Anda di halaman 1dari 14

1.

PENDAHULUAN

1.1. Judul Tugas Akhir


Judul tugas akhir adalah Komplek Pendidikan Adibusana di Surabaya.

1.1.1. Penjelasan Judul


Judul ”Komplek Pendidikan Adibusana di Surabaya”, definisinya :
• Pengertian Komplek :
Komplek adalah sekumpulan bangunan atau sesuatu yang hampir sama
dan saling berhubungan satu dengan yang lain (Poerwadarminta, 1991).

• Pengertian Pendidikan :
Pendidikan diambil dari kata dasar didik yang berarti memberi ajaran
mengenai kecerdasan. Sedangkan pendidikan sendiri berarti proses perubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan
(Poerwadarminta, 1991).

• Pengertian Adibusana :
Adibusana dikenal juga sebagai haute couture, alta moda, atau high
fashion merupakan “teknik pembuatan pakaian tingkat tinggi” (Wikipedia
Indonesia, 2006, p.1).

• Pengertian di :
Di adalah kata perangkai yang menyatakan ada pada suatu tempat
(Poerwadarminta, 1991).

• Pengertian Surabaya :
Surabaya adalah nama sebuah kota di Indonesia yang terletak di 07°12”-
07°21”LS dan 112°36”-112°52”BT, merupakan nama dari ibukota propinsi

1
Universitas Kristen Petra
2

Jawa Timur. Kota ini merupakan kotamadya tingkat II (Poerwadarminta,


1991).

1.1.2. Kesimpulan Judul


Komplek Pendidikan Adibusana di Surabaya merupakan sebuah tempat
yang menjadi wadah pembelajaran bagi para desainer muda yang ingin
mempelajari dan memperdalam pemahaman mode khususnya pengetahuan
mengenai haute couture atau adibusana, yang meliputi busana dan pelengkapnya.
Komplek ini sekaligus bertujuan untuk melestarikan dan memberi wadah bagi
para desainer yang menggeluti bidang adibusana.

1.2 Latar Belakang Permasalahan


Memasuki awal tahun 2000 perkembangan mode busana khususnya di
Indonesia semakin marak. Hal ini terlihat dari antusiasnya masyarakat Indonesia
untuk mencari informasi mengenai tren mode terbaru dari media yang giat meliput
tren mode busana, aksesoris, tata rambut, hingga tren make-up serta acara-acara
fashion show lokal maupun internasional. Bahkan busana tidak lagi dipandang
secara fungsional untuk melindungi tubuh tetapi mulai dipengaruhi oleh pola
pikir manusia untuk mengekspresikan dirinya dan menunjukkan eksistensinya
sehingga manusia tersebut secara pribadi atau kelompok mulai tampil berbeda
dari manusia atau kelompok lain.
Perkembangan mode dunia awalnya dimulai di daerah Eropa yang
berpusat di kota-kota besar dan berkembang sangat pesat. Kota-kota seperti Paris,
Milan, London dan New York menjadi ikon mode. Hal ini ditandai dengan
munculnya desainer-desainer mode kenamaan dengan desain-desain yang dikenal
hampir di seluruh dunia. Kota-kota tersebut sampai saat ini menjadi surga dunia
mode sekaligus menjadi kota kiblat mode dunia.
Perkembangan mode berlanjut ke kawasan Asia seperti Hongkong,
Singapura, China, Thailand dan juga Indonesia. Dalam jangka waktu satu dekade
terakhir ini, perkembangan mode di Indonesia sangat pesat.
Menurut Ramli, seorang desainer ternama yang terkenal dengan garis
rancangan yang dipadu dengan sulaman dan aplikasi, setiap tahunnya produk

Universitas Kristen Petra


3

busana dalam negeri mengalami kemajuan yang positif. Kemajuan itu makin
terasa sejak krisis moneter melanda perekonomian negara Indonesia. Selain itu
ditandai juga dengan banyaknya bermunculan para desainer muda, seminar,
kontes kecantikan dan sekolah fashion, membuktikan bahwa dunia mode busana
Indonesia mulai menjadi primadona di negerinya sendiri
Sejak berdirinya APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia)
yang beranggotakan para perancang Indonesia pada tahun 1993 di Jakarta,
perkembangan mode di Indonesia semakin pesat. Hal ini berkat eksistensi
Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia dalam menjalankan program rutin
tahunannya yakni Fashion tendance yang merupakan sebuah pagelaran busana
dengan tujuan memberikan informasi arah kecenderungan mode di tahun yang
akan datang.
Di dalam negeri, kita melihat semakin banyak kota yang
menyelenggarakan pagelaran busana dan mencoba menjadi pusat mode. Bandung
dan Yogyakarta adalah dua kota yang mulai rutin menyelenggarakan pagelaran
busana tahunan, antara lain karena adanya organisasi Asosiasi Perancang
Pengusaha Mode Indonesia.
Begitu pula dengan Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia,
Surabaya tidak mau ketinggalan dalam bidang mode. Selain itu dalam
perkembangan perekonomian, kota Surabaya saat ini telah menjadi salah satu kota
besar kedua setelah kota Metropolis Jakarta memegang peranan penting dalam hal
kemajuan Negara Indonesia. Kenaikan pendapatan masyarakat dan makin luasnya
pergaulan di kota Surabaya menuntut masyarakat untuk lebih tanggap terhadap
penampilan busana yang lebih baik dan serasi. Fashion yang stylish sudah
menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat Surabaya. Pakaian, sepatu, tas, bahkan
aksesoris sudah menjadi kebutuhan pokok yang tidak sekedar memperindah
penampilan, melainkan sudah menjadi tuntutan profesi suatu pekerjaan.
Selain itu jumlah masyarakat Surabaya yang berminat terjun dalam bidang
mode semakin banyak sehingga diperlukan tempat pendidikan yang lebih luas.
Hal ini terlihat dari semakin banyaknya desainer muda Surabaya yang berhasil
menciptakan karya yang unik, inovatif dan kompetitif.

Universitas Kristen Petra


4

Sekolah mode juga bukan merupakan hal baru di Indonesia. Sekolah-


sekolah ini menjadi jalur resmi bagi mereka yang ingin berkarier di dunia industri
pakaian dan perancangan busana. Meski demikian, Susan mengakui, untuk
menjadi desainer papan atas, bekal pendidikan formal dari sekolah mode saja
tidak cukup. ”Seorang desainer papan atas harus memiliki art feeling tinggi.
Selain itu, harus mantap tetap berkarya dan ditunjang kemampuan finansial
cukup,” tuturnya.
Meskipun terlihat sekolah-sekolah itu berusaha realistis, mereka tetap
menyadari dari sekolah-sekolah inilah akan muncul bibit desainer yang akan
menjadi tulang punggung industri mode Indonesia. Itu sebabnya, filosofi mode
adalah bagian gaya hidup masyarakat modern tetap menjadi dasar kurikulum.
Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia juga tidak ingin
ketinggalan dalam hal mode. Arva Studio menekankan filosofi yang sama. ”Untuk
menjadi perancang, orang harus benar-benar masuk ke dunia mode, tidak boleh
ketinggalan zaman,” kata Aryani yang menyediakan perpustakaan dan koleksi
film perkembangan mode dunia bagi siswanya.
Di Esmod, siswa selalu didorong mencipta desain, bukan hanya menjahit
pakaian. Dengan beragam kurikulum, termasuk sejarah budaya dan sejarah mode,
murid diharapkan dapat menggali inspirasi dan mengembangkan desain orisinal.
Tiga tahun terakhir ada pelajaran budaya Indonesia berikut sejarahnya. Mulai
September 2004, Esmod menambah program khusus merchandising dan
penguatan pengetahuan mengenai tekstil, terutama pengenalan tekstil Nusantara.
Untuk mengimbangi kemajuan zaman, sekolah tempat desainer Oscar Lawalatta
pernah menuntut ilmu ini selalu memperbarui kurikulum. Misalnya kurikulum
CAD, saat ini wajib dikuasai siswa.
Orisinalitas rancangan juga menjadi fokus pengajaran di LPTB Susan
Budihardjo. Menurut Susan, muridnya tidak diajari untuk hanya menjadi tukang
jahit atau pengarah gaya (stylist) saja. ”Mereka harus memiliki karya orisinal. Itu
sebabnya, sejak awal mereka saya beri kebebasan berkreasi. Meski saya gurunya,
saya justru tidak suka rancangan murid saya mirip-mirip rancangan saya,” ujarnya
(“Membangun industri mode dari sekolah”, 2004, May ).

Universitas Kristen Petra


5

Adibusana atau dikenal sebagai haute couture (baca: hut kutu, bahasa
Prancis), bisa diartikan sebagai pekerjaan tangan dengan benang (couture) dan
haute berarti adi atau puncak. Jadi, haute couture bisa diartikan sebagai pekerjaan
tangan dengan menggunakan benang yang nilainya sangat tinggi.
Akan tetapi adibusana bukan sekadar payet, manik, kristal, bordir, sulam,
brokat antik dan mahal, atau renda halus buatan Paris. Meskipun banyak
perancang dunia, antara lain Oscar de la Renta ketika berkunjung ke Jakarta
mengatakan masa depan mode adalah pada industri siap pakai (prêt a porter,
ready to wear), tetapi untuk pembelanya adibusana adalah benteng terakhir.
Di dalam adibusana ada kreativitas tak terbatas yang melahirkan fantasi
dan mimpi, menggoda tetapi bukan vulgar, serta eksperimen dari segala hal yang
dapat dipikirkan manusia dengan pengerjaan (tangan) dan materi terbaik. Dia
tidak jatuh menjadi kostum karena memang dimaksudkan menjadi busana yang
dapat dikenakan.
John Galliano untuk Dior, misalnya, membuat gaun malam dari vinil
merah dan hitam, jaket plastik, gaun panjang menutup kepala dan leher yang
mengingatkan pada pakaian biarawati, serta sepatu bertumit kaca. Inspirasi
Galliano adalah film Les Visiteurs du Soir karya sutradara Marcel Carne (1942).
Dengan latar belakang taman Tuscany, melalui film itu Galliano lalu menjelajahi
karya artis seperti Leonardo da Vinci, Botticelli, dan Jan van Eyck.
Gaun disusun dari tameng mengilat yang menutup hanya sebelah tangan,
sebelah pundak, atau sebelah kaki. Di balik tameng yang akan diterjemahkan tim
kreatif rumah adibusana itu menjadi perhiasan atau tas adalah gaun dengan lipit
dan kerut lembut. Pada bagian punk, Galliano menampilkan jas boxy, jaket
panjang bulu dan kulit, serta gaun jersey berdraperi.
Denim pada rancangan Chanel sudah pasti bukan dari jenis yang biasa.
Lagerfeld memadukan denim dalam bentuk sepatu bot setinggi paha atau sarung
tangan dengan rok mini berbahan renda atau setelan jas tweed dengan siluet A.
Langkah penuh risiko Lagerfeld menggabungkan denim yang sehari-hari
berlawanan dengan adibusana yang umumnya menggunakan bahan kualitas
terbaik dan bahkan belum ditawarkan kepada umum dan dalam dunia adibusana
bisa dianggap sebagai langkah orisinal. Tetapi, pertanyaannya juga adalah apakah

Universitas Kristen Petra


6

cara ini wujud kepekaan untuk membawa adibusana ke dunia modern, atau hanya
alat menghidupkan busana yang semakin menurun peminat dan jumlah
pembuatnya. Suzy Menkes dari International Herald Tribune (6 Juli 2006),
misalnya, menyebut kehadiran denim sebagai bad fairy (peri jahat) yang
mengutuk pesta adibusana (“Denim Dalam Adibusana”, 2006, July).
Dengan semakin sedikitnya rumah busana adibusana yang tetap bertahan
dan jadwal peragaan busana yang terjepit di antara musim peragaan busana siap
pakai, menjadi semakin penting untuk adibusana mempertahankan posisinya
sebagai tempat memamerkan keindahan, keterampilan, teknik, arah baru, dan
mimpi. Tanpa itu, adibusana kehilangan daya tariknya bagi mereka yang ingin
ikut bermimpi melalui produk aksesori rumah busana tersebut.
Jean Paul Gaultier dianggap mampu membawa tradisi adibusana yang
berusia lebih dari 100 tahun tetap bertahan. Gaultier menuangkan imajinasinya
dalam detail, seperti rambut yang dibentuk seperti topi dan korset yang menjadi
cirinya, terbuat dari kristal atau dihiasi bulu. Detail tampak jelas pada jas hitam
dengan hiasan bulu ayam jantan di sisi belakang pundak kanan dan gaun malam
hitam yang tampak sederhana dari depan tetapi pada bagian punggung ditutup
organza yang dianyam mengesankan bentuk tulang belakang.
Dengan harganya yang sangat mahal, adibusana memang sejak dulu hanya
milik segelintir orang. Coco Chanel sendiri secara agak filosofis menyebut,
kemewahan artinya juga kenyamanan dalam memakai, karena tanpa rasa nyaman
artinya bukan kemewahan.
Kemewahan itu pula yang dilindungi Pemerintah Perancis melalui
rangkaian aturan untuk mendorong sekaligus melindungi seni pakaian yang
menjadi ciri khas negeri itu. Untuk membuat pagelaran di Paris, persyaratannya
antara lain adalah pengerjaannya harus dilakukan di Paris dengan memakai
pekerja warga setempat.
Dalam kancah mode di Tanah Air, bahkan di manca negara, Harry
Darsono dikenal sebagai sosok desainer yang konsisten mengetengahkan haute
couture dalam rancangannya. Dalam kurun waktu lebih dari tiga dekade dia
berkarya, dirinya selalu setia mengedepankan busana adiluhung ini. Perancang
yang menetap di London, Inggris, ini mengetengahkan Grooming in Haute

Universitas Kristen Petra


7

Couture pada acara Cool Monday yang diselenggarakan Plaza Indonesia.


Kemudian, akhir pekan lalu, bertempat di Apartemen Da Vinci, Harry juga tetap
setia mengusung busana bertemakan haute couture.
Kain sutra, misalnya, pada rancangan haute couture, Harry mengambil
sutra dari kepompong yang memiliki kualitas baik yang memang khusus untuk
ditenun. Rancangan busana karya Harry Darsono memang tidak bisa menghindari
kesan mewah eksklusif, mengingat dia hanya membuat satu desain untuk satu
rancangan. Jadi, bagi mereka yang gandrung dengan rancangannya, biasanya
kaum the haves seperti istri pengusaha atau istri duta besar, tidak akan
menemukan rancangan yang sama di mana pun mereka berada.
Untuk desain tekstilnya, dia sengaja membuatnya di Jerman dengan
benang sutra yang diimpornya dari Cina. Selain Jerman, Harry juga memproduksi
desain tekstilnya di Cina, Korea, dan beberapa negara Eropa lainnya. Untuk
mencegah terjadinya peniruan desain, Harry sengaja membuat paten tandatangan
pada semua kain-kainnya. Dia juga menyewa pengacara yang khusus menangani
sengketa peniruan desain atau pemalsuan.
Sewaktu haute couture diperkenalkan di Indonesia pada paruh akhir 1980-
an, banyak orang menyangka bahwa rancangan Harry hanya layak dipakai pada
acara-acara gala dinner, pesta atau acara resmi lainnya. "Padahal sebenarnya,
tidak ada hubungan antara haute couture dengan occasion. Jadi ini bisa dipakai
kapan saja," ujar Harry Darsono.
Pada rancangan terbarunya, Harry Dharsono terlihat banyak menggali sisi
sensualitas neoklasik dan tampak tidak mau berdiam dalam pakem tradisional.
Meskipun mengadopsi beberapa detail, dia tampak tidak mau mengorbankan sisi
orisinalitas rancangannya. Meskipun digarap secara rumit dengan bahan sutra
kualitas tinggi, rancangan Harry tampak terlihat mengandalkan potongan-
potongan yang simpel, namun detail tetap diperhatikan untuk menjaga
eksistensinya sebagai perancang yang peduli pada ketelitian (“Imajinasi dan
realitas adibusana paris”, 2005, July).
Pertimbangan-pertimbangan inilah yang membuat penulis ingin membuat
suatu komplek kawasan pendidikan adibusana sebagai wadah para desainer
maupun calon desainer untuk menggali dan mengembangkan kemampuan di

Universitas Kristen Petra


8

bidang mode, khususnya di bidang haute couture atau adibusana. Selain itu juga
menjadi wadah bagi para desainer adibusana untuk memperkenalkan dan
memamerkan karya mereka, agar publik semakin mengenal karya-karya
adibusana. Pada komplek ini akan dilengkapi dengan tempat peragaan busana,
galeri mode, sekolah mode, dan perpustakaan mode untuk menghasilkan desainer-
desainer yang matang dan orisinal dalam menghasilkan karya yang unik, kreatif
dan inovatif.

1.3 Permasalahan Desain


Bagaimana mendesain suatu komplek kawasan yang dapat menampung
komunitas dan aktivitas mode baik para desainer, pengajar dan siswa sekolah
mode yang memiliki karakter yang beragam agar tetap berkesinambungan dan
memiliki sirkulasi yang jelas antara fasilitas yang satu dengan yang lain agar
pengunjung maupun siswa sekolah mode tetap merasakan kenyamanan dalam
beraktivitas walaupun mereka berada dalam satu kawasan.
Selain itu, bagaimana menampilkan komplek pendidikan ini mencitrakan
adibusana agar masyarakat dapat mengenal dan mencintai karya-karya adibusana.
Mengingat adibusana sekarang telah tenggelam dan banyak masyarakat umum
yang tidak mengetahui apa itu adibusana, diharapkan dengan adanya komplek
pendidikan ini, adibusana dapat tetap dilestarikan.

1.4 Tujuan Desain


Tujuan dari proyek ini adalah memberikan fasilitas pendidikan yang
menjadi wadah bagi para desainer maupun calon desainer untuk meningkatkan
dan mengembangkan pengetahuan dan bakat dalam bidang adibusana sekaligus
melestarikan adibusana itu sendiri dalam dunia mode khususnya di Surabaya.

1.4.1. Tujuan Umum Proyek :


• Sebagai pusat informasi mode di Surabaya.
• Memberikan fasilitas pendidikan mode.
• Menyediakan sarana pamer bagi para desainer untuk mengenalkan hasil
karyanya.

Universitas Kristen Petra


9

• Mengembangkan Surabaya sebagai salah satu kota mode di Indonesia.

1.4.2. Tujuan Khusus Proyek :


• Memberikan fasilitas pendidikan tentang mode khususnya haute couture atau
adibusana yang dilengkapi dengan perpustakaan dan workshop.
• Menampung semua karya desainer dan siswa komplek pendidikan ini.
• Mengenalkan dan melestarikan adibusana khususnya di dunia mode
Indonesia.
• Menyediakan sarana pamer bagi desainer yang konsisten dalam bidang
adibusana ini.

1.5 Manfaat Desain


• Bagi Desainer :
Mendapat tempat sebagai sarana untuk memicu kreativitas dan
mengembangkan bakat dan keterampilan di bidang mode juga sebagai sarana
untuk mengadakan pameran atau pagelaran hasil karya.
• Bagi Investor :
Melahirkan peluang bisnis yang baik dan kesempatan untuk menanam
modal dan mendapatkan keuntungan dari investasi yang ditanamkan dalam
jangka waktu tertentu.
• Bagi Masyarakat :
Dapat mengetahui informasi perkembangan mode di dalam negeri dan
sebagai wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan bakatnya dalam bidang
fashion. Selain itu agar masyarakat semakin mengenal dan mencintai karya-
karya adibusana.
• Bagi Pemerintah :
Meningkatkan kecerdasan bangsa melalui informasi dan promosi tentang
perkembangan mode dan sekaligus memasarkan busana produksi dalam
negeri, serta ikut menciptakan lapangan kerja bagi tenaga terampil.

Universitas Kristen Petra


10

1.6. Tinjauan Sejarah Mode


Busana dengan segala pernak perniknya yang kita kenal sekarang ini,
tidaklah muncul begitu saja. Berikut ini sejarah perkembangan mode yang terjadi
di Eropa :
• Sejak abad 14, Paris sudah menjadi pusat mode dunia. Sebab, di kota itu
kebanyakan pabrik kain berdiri. Juga paling banyak penjual bahan pakaian dan
perlengkapannya.
• Pada abad 17, munculah catatan-catatan tertulis tentang fashion yang
diterbitkan. Itulah cikal bakal majalah mode modern seperti sekarang ini.
• Yang diakui sejarah sebagai perancang busana Perancis adalah Rose Bertin,
yang pada tahun 1776 menjadi perancang mode untuk Ratu Marie Antoinette.
Pada masa pemerintahan Napoleon, desainer Louis Hippolyte Leroy
menciptakan serangkaian busana untuk Ratu Josephine.
• Tetapi orang yang diyakini sebagai peletak dasar industri mode Perancis
adalah seorang Inggris yang bekerja di Paris, Charles Frederick Worth. Pada
tahun 1858, Worth menjadi penasihat busana bagi Ratu Eugenie. Dialah yang
pertama membangun rumah mode adibusana yang menyelenggarakan fashion
show, manekin, staf pemasaran, penjahit, dan label Paris. Rumah mode Worth
dijalankan oleh keturunannya dan bertahan sampai tahun 1956.
• Yang dinilai sebagai pendobrak gaya busana wanita adalah Paul Poiret, yang
pada tahun 1910 memperkenalkan busana bergaya oriental, turban dan rok
lurus. Yang revolusioner, wanita tidak harus memakai korset, pakaian wajib
kaum wanita sebelum masa itu.
• Pada tahun 1920, Coco Chanel mengganti rancangan gaun eksotis ala Poiret
dengan setelan dan gaun simpel dan klasik serta warna-warni. Sejak itulah
wanita menggunakan rok pendek.
• Industri busana siap pakai diperkirakan mulai sejak 1933, ketika Lucien
Lellong memperkenalkan toko pakaian jadi, robes e’edition. Ini merupakan
pendobrakan terhadap tradisi haute couture (adibusana yang hanya dibuat
untuk seorang pemesan) yang berlaku saat itu di Paris.
• Pada 1947, Christian Dior mengejutkan publik dengan konsep New Look yang
romantis. Gaun-gaunnya berpinggang ramping, dada menonjol, dan ujung rok

Universitas Kristen Petra


11

melambai. Semakin kuatlah dominasi Perancis dalam dunia fashion. Nama-


nama lain yang bisa disebut sebagai penguat pondasi Perancis sebagai kota
mode dunia antara lain Hubert de Givenchy dan Pierre Balmain.
• Pada 1960-an, Yves Sain Laurent mengembangkan sayap dengan membuka
butik busana siap pakai yang tidak terlalu mahal. Laurent melengkapinya
dengan kosmetik, parfum, dan aksesoris. Sementara itu, di Italia, desainer
Andro Gucci telah membangun kerajaan fashion-nya, dan rajin menggelar
peragaan busana di luar negeri.
• Yang juga akhirnya terkenal di dunia fashion adalah Karl Lagerfeld, yang
merancang untuk rumah busana Chanel, dan Christian Lacroix yang menyita
perhatian pada era 80-an dengan gaun warna-warni menyala dan garis-garis
potongan yang inovatif.

Gambar 1.1. Timeline Perkembangan Mode

1.7. Tinjauan Sejarah Haute Couture atau Adibusana


Pada tahun 1858, seorang Inggris bernama Charles Frederick Worth
membuka sebuah rumah mode di Rue de la Paix, Paris. Di sinilah ia
memperkenalkan metode baru dalam dunia mode. Worth memproduksi pakaian-
pakaian yang kemudian dipamerkan kepada calon-calon pembeli melalui apa yang
sekarang dikenal sebagai peragaan busana.

Universitas Kristen Petra


12

Keputusannya untuk menggunakan model hidup dan bukan manekin


dianggap sebagai perubahan radikal, sebab hal ini memungkinkan hasil karya
seorang perancang busana dilihat oleh banyak orang sekaligus tidak seperti
sebelumnya yang hanya dipajang di etalase toko dan hanya dilihat sepintas saja.
Pada peragaan busana, para undangan yang berasal dari para pecinta mode
dapat bersama-sama melihat kreasi terbaru perancang dengan cukup mendetail.
Worth juga mengeluarkan koleksi baru setiap tahunnya, dan ia merupakan
perancang busana pertama yang membubuhkan namanya pada pakaian kreasinya
dengan menggunakan merek. Inovasi-inovasinya telah membuat ia dinobatkan
sebagai "Bapak Adibusana".
Kreasi Worth berhasil menarik perhatian Ratu Eugénie, istri Louis
Napoléon yang merupakan kaisar Perancis saat itu. Pada masa itu, semua yang
digemari oleh anggota kerajaan, termasuk mode yang dikenakan, akan diikuti oleh
kalangan atas Perancis, dan negara-negara Eropa lainnya. Karena itulah kreasi
Worth semakin dikenal luas, dan metode baru ciptaannya yang disebut haute
couture, mulai diikuti oleh perancang-perancang mode lainnya, bahkan hingga
saat ini.

Gambar 1.2. Charles Frederick Worth, Bapak Adibusana

Tingginya harga sepotong pakaian haute couture mengakibatkan banyak


orang tidak mampu membelinya. Agar mereka dapat terus mengikuti

Universitas Kristen Petra


13

perkembangan mode, banyak di antara mereka yang membayar penjahit untuk


meniru model pakaian haute couture. Tentunya hal ini amat merugikan rumah-
rumah mode adibusana. Untuk itu, kedua putra Worth membuka sebuah asosiasi
rumah mode haute couture yang dinamakan la Chambre Syndicale de la
confection et de la couture pur dames et fillettes, atau "Asosiasi Konfeksi dan
Adibusana untuk Wanita dan Anak Perempuan", yang bertujuan menghentikan
peniruan pakaian haute couture.
Pada masa Belle époque (masa-masa kehidupan menyenangkan akibat
stabilitas ekonomi akhir abad 19), sebuah rumah mode haute couture ternama di
Paris mempekerjakan dua ratus sampai enam ratus tenaga kerja. Mereka bekerja
dalam ruang-ruang terpisah, dan pada masing-masing ruang hanya dikerjakan satu
jenis pekerjaan. Proses pembuatan pakaian diawali dengan seorang penjual yang
memperlihatkan mode terbaru pada seorang klien, dengan bantuan seorang model.
Setelah klien tersebut menentukan pilihannya, berturut-turut dimulailah
pembuatan pola, penjahitan, dan pengepasan pakaian.
Adibusana pertama kali diperkenalkan ke dunia internasional pada
Exposition universelle 1900 di Paris. Sebagai upaya untuk menyadarkan
masyarakat akan pentingnya industri mode, La Chambre Syndicale mengadakan
pameran yang diikuti oleh dua puluh rumah mode ternama seperti Worth dan
Doucet, yang menampilkan kreasi yang spektakuler di hadapan pengunjung
internasional. Pameran ini seakan-akan merupakan pernyataan para perancang
busana yang berkedudukan di Paris bahwa merekalah pemimpin perkembangan
mode dunia saat itu.

1.8 Metode Pengumpulan Data


Untuk mendukung proses perencanaan dan perancangan proyek, maka
diperlukan suatu metodelogi sebagai teknik acuan pengumpulan data sebagai
berikut :
• Literatur :
Studi yang melengkapi data dari buku, majalah, karya desain yang telah
ada.

Universitas Kristen Petra


14

• Survei Lapangan :
Pengamatan dan pengenalan langsung ke site/ lokasi dengan tujuan
mengetahui keadaan yang sebenarnya dari site, baik kelebihan maupun
kekurangannya.
• Wawancara :
Mendapatkan data obyektif dari desainer, pimpinan dan pengajar sekolah
mode, pecinta fashion, dan nara sumber lain yang dapat dipercaya.

Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai