Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

1. Pengertian model pembelajaran inkuiri terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran

yang didefenisikan oleh Piaget sebagai suatu pembelajaran yang mempersiapkan

suatu situasi untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat

apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, dan mencari jawaban atas pertanyaan

sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,serta

membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain. Dalam

Pembelajaran inkuiri terbimbing, peserta didik didorong untuk belajar melalui

keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan

mendorong guru peserta didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan

percobaan yang memungkinkan peserta didik untuk menemukan prinsip-prinsip

untuk diri mereka sendiri (Kunandar, 2011). Menurut Sanjaya (2010), metode

pembelajaran inkuiri terbimbing menekankan kepada proses mencari dan

menemukan materi pembelajaran tidak diberikan secara langsung karena peran

peserta didik adalah mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran,

sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk

belajar.

Menurut Sagala (2007), model pembelajaran inkuiri terbimbing umumnya

memiliki lima komponen yang umum yaitu question (bertanya) , student

engangement (mengajak peserta didik), cooperative interaction (saling

7
bekerjasama), performance evaluation (evaluasi pelaksanaan ), dan variety of

resources (keberagaman sumber belajar). Model pembelajaran inkuiri terbimbing

sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah. Dalam praktek

aplikasi menurut Ibrahim (2007), mengatakan ada enam komponen dalam

pembelajaran metode inkuiri terbimbing yaitu: (1) merumuskan masalah,

(2) membuat hipotesis, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan,

(5) mengumpulkan data, (6) mengambil kesimpulan.

2. Tahap-tahap model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Menurut Sanjaya dalam Danar (2014), pembelajaran inkuiri terbimbing

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar peserta

didik siap melaksanakan proses pembelajaran. Kemudian guru merangsang dan

mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi

merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan peserta didik tergantung

pada kemauan peserta didik untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya

dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin

proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

b. Perumusan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan

yang menantang peserta didik untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

8
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah

itu tentu ada jawabannya, dan peserta didik didorong untuk mencari jawaban yang

tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri

terbimbing, oleh sebab melalui proses tersebut peserta didik akan memperoleh

pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui

masalah dalam berpikir.

c. Perumusan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu di uji kebenarannya.

Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki

sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap

individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu

permasalahan.

d. Pengumpulan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri

terbimbing, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting

dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya

memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar tetapi juga membutuhkan

ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

e. Pengujian hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menemukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

9
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan

argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

f. Perumusan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan

yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada peserta didik data mana

yang relevan.

3. Sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Pada penelitian ini, tahapan pembelajaran yang digunakan diadaptasi dari

tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (1996)

dalam Trianto (2013). Tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat

dilihat pada Tabel Berikut :

Tabel 2.1 Sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing


No Fase Perilaku Guru
1. Menyajikan pertanyaan Guru membimbing peserta didik
atau masalah mengidentifikasi masalah yang tuliskan
dipapan tulis.
Guru membagi peserta didik dalam
kelompok
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk memberikan pendapat
dalam bentuk hipotesis. Guru
membimbing peserta didik dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas
penyelidikan
3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menentukan langkah-
langkah yang sesuai dengan hipotesis yang

10
akan dilakukan. Guru membimbing peserta
didik mengurutkan langkah-langkah
percobaan.
4. Melakukan percobaan Guru membimbing peserta didik
untuk memperoleh mendapatkan informasi melalui percobaan
informasi
5. Mengumpulkan dan Guru membimbing peserta didik untuk
menganalisis data mengumpulkan dan menganalisis data.
Guru memberi kesempatan pada tiap
kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul
6. Membuat kesimpulan Guru membimbing speserta didik dalam
membuat kesimpulan
(Sumber : Trianto, 2013)

4. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran inkuiri terbimbing

Menurut Sanjaya (2010), ada beberapa keunggulan dan kelemahan model

pembelajaran inkuiri terbimbing. Beberapa keungggulan tersebut adalah:

(1) Merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga

pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

(2) Dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan

gaya belajar mereka.

(3) Merupakan model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan

psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan

tingkah laku berkat adanya pengalaman.

(4) Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan

peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, peserta

didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh

peserta didik yang lemah dalam belajar.

11
Disamping keunggulan model pembelajaran inkuiri terbimbing juga

memiliki kelemahan, yaitu:

(1) Digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol

kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

(2) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.

(3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang

telah ditentukan.

(4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan-

kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka model

pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

A. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang

dirancang khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan

dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur

dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah

demi selangkah.

1. Ciri-ciri pembelajaran langsung

Adapun ciri-ciri pembelajaran langsung antara lain :

1) Proses proses pembelajaran didominasi oleh keaktifan guru.

2) Lebih mengutamakan keluasan materi ajar dari pada proses terjadinya

pembelajaran.

12
3) Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.

2. Langkah-langkah pembelajaran langsung

Menurut Rosdiani (2012), ada beberapa langkah-langkah pembelajaran

langsung yaitu :

1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan.

3) Membimbing pelatihan.

4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

5) memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.

3. Sintak model pengajaran langsung

Adapun sintaks dari model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Sintaks model pembelajaran langsung.


No Fase Peran Guru

1 Menyampaikan tujuan Guru menjelaskan TPK, informasi latar


dan mempersiapkan belakang pelajaran, pentingnya pelajaran
peserta didik. mempersiapkan peserta didik untuk
belajar
2 Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan
pengetahuan dan dengan benar, atau menyajikan informasi
keterampilan tahap demi tahap
3 Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal
Mengecek pemahaman Mengecek apakah peserta didik telah
4 dan memberikan umpan berhasil melakukan tugas dengan baik,
balik member umpan balik
Memberikan kesempatan Guru mempersiapkan kesempatan
5 untuk pelatihan lanjutan melakukan pelatihan lanjutan, dengan
dan penerapan pelahatian khusus pada penerapan kepada
situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari
(Sumber : Trianto, 2010)

13
1. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran langsung

Menurut Sudrajat (2011), model pembelajaran langsung memiliki kelebihan

dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran langsung adalah :

a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan

urutan informasi yang diterima oleh peserta didik sehingga dapat

mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh peserta didik.

b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.

c. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-

kesulitan yang mungkin dihadapi peserta didik sehingga hal-hal tersebut

dapat diungkapkan.

d. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan

pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.

e. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan

keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada peserta didik yang

berprestasi rendah.

f. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam

waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh

peserta didik.

g. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai

mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang

ketertarikan dan dan antusiasme peserta didik.

14
Sedangkan kelemahan model pembelajaran langsung adalah :

a. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan peserta didik

untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,

mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua peserta didik memiliki

keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya

kepada peserta didik.

b. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan

dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran

dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan peserta didik.

c. Karena peserta didik hanya memiliki sedikit ksesempatan untuk terlibat

secara aktif, sulit bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan

sosial dan interpersonal mereka.

d. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan

strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak

tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur,

peserta didik dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan

pembelajaran mereka akan terhambat.

e. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru

yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik

model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif

terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan

keingintahuan peserta didik.

15
C. Hasil Belajar

1. Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan

proses belajar peserta didik di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Pada dasarnya

belajar merupakan tahapan perubahan perilaku peserta didik yang relatif positif

dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif (Jihad & Haris, 2012).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010), Belajar merupakan tindakan dan

perilaku peserta didik yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya

dialami oleh peserta didik sendiri. Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu

pula terjadi proses mengajar (Sardiman, 2012). Dari proses belajar mengajar ini

akan diperoleh hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan

istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang

optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta

terorganisasi secara baik. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya

dengan proses belajar ialah: kematangan, penyesuaian diri/adaptasi,

menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan. Para ahli mencoba

membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar salah

satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom.

16
2. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

keagiatan belajar (Jihad & Haris, 2012). Belajar itu sendiri merupakan suatu

proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan

instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan pembelajaran. Peserta didik yang

berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

atau tujuan instruksional. Hasil belajar merupakan kemampuan peserta didik

dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu

kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang

perubahan perilaku yang akan dicapai oleh peserta didik sehubungan dengan

kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi

standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan,

maupun sikap (Kunandar, 2011). Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu

proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh peserta

didik. Menurut Sudjana (2011), ada tiga aspek yang meliputi hasil belajar :

1) Aspek kognitif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Aspek afektif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan sikap atau

tingkah laku peserta didik, seperti perhatian terhadap pelajaran, displin,

motivasi belajar dan menghargai guru serta teman sekelas.

3) Aspek psikomotorik, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan

keterampilan serta kemampuan bertindak.

17
D. Materi Penelitian

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMPN 11 Kupang

berdasarkan Kurikulum 2013. Kelas yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelas

VIII semester I. Materi Pokok dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi pada

manusia. Dalam kurikulum 2013 terdapat empat kompetensi yaitu :

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam

jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

Adapun kompetensi dasar yang termuat dalam materi pokok sistem ekskresi

pada manusia adalah kompetensi dasar:

3.9 Menganalisis sistem ekskresi pada manusia dan memahami gangguan

yang berhubungan dengan sistem ekskresi, serta upaya menjaga

kesehatan sistem ekskresi.

18
Kompetensi dasar ini kemudian dijabarkan dalam indikator pencapaian

kompetensi yaitu :

3.9.1 Menjelaskan struktur sistem ekskresi pada manusia.

3.9.2 Menjelaskan fungsi sistem ekskresi pada manusia.

3.9.3 Menjelaskan gangguan sistem ekskresi pada manusia dan pola hidup

sehat untuk menjaga sistem ekskresi.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka teori-teori tersebut dibuat dalam

bentuk kerangka sebagai berikut :

19
Masalah : Hasil belajar rendah.

Proses pembelajaran masih didominasi dengan penyampaian informasi, bukan


ditekankan pada pemrosesan informasi dan kegiatan pembelajaran tersebut
masih berpusat pada kegiatan mendengarkan dan menghafal, bukan
interpretasi dan memaknai apa yang dipelajari. Guru masih mendominasi
proses pembelajaran sehingga kurang memberikan peluang bagi peserta didik
untuk berkreasi, berkembang, dan menunjukkan kemampuan yang beragam.

Model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
Sistem ekskresi
pada manusia
1. Menyajikan pertanyaan atau
masalah
2. Membuat hipotesis
3. Merancang percobaan
4. Melakukan percobaan untuk
memperoleh informasi
5. Mengumpulkan dan menganalisis
data
6. Membuat kesimpulan

Proses pembelajaran
Kemampuan berjalan sesuai rencana Peserta didik
guru baik aktif

Ada pengaruh model


pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap hasil
belajar peserta didik

Gambar 2.1. Kerangka Teori

20
1. 2
F. Hipotesis Penelitian

H0 : Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak berpengaruh

terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII pada materi pokok sistem

ekskresi pada manusia di SMPN 11 Kupang tahun ajaran 2018/2019.

Ha : Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap

hasil belajar peserta didik kelas VIII pada materi pokok sistem ekskresi

pada manusia di SMPN 11 Kupang tahun ajaran 2018/2019.

21

Anda mungkin juga menyukai