Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIK KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

PENDIDIKAN DI ERA INDUSTRI 4.0

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

pada mata kuliah Manajemen dan Kepemimpinan

Oleh :

ANDINI EKA PRATIWI


2320060007

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah industry 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakasai oleh pemerintah

Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur (Yahya, 2018). Schwab (2017)

menjelaskan bahwa revolusi industry 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur

yang didorong oleh empat factor: (1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan

konektivitas; (2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; (3) terjadinya

bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan (4) perbaikan instruksi transfer

digital kedunia fisik, seperti robotika dan 3D Printing.

Era revolusi inustri 4.0 ditandai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence),

super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, dan inovasi. Pada era

industry in melalui konektivitas dan digitalisasi mampu meningkatkan efisiensi rantai

manfaktur dan kualitas produk. Namun demikian di sisi lain, revolusi industry ini juga akan

menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia sehingga diestimasi terjadi sampai

tahun 2030 karena diambil alih oleh robot.

Mencermati berbagai perubahan dan inovasi serta perkembangan yang ada,

pemerintahan Indonesia saat ini Tengah melaksanakan Langkah-langkah startegis yang

ditetapkan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Upaya ini dilakukan untuk

mempercepat terwujudnya visi nasional yang telah ditetapkan untuk memanfaatkan peluang

di era revolusi industry keempat yaitu menjadikan Indonesia masuk dalam 10 besar negara

yang memiliki perekonomian terkuat didunia pada tahun 2030 (Satya, 2018).

Isue Revolusi Industri 4.0. yang bergerak secara global mempengaruhi dunia,

sejak tahun 2011, di Indonesia baru berkembang pada bidang pendidikan pada tahun 2018

yakni

1
kesadaran pendidikan akan menghadapi tantangan global yang disebut sebagai era Revolusi

Industri 4.0 (The Industrial Revolution 4.0). Gerakan ini dimulai dari hasil Rapat Kerja

Nasional Kemristekdikti di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pada 16-17 Januari

2018. Hasil rapat tersebut dilanjutkan dengan partisipasi Indonesia dalam forum ”The

Education World Forum 2018: Global Summit for Education Minister” di London, Inggris,

pada 22-24 Januari 2018. Sejak 29 Januari 2018, Kemenristekdikti telah aktif menyuarakan

kebijakan dan program pendidikan menghadapi Globalisasi Pendidikan dan Revolusi Industri

4.0. (Arifin, 2018).

Revolusi Industri 4.0. satu sisi meningkatkan pemanfaatan data dan teknologi untuk

kemudahan kehidupan manusia, namun di sisi lain, menjadi ancaman bagi sebagian besar

manusia dalam bidang pekerjaan dan ketidakberdayaan menghadapi tantangan penggunaan

data dan teknologi, termasuk di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu

kebutuhan pokok yang diberikan pada peserta didik, mereka dipersiapkan menjadi sosok yang

mandiri yang mampu mengembangkan dirinya secara optimal, manusia seutuhnya dimana

raga dan jiwanya tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Peserta didik tidak hanya

berpusar pada transfer of knowledge tetapi juga diorientasikan pada tarnsfer of attitude, yakni

selain transfer ilmu pengetahuan juga pengembangan karakter, ditumbuhkan kemampuan

dalam

menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi, semangat belajar, meningkatkan kreativitas dalam

dirinya, dan memilki motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri (Mulyasa, 2012).

Pendidikan humanistic pada intinya memiliki tujuan bagaimana dengan pendidikan

tersebut dapat “memanusiakan manusia”, sehingga pendidikan dianggap sukses manakala

peserta didik dapat memahami lingkungannya dan dirinya sendiri, dengan kata lain adanya

pencapaian aktualisasi diri (Putrayasa, 2013).

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tingkat Kesulitan Wali Kelas

Tingkat kesulitan menjadi wali kelas tergantung pada berbagai faktor, yaitu : tugas,

kemampuan siswa, dan kesediaan siswa. Namun, ada beberapa peran utama yang

harus dilakukan oleh wali kelas meliputi:

a. Mengenal seluruh peserta didiknya, wali kelas wajib mengetahui julah dan nama

siswa, serat mengenali karakter dan sifat mereka masing-masing.

b. Menyelenggarakan administrasi kelas, wali kelas berperan penting dalam

mengelola administrasi kelas, seperti mengatur jadwal piket, mengelola data

kehadiran, dan mengisi laporan hasil belajar pada setiap siswa.

c. Mengambil Tindakan untuk mengatasi masalah, wali kelas harus mampu

mengidentifikasi masalah siswa, seperti kelakuan, kerajina, dan mengambil

Tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

d. Memperhatikan Kesehatan dan kesejahteraan siswa, wali kelas harus

memperhatikan Kesehatan dan kesejahteraan siswa, dan membantu mereka dalam

mengatasi hambatan.

2. Indikator keberhasilan

a. Kemampuan mengelola kelas dengan baik, terutama dalam mengatur keberhasilan

dan disiplin kelas.

b. Membina kepribadian, budi pekerti, dan peningkatan kecerdasan siswa.

3
c. Mengetahui nama, jumlah, dan identitas seluruh peserta didik, serta memanggil

satu persatu anak didik untuk menyesuaikan keadaan peserta didik yang

sebenarnya.

d. Membuat absen kelas dan mengetahui masalah-masalah anak didik, seperti

masalah Pelajaran, ekonomi, sosial, dan lain-lain.

e. Mengadakan penilaian dan kerajinan setiap siswa

f. Memperhatikan buku hasil pembelajaran siswa (raport) kenaikan kelas dan ujian

akhir.

g. Mengetahui karakter dan sifat setiap peserta didik, serta memberikan pelayanan

sesuai dengan sifat peserta didik.

h. Mengetahui hubungan sosial anak dengan teman sebayanya, dengan gurunya, dan

orang tuanya, serta menyesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya.

i. Mengetahui kemampuan dan prestasi siswanya, serta memberikan motivasi sesuai

dengan kemampuan dan prestasi mereka.

Peran wali kelas yang paling menonjol adalah menjadi kepala keluarga di dalam kelas,

hal ini berarti bertanggung jawab terutama menciptakan kondisi dan membina kepribadian

siswa.

3. Strategi gaya kepemimpinan

Dalam gaya kepemimpinan ada anggapan bahwa tidak ada satupun gaya

kepemimpinan yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini disebabkan

karena gaya kepemimpinan akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan situasi yang

dihadapi.

Adapun gaya kepemimpinan yang diterapkan yaitu:

1. Demokratis

4
Saya selaku wali kelas selalu mengikut sertakan peserta didik dalam pengambilan

Keputusan. Hal ini dapat diketahui apabila pemeilihan ketua kelas dan jajarannya,

tidak langsung saya tunjuk menjadi ketua kelas melainkan dimusyawarahkan, dan

hasil musyawarah itu yang menjadi Keputusan yang akan diambil.

4. Karakteristik, power, dan struktur organisasi

- Karakteristik siswa memiliki minat dan hobi yang berbeda, yang dapat

mempengaruhi motivasi mereka dalam belajar, perkembangan kognitif yang

berbeda-beda, memiliki kemampuan awal yang berbeda, yang dapat

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menghadapi tantangan baru dan

mengembangkan keterampilan, memiliki gaya belajar yang berbeda-beda,

memiliki perkembangan emosi, sosial, moral dan spiritual serta motoric yang

berbeda-beda.

- Power, memiliki tanggung jawab untuk menentukan perencanaan, pembuatan, dan

pengadaan sumber belajar yang diperlukan. Menata ruang kelas sebagai sentral

belajar siswa, memotivasi belajar, mengelola program belajar mengajar, mengelola

kelas, menggunakan media/sumber belajar, mengelola interaksi belajar mengajar,

dan mengenali fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Catatan

wali kelas yang dibaut untuk mencatat perkembangan siswa.

- Struktur organisasi,

Wali Kelas

Ketua Kelas Ketua Kelas Ketua Kelas Ketua Kelas


5
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gaya kepemimpinan yang digunakan ialah gaya kepemimpinan demokrasi dan

memberi kebebasan. Gaya ini digunakan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, karena

gaya kepemimpinan akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi.

Peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi dapat dilihat dari fungsi

kepemimpinannya yaitu fungsi sebagai pemimpin. Adapun peranan wali kelas dalam

meningkatkan motivasi belajar peseta didik adalah :

1. Memahami peserta didik, wali kelas harus memahami keadaan siswa dan cara mereka

berinteraksi dengan siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan

mendukung.

2. Menerapkan soft power, wali kelas dapat menerapkan soft power dalam kegiatan

belajar mengajar, seperti menyediakan materi yang menarik, mengatur lingkungan

belajar yang nyaman, dan menyediakan pujian terhadap hasil pekerjaan siswa.

6
3. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, wali kelas dapat menggunakan

metode pembelajaran yang bervariasi untuk menjaga motivasi belajar siswa.

4. Meningkatkan keterlibatan siswa, wali kelas dapat meningkatkan keterlibatan siswa

dalam belajar dengan mengorganisir aktivitas yang menarik.

5. Melakukan evaluasi dan pengujian, wali kelas dapat melakukan evaluasi dan

pengujian terhadap progress atau perkembangan siswa dalam belajar untuk

mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan memberi dukungan yang

diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I. 2018. Proses Pembelajaran Digital dalam Era Revolusi industri 4.0. Makalah

Ditjen Belmawa Kemenristekdikti RI disampaikan dalam Rakernas

Kemenristekdikti di USU Medan, 17 Januari 2018.

Arifin, I. 2019e. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Literasi Ajaran Ki Hajar

Dewantara pada Era Revolusi Industri 4.0. Makalah Seminar Nasional, Prodi

Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Yogyakarta, di Hall Hotel Saphir Jl. Laksda Adisucipto 38 Yogyakarta, 28

September 2019

Aslamiah, 2019. Pendidikan Unggul Di Era Revolusi Industri 4.0 : Perspektif

Kepemimpinan Kepala Sekolah.Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas

Lambung Mangkurat, 14 Oktober 2019.

Covey, S. R. 2009. Leadership Great Leaders, Great Teams, Great Results. Journal of

investigative surgery: the Official Journal of the Academy of Surgical Research.

https://doi.org/10.3109/08941939.2012.723954

7
Dewantara, Ki H. 2013. Ki Hajar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap

Merdeka. Bag. I Pendidikan. Cet. Ke 5. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa Press (UST-Press) dan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

Kemenristekdikti. 2018. Indonesia siap menyambut globalisasi pendidikan dan revolusi

industri ke-4. Jakarta: Siaran Pers Kemenristekdikti.

Anda mungkin juga menyukai