Anda di halaman 1dari 11

Prosiding Seminar Nasional ASBIS

2018 Politeknik Negeri


Banjarmasin

TREND PERUBAHAN GAYA HIDUP MUSLIM


Melda Hidayanti1, Saputri2, Kamila Windyani Putri3
Politeknik Negeri Banjarmasin1,2,3
a04150012@akuntansipoliban.ac.id1, a04150023@akuntansipoliban.ac.id2,
a04150008@akuntansipoliban.ac.id3

ABSTRACT
Research Objectives to determine changes in Muslim lifestyles along with the development
of an increasingly advanced age. Because many Muslim women do not adhere to the
manner of dress that has been ordered according to the Shari'a of Allah. The research
method used is qualitative descriptive method with secondary data. Data obtained from
literature studies. Research results are Muslim clothing in Indonesia is growing rapidly,
changes in the lifestyle of Muslimcommunities in Indonesia areno longer obsolete,
Muslim clothing sales in Indonesia are increasing. Indonesia began to be a Muslim
fashion exporter to Asia.
Keywords: Muslim lifestyles, qualitative descriptive, Muslim fashion

ABSTRAK
Tujuan Penelitian untuk mengetahui perubahan gaya hidup muslim seiring perkembangan
zaman yang semakin maju. Karena banyak sebagian muslimah yang tidak mematuhi cara
berpakaian yang telah diperintahkan sesuai syariat Allah. Metode Penelitian yang
digunakan adalah Metode Deskriptif kualitatif dengan data sekunder. Data yang diperoleh
dari studi literatur dan jurnal-jurnal penelitian. Hasil Penelitian dari paper ini adalah busana
muslim di Indonesia sangat cepat berkembang pesat, perubahan gaya hidup masyarakat
muslim di Indonesia tidak lagi ketinggalan zaman, penjualan busana muslim di Indonesia
meningkat. Indonesia mulai menjadi pengekspor busana muslim ke negera asia.
Kata Kunci: gaya hidup muslim, Deskriptif kualitatif, busana muslim

PENDAHULUAN
Mayoritas Penduduk Indonesia adalah Muslim. Indonesia bukan negara yang
berasaskan Islam walaupun muslim menjadi mayoritas. Sebagai seorang muslim
khususnya muslimah tentu harus memperhatikan cara berpakaian yang berkaitan
dengan nilai agama. Salah satu hal yang sering menjadi pusat perhatian adalah cara
mengenakan jilbab. Semakin banyak wanita muslim memakai busana muslim tidak
hanya digunakan untuk menutup aurat tetapi juga menjadi trend fashion bagi wanita
muslim untuk tampil trendy dan modis namun tetap sesuai syariat Islam. Semakin
bervariasi dan berbagai model hijab yang fashionable menjadi bukti bahwa
berkembangnya gaya berbusana wanita muslim semakin beragam. Bisnis busana
muslim dan hijab yang saat ini semakin berkembang pesat sehingga muncul
berbagai brand terbaru dari para desainer, fenomena seperti ini memberika n
peluang bisnis baru di bidang ekonomi syariah dan akan meningkatkan pendapatan
perekonomian di Indonesia (Sidang, 2015) .
Dalam beberapa tahun terakhir peningkatan yang besar terjadi pada
perkembangan muslim fashion. Meningkatnya minat para desainer busana muslim
dalam mendesain busana muslim yang modern dikarenakan minta masyarakat
terhadap fashion muslim semakin hari semakin meningkat pesat. Karena

ISSN 2541-6014 (Cetak)


ISSN 2541-6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

1
perkembangan muslim fashion di Indonesia saat ini diakui dunia maka hal ini akan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Indonesia untuk menjadi
salah satu kiblat fashion muslim di dunia (Istiani, 2015).
Fenomena dimana masyarakat muslimah menggunakan tren hijab dalam
kehidupan sehari-hari menunjukan bahwa perkembangan fashion muslim di
Indonesia semakin meningkat. Saat ini perkembangan fashion muslim dan industri
hijab dapat terlihat dari kota-kota besar di pulau jawa. Bandung merupakan salah
pusat fashion muslim dan hijab di Indonesia, di sepanjang kawasan Jalan Buah Batu
kota Bandung disetiap sudut kotanya dapat ditemukan berbagai macam galeri hijab
dan busana muslim dan kawasan khusus untuk pengembangan industri hijab
fashion. Dengan adanya berbagai galeri hijab yang dapat ditemui di sepanjang
kawasan tersebut terdapat berbagai macam motif, warna, model dan beragam padu-
padan gaya hijab (Istiani, 2015).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti jelaskan diatas, untuk
mengajak muslimah berhijab sesuai syariat Islam ada cara mudah dalam berdakwah
dengan mengedepankan fashion sebagai daya tariknya karena masyarakat muslim
banyak mengalami perubahan gaya hidup yang melenceng dari syariat Islam.
Peneliti akan mengangkat masalah ini kedalam sebuah penelitian, pada dasarnya
perkembangan fashion muslim di Indonesia bukan hanya didukung oleh muslima h
kreatif yang mengemas gaya dalam berbusana semakin menarik, namun juga
didukung dengan pemanfaatan media sosial internet yang sekarang semakin maju
(Istiani, 2015).

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka permasalaha n
yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: Sejauh mana perubahan gaya
hidup masyarakat muslim dalam berbusana sesuai tuntunan syariah?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui sejauh mana
perubahan gaya hidup masyarakat muslim dalam berbusana sesuai tuntunan syariah

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode
penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode yang dapat menggambarkan dan
mengungkapkan pemahaman, motif, dan pengalaman komunikasi mengenai gaya
hidup masyarakat muslim. Dalam penelitian mengenai “Trend Perubahan Gaya
Hidup Muslim”. peneliti menggunakan studi literatur sebagai kunci analisis dalam
penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan pemahaman akan makna,
motif, dan pengalaman dari gaya hidup modern masyarakat muslim (Istiani, 2015).
Sumber data dari penelitian ini yaitu studi literatur dengan cara menga mbil
kumpulan-kumpulan hasil penelitian di dalam jurnal dan buku. Studi literatur
dilakukan untuk mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan topik penelitian.
PEMBAHASAN PENELITIAN

Gaya Hidup
Gaya hidup (lifestyle) adalah pola perilaku seseorang dalam memanfaatka n
waktunya. Bagaimana seseorang itu memperlakukan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan dia berada, serta memperlakukan uangnya untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginannya selama hidup di dunia (Mursekha 2015). Gaya hidup
menggambarkan perilaku seseorang dalam berinteraksi, interaksi dengan sesama
makhluk yang ada dimuka bumi ini. Bagaimana orang itu bisa menghargai orang
lain yang berada disekitarnya dengan berbagai jenis ragam suku dan budaya
(Amritaningsih 2016).
Gaya hidup modern adalah pola perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu
secara cepat, mudah dan praktis. Yang dengan kata lain, gaya hidup modern
memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menunjang kehidupannya (Lodeng
2018). Teknologi menjadi ciri utama dalam gaya hidup modern ini, dengan adanya
teknologi yang canggih, dapat memaksimalkan kinerja seseorang dalam menunja ng
karirnya (Wahyudi, 2016). Seseorang yang memiliki gaya hidup modern, tidak
memikirkan seberapa banyak uang yang harus mereka keluarkan untuk
mendapatkan teknologi yang canggih untuk kehidupan yang layak, mudah, dan
praktis (Lodeng 2018).

Pengertian Jilbab dalam Perspektif Syariah


Secara etimologis, jilbab berasal dari bahasa Arab jalaba atau bentuk jamaknya
jalabib, tercantum dalam surat al Ahzab ayat 59 (Surtiretna, dkk, 1995: 52) dalam
(Indrianti, 2013). Banyak ulama dan ahli tafsir yang mengartikan kata jalaba atau
jilbab sebagai busana muslimah, yaitu suatu pakaian wanita yang menutupi seluruh
tubuh (aurat) kecuali telapak tangan dan muka serta tidak ketat atau longgar.
Pakaian tersebut seperti mantel yang melapisi dan menutupi pakaian dalam, namun
bisa juga digunakan tanpa pakaian dalam. Menurut tafsiran ulama pakaian dalam
adalah pakaian yang digunakan wanita seperti rok dan blus (setelah terlebih dahulu
menggunkan BH (bouste houder) dan celana dalam). Wanita muslimah yang
menggunakan pakaian tersebut diharus menggunakan pakaian luarnya (jilbab)
apabila ingin keluar rumah, jika pakaian dalamnya sudah tebal dan panjang
menutupi aurat, tidak perlu menggunakan pakaian luar lagi. Sebagai model hijab
wanita muslimah hanya perlu menambahkan kerudung (khimar) dan kaus kaki
untuk menutup aurat sesuai syariat Islam. Jilbab dengan hijab (berasal dari kata
hajaba) yaitu cadar, layar, partisi, tirai, bungkus, tutup, (Zulaikha, 2003: 10) dalam
(Indrianti, 2013). Beberapa negara memiliki istilah berbeda dalam menyebut jilbab.
Di Iran jilbab disebut dengan chador; India dan Pakistan pardeh, milayat di Libya;
abaya di Irak; charshaf di Turki; tudung di Malaysia; dan hijab di beberapa negara
Arab, Afrika, dan Eropa (Indrianti, 2013). Dalam KBBI online jilbab diartikan
sebagai pakaian yang menutupi seluruh aurat wanita muslimah dari kepala dan leher
sampai ke dada. Busana muslim yang dikenakan wanita muslimah untuk menutup i
seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan adalah busana yang tidak ketat atau
longgar dan nyaman digunakan (Indrianti, 2013).
Sejarah dan Perkembangan Busana Muslim di Indonesia
Sebagaimana telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf : 26 yang
artinya “Wahai anak cucu adam, sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian
untuk menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian taqwa itu lebih
baik”. Busana muslim merupakan pakaian yang wajib dikenakan oleh umat Islam
untuk menutup aurat sesuai dengan ajaran agama Islam. Busana muslim tidak hanya
digunakan untuk menutup aurat tetapi juga dianggap sebagai perhiasan tubuh.
Indonesia memiliki 85,1 % penduduknya yang beragama Islam, makanya indonesia
dikenal dengan negara muslim terbanyak. Hal ini menunjukan bahwa busana
muslim merupakan kebutuhan sehari-hari dalam berpakain untuk umat muslim di
Indonesia. Perkembangan busana muslim yang pesat saat ini, kenyataannya
tidaklah mudah untuk diterima kalangan tertentu (Cholifah).
Hal tersebut membutuhkan waktu/sejarah yang panjang untuk bisa berkembang
dengan pesat seperti saat ini. Oleh karena itu dalam ulasan kali ini saya akan
membahas tentang sejarah dan perkembangan busana muslim di nusantara dari
abad ke-7 hingga saat ini. Sejarah busana muslim ada sejak manusia diciptakan oleh
Allah. Busana yang menutup seluruh badan dan hanya menampakan muka dan
telapak tangan adalah aturan untuk wanita muslim untuk menutup aurat, busana
muslim juga dianggap sebagai perhiasan yang mempercantik diri. Oleh karena itu,
busana muslim wajib digunakan umat Islam. Dengan menggunakan busana muslim
yang baik dan benar dapat menunjukkan bukti ketaatan seseorang terhadap ajaran
Allah. Perkembangan busana muslim yang sangat pesat saat ini dulu wanita
muslimah sempat dilarang menggunakan hijab karena dianggap kuno dan asing
pemakaiannya oleh sebagian orang di Indonesia. Meskipun islam masuk ke
Indonesia sejak abad ke-7, hal tersebut tidak langsung membuat busana muslim
dapat mudah diterima di Indonesia (Cholifah).
Agama Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang Timur Tengah, India, dan
Persia. Sejak saat itu agama islam mulai berkembang. Di pulau Jawa, agama islam
juga berkembang dengan adanya wali songo yang ikutandil di dalam penyebaran
agama islam. Pada masa wali songo, wanita muslim belum menggunakan jilbab
untuk menutupi aurat mereka, meskipun sudah diketahui bahwa menutup aurat
seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan untuk muslimah merupakan
kewajiban yang telah diajaran dalam agama Islam. Di Nusantara telah dilakukan
berbagai gerakan untuk memperjuangkan penggunaan jilbab. Seperti gerakan di
Minangkabau, serta ormas-ormas islam lainnya. Gerekan ini secara tidak langsung
mengajak wanita muslim untuk menutup auratnya seperti penggunaan jilbab pada
zaman sekarang. Dulu para wanita hanya menggunakan kain panjang tipis dan
selendang yang hanya dikaitkan di bagian kepala dan rambut tanpa menutupi leher
mereka dipadukan dengan kebaya kutu. Terdapat masalah mengenai penggunaan
penutup kepala (kerudung) dan busana muslim pada masa orde lama dan orde baru.
Sebelumnya memang penggunaan jilbab telah menjadi perdebatan di media massa
(Cholifah).

Trend Busana di Kalangan Masyarakat Muslim


Perkembangan teknologi di arus globalisasi juga berdampak terhadap perubahan
perilaku/kebiasaan masyarakat, misalnya dalam hal berbusana. Masyarakat
muslimah juga turut dipaksa untuk mengikuti trend mode busana dari berbagai
aspek manapun. Trend yang diartikan dengan kecenderungan sedangkan mode
adalah ragam, cara atau bentuk yang baru dalam suatu waktu tertentu. Sehingga
trend mode dapat diatikan sebagai sesuatu yang diikuti oleh banyak orang dan
menjadi panutan, kemudian berkembang sesuai zaman (Juniati, 2016).
Tidak ada aturan khusus tentang gaya dan model berbusana dalam ajaran Islam,
tetapi ada salah satu prinsip dasar muslimah dalam berbusana yaitu mengenakan
kerudung yang menjulur kedepan menutupi leher dan dada dan baju syar’i sampai
menutupi mata kaki juga mengenakan kaus kaki untuk menutupi telapak kaki.
Meski ada batasan dalam berbusana, muslimah tetap bisa mengandalkan kreativitas
mereka untuk berinovasi dan bereksplorasi untuk membuat fashion muslim mereka
dengan berbagai macam kreasi yang sesuai syariat Islam tetapi tetap trendy (Nisa
& Rudianto, 2017).
Sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah, kita sebagai umat Islam
memandang bahwa berbusana yang sesuai syariat dan fashionable bukan semata-
mata untuk mempercantik diri. Selama tidak menyalahi aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh Allah aka tidak ada salahnya para desainer merancang busana yang
cantik dan indah dipandang mata. Terlepas dari motivasi mereka murni untuk
berwirausaha maupun untuk syiar, karena semakin banyak pengguna hijab yang
bervariasi bisa meningkatkan pendapatan para desainer busana muslim dalam
jumlah yang besar (Nisa & Rudianto, 2017).
Saat ini hijab tidak hanya menjadi kewajiban bagi wanita muslim akan tetapi
hijab juga menjadi trend yang digemari oleh para wanita muslim. Kalau dahulu
hijab hanya sebatas kain penutup kepala tapi saat ini beraneka ragam jenis hijab
yang berkembang, mulai dari pashmina, jilbab kotak dll. Ini menunjukkan bahwa
dunia hijab sangat berkembang pada saat ini (Nisa & Rudianto, 2017).

Pertumbuhan jaringan bisnis fashion muslim di Indonesia


Saat ini, sudah banyak masyarakat yang berbondong-bondong menggunaka n
hijab ataupun busana muslim sebagai tren berbusananya. Dengan demikian,
meningkatkan jumlah produksi dari masing- masing item tersebut dan meningkat
pula penjualan dari hijab maupun busana muslim tersebut. Dengan peningkata n
angka penjualan yang signifikan, mengakibatkan pangsa pasar yang selalu dimina t i
oleh pembeli. Para selebritis pun juga mengeluarkan produk-produknya, seperti
hijab dan busana muslim dengan brand namanya sendiri yang di pasarkan di
berbagai wilayah, contohnya di Pasar Tanah Abang Jakarta atau di Pasar Baru
Bandung (Rahayu, 2016).
Hijab juga digunakan oleh para pekerja wanita di Indonesia, misalnya di kota-
kota besar. Hijab digunakan para pekerja wanita dari yang bekerja di instans i
pemerintahan maupun di intansi swasta, yang dengan demikian semakin
meningkatnya penjualan hijab atau busana muslim di kota-kota besar. Banyak
wanita di Indonesia, yang memutuskan untuk berhijab dan tetap melakukan
pekerjaannya sebagai wanita karir (Indrianti, 2013)
Meningkatnya Penjualan Hijab dan Baju Muslim
Pada tahun 2020 Indonesia ditargetkan untuk menjadi Center of Fashion Moslem
in The World. Demi mewujudkannya target tersebut diadakan kerja sama antara
Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan harus berkolaborasi dengan
Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf), Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia
(APPBI), Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), komunitas
hijaber dan pihak terkait lainnya. Pada tahun tersebut akan dilakukan road show
busana muslim produksi Indonesia ke mancanegara diantaranya Turki, London dan
Inggris (Sandy, 2018).
Di Indonesia perkembangan busana muslim memang mengalami peningkata n
yang besar. Ini ditandai bukan saja dengan kedatangan komunitas-komunitas
hijaber, tetapi juga angka statistik ekonomi terus memaju pesat. Data kementeria n
menyebutkan bahwa sampai pertengahan 2016, dari 750 ribu IKM sandang di
Indonesia diantaranya 225 ribu dan 30% merupakan industri busana muslim.
Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa sepanjang 2015 nilai ekspor busana
muslim mencapai Rp 58,8 triliun. Angka ini 20% dari penjualan busana muslim
yang didistribusikan untuk pasar ekspor, sedangkan 80% produk diperdagangka n
ke pasar domestik. Meskipun cuma 20% produk busana muslim Indonesia yang
diekspor, justru hal ini sudah memposisikan Indonesia masuk dalam “Top Five”
negara anggota Organisasi Kerjasama negara Islam (OKI) pengekspor busana
muslim. Empat negara lainnya adalah Bangladesh, Turki, Maroko dan pakistan
(Sandy, 2018).
Penduduk muslim di Indonesia merupakan pasar potensi bagi produk busana
muslim. Apalagi, jumlah komunitas hijaber terus berdatangan. Seperti Hijabers
Community yang berdiri pada tahun 2010, Hijaber United, Hijabers Mom
Community, Indonesian Hijab Blogger, Hijab Syar’i Community yang mulai eksis
sejak tahun 2012. Organisasi komunitas hijaber tersebut terbuka sehingga
anggotanya pun meluas di bebagai kota. Diperkirakan, ada 20 juta orang pengguna
busana muslim di Indonesia. Dampak positif dari pendistribusian produk busana
muslim untuk pasar dalam negeri mencapai angka 80%. Taksirannya ada 1,8 juta
ton busana muslim yang habis dikonsumsi pasar domestik sepanjang tahun 2017.
Target tahun 2020, diharapkan bisa mencapai 2,2 ton (Sandy, 2018).
Aktivitas komunitas hijaber terlihat semakin kekinian dan mengik uti
perkembangan zaman now. Untuk tahun 2017 yang sempat menjadi tren adalah
motif printing yang kesannya trendi sekaligus ramai sehingga menarik perhatian.
Juga model gamis, lauran long vest, hijab segi empat dan untuk warna tahun 2017
cenderung memilih pastel. Permintaan pasar ekspor maupun domestik
menunjukkan peningkatan karena desain produk busana muslim semakin stylish
dan berkualitas. Bukan hanya bahan bakunya yang nyaman, tetapi juga kreasi dan
gaya yang diciptakan semakin inovatif dan kreatif (Sandy, 2018).
Jumlah pengguna yang terus bertambah dan membeli berbagai produk busana
muslim dengan mutu berkualitas, yang disebabkan karena pertumbuhan kelas
menengah di Indonesia tahun 2016 mencapai 174% dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN lainnya, dimana Filipina 72%, Thailand 39%, Malaysia 18% dan
Singapura 10% (Sandy, 2018).
Busana muslim produksi Indonesia memang sangat banyak penggemar nya.
Misalnya di pusat perniagaan Thamrin City yang ada di kawasan Kebon Kacang,
Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pembeli yang datang sudah antri sejak pagi buta.
Penjual pun atraktif, sepanjang hari tidak pernah berhenti menjual produk busana
muslim dan dikirimkan ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk mancanegara.
Berkarung-karung besar pula produk busana muslim datang dari sentra produksi
untuk segera dipasarkan. Kondisi yang sama, terjadi di Mall Mangga Dua,
Pademangan, Jakarta Utara. Begitu juga di Pasar Cipadu, Kreo, Kota Tangerang
dan Bandung (Sandy, 2018).
Busana muslim Indonesia semakin terus menjelajahi pasar ekspor, di antaranya
ke Amerika Serikat, Eropa (termasuk Inggris, Prancis dan Turki), Timur Tengah,
Pakistan, India dan Malaysia. Artinya, nilai dan pasar ekspor busana muslim terus
meningkat. Produk busana muslim Indonesia memang sudah sepatutnya menjadi
bagian dari Halal Way of Life, bukan hanya untuk lingkup dalam negeri, tetapi juga
mancanegara (Sandy, 2018).
Angka Penjualan Busana Muslim Terlaris
Rabbani adalah salah satu brand fashion busana muslim di Indonesia yang paling
diminati oleh masyarakat. Rabbani juga berperan dalam dunia perindustrian fashion
busana muslim di Indonesia. Rabbani mengeluarkan produk-produk busana muslim
yang modis tetapi tetap menurut kepada syariat Islam. Akan tetapi, pada tahun 2015
reShare rabbani di wilayah cipto-cirebon mengalami kondisi yang tidak stabil
dalam penjualannya (unstable condition). Hal ini dikarenakan semakin banyak brand-
brand fashion busana muslim yang bermunculan untuk menarik perhatian konsumen
dengan gaya dan design busana dari masing-masing outlet tersebut (Laksana,
Jubaedah, & Suarna, 2016).
Berikut ini Top Brand Kategori Busana Muslim Tahun 2014 Dan 2015

Sumber: http://www.topbrand-award.com
Sedangkan penjualan yang dilakukan oleh Rabbani Cirebon adalah sebagai
berikut:

(Laksana, Jubaedah, & Suarna, 2016).


Rabbani didirikan pada tahun 1994 oleh suami istri yang bernama H. Amry
Gunawan dan Hj. Nia Kurnia dengan nama awalnya adalah Rabbani Pustaka yang
kemudian berganti menjadi Rabbani Muslimah. Tahun 2004, perusahaan berganti
nama lagi menjadi Rabbani Asysa. Rabbani memiliki 154 outlet yang tersebar di
seluruh Indonesia, 10 di antaranya adalah outlet-outlet besar seperti di Pati Ukur,
Bandung dan Rawamangun, Jakarta Timur. Rabbani mengambil 10% dari
keseluruhan pasar busana muslim di Indonesia (Fajar, 2014).
Selain Rabbani, Zoya juga termasuk salah satu brand fashion busana muslim di
Indonesia yang berkembang saat ini. Zoya didirikan pada tahun 2005 yang
merupakan salah satu merek dari Grup Shafco. Dalam ajang Indonesia Best Brand
Award (IBBA) pada tahun 2016, yang diselenggarakan oleh lembaga riset Mars dan
Majalah SWA, Zoya menjadi juara satu atau merek yang terbaik dibanding dengan
merek hijab lainnya seperti Rabbani yang mendapatkan juara kedua, dan Elzatta
yang mendapatkan juara ketiga. Zoya memiliki 74 outlet dan 64 outlet waralaba
(Suryadi, 2016).

Sumber: http://www.topbrand-award.com
Berikut ini terdapat data penjualan produk Zoya di Bandung Indah Plaza (BIP):

Sumber: Zoya Bandung Indah Plaza

KESIMPULAN
Perkembangan busana muslim di Indonesia memang kian membahana. Ini
ditandai bukan saja dengan kedatangan komunitas-komunitas hijaber, tetapi juga
angka statistik ekonomi terus memaju pesat. Data kementerian menyebutkan bahwa
sampai pertengahan 2016, dari 750 ribu IKM sandang di Indonesia diantaranya 225
ribu dan 30% merupakan industri busana muslim. Kementerian Perdagangan
menyatakan bahwa sepanjang 2015 nilai ekspor busana muslim mencapai Rp 58,8
triliun. Angka ini 20% dari penjualan busana muslim yang didistribusikan untuk
pasar ekspor, sedangkan 80% produk diperdagangkan ke pasar domestik. Meskipun
cuma 20% produk busana muslim Indonesia yang diekspor, justru hal ini sudah
memposisikan Indonesia masuk dalam “Top Five” negara anggota Organisasi
Kerjasama negara Islam (OKI) pengekspor busana muslim. Empat negara lainnya
adalah Bangladesh, Turki, Maroko dan pakistan.
Rabbani memiliki 154 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, 10 di antaranya
adalah outlet-outlet besar seperti di Pati Ukur, Bandung dan Rawamangun, Jakarta
Timur. Rabbani mengambil 10% dari keseluruhan pasar busana muslim di
Indonesia.
Selain Rabbani, Zoya juga termasuk salah satu brand fashion busana muslim di
Indonesia yang berkembang saat ini. Zoya didirikan pada tahun 2005 yang
merupakan salah satu merek dari Grup Shafco. Dalam ajang Indonesia Best Brand
Award (IBBA) pada tahun 2016, yang diselenggarakan oleh lembaga riset Mars dan
Majalah SWA, Zoya menjadi juara satu atau merek yang terbaik dibanding dengan
merek hijab lainnya seperti Rabbani yang mendapatkan juara kedua, dan Elzatta
yang mendapatkan juara ketiga. Zoya memiliki 74 outlet dan 64 outlet waralaba.
DAFTAR PUSTAKA
Peningkatan Penjualan Produk Rabbani Melalui Penerapan Bisnis Intelijen
Dengan Metode Olap (Online Analytical Process). (2016).
Unisbank Semarang, 158-166.
Amritaningsih, U. (2016). Pengaruh Keadaan Ekonomi, Gaya Hidup, Dan
Tingkat Pendidikan Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Salatiga. Salatiga: Jurusan
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama
Islam Negeri (Iain) Salatiga.
Cholifah, N. (n.d.). Galeri Muslim. Retrieved Mei 07, 2018, from Galeri Muslim:
http://galerimuslimoidlys.com/sejarah-dan-perkembangan-busana- muslim-
di-nusantara-detail-13368
Fajar, A. (2014, September 18). Rabbani, Raja Busana Muslim dari Bandung.
Retrieved October 14, 2018, from SWA Online Magazine:
https://swa.co.id/swa/trends/management/rabbani-raja-busana-muslim-
dari-bandung
Indrianti, P. (2013). Gaya Busana Kerja Muslimah Indonesia dalam Perspektif
Fungsi dan Syariah Islam. el Harakah, 150-168.
Istiani, A. N. (2015). Konstruksi Makna Hijab Fashion Bagi Moslem Fashion
Blogger. Kajian Komunikasi, 48-55.
Juniati, S. (2016). Implikasi Trend Busana Muslimah Dan Perilaku Sosial Di
Kalangan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin
Dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Laksana, T. G., Jubaedah, & Suarna, N. (2016). Peningkatan Penjualan Produk
Rabbani Melalui Penerapan Bisnis Intelijen Dengan Metode Olap (Online
Analytical Process). Unisbank Semarang, 158-166.
Lodeng, A. (2018). Pengaruh Gaya Hidup Hedonis Terhadap Perilaku Konsumtif
Menurut Ekonomi Islam (Studi Pada Mahasiswa Santri Ma’had Al-
Jami’ah Uin Raden Intan Lampung). Lampung: Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan .
Mursekha. (2015). Pengaruh Gaya Hidup Dan Status Sosial Mahasiswa Fakultas
Syariah Dan Ekonomi Islam Iain Syekh Nurjati Cirebon Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Rabbani. Cirebon: Kementerian Agama
Republik Indonesia Institut Agama Islam Negeri (Iain) Syekh Nurjati
Cirebon.
Nisa, K., & Rudianto. (2017). Trend Fashion Hijab Terhadap Konsep Diri
Hijabers Komunitas Hijab Medan. Jurnal Interaksi, 105-117.
Rahayu, L. M. (2016). Jilbab: Budaya Pop Dan Identitas Muslim Di Indonesia.
Jurnla Kebudayaan Islam, 139-155.
Sandy, G. (2018, Januari 5). Indonesia Kiblat Busana Muslim Dunia. Retrieved
Oktober 13, 2018, from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/gapey-
sandy/5a4daa99ab12ae08e5555eb2/2020-indonesia-kiblat-busana- muslim-
dunia?page=all
Sidang, N. K. (2015). Fenomena Trend Fashion Jilbab Dalam
Keputusan Pembelian Jilbab. Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Suryadi, D. (2016, September 19). Geliat Zoya Mengembangkan Pasar. Retrieved
October 14, 2018, from SWA Business Champions:
https://swa.co.id/business-champions/brands/ibba/geliat- zoya-
mengembangkan-pasar
Wahyudi, K. (2016). Dampak Gaya Hidup Moderen Mahasiswa. Makassar: UIN
Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai