Anda di halaman 1dari 10

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GAZAL

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Mata Kuliah : Inovasi Pendidikan


Program Studi : PGSD
Semester : VI (enam) C
Hari/Tanggal : Rabu/10 Juni 2020
Waktu : 90 Menit
Dosen Pengampu : Eka Lokaria, M.Pd.Si.,

Nama : Restu Ayu Putri


NPM : 5017101

Jawaban:
1. Model dalam Inovasi pemebelajaran:
a. Menurut Ibrahim (1988:177) model inovasi pendidikan terdiri dari: (1)
model penelitian, pengembangan, dan difusi (Research-Development-
Diffusion-Model) yaitu model inovasi yang berdasarkan pemikiran
bahwa setiap orang tentu memerlukan perubahan, dan unsur pokok
perubahan ialah penelitian, pengembangan, difusi; (2) model
pengembangan organisasi (organization development
mode) yaitu model yang berorientasi pada organisasi dari pada
organisasi pada sistem sosial. Model ini berpusat pada sekolah. Model
pengembangan organisasi ini berbeda dengan model pengembangan
dan difusi. (3) mode konfigurasi (configuration model). Model
konfigurasi atau disebut juga konfigurasi teori difusi inovasi yang juga
terkenal dengan istilah CLER, model dengan pendekatan secara
konprehensif untuk mengembangkan strategi inovasi (perubahan
pendidikan) pada situasi yang berbeda. Adapun menurut pendapat saya
dari ketiga modal yang dipaparkan sebelumnya model inovasi
pendidikan yang paling tepat dilaksanakan di sekolah tempat mengajar
saya adalah model pengembangan organisasi (organization
development mode).
b. Model Pengembangan Organisasi dikatakan baik  karena model ini
lebih berorientasi pada organisasi dari pada organisasi pada sistem
sosial. Model ini berpusat pada sekolah. Model pengembangan
organisasi ini berbeda dengan model pengembangan dan difusi. Model
pengembangan organisasi berorientasi pada nilai yang tinggi artinya
dalam model ini juga mendasarkan pada filosofi yang menyarankan
agar sekolah jangan hanya diberi tahu tentang inovasi pendidikan dan
disuruh menerimanya, Sekolah harus menjadi organisasi
yang  memahami persoalan yang dihadapi, serta mampu untuk
menciptakan cara pemecahan permasalahan itu sendiri dengan
mengorganisir berbagai macam sumber yang ada dalam organisasi itu
sendiri atau dengan bantuan ahli dari luar organisasi dan juga mampu
menentukan cara bagaimana menerapkan inovasi serta menilai hasil
yang telah dicapai (Ibrahim, 1988:179). Beberapa contohnya inovasi
pendidikan yang berkaitan dengan model pengembangan
organisasi yaitu dengan dikembangkannya stategi pembelajaran yang
inovatif sebagaimana yang diungapkan oleh Wena (2009) dalam
bukunya yang berjudul stategi pembelajaran inovatif kontemporer
terdapat berbagai strategi pembelajaran seperti strategi pembelajaran
pemecahan masalah, strategi pembelajaran ranah motorik, strategi
pembelajaran kreatif produktif-pembelajaran berbasis proyek dan
pembelajaran kuantum, strategi pembelajaran siklus-pembelajaran
generative-belajar tuntas dan pembelajaran kooperatif dan strategi
pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis elektronik
(e-learning).
c. Petunjuk dalam penerapan model inovasi pendidikan disekolah
sebagai berikut:
a) Membuat rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan

b) Menggunakan metode atau cara yang tepat dalam merancang

strategi pembelajaran inovatif.


c) Menggunakan berbagai macam alternatif untuk mempermudah

penerapan inovasi
d) Menggunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas
terjadinya penerapan inovasi. 
e) Mengusahakan adanya pengorganisasian kegiatan yang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif. 
f) Mengusahakan mencari jawaban atas berbagai macam pertanyaan
dasar tentang inovasi di sekolah.
g)  Proses penerapan inovasi pendidikan akan lancar dan dapat

mencapai tujuan dengan efektif jika program inovasi dipersiapkan


dan direncanakan dengan matang. Perencanaan ini perlu
memperhatikan peranan prioritas inovasi untuk kemajuan sekolah.

2. Apabila ditinjau dari klasifikasi faktor input dan faktor


output Faktor maka penerapan inovasi dalam suatu sekolah sering
mengalami kegagalan disebabkan oleh faktor berikut ini.
Faktor Input terdiri dari: pertama,  halangan untuk berubah dari
lingkungannya yang berkaitan dengan tersedianya sarana dan prasarana
untuk berinovasi;  Kedua, kurangnya ketidakterampilan agen pembaharu
karena ketidakmampuan dalam menguasai pengetahuan dan
teknologi; Ketiga  inovasi yang bepusat hanya pada
seseorang; keempat, Sensitivitas dan defensiveness guru-guru/tenaga
kependidikan;  Kelima, Guru/tenaga kependidikan yang bersifat
konservatif. Sifat guru yang konservatif tidak mau berinovasi bisa
disebabkan oleh tingkat ksejahteraan guru yang rendah karena gaji yang
kecil. Sedangkan,  faktor output terdiri dari: pertama tujuan inovasi yang
tidak jelas. Kedua, tidak ada reward untuk sebuah inovasi; Ketiga, sekolah
/lembaga terlalu memonopoli. eempat, komponen pengetahuan
rendah sehingga guru tidak bisa mengikutinya; Kelima, kesukaran dalam
mendiagnosis kelemahan inovasi; Keenam, sumber daya teknologi dan
keuangan rendah; Ketujuh, terfokus pada akuntabilitas public.
Kedelapan,  Kurang mengarah pada entrepreneurship.
Contoh kegagalan inovasi di sekolah dan cara mengatasinya
Kurikulum 2013 dilaksanakan berdasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi namun dalam proses pelaksanaannya banyak
guru yang belum mampu memanfaatkan teknologi yang dapat
mempermudah pekerjaannya. Sebagai contoh di suatu sekolah
mendapatkan fasilitas pendidikan yang baru berupa komputer yang juga
dilengkapi oleh jaringan internet. Para guru diberikan kesempatan untuk
memanfaatkan fasilitas tersebut dalam proses pembelajaran. Namun,
karena tidak memiliki kemampuan dasar mengenai program komputer
mengakibatkan fasilitas yang telah ada sebagai inovasi pendidikan tidak
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Pada kasus ini terjadi kegagalan
inovasi. Adapun cara mengatasinya adalah dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan kepada guru-guru atau mengikuti kegiatan
workshop atau seminar yang dapat meningkatkan keterampilan para guru
tersebut. Pada upaya tersebut sangat dibutuhkan peran opinion
leader  dan agent of change (agen perubahan). Dengan demikian
kegagalan inovasi pendidikan disekolah dapat diatasi.
3. Contoh-contoh inovasi sebagai bagian atau komponen dari sistem
sosial
Miles dalam Ibrahim (1988:52-53) menjelaskan contoh-contoh inovasi
pendidikan dalam setiap komponen pendidikan  atau komponen sistem
sosial : pembinaan personalia, banyaknya personal dan wilayah kerja,
fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran yang
diperlukan, wawasan dan perasaan, mekanisme kerja, hubungan dengan
sistem yang lain, strategi.
Pelaksanaan critical mass berpengaruh terhadap kondisi suatu
inovasi Critical mass pada dinamika sosial merupakan jumlah khalayak
atau adaptor yang mengadopsi suatu inovasi pada sistem sosial hingga
tingkat adopsi tersebut bisa menjadi mandiri dan menciptakan
pertumbuhan yang selanjutnya. Satu tahapan pada proses difusi di mana
media interaktif harus dicapai supaya adopsi tersebut dapat terjadi.
Teori critical mass tidak terbentuk dengan begitu saja, namun di dalam
teori ini ada faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi critical mass,
yaitu ukuran, keterhubungan dan tingkat komunikasi dalam masyarakat itu
sendiri. Critical mass sangat erat hubungannya dengan massa, dan
berhubungan dengan konsensus mayoritas yang terdapat di kalangan
politik. Adanya critical mass, dapat menunjang keberhasilan inovasi.
Sebab apabila inovasi didifusikan dan berada pada tahap critical
mass apabila disepakati sebagai inovasi yang tepat guna dan dapat
dimanfaatkan dengan baik masyarakat dapat
mengadobsi (adopter). Namun sebaliknya apabila inovasi tesebut dinilai
mempunyai banyak kekurangan maka pada tahap critical mass hasil
inovasi tidak dapat diterima dan menuntut suatu pembaharuan sebagai
inovasi yang lebih baru daripada sebelumnya.
Faktor-faktor pendukung inovasi yaitu: Intensitas hubungan/kontak
dengan individu yang lain dalm suatu sistem, tingkat pendidikan yang
maju, sikap terbuka dari masyarakat atau individu, Sikap ingin
berkembang dan maju dari masyarakat dan menghargai Hasil Karya
Orang Lain.
Faktor penghambat inovasi menurut Ibrahim (1988:120-122) yaitu:
hambatn geografi, sejarah, ekonomi, prosedur, personal, sosial budaya dan
politik.
4. Ditinjau dari hasil inovasi yang diperoleh atau yang tampak dalam sistem
sosial, konsekuensi inovasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam
yaitu:
a. Konsekuensi yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat, hal ini
tergantung dari hasil inovasi di dalam sistem sosial itu fungsional atau
tidak fungsional.
b. Konsekuensi langsung dengan tidak langsung, tergantung dari
perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial berupa respon
yang segera atau pertama terjadi terhadap inovasi atau respon yang
kedua yang terjadi setelah adanya konsekuensi langsung.
c.  Konsekuensi yang diharapkan dengan yang tidak diharapkan
tergantung dari bagaimana perubahan itu, diketahui dan direncanakan
oleh anggota sistem sosial atau tidak
          Ketiga klasifikasi konsekuensi inovasi tersebut baik konsekuensi
bermanfaat, langsung, dan diharapkan, biasanya berlangsung secara
bersamaan. Untuk menentukan suatu konsekuensi inovasi bermanfaat atau
tidak bermanfaat juga sukar, karena biasanya dapat terjadi suatu inovasi
bermanfaat bagi sistem sosial, tetapi tidak bermanfaat bagi anggota sistem
sosial tertentu, atau sebaliknya.
Contoh konsekuensi difusi inovasi pendidikan menurut Rogers
(1983:372-390) mengenai Revolusi Ski-Doo di Artic. Kisah Revolusi
Ski-Doo di Artic  mengenai Ski-Doo (mobil salju) adalah alat rekreasi
utama dalam musim dingin (winter)  di Amerika Serikat. Sejak adanya
invensi Ski-Doo yaitu kendaraan bermesin di musim salju oleh Joseph
Armand Bombadier dari Quebec pada tahun 1958. Maka
penggunakaan Ski-Doo telah sangat cepat tersebar di masyarakat. Dalam
waktu 12 tahun sudah lebih dari satu juta Ski-Doo digunakan di Amerika
Utara, walaupun ada juga beberapa warga masyarakat yang
memprotes  penggunaan Ski-Doo karena menyebabkan polusi udara
terutama diwilayah Amerika Serikat dan Canada yang semula sebagai
tempat rekreasi dengan udara segar. Sebelum diperkenalkannya Ski-
Doo, masyarakat Skolt-Lapp memiliki mata pencarian utama sebagai
penggembala rusa. Penggembala rusa mulai berkurang yang berdampak
menurunnya jumlah rusa sehingga pendapatan menurun dan mata
pencarian berkurang sehingga menimbulkan banyak pengangguran dan
hutang untuk membeli Ski-Doo. Dari contoh tersebut maka konsekuensi
dari inovasi sebagai berikut:
 Konsekuensi bermanfaat. Bagi keseluruhan warga Lapp sebagai sosial
sistem rupanya inovasi teknologi Ski-Doo tidak bermanfaat karena
ternyata mengakibatkan sebagian besar masyarakat menurun
kesejahteraannya. Namun demikian untuk beberapa warga mayarakat
sangat bermanfaat.
 Konsekuensi langsung yang tampak dengan adanya Ski-Doo ialah
timbulnya perasaan bahwa Ski-Doo sebagai kebutuhan dan
kebanggaan. Konsekuensi tidak langsung dapat diketahui dari usaha
menjual rusa-rusa muda dan menurunnya angka kelahiran anak rusa.
 Konsekuensi yang diharapkan terjadinya kelancaran transportasi untuk
menunjang kelancaran berbelanja di pasar dan juga kelancaran
menggembala rusa. Konsekuensi yang tidak diharapkan ialah
timbulnya pengengguran  serta kehidupan masyarakat tergantung pada
uang dan hutang.

5. Sebagai seorang guru profesional, ada prinsip-prinsip profesionaltas yang


menjadi landasannya. Seperti yang tercantum pada Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, prinsip
profesionalitas sebagai seorang guru adalah:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Prinsip ini
biasanya menjadi pemantik bagi guru untuk tidak malas mengajar.
b. Mempunyai komitmen untuk senantiasa meningkatkan mutu (kualitas)
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia peserta didiknya.
c. Prinsip ketiga adalah berkualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas yang diembannya.
d. Mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
yang diembannya, mencakup kompetensi personal, sosial, profesional
dan pedagogik.
e. Prinsip kelima adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalannya.
f. Prinsip berikutnya adalah mendapatkan penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerjanya.
g. Berkesempatan dalam pengembangan keprofesionalan yang
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Adanya jaminan dan perlindungan hukum bagi guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalannya.
i. Dan prinsip yang terakhir adalah memiliki organisasi atau wadah
profesi yang berwenang mengatur berbagai hal yang terkait dengan
tugas keprofesionalan seorang guru.

6. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian
guru yaitu kemampuan kepribadian yang:
a. Mantap dan stabil; Kepribadian guru profesional dapat dilihat dari
sikapnya yang mantap dan stabil. Secara arti kata, “mantap” dapat
diartikan sebagai tetap hati, kukuh, kuat, tidak goyah, tidak terganggu,
dan tetap/tidak berubah. Sedangkan kata “stabil” dapat diartikan
mantap, kukuh, tetap jalannnya, tetap pendiriannya, tidak berubah-
ubah, dan tidak naik turun (KBI, 2003). Stabil dan mantap merupakan
sikap seorang guru profesional yang sangat perlu dan dibutuhkan
dalam menjalankan profesinya. Sebab jika guru memiliki sikap
gampang berubah dan tidak ada pendirian, maka pasti tidak akan tahan
dalam menjalankan pekerjaannya.
b. Bertindak Sesuai Norma; Guru yang memiliki sikap kepribadian yang
mantap dan stabil pasti mampu bertindak sesuai norma-norma yang
berlaku, yaitu norma agama, hukum dan sosial. Secara arti kata,
“norma” merupakan aturan atau ketentuan yang mengikat warga
kelompok di masyarakat yang mengendalikan tingkah laku yang sesuai
dan dapat diterima. 
c. dewasa; Sikap kepribadian guru yang dewasa yang dimakud di sini
adalah kedewasaan dalam hal mulai dari cara berpikir, sikap,
pendirian, tindakan, berkata-kata, dan sejenisnya, tidak seperti kanak-
kanak.
d. arif dan bijaksana; Guru yang arif adalah juga guru yang bijaksana,
yang memahami dengan baik ilmunya dan menggunakan akal budinya
dalam berbagai situasi, serta mampu mengendalikan diri dan emosinya
dengan baik. Guru yang bijaksana adalah guru yang mampu
mengendalikan dirinya dengan baik, yang sosok pribadinya yang utuh
mencerminkan segala tingkah lakunya
e. berwibawa; Menjadi guru itu indah dan mendidik itu mulia. Indah dan
mulia adalah wibawa guru, dan wibawa guru dalam membimbing
peserta didik pada kegiatan pembelajaran merupakan pembawaannya
yang dapat menguasai dan mempengaruhi orang lain untuk
menghormati melalui sikapnya yang mengandung kepemimpinan dan
penuh daya tarik.
f. berakhlak mulia; Akhlak mulia seorang guru terpantul pada sikap, budi
pekerti, sopan santun, dan kelakuannya yang luhur.
g. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; Seperti halnya
dalam mengajar, bahannya adalah materi pelajaran dan berbagai
fasilitas lain. Sedangkan bahan untuk mendidik adalah keteladanan
sikap dan karakter dari kehidupa guru sendiri. Salah satu indikator
kepribadian guru profesional yang berakhlak mulia adalah sikap 
keteladanannya dalam hal perilaku baik yang bisa dicontoh dan ditiru
oleh peserta didiknya. 
h. mengevaluasi kinerja sendiri; dan
i. mengembangkan diri secara berkelanjutan.

7. Hal yang menandakan pembelajaran inovatif


a. Student Center. Pembelajaran inovatif menuntut siswa berperan aktif
dalam proses pembelajaran.
b. Variasi Media Pembelajaran (berbagai macam sumber belajar).
Pembelajaran inovatif tidak hanya menggunakan guru dan buku
sebagai sumber belajar melainkan banyak media belajar yang menarik
lainnya.
c. Variasi Metode Pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran inovatif juga
mengguakan metode yang bervariasi agar lebih menyenangkan.
d. Variasi Interaksi: Klasikal, Kelompok, Individual
e. Construktivisme
f. Guru sebagai fasilitator

Anda mungkin juga menyukai