Anda di halaman 1dari 34

BAB II

ISI

2.1 Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran

Secara sederhana, inovasi dimaknai sebagal pembaruan atau perubahan dengan ditandai
oleh adanya hal yang baru. Upaya untuk mencari hal yang baru itu, mungkin disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi seseorang atau
kelompok. Dengan demikian, suatu ide atau temuan yang baru atau perubahan baru tetapi kurang
membawa dampak kepada upaya pemecahan masalah, tidak dapat diklasifikasikan sebagai
inovasi. Inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima
sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok orang untuk ditiru dan diadopsi.

Inovasi pada dasarnya merupakan hasil pemikiran yang bercirikan hal baru, baik berupa
praktik-praktik tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang
diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan
persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan menjadi lebih balk. Dalam bidang
pendidikan, misalnya, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak
dilontarkan model-model Inovasi dalam berbagai bidang, antara lain: usaha pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan, dan relevansi
pendidikan. Kesemuanya dimaksudkan agar difusi Inovasi yang dilakukan bisa diadopsi dan
dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemerahan persoalan pendidikan di Tanah Air.

Beberapa contoh Inovasi, antara lain: program belajar jarak jauh, manajemen berbasis
sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran konstektual (contextual learning), pembelajaran
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Sedangkan, difusi Inovasi dimaknakan
sebagai penyebarluasan dari gagasan Inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang
dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara
anggota sistem sosial masyarakat.

Ada keterkaitan erat antara difusi, Inovasi dan komunikasi. Oleh karena difusi adalah
proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya, dan sebagainya sebagai suatu
produk Inovasi, maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan

3
gagasan, Ide, ataupun produk tersebut. Sebagal contoh, ide pembelajaran kelas rangkap (multi
grade instruction), dapat dipandang sebagai suatu ide atau gagasan dalam mengatasi keterbatasan
jumlah guru di sekolah. Untuk menyebarluaskan gagasan Itu, maka perlu difusi Inovasi tentang
pembelajaran kelas rangkap di sekolah. Biasanya ada pilot proyek yang dilakukan,
disosialisasikan, dibina, dan kemudian disebarluaskan kepada sekolah lain. Hal inilah yang
disebut difusi inovasi, yaitu penyebarluasan suatu inovasi untuk kemudian diadopsi oleh
kelompok masyarakat tertentu.

Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya
pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan tersebut antara lain dalam hal
manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru,
implementasi kurikulum, pembelajaran dan sebagainya. Dalam kajian unsur inovasi, paling tidak
ada empat unsur Inovasi yang akan dibahas yaitu: Inovasi, saluran komunikasi, waktu dan proses
Inovasi, serta sistem sosial.

Satu hal yang tidak diharapkan muncul dalam pikiran-pikiran seseorang untuk melakukan
inovasi yaitu: salah persepsi atau asumsi (a) cenderung berpikir negatif; (b) dihantui oleh
kecemasan dan kegagalan; (c) tidak mau mengambil resiko terlalu dalam; (d) malas; (e) saat mni
berada pada daerah "nyaman dan aman"; (f)cenderung resisten/menolak terhadap setiap
perubahan.

Pada bagian awal akan dibahas tentang pengertian inovasi dan difusi inovasi, dengan
berbagai sudut pandang yang berbeda dengan para ahli. Sedangkan bagian kedua, akan
diperdalam ragam unsur inovasi yang mencakup empat hal utama, yaitu: teknologi inovasi,
Informasi dan ketidakpastian, ciri Inovasi dan konsep reinovasi dalam kajian pendidikan (saluran
komunikasi, dimensi waktu tentang proses keputusan inovasi dan keinovatifan), serta sistem
sosial dalam dimensi inovasi yang mencakup norma sosial dalam difusi Inovasi pendidikan, dan
menganalis dampak atas keputusan pengambilan keputusan inovasi yang dilakukan.

4
2.2 Hakikat, Unsur dan Ciri Inovasi Pendidikan

a. Hakikat dan Batasan Inovasi

Secara sederhana inovasi adalah perubahan ke arah yang baru, sedangkan difusi adalah
proses penyerapan sesuatu yang baru dengan menekankan pada aspek filterisasi. Dengan
demikian Difusi Inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut
melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan mengunakan saluran tertentu dalam
suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat.

Jika kita analisa bahwa suatu hasil olah pikir, olah Ide, dan olah teknologi hingga
menghasilkan suatu inovasi tertentu, maka selanjutnya kita perlu memikirkan mengenai batasan
waktu. Khusus dalam dunia pendidikan, seperti dalam kurikulum dan pembelajaran yang setiap
saat selalu ada upaya Inovasi, maka untuk aspek batasan waktu ini, kita dapat menjadikannya
sebagai indikator bahwa hasil inovasi tersebut Justru sudah tidak dikatakan inovasi lagi. Sebagai
ilustrasi, misalnya temuan hasil inovasi yang sudah dipakai orang banyak seperti contohnya dulu
ada kurikulum Sistem Ganda (PSG). Hasil inovasi ini Jika dibicarakan dan dianalisa saat ini
maka sebetulnya sudah tidak bisa lagi bahwa itu adalah kurikulum yang inovasi:

Dengan demikian, aspek batasan waktu ini merupakan suatu indikator penting dalam,
membicarakan suatu hasil inovasi tertentu. Artinya bahwa suatu hasil olah pikir, olah ide, dan
olah teknologi yang menghasilkan sesuatu yang inovatif, maka salah satunya harus memenuhi
syarat batas waktu. Sebagai contoh berapa lama, kapan, dan sudahkan hasil inovasi ini diadopsi
oleh pihak lain yang memerlukannya. Sebagal misal hasil inovasi Dual Modus, yang telah dicoba
dikembangkan oleh Program Studi Kurikulum dan Pembelajaran, sampai saat ini boleh dikatakan
masih baru dalam waktu Implementasinya. Maka Dual Modus, ini bisa dikatakan sebagai suatu
inovasi dalam dunia pembelajaran yang memang masih bisa dikatakan sebagai produk Inovasi
terbaru yang memenuhi indikator batas waktu yang dimaksud.

Para ahli sebenarya telah banyak melakukan analisa berkenaan dengan hal ikhwal inovasi
dalam bidang pendidikan. Adanya keragaman pemahaman definisi inovasi tersebut adalah

5
sesuatu yang wajar disesuaikan dengan kajian ataupun fokus yang menjadi pusat perhatiannya.
Everett M. Rogers (1983) menyebut 'Innovation as an Idea, practice, or object that is perceived
as new by an Individual or another unit of adoption' (Inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktik
atau obyek/benda yang disadari, dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau
kelompok untuk diadopsi). Dengan demikian, kata kuncl inovasi adalah gagasan, benda atau
proses adopsi yang dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok masyarakat terhadap inovasi
yang ditawarkan, termasuk di bidang pendidikan.

Ahli lain, seperti Stephen Robbins (1994) menyebut inovasi sebagai suatu gagasan baru
yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses, dan jasa. Di
sini, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama: (1) gagasan baru, (2) produk dan Jasa, dan
(3) upaya perbaikan. Hal pertama adalah adanya gagasan bare (new ideas) dari suatu olah pikir
dalam mengamati suatu fenomena yang sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan.
Gagasan baru IN bisa berupa penemuan (invention) dari suatu gagasan pemikiran, ide, sistem,
sampai pada kemungkinan gagasan yang mengkristal. Hal yang kedua adalah produk dan Jasa,
yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindak lanjuti dengan berbagai
aktivitas,' kajian, penelitian, dan percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih kongkrit,
dalam bentuk produk dan jasa yang siap dikembangkan dan diimplementasikan, termasuk hasil
Inovasi dalam dunia pendidikan.

Hal yang ketiga adalah usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan
melakukan perbaikan (improvement) yang terus-menerus sehingga buah Inovasi itu bisa
dirasakan manfaatnya dan berguna.

b. Inovasi Pendidikan

Telaah Inovasi, termasuk Inovasi pendidikan akan selalu melibatkan sistem Inovasi
(innovation system) yang mengkaji tentang tahapan persiapan dan implementasi inovasi kepada
masyarakat dengan melibatkan berbagai unsur yang satu sama lain saling terkait. Dalam sistem
ini juga dikemukakan bagaimana ide lahir, dikembangkan dan dikomunikasikan, sampai tahap
adopsi, dan penyelarasan inovasi dengan situasi kondisi masyarakat yang_mengadopsinya.

6
Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip Abdulhak (2002) menyatakan bahwa inovasi
pendidikan sebagai suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari hal (yang ada)
sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan
tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan. Inovasi tidak hanya sekedar terjadinya perubahan
dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya. Dalam perubahan yang tergolong inovasi, disamping
terjadi yang baru mesti terdapat unsur kesengajaan, unsur kualitas yang lebih balk dari
sebelumnya dan terarah pada peningkatan berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.

Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan ataupun pemikiran


cemerlang di bidang pendidikan yang bercirikan hat bare, atau berupa praktik-praktik
pendidikan tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah pikir dan olah teknologi yang
diterapkan melalul tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan
persoalan pendidikan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan pendidikan, atau proses
pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat.

Mattew B. Miles (1973) dalam bukunya 'innovation in Education' menulis tentang


Inovasi sebagal spesies dart jenis perubahan. Menurut Miles, 'innovation is a species of the genus
change', yattu suatu perubahan yang s1fatnya khusus, memiliki nuansa kebaruan, dan disengaja
melalui suatu program yang jelas dan direncanakan terleblh dahulu, serta .dirancang urituk
mencapal tujuan yang diharapkan dart suatu sisters tertentu. Namun demikian, Miles
menyarankan agar inovasi bisa dilaksanakan dengan berhasil, diperlukan adanya strategi atau
alat yang jitu dengan tahapan dan mekanisme advokasi yang benar (a means usually involving
sequence of activities for causing and advocated innovation to become successful) (Miles, 1973:
18).

c. Difusi Inovasi Pendidikan

Secara umum, Difusi Inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi


tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu
dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial dalam masyarakat.

7
Everett M. Rogers (1983), menyebut difusi sebagai proses untuk mengkomunikasikan
suatu inovasi kepada anggota suatu sistem sosiai melalui saluran komunikasi tertentu dan
berlangsung sepanjang waktu (diffusion is the process by which an inovadon is communicated
through certain cannels over time among the members of a social system). Sedangkan Difusi
Inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses
komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu
tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat.

Ada keterkaitan erat antara difusi, inovasi, dan komunikasi. Oleh karena difusi adalah
proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya dan sebagainya, sebagai suatu
produk Inovasi, maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan
gagasan, ide, ataupun produk tersebut. Sebagai contoh, ide pembelajaran kelas rangkap (multi
grade instruction), dapat dipandang sebagal suatu ide atau gagasan dalam mengatasi keterbatasan
jumlah guru di sekolah. Untuk menyebarluaskan gagasan itu, diperlukan difusi inovasi tentang
pembelajaran kelas rangkap di sekolah. Biasanya ada pilot proyek yang dilakukan,
disosialisasikan, dibina, dan kemudian disebarluaskan kepada sekolah lain. Hal inilah yang
disebut difusi inovasi, yaitu penyebaraluasan suatu inovasi untuk kemudian diadopsi oleh
kelompok masyarakat tertentu.

Dalam telaah di atas, ada keterkaitan erat antara difusi, inovasi dan komunikasi, termasuk
difusi pendidikan. Oleh karena difusi pendidikan adalah proses komunikasi untuk
menyebarluaskan gagasan, Ide, karya, dan sebagainya, sebagai suatu produk Inovasi pendidikan,
maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan gagasan, Ide, ataupun
produk di bidang pendidikan tersebut. Dalam konteks difusi inovasi pendidikan, saluran
komunikasi yang digunakan merupakan alur suatu proses penyebarluasan gagasan pendidikan
tersebut.

Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan melakukan tukar menukar informasi
satu sama lain, sehingga menghasilkan saling pengertian.

Dalam konteks ini, kata kunci proses komunikasi adalah diperolehnya saling pengenalann
antar-sesama anggota masyarakat. Komunikasi adalah siapa mengatakan apa, dengan saluran

8
apa, kepada siapa, dan apa dampak yang diperoleh. Shannon dan Weaver menyebut komunikasi
sebagal: "All procedures by which one mind may affect another" (komunikasi adalah semua
prosedur di mana pemikiran seseorang bisa mempengaruhi yang lain).

Ragam komunikasi, baik komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, ataupun
komunikasi multi arah, merupakan proses saling mempengaruhi dan menyampaikan informasi
sehingga pada akhirnya diperoleh saling pengertian. Salah satu ciri komunikasi-komunikasi
tinier atau sering juga disebut sebagai komunikasi satu arah atau "one way communication",
adalah adanya penyandian yang dilakukan pengirim pesan dan interpretasi oleh penerima, serta
antisipasi kemungkinan adanya gangguan (noises) dalam proses komunikasi yang berlangsung.
Melalui konsep ini, komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan
kepada penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Komunikasi tinier ini
sangat berpengaruh pada kegiatan sehari-hari, sehingga peristiwa komunikasi itu ditunjukkan
dengan proses penyampaian pesan (transmission of messages) yang berupa bahan oleh pengirim
kepada penerima melalui saluran yang digunakan. Deskripsi di atas, menghubungkan betapa erat
hubungan antara difusi inovasi sebagai proses penyebarluasan ide, dengan proses komunikasi
dimana suatu ide disampaikan kepada pihak lain. Suatu inovasi tak mungkin bisa disebarluaskan
manakala tidak ada saluran komunikasi yang tepat untuk disampaikan kepada masyarakat. Oleh
sebab itu, komponen saluran komunikasi merupakan medium untuk menyebarluaskan
gagasan/ide agar bisa diadopsi oleh masyarakat sebagai adopter.

Dalam kadar tertentu, ada kesan seolah ada persamaan antara pembaharuan dengan
perubahan. Namun tak semua perubahan bisa dikatakan pembaharuan atau Inovasi. Misalnya,
perubahan siang menjadi malam atau dari musim hujan berubah menjadi musim kemarau. Hal
tersebut lebih karena perubahan sebagai fenomena alam atau perubahan yang sifatnya alamiah.
Dengan demikian, suatu perubahan dapat dikatakan sebagai bentuk inovasi apablia perubahan
tersebut dilakukan dengan sengaja, untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar lebih
menguntungkan demi upaya untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Hal ini misalnya,
dapat diamati pada perubahan proses dan produk teknologi yang terjadi tak hanya begitu saja
tanpa ada upaya sistematis melalui berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan.

9
Perubahan itu diawali dengan adanya suatu ide, gagasan ataupun praktik untuk
memperbaiki suatu keadaan atau untuk memecahkan masalah yang ada, kemudian melalui
berbagai usaha dan penelitian, dihasilkan suatu produk atau hasil baru yang berbeda dengan
keadaan sebelumnya. Dalam ilmu sosial, juga dikemukakan bahwa terjadinya suatu perubahan
karena buah inovasi yang dilakukan. Misalnya dalam bidang pendidikan, bermula dari sejumlah
masalah yang timbul kemudian dilontarkan suatu ide baru, dikembangkan berbagai usaha
inovatif, dan melalui suatu proses penelitian yang Iebih lanjut hadirlah karya inovatif, baik
berupa gagasan baru, pemikiran, konsep, ide, praktik ataupun produk dalam bidang pendidikan
yang diharapkan bisa memecahkan persoalan yang ada sekaligus juga upaya ke arah perbalkan
dan kemajuan di bidang pendidikan itu sendiri.

Inovasi dalam bidang pendidikan dilakukan sebagai upaya sengaja untuk memperbaiki
suatu keadaan atau kondisi tertentu dalam bidang pendidikan, baik dalam bentuk ide, praktik,
ataupun produk baru untuk meningkatkan kemampuan guna mencapal tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.

d. Ciri Inovasi Pendidikan

Seperti telah dibahas sebelumnya, inovasi termasuk inovasi pendidikan merupakan


pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru, atau berupa praktik-praktik tertentu, atau berupa
produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu,
yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki
suatu keadaan tertentu, atau proses tertentu yang terjadi di masyarakat. Difusi inovasi pendidikan
sering diartikan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi pendidikan tersebut melalui suatu
proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang
waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat. Dengan demikian, difusi inovasi
pendidikan adalah suatu proses untuk mengkomunikasikan suatu inovasi dalam bidang
pendidikan kepada anggota suatu sistem sosial melalui saluran komunikasi tertentu dan
berlangsung sepanjang waktu.

Dalam prosesnya, difusi inovasi pendidikan tak serta merta gampang dilaksanakan.
Persoalannya, seolah ada pemisah antara hal-hal yang diketahui sebagai produk Inovasi, dengan
kemungkinan diadopsi atau tidaknya suatu inovasi di lapangan. Oleh sebab itu, dalam proses

10
difusi inovasi, dibutuhkan waktu yang cukup lama, bulanan atau bahkan mungkin tahunan, untuk
menjadikan produk inovasi dapat diadopsi oleh seseorang atau kelompok masyarakat. Dalam
kaitannya dengan proses difusi inovasi itu, Rogers (1983) mengemukakan empat ciri penting
yang mempengaruhi difusi inovasi, termasuk inovasi pendidikan, yaitu: 1) esensi inovasi itu
sendiri, 2) saluran komunikasi, 3) waktu dan proses penerimaan, 4) sistem sosial.

1) Esensi Inovasi itu sendiri

Seperti telah dibahas sebelumnya, inovasi termasuk inovasi pendidikan adalah suatu ide,
gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh
seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Namun demikian, proses adopsi inovasi ini tak datang
dengan serentak dan tiba-tiba. Dalam kaitannya dengan esensi inovasi, paling tidak ada tiga hal
yang berkaitan erat, yaltu: teknologi, informasi dan pertimbangan ketidakpastian, dan reinovasi.
Dalam kadar tertentu, makna inovasi sering identik dengan teknologi yang digunakan.

Kata "teknologi" diartikan sebagai "a design for Instrumental action that reduces the
uncertainty In the cause effect relationship Involved in achieving In desired outcomes"
(teknologi adalah suatu disain aksi kegiatan yang ditempuh guna mengurangi ketidakpastian
dalam hubungan sebab akibat dari hasil yang ingin dicapai). Sedangkan bentuk teknologi berupa
perangkat keras dan perangkat lunak. Dengan demikian, adanya teknologi, termasuk
pemanfaatan teknologi informasi dalam difusi inovasi antara lain untuk menjawab persoalan
dalam hal mengurangi ketidakpastian masa depan. Sebagal ilustrasi misalnya, ketika sekolah
menggulirkan program desentralisasi sekolah melalui program Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS), di sana ada suatu desain instrumen melalui mekanisme Komite Sekolah dan peran
Kepala Sekolah dengan semangat manajemen yang bercirikan keterbukaan (transparancy) dan
pertanggungjawaban (accountability) dalam mengelola sekolah ke arah raihan mutu pendidikan
yang lebih balk.

2) Saluran komunikasi

Pada bagian sebelumnya dikemukakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses


dimana partisipan berbagi informasi untuk mencapal pengertian satu sama lain ("Communication
Is a process In which participants create and share Information with one another In order to

11
reach a mutual understanding...'). Lasswell (1948) menyebut komponen dasar komunikasi
adalah: "Who say what, In what channels, to whom and in with what effects". Komunikasi adalah
sesuatu yang berkaitan dengan "Siapa mengatakan atau mengemukakan apa, dengan saluran
komunikasi apa, kepada siapa, dan dengan dampak apa (hasil yang dicapai)". Sedangkan
Shannon dan Weaver menyebut komunikasi sebagal: "All procedures by which one mind may
affect another". (Komunikasi adalah semua prosedur tentang pikiran seseorang yang dapat
mempengaruhi pihak lain).

Komunikasi tinier sering juga disebut sebagai komunikasi satu arah atau "one way
communication". Salah satu ciri komunikasi ini adalah adanya penyandian yang dilakukan
pengirim pesan dan interpretasi oleh penerima, serta antisipasi kemungkinan adanya gangguan
(noises) dalam proses komunikasi yang berlangsung. Oleh karena difusi adalah proses
komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya, dan sebagainya sebagai suatu produk
Inovasi, maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan gagasan, ide,
ataupun produk tersebut. Persoalannya adalah saluran apa yang paling lazim digunakan dalam
difusi inovasi yuang dilakukan.

Pada tahun 1979, Lawrence Kincaid mengembangkan model komunikasi konvergen


(convergence communication models), yang bercirikan adanya beberapa komponen utama, yaitu:
informasi (information), ketidakmenentuan (uncertainty), konvergen (convergence), saling
pengertian (mutual understanding), saling menyetujui (mutual agreement), kegiatan bersama
(collective action), dan hubungan jalinan (network relationship). Ciri utama dari komunikasi
konvergen adalah adanya Informasi, ketidakmenentuan, konvergen, adanya saling pemahaman,
adanya saling persetujuan, kegiatan bersama, dan hubungan jaringan. Menurutnya, komunikasi
dimaknakan sebagai: “A process of convergence in which Information is shared by participants
In order to reach mutual understanding”. (Komunikasi adalah suatu proses konvergen dimana
terjadi pembagian informasi bersama unuk mencapai suatu kesepakatan bersama). Melalui
proses komunikasi tersebut, akan sangat mempengaruhi proses difusi inovasi yang dilakukan.
Dalam telaah lain, saluran komunikasi dapat diklasifikasikan pada dua hal, yaitu: a) komunikasi
homofil, dan b) komunikasi heterofil.

12
a) Komunikasi Homofil

Komunikasi homofil adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua Individu atau
kelompok yang dikategorikan memiliki kesamaan satu sama lain. Lazarsfeld dalam Rogers
(1983) menyebut komunikasi homofil sebagai “human communication In which pairs of
Individuals who Interacts are similar 1n certain attributes, sucks as beliefs, education, social
status, and the like”. Suatu proses komunikasi yang berlangsung antara dua pasangan atau
kelompok individu, dimana keduanya memiliki ciri (atribute) yang sama satu sama lain. Ciri itu
antara lain: kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan sejenisnya. Secara umum, komunikasi
homofil ini akan efektif karena kedua individu atau kelompok memiliki kesamaan karakteristik
ataupun latar belakang sosial budaya, yang memudahkan komunikasi bisa dilaksanakan secara
akrab, dari hati ke hati.

Hasil komunikasi ini dapat diperoleh saling pengertian yang mendalam antara keduanya.
Dengan kata lain, suatu komunikasi akan efektif manakala terjadi antara dua kelompok atau
individu yang dikategorikan memiliki kesamaan satu sama lain, atau lazim disebut sebagai
komunikasi homofil. Dalam kaitannya dengan difusi inovasi yang dimaknakan sebagai
penyebarluasan gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan
dengan mengunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem
sosial masyarakat, maka difusi Inovasi yang dilakukan pada, masyarakat yang homogen atau
bersifat homofil, akan menghasilkan hasil komunikasi yang positif. Artinya, difusi inovasi
melalui komunikasi homofil jauh lebih efektif ketimbang dilakukan dengan komunikasi yang
lain pada masyarakat yang heterogen atau beragam latar belakang budaya ataupun ciri lainnya.

b) Komunikasi Heterofil

Jenis komunikasi lainnya, disebut komunikasi heterofil, yaitu proses komunikasi yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih, dimana pengirim pesan dan penerima pesan, memiliki latar
belakang yang berbeda, baik dilihat dari sosial budaya, pendidikan, agama, atau karakteristik
sosial lainnya. Oleh karena proses komunikasi yang dilakukan bersifat heterofil, maka proses
difusi inovasi tak senantiasa berjalan mulus, karena perbedaan latar belakang di atas. Dengan
demikian, difusi sebagai suatu proses untuk mengkomunikasikan suatu inovasi kepada anggota

13
suatu sistem sosiai melalul saluran komunikasi tertentu, tidak senantiasa berjalan sesuai dengan
harapan.

Banyak gangguan atau distorsi dalam komunikasi, sebagai akibat ditemukan berbagai
kendala sebagai akibat dari adanya keragaman atau perbedaan (heterofil) antara pengirim pesan
dan penerima pesan dalam proses difusi yang berlangsung. Disini tampak bahwa dalam
prosesnya, . difusi Inovasi tidak serta merta gampang dilaksanakan. Persoalannya, seolah ada
pemisah antara dua pihak yang berkomunikasi termasuk hal-hal yang diketahui sebagai produk
inovasi, dengan kemungkinan implementasinya di masyarakat. Oleh sebab itu, dibutuhkan waktu
yang cukup lama, bulanan atau bahkan tahunan, untuk menjadikan difusi inovasi dapat diadopsi
oleh seseorang atau kelompok masyarakat.

2.3 Faktor waktu dan proses pengambilan keputusan

Waktu merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Proses keputusan
Inovasi pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilalui individu atau kelompok, mulai dari
pertama kali adanya inovasi, dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan
keputusan untuk menerima atau menolak, Implementasi inovasi, dan konfirmasi atas keputusan
inovasi yang dipilihnya. Berikut adalah tahapan dari model proses keputusan inovasi, yang dapat
dilakukan oleh praktisi pendidikan hingga peserta didik, yaitu

a) Tahap pengetahuan (knowledge)

Tahap ini berlangsung apabila individu/kelompok, membuka diri terhadap adanya suatu
inovasi serta ingin mengetahui bagaimana fungsi dan peran Inovasi tersebut memberi konstribusi
perbaikan di masa mendatang.

b) Tahap bujukan (persuation)

Tahap ini berlangsung manakala individu atau kelompok, mulai membentuk sikap
menyenangi atau bahkan tidak menyenangi terhadap inovasi.

14
c) Tahap pengambilan keputusan (decision making)

Tahap dimana seseorang atau kelompok melakukan aktifitas yang mengarah kepada
keputusan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut.

d) Tahap implementasi (implementation)

Tahap ini berlangsung ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau menggunakan
inovasi itu dalam kegiatan organisasinya.

e) Tahap konfirmasi (confirmation)

Tahap dimana seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi
yang dilakukannya.

2.4 Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama lain dalam
tatanan masyarakat, dalam mencapai tujuan yang diharapkan (A social system is defined as a set
of interrelated units that are engaged In joint problem solving to accomplish a common goal).
Beberapa hal yang dikelompokkan sebagal bagian atau unit dalam sistem sosial kemasyarakatan,
Antara lain : individu anggota masyarakat, tokoh masyarakat, pemimpin formal, tokoh agama,
kelompok tertentu dalam masyarakat. Kesemuanya secara nyata, baik langsung atau tidak
langsung mempengaruhi dalam proses difusi inovasi yang dilakukan.

a) Struktur Nasional

Seperti telah dijelaskan, sistem sosial yang berupa berbagai komponen


yang saling berhubungan satu sama lain, sangat mempengaruhi proses srtukutur
sosial. Struktur sosial pada dasarnya merupakan penyusunan yang terpola dari
berbagai unit dalam suatu sistem.Adanya struktur sosial, menghasilkan beberapa
keuntungan dalam perkembangan menghadapi dinamika sosial kemasyarakatan.
Pertama, adanya struktur sosial, baik formal ataupun informal, akan memberikan
dorongan stabilitas dan ketaatan akan hukum khususnya dalam konteks sistem
sosial yang ada. Kedua, adanya struktur sosial akan mampu memprediksi

15
kecenderungan perilaku masyarakat, termasuk dalam kaitannya dengan proses
difusi inovasi yang tengah berlangsung dalam tatanan masyarakat teretentu.

b) Norma Sosial dan Difusi

Norma merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Lebih
jauh dalam kaitannya dengan sistem sosial, norma yang dianut oleh masyarakat
dapat dipandang sebagai pengikat dan pengukuh pola perilaku masyarakat yang
bersangkutan sesuai dengan kaidah sistem sosial yang berlaku.Norm are the
established patterns for the members of a social system.Dalam kadar
tertentu,norma yang dianut juga dapat dipandang sebagai standar dari suatu
tatanan perilaku masyarakat yang dianut. Norma itu sendiri bisa bercirikan
budaya lokal, bernafas keagamaan, ataupun ciri khusus suatu masyarakat tertentu,
yang memberi warna tersendiri terhadap sosial budaya masyarakat yang
bersangkutan.
Namun demikian, di sisi lain norma suatu sistem juga bisa berperan
sebagai penghalang atau barriers suatu perubahan. Banyak contoh kasus inovasi
yang terganggu atau mengalami daya tolak masyarakat. Misalnya di beberapa
provinsi di India, banyak sapi peliharaan yang dianggap suci sehingga tabu bagi
masyarakat untuk menyebelihnya, padahal masyarakat yang bersangkutan
umumnya rawan gizi dan rawan protein hewani. Inovasi yang dilakukan termasuk
perubahan di bidang pendidikan, direncanakan, dan diorganisasikan sedemikian
rupa sesuai dengan social system yang dianut. Yang dimaksud dengan sistem
sosial dalam pendididkan misalnya lembaga sekolah(dasar,menengah,dan
pendidikan tinggi), masyarakat pendidikan, malahan mungkin menjamah sistem
organisasi yang lebih luas, yang berkaitan langsung dengan layanan pendidikan,
seperti :Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota,dewan sekolah,organisasi
profesi guru (PGRI), dan sebagainya. Berikut ini antara lain kegiatan inovasi
pendidikan yang melibatkan sistem sosial tertentu :

16
a) Batasan pelaksanaan inovasi (boundary maintenance operation), yaitu
suatu sistem soisial dalam garapan pendidikan yang secara nyata membatasi
(melalui in dan out) pelaksanaan suatu perubahan pendidikan yang dilakukan.
Contohnya, pelaksanaan sertifikasi guru yang mempersyartakan batasan
tertentu, program sistem merit bagi guru, pemberian penghargaan bagi guru di
darahj terpencil (gudacil) , dan sebagainya.
b) Ukuran dan kewilayahan (size and territorality), yaitu suatu sistem sosial
yang secara jelas mempersyaratkan kelompok orang ataupun geografis untuk
melaksanakan suatu inovasi yang akan dilakukan. Misalnya, konsolidasi
ataupun pelaksanaan penggabungan sekolah(school merger) di tingkat
kecamatan, dan sebagainya.
c) Kelengkapan fasilitas (physical facilities), yaitu sistem sosial yang
mengaitkan berbagai fasilitas dan teknologi termasuk sumber daya manusia
yang akan terlibat untuk melaksanakn suatu proyek inovasi pendidikan yang
dilakukan. Misalnya, laboratorium bahasa, program circuit close television
(CCTV) yang secara nyata menuntut adanya kelengkapan fasilitas tertentu
dengan segala kualifikasi sumber daya penopangnya.
d) Penggunaan durasi waktu (time use), yaitu sistem sosial yang
mempersyaratkan faktor waktu sebagai ciri dominan suatu inovasi pendidikan.
Misalnya, program kuliah tri smester pertahun,sistem kelas dengan dua
kelompok (double shift program).
e) Tujuan yang ingin dicapai (goals), yaitu suatu sistem sosial yang
mempersyaratkan faktor tujuan sebagai ciri dominan. Sepatutnya, semua
inovasi pendidikan yang dilakukan harus memiliki tujuan yang jelas.
Misalnya, reformasi kurikulum melalui metide pemebelajaran tertentu, seperti
inkuiri, belajar aktif, ataupun pembelajaran kontekstual.
f) Prosedur yang digunakan (procedure), yaitu suatu sistem sosial yang
mengaitkan berbagai prosedur dan teknologi untuk melaksanakan suatu
proyek inovasi pendidikan yang dilakukan. Misalnya, PBM dengan
menggunakan multi media, atau pekerjaan laboratorium dengan sistem atau
prosedur tertentu,pelaksanaan dual progress, dan sebagainya.

17
g) Definisi peran (role definition) , yaitu suatu sistem sosial yang mengaitkan
berbagai peran sosial, seperti peran guru, peran kepala sekolah sesuai dengan
tugas dan kewenangannya untuk melaksanakan sesuai proyek inovasi.
Misalnya, pelaksanaan team teaching, penggunaan alat bantu mengajar,
pelaksanaan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
melibatkan guru lain sebagai mitra ataupun pengamat (collaborator).
h) Kondisi normatif (normative beliefs), yaitu sistem sosial yang mengaitkan /
mempersyaratkan perlunya norma dan ciri normatif lainnya untuk
melaksanakan suatu proyek inovasi. Misalnya , kegiatan yang berkaitan
dengan disiplin di sekolah / kelas.
i) Sistem struktur sosial (structure), yaitu sistem sosial yang mengaitkan
berbagai struktur dan hubungan antar manusia dalam organisasi atau sistem
sosial lainnya untuk melaksanakan suatu proyek inovasi. Misalnya,
dibentunya curriculum council, atau struktur organisasi inovasi lainnya seperti
MBS dan Komite Sekolah ataupun peran Dewan Pendidikan di tingkat
kabupaten / kota.
j) Metode sosialisasi (socialization method),yaitu suatu sistem sosial yang
menghubungkan berbagai metode sosialisasi atau prosedur tertentu untuk
melaksanakan suatu proyek inovasi. Misalnya, program Diploma II PGSD
untuk para guru SD yang lulusan SPG, atau program penyetaraan guru MI dan
MTs sesuai dengan tugasnya sebagai guru kelas atau guru mata pelajaran
tertentu.
k) Keterkaitan dengan sistem /instansi lain (linkage with other system), yaitu
suatu kondisi sistem sosial dalam inovasi yang mengaitkan berbagai sistem
lain atau instansi lain dalam implementasi inovasi yang akan dilakukan.
Misalnya, proyek community colleges yang melibatkan berbagai pihak
termasuk LSM dan masyarakat, atau pada program pembangunan rehabilitasi
gedung sekolah dasar dengan melibatkan komite sekolah (school block grant),
dan tidak dilakukan dengan cara tender melalui pihak ketiga.

18
2.5 Adopsi dan Pelaksanaan Inovasi Pendidikan

Mattew B.Milles menulis bahwa inovasi sebgai spesies dari jenis perubahan yaitu suatu
perubahan yang sifatnya khusus,memiliki nuansa kebaruan, dan disengaja melalui suatu program
yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu, serta dirancang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dari suatu sistem tertentu. Menurutnya, ciri-ciri inovasi, termasuk inovasi pendidikan
dalam pendidikan terdiri dari empat hal utama, yaitu :

a. Memiliki kekhasan/khusus, artinya suatu inovasi akan memiliki ciri yang khas dalm arti
ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan.
b. Memiliki ciri atau unsur kebaruan. Dalam arti, suatu inovasi harus memiliki
karakteristik sebagai buah karya dan buah pokir yang memiliki kadar orisinalitas dan
kebaruan.
c. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Dalam arti bahwa
suatu inovasi akan dilakukan melalui suatu proses yang tidak tergesa-gesa, namun
kegiatan dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan
terlebih dahulu.
d. Inovasi yang digulirkan memliki tujuan, yaitu bahwa program inovasi yang dilakukan
harus memiliki apa yang ingi n dicapai, termasuk arah dan strategi yang bagaimana untuk
mencapai tujuan tersebut dicapai dari sistem inovasi yang dilakukan.

A.Tahapan Pelaksanaan Inovasi

Ada beberapa tahapan proses keputusan inovasi, yaitu :

1. Tahap Pengetahuan (knowledge), yaitu apabila individu/kelompok,membuka diri


Terhadap adanya suatu inovasi.
2. Tahap bujukan (persuation), yaitu manakala individu atau kelompok, mulai
Membentuk sikap menyenangi atau bahkan tidak menyenangi inovasi.
3. Tahap pengambilan keputusan (dicesion making), yaitu tahap dimana seseorang
Atau kelompok melakukan aktifitas yang mengarah kepada keputusan untuk menolak
atau menerima inovasi.

19
4. Tahap implementasi (implementation), yaitu ketika seseorang atau kelompok
Menerapkan atau menggunakan inovasi itu
5. Tahap konfirmasi (confirmation), yaitu tahap dimana seseorang atau
kelompokmencari penguatan terhadap inovasi yang dilakukannya.

Organisasi atau tatanan kemasyarakatan yang baik dan stabil akan mengadopsi suatu inovasi
dengan mempertimbangkan syarat-syarat sebagai berikut :

1) Memliki tujuan yang jelas.


2) Memiliki pembagian tugas yang dideskripsikan secara jelas.
3) Memiliki kejelasan struktur otoritas atau kewenangan.
4) Memiliki peraturan dasar dan pengaturan umum.
5) Memiliki pola hubungan informasi yang teruji.

B.Peran Agen Perubahan

Dalam sistem sosial,salah satu komponen penting adalah pemimpin pendapat dan agen
perubahan. Sering peran pemimpin pendapat sangat berpengaruh pada perilaku individu.
Pemimpim pendapat adalah suatu tingkat diamna seorang individu dapat mempengaruhi individu
yang lainnya atau mengatur perilaku individu lainnya secara tidak formal ke arah kondisi yang
diharapkan, sesuai dengan norma yang berlaku. Sedangkan agen perubahan merupakan individu
yang bisa mempengaruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para agent
perubahan.

C.Percepatan Adopsi Inovasi

Tingkata percepatan adopsi suatu hasil Inovasi akan sangat bergantung pada beberapa
faktor . Derajat Adopsi tersebut sangat bergantung pada karakteristik atau ciri dari inovasi itu
sendiri. Karakteristik inovasi, yang sangat mempengaruhi derajat adopsi tersebut akan sangat
bergantung pada :

20
1) Adanya keuntungan relatif, artinya sampai sejauh mana suatu inovasi yang
diperkenalkan memberi manfaat dan keuntungan bagi perorangan atau masyarakat yang
mengadopsinya.
2) Memiliki kekompakan dan kesapahaman, artinya sampau sejauhmana suatu inovasi
bisa se3jalan dan kompak sengan sistem nilai yang ada, ataupun sejalan dengan
pengalaman masa lalu masyarakat yang akan mengadopsinya.
3) Memiliki derajat kompleksitas, artinya sampai sejauhmana derajat kompleksitas,
kesukaran, dan kerumitan suatu produk inovasi dieasakan oleh masyrakat.
4) Dapat dicobakan, artinya sampai sejauhmana suatu inovasi dapat diujicobakan
keandalan dan manfaatnya.
5) Dapat diamati, yaitu sampai sejauhmana suatu hasil inovasi dapat diamati.

D.Penemuan Kembali

Secara sederhana, re-invetion adalah penemuan kembali, setelah melalui proses


modofokasi.Dalam bidang pendidikan, prose penemuan kembali ini lazim dilakukan karena
dalam inovasi pendididkan yang dilaksanakan. Misalnya, pada tahun 1980-an dalam upaya
penigkatan mutu pendidikan dasar di Indonesia diujicobakan pendekatan pembelajaran melelui
Sistem Pembinaan Cara Belajar Siswa Aktif. Pada tahun 2000, melalui program peningkatan
mutu pendidikamn dasar digulirkan Pembelajarn Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
sebgaai bentuk perubahan, penyesuain, dan modifikasi yang menghasilkan re-invention dari
CBSA.

Dalam perjalanan dan proses difusi inovasi ini, tak sedikitpun memunculkan
penyimpangan, dalam arti proses inovasi tersebut ditolak ataupun tak dilanjutkan. Dengan
adanya kajian komparatif ini, yaitu kajian inovasi yang berhasil dan tidak berhasil dengan
sejumlah alasan yang melatarbelakangi, secara nyata hal tersebut akan mengurangi bias pro-
inovasi. Persepsi masyarakat terhadap inovasi juga beragam, termasuk juga karena latar belakang
situasi, maslaah yang dihadapi, ataupun kebutuhsn individu dan kelompok.

Suatu ilustrasi misalnya, salah satu alasan mengapa terjadi penemuan kembali, karena
adanya motivasi yang kuat dari adopter yang berkeinginan menjadi pelaku dan bukan sekedar
pelaksan dari suatu ide baru. Para adopter itu berkeyakinan, bahwa mereka lebih memahami dan

21
mengetahui kondisi lokal ketimbang para agen pembaharu yang datang. Dalam konteks inilah,
penemuan kembali merupakan hal yang penting, diamna inovasi dirubah dasn disesuaikan
dengan situasi setemapat.

Miller (1973) menyebutkan bahwa inovasi, khususnya inovasi pendidikan di AS, kendati
mengundikasikan perkembangan yang relatif lamban, namun semua pihak sudah menyadari
betapa pentingnya inovasi, termasuk inovasi di bidang pendidikan dalam memberikan kontribusi
kepada kemajuan bangsa. Ragam inovasi dan perubahan pendidikan telah dilakukan pada kurun
waktu tersebut. Berbagai strategi dan implementasi perubahan pendidikan telah dilakukan.
Malah dalam kadar tertentu menjadi isu polemik, manipulasi, dan teknologi, serta menjadi isu
prestige based di balik kesuksesan dari perubahan pendidikan tersebut.

2.6 Kontribusi Dalam Pendidikan

Organisasi atau tatanan kemasyarakatan yang baik dan stabil akan mengadopsi suatu
inovasi dengan mempertimbangkan syarat-syarat sebagai berikut :

I. Memiliki tujuan yang jelas


II. Memiliki kejelasan struktur otoritas atau kewenangan
III. Memiliki peraturan dasar dan peraturan umum
IV. Memiliki pola hubungan yang baik
V. Memiliki pembagian tugas yang jelas

Dalam kaitan inovasi pendidikan di Indonesia, telah banyak dilakukan berbagai inovasi
pendidikan dalam skala luas dengan biaya yang cukup besa, atau pun skala kecil dengan biaya
yang sederhana dan dilakukan pada kelompok yang terbatas. Namun demikian, dalam adopsi
inovasi, paling tidak ada lima perbedaan individu atau kelompok yang harus di perhatikan.

Lima perbedaan individu atau kelompok dalam inovasi :

a) Para pembaharu atau pioner /perintis (Inovator).


Kelompok yang paling cepat mengadopsi inovasi, tergolong proaktif dalam ide-ide baru
yang relvan, serta aktif dalam menerapkan metode baru terhadap lingkungan sosialnya.

22
b) Para Adopter awal (early adopter).
Kelompok yang cepat mengikuti innovator, kelompok yang rasional dalm melihat
perubahan yang lebih baik.
c) Kelompok mayoritas awal (early majority).
Kelompok yang mau meniru apabila hal tersebut telah benar-benar berhasil. Kelompok
yang tidak mau mengambil resiko dan cenderung mengadopsinya secara masal.
d) Kelompok mayoritas akhir (late majority).
Kelompok yang ragu-ragu dalam perubahan baru. Kelompok yang cenderung skeptic,
walau akhirnya mereka mau menerima inovasi baru pada akhir periode.
e) Kelompok adopter akhir (late adopters).
Kelompok yang sangat skeptic dan senantiasa resisten terhadap perubahan. Kelompok
yang sangat tradisional dalam berpikir dan cenderung menolak dan melawan dalam
perubahan.

Pembaharuan pendidikan mempunyai kecenderungan mengemban misi untuk


memecahkan permasalahan yang dihadapi, khususnya da;a, bidang pendidikan. Permasalahan
tersebut anatara lain :

i. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan,


ii. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan
iii. Efektifitas dan efesiensi pendidikan

Menurut Sanotoso S. Hamidjojo, 1974 mengungkapkan tentang tiga kencenderunagn


kontribusi dan misi difusi inovasi, khususnya dalam bidang pendidikan, yaitu

1) Difusi inovasi pendidikan cenderung mengembangkan dimensi demokratis.


2) Inovasi pendidikan mengemban misi yang condong bergerak dari konsepsi
pendidikan yang berat sebelah dalam peningkatan kemampuan pribadi di antara
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menuju pada pengembangan pola dan isi,
dalam rangka pengembangan seluruh potensi manusia secara menyeluruh dan
utuh.

23
3) Pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari konsepsi pendidikan
yang bersifat individual perorangan, menuju kea rah konsepsi pendidikan yang
lebih kooperatif. Dari konsepsi penddidikan yang boros menuju konsepsi
pendidikan yang efektif, efisien, dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.

Pada dasarnya pembaharuan pendidikan tertuju pada upaya mengadakan perubahan kea
rah yang lebih baik dalam arti meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan
pemerataan pelayanan pendidikaa, meningkatkan mutu, proses dan hasil pendidikan,
meningkatkan efesensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan, peningkatan kesesuaian
proses dan hasil pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pembangunan serta
meningkatkan kesadaran dan kegemaran masyarakat untuk senantiasa belajar sepanjang hayat.

Tahapan dalam mengadopsi inovasi, termasuk dalam inovasi pendidikan, yaitu

I. Design, tahap perencanaan dan perancangan.


II. Awareness-interest, tahap komunikasi untuk penyadaran terhadap masyarakat untuk
dapat mengadopsi inovasi yang ditawarkan.
III. Evaluation, tahap melakukan kajian atau evaluasi terhadap kemungkinan pro kontra.
IV. Trial, tahap ujicoba atas produk inovasi tersebut, untuk melihat sejauhmana kemungkina
di tolak atau diterima inovasi tersebut.

Diamati dari sifatnya, kategori inovasi bias diamati dari karakteristik perubahan yang
sedikit-sedikit atau sebagian komponen, sampai kepada perubahan atau inovasi yang drastic dan
perubahan yang menyeluruh atau total terhadap semua komponen yang ada dalam system yang
ada. Dalam kaitanya dengan kontribusi inovasi pendidikan, Huberman seperti dikutip Ishak
Abdulhak (2000) membagi sifat perubahan inovasi ke dalam enam kelompok, yaitu :

a) Penggantian (substitution), inovasi dalam penggantian jenis sekolahm penggantian


bentuk perabot, alat-alat atau system ujian yang lama diganti dengan yang baru.
b) Perubahan (alternation), merubah tugas guru yang tadinya hanya bertugas mengajar,
juga harus bertugas menjadi guru pembimbing. Perubahan yang bersifat sebagian
komponen dari sekian banyak komponen yang masih dapat dipertahankan dalam system
lama.

24
c) Penambahan (addition), inovasi yang besifat penambahan tidak ada penggantian atau
perubahan. Kalaupun ada yang berubah, maka perubahan tersebut hanya dalam lingkup
komponen dalam system yang masih dipertahankan.
d) Penyusunan kembali (restructuring). Upaya penyusunan kembali bebagai kmponen
yang telah ada dalam system dengan maksud agar mampu menyesuaikan diri dengan
tuntutan dan kebutuhan.
e) Penghapusan (elimination). Upaya perubahan dengan cara menghilangkan aspek-aspek
tertentu dalam pendidikan atau pengurangan komponen-komponen tertentu dalam
pendidikan atau penghapusan pola atau cara-cara lama.
f) Penguatan (reinforcement). Upaya peningkatan untuk memperkokoh atau memantapkan
kemampuan atau pola dan cara-cara yang sebelumnya terasa lemah.

Proses adopsi inovasi bias juga tehambat oleh berbagai factor. Ada tiga hambatan utama,
yang berpotensi timbul dalam setiap adopsi inovasi :

1) Mental block barriers, hambatan yang lebih disebabkan oleh sikap mental, seperti :
o Salah persepsi atau asumsi
o Cenderung berfikir negative
o Dihantui oleh kecemasan dan kegagalan
o Tidak mau mengambil resiko terlalu dalam
o Malas
o Saat ini berada pada daerah “nyaman dan aman”
o Cenderung resisten/menolak terhdap perubahan
2) Hambatan yang sifatnya culture block (hambatan budaya). Hal ini dilatarbelakangi
oleh:
o Adat yang sudah mengakar dan mentradisi
o Taat terhadap tradisi setempat
o Ada perasaan berdosa bila berubah
3) Hambatan social block (hambatan sosial)
o Perbedaan suku dan agama atau ras
o Perbedaan sosial dan ekonomi

25
o Nasionalisme sempit
o Arogansi primodial
o Fanatisme daerah yang kurang terkontrol

2.7. Berbagai Hasil Inovasi Kurikulum

Perubahan-perubahan dan pergantian-pergantian kurikulum sejak tahun 60-an hingga


tahun 2007 yang lalu telah banyak dirasakan, perubahan ini merupakan hasil berpikir dan
merupakan produktivitas bagaimana inovasi dalam penyesuaina dalam kurikulum yang selalu
dituntut oleh masyarakat dapat dilakukan. Alasan kenapa perubahan itu terjadi, salah satunya
adalah hasil evaluasi kurikulum.

Inovasi kurikulum sebetulnya terjadi dan dilakukan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan bahkan untuk tingkat inovasi satuan pembelajaran sangat banyak inovasi yang
dilakukan. Berikut adalah hasil inovasi berikut ini:

a. KTSP
b. KBK
c. Kurikulum 2007
d. Broad Based Curruculum
e. Kurikulum Sistem Ganda (PSG)
f. Kurikulum Muatan Lokal

Selain nama-nama kurikulum hasil inovasi di atas sebetulnya masih banyak produk-produk
dari inovasi kurikulum ini yang secara internal dalam institusi akademik, maupun praktis dapat
kita temui dilapangan.

2.8 Beberapa Hasil Inovasi Pembelajaran

Sampai saat ini beberapa temuan baru yang merupakan hasil dari inovasi pembelajaran
sudah sangat banyak, diantaranya adalah yang disebut dengan Brain Based Learning, LCBT,
ICARE dan pembelajaran berbasi komputer dengan bentuk-bentuk model tutorialm simulasi,
games, dan Biological Communication Based Learning.

26
1) Model Pembelajaran Brain Based Learning.
Model Pembelajaran ini merupakan model supplement terhadap model pembelajaran
yang menggunakan landasan Psikologi perkembangan, psikologi pembelajaran, dan teori-
teori belajar.
2) Model Pembelajaran LCBT
Model Pembelajaran Lateral Computer Base Tutorial, pada dasarnya menerapkan prinsip
model latihan dan tutorial dengan melalui penerapan berpikir lateral atau loncatan
berpikir yang mendukung kemampuan visual dalam memahami pembelajaran dari layar
computer.

3) Model Pembelajaran ICARE

Sesuai dengan namanya, “ICARE” pembelajaran ini merupakan singkatan dari l5 kata
yaitu: (1) introduction (pengenalan), (2) connect (menghubungkan), (3) Apply (menerapkan), (4)
Reflect (merefleksikan), dan (5) Extend (memperluas dan evaluasi).

Tahapan Sistem Model Pembelajaran ICARE

1. Tahapan pertama: introduction (pengenalan)

Pada tahap ini ada dua hal penting. Yaitu pertama menginformasikan rumusan
tujuan (Objective) yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kedua,
menginformasikan bagaimana bahan yang akan disajikan sesuai dengan bahan secara
keseluruhan (context). Oada tahap pengenalan ini sangat penting sebagai langkah awal
keberhasilan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2. Tahap Kedua: Connect (menghubungkan)

Pada tahap ini menghubungkan inforn\masi dan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa dengan informasi yang akan disajikan atau informasi baru.

27
Siswa dapat memahami informasi baru yang diberikan secara lebih bermakna dan
dapat di cerna secara lebih mudah

3. Tahap Ketiga: (3) Apply (menerapkan)

Pada tahap ini pembelajaran dilakukan secara interaktif dan mengaplikasikan


bahan yang diajarkan dengan persoalan nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Biasanya kegiatan ini dilakukan melalui proses belajar aktif dan melaluii serangkaian
praktik.

4. Tahap Keempat: Reflect (merefleksikan)

Yaitu bagaimana membantu siswa mengorganisasikan pikiran dan pemahaman


bahan yang telah dicapainya dengan memberi kesempatan untuk memperluas informasi
yang telah diperoleh.

5. Tahap Kelima: Extend (memperluas dan evaluasi).

Ada dua kegiatan utama dalam tahap akhir ini. Pertama guru melakukan
serangkaian pengalaman belajar tamnahan yang bisa memperkaya pengetahuan yang telah
dicapai siswa. Kedua, sebagai bentuk kegiatan evaluasi, yaitu sampai sejauhmana para
siswa dapat menguasai bahan yang telah diajarkan oleh guru.

4) Model Pembelajara “ICARE” dalam mata pelajaran TIK

Dalam dokumen KTSP (Depdiknas 2006), mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) perli dikenalkan, dipraktikan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar
mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan
perubahan yang sangat cepat.

28
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ini diajarkan sebagai salah satu
mata pelajaran Keterampilan yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpisah atau bersama-
sama dengan mata pelajaran keterampilan lainnya. Alokasi waktu pembelajarannya secara
keseluruhan untuk jenjang SMP/MTs adalah 72 jam pelajaran untuk elama 3 tahun, atau ekivalen
dengan 2 jam pelajaran per minggu untuk waktu ! tahun jika mata pelajaran ini dibelajarkan
secara terpisah dan mandiri.

1. Model untuk jenjang Sekolah Dasar


Model pembelajaran jenjang pendidikan dasar yang menonjolkan aspek
kreativitas melalui model simulasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi ini
sangat penting terutama untuk melatih kemampuan menyeimbangkan proses kerja otak
kiri dan kanan secara seimbang.
Menurut Nurhalim Shahib bahwa kecerdasan otak kiri yang mengandalkan logika
memang sangat penting dalam kehidupan manusia,tetapin tanpa disertai dengan
kecerdasan otak kanan,orang tidak akan inovatif dan kreatif karena kreativitas dan daya
cipta merupakan fungsi otak kanan.
Jadi kedua proses kerja belahan otak yang walaupun bagian spesifik hanya
occipital yang bekerja akan tetapi hal itu harus tetap dilakukan mengingat kreativitas
cukup kompleks dan membutuhkan upaya-upaya kerjasama dari seluruh proses kerja otak
sehingga diharapkan cepat menumbuhkan daya imajinasi anak.Dengan demikian bahwa
dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa baik pada aspek
inteligensi,fisik,emosi,minat dan kondisi dalam diri peserta didik itu sendiri maka bagian
temporal,frontal,pariental akan dibantu oleh occipital.Hasilnya dalam bentuk
pembelajaran yang lengkap dan dialami oleh siswa jenjang Sekolah Dasar bukan hanya
pada tataran belahan otak saja juga diharapkan mampu menembus perasaan dengan
demikian akan senang jika diajak belajar.

Interaksi belahan otak Kreativitas berdasarkan


melalui Interaksi Dimensi dalam
Frontal,Temporal,Pariental,d Meta Kecerdasan
an Occipital

29
Model Pembelajaran Untuk SD

Adaptasi,Modalitas dan Imajinasi,Daya Cipta


Fleksibilitas Kognitif dan Permainan
Prosedur Desain Insrtuctional Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi :

 Need assessment
 Instructional Promt (Identitas,Petunjuk)
 Menu Utama (Tujuan,Materi,Evaluasi)
 Alurr pembelajaran
 Stimulasi-Respon terkondisi
 Refleksi

Gambar 11.2 Model Pembelajaran jenjang Sekolah Dasar dengan Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui Pemberdayaan Otak Peserta Didik
(Sumber :Deni Darmawan,2005).

Jika dikaitkan dengan adanya kelompok mata pelajaran eksak dan social,maka desain
pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi ini pada dasarnya sama dalam arti
mengikuti prosedur dan latar belakang desain yang sama,walaupun dari temuan penelitian
menunjukan bahwa model-model pembelajaran untuk kelompok eksak ternyata memiliki
pengaruh yang lebih tinggi dari pada kelompok social terhadap akselerasi pembelajaran yang
dikontrol oleh biologi komunikasi otak kanan dan otak kiri.

30
2. Model untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama

Interaksi belahan otak Kreativitas berdasarkan Interaksi Dimensi


melalui dalam Meta Kecerdasan diperluas dengan
Frontal,Temporal,Pariental, pemaknaan ganjaran dari relaksasi untuk
dan Occipital Berpikir Lateral

Model Pembelajaran Untuk SMP

Adaptasi,Modalitas dan Fleksibilitas Integrasi prinsip


Kognitif yang berkembang dalam Tutoril,Permainan dan
kecepatan Koordinasi Kinestedik Simulasi
secara reflek

Prosedur Desain Insrtuctional Berbasis Teknologi


Informasi dan Komunikasi :

 Need assessment
 Instructional Promt (Identitas,Petunjuk)
 Menu Utama (Tujuan,Materi,Evaluasi)
 Alurr pembelajaran
 Stimulasi-Respon terkondisi
 Refleksi

31
Gambar 11.3 Model Pembelajaran jenjang Sekolah Dasar dengan Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui Pemberdayaan Otak Peserta Didik (Hasil
Riset,2005)

3. Model untuk jenjang Sekolah Menengah Atas


Model pembelajaran untuk jenjang SMU ditujukan untuk memunculkan sebuah
kecepatan dan kreativitas belajar yang lebih mandiri terutama dengan mengandalkan
kekuatan memori dan imajinasi baik itu imajinasi yang asal dari kecerdasan visual dalam
bentuk sajian visual animasi,imajinasi berdasarkan kecerdasan audio dalam bentuk sajian
background suara dan jenis music yang dikemas.
Khusus untuk penumbuhan kekuatan kerja memori berdasarkan image-image
yang didesain dalam model pembelajaran menetapkan sebagai suatu yang sangat
dominan dalam kecepatan belajar.Dalam hal ini minimal peserta didik takjub,terstimulir
dan muncul rasa ingin tahu bahkan ingin membuatnya sendiri.Demikian juga dengan
pembelajaran yang sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik jenjang SMA yaitu
bentk MMI yang mencoba menggabungkan pola-pola pengembangan memori menuju
terwujudnya kreativitas individu masing-masing dengan memberdayakan kemampuan
imajinasi dan berpikir abstrak (otak kanan)yang tentunya dikontrol oleh logika (otak kiri).
Dapat disimpulkan bahwa model yang cocok untuk jenjang SMA ini adalah
model tutorial,simulasi dan permainan yang di desain dalam bentuk MMI,dimana
desainnya tidak lagi menyekat antara model tutorial,model permainan dan model
simulasi.Jadi melalui sajian model ini masalah akserelasi siswa yang mengalami
gangguan dengan pola berpikir tertentu bisa di bantu dengan sajian-sajian yang
menjembatani kelanjutan kebiasaan ia berpikir apakah itu berpikirnya logic,global,atau
keduanya.Berikut adalah visualisasi model pemikiran tentang model pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi berdasarkan biologi komunikasi.

32
Kreativitas berdasarkan Interaksi Dimensi
Interaksi belahan otak dalam Meta Kecerdasan diperluas dengan
melalui pemaknaan ganjaran dari relaksasi untuk
Frontal,Temporal,Pariental, Berpikir Lateral
dan Occipital

Abstraksi,dan Perasaan

Analogi
Berpikir Model Pembelajaran Untuk SMA

Adaptasi,Modalitas dan Fleksibilitas Multi Media Interaktif


Kognitif yang berkembang dalam (MMI)
kecepatan Koordinasi Kinestedik
secara reflek

Prosedur Desain Insrtuctional Berbasis Teknologi


Informasi dan Komunikasi :

 Need assessment
 Instructional Promt (Identitas,Petunjuk)
 Menu Utama (Tujuan,Materi,Evaluasi)
 Alurr pembelajaran
 Stimulasi-Respon terkondisi
 Refleksi

33
Gambar 11.4 Model Pembelajaran jenjang Sekolah Dasar dengan Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui Pemberdayaan Otak Peserta Didik
(Sumber : Deni Darmawan,2005)

4. Model untuk Jenjang Pendidikan Tinggi


Model pembelajaran pada jenjang Pendidikan Tinggi di antaranya harus tertuju
kepada system kolaboratif model yaitu mencakup system latihan,tutorial,simulasi dan
Permainan.Model ini diharapkan mampu menstimulir kemampuan logika yang sifatnya
advance organizer of knowledge baik kelompok social maupun eksak.
Model untuk jenjang Pendidikan Tinggi ini juga harus sudah mampu menyentuh
aspek intuisi tentang apa yang dilihat (visual)dengan demikian kecepatan belajar akan
lebih terbantu terutama yang akhirnya memberikan keyakinan terhadap sesuatu langkah-
langkah pembuktian tentang hal-hal yang baru dipelajari.

Kreativitas berdasarkan Interaksi Dimensi


dalam Meta Kecerdasan diperluas dengan
pemaknaan ganjaran dari relaksasi untuk
Berpikir Lateral

Kemandirian dalam
Belajar dan Advance
Organizer
Interaksi belahan otak melalui
Frontal,Temporal,Pariental,dan Occipital

Abstraksi,dan Perasaan

Mapping Concept
Model Pembelajaran Untuk PT

Adaptasi,Modalitas dan Fleksibilitas Kolaborasi Model dengan


Kognitif yang berkembang dalam 34 Problem Based Learning
Koordinasi Kinestetik
Prosedur Desain Insrtuctional Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi :

 Need assessment
 Instructional Promt (Identitas,Petunjuk)
 Menu Utama (Tujuan,Materi,Evaluasi)
 Alurr pembelajaran
 Stimulasi-Respon terkondisi
 Refleksi

Gambar 11.5 Model Pembelajaran jenjang Sekolah Dasar dengan Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui Pemberdayaan Otak Peserta Didik (Sumber : Deni
Darmawan,2005)

5. Syarat dan Langkah Melakukan Inovasi


Setelah anda mempelajari konsep dan teori mulai dari hakikat,hingga cirri,dan
hasil dari sebuah inivasi,maka berikut ini anda diharapkan mampu melakukan suatu
tahapan atau langkah dalam melakukan inovasi.Sebagai conto jika akan melakukan
inovasi dalam bidang kurikulum minimal harus memahami kurikulum tersebut mulai dari
konsep hingga pengembangan kurikulum.Demikian juga halnya dengan materi tentang
pembelajaran,maka harus memahami mulai dari definisi,prinsip hingga evaluasi dan
pengembangan pembelajaran
Jika hal tersebut di atas sudah peroleh,selanjutnya langkah dalam melakukan inovasi
dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Tahap pengetahuan (knowledge)
2) Tahap bujukan (persuation)
3) Tahap pengambilan keputusan (decision making)
4) Tahap implementasi (implementation)
5) Tahap konfirmasi (confirmation)

Kelima langkah ini dalam implementasinya dapat dilaksanakan secara fleksibel sesuai
dengan kondisi awal mana yang lebih cepat muncul kepermukaan.

35
36

Anda mungkin juga menyukai