Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
MEDAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah industry 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakasai oleh pemerintah
menjelaskan bahwa revolusi industry 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur
yang didorong oleh empat factor: (1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan
konektivitas; (2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; (3) terjadinya
bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan (4) perbaikan instruksi transfer
Era revolusi inustri 4.0 ditandai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence),
super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, dan inovasi. Pada era
manfaktur dan kualitas produk. Namun demikian di sisi lain, revolusi industry ini juga akan
menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia sehingga diestimasi terjadi sampai
ditetapkan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Upaya ini dilakukan untuk
mempercepat terwujudnya visi nasional yang telah ditetapkan untuk memanfaatkan peluang
di era revolusi industry keempat yaitu menjadikan Indonesia masuk dalam 10 besar negara
yang memiliki perekonomian terkuat didunia pada tahun 2030 (Satya, 2018).
Isue Revolusi Industri 4.0. yang bergerak secara global mempengaruhi dunia,
sejak tahun 2011, di Indonesia baru berkembang pada bidang pendidikan pada tahun 2018
yakni
1
kesadaran pendidikan akan menghadapi tantangan global yang disebut sebagai era Revolusi
Industri 4.0 (The Industrial Revolution 4.0). Gerakan ini dimulai dari hasil Rapat Kerja
Nasional Kemristekdikti di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pada 16-17 Januari
2018. Hasil rapat tersebut dilanjutkan dengan partisipasi Indonesia dalam forum ”The
Education World Forum 2018: Global Summit for Education Minister” di London, Inggris,
pada 22-24 Januari 2018. Sejak 29 Januari 2018, Kemenristekdikti telah aktif menyuarakan
kebijakan dan program pendidikan menghadapi Globalisasi Pendidikan dan Revolusi Industri
Revolusi Industri 4.0. satu sisi meningkatkan pemanfaatan data dan teknologi untuk
kemudahan kehidupan manusia, namun di sisi lain, menjadi ancaman bagi sebagian besar
data dan teknologi, termasuk di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang diberikan pada peserta didik, mereka dipersiapkan menjadi sosok yang
mandiri yang mampu mengembangkan dirinya secara optimal, manusia seutuhnya dimana
raga dan jiwanya tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Peserta didik tidak hanya
berpusar pada transfer of knowledge tetapi juga diorientasikan pada tarnsfer of attitude, yakni
dalam
menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi, semangat belajar, meningkatkan kreativitas dalam
dirinya, dan memilki motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri (Mulyasa, 2012).
peserta didik dapat memahami lingkungannya dan dirinya sendiri, dengan kata lain adanya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tingkat kesulitan menjadi wali kelas tergantung pada berbagai faktor, yaitu : tugas,
kemampuan siswa, dan kesediaan siswa. Namun, ada beberapa peran utama yang
a. Mengenal seluruh peserta didiknya, wali kelas wajib mengetahui julah dan nama
mengatasi hambatan.
2. Indikator keberhasilan
3
c. Mengetahui nama, jumlah, dan identitas seluruh peserta didik, serta memanggil
satu persatu anak didik untuk menyesuaikan keadaan peserta didik yang
sebenarnya.
f. Memperhatikan buku hasil pembelajaran siswa (raport) kenaikan kelas dan ujian
akhir.
g. Mengetahui karakter dan sifat setiap peserta didik, serta memberikan pelayanan
h. Mengetahui hubungan sosial anak dengan teman sebayanya, dengan gurunya, dan
Peran wali kelas yang paling menonjol adalah menjadi kepala keluarga di dalam kelas,
hal ini berarti bertanggung jawab terutama menciptakan kondisi dan membina kepribadian
siswa.
Dalam gaya kepemimpinan ada anggapan bahwa tidak ada satupun gaya
kepemimpinan yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini disebabkan
karena gaya kepemimpinan akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan situasi yang
dihadapi.
1. Demokratis
4
Saya selaku wali kelas selalu mengikut sertakan peserta didik dalam pengambilan
Keputusan. Hal ini dapat diketahui apabila pemeilihan ketua kelas dan jajarannya,
tidak langsung saya tunjuk menjadi ketua kelas melainkan dimusyawarahkan, dan
- Karakteristik siswa memiliki minat dan hobi yang berbeda, yang dapat
memiliki perkembangan emosi, sosial, moral dan spiritual serta motoric yang
berbeda-beda.
pengadaan sumber belajar yang diperlukan. Menata ruang kelas sebagai sentral
dan mengenali fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Catatan
- Struktur organisasi,
Wali Kelas
PENUTUP
Kesimpulan
memberi kebebasan. Gaya ini digunakan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, karena
gaya kepemimpinan akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi.
Peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi dapat dilihat dari fungsi
kepemimpinannya yaitu fungsi sebagai pemimpin. Adapun peranan wali kelas dalam
1. Memahami peserta didik, wali kelas harus memahami keadaan siswa dan cara mereka
berinteraksi dengan siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan
mendukung.
2. Menerapkan soft power, wali kelas dapat menerapkan soft power dalam kegiatan
belajar yang nyaman, dan menyediakan pujian terhadap hasil pekerjaan siswa.
6
3. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, wali kelas dapat menggunakan
5. Melakukan evaluasi dan pengujian, wali kelas dapat melakukan evaluasi dan
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, I. 2018. Proses Pembelajaran Digital dalam Era Revolusi industri 4.0. Makalah
Dewantara pada Era Revolusi Industri 4.0. Makalah Seminar Nasional, Prodi
September 2019
Covey, S. R. 2009. Leadership Great Leaders, Great Teams, Great Results. Journal of
https://doi.org/10.3109/08941939.2012.723954
7
Dewantara, Ki H. 2013. Ki Hajar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap