Anda di halaman 1dari 10

KEGIATAN PERTEMUAN I

Orientasi Perkuliahan

A. PENGANTAR
Pertemuan pertama berorientasi membangun pemahaman mahasiswa
mengenai arah dan konten mata kuliah manajemen inovasi, sekaligus
memotivasi mereka agar terlibat secara aktif membangun budaya belajar yang
baik, dan berkontribusi dalam mengembangkan kepekaan dalam melakukan
eksplorasi masalah, ide solusi terhadap masalah tersebut melalui
pengembangan rencana inovasi. Pembelajaran manajemen inovasi terdiri dari
3 sistem kredit semester. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu seratus
lima puluh menit (150) menit.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari rencana perkuliahan secara keseluruhan.
2. Mempelajari tujuan perkuliahan, peran dan tugas dosen dan mahasiswa
3. Mempelajari indikator penilaian dalam perkuliahan manajemen inovasi.
4. Mempelajari aturan dan tata tertib perkuliahan, dan kesepakatan
belajar/kontrak belajar 80 % kehadiran, tata krama, pembentukan kelompok.
5. Menjelaskan urgensi inovasi dalam revolusi industri 4.0
6. Mengindentifikasi tantangan problematika perubahan sosial dan teknologi di
berbagai belahan dunia dalam konteks revolusi industri 4.0

C. LINGKUP MATERI
Materi pada pertemuan ini adalah sebagai berikut.
1. Rencana perkuliahan semester, evaluasi perkuliahan, produk
perkuliahan dan kegiatan akhir perkuliahan dan Sipejar.
2. Norma, aturan dan tata tertib perkuliahan
3. Tantangan Revolusi Industri 4.0 dan urgensi inovasi
D. KEGIATAN BELAJAR
Pada pertemuan ini terdapat beberapa aktivitas pembelajaran yaitu
1. Penjelasan tentang rencana perkuliahan semester, evaluasi, tugas dan
luaran perkuliahan, dan norma, aturan dan tata tertib perkuliahan dan
SIPEJAR.
2. Pembentukan kelompok
3. Materi pengantar Tantangan Revolusi Industri 4.0
Waktu perkuliahan pertemuan pertama dapat dikelola sebagai berikut; 30%
penjelasan dosen, 70% diskusi kelompok dan presentasi hasil diskusi dan
penguatan dari dosen. Pada pertemuan pertama ini, dosen juga perlu
memotivasi mahasiswa untuk ikut berkontribusi dalam mengembangkan sikap
dan budaya belajar yang positif yaitu saling mendukung, saling menghormati,
disiplin dan fokus dalam menyelesaikan tugas.
Dosen perlu memotivasi para inovator muda untuk inovasi dan terus
berlatih untuk berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu dosen perlu mengarahkan
proses diskusi dan menginformasikan sumber belajar berupa video tentang
tantangan dan problematika era revolusi industri 4.0, contoh keberhasilan
inovasi dan kegagalan inovasi di berbagai bidang misalnya aplikasi dari startup
nasional yang telah menjelma menjadi unicorn dan dedacorn seperti Go Jek,
Traveloka, Tokopedia, dan beberapa start up lainnya. Dosen juga dapat
menayangkan video yang relevan sebagai pengayaan wawasan mahasiswa
sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni mahasiswa. Semua bahan tersebut
merupakan sumber belajar manajemen inovasi.
Pada sesi ini dosen dapat memfasilitasi proses belajar aktif (active
learning). Kelompok ideal maksimal beranggotakan empat orang mahasiswa.
Supaya proses diskusi mengalir dengan baik maka dosen mengarahkan
mahasiswa untuk berdiskusi secara berpasangan, lalu hasil diskusi berpasangan
dibahas ulang dan diringkas melalui diskusi kelompok dua pasang atau empat
orang mahasiswa. Dengan kata lain mahasiswa melakukan diskusi berpasangan
terlebih dahulu lalu bergabung dengan pasangan lain. Mahasiswa difasilitasi
untuk menganalisis perubahan perilaku masyarakat atau dinamika sosial
budaya yang terjadi dalam konteks revolusi industri 4.0.
1. Apa saja perubahan sosial (perilaku sosial, gaya hidup, teknologi dll) yang
terjadi di era revolusi industri 4.0? Apa penyebabnya?
2. Apa saja masalah yang muncul di era revolusi industri 4.0?
3. Pilih satu masalah yang menarik minatmu, uraikan ciri-ciri masalahnya.
4. Identifikasi apa saja penyebab masalah tersebut?
5. Siapa saja yang terkait dengan masalah tersebut?
Pertanyaan stimulasi tersebut dapat dikembangkan dan dimodifikasi
Pertanyaan tersebut dibahas secara berkelompok. Mahasiswa menuliskan
jawabannya dalam format mind map dalam kertas plano atau pada file aplikasi
penyusun mind map. Proses diskusi dapat dilakukan dalam waktu 30 menit,
kemudian dilanjutkan dengan pemaparan hasil diskusi dengan berbagai teknik.
Dosen dapat menerapkan teknik jigsaw, penerapan pola belanja gagasan atau
windows shopping atau bisa juga presentasi setiap kelompok kecil.

E. URAIAN MATERI
1. Arah dan Tujuan Mata Kuliah Manajemen Inovasi
Kajian tentang manajemen inovasi bukanlah hal baru bagi praktisi,
akademisi dan pebelajar yang menekuni bidang ilmu ekonomi dan teknik
industri, namun bagi praktisi di luar bidang ekonomi. Istilah ini banyak
digunakan dalam bidang tersebut. manajemen inovasi pada bidang ilmu
ekonomi dimaknai sebagai upaya perusahaan dalam mengelola inovasi
agar laju jalannya perusahaan terus berkembang dan maju (Arman dan
Kartajaya, 2018).
Sementara itu di bidang ilmu sosial lainnya, misalnya pendidikan,
sejarah, sosiologi dan bidang ilmu lainnya, topik manajemen inovasi
merupakan hal yang relatif baru. Pada buku ini, konsep manajemen inovasi
yang dikaji bukanlah proses tata kelola perusahaan dalam mengembangkan
inovasi yang bertujuan meningkatkan produktifitas. Manajemen inovasi dalam
buku ini dimaksudkan kajian tentang apa dan bagaimana membelajarkan
kemampuan berinovasi dalam berbagai bidang. Istilah yang
digunakan dalam mata kuliah ini memang diadopsi dari istilah ilmu
ekonomi, dengan harapan, semangat inovasi yang harus terus dilakukan
oleh sebuah perusahaan agar tetap survive di tengah berbagai tantangan,
akan dapat mengispirasi mahasiswa dalam mengembangkan ide inovasi
sebagai solusi beragam bermasalah yang ada di sekitarnya sesuai dengan
bidang keilmuan dan sesuai dengan konteks saat ini.
Perkembangan sosial budaya di era disrupsi memang menuntut adanya
perubahan dan inovasi. Karena itu maka pembelajaran manajemen inovasi
bertujuan mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam berinovasi, sebuah
kemampuan yang dipandang sangat penting dalam menghadapi tantangan era
disrupsi. Penyajian mata kuliah manajemen inovasi bertujuan memfasilitasi
pengembangan kemampuan berinovasi melalui penguatan kreativitas dan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam mengidentifikasi problem yang
terjadi di masyarakat dan mengembangkan solusi secara tepat berdasarkan
pola pikir yang sistematis.
Sesuai dengan alur masa perkuliahan, mahasiswa akan mengikuti
proses pembelajaran selama satu semester yang terdiri dari enam belas
(16) pertemuan, empat belas diantaranya adalah proses belajar melalui
kegiatan sinkronus dan asinkronus baik dilakukan secara langsung di kelas
maupun melalui penugasan secara daring.
Salah satu indikator ketercapaian tujuan perkuliahan adalah
mahasiswa mampu menghasilkan rancangan ide inovatif yang
dikembangkan melalui tahapan design thinking. Mahasiswa dapat
mengembangkan ide inovatif berupa alat dan prosedur kerjanya, aturan
dan pola sistem sosial, atau platform tertentu yang dapat memberikan
solusi terhadap persoalan yang selama ini terjadi. Produk berupa ide
inovatif inilah yang menjadi tugas akhir mahasiswa yang nantinya akan
diajukan untuk memperoleh penghargaan atas hak kekayaan intelektual.
Mengingat pentingnya sikap dan etika dalam interaksi sosial dan
pengembangan atau implementasi ide-ide kreatif dalam kehidupan, maka
dalam perkuliahan manajemen inovasi, sikap dan etika menjadi salah
satu aspek penilaian yang harus diperhatikan oleh mahasiswa. Di awal
perkuliahan dijelaskan tentang peran juga tugas dosen dan mahasiswa, detail
rencana kegiatan perkuliahan berikut output atau produk perkuliahan, aspek
dan metode evaluasi perkuliahan, jumlah kehadiran yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa dan kontrak belajar khususnya terkait dengan tata tertib dan tata
karma yang harus diperhatikan dan diikuti oleh mahasiswa dalam proses
perkuliahan. Penjelasan mengenai tujuan pembelajaran sangatlah penting
untuk memotivasi mahasiswa dalam berpikir kritis dan kemudian
mengembangkan kemampuan berinovasi dan berkreasi.

2. Output Manajemen Inovasi dan Potensi Hak Kekayaan Intelektual


Mahasiswa yang mengikuti matakuliah manajemen inovasi akan
menghasilkan beberapa luaran berupa Prototipe produk atau Poster dan
Laporan Pengembangan Ide Inovatif. Dua luaran tersebut merupakan
tugas wajib untuk evaluasi hasil. Sedangkan evaluasi keterlibatan belajar
atau evaluasi proses menggunakan data dari jurnal belajar dan catatan
refleksi diri mahasiswa.
Mengingat luaran atau produk perkuliahan ini memiliki hak kekayaan
intelektual (HKI) maka mahasiswa diberi wawasan dan arahan untuk
mendaftarkan prototipe produknya untuk memperoleh HKI. Kekayaan
intelektual atau hak kekayaan intelektual (HKI) atau hak milik intelektual
adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk intellectual property
rights (IPR), yakni hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan
suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya
kekayaan intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil
dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam kekayaan
intelektual berupa karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan
intelektual manusia.
Merujuk pada UU. No. 19 tahun 2002,berikut ini beberapa karya yang
dapat diajukan untuk memperoleh HKI. Terdapat dua bentuk hak kekayaan
intelektual yang dapat dihasilkan dari karya inovasi matakuliah manajemen
inovasi yaitu hak cipta (copyrights) dan hak kekayaan industri. Hak cipta
adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan menurut Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku. Sedangkan hak kekayaan industri (industrial
property rights) meliputi (1) paten (patent) adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut kepada pihak lain untuk melaksanakannya (2) desain
industri industrial design) adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi,
atau komposisi garis atau warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis
dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta
dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas
industri, atau kerajinan tangan (3) merek (trademark) adalah suatu tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa (4) indikasi
geografis (geographical indication) yaitu suatu tanda yang menunjukkan
daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis
termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor
tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang
dihasilkan (5) desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated
circuit) adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia
kepada pendesain atau hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakan hak tersebut (6) rahasia dagang (trade secret) adalah
informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau
bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang (7) perlindungan
varietas tanaman (plant variety protection) adalah perlindungan khusus
yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah dan
pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman,

9
terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman
melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

3. Hakikat Inovasi dan Urgensinya dalam Konteks Revolusi Industri 4.0


Perubahan dunia mulai terasa ketika milenium baru tiba. Cepatnya
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan
besar yang mempengaruhi kehidupan umat manusia di berbagai bidang.
Era yang disebut dengan istilah revolusi industri 4.0 dikenal pula dengan
istilah era disrupsi. Pada tahun 1997 Clayton Christensen pernah
meramalkan kehadiran era ini melalui buku populer The Innovator’s
Dilemma yang ditulis berdasarkan hasil penelitiannya. Melalui buku itu pula,
dia mempopulerkan istilah baru disruption yang saat ini banyak disebut
diberbagai kesempatan.
Kasali (2018) memaparkan adanya lima indikator perubahan era
disrupsi yang sangat mempengaruhi kecenderungan kerja di berbagai
bidang kehidupan saat ini. Pertama, disrupsi menyebabkan penghematan
dan pemangkasan biaya melalui proses bisnis yang lebih simpel. Kedua,
kualitas produksi mengarah pada hasil yang lebih baik dibanding era
sebelumnya. Ketiga, disrupsi berpotensi menciptakan pasar baru dan
membuka pasar yang selama ini tertutup. Keempat, produk dan jasa
menjadi lebih mudah diakses oleh para penggunanya, seperti layanan ojek
dan taksi online, layanan perbankan dengan financial technology yang
dapat diakses dengan mudah melalui smartphone. Kelima, disrupsi
membuat segala sesuatu menjadi lebih smart, pintar, hemat waktu dan
lebih akurat.
Semua perubahan di era disrupsi perlu direspon dengan cepat dan
cerdas oleh berbagai kalangan, khususnya perguruan tinggi. Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) wajib bergegas mengiringi derap era
disrupsi dengan membenahi sistem pelayanan pendidikannya, jika tidak, resiko
tenggelam diantara gegap gempitanya era yang menyatukan seluruh dunia
membayangi langkah perguruan tinggi. Begitu urgennya inovasi di era disrupsi
karena di dalam lembaga pendidikan tinggi inilah generasi
terkini—generasi milenial atau generasi Z—memperoleh pendidikan
untuk masa depannya.
Generasi milenial atau sering disebut generasi Z dipandang sebagai
digital natives. Mereka lahir, tumbuh dan berkembang bersama dengan
pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sepanjang
rentang tahun 1995 sd 2015 (Singh, 2014; Mohr dan Mohr, 2017). Mereka
sangat akrab dengan perubahan yang terjadi, bahkan memiliki andil dalam
perkembangan disrupsi itu sendiri. Sebagai digital natives, generasi ini
menjadi pengguna aktif semua perangkat komunikasi dan sosial media
bahkan mampu mengubah dunia dengan menginisiasi munculnya berbagai
trend pola komunikasi, fashion, kuliner dan aneka bisnis baru. Kehadiran
Gojek, Grab, Traveloka, Bukalapak dll, yang telah menciptakan gaya hidup
manusia saat ini menjadi bukti nyata bahwa generasi milenial telah
berhasil mewarnai era baru secara masif.
Generasi milenial perlu memperoleh pengalaman belajar yang
menstimulasi munculnya ide solusi yang inovatif dan dapat diterapkan
untuk memecahkan masalah yang ada dalam berbagai konteks. Era
revolusi industri telah menghadirkan persaingan manusia dan robot,
dimana banyak inovasi robotika, kecerdasan buatan atau artificial
intellegent berpotensi mendisrupsi pasar kerja dimana tenaga manusia
digantikan oleh mesin robot. Karena itu kemampuan berinovasi sangat
diperlukan. Seiring dengan perkembangan tersebut diprediksi banyak
pekerjaan yang akan hilang seiring dengan perkembangan masa disrupsi.
Kasali (2019) menjelaskan bahwa era ini memang akan banyak mengubah
cara manusia dalam bekerja sehingga yang akan hilang adalah job atau
tugas kerja bukan menghilangkan work atau pekerjaan itu sendiri.
Realitas lain yang menjadi tantangan Indonesia yaitu bonus
demografi. Indonesia menghadapi Bonus Demografi mulai dari tahun
2010 sampai dengan 2050. Bonus demografi merupakan peluang bagi
bangsa Indonesia menjadi negara maju, dengan syarat memiliki sumber
daya manusia yang berkualitas dan memiliki budaya kreatif dan inovatif .
Pendidikan menjadi kunci peningkatan kualitas SDM yang nanti akan
mampu melakukan berbagai upaya inovasi dan memiliki produktivitas
tinggi. Jika peluang ini tidak dimanfaatkan dengan baik maka bonus
demografi akan menjadi ancaman bagi masa depan Indonesia.
Sousa dan Rocha (2019) merumuskan temuan penelitian bahwa
kemampuan berinovasi merupakan kemampuan yang sangat penting untuk
berkembang dan sukses di era disrupsi. Kemampuan berinovasi yang
dimaksud Sousa dan Rocha adalah kemampuan mengembangkan hal baru
(inovatif) dan kreatif, kemampuan untuk mengembangkan usaha dan
melihat peluang usaha, kemampuan mengelola berbagai sumber daya
untuk merespon adanya peluang, kemampuan mengembangkan relasi atau
jejaring kerja baik nasional maupun internasional. Kemampuan ini sangat
diperlukan dalam konteks revolusi industri 4.0. Kemampuan inilah yang
akan dikembangkan melalui pembelajaran mata kuliah Manajemen Inovasi.
Pengembangan dan penyajian mata kuliah Manajemen Inovasi perlu
dilakukan berdasarkan konteks dan karakteristik belajar mahasiswa
Universitas Negeri Malang. Pengembangan kemampuan inovasi melalui
mata kuliah Manajemen Inovasi perlu dilaksanakan melalui model
pembelajaran yang tepat.

F. RENCANA TINDAK LANJUT


Mahasiswa ditugaskan untuk melakukan pengamatan dan mengidentifikasi
permasalahan yang relevan dengan bidang keilmuannya dan berbagai
permasalahan dalam konteks revolusi industri 4.0. dari permasalahan tersebut
mahasiswa dapat mengembangkan ide solusi yang inovatif. Hasil pengamatan
dilaporkan secara lisan pada pembelajaran berikutnya dan akan menjadi bahan
diskusi kelompok pada pertemuan berikutnya. Dosen memberikan tugas pada
mahasiswa untuk menyimak video "Membangun Budaya Inovatif" bersama Ir.
Drs. Djohan Yoga, M.Sc., Ph.D. pada link youtube
https://www.youtube.com/watch?v=Sd74KNozt4Q&t=295s. Dosen harap
menyimak video ini hingga tuntas dan menulis catatan hasil belajar berupa poin
penting dari video tersebut.
Sebagai pembuka wawasan mengenai konsep dasar inovasi maka dosen dapat
mengarahkan mahasiswa untuk membaca website bahan belajar yang memuat tulisan
yang berjudul Memahami Perbedaan Antara Kreatif dan Inovatif
pada url berikut ini http://www.2012forum.com/science/memahami-perbedaan-
antara-kreatif-dan-inovatif/.
Sebagai tugas belajar untuk persiapan pertemuan berikutnya. Dosen
menugaskan mahasiswa untuk (1) menulis catatan refleksi, dalam 200 kata, apa
yang anda pahami, sadari, rasakan tentang tentangan revolusi industri 4.0
(2) menulis optimisme dan komitmen anda tentang MK ini (3) mempelajari
video yang ada dalam tugas di Sipejar, buat ulasan 250 kata tentang video
tersebut.

G. REFERENSI
Kasali, Renald. 2018. Self-Disruption. Bandung: Penerbit Mizan.
Singh, Renee. 2014. Beyond evidence‐based practice? Journal of Family
Therapy. Vol 36, Issue 3. https://doi.org/10.1111/1467-6427.12045
Mohr, Kathleen A. J. and Mohr, Eric S. (2017) "Understanding Generation Z
Students to Promote a Contemporary Learning Environment," Journal on
Empowering Teaching Excellence: Vol. 1 : Iss. 1 , Article 9. doi:
https://doi.org/10.15142/T3M05T
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. UU No. 19 tahun 2012
tentang Hak Kekayaan Intelektual

Anda mungkin juga menyukai