Anda di halaman 1dari 17

ISLAM dan KORUPSI

Erma Nur Rakhmaniar


Hasna Afifah
Irsal
KORUPSI
Pengertian
Faktor
Penyebab

Sejarah
Jenis - Jenis

Dampak Korupsi dan


Islam

Hambatan dalam memberantas


korupsi
PENGERTIAN KORUPSI
 Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio”
(Fockema Andrea : 1951) atau “corruptus” (Webster Student
Dictionary : 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa
“corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa
Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption”
(Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata
korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian. Di Malaysia terdapat
peraturan anti korupsi, dipakai kata “resuah” berasal dari
bahasa Arab “risywah”, menurut Kamus umum Arab-
Indonesia artinya sama dengan korupsi.
SEJARAH KORUPSI

MASA KERAJAAN
MASA VOC
MASA HINDIA BELANDA
NEGARA MODERN
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
SECARA KHUSUS
Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab
seseorang melakukan korupsi adalah karena
ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang
tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi
kaya tidak mampu ditahan sementara akses ke arah
kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi, maka
jadilah seseorang akan melakukan korupsi. Dengan
demikian, jika menggunakan sudut pandang penyebab
korupsi seperti ini, maka salah satu penyebab korupsi
adalah cara pandang terhadap kekayaan. Cara pandang
terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara
yang salah dalam mengakses kekayaan
Secara umum
› Faktor Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para
pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan
kekuasaan.
› Faktor Hukum
Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum.
› Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya
korupsi. Hal itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak
mencukupi kebutuhan.
› Faktor organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas,
termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat.
 Faktor Penyebab Korupsi dalam
Perspektif Teoretis

 Faktor Penyebab secara Internal


dan Eksternal
JENIS – JENIS KORUPSI
Menurut Alatas (1987) Dilihat dari proses
dari segi tipologi terjadinya
› Korupsi transaktif
› Graft, yaitu korupsi
(transactive corruption) yang bersifat internal.
› Korupsi yang memeras
› Bribery (penyogokan,
(extortive corruption) penyuapan)
› Korupsi investif
› Nepotism.
(investive corruption)
› Korupsi perkerabatan
Menurut Sifatnya
(nepotistic corruption)
› Korupsi individualis
› Korupsi defensive
(defensive corruption) › Korupsi sistemik
› Korupsi dukungan
(supportive corruption)
DAMPAK KORUPSI

 Runtuhnya akhlak, moral, integritas, dan


religiusitas bangsa.
 Adanya efek buruk bagi perekonomian
negara.
 Korupsi memberi kontribusi bagi matinya
etos kerja masyarakat.
 Terjadinya eksploitasi sumberdaya alam oleh
segelintir orang.
 Memiliki dampak sosial dengan merosotnya
human capital.
 Dampak Korupsi terhadap Masyarakat
dan Individu
 Dampak Korupsi terhadap Generasi
Muda
 Dampak Korupsi terhadap Politik
 Dampak Korupsi Bagi Ekonomi Bangsa
 Bahaya Korupsi Bagi Birokrasi
KORUPSI DALAM
PANDANGAN ISLAM
Di dalam al-Qur’ân, konsep keadilan bisa ditemui di
banyak Surat dan Ayat. Salah satunya, di dalam QS. Al-
Nahl [16]: 90, di mana ayat ini terbilang sangat populer
yang hampir selalu disebutkan sebagai penutup
khotbah Jumat. Ayat ini berisi penegasan dan perintah
penegakkan keadilan dan perbuatan baik. Ayat ini
berseru:
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat,
dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Contoh Kasus Korupsi di
Indonesia
 Kotawaringin Timur
KPK resmi menetapkan Bupati Kotawaringin Timur
Supian Hadi sebagai tersangka atas kasus korupsi
penerbitan Izin Usaha Pertambanga (IUP) di daerah itu.
Dalam kasus ini, negara tercatat mengalami kerugian
hingga Rp 5,8 triliun dan 711 ribu dolar AS. Supian yang
juga kader PDIP ini diduga menguntungkan diri sendiri
dan korporasi dalam pemberian IUP kepada tiga
perusahaan yakni PT. Fajar Mentaya Abadi (PT. FMA),
PT. Billy Indonesia (PT. BI) dan PT. Aries Iron Maining
(PT. AIM) pada periode 2010-2015.
 Kasus BLBI
Kasus korupsi Bantuan Likuiditas Nak Indonesia (BLBI) yang
telah bergulir sejak lebih dari satu dasawarsa ini juga
menjadi salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah ada
di Tanah Air. Hingga kini, kasus yang membelit sejumlah
petinggi negara dan perusahaan besar ini masih juga belum
menemui titik terang. BLBI adalah program pinjaman dari
Bank Indonesia kepada sejumlah bank yang mengalami
masalah pembayaran kewajiban saat menghadapi krisis
moneter 1998. Bank yang telah mengembalikan bantuan
mendapatkan Surat Keterangan Lunas (SKL), namun
belakangan diketahui SKL itu diberikan sebelum bank
tertentu melunasi bantuan. Menurut keterangan KPK,
kerugian negara akibat kasus megakorupsi ini mencapai Rp
3,7 triliun. Penyelesaian kasus besar yang ditargetkan
rampung 2018 ini pun kembali molor hingga 2019.
 Kasus E-KTP
Kasus pengadaan E-KTP menjadi salah satu kasus korupsi
yang paling fenomenal. Kasus yang menyeret Mantan Ketua
Umum Partai Golkar Setya Novanto ini telah bergulir sejak
2011 dengan total kerugian negara mencapai Rp 2,3 triliun.
Setidaknya ada sekitar 280 saksi yang telah diperiksa KPK
atas kasus ini dan hingga kini ada 8 orang yang telah
ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah pengusaha
Made Oka Masagung, Keponakan Setya Novanto yakni
Irvanto Hendra Pambudi, Mantan Direktur Pengelola
Informasi Administrasi Kependudukan Dirjen Dukcapil
Kemendagri Sugiharto, Mantan Dirjen Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kemendagri Irman, pengusaha Andi
Narogong, Mantan Ketua Umum Golkar Setya Novanto,
Anggota DPR Markus Nari, dan Direktur PT Quadra Solution
Anang Sugiana Sudiharjo.
Hambatan terhadap
Pemberantasan Korupsi
 Hambatan Struktural
Yaitu hambatan yang bersumber dari praktik-praktik
penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang
membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
 Hambatan Kultural
Yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif
yang berkembang di masyarakat. Yang termasuk
dalam kelompok ini di antaranya: masih adanya ”sikap
sungkan” dan toleran di antara aparatur pemerintah
yang dapat menghambat penanganan tindak pidana
korupsi.
 Hambatan Instrumental
Yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya
instrumen pendukung dalam bentuk peraturan
perundang-undangan yang membuat penanganan tindak
pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
 Hambatan Manajemen
Yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau
tidak diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang
baik (komitmen yang tinggi dilaksanakan secara adil,
transparan dan akuntabel) yang membuat penanganan
tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
THANK YOU

MANGGA NU NAROS
PERKAWIS KORUPSI.
NGAN NTONG NAROS CARA
KORUPSINYA.

Anda mungkin juga menyukai