era yang penuh dengan persaingan ini, apakah
kualitas peralatan yang dimiliki sudah bagus?dari sisi hasil foto copian, kecepatan

7
6
pelayanan dlsb. Pertanyaannya adalah peralatan seperti apa yang cocok agar bisa
melayani pengguna dengan baik, cepat, tepat waktu denga hasil maksimal, dan
harga murah.
4). Aspek sistem produksi. Diartikan sebagai kumpulan beberapa sub sistem yang saling
berinteraksi untuk mempresentasikan input produksi menjadi output produksi.
Sistem produksi dimulai dari perencanaan, pengendalian kualitas/quality control,
penentuan standar operasi, penentuan fasilitas produksi, penentuan harga pokok
produksi produksi (HPP), penetapan harga jual produksi (HJ). sistem produksi
berjalan sebagai mata rantai yang saling terikat satu dan lainnya, ketidak sinkronan
salah satu diantaranya akan mempengaruhi tidak berjalannya sebuah proses
produksi dengan baik. Sistem produksi dibutuhkan untuk memberikan kualitas
produk terbaik, biaya terendah dan jangka waktu (lead time) produksi terpendek
melalui penghapusan pemborosan-pemborosan atau waste yang terjadi pada saat
produksi. Sebagai contoh, dalam usaha jasa transportasi yang dulu menggunakan
sistem tradisional dimana penumpang harus mendatangi tempat untuk naik
kendaraan atau menelpon operator taksi untuk order. Tetapi sekarang pengguna
lebih dimudahkan dengan hanya menggunkana android, menghubungi jasa secara
bebas dan kendaraan sudah datang sendiri, Meskipun melalui sistem tetapi pemberi
jasa transportasi diberi kebebasan untuk menerima atau tidak menerima order
denga berbagai varian pilihan alasan, sebaliknya pengguna jasa juga demikian.
Sistem pelayanan dikuasai oleh operator yang justru bukan pemilik kendaraan,
merek hanya menjual sistem operasional saja.

5). Aspek biaya produksi. Maksudnya adalah akumulasi yang dibutuhkan dalam proses
produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang siap dipasarkan. Contoh
misal: menjumlah biaya untuk bahan baku, untuk menggaji karyawan, untuk sewa
tempat, untuk biaya peralatan pendukung, untuk membuat promosi dan lain
sebagainya.

6). Aspek tempat produksi. Tempat produksi bisa berdampak pada kemudahan akses
dari pengguna ke tempat produksi tersebut, tempat produksi yang jauh dari
keramaian dan kesulitan dalam transportasi , sangat tidak mendukung
keberlangsungan usaha. Selain itu juga tempat produski perlu disesuaikan dengan
jenis kegiatan yang dilakukan. Contoh misal, akan sangat tidak tepat jika membuka
usaha jasa umroh dan haji, tetapi tempatnya di desa terpencil yang transportasinya
sulit dijangkau, jaringan komunikasi sulit dan lain sebagainya. Contoh lain, usaha
produksi barang-barang eksport akan sangat tida tepat kalau memilih tempat
produksi jauh dari pelabuhan.

CONTOH FORM ANALISIS PRODUK MENGGUNAKAN SKALA LINGKERT’S


Analisa kesesuaian produk dg pengguna Kriteria kelayakan
SS S TS STS
No Pertanyaan/Pernyataan
4 3 2 1
1 produk dapat digunakan oleh segala umur
2 produk dapat digunakan oleh semua latar budaya

7
7
produk dapat digunakan semua orang dari wilayah yg
3
berbeda

SS: sangat setuju; S: Setuju; TS: Tidak Setuju; STS: Sangat tidak setuju

Referensi:
Alma Buchari. 2010. Kewirausahan . Bandung: Alfabeta.
Davis, Keith (1967). Human Relation at Work. The Dynamics of Organizational
Behavior. Third.ed. New York: McGraw-Hill.

Haming, Murdifin dan Nurnajamuddin Mahfud.2007. Manajemen Produksi Modern.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kotler, Philip. 1997. Marketing Management, Analysis, Planning, Implementation and


Control. Ninth Edition Hall,Inc.New Jersy.

Nasution Arman Hakim, Sudarso Indung, Trisunarno Lantip. 2006. Manajemen


Pemasaran untuk Engineering. Yogyakarta:C.V. ANDI OFFSET.

_______. 2007. Entrepreneurship Membangun Spirit Teknopreneurship. Yogyakarta:


C.V.ANDI OFFSET.

Palgunadi Bram.2008. Disain Produk: Analisis dan Konsep Desain. Bandung: ITB.

Permas,Achsan dkk.2003. Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta: PPM.

F. Uji Kompetensi (opsional)


Menganalisa gagasan inovasi yang akan dilakukan, dengan mengisi form dan
penjelasan secara deskriptif.

KEGIATAN PERTEMUAN XII

Pengembangan Ide Inovatif (Prototype)

F. Narasi pengantar

Pada bagian penyusunan Prototype mahasiswa diharuskan untuk membuat desain awal
dari solusi inovatif dari pemecahan masalah yang telah disepakati dengan tim pada
proses berdasarkan grafik dan tahapan ideate. Pada tahap ini mahasiswa diharapkan
dapat mengkombinasikan antara kreativitas pemecahan masalah dan kemudahan

7
8
realisasi.Untuk membuat sebuah sesuatu kita harus membuat desain awal
atau prototipe nya terlebih dahulu agar produk yang kita hasilkan adalah efektif, efisien
dan praktis. Pembuatan prototype akan memberikan jaminan bahwa produk akhir yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Hasilnya kemudian diuji coba untuk
melakukan perbaikan-perbaikan dari prototype yang telah disusun.

Pada pertemuan ke 12 dan 13 ini berorientasi pada kemampuan mahasiswa dalam


mengembangkan produk kedalam bentuk prototype. Prototype yang telah dihasilkan
harus dapat direalisasikan setelah melalui proses uji coba, sehingga inovasi yang telah
dilakukan dapat menghasilkan produk yang efektif, efisien dan praktis sesuai dengan
temuan permasalahan yang menjdi dasar prioritas pengembangan inovasi.

G. Tujuan pembelajaran

Bab ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang pentingnya
pembuatan prototype serta melatih mahasiswa untuk membuat prototype yang baik.

H. Lingkup materi

Bab ini meliputi Definisi prototype, fungsi prototype, jenis-jenis prototype dan cara
membuat prototype yang baik

I. Kegiatan mahasiswa

Kegiatan perkuliahan pada pertemuan 12-13 ini dimulai dengan pemahaman mahasiswa
dalam memahami materi, orientasi perkuliahan dapat dilakun oleh dosen dengan
memberikan berbagai permasalahan tentang desain prototype. Dosen dapat
memberikan permasalahan dan mendiskusikan dengan kelompok masing-masing.
Adapun permasalahan tersebut diantaranya:

1. Mengapa penting membuat desain prototype dari solusiinovasi yang dibuat?


2. Bagaimana langkah yang akan saudara lakukan jika mengalami kegagalan dalam
menuangkan permasalahan kedalam prototype?
3. Apa yang menjadi penyebab kegagalan dalam menyusun prototype?
4. Apakah yang menjadi hambatan kelompok dalam membuat desain prototipe?
5. Bagaimanakah menyusun Prototype yang baik sesuai dengan produk inovasi yang
telah dibuat sesuai dengan taerget proyek kelompok agar prototipe efektif dan
efisien?
Langkah kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan membagi kelas sesuai
dengan kelompok masing-masing dan mahasiswa dapat menuliskan hasil diskusi
kelompok pada LKM (Lembar Kegiatan Mahasiswa) yang telah dibuat dosen. Untuk
Desain Prototype dapat disusun dengan menggunakan kertas manila dan memindahkan
de dalam program penyusunan prototype. Proses pelaksanaan diskusi dapat dilakuan
dalam waktu 40 menit dan mahasiswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi
secara bergantian.
Kegiatan pembelajaran berikutnya dapat dilakukan dengan menyusun Desain
Prototype sesuai kelompok masing-masing. Dosen dapat melakukan pendampingan
dengan diskusi terbimbing untuk memberikan masukan dari desain prototype yang

7
9
telah dibuat. Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan penugasan sehingga
pada pertemuan ke 13 prototype yang telah disusun dapat dilengkapi dan diuji coba.
J. Uraian Materi

Definisi
Definisi “prototype” dinyatakan dengan redaksi yang beragam dalam berbagai
kamus. Dari beragam definisi yang dikemukakan dapat ditarik sebuah konsensus yang
mengarah pada terminologi “desain/bentuk/model awal (preliminary form) sebagai
penanda suatu prototype. Dalam Longman Dictionary, prototype adalah bentuk awal
dari desain baru suatu produk, atau suatu model yang digunakan untuk menguji desain
tersebut sebelum diproduksi.

Mengapa perlu Prototype?


4 tujuan pembuatan prototipe:
1. Pembelajaran
Apakah alat/produk dapat bekerja atau berfungsi?" "sejauh mana dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan?"
2. Komunikasi
Memperkaya komunikasi dengan pihak manajemen, penjual, mitra, anggota tim,
pelanggan dan investor.
3. Penggabungan
Memastikan bahwa komponen dari produk bekerja bersamaan seperti yang
diharapkan.
4. Milestones
Dalam tahap pengembangan produk berikutnya, prototipe digunakan untuk
mendemonstrasikan bahwa produk telah mencapai tingkat kegunaan yang
diinginkan.

Secara umum fungsi prototype adalah sebagai berikut:

 Lebih memahami desain yang diinginkan: pembuatan prototype tidak hanya


menyajikan desain visualisasi yang kuat untuk memahami tampilan produk
akhir tetapi juga membantu tim untuk lebih memahami mengapa desain itu
yang dipilih, apa sebenarnya desain yang sedang dibuat, dan untuk siapa
desain tersebut ditunjukan.
 Perolehan masukan (feedbacks) : salah satu aspek yang paling penting dalam
proses pembuatan produk adalah pengumpulan masukan/feedback. Dengan
adanya prototype, review dapat dikumpulkan/diperoleh pada setiap tahap
perkembangan produk baik penambahan fitur baru maupun mendesain kembali
bagian tertentu produk. Menguji apakah produk tersebut cocok dengan udiens
yang dituju atau tidak.
 Hemat waktu dan biaya sekirnya diperlukan perubahan. Dengan adanya model
awal/prototype, sangat dimungkinkan untuk membuat perubahan lebih dini
sesuai dengan yang diinginkan.
 Validasi sebelum pengembangan. Prototype memungkinkan terjadinya diskusi-
dikusi diantara pengulangan/perbaikan sebelum diperolehnya pproduk

8
0
pengembangan akhir. Proses ini akan membuat prdoku yang dihasilkan adalah
sesuai dengan yang diharapkan/dibutuhkan.
 Ketepatan pengguna/user. Memungkinkan untuk mengidentifikasi persepsi user
untuk melihat aspek-aspek yang perlu ditingkatkan.
 Prototype adalah the post-game analysis dimanana setiap kebutuhan atau
tuntutan pengguna adalah dipertimbangakan. Dari prototype ini, kita dapat
mngetahui proses pembuatannya dan memverifikasi apakah desain produk
tersebut adalah reasonable;
 Prototype menunjukan blueprint produk akhir.

Bagaimana membuat prototype yang baik


Gambar berikut ini memberikan gambaran bagaimana membuat prototype yang baik.

1. Fungsinya jelas dan reasonable

Kejelasan fungsi memberikan kemudahan kepada tim pembuat produk untuk


memahami ide ide dan keinginan manajer yang apat mmbuat desain produk lebih
baik.

2. Kejelasan proses

Proses produk yang jelas akan membantu user untuk dengan cepat memahami
masalah yang mrka ingin untuk dislesaikan dan bagaimana cara penyelesaiannya.
Pada saat yang sama akan menjadi mudah untuk mendeteksi apakah struktur dan
fungsi produk tersebut lengkap dan tidak ada bagian yang hilang. Secara
sederhana, user/pengguna memiliki gambaran tentang apa dan bagaimana produk
akhir dari prototype ini.

8
1
3. Penggunaan warna dan desain

Memberikan gambaran ilustratif yang paling recommended.

4 kunci utama penggunaan prototype


Pembuatan prototype membantu menevaluasi dan menguji desain,
mengklarifikasi biaya produksi, penjualan produk dan mengamankan paten.
1. Mengevaluasi dan menguji desain

Pembuatan prototype memberikan gambaram utuh produk yang real dan juga
menentukan aspek-aspek mana yang sudah layak dan bagian mana yang perlu
direvisi dan bahkan dihilangkan. Disamping itu, pembuatan prototype juga
memberikan kesempatan kepada tim pembuat desain untuk menguji produk
sebelum dilanjutkan pada proses produksi dalam jumlah besar.

2. Mengklarifikasi biaya dan masalah-masalah produksi

Pembuatan prototype memberikan peluang untuk melihat sekilas tentang proses


produksi dan melihat apakah ada tahap yang dapat dirubah, tetapi tetap menjaga
biaya produksi seminimum mungkin. Selanjutnya, jika ada kesulitan dalam proses
produksi yang dapat mempengaruhi kualitas produk akhir dapat diantisipasi
sebelumnya.

3. Penjualan produk

Adanya prototype juga memudahkan pelanggan untuk mengenali produk final


sehingga dapat meningkatkan komitmen atau keinginan mereka untuk memebli
daripada hanya melihat konsep produk tanpa prototype.

4. Paten

Jika produk yang dihasilkan tergolong sesuatu yang baru atau cukup unik, maka
dimungkinkan untuk diajukan paten.

Prinsip-Prinsip Pembuatan Prototype

8
2
1. Prototipe Analitik Umumnya Lebih Fleksibel Dibandingkan Prototipe Fisik

Sebuah prototipe analitik merupakan perkiraan matematis dari produk yang


mengandung beberapa parameter yang bervariasi untuk menampilkan rancangan
alternatif. Mengubah parameter dalam prototipe analitik lebih mudah dibandingkan
mengubah sebuah atribut prototipe fisik.
2. Prototype Fisik Dibutuhkan Untuk Menemukan Fenomena Yang Tidak Dapat Diduga

Sebuah prototipe fisik kadang mengungkap fenomena yang tidak berhubungan


dengan tujuan awal prototipe.
3. Prototipe dapat mengurangi resiko Iterasi
4. Prototipe dapat memperlancar langkah pengembangan lainnya
5. Prototipe dapat menstrukturisasi ketergantungan tugas
Contoh sebuah pengujian software mungkin tergantung pada keberadaan sirkuit
fisik.

Langkah-Langkah pembuatan prototype


1. Menetapkan Tujuan Prototipe
Tujuan seperti yang disampaikan di atas
2. Menetapkan Tingkat Perkiraan Konsep
Apakah prototipe fisik atau prototipe analitik ?. sebaiknya adalah prototipe yang
paling sederhana yang akan memenuhi tujuan yang ditetapkan pada langkah 1.
3. Menggariskan Rencana Percobaan
Membantu untuk menjamin penggalian nilai maksimum dari kegiatan pembuatan
prototipe. Rencana percobaan meliputi identifikasi variabel percobaan (jika ada),
protokol pengujian, sebuah indikasi mengenai pengukuran apa yang akan
ditampilkan, dan sebuah rencana untuk menganalisis data hasil. Saat terdapat
banyak variabel yang harus digali, rancangan percobaan yang efisien akan sangat
membantu proses semacam ini.
4. Membuat Jadwal Untuk Perolehan, Pembuatan dan Pengujian

Jenis-Jenis Prototype

 Sketsa

8
3
Sketsa sangat penting untuk low-fidelity prototipe. Dalam sketsa kita di haruskan untuk
tidak takut dengan kemampuan menggambar kita. Sketsa menampilkan “tampilan”
cepat dari interface, konsep desain, dll. Sketsa juga penting untuk pengetahuan user
akan apa yang dia lihat jelas dalam apa-apa yang terdapat dalam sistem tersebut.
Dengan kata lain sketsa merupakan gambar dasar sebelum di implementasikan kedalam
bentuk nyata

 Sketsa, Mock-ups

Mockups, istilah yang tidak asing bagi para designer, mockups sendiri atau yang sering
diartikan prototype sangat diperlukan untuk demonstrasi produk awal sebelum menjadi
produk jadi yang nantinya akan dipasarkan ke publik.

Mockups biasanya di pergunakan oleh para designer untuk memulai suatu coretan-
coretan dalam menyusun sebuah halaman web baik web pribadi maupun web
perusahaan, lalu bisa juga dipakai untuk menyusun halaman dari web aplikasi, desktop
aplikasi, atau ke arah yang lebih spesifik yaitu aplikasi smartphone seperti iphone

 Story board

Storyboard adalah lembaran kertas yang berisi contoh tampilan antarmuka pengguna,
dengan setiap antarmuka layar diperlihatkan pada lembar kertas yang yang berbeda.

8
4
Suatu storyboard akan terdiri dari tampilan layar yang fitur sistem seperti menu, kotak
dialog dan window. Setiap halaman terdapat keterangan sehingga pengguna dapat
menjelajah ke seluruh aplikasi. Formasi dari representasi layar kedalam suatu runtun
membawa pada informasi lebih lanjut tentang pilihan struktur, fungsionalitas dan
navigasi yang tersedia dalam sistem.

Digunakan di awal desain, biasanya digunakan dengan skenario, lebih terinci, dan dapat
diputar ulang. Kumpulan dari sketsa/frame bersifat individual juga menyajikan urutan
inti cerita. Storyboard juga menunjukan bagaimana kemungkinana user dapat
mengalami peningkatan melalui setiap aktifitas.

Kapan digunakan?

Storyboard dapat diperlihatkan pada teman satu tim atau pengguna potensial,
sehingga orang lain dapat melihat visualisasi dan komposisi dari antarmuka
yang diharapkan, serta memberikan kritik. Storyboard dapat digunakan pada awal
siklus perancangan yang dapat mendukung eksplorasi kemungkinan perancangan dan
verifikasi awal dari kebutuhan pengguna yang diharapkan.

 Paper prototyping

8
5
Teknik ini memanfaatkan materi dan peralatan sederhana (kertas dan dan
pensil) untuk membuat antarmuka sistem pada kertas.
Model prototipe ini merupakan salah satu cara yang efektif dan berguna
untuk mengevaluasi dan mengiterasi perancangan sebelum tim memutuskan untuk
mengimplementasikannya. Elemen antarmuka seperti menu, window, dialog dan
icon dapat dibuat sketsanya pada pada kertas kertas.

Kapan digunakan ?

Dapat dikerjakan saat tim perancang duduk bersama sambil mendengarkan


mendengarkan tanggapan pengguna. Pengguna dapat membuat pilihan dan mengubah
atau memberi catatan pada elemen antarmuka serta menyatakan pikiran serta
impresinya. Anggota lain yang dapat memberi catatan yang diperlukan dengan
mudah.

 Wizard of oz

Wizard-of-oz berbentukan tampilan maket dan berinteraksi dengan pemakai, baik untuk
mensimulasikan sistem yang sulit dibuat. Maket juga adalah suatu bentuk komunikasi

8
6
kepada user dalam suatu bentuk bangunan yang akan di realisasikan nantinya. Jadi
user dapat melihat bentuk awal sebelum melihat bentuk jadinya nanti.

POSTER

Prinsip-prinsip dalam Menyusun Poster

1. Keseimbangan

Keseimbangan dalam penyusunan poster untuk menggambarkan produk akhir


perkuliahan manajemen inovasi merupakan komposisi proporsional dalam poster, hal ini
dilakukan untuk menghindari kesan penggambaran poster berat sebelah atas unsur-unsur
suatu bidang ruang yang diisi dengan unsur-unsur rupa. Adapun jenis keseimbangan
tersebut terdiri dari:

a. Keseimbangan Simetris yaitu digunakan apabila visualisasi dari bagian-bagian desain


terbagi secara merata baik dari segi horizontal, vertikal, dan radial. Secara lebih rinci
dapat digambarkan pada poster berikut.

b. Keseimbangan asimetris/non formal digunakan jika berat dari elemen desain tidak
merata dan tidak hanya diporos tengah halaman poster. Model ini dapat digunakan
untuk mencapai keseimbangan poster dengan tidak seimbang pada bidang atau ruang
dalam menentukan warna, bentuk dan ukuran, posisi, dan nilai warna serta tekstur
poster. Adapun secara detail dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

2. Alur baca

Penyusun poster harus memudahkan pembaca untuk memaknai isi dari poster yang disusun.
Alur baca poster harus dibuat sistematis untuk mengarahkan penglihatan pembaca dalam
memperoleh informasi inovasi yang dibuat.

Adapun contohnya dapat dilihat pada gambar berikut.

3. Penekanan

Penekanan pada poster dapat dilakukan dengan membuat judul atau ilustrasi yang lebih
menonjol pada desain lain yang didasarkan pada urutan prioritas informasi yang disajikan.
Adapun penekanan poster dapat ditentukan dengan melihat perbandigan ukuran, latar
belakang yang kontras dengan tulisan dan gambar, perbedaan pemilihan warna yang
mencolok, memanfaatkan bidang kosong, membedakan jenis, ukuran dan warna Huruf.
Adapun secara detail dapat dilihat pada gambar berikut.

4. Irama

Irama pada prinsip pembuatan poster adalah pengulangan atau variasi dari komponen-
komponen desain grafis. Jika dilihat pengulangan isi poster dapat membentuk urutan
gerakan atau pola tertentu. Secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut.

8
7
5. Kesatuan

Pada prinsip kesatuan dalam menyusun poster harus dapat digabung untuk dipisah
sedemikian rupa menjadi kelompok-kelompok informasi. Sebagai contoh dalam menyusun
produk inovasi, pembuat harus dapat mengelompokkan urutan informasi yang disusun.
Misalnya latar belakang pembuatan produk dapat didekatkan dengan informasi desain
produk yang dibuat. Adapun macam-macam kesatuan dapat digolongkan sebagai berikut: a)
mendekatkan berbagai elemen informasi desain yang dibuat; 2) disusun dengan bertumpuk;
3) memanfaatkan sebuah garis untuk melakukan pemisahan informasi yang disusun; 4)
membedakan informasi poster; 5) perbedaan warna dan latar belakang (background).
adapun contoh pembuatannya dapat dilihat sebagai berikut.

Adapun pedoman penyusunan poster hasil produk/ platform inovasi sebagai


berikut:

1. Poster berjumlah 1 (satu) lembar ukuran ….

2. Informasi pada poster harus dapat dibaca dengan baik dengan jarak maksimum 2m.

3. Gunakan sub judul lebih besar dari ukuran teks atau dapat membuat garis baah pada
teks

4. Tidak disarankan menggunakan hurif kapital semua, sehingga isi poster bisa
proporsional

5. Desain poster harus menggunakan prinsip-prinsip pembuatan poster yaitu prinsip


keseimbangan formal-non formal, prinsip kesatuan pengaturan gambar, warna, latar
belakang, gerak mengarahkan mata pembaca untuk mengalir ke seluruh area poster,

6. Penyusunan poster harus mempertimbangkan hirarki dan kontras untuk menunjukkan


objek atau hal utama pada poster

7. Desain poster harus memuat sistematika poster inovasi yaitu memuat: 1) Judul Inovasi;
2) Nama Tim inovasi dan logo Universitas Negeri Malang; 3) Latar belakang : singkat
langsung pada pokok permasalahan; 4) Metode pembuatan produk/alur prototipe; 5)
Hasil pengembangan inovasi (teks dan gambar/fotogrami/skema); 6) Simpulan dan
saran; 7) Daftar referensi; 8) Poster dapat dilengkapi dengan informasi tambahan
tentang rencana pengembangan inovasi lebih lanjut.

8. Lengkapi poster dengan gambar produk yang telah dikembangkan untuk memperjelas
pelaksanaan kegiatan secara visual.

Adapun secara lebih detail contoh poster dapat dilihat pada gambar berikut:

K. Ringkasan

L. Uji kompetensi (Optional)

8
8

Anda mungkin juga menyukai