Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL 1

PEMBARUAN DALAM PEMBELAJARAN PDGK4505

OLEH
NAMA : WULAN SUCI ROHMAH
NIM : 858674509

UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM STUDI S1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
APRIL 2022.1
TUGAS TUTORIAL I

Program Studi : PGSD


Kode Mata Kuliah : PDGK4505
Nama Mata Kuliah : Pembaharuan dalam Pembelajaran di SD
Dosen pengampu : Dr. Deni Setiawan, S.Sn., M.Hum.
Nama Mahasiswa : WULAN SUCI ROHMAH
NIM : 858674509

JAWABAN
1. Five Technologies untuk perubahan pendidikan yang dipaparkan oleh Salisbury (1996),
sebagai berikut:
a. System thinking atau berpikir sistem
Dapat dilihat bahwa perubahan atau peningkatan akan memiliki pengaruh yang
besar dan menyeluruh. Tanpa berpikir sistem sering membuat kesalahan. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan harus melihat masalah pendidikan sebagai suatu
sistem. Melalui berpikir sistem dapat melihat bagaimana masalah-masalah saling
berhubungan dan kadang kala menjadi penyebab bagi yang lainnya. Berpikir sistem
merupakan teknologi untuk melihat keseluhan sistem dan mempertimbangkan
semua faktor yang berkaitan dengan hasil. Untuk melihat keseluruhan sistem, kita
dapat melihat faktor internal dan eksternalnya. Faktor internal, meliputi
pembelajaran, penilaian, iklim sekolah, dan kurikulum. Faktor eksternal meliputi
ekonomi, pasar, pengaruh regulasi, dan birokrasi. Untuk dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan harus dipertimbangkan faktor-faktor internal dan
eksternal tersebut, dengan demikian keseluruhan sistem dapat terlihat.
b. System design atau merancang sistem
Merupakan satu set metode dan aktivitas khusus untuk menghasilkan solusi baru
terhadap masalah yang besar. System design juga meliputi penggunaan model
sebagai suatu cara untuk mendeskripsikan sistem baru. Semua barang dan jasa pada
saat ini yang dapat membuat nyaman dan produktif dapat dikatakan telah berhasil
karena diciptakan oleh orang, perusahaan atau pengusaha yang mengerti kebutuhan
dan keinginan pelanggan dan menggunakan proses system design untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
c. Quality science
Merupakan teknologi untuk memantau proses-proses dalam sistem untuk
meyakinkan bahwa proses-proses tersebut memproduksi hasil yang diinginkan.
Qualiy science menghendaki siswa, guru, dan pegawai lain untuk mengidentifikasi
apa yang sedang bekerja dan apa yang tidak. Quality science juga meliputi proses-
proses untuk merencakan tindakan perbaikan. Untuk memperbaiki beberapa
kesahan dalam proses sehingga proses tersebut dapat berlanjut tepat waktu. Quality
science merupakan aplikasi dari system thinking untuk mengelola dan untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan.
d. Change management atau mengubah manajemen
Teknologi yang menghendaki pemimpin menjadi sukses dalam mensponsori,
memberi inisiatif, dan menerapkan perubahan dalam organisasi. Agar perubahan
terjadi, setiap orang dalam organisasi tersebut harus dapat memahami signifikansi
dan tindakan dalam aturannya sebagai sponsor, pengacara, agen, ataupun sasaran.
e. Instructional technology atau teknologi instruksional
Adalah bagian dari revolusi informasi dan komunikasi yang mengantarkan
perubahan hampir pada setiap sektor dalam masyarakat kita saat ini. Teknologi
instruksional merupakan desain, pengembangan, dan pemanfaatan teknologi yang
efektif untuk siswa. Peralatan multimedia saat ini lebih efektif dan manusiawi
terhadap aspek-aspek pendidikan daripada penggunaan metode yang lama.
Teknologi instruksional sangat perlu untuk mengjasilkan inovasi dan peningkatan
dalam mutu, produktivitas, dan kepuasan pelanggan.

2. Perubahan sosial berdampak pada sistem pendidikan yaitu, adanya perubahan


paradigma dalam pendidikan. Sampai saat ini pendidikan Indonesia telah melalui tiga
paradigma, yaitu: paradigma pengajaran (teaching), pembelajaran (instruction), dan
proses belajar (learning).
a. Paradigma pengajaran (teaching)
Dapat diartikan bahwa pendidikan hanya terjadi di sekolah, di mana seudah ada
guru yang mengajar. Guru sebagai satu-satunya narasumber yang akan mentransfer
ilmu. Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai penyaji materi artinya
guru menjelaskan materi kepada siswa, siswa menyimak dan mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru. Alat bantu mengajar tersebut ditentukan oleh guru
bersifat mendukung penjelasan guru, alat bantu tersebut ditentukan oleh guru.
Contoh, guru mengajarkan pelajaran Biologi tentang hewan dan tumbuhan. Guru
memberikan informasi dengan berpedoman pada buku dalam menyajikan materi,
guru tidak melibatkan peran aktif siswa.
b. Paradigma pembelajaran (Instructional)
Paradigma ini lebih memberikan perhatian kepada siswa. Dalam paradigma ini guru
tidak hanya sebagai satu-satunya narasumber dan tidak hanya sebagai pengajar.
Namun, juga sebagai fasilitator yang membantu siswa belajar. Proses komunikasi
dan pendekatan sistem mulai diterapkan pada paradigma ini, sebagai proses
komunikasi, guru berperan sebagai komunikator/pengirim pesan. Tugas guru
sebagai komunikator adalah mengolah pesan dan menentukan penyampaian agar
pesan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Penerapan pendekatan sistem yaitu
guru sebagai subsistem berperan dalam merancang, mengelola, dan menilai proses
pembelajaran. Media digunakan sebagai sumber belajar dan guru sebagai fasilitator.
c. Proses belajar (learning)
Paradigma ini menggali lebih dalam lagi seluruh aspek belajar, tidak hanya proses
belajar yang berada dalam lingkungan pendidikan formal, tetapi juga di lembaga
nonformal.

3. Zaltman mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh


atribut inovasi sendiri, sebagai berikut:
a. Pembiayaan
Pembiayaan, yaitu pembiayaan untuk pengadaan maupun pembiayaan untuk
pembinaan inovasi. Makin mrah pembiayaan akan mudah diterima. Tinggi
rendahnya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi itu sendiri. Misalnya,
penggunaan modul untuk siswa Sekolah Dasar. Apabila dilihat dari kemandirian
dalam belajar mempunyai nilai positif karena pembiayaan yang mahal maka
penggunaan modul di Sekolah Dasar tidak dapat dilaksanakan.
b. Balik modul
Balik modul artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasil yang dicapai
sesuai dengan biaya atau modal yang telah dikeluarkan. Artibut ini biasanya hanya
ada pada bidang perusahan atau industri. Dalam bidang pendidikan, atribut ini sukar
dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat dilihat secara nyata dalam
waktu yang singkat.
c. Efisiensi
Inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaannya dapat menghemat waktu
dan juga terhindar dari berbagai macam hambatan.
d. Risiko dan ketidakpastian
Dalam menyebakan inovasi perlu dipertimbangkan risiko yang akan terjadi.
Misalnya, penggunaan alat kontrasepsi akan semakin cepat diterima bila
masyarakat tahu risiko kesehatan atau efek sampingnya kecil.
e. Mudah dikomunikasikan
Suatu inovasi akan mudah diterima masyarakat jika mudah dikomunikasikan.

4. Faktor penghambat inovasi pendidikan menurut Ibrahim, sebagai berikut:


a. Estimasi tidak tepat terhadap Inovasi
Hambatan yang disebabkan oleh tidak tepatnya perencanaan atau estimasi dalam
proses difusi inovasi, antara lain tidak tepat dalam mempertimbangkan
implementasi inovasi, kurang adanya kerja sama antarpelaksana inovasi, tidak
adanya persamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai, tidak jelas struktur
pengambilan keputusan, komunikasi yang tidak lancar, adanya tekanan dari
pemerintah untuk mempercepat hasil inovasi dalam waktu yang sangat singkat.
Oleh karena itu, para pelaksana inovasi agar benar-benar merencanakan dan
mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada tempat yang
menjadi sasaran inovasi.
b. Konflik dan motivasi
Hambatan ini diakibatkan karena adanya masalah-masalah pribadi, seperti adanya
pertentangan antaranggota tim, adanya rasa iri antara anggota yang satu dengan
yang lain, ada anggota tim yang tidak semangat kerja, pimpinan yang terlalu kaku
dan berpandangan sempit, kurang adanya penguatan atau hadiah terhadap anggota
yang melaksanakan tugas dengan baik.
c. Inovasi tidak berkembang
Inovasi tidak berkembang karena hal-hal, seperti lambatnya material yang diterima,
alokasi dana yang tidak tepat, terjadi inflasi, pergantian pengurus yang terlalu cepat
sehingga menganggu kontinuitas tugas.
d. Masalah keuangan
Hal-hal yang termasuk dalam hambatan keuangan, yaitu tidak memadainya dana
dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat, kondisi perekonomian secara
nasional dan penundaan penyampaian dana. Oleh karena itu, dituntut kemampuan
untuk mencari sumber-sumber dana lain yang akan digunakan untuk pembiayaan
pelaksanaan inovasi.
e. Penolakan Inovasi dari kelompok tertentu
Penolakan inovasi yang dimaksud bukan penolakan karena kurang dana atau
masalah personalia, tetapi penolakan masuknya inovasi karena beberapa faktor,
yaitu adanya pertentangan dalam memandang inovasi, adanya kecurigaan
masyarakat akan masuknya inovasi tersebut.
f. Kurang adanya hubungan sosial
Faktor terakhir ini terdiri dari dua hal, yaitu hubungan antaranggota kelompok
pelaksana inovasi dan hubungan dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena
adanya ketidakharmonisan antaranggota proyek inovasi.

5. Dinamika dan makna globalisasi dan desentralisasi, sebagai berikut:


Globalisasi bukanlah fenomena yang datang dengan tiba-tiba. Theodore Levitt
meramalkan pertama kali pada tahun 1985. Ia mengamati pesatnya perubahan dalam
tatanan ekonomi, keuangan terutama yang berkaitan dengan sektor produksi, konsumsi,
dan investasi. Kemajuan di bidang teknologi produksi, dan inovasi yang pesat terutama
dalam bidang komunikasi dan transportasi mempermudah egara-negara maju untuk
memperkenalkan sistem ekonomi mereka ke negara ketiga atau berkembang. Peran
negara dalam ekonomi meluntur, sebaliknya privatisasi dalam banyak bidang lebih
banyak terjadi. Globalisasi pada awalnya bergandengan dengan perubahan yang besar
dalam bidang ekonomi dan keuangan. Akan tetapi, perubahan ekonomi inipun pada
akhirnya menuntut perubahan yang juga cukup besar dalam pendidikan. Globalisasi
adalah fenomena yang irreversible, suatu fenomena yang tak mungkin dibalik arahnya.
Globalisasi membawa manfaat tetapi globalisasi juga membawa kemudharatan jika kita
tidak siap menghadapinya. Globalisasi merupakan fenomena yang kompleks dan
mengandung sisi yang multidimensial. Janson dan Santos (2000) “... a process by which
a given local condition or entity secceeds in transferring borders and extending its
reach over the globbal and, in doing so, develops the capacity to designate a rival social
condition or entity as local”. Mereka menerangkan adanya unsur kekuatan yang
mampu melintasi batas - batas kondisi lokal itulah yang mendorong fenimena
Globalisasi. Migrasi salah satu bentuk Globalisasi, tetapi bukan merupakan
penyebab, melainkan cenderung sebagai auctomas akibat perpindahan Penduduk baik
terampil maupun kurang terampil dari "Selatan" ke "Utara".
Desentralisasi merupakan suatu perubahan yang mengalami globalisasi
mengakibatkan permerintah sentral beralih, bahkan cenderung berkurang. Malah
peran individu, kelompok, dan lembaga semakin kuat. Kemampuan individu untuk
bersaing dan bekerja sama menjadi sangat tinggi baik dalam pengaturan pergaulan
lokal, Nasional, Regional, dan Internasional. Pemberdayaan oleh suatu negara hanya
dapat terjadi dengan baik jika sistem desentralisasi, termasuk desentralisasi dalam
pendidikan dituangkan dalam praktik. Desentralisasi yang sehat jika diberikan muatan
makna interdependensi, yaitu saling tergantung dan saling isi-mengisi karena
keyakinan setiap orang, setiap pihak masing-masing mempunyai kekuatan dan
kelemahan. Sebaliknya desentralisasi menjadi sakit jika diberikan muatan makna
independensi atau kebebasan untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan tnapa
dicampuri atau memperhatikan kepentingan pihak lain, seolah-olah segala-galanya
dapat diselesaikan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai