Anda di halaman 1dari 6

Nama : Hadija Azharianti

Nim : 857095467

1. Inovasi Pendidikan di Indonesia menurut Cece Wijaya (1998) dapat dilihat dari empat aspek,
yaitu tujuan pendidikan, struktur pendidikan dan pengajaran, metode kurikulum dan pengajaran,
serta perubahan terhadap aspek-aspek pendidikan dan proses. Jabarkan contoh inovasi
pendidikan di Indonesia dari empat aspek tersebut!

Jawab :
Inovasi pendidikan di Indonesia menurut Cece Wijaya terbagi atas empat aspek, Yaitu:

1. Tujuan Pendidikan, Dengan adanya tujuan pendidikan yang jelas para pengajar dapat
memotivasi tentang bagaimana cara penyampaian materi pendidikan yang baik dan juga para
pengajar dapat menyusun kursi dan kerja kelompok supaya materi yang diberikan dapat
masuk dan diterima oleh siswa. Hal ini berguna agar siswa dapat menerapkan ilmu atau
materi yang disampaikan oleh pengajar ke masyarakat.
2. Struktur Pendidikan dan Pengajaran, Disini para pengajar atau pihak sekolah mencoba
untuk mengkaji struktur pendidikan dan pengajaran yang baik sehingga kelak siswa yang
diajar dapat menjadi sumber daya manusia yang produktif dan berguna bagi negara dan
masyarakat. Pengkajian ini meliputi: rangkaian kegiatan melihat ke masa depan dalam hal
menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan
kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
3. Pembaharuan dalam dan Isi kurikulum dalam pengajaran, Hal ini dilakukan agar
Pengajar dapat mengemas materi-materi sedemikian menarik agar siswa dapat tertarik dan
memahaminya dengan sangat cepat. Pembaharuan ini dilakukan agar kurikulum atau
pengajaran tidak terpaku pada satu materi atau kurikulum namun dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.
4. Cara penyampaian pengajaran dengan menggunakan multimetode dan multimedia
dalam kegiatan belajar, hal ini dilakukan agar pengajar dalam menyampaikan pelajaran
tidak bersifat monotone namun berkembang juga seiring perkembangan zaman. Dengan
demikian para pengajar dapat menilai pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dan
para pengajar dapat melakukan berbagai pendekatan agar para siswa dapat memahami materi
yang diberikan oleh pengajar

2. Dalam mempelajari proses inovasi, para ahli mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan
individu selama proses itu berlangsung. Carilah sebuah inovasi untuk kemajuan pendidikan di
Indonesia, lalu analisislah bagaimana inovasi tersebut berproses agar diterima oleh masyarakat!

Jawab :

Inovasi yang bisa kita lakukan dibidang pendidikan misalnya adalah dengan mengajar online.
Mari kita analisa, belajar online adalah sebuah langkah atau loncatan agar semua murid bisa
belajar gratis. Hanya bermodalkan handphone dan kuota kita bisa belajar online, tidak perlu
bayar uang sekolah karena guru yang mengajarkan dibayar oleh aplikasi, aplikasi dibayar dari
jumlah orang yang mendownload aplikasi tersebut. Dengan begitu inovasi ini sama sama
menguntungkan baik di pihak murid, guru, dan juga siswa. Memang ada beberapa kekurangan
seperti jaringan internet dan sosialisasi, tapi keluar dari itu semua, masih banyak keuntungan
yang dapat menutupinya.
3. Penyebaran inovasi sejak pertama kali diperkenalkan sampai merata penggunaannya ke seluruh
lapisan masyarakat, berlangsung selama beberapa tahun. Cepat atau lambatnya penerimaan
inovasi tergantung karakteristik inovasi itu sendiri. Rogers (1983) menjabarkan ada lima
karakteristik inovasi tersebut. Jelaskan dengan bahasa anda secara singkat, apa saja karakteristik
inovasi tersebut dan berilah contoh inovasi yang ada di sekitar anda!

Jawab :
Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi, yaitu:

1. Keunggulan Relatif (relative advantage) adalah Keunggulan relatif adalah derajat dimana
suatu inovasi dianggap lebih baik atau unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat
diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan
lain-lain. ebagai contoh para  adopter akan menilai apakah suatu  Inovasi  itu relatif
menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya atau tidak. Untuk  adopter  yang
menerima secara cepat  suatu inovasi, akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan
2. Kesesuaian (compatibility), yaitu tingkat kesesuaian dengan nilai (values), pengalaman lalu,
dan kebutuhan dari penerima. Kesesuaian adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap
konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi.
Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya
dengan inovasi yang sesuai (compatible).
3. Kerumitan (complexity) Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk
memahami dan manggunakan inovasi bagi penerima. Kompleksitas adalah derajat dimana
inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Artinya bagi
individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan
lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut
berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-
istilah dalam inovasi itu
4. Kemampuan diuji cobakan (trialability). Trialabilitas (trialability), yaitu dapat dicoba atau
tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Kemampuan untuk diuji cobakan atau trialabilitas
adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji coba dalam batas tertentu. Suatu inovasi yang
dapat diuji cobakan dalam pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat
diadopsi. agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu
menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.

Kemampuan untuk dapat diuji bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian. Mempunyai


kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi
ketidakpastian mereka terhadap inovasi itu.
5. Kemampuan diamati (observability) Dapat diamati (obsevability), yaitu mudah diamati atau
tidaknya suatu hasil inovasi oleh penerima. Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana
hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari
suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut
mengadopsi. Dengan kemampuan untuk diamati akan mendorong adopter untuk  memberikan
penilaian apakah inovasi itu  mampu meningkatkan status sosial mereka di depan orang lain
sehingga dirinya akan dianggap sebagai orang yang inovatif.

4. Dunia pendidikan membutuhkan inovasi terutama inovasi pembelajaran, hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Sebuah inovasi harus dapat dilaksanakan agar terjadi perubahan. Dalam penerapannya, inovasi
pendidikan memiliki hambatan dalam penyebarannya. Jelaskan apa saja faktor yang menjadi
hambatan dalam inovasi di bidang pendidikan!

Jawab :

Faktor yang Menghambat Inovasi Pendidikan di Indonesia :

1. Perkiraan yang tidak tepat mengenai inovasi


Faktor ini merupakan faktor yang peling penting dan kompleks sebagai hambatan bagi
inovasi pendidikan. Hambatan yang disebabkan kurang tepatnya perencanaan atau estimasi
(under estimate) dalam inovasi pendidikan yakni tidak tepatnya peritmbangan tentang
implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antar anggota kelompok pelaksana inovasi,
dan kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau kurang adanya
kerjasama yang baik.
Hal ini terjadi pada pelaksanaan inovasi pendidikan di Indonesia. Secara terperinci
beberapa hal yang berkenaan dengan ketidaktepatan estimasi inovasi pendidikan di Indonesia,
antara lain: (1) tidak adanya koordinasi antar petugas yang berlainan di bidang garapan, (2)
tidak jelas struktur pengambilan keputusan, (3) kurang adanya komunikasi yang baik dengan
pimpinan struktural, (4) perlu sentralisasi data penentuan kebijakan, (5) terlalu banyak
undang-undang dan peraturan yang harus diikuti, (6) keputusan formal untuk memulai
kegiatan inovasi terhambat, (7) tidak tepatnya pertimbangan untuk menghadapi masalah
penerapan inovasi, dan (8) tekanan dari pimpinan untuk mempercepat inovasi dalam waktu
yang singkat.

2. Konflik dan motivasi


Hambatan ini muncul karena adanya masalah-masalah pribadi seperti pertentangan
anggota kelompok pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja, dan berbagai macam sikap
pribadi yang dapat mengganggu proses inovasi.
Secara terperinci beberapa hal yang berkenaan dengan konflik dan motifasi pada
penerapan inovasi pendidikan di Indonesia, antara lain: (1) adanya pertentangan antar anggota
kelompok, (2) antara beberapa anggota kurang adanya saling pengertian serta saling merasa
iri antara satu dengan yang lain, (3) orang yang memiliki peranan penting dalam proyek justru
tidak menunjukkan semangat dan ketekunan kerja, (4) beberapa orang penting dalam proyek
terlalu kaku dan berpandangan sempit tentang proyek, (5) orang yang memegang jabatan
penting dalam proyek tidak bersikap terbuka untuk menerima inovasi, dan (6) kurang adanya
penghargaan terhadap orang yang telah menerima atau menerapkan inovasi.

3. Lemahnya berbagai faktor penunjang inovasi


Hal-hal berkaitan dengan lemahnya faktor penunjang inovasi, seperti rendahnya
penghasilan per kapita, kurang adanya pertukaran inovasi, tidak mengetahui adanya potensi
alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yang tidak menunjang, kurang sarana komunikasi, kurang
perhatian dari pemerintah, dan sistem pendidikan yang kurang sesuai dengan kebutuhan.
Secara terperinci beberapa hal yang berkenaan dengan lemahnya berbagai faktor
penunjang inovasi pendidikan di Indonesia, antara lain: (1) lambatnya pengiriman material
yang diperlukan, (2) material tidak siap tepat waktu, (3) perencanaan dana tidak tepat, (4)
sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (5) orang yang telah
dilatih untuk menangani proyek tidak mau ditempatkan sesuai kebutuhan proyek, (6) terjadi
inflasi, (7) peraturan yang tidak sesuai, (8) jauhnya jarak antar tempat, (9) tenaga pelaksana
kurang mampu menangani proyek sesuai dengan perencanaan, dan (10) terlalu cepat terjadi
perubahan penempatan orang-orang penting dalam proyek sehingga dapat mengganggu
kontinuitas.
 
4. Keuangan (financial) yang tidak terpenuhi
Tentang bantuan dana untuk suatu proyek inovasi sering terjadi adanya peraturan bahwa
pemerintah akan memberikan bantuan bila masyarakat setempat (daerah) memiliki dana
sendiri (swasembada). Daerah tidak memiliki dana, maka pemerintah tidak membantu atau
masyarakat tidak mau mengusahakan dana karena tidak ada bantuan dari pemerintah.
Secara terperinci beberapa hal yang berkenaan dengan keuangan pada penerapan inovasi
pendidikan di Indonesia, antara lain: (1) tidak memadainya bantuan finansial dari daerah, (2)
tidak memadainya bantuan finansial dari luar daerah, (3) kondisi ekonomi daerah secara
keseluruhan, (4) prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain daripada
bidan pendidikan, dan (5) ada penundaan dalam penyampaian dana.

5. Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi


Faktor ini berupa penolakan dari kelompok inovasi penentu atau kelompok elit dalam
suatu sistem sosial. Penolakan ini berbeda dengan keberatan karena kurang dana atau masalah
personal. Namun, penolakan ini memang ada kecenderungan muncul dari kelompok penentu.
Secara terperinci beberapa hal yang berkenaan dengan penolakan dari sekelompok
tertentu atas hasil inovasi pendidikan di Indonesia, antara lain: (1) kelompok elit yang
memiliki kewenangan dalam masyarakat tradisional menentang inovasi atau perluasan
inovasi, (2) terdapat pertentangan ideologi mengenai inovasi, (3) proyek inovasi dilaksanakan
sangat lambat, dan (4) keberatan terhadap inovasi karena sebab kepentingan kelompok.

6. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi


Faktor ini berkaitan dengan hubungan antar kelompok dan hubungan dengan orang di
luar kelompok.
Secara terperinci beberapa hal yang berkenaan dengan kurang adanya hubungan sosial
dan publikasi pada penerapan inovasi pendidikan di Indonesia, antara lain: (1) ada masalah
dalam hubungan sosial antar kelompok, (2) ada ketidakharmonisan antar anggota kelompok
proyek, dan (3) kurangnya suasana yang memungkinkan terjadi pertukaran pikiran yang
terbuka.

Apabila disimpulkan, ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat
diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau sekolah, sebagai berikut:
1. Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan, dan bahkan
pelaksanaan inovasi tersebut. Sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru
atau sekolah bukan miliknya dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu
dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah yang berkaitan.
2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat ini, karena
sistem atau metode tersebut sudan mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin
diubah. Di samping itu, sistem yang mereka miliki dianggap memberikan rasa aman atau
kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka.
3. Inovasi baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat belum sepenuhnya melihat
kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa.
4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan
kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi
dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finansial sudah tidak
ada lagi. Dengan demikian, pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan
sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk
merubahnya.
5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau
guru untuk melaksanakan keinginan pusat yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan dan
situasi sekolah.

Upaya menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, memunculkan faktor-faktor


utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan, antara lain:

1. Guru
Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain, guru
adalah stakeholder yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Kepiawaian
dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar. Guru
harus pandai membawa siswa kepada tujuan yang hendak dicapai.
Begitu pula dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan
inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasi terhadap inovasi, guru
memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa
melibatkan guru, maka sangat mungkin guru akan menolak inovasi yang diperkenalkan
kepada mereka. Hal ini telah diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi
yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan. Dengan
demikian, dalam suatu inovasi pendidikan, guru memiliki peran yang utama dan pertama
terlibat karena memiliki peran yang luas di dunia pendidikan.
2. Siswa
Sebagai obyek sekaligus subyek utama dalam pendidikan terutama pada proses belajar
mengajar, siswa memegang peran yang dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa
dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensi, daya motorik,
pengalaman, kemauan, dan komitmen yang timbul dari dalam diri tanpa ada paksaan. Hal
ini dapat terjadi apabila siswa dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya
dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari inovasi, mulai dari perencanaan sampai
pelaksanaan. Sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang
harus dilaksanakan dengan konsekwen.
Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah penting, karena siswa bisa berperan
sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran, petunjuk, dan bahkan sebagai guru
bagi sesamanya. Oleh karena itu, siswa perlu diajak atau dilabatkan dalam proses inovasi
pendidikan, sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut,
melainkan mengurangi penolakan terhadap inovasi.
3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Untuk itu, kurikulum dianggap sebagai bagian yang tidak dapat
terpisahkan dalam proses belajar mengajar. Sehingga dalam pelaksanaan inovasi
pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam
pendidikan. Tanpa sejalannya inovasi pendidikan terhadap kurikulum, maka inovasi
tersebut tidak akan berjalan optimal. Oleh karena itu, dalam pembaharuan pendidikan,
inovasi hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti
dengan adanya inovasi, sehingga kedua hal tersebut berjalan secara beriringan.
4. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan indikator yang tidak dapat diabaikan dalam
keberlansungan proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu saja sarana
dan prasarana merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan
diterapkan. Tanpa adanya sarana dan prasarana, maka pelaksanaan inovasi pendidikan
tidak dapat berjalan dengan optimal.
 
5. Lingkup sosial masyarakat
Dalam penerapan inovasi pendidikan, terhadap hal yang secara tidak langsung terlibat
dalam perubahan. Peran tersebut ada pada lingkungan masyarakat. Masyarakat secara
langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak disengaja akan terlibat dalam pendidikan.
Sebab, pada dasarnya apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah
masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat dimana peserta didik itu berada. Tanpa
melibatkan masyarakat sekitar, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan akan
ditolak apabila masyarakat tidak diberitahu atau dilibatkan.
Referensi
Anshari, H. (1983). Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

5. Globalisasi dan desentralisasi dalam bidang pendidikan, merupakan isu yang menarik untuk
dibicarakan di tahun 2018. Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
Globalisasi dan desentralisasi memiliki dinamika dan makna mendasar yang menjadi bagian
tidak terpisahkan. Uraikan dinamika dan makna dari globalisasi dan desentralisasi tersebut!

Jawab :
Pada tahun 2018, globalisasi dan desentralisasi yang terjadi pada
bidang pendidikan menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan. Globalisasi dan
desentralisasi juga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan.
Pada globalisasi dan desentralisasi, yang menjadi dinamika dan maknanya adalah globalisasi
membuat tingkat kewenangan pemerintah seakan menjadi berkurang, hal ini membuat adanya
desentralisasi yang terjadi dengan adanya peningkatan kemampuan pada organisasi lokal ataupun
pada individu.

Globalisasi adalah salah satu bentuk dari fenomena sosial yang terjadi pada zaman modern.
Globalisasi sendiri pada dasarnya bisa terjadi karena adanya kemajuan pada ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kemajuan pada ilmu pengetahuan dan teknologi ini membuat adanya kemudahan
pada kegiatan interaksi dan komunikasi jarak jauh yang dilakukan oleh manusia yang membuat
manusia yang ada di seluruh dunia seakan menjadi terhubung. Dengan adanya hal ini, manusia
bisa mendapatkan informasi dengan jauh lebih mudah dan menciptakan independensi terhadap
pemerintah.

Oleh karena itu, salah satu pengaruh dari globalisasi adalah menurunnya tingkat kekuasaan
pada pemerintah. Hal ini membuat globalisasi seakan erat dengan desentralisasi karena setiap
manusia akan memiliki pandangan yang berbeda mengenai keyakinan dan juga kepercayaannya
masing-masing. Namun, dengan adanya desentralisasi ini kita tetap harus menciptakan hubungan
saling mengisi dan saling berhubungan sehingga globalisasi tidak menciptakan ketidakstabilan
politik pada suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai