Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 1990-an, penanaman studi kasus manajemen pendidikan di Indoensia biasa
dibilang lebih popular dibandingkan dengan administrasi pendidikan. Esensi keduanya
sebetunya nyaris sama, persoalan terletak pada sudut pandang (pradigma) yang
digunakan. Di barat sendri juga demikian, para professional pendidikan Amerika Serikat
lebih suka menggunakan istilah manajemen pendidikan. Ruang lingkup manajemen
pendidikan pada hakikatnya sangat luas, seluas ruang lingkup dan pengertian pendidikan
yang diletakannya. Oleh karena itu kami akan memilih pandangan yang relevan dan
bermanfaat sebagai pengetahuan yang general. Kami akan mngenalkan secara umum
manajemen pendidikan berbasis sudut pandang pendidikan di Indonesia.
Perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat
telah mempengaruhi dan mengubah seluruh tatanan kehidupan masyarakat dunia
termasuk Negara Indonesia. Semua aspek kehidupan seperti aspek social, ekonomi,
budaya, kesehatan, dan termasuk pendidikan. Banyak Negara mengakui, tidak ada satu
pun bidang kehidupan masyarakat saat ini yang tidak terlepas dari pengaruh teknologi
informasi dan komunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pradigma manajemen pendidikan?
2. Factor apa saja yang mempengaruhi pradigma manajemen pendidikan?
3. Apa pengertian dari Manajemen Berbasis Sekolah?
4. Bagaimana Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam bidang pendidikan?
5. Apa dampak dari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam pengelolaannya
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pradigma manajemen pendidikan
2. Untuk mengetahui Factor yang mempengaruhi pradigma manajemen pendidikan?
3. Untuk mengetahui pengertian dari Manajemen Berbasis Sekolah?
4. Bagaimana Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam bidang pendidikan?
5. Apa dampak dari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam pengelolaannya
6.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRADIGMA MANAJEMEN PENDIDIKAN


Menurut KBBI pradigma yaitu model dalam teori ilmu pengetahuan, dan
kerangka berpikir.
Menurut Steven Covey, paradigma adalah cara kita memandang sesuatu,
pandangan kita, kerangka acuan kita atau keyakinan kita
Harmon (dalam Moleong). Paradigma adalah cara mendasar untuk memahami,
berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang khusus tentang
realitas
Thomas Kuhn. Paradigma adalah suatu landasan berpikir, konsep dasar, atau
landasan berpikir yang digunakan/dianut sebagai model atau konsep dasar para
ilmuan dalam melakukan studinya.
Jadi pradigama yaitu cara pandang seseorang yang dapat mempengaruhi dirinya
maupun lingkungan didalam berfikir dan bersikap.
Menurut Prof. Dr. Arifin Abduracman manajemen adalah kegiatan-kegiatan
untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang-orang pelaksana. Jadi dalam hal ini kegiatan dalam manajemen
terutama adalah mengelola orang-orangnya sebagai pelaksana.

Adapun pendapat dari Terry mengenai pendapat manajemen adalah suatu


proses tertentu yang teridri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasana yang di lakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan yang
telah di tetapkan dengan menggunakan manusia/orang-ornag dan sumber daya
lainnya.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah segenap proses
terlaksananaya suatu tujuan pendidikan, dengan segenap usaha orang-orang yang
terlibat di dalam proses pencapaian tujuan tersebut dengan adanya perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, pengoordinasian, komunikasi, pengawasan,
kepegawaian, pembiayaan, dan penilaian atau evaluasi sehingga menjadi efektif dan
efesien.

2
Manajemen pendidikan tidak terlepas dari standar pengelolaan itu sendiri
maupun tahap perancangan tata kelola itu sendiri.
1. Standar pengelolaan pendidikan
Standar pengelolaan pendidikan diharapkan dapat
a. Melaksanakan visi dan misi lembaga pendidikan yang diputuskan bersamaan;
b. Menetapkan tujuan terutama merumuskan indicator dan target mutu lulusan;
c. Menetapkan strategi dengan melibatkan semua pihak untuk mewujudkan visi
lembaga pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu lulusan; dan
d. Menetapkan kebijakan dan program peningkatan mtu lulusan dengan berbagai
program yang mendukung pencapaian prestasi, baik secara akaemik maupun
non akadmik.

2. Tahap perencanaan system pendidikan


Menurut Wiliam N.Dunn(2008) salah satu indikasi pengelolaan pendidikan yang
baik adalah bahwa system pendidikan tersebut telah dirancang terlebih dahulu.
Beberapa tahap perancangan tersebut sebagai beriku:
a. Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan
Di dalam suatu sistem termasuk sistem pendidikan penetapan tujuan dan
sasaran kebijakan diperlukan sebagai dasar pijakan dalam merumuskan
standar kegiatan,penilaian dan evaluasi terhadap kegiatan pendidikan serta
sebagai bahan pertimbangan mengenai suatu kondisi atau iklim yang sedang
terjadi pada sistem pendidikan tersebut.
b. Tahap pengkajian
Tahap menemukan dan memahami hakikat dari pendidkan itu sendiri,seperti
mengkaji permasalahan apa saja yang mungkin akan timbul serta
mengidentifikasi solusi apa yang tepat untuk memecahkan persoalan tersebut
jika sewaktu waktu-waktu akan timbul.
c. Penyusunan model
Beberapa alternatif kebijakan dituangkan dalam bentuk hubungan antar
masalah yang dihadapi lembaga pendidkan dan dirumuskan secara
sederhana.Hubungan ini.disebut sebagai model yang dimaksudkan untuk
memilih alternatif kebijakan mana yang haurs dipilih.
d. Penentuan kriteria alternatif kebijakan
Digunakan untuk memilih dua kriteria kebijakan sebagai berikut:
1) technical feasibility menekankan pada aspek efektivitas dalam mencapai
tujuan dan sasaran.
2) econoic and financial feasibility menekankan pada aspek efisiensi biaya .
3) administrative operability melihat dari kemampuan dan dukungan dari staf
. penfidikan dan lembaga pendidikan itu sendiri.

Pendidkan pada hakikatnya adalah upaya membantu manusia agar mampu


mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya, atau mampu
melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan satusnya. Untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut dibutuhkan tata kelola atau manajemen pendidikan yang baik,
efisien dan efektif.

3
Dengan manajemen pendidkan yang baik akan ditemukan langkah dan cara cara
yang paling efektif dan efisien dalam memecahkan masalah yang terdapat pada sistem
pendidkan, sehingga optimal pada pencapaian sasaran dan tujuan, memenuhi syarat
administaratif, menjaga hubunagan antara peaku pendidkan seta tidak melanggar nilai
yanag berlaku demi tercapainya sistem pendidkan yang lebih baik

1. Perubahan Pradigma Manajemen Pendidikan

Undang-undang tentang Otonomi Daerah memberikan kewenangan kepada


daerah termasuk kewenangan dalam pengelolaan pendidikan di sekolah. Berdasarkan
hal tersebut maka manjeman pendidikan perlu melakukan revitalisasi dan
penyesuaian dari manajemen paradigma lama yang bersifat sentralistik menuju
manajemen pendidikan paradigma baru yang lebih bersifat demokratis dan
desentralistik.

2. Adanya Faktor yang Mempengaruhi Paradigma Manajemen pendidikan

Paradigma manajemen pendidikan di pengaruhi oleh Kemajuan IPTEK yang


sangat cepat dan massif menuntut kemampuan sumberdaya pendidikan melakukan
penyesuaian yang signifikan. Mobilitas pekerja pada tataran internasional yang
gerakannya melintasi batas-batas negara (borderless movement) menuntut pendidikan
makin harus dikelola secara bermutu Krisis ekonomi dan multikrisis lain yang
menyertainya mendorong dunia pendidikan untuk dapat makin memperkuat diri atau
setidaknya dapat mempertahankan capaian pembangunan pendidikan yang telah ada
sekarang.
Pelaksanaan otonomi daerah yang berpengaruh pada perubahan sistem
Pengelolaan Pendidikan. Komitmen penganggaran dari pemerintah dan masyarakat
masih rendah Etos kerja tenaga kependidikan masih rendah Prestasi belajar siswa
rendah Indeks SDM rendah, No. 112 dari 175 negara Daya saing ekonomi dan daya
kekompetitifan investasi rendah Praktik-praktik KKN dan Percaloan.
Masih rendahnya pemerataan akses untuk memperoleh pendidikan, baik karena
faktor ekonomi, kultural, jender, maupun geografis. Mutu proses dan luaran sekolah
kita untuk sebagian besar belum terandalkan dilihat dari capaian prestasi belajar
peserta didik dan keterampilan yang diperoleh. Luaran sekolah untuk sebagian besar
belum relevan dengan kebutuhan pembangunan dan dunia kerja.
Kemampuan manajemen sekolah (school management capability) yang masih
lemah, sehingga muncul aneka distorsi dan sulitnya mendongkrak partisipasi
masyarakat terhadap sekolah. Usaha-usaha inovasi atau pembaruan pendidikan
persekolahan yang dilakukan belum dapat diimplementasikan secara optimum akibat

4
masih relatif lemahnya komitmen guru dan tenaga kependidikan serta dukungan
masyarakat untuk menjaga sustainabilitasnya.

Prestasi siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara yang
disurvai. Kemampuan matematika siswa SMP di Indonesia berada pada urutan ke-39
dari 42 negara Kemampuan IPA berada pada urutan ke-10 dari 42 negara peserta.

B. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH(MBS)


Istilah MBS seringkali didengar dari perbincangan orang-orang di sekitar kita,
namun masih banyak orang yang belum memahami istilah tersebut.Para pakar
pendidikan telah banyak memberikan kajian dan ulasan terhadap istilah tersebut.
Slamet PH (2000), mengemukakan bahwa istilah MBS berasal dari tiga kata yaitu
manajemen, berbasis, dan sekolah.
Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui
sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Berbasis berarti ”berdasarkan pada” atau ”berfokuskan pada”.
Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan ”bekal kemampuan
dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuanketentuan yang bersifat legalistik dan
profesionalistik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ”manajemen berbasis
sekolah” adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara otonomis oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai
tujuan sekolah dalam bingkai pendidikan nasional, dengan melibatkan semua
kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan (partisipatif).
1. Tujuan Khusus MBS :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalampenyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada masyarakat.
d. Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang
ingin dicapai.

5
2. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen yang bernuansa
otonomi, kemandirian dan demokratis.
a. Otonomi, mempunyai makna bahwa kewenangan sekolah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan warga sekolah dalam mencapai tujuan sekolah (mutu
pendidikan) menurut prakarsa berdasarkan aspirasi dan partisipasi warga
sekolah dalam bingkai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
b. Kemandirian, mempunyai makna bahwa dalam pengambilan keputusan tidak
tergantung pada birokrasi yang sentralistik dalam mengelola sumber daya yang
ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan metoda dalam memecahkan
persoalan yang ada, mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan serta
peka dan dapat memanfaatkan peluang yang ada.
c. Demokratif, mempunyai makna seluruh elemen-elemen sekolah dilibatkan
dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan
untuk mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan) sehingga memungkinkan
tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari seluruh
elemen-elemen warga sekolah.

3. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Karakterisitk Manajemen Barbasis Sekolah tentunya tidak terlepas dari
pendekatan Input, Proses, Output Pendidikan.
1. Input Pendidikana.
a. Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
b. Tersedianya sumber daya yang kompetitif dan berdedikasi.
c. Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
d. Komitmen pada pelanggan.
2. Proses Pendidikan
a. Efekttivitas dalam proses belajar mengajar tinggi.
b. Kepemimpinan yang kuat.
c. Lingkungan sekolah yang nyaman.
d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.
e. Tim kerja yang kompak dan dinamis.
f. Kemandirian, partisipatif dan keterbukaan (transparasi).
g. Evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
h. Responsif, antisipatif, komunikatif dan akuntabilitas.

3. Output yang diharapkan

6
Pada dasarnya output yang diharapkan merupakan tujuan utama dari penyelenggaraan
pendidikan secara umum

4. Langkah-langkah Perumusan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).


Untuk merumuskan implementasi manajemen berbasis sekolah harus ada tahapan-tahapan
sebagai berikut:

1. Perencanaan
a. Pada langkah awal perumusan MBS, hal-hal yang perlu
dilaksanakan adalah:
b. Mengidentifikasi sistem, budaya dan sumber daya, mana yang perlu
dipertahankan dan mana yang harus dirubah dengan
memperkenalkan terlebih dahulu format yang baru dan tentunya
lebih baik.
c. Membuat komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur
yang bertanggung jawab.
d. Hadapilah penolakan terhadap perubahan dengan memberi
pengertian
e. Berkerja dengan semua unsur sekolah dalam menjelaskan atau
memaparkan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-
programpenyelenggaraan MBS.
f. Menggaris bawahi prioritas sistem, budaya dan sumber daya yang
belum ada dan sangat diperlukan.

2. Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah


Pada umumnya tantangan sekolah bersumber pada output (lulusan)
sekolah yang meliputi kualitas, produktifitas, efektibilitas dan efisiensi.
Maka sangat diperlukan identifikasi dari hasil analisis output untuk
mengetahui tingkat kualitas, produktifitas, efektibilitas dan efisiensi dari
output yang dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan.

3. Merumuskan visi, misi, tujuan sasaran sekolah yang dapat menjamin


kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah.
- Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah,
agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan
hidup dan perkembangannya.
- Misi adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi
tersebut.

7
- Tujuan adalah apa yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh
sekolah yang bersangkutan dan kapan tujuan itu mungkin
dicapai.
- Sasaran adalah penjabaran tujuan yang akan dicapai oleh sekolah
dalam jangka waktu lebih pendek dibandingkan dengan tujuan
sekolah. Rumusannya harus berupa peningkatan yang spesifik,
terukur, jelas kriterianya dan disertai indicator yang rinci.
-
4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran.

Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah unsur-unsur kegiatan beserta


unsurunsur pendukungnya yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri.
Sejauh mana kesiapan fungsi-fungsi tersebut terhadap kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam mencapai sasaran.

5. Melakukan analisis potensi lingkungan (analisis SWOT)

Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali kesiapan


setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan utnuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.

6. . Memilih langkah-langkah alternatif pemecahan persoalan.

Dalam setiap kegiatan dimungkinkan adanya permasalahan yang timbul.


Hendaklah kita tidak menghindari masalah akan tetapi harus kita hadapi dengan
solusi pemecahan yang sudah kita rencanakan sebelumnya.

7. Menyusun Rencana Program Peningkatan Mutu.

Penyusunan program peningkatan mutu harus disertai langkah-langkah


pemecahanan persoalan yang mungkin terjadi.Fungsi yang terlibat beserta
unsur-unsurnya membuat rencana program untuk jangka pendek, menengah dan
jangka panjang serta bersama-sama merealisasikan rencana program tersebut.
(rencana program biasanya tertuang dalam renstra sekolah).

8
8. Melaksanakan Rencana Program Peningkatan Mutu

Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu maka fungsi-dungsi


terkait hendaknya memanfaatkan sumber daya secara maksimal, efektif dan
efisien.

9. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu


mengadakan evaluasi pelaksanaan program, baik program jangka pendek
maupun program jangka panjang.

10. Merumuskan Sasaran Peningkatan Mutu Baru.

Dari hasil evaluasi kita dapat memperoleh tingkat keberhasilan dan


kegagalannya sehingga dapat memperbaiki kinerja program yang akan datang.
Disamping itu evaluasi juga sangat berguna sebagai bahan masukan bagi
sekolah untuk merumuskan sasaran (tujuan) peningkatan mutu untuk tahun
yang akan datang.

Empat faktor penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi manajemen berbasis sekolah,
yaitu:

1. Kekuasaan yang dimiliiki sekolah. Besarnya kekuasaan sekolah tergantung bagaimana


MBS dapat mengimplementasikan pemberian kekuasaan secara utuh seperti dituntut
MBS tidak mungkin dilaksanakan sekaligus, tetapi memerlukan proses transisi dari
manajemen terpusat.
2. Pengetahuan dan ketrampilan sekolah, warga sekolah perlu memiliki pengetahuan untuk
meningkatkan prestasi, memahami dan melaksanakan berbagai teknik, untuk itu sekolah
harus memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia
3. Sistem informasi, informasi yang jelas untuk monitoring, evaluasi dan akuntabilitas
sekolah, informasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain berkaitan dengan
kemampuan guru, peserta didik serta visi dan misi sekolah.

9
4. Sistem penghargaan., sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem
penghargaan bagi warganya yang berprestasi, untuk mendorong karirnya. Oleh karena
itu, sistem penghargaan yang dikembangkan harus besifat proporsional, adil dan
transparan.

Syarat dalam penerapan MBS sebagai berikut :

1. MBS perlu mendapatkan dukungan dari staf sekolah.


2. MBS perlu diterapkan secara bertahap agar kemungkinan berhasil lebih baik.
3. Diperlukan waktu kurang lebih 5 tahun untuk dapat menerapkan MBS secara berhasil.
4. Kantor dinas beserta staf sekolah perlu pelatihan penerapan MBS serta harus
menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.
5. Perlu disediakan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu untuk saling bertemu
dengan antar staf secara teratur.
6. Pemerintah pusat dan daerah harus memberikan wewenangnya kepada kepala sekolah
kemudian selanjutnya membagikan wewenang ini kepada guru dan orang tua atau wali
murid.

Hambatan dalam penerapan MBS

1. Kurang berminat untuk ikut terlibat dalam pengelolaan MBS


2. Tidak efisien
3. Memerlukan pelatihan khusus
4. Kebingungan terhadap peran dan tanggung jawab baru dalam MBS
5. Kesulitan koordinasi
6. Kepala sekolah kurang memahami penerapan MBS

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
pradigama yaitu cara pandang seseorang yang dapat mempengaruhi dirinya maupun
lingkungan didalam berfikir dan bersikap. Menurut Prof. Arifin Abduracman manajemen adalah
kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan
dengan menggunakan orang-orang pelaksana. . Paradigma manajemen pendidikan di pengaruhi
oleh Kemajuan IPTEK yang sangat cepat dan massif menuntut kemampuan sumberdaya
pendidikan melakukan penyesuaian yang signifikan
Pelaksanaan otonomi daerah yang berpengaruh pada perubahan sistem Pengelolaan
Pendidikan. Masih rendahnya pemerataan akses untuk memperoleh pendidikan, baik karena
faktor ekonomi, kultural, jender, maupun geografis. Mutu proses dan luaran sekolah kita untuk
sebagian besar belum terandalkan dilihat dari capaian prestasi belajar peserta didik dan
keterampilan yang diperoleh. Kemampuan manajemen sekolah (school management capability)
yang masih lemah, sehingga muncul aneka distorsi dan sulitnya mendongkrak partisipasi
masyarakat terhadap sekolah. Prestasi siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39
negara yang disurvai. 3

Istilah MBS seringkali didengar dari perbincangan orang-orang di sekitar kita, namun
masih banyak orang yang belum memahami istilah tersebut.Para pakar pendidikan telah banyak
memberikan kajian dan ulasan terhadap istilah tersebut. Manajemen adalah pengkoordinasian
dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Output yang diharapkan . Pada umumnya tantangan
sekolah bersumber pada output (lulusan) sekolah yang meliputi kualitas, produktifitas,
efektibilitas dan efisiensi. - Sasaran adalah penjabaran tujuan yang akan dicapai oleh sekolah
dalam jangka waktu lebih pendek dibandingkan dengan tujuan sekolah. Fungsi-fungsi yang
dimaksud adalah unsur-unsur kegiatan beserta unsurunsur pendukungnya yang saling berkaitan
dan tidak dapat berdiri sendiri. Sejauh mana kesiapan fungsi-fungsi tersebut terhadap kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam mencapai sasaran. Dalam setiap kegiatan dimungkinkan adanya
permasalahan yang timbul. Penyusunan program peningkatan mutu harus disertai langkah-
langkah pemecahanan persoalan yang mungkin terjadi.Fungsi yang terlibat beserta unsur-
unsurnya membuat rencana program untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang serta
bersama-sama merealisasikan rencana program tersebut. Dari hasil evaluasi kita dapat
memperoleh tingkat keberhasilan dan kegagalannya sehingga dapat memperbaiki kinerja
program yang akan datang. Disamping itu evaluasi juga sangat berguna sebagai bahan masukan
bagi sekolah untuk merumuskan sasaran (tujuan) peningkatan mutu untuk tahun yang akan
datang. 1. Kekuasaan yang dimiliiki sekolah. 4. Sistem penghargaan., sekolah yang
melaksanakan MBS perlu menyusun sistem penghargaan bagi warganya yang berprestasi, untuk
mendorong karirnya.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/40544696/MANAJEMEN_PENDIDIKAN_converted
https://www.academia.edu/40537149/
MANAJEMEN_PENDIDIKAN_DAN_PARADIGMA_BARU_DALAM_MENGELOL
A_PENDIDIKAN

http://digilib.unimed.ac.id/1614/1/Fulltext.pdf
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=qbUHEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=pengertian+paradigma+manaj
emen+pendidikan&ots=Sqvi1kbd0z&sig=vslr3-yQiSdiAr-
xXcBiaWxXrLg&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20paradigma%20manajemen
%20pendidikan&f=false

12

Anda mungkin juga menyukai