Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam dunia pendidikan program inovasi menjadi topik yang selalu hangat
dibicarakan. Munculnya inovasi pendidikan dilatarbelakangi oleh tantangan untuk
menjawab masalah-masalah krusial dalam bidang pendidikan; pengelolaan sekolah,
kurikulum, siswa, biaya, fasilitas, tenaga maupun hubungan dengan masyarakat.
Inovasi pendidikan yang berlangsung di sekolah dimaksudkan untuk menjawab
masalah-masalah pendidikan yang terjadi di sekolah guna mendapatkan hasil yang
terbaik dalam mendidik siswa. Banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang
sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan antara lain : dalam hal manajemen
pendidikan, metode pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi
kurikulum, dan sebagainya.

Secara umum ada dua model inovasi manajemen pendidikan, yaitu model
“top down innovation” dan model “bottom up innovation”. Model pertama adalah
suatu inovasi yang datang dari atas atau yang diciptakan oleh pemerintah, dalam hal
ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang disponsori oleh lembaga-
lembaga asing. Inovasi ini sengaja diciptakan oleh oleh Depdiknas selaku inovator
dan regulator di bidang pendidikan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun
sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebagainya.

Kedua, adalah inovasi model “bottom up innovation”, yaitu model inovasi


yang diciptakan berdasarkan ide, kreasi, dan inisiatif sendiri oleh suatu lembaga
pendidikan seperti sekolah, universitas, guru, dosen, dan sebagainya. Model bottom
up innovation ini lebih banyak dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi
swasta dibanding sekolah atau perguruan tinggi negeri, karena sistem pengambilan
keputusan yang sentralistis. Misalnya, suatu sekolah melakukan inovasi tentang

1
efektifitas pembelajaran dengan menggunakan media atau alat transformasi pelajaran
seperti komputer dan infocus dalam setiap kelas. Dalam hal ini kewenangan atau
otoritas sekolah yang bersangkutan lebih menonjol dan dapat mengambil keputusan
sendiri sepanjang tidak melanggar kaidah-kaidah normatif.

Di samping kedua model yang umum tersebut di atas, ada hal lain yang
muncul tatkala membahas inovasi pendidikan yaitu kendala-kendala, faktor-faktor
seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas, dana, dan lingkup sosial masyarakat..

B. Alasan Mengangkat Judul


Sesuai dengan latar belakang diatas penulis tertarik mengangkat judul
pentingnya inovasi manajemen pendidikan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar
peserta didik karena:
1. Pentingnya inovasi manajemen pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang relavan.
2. Manajemen pendidikan butuh inovasi yang sarat dengan esensi keberhasilan
peserta didik.
3. Tuntutan era teknologi yang dirasakan peserta didik menjadi alasan nyata
pentingnya inovasi manajemen pendidikan.

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul pada


permasalahan yang diangkat, maka penegasan istilah sebagai berikut:

1. Inovasi
Inovasi diambil dari kata bahasa inggris “ inovation “ dapat diartikan sebagai
peroses atau hasil pengembangan pemanfaatan / mobilisasi pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman.1
2. Manajemen
1
Idris, Zahara dan Lisma Jamal,Pengantar Pendidikan 2(Jakarta : PT. GramediaWidiasarana
Indonesia, 1992), hlm.70

2
Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan
oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
tersebut dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki.
3. Pendidikan
Menurut KBBI pendidikan bersal dari kata didik yang artinya adalah
memelihara atau memberi latihan ( ajaran, tuntunan, pimpinan ).
4. Peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik
pendidikan informal, pendidikan formal maupun pendidikan nonformal,
pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

D. Permasalahan
a. Identifikasi masalah
Melihat banyaknya permasalahan yang ada maka penulis melakukan
identifikasi masalah sebagai berikut:
a. Masih banyak skolah yang masih menggunkan sistem lama yang
sudah tidak relavan dengan zaman.
b. Sebagian kelompok tertentu dari pekerja pendidikan masih pasif
terhadap inovasi manajemen pendidikan.
b. Batasan masalah
Untuk mempermudah penulisan makalah ini, penulis membatasi
permasalahan hanya pada “pentingnya inovasi manajemen pendidikan
untuk meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik “
c. Rumusan masalah
a. Apa yang di maksud inovasi manajemen pendidikan?
b. Apa ruang lingkup inovasi manajemen pendidikan ?

3
c. Bagaiamana dengan konsep inovasi manajemen pendidikan berbasis
sekolah ?

E. Tujuan Dan Manfaat Penulisan.


Tujuan penulisan makah ini adalah menjawab semua rumusan masalah yang
ada.
Manfaat penulisan makalah ini secara teorotis dan praktis dapat membantu
sumbangsih pemikirann terutama dalam hal inovasi manajmene pendidikan
yang terkadang tak terealisasi dengan baik sehingga membuat pendidikan
dengan zaman menjadi suatu pertentangan.

F. Sistemais Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini dibuat sebagai berikut:
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Alasan Mengangkat Judul
C. Penegasan Istilah
D. Permasalahan
1. Identifkasi Masalah
2. Batasan Masalah
3. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penulisan
F.Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian (sesuai pendapat para ahli)

4
BAB III PEMBAHASAN

Pembahasan

BAB I V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II

LANDASAN TEORI

Orientasi studi inovasi manajemen pendidikan masih cenderung melihat


sesuatu yang tampak di mata (tangible), kurang memperhatikan sesuatu yang tidak
kelihatan (intangible) seperti nilai, tradisi dan norma yang menjadi budaya organisasi,
dan ada di dalam sebuah organisasi. Beberapa tahun terakhir orang banyak
beranggapan bahwa strategi, struktur, dan sistem adaah fokus dan faktor yang
menjadi pendorong kesuksesan organisasi.

Namun menurut Ouchi (1983) dan Key (1999) menyatakan bahwa kesuksesan
organisasi justru terletak pada budaya organisasi yang meliputi nilai, tradisi, norma,
yang direkat oleh kepercayaan, keakraban dan tanggung jawab yang menentukan
kesuksesan organisasi.

Sedangkan menurut Basri (2004) menyatakan bahwa budaya organisasi dapat


dijadikan sebagai kekuatan organisasi apabila budaya organisasi tersebut dikelola
dengan baik. Untuk dapat mengelola budaya organisasi diperlukan pimpinan yang
transformatif, memahami filosofi organisasi, mampu merumuskan visi, misi
organisasi, dan menerapkannya melalui proses perencanaan organisasi. Dalam tulisan
ini akan diulas secara ringkas manajemen pendidikan dilihat dari perspektif nilai dan
budaya organisasi, walaupun banyak hal yang bisa dilihat dari sudut padang berbeda.
Pendekatan nilai dan budaya organisasi ini cenderung lebih mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan.

Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan


kompleks karena lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga
penyelenggara pendidikan. Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyaraat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkaya khanazah ilmu
pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk

6
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Demikian kompleksnya organisasi tersebut, maka dalam memberikan layanan
pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya organisasi perlu
dikelola dengan baik. Oleh sebab itu lembaga pendidikan perlu menyadari adanya
pergeseran dinamika internal (perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan
eksternal yang semakin berkembang.

Menurut Jacques (1952) yang dikutip Hasri (2004), budaya organisasi


didefinisikan sebagai berikut:“the culture of the factory is its customary and
traditional way of thinking and doing of things, which shared to a greater or lesser
degree by all its member, and which new members must learn, and at least partially
accept, in order to be accepted into service in the firm” Sedangkan menurut Manan
(1989) ada tujuh karakteristik budaya dasar yang bersifat universal yaitu:

a. Kebudayaan itu dipelajari bukan bersifat instingtif


b. Kebudayaan itu ditanamkan
c. Kebudayaan itu bersifat gagasan (ideational), kebiasaan-kebiasaan kelompok
yang dikonsepsikan atau diungkapkan sebagai norma-norma ideal atau pola
perilaku
d. Kebudayaan itu sampai pada suatu tingkat memuaskan individu, memuaskan
kebutuhan biologis dan kebutuhan ikutan liannya
e. Kebudayaan itu bersifat integratif. Selalu ada tekanan ke arah konsistensi dalam
setiap kebudayaan
f. Kebudayaan itu dapat menyesuaikan diri.Schein (1985) memberi definisi bahwa
budaya organisasi adalah pola asumsi dasar yang telah ditemukan suatu
kelompok, ditentukan, dan dikembangkan melalui proses belajar untuk
menghadapi persoalan penyesuaian (adaptasi) kelompok eksternal dan integrasi
kelompok internal.

Pendapat lain tentang budaya organisasi menyatakan bahwa budaya organisasi


mengacu pada suatu sistem pemaknaan bersama yang dianut oleh anggota organisasi

7
dalam bentuk nilai, tradisi, keyakinan (belief), norma, dan cara berpikir unik yang
membedakan organisasi itu dari organisasi lainnya (Ouchi, 1981).Berdasarkan
berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi di lembaga
pendidikan adalah pemaknaan bersama seluruh anggota organisasi di suatu lembaga
pendidikan yang berkaitan dengan nilai, keyakinan, tradisi dan cara berpikir unik
yang dianutnya dan tampak dalam perilaku mereka, sehingga membedakan antara
lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya.

Terbentunya sikap saling percaya bahwa kepercayaan yang diberikan oleh


pimpinan kepada bawahan akan memberikan daya rekat (social glue), tetapi ada
beberapa karyawan yang tidak bisa mengemban amanah kepercayaan tersebut.
Beberapa datang tidak tepat waktu, karena mereka beranggapan bahwa pimpinan
mereka kurang layak menjadi pemimpin (tidak dapat memimpin jalannya
sidang/rapat). Keakraban Disamping kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada
karyawan, keakraban sesama karyawan juga merupakan hal yang menonjol dalam
lembaga pendidikan. Fakta membuktikan bahwa pekerjaan yang tidak dapat
diselesaikan oleh seorang karyawan akan dibantu karyawan lain yang mempunyai
kelonggaran waktu. Kejujuran dan Tanggung Jawab lembaga pendidikan yang
berkyualitas menekankan perlunya kejujuran dan tangggung jawab. Tanggung jawab
karyawan terhadap pekerjaannya terlihat dari kebersihan lingkungan, piket, ruangan
kelas, dan ruangan perpustakaan.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Inovasi manajemen pendidikan

Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan
perubahan. Kata kerjanya inovo yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi
adalah suatu perubahan yang baru yang menuju kearah perbaikan; yang lain atau
berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana
(tidak secara kebetulan). Istilah perubahan dan pembaharuan ada perbedaan dan
persamaannya. Perbedaannya, kalau pada pembaruan ada unsur kesengajaan.
Persamaannya, yakni sama-sama memiliki unsur yang baru atau lain dari
sebelumnya. Pembaruan pendidikan itu sendiri adalah perubahan yang baru dan
kualitatif berbeda dari hal (yang sebelumnya) serta sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Untuk
mengetahui dengan jelas perbedaan antara inovasi dengan perubahan, mari kita lihat
definisi yang diungkapkan oleh Nichols (1983:4).

Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, pengorganisasian,


memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab
kemasyarakat dan kebangsaan (Biro Perencanaan Depdikbud, 1993:4 ).

Menurut Consortium on Renewing Education (Murphy dan Louis, ed.


1999:515) Sekolah (lembaga pendidikan) mempunyai lima bentuk modal yang perlu
dikelola untuk keberhasilan pendidikan yaitu :

1. Integrative capital (modal integratif)


2. Human capital (modal manusia)

9
3. Financial capital (modal keuangan)
4. Social capital (modal sosial)
5. Political capital (modal politik)
B. Ruang Lingkup Inovasi dalam Manajemen Pendidikan

Ruang lingkup inovasi dalam manajemen pendidikan meliputi perencanaan,


pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikandan sumber daya
pendidikan seperti Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Belajar (SB) dan Sumber
Fasilitas dan Dana (SFD).

C. Manajemen Berbasis Sekolah

Dari banyak nya bentuk inovasi manajemen pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas belajar peseta didik di antaranya inovasi Manajemen Berbasis
Sekolah atau yang biasa disebut dengan (MBS), pada hakikatnya adalah penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua
pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah peningkatan mutu


pendidikan. Dengan adanya MBS sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi menunggu
perintah dari atas. Mereka dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai
dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri.

Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) alokasi dana kepada


sekolah menjadi lebih besar dan sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan sesuai
kebutuhan sekolah sendiri. Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap perawatan,
kebersihan, dan penggunaan fasilitas sekolah, termasuk pengadaan buku dan bahan
belajar. Hal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan mutu kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di kelas. Sekolah membuat perencanaan sendiri dan
mengambil inisiatif sendiri untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melibatkan

10
masyarakat sekitarnya dalam proses tersebut. Kepala sekolah dan guru dapat bekerja
lebih profesional dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak
di sekolahnya. MBS merupakan salah satu komponen sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran.

MBS yang akan dikembangkan merupakan bentuk alternatif pengelolaan


sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan, yang ditandai dengan
adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi namun
masih dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. MBS harus mengakibatkan
peningkatan proses belajar mengajar sehingga hasil belajarpun meningkat. Sekolah
yang menerapkan prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih
bertanggungjawab, kreatif dalam bertindak dan mempunyai wewenang lebih serta
dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh pemangku kepentingan.

Dengan diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah, maka diharapkan


sekolah bisa:

– Menyadari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi sekolah


tersebut.

– Mengetahui sumber daya yang dimiliki dan masukan pendidikan yang akan
dikembangkan.

– Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan lembaganya.

– Bertanggungjawab terhadap orangtua, masyarakat, lembaga terkait, dan


pemerintah dalam penyelenggaraan sekolah.

– Persaingan sehat dengan sekolah lain dalam usaha-usaha kreatif-inovatif


untuk meningkatkan layanan dan mutu pendidikan.

– Meningkatkan peran serta Komite Sekolah, masyarakat, dunia usaha dan


dunia industri untuk mendukung kinerja sekolah.

11
– Menyusun dan melaksanakan program sekolah yang mengutamakan
kepentingan proses belajar mengajar (pelaksanaan kurikulum), bukan kepentingan
administratif saja.

– Menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber


daya sekolah (anggaran, personil, dan fasilitas).

– Mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan,


dan kondisi lingkungan sekolah walau berbeda dari pola umum atau kebiasaan.

– Menjamin terpeliharanya fasilitas dan sumber daya yang ada di sekolah dan
bertanggung jawab kepada masyarakat.

– Meningkatkan profesionalisme personil sekolah.

– Meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang.

– Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program


sekolah (misal: KS, guru, Komite Sekolah, tokoh masyarakat, dll).

– Adanya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran pendidikan sekolah.

D. Komentar Penulis

Ruang lingkup Manajemen Pendidikan dengan melihat bahwa Sekolah atau


Lembaga Pendidikan lainnya sebagai sebuah sistem menjadikan kita tidak dapat
beralasan untuk tidak berinovasi, karena banyak sekali ranah yang dapat
diberlakukannya inovasi. Apakah itu dari Input, proses, out put atau out come.

Khususnya untuk adpender jadilah sebagai dokter dalam bidang Administrasi


Pendidikan yang Ruang Lingkupnya adalah Manajemen, Organisasi, dan
Kepemimpinan. Dengan demikian biasa dimengerti betapa pentingnya inovasi
manajemen pendidikan untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Inovasi manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, dan
pembaharuan pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga
pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan,
mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung
jawab kemasyarakat dan kebangsaan
2. Ruang lingkup inovasi dalam manajemen pendidikan meliputi
perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga
pendidikandan sumber daya pendidikan seperti Sumber Daya Manusia
(SDM), Sumber Belajar (SB) dan Sumber Fasilitas dan Dana (SFD).
3. penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah
dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan
sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
B. Saran
Hendaknya propeseonalisme pendidikan terus ditingkatkan demi
mendongkrak kualitas pendidikan indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

A. Mas’ud. Antologi Studi Agama dan Pendidikan. Aneka Ilmu. 2004

Depdiknas Ban PT, Modul kelayakan Lembaga Pendidikan. 2008

Robi’in muhammad. Artikel,Pendidikan Profit orientied. Majalah Gontor.


2011

Robi’in Muhammad, Alternatif Pembelajaran Global, 2010

Sani Mahmud, Pengantar Ilmu Pendidikan. Scientifica press. 2009

Suharsimi Arikunto,konsep perkembangan kurikulum pendidikan islam.UIN


Jogja 2009

N.I. Wahyudi. Sistematika Ajaran Islam. Depag Jatim. 1997

14

Anda mungkin juga menyukai