Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah : Kurikulum Sekolah

Dosen Pengampu : Muhammad Farid Ilhamuddin, S.Pd., M.Pd.


Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Kelas : 2023 G
Kelompok : 11
Anggota Kelompok : 1. Mohammad Keymas Fahrur Rozi (23010014229)
2. Dwi Puspita Sari (23010014142)
3. Annisa Nur Afilla (23010014285)

MEMAHAMI PENGERTIAN INOVASI DALAM KURIKULUM, MENGIDENTIFIKASI UNSUR DAN


CIRI INOVASI DALAM KURIKULUM, MENGADOPSI DAN MELAKSANAKAN INOVASI
PENDIDIKAN DALAM KURIKULUM

A. PENGERTIAN INOVASI DALAM KURIKULUM


Menurut Everett M. Rogers menyebutkan “Innovation as an idea, practice, or object that is perceived as
new by individual or another unit of adoption”. Mengartikan inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau
objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk
diadopsi. Bagaimanapun, pengertian inovasi semakin luas, namun pada intinya inovasi adalah proses yang tidak
terbatas pada penciptaan ide atau pemikiran baru. Ide harus dilakukan melalui proses adopsi, dan adopsi adalah
keputusan untuk menggunakan inovasi secara keseluruhan sebagai Tindakan yang terbaik. Adopsi inovasi
biasanya terjadi sebagai perubahan, baik inkremental (bertahap), radikal atau transformative (transformation)
(Sumual, 2013). Oleh karena itu, inovasi pendidikan sebenarnya diperkenalkan untuk memecahkan
permasalahan yang ada, kemudian untuk mengatasi efisiensi dan efektifitas, dan menitik beratkan pada sistem
(Prastowo, 2018).

Hilda Taba mengatakan “curriculum is a plan for learning.” Maksudnya, kurikulum adalah suatu rencana
yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Karena itu, kurikulum juga
dipahami sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikannasional, definisi kurikulum dijelaskan sebagai berikut; ―Kurikulum
adalahseperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran sertacara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untukmencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
diartikan sebagai pengalaman belajar.

Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap
kurikulum itu sendiri. Inovasi kurikulum adalah suatu bentuk pengembangan kurikulum yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar dengan memperhatikan komponen-komponen kurikulum.
Inovasi kurikulum dapat berupa ide, gagasan, atau tindakan-tindakan tertentu yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah pendidikan.

B. UNSUR DAN CIRI INOVASI DALAM KURIKULUM


Menurut (Sabdarifanti et al., 2021), terdapat empat unsur dan ciri utama inovasi, termasuk inovasi dalam
kurikulum pendidikan, yaitu:
1. Memiliki kekhasan khusus
Suatu inovasi akan memiliki ciri yang khas dalam kontekside, program, tatanan, sistem, dan termasuk
kemungkinan hasil yang diharapkan. Ciri khusus berarti program inovasi bisa bersifat luas dengan
melibatkan banyak orangdengan rentang waktu yang relatif lama. Namun ciri khusus bisa memiliki
cangkupan kecil, sederhana, dengan melibatkan orang yang terbatas serta dengan durasi waktu yang terbatas.
Sebagai contoh, program guru kelas rangkap (multi grade teachers) yang dianggap memiliki ciri khusus
dibanding dengan program sejenis yang ada.
2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan
Suatu inovasi mempunyai karakteristik sebagai buah pikir dan buah karya yang berkadar orisinalitas dan
kebaruan. Dengan demikian inovasi juga merupakan suatu proses penemuan (invention) baik berupa ide,
gagasan,hasil, sistem, ataupun produk yang dihasilkan.
3. Program inovasi dilaksanakan melaluiprogram yang terencana
Suatu inovasi akan dilakukan melalui proses yang tidak terburu – buru, tetapi kegiatan inovasi tersebut sudah
disiapkan secara matang terlebih dahulu dengan program yang jelas dan terencana. Misalnya, ketika akan
meluncurkan program Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), maka tahapan yang
dilakukan melalui tahapan yang telah direncanakan sejak awal jadi tidak perlu tergesa-gesa.
4. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan
Program inovasi yang akan dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai, termasuk arah dan strategi
seperti apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut berdasarkan sistem inovasi yang dilakukan.
Suatu inovasi tidak asal digulirkan atau asal berbeda dengan program sebelumnya, inovasi dilaksanakan
karena ada tujuan yang hendak dicapai, termasuk tujuan dalam memperbaiki suatu keadaan.

C. MENGADOPSI DAN MELAKSANAKAN INOVASI PENDIDIKAN DALAM KURIKULUM


(Dr. H. Rusydi Ananda, M.Pd & Amiruddin, 2017), dalam adopsi dan pelaksanaan inovasi pendidikan
dalam kurikulum dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap Pelaksanaan Inovasi
Ada beberapa tahapan proses keputusan pelaksanaan inovasi, yaitu:
a. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Tahap ini yaitu apabila individu/kelompok membuka diri terhadap adanya suatu inovasi.
b. Tahap Bujukan (Persuation)
Tahap ini berlangsung ketika individu/kelompok mulai membentuk sikap menyenangi atau bahkan tidak
menyenangi inovasi.
c. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Tahap dimana individu/kelompok melakukan aktivitas yang mengarah pada keputusan untuk bersikap
menerima atau menolak terhadap inovasi.
d. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap ini berlangsung ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau menggunakan inovasi tersebut
dalam suatu kegiatan.
e. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Tahap dimana seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang dilakukan.
Organisasi atau tatanan masyarakat yang baik danstabil akan mengadopsi suatu inovasi dengan
mempertimbangkan syarat-syarat, yaitu:memiliki tujuan yang jelas, memiliki pembagian tugas yang
dideskripsikan secara jelas,memiliki kejelasan struktur otoritas atau kewenangan, memiliki peraturan
dasar atau peraturan umum, memiliki pola hubungan informasi yang teruji.
2. Peran Agen Perubahan
Dalam sistem sosial, salah satu komponen penting adalah pemimpin pendapat dan agen perubahan. Peran
pemimpin pendapat sangat sering berpengaruh pada perilaku individu. Pemimpin pendapat (Opinion
Leaders) adalah suatu tingkat dimana seseorang individu dapat mempengaruhi individu yang lainnya atau
mengatur perilaku individu lainnya secara tidak formal ke arah kondisi yang diharapkan sesuai dengan norma
yang berlaku. Sedangkan agen perubahan (Agent of Change) merupakan individu yang bisa mempengaruhi
pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para agent perubahan.
3. Percepatan Adopsi Inovasi
Tingkat kecepatan adopsi suatu hasil inovasi akan sangat bergantung pada berapa faktor. Derajat adopsi
sangat bergantung pada ciri atau karakteristik dari inovasi itu sendiri. Karakteristik inovasi yang sangat
mempengaruhi derajat adopsi tersebut sangat bergantung pada:
(1) Adanya keuntungan relatif (relative advantage)
Artinya sampai sejauh mana inovasi yang diperkenalkan memberi manfaat dan keuntungan bagi
perorangan atau masyarakat yang akan mengadopsinya. Keuntungan relatif ini tidak sekedar dapat
diamati dari kajian atau aspek ekonomi, sosial, tetapi juga dari aspek lainnya seperti budaya dan
teknologi. Suatu inovasi yang diyakini memiliki kemungkinan peluang keuntungan relatif yang semakin
tinggi, maka semakin tinggipula kemungkinan kecepatan adopsi tersebut oleh masyarakat. Misalnya
pada saat sekolah memperkenalkan cara program siswa aktif (CBSA) dalam pembelajaran disekolah,
yang pertama dipikirkan oleh komunitas sekolah adalah apakah pendekatan pembelajaran tersebut
memiliki keuntungan relative dibandingkan dengan pola pembelajaran sebelumnya. Bila jawabanya ‘ya’
maka bentuk inovasi yang ditawarkan akan dengan cepat direspon oleh para guru ataupun orangtua.
(2) Memiliki kekompakan dan kesepahaman (compatibility)
Artinya sejauh mana suatu inovasi dapat kompak dan sejalan dengan sistem nilai yang ada, ataupun
sejalan dengan pengalaman masa lalu masyarakat yang akan mengadopsinya. Misalnya,dalam bidang
pendidikan pada saat ini banyak bangunan SD yang rusak maka digulirkan program “peduli sekolah’’
dengan melibatkan semua potensi masyarakat termasuk pemerintah dalam pembangunan gedung
sekolah. Apakah program tersebut sesuai dengan sistem nilai yang ada, terutama dengan budaya gotong-
royong masyarakat kita.
(3) Memiliki derajat kompleksitas (complexity)
Artinya sejauh mana derajat kompleksitas, kesulitan, dan kerumitan suatu produk inovasi dirasakan oleh
masyarakat. Semakin kecil derajat kerumitan atau semakin gampang dicerna dan dipahami suatu hasil
inovasi tersebut, maka akan semakin besar peluangnya untuk diadopsi oleh perorangan atau masyarakat.
Misalnya pada waktu akan diperkenalkan penelitian tindakan kelas-PTK (classroom action research)
sebagai upaya untuk peningkatkan mutu, apakah program tersebut memiliki tingkat kesulitan dan
kompleksitas yang tinggi atau tidak dalam pelaksanaanya disekolah.
(4) Dapat diuji cobakan (trialability)
Artinya sampai sejauh mana inovasi dapat diuji cobakan keandalannya dan manfaatnya dimana dapat
dilihan dan diuji cobakan melalu ipengalaman lapangan. Misalnya, pada saat ditawarkan pembelajaran
kontekstual disekolah, maka guru akan melakukan praktik PBM yang berciri kontekstual tersebut,apakah
mudah untuk diadopsi sehingga guru bisa dengan mudah menguji cobakannya di setiap kelas masing-
masing.
(5) Dapat diamati (observability)
Artinya sampai sejauhmana hasil inovasi dapat diamati. Semakin mudah suatu hasil inovasi untuk
diamati,maka akan semakin tinggi peluang hasil inovasi dapat diadopsi. Misalnya, Ketika melakukan
penggabungan sekolah (school merger) khususnya di SD, dalam Upaya meningkatkan efesiensi dan
efektivitas pengelolaan Pendidikan.
4. Penemuan Kembali (Re-Invention)
Re-Invention adalah penemuan kembali, setelah melalui proses modifikasi. Rogers menulis re-invention
adalah tingkat dimana inovasi berubah atau dimodifikasi oleh penggunanya selama dalam proses adopsi dan
implementasi. Hal itu merupakan sisi lain dari difusi, yaitu proses penyebarluasan inovasi, tetapi dalam
perkembangan dan proses implementasinya mengalami perubahan, penyesuaian, dan modifikasi, sehingga
seolah menghasilkan temuan baru. (WahyudinDinn, 2020) mengemukakan bahwa persepsi masyarakat
terhadap inovasi juga beragam, termasuk karena latar belakang situasi,masalah yang dihadapi, atau
kebutuhan suatu individu dan kelompok. Misalnya, salah satu alasan terjadinya penemuan kembali (re-
invention), karena adanya motivasi yang kuat dari pengadopsi yang berkeinginan menjadi “pelaku” bukan
hanya “pelaksana”dari suatu ide baru. Para pengadopsi berkeyakinan bahwa mereka lebih memahami dan
mengetahui tentang kondisi lokal daripada agen perubahan (agent of change) yang datang. Dalam hal inilah,
mengapa penemuan kembali (re-invention) itu sangatlah penting, dimana sebuah inovasi diubah dan
disesuaikan dengan situasi setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Gysbers, N. C dan Patricia Henderson.1976. Developing and Managing: Your School Guidance and Counseling
Program. American Counseling Association: Alexandria.
Blank, W. E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training Program. Englewood Cliff. New
Jersey: Prentice Hall. Inc.
Joyce, Bruce & Well, Marsha. (1996). Models of Teaching. Englewood Clifs. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Whiddett, Steve & Hollyforde, Sarah. (1999). Development Practice: The Competencies Handbook. London:
Institute of Personnel and Development.
Cece Wijaya dkk. (1992). Upaya Pembaharuan Dlam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Penerbit PT. Remaja
Rosda Karya.
Hamalik, Oemar, (2005). Inovasi Pendidikan: Perwujudannya dalam Sistem Pendidikan Nasional. YP. Permindo,
Bandung.
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Subandijah. (1993). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih, (1997). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofis Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya Pustaka.
Asrudifah, M., Nabila, V., & Nurdini, S. (2022). Inovasi Kurikulum Dalam PelaksanaanPembelajaran. Proseding
Didaktis:Seminar…,311323.http://proceedings.upi.edu/index.php/semnaspendas/article/view/
2377%0Ahttp://proceedings.upi.edu/index.php/semnaspendas/article/download/2377/2203
Septermiarti, I., Amril, & Bakar, A. (2023). Strategi Inovasi Kurikulum danPembelajaran Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling, 5(1), 1–6.https://doi.org/10.31004/jpdk.v5i1.11879
Sudjana, N. (2002). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Sinar Baru Algensindo Pendidikan, T.
Dr. H. Rusydi Ananda, M.Pd & Amiruddin, M. P. (2017). Inovasi PendidikanMelejitkan Potensi Teknologi dan
Inovasi Pendidikan (Vol. 53, Issue 9). CV.Widya Puspita Medan.
Sabdarifanti, T., Hanifah, N., Rizqi, A. K., & Artajaya, U. (2021). Inovasi Kurikulum: Materi Pendidikan. JIRA:
Jurnal Inovasi Dan Riset Akademik, 2(10), 1460–1476. https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234

Anda mungkin juga menyukai