Anda di halaman 1dari 21

JILBAB SEBAGAI MAHKOTA KHWAT

Di
S
U
S
U
N
OLEH

RAMAWATI
Guru mapel
Ustazah wardah

Dayah terpadu almuslimun


lhoksukon
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Jilbab Mahkota Akhwat. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
Mata Pelajaran.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak/Ibu Dosen selaku Dosen Mata Pelajaran
2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberikan
bantuan baik moral maupun materil.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Lhoksukon, 20 Januari 2017


Kelompok

DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar .... i
Daftar Isi . ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah .. 3
Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Jelbab ..


2.2 Kriteria Jilbab/ Hijab Yang Baik Menurut Syariat
2.3 Keutamaan Berjilbab bagi Wanita .
2.4 Pendapat Para Ulama Yang Mewajibkan BerJilbab ..

4
7
8
11

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan . 16
3.2 Saran ... 16
Daftar Pustaka . 17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, pemakaian jilbab dalam arti pakaian yang menutup seluruh tubuh
wanita atau busana muslimah kecuali wajah dan tangannya yang pernah menurun
dalam banyak masyarakat Islam sejak akhir abad ke-19, kembali marak sekitar dua
puluh tahun terakhir ini dan kelihatannya dari hari ke hari semakin banyak peminatnya
di tanah air. Ini dapat dilihat dari betapa banyak nya para remaja yang mengenakan
jilbab pergi ke sekolah. Demikian jugA, hampir setiap perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta makin merebakpemakaian jilbab, termasukdi kantor-kantor,instansi
pemerintah maupun swasta,yang tak sungkan-sungkan lagi mengenakan busana
muslimah.Ini merupakan pemandanganyang tampaknyamenandai era baru Islam di
Indonesia. Persoalan tersebut menjadi semakin marak dan mendunia setelah pemerintah
Perancis merencanakan bahkan kini menetapkan larangan penggunaan simbol-simbol
agama di Perancis, dan salah satu diantaranya yang mereka nilai sebagai simbol agama
adalah jilbab. Pro kontra tentang kebijakan itu lahir bukan saja di Prancis tetapi banyak
dibelahan dunia. 1
Banyak analisa yang muncul tentang faktor-faktor yang mendukung tersebarnya
fenomena berjilbab dikalangan kaum muslimat. Kita tidak dapat menyangkal bahwa
mengentalnya kesadaran beragama merupakan salah satu faktor utamanya, namun itu
bukanlah satu-satunya faktor. Karena, alasan pemakaian atau gerak-gerik yang
diperagakannya seringkali tidak sejalan dengan tuntutan agama dan budaya masyarakat
Islam. Disini jilbab mereka pakai bukan sebagai tuntutan agama, tetapi sebagai salah
satu mode berpakaian.
Salah satu faktor yang diduga sebagai pendorong maraknya pemakaian jilbab
adalah faktor ekonomi. Mahalnya salon-salon serta tuntutan gerak cepat dan praktis,
menjadikan untuk sementara perempuan memilih jalan pintas dengan mengenakan
jilbab. Boleh jadi juga maraknya berjilbab itu sebagai sikap penentangan terhadap
dunia Barat yang sering kali menggunakan standar ganda sambil melecehkan umat
1 M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah (Jakarta: Lentera Hati, 2004),2.

Islam dengan agamanya. Memang, sikap demikian dapat lahir dari siapa pun yang
tersinggung kehormatannya.2
Ada juga yang menduga bahwa pemakaian jilbab adalah simbol pandangan
politik guna membedakan sementara wanita yang berada dibawah panji-panji kelompok
itu dengan wanita-wanita yang lain atau non muslimah. Lalu kelompok-kelompok ini
berpegang teguh dengannya dan memberinya corak keagamaan, sebagaimana dilakukan
sementara pria yang memakai pakaian longgar dan panjang (ala Mesir) atau ala Saudi
Arabia atau ala India dan Pakistan dan menduga bahwa itru adalah pakaian Islami.
Sampai hari ini persepsi orang tentang busana muslimah (jilbab) terbagi dalam
dua kelompok. Kelompok pertama yang nampaknya kelompok mayoritas adalah
kelompok perempuan Islam yang sesantiasa mengikuti perkembangan mode tanpa
mempedulikan ketentuan-ketentuan syariat dalam hal menutup aurat. Mereka
persepsikan bahwa busana muslimah itu kuno, out of date, ketinggalan zaman dan
sebutan-sebutan lain yang kurang simpatik. Kemompok kedua mencakup perempuanperempuan yang menggunakan busana muslimah secara kaku tanpa mempedulikan
bahkan menafikan, pentingnya mode busana, karena selama ini mode mengandung
konotasi jahili. Diantara kelompok-kelompok ini adalah wanita-wanita Islam yang
merasa terpanggil untuk berbusana muslimah sesuai dengan tuntutan syariat, tetapi
tidak siap menjauhkan diri dari mode busana yang tengah berkembang.3
Sebagai agama universal, Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw
merupakan suatu sistem hidup yang lengkap dan senantiasa memberikan pedoman
hidup kepada umatnya mulai dari paling dasar hingga paling puncak. Oleh karena itu,
Islam bukan suatu agama yang hanya terletak dalam kehidupan pribadi yang sematamata mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya sebagaimana konsepsi agamaagama selain Islam, melainkan memberikan pedoman hidup yang utuh dan menyeluruh,
jasmani ruhani, material spiritual, individual sosial, duniawi dan ukhrawi. Tak
berlebihan kiranya bila Gibb (1973:12) mengatakan bahwa Islam is indeed much more
than a system of teology, it is complete civillzation.4
2 Rauf Shalabi>, Shaykh al-Islam Abd al-Hamid (Kuwait: Dar al-Qalam, 1982), 633-

634.
3 Nina Sutiretna, Anggun Berjilbab (Bandung: Mizan, 1993), 7.

Sebagai sistem hidup yang lengkap, Islam memberikan berbagai formula untuk
dijadikan pegangan, seperti dalam berpolitik, menata struktur kemasyarakatan,
mengendalikan laju sirkulasi ekonomi, menentukan sistem pendidikan dan membina
kebudayaan yang luhur.
Demikian juga dalam masalah tata busana, dalam ajaran Islam, pakaian bukan
semata-mata masalah kultural, namun lebih jauh dari itu merupakan tindakan ritual dan
sakral yang dijanjikan pahala saebagai imbalannya oleh Allah Swt, bagi yang
mengenakan secara benar. Oleh karena itu, dalam masalah pakaian, Islam menetapkan
batasan-batasan tertentu untuk laki-laki dan perempuan. Khusus untuk perempuan,
Islam mempunyai busana tersendiri yang khas, yang akan menunjukkan jati dirinya
sebagai seorang muslimah. Dengan demikian, busana muslimah merupakan pakaian
abadi, busana sepanjang zaman, yang akan tetap hadir ditengah-tengan revolusi dan
reinkarnasi mode busana perempuan.
Masalah yang paling sering menimbulkan salah paham adalah persepsi
kebanyakan orang bahwa busana muslimah terkesan ketinggalan zaman (out of date),
dan sebagainya. Padahal, Islam tidak mengharuskan mengenakan mode seperti itu.
Islam hanya memberikan batasan-batasan tertentu yang justeru memberikan
perlindungan terhadap wanita-wanita yang mengenakannya.

1.2 Rumusan Masalah


a.
b.
c.
d.

Apa yang dimaksud dengan Jelbab?


Bagaimana Kriteria Jilbab/ Hijab Yang Baik Menurut Syariat?
Apa saja Keutamaan Berjilbab bagi Wanita?
Bagimana Pendapat Para Ulama Yang Mewajibkan BerJilbab?

4 H. A. R Gibb,Whitter Islam: Capita Selecta (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), 12.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Jelbab
Dalam khasanah kosa kata bahasa Indonesia, istilah yang lebih populer untuk
busana muslimah adalah jilbab. Untuk menunjukkan busana muslimah, juga digunakan
istilah hijab.5 Kata ini, dalam bahasa Arab, berarti tirai atau tabir dan dalam Alquran
digunakan secara luas misalnya dalam surat al-Araf ayat 46. Namun sebenarnya ayat
Alquran yang berkenaan dengan busana muslimah secara jelas hanyalah jilbab (QS. alAhzab (33): 59), sedangkan ayat yang menggunakan kata hijab itu terutama berbicara
tentang istri-istri Rasulullah dan tidak berbicara tentang pakaian. Oleh karena itu,
meskipun kata hijab digunakan dalam hadis sebagai sinonim kata jilbab, dalam tulisan
ini cenderung menggunakan kata jilbab sebagai istilah yang paling tepat untuk busana
muslimah.
Secara etimologis, kata jilbab bersal dari bahsa Arab dalam bentuk jamaknya
jalabab seperti tercantum dalam QS. al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi :

Artinya : Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anakanak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka
Murthadha Muthahhari, Hijab: Gaya Hidup Wanita Islam, Terj. Agus Effendi dan
Alawiyah Abdurrahman (Bandung: Mizan, 1990).
5

lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di


ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Para ulama telah merumuskan tentang ruang lingkup dan batasan-batasan tentang
makna jilbab tersebut, sehingga muncul beraneka ragam definisi. Untuk sekedar
menggambarkan keanekaragaman itu, penulis mengutip batasan-batasan tentang jilbab
itu dalam dua bagian berikut ini. Bagian pertema merupakan definisi yang tertera dalam
kitab-kitab kamus, sedangkan dalam bagian kedua merupakan kutipan sebagian dari
terjemahan surat al-Ahzab ayat 59 yang tercantum dalam kitab-kitab terjemah, atau
tafsir Alquran dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa asing lainnya (sengaja tidak
dikutip dari kitab-kitab tafsir yang berbahasa Arab, karena kitab-kitab terjemah sudah
merujuk kepada kitab-kitab tafsir yang masyhur dalam bahasa Arab).
Dalam pengertian kamus, jilbab diartikan sebagai pakaian yang lapang dan luas6
pakaian longgar yang terdiri atas baju panjang dan kerudung yang menutup badan
kecuali muka dan telapak tangan7 jilbab sebagai pakaian (gamis) atau selendang
(khimar) atau pakaian yang melapisi segenap pakaian perempuan bagaian luar untuk
menutupi semuan tubuh seperti halnya matel8 sejenis pakaian perempuan yang hampir
menutupi seluruh tubuhnya, yang terbuka wajah dan tangan,dan sejenis baju kurung
lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.
Dalam pengertian para mufasir dan penerjemah Alquran, jilbab diartikan sebagai
suatu pakaian yang menutup segenap badan atau sebagian dari badan sebelah atas,
kain yang lebar yang diikat di kepala dan tepi-tepinya diturunkan atas dada atau kain
menyelimutkan badan

baju kurung yang menutup kepala, muka dan dada, mantel

6 Louis Maruf Yusai, al-Munjid fi al-Lughah (Beirut: Katulikiyah, 1965),63.


7 Abd al-Qasim al-H{usayn ibn Abi Fadl, al-Mufradat fi Gharib al-Quran (Kairo: al-

Babi al-Halabi, 1971), 366.


8 Ibrahim Anis, al-Mujam al-Wasit (Mesir: Mat}baah Mis}r Sharikah

Musahamah, 1960), 128.

yang menutupi keseluruhan tubuhnya, dan kain selubung yang menutupi tubuhnya
ketika mereka keluar rumah. 9
Merujuk dari berbagai pendapat diatas dapat dipahami bahwa arti jilbab memiliki
ragam makna yang terdapat di kamus dan dalam kitab terjemahan Alquran dalam
bahasa Indonesia. Sebagian besar tetap mencantumkan kata aslinya sekalipun dengan
memberi catatan kaki, sebagian yang lain menerjemahkannya sebagai baju mantel, kain
selubung, baju dalam dan baju kurung. Sedangkan dalam bahasa asing, jilbab
diterjemahkan dengan kata-kata overgarment, loose outer covering, outer cloak, outer
wrapper, omslagdoeken, overkleederen, ubergewand, obe and voile. Tentu saja tidak
semua terjemahan itu tepat, terutama karena ada yang menerjemahkan jilbab identik
dengan kerudung (veil), cadar atau tirai penutup muka (voile). Padahal kerudung
(khimar) tidak sama dengan jilbab. Selain itu, memang harus kita akui bahwa tidak
semua kata dari suatu bahasa dapat diterjemahkan dengan tepat sesuai dengan makna
yang dikehendaki dalam bahasa aslinya, karena latar belakang sosio-kultural pada
masing-masing masyarakat pemakai bahasa itu memang berbeda-beda.
Dari berbagai terjemahan yang diungkapkan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah busana muslimah, yaitu suatu pakaian
yang tidak ketat atau longgar dengan ukuran yang lebih besar yang menutup seluruh
tubuh perempuan, kecuali muka dan telapak tangan sampai pergelangan. Pakaian
tersebut dapat merupakan baju luar semacam mantel yang dipakai untuk menutupi
pakaian dalam, asalkan kainnya tidak tipis atau jarang. Sedangkan bentuk atau
modenya tidak mempunyai aturan khusus karena tidak dirinci dalam Alquran maupun
hadis. Jadi, tergantung kepada kehendak dan selera masing-masing asalkan tetap
memenuhi syarat dalam hal menutup aurat.
Yang dimaksud pakaian dalam dalam tulisan ini berbeda dengan pakaian dalam
(underwear) dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Karena yang dimaksud dengan
pakaian dalam yang biasa kita kenal adalah pakaian yang khusus dipakai pada bagian
dalam, tertutup oleh baju dan celana seperti kaos dalam, singlet, kutang (BH) dan
celana dalam. Sedangkan yang dimaksud pakaian dalam dalam konteks bahasa Arab,
terutama yang berkaitan dengan surat al-Ah}za>b ayat 59 di atas, adalah pakaian
9

Bachtiar Surin, Terjemahan dan Tafsir Alquran (Bandung: Fa. Sumatra, 1978), 942.

seorang perempuan yang mengenakan blus dan rok (tentunya setelah mengenakan
kutang (BH) dan celana dalam). Jadi, setelah mengenakan pakaian dalam tersebut, jika
seorang perempuan hendak keluar rumah ia harus mengenakan jilbabnya sebagai
pakaian luar. Tetapi apabila pakaian dalamnya cukup tebal (blus lengan panjang dan rok
menutup mata kaki), maka tidak perlu memakai pakaian luar lagi, hanya tinggal
menambah kerudung dan kaus kaki dan inipun bisa disebut sebagai salah satu model
jilbab.
Dikalangan bangsa Arab sebelum Islam, maksud pemakaian jilbab berbeda-beda,
tetapi pada umumnya perempuan yang berjilbab dipandang sebagai perempuan yang
merdeka sehingga mereka tidak akan diganggu atau diikuti oleh laki-laki yang masih
tetap terlihat. Pada masa itu, bangsa Arab menganggap bahwa perempuan yang tidak
mengenakan jilbab adalah perempuan jilbab atau perempuan bermartabat rendah,
sehingga mudah dihina atau diperlakukan tidak senonoh oleh kaum laki-laki. Dengan
mengenakan jilbab, orang menjadi tahu bahwa perempuan itu adalah perempuan suci
dan sopan yang tidak dapat diperlakukan semena-mena. Selain itu, pemakaian jilbab
juga dimaksudkan untuk melindungi badan dari suhu udara maupun terik padang pasir.

2.2Kriteria Jilbab/ Hijab Yang Baik Menurut Syariat


Jilbab

bukanlah

berarti

merendahkan

martabat

wanita,

melainkan

meninggikannya serta melindungi kesopanan dan kesuciannya.


Jilbab yang sesuai dengan syariah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Wajah dan Telapak Tangan
Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka
dan dada.
2. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan
Sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat
dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau
jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan awal untuk menutupi perhiasan menjadi
hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini terlewatkan, sehingga seseorang
merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna-warni yang

lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan perak
atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada jilbab mereka.
3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang
termasuk ahli neraka dan beliau belum pernah melihatnya, Dua kelompok termasuk
ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang memiliki cambuk seperti
ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita yang kasiyat
(berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup
auratnya), mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala
mereka seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya,
padahal baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian. (HR. Muslim)
Banyak wanita muslimah yang seakan-akan berjilbab, namun pada hakekatnya
tidak berjilbab karena mereka memakai jilbab yang berbahan tipis dan transparan.
4. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkaitan tentang wanitawanita yang memakai wewangian ketika keluar rumah, Siapapun perempuan yang
memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan
baunya, maka ia adalah pezina. (HR. Tirmidzi)
5. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki
Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai
laki-laki atau sebaliknya (tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang
melarang penyerupaan dalam masalah pakaian adalah hadits dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu, ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat pria
yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria. (HR. Abu
Dawud)

2.3Keutamaan Berjilbab bagi Wanita


1. Jilbab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul
Allah SWT telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya,
berdasarkan firmanNya yang berbunyi :

Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak pula bagi
perempuan yang muminah,.apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka.pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-.....Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan
kesesatan yang nyata (Q.S. Al-Ahzab:36)
2. Jilbab Itu Iffah (Kemuliaan)
Allah SWT menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda Iffah
(menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa Taala berfirman yang artinya : Hai
Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mumin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri
dari perbuatan jelek (dosa), karena itu mereka tidak diganggu. Maka orang-orang fasik
tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah karena itu mereka tidak
diganggu sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu
bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka.
3. Jilbab itu kesucian
Allah SWT mensifati jilbab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mumin,
laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak
berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan
fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orangorang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah SWT berfirman yang berbunyi :

Artinya : Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti


wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah
kamu

tunduk

dalam

berbicara

sehingga

berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam


hatinya. (Q.S. Al-Ahzab: 32)

4. Jilbab Itu Pelindung


Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta
Menyukai rasa malu dan perlindungan Sabda beliau yang lain yang artiny): Siapa saja
di antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza
wa Jalla telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.Jadi balasannya
setimpal dengan perbuatannya.
5. Jilbab itu Taqwa
Allah SWT berfirman yang artinya : Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. (Q.S. Al-Araaf: 26)
6. Jilbab Itu Iman
Allah SWT tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang
artinya): Dan katakanlah kepada wanita yang beriman. (Q.S. An-Nur: 31).Allah SWT
juga berfirman (yang artinya): Dan istri-istri orang beriman. (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Muminin, Aisyah
radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: Jika kalian wanita-wanita
beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan
jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.

10

7. Jilbab Itu Perasaan Cemburu


Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang lakilaki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju
kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan terjadi pada masa
Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang wanita dan untuk menjaga
kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu anhu berkata: Telah sampai kepadaku
bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ajam (non
Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada
kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu.

2.4Pendapat Para Ulama Yang Mewajibkan BerJilbab


1. Pendapat Ulama Ahli Tafsir
Setelah mempelajari pengertian umum dan pengertian secara terminologi
tentang jilbab ada baiknya juga kita merujuk uraian para ulama tafsir mengenai jilbab:
1) Tafsir Ibnu Abbas
Dalam menafsirkan ayat jilbab tersebut, Ibnu Abbas menuturkan, Selendang
atau jilbab tudung wanita hendaklah menutupi leher dan dada agar terpelihara dari
fitnah atau terjauh dari bahaya zina.10
2) Tafsir Sayyid Qutb
Menurut Sayyid Qutb, dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepada istriistri Nabi dan kaum muslimah umumnya agar setiap keluar rumah senantiasa menutupi
tubuh, dari kepala sampai ke dada dengan memakai jilbab tudung yang rapat, tidak
menerawang, dan juga tidak tipis. Hal demikian dimaksudkan untuk menjaga identitas
mereka sebagai muslimah dan agar terpelihara dari tangan-tangan jahil dan kotor.11
3) Tafsir Qurthuby

10 Ibnu Abbas, Tanwirul Miqbas min Tafsir Ibn Abbas. www. altafsir. com
11 Sayyid Qutb. Fi Zhilalil Quran. www. altafsir.com

11

Allah SWT memerintahkan segenap kaum muslimah agar menutupi seluruh


tubuhnya, agar tidak memperagakan tubuh dan kulitnya kecuali dihadapan suaminya,
karena hanya suaminya yang dapat bebas menikmati kecantikannya. 12
4) Ibnu Katsir
Menurut tafsir Ibnu Katsir, dalam surat Al-Ahzab ayat 59 Allah memerintah
Rasul-Nya agar menyuruh wanita-wanita mukminat, khususnya para istri dan anak
beliau karena kemuliaan mereka untuk mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka
guna membedakan dari wanita jahiliyah dan budak. Jilbab adalah selendang di atas
kerudung. Muhammad bin Sirin berkata, Aku bertanya kepada Abidah As-Salmani
tentang firman Allah, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka maka ia menutup wajah dan kepalanya, serta hanya memperlihatkan mata
kirinya.13
Kesimpulan dari uraian ulama tafsir di atas dapat kita simpulkan bahwa :
a) Para ulama tafsir umumnya sependapat bahwa memakai tudung menutupi aurat
selain muka dan telapak tangan merupakan kewajiban yang mendasar bagi
setiap kaum muslimah, apabila mereka akan keluar rumah, atau dalam rumah
sendiri jika ada tamu selain muhrim.
b) Bentuk atau fesyen pakaian muslimah memang tidaklah diatur oleh Al Qur'an
secara terperinci, yang utama adalah memenuhi syarat, yaitu menutupi seluruh
tubuh selain muka dan telapak tangan, tidak ketat, tidak tipis dan juga tidak
membentuk lekuk tubuh (ketat).
Firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 31 :

12 Syamsuddin Al-Qurthubi. Al-Jami li Ahkamil Quran. www. altafsir.org


13 Al-Hafidz Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adzim, (Cairo: Darul Hadits, 2003), Jil.

3. 631

12

Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah


mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan

kain

menampakkan

kudung

kedadanya,

perhiasannya

kecuali

dan

janganlah

kepada

suami

mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau


putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara

lelaki

mereka,

atau

putera-putera

saudara

perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budakbudak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan

janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan


yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung
(Q.S.An-Nur 31)14
Dalam ayat ini antara lain Alla.h SWT memerintahkan pada kaum muslimah :

14 Al-Quran DEPAG

13

a. Agar tidak memamerkan perhiasan kecuali sekadar yang biasa terlihat darinya
seperti cincin dan gelang tangan.
b. Wajib menutupi dada dan leher dengan selendang, kerudung atau jilbab.
c. Perhiasan hanya boleh diperlihatkan kepada sepuluh kelompok manusia yang
disebutkan dalam ayat tersebut
d. Janganlah sengaja menghentakkan kaki agar diketahui atau didengar orang
perhiasan yang tersembunyi (gelang kaki dan lain-lain)
2. Pendapat Imam Madzab Empat
a. Madzab hanafi : Tidak diperbolehkan melihat wanita lain kecuali wajah
dan kedua telapak tangannya, jika tidak dikhawatirkan timbul syahwat.
b. Madhab Maliki : Aurat wanita merdeka terhadap laki laki asing, yakni yang
bukan mahramnya, ialah seluruh tubuhnya selain wajah dan telapak tangan.
Adapun selain itu bukanlah aurat
c. Madhab Syafi'i : Adapun wanita merdeka, maka seluruh tubuhnya adalah
aurat, kecuali wajah dan telapak tangan. Imam Nawawi berkata : Hingga
pergelangan tangan, berdasarkan firman Allah: dan janganlah mereks
menampakkan perhiasannya kecuali apa yang biasa tampak dari padanya.15
d. Madhab Hanbali : Imam Ahmad Bin Hanbal berkata: Seluruh tubuhnya
adalah aurat kecuali wajahnya saja
e. Demikian alasan boleh dirujuk kepada hadits Nabi SAW yang berbunyi :
3. Menurut Ulama Kotemporer
a. Menurut Wahbah Az-Zuhaili
Menurut Wahbah Az-Zuhaili, ayat jilbab menunjukkan wajibnya
menutup wajah wanita. Karena para ulama dan mufassir seperti Ibnul
Jauzi, At-Thabari, Ibnu Katsir, Abu Hayyan, Abu Suud, Al-Jashash, dan
Ar-Razi menafsirkan mengulurkan jilbab adalah menutup wajah,
badan, dan rambut dari orang-orang asing (yang bukan muhrim) atau
ketika keluar untuk sebuah keperluan.16

15 Abu Zakaria Muhyiddin Yahya al-Nawawy, Al- Majmu' ala Sarh Muhaddab, (Beirut

: Dar al-Fikr,tt), 3,167-168.


16 Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir fil Aqidah was Syariah wal Manhaj,

(Damaskus: Darul Fikr, 1991), cet I, 11, 107.

14

b. Menurut Yusuf Qaradhawi


Menurut Yusuf Qaradhawi, di kalangan ulama sudah ada
kesepakatan

tentang

masalah

aurat

wanita

yang

boleh

ditampakkan. Ketika membahas makna Dan janganlah mereka


menampakkan

perhiasannya

kecuali

apa

yang

biasa

tampak

daripadanya (QS 24:31), menurut Qaradhawi, para ulama sudah


sepakat bahwa yang dimaksudkan itu adalah muka dan telapak
tangan.
Imam Nawawi dalam al-Majmu, menyatakan, bahwa aurat
wanita

adalah

seluruh

tubuhnya

kecuali

wajah

dan

telapak

tangannya. Diantara ulama mazhab Syafii ada yang berpendapat,


telapak kaki bukan aurat. Imam Ahmad menyatakan, aurat wanita
adalah seluruh tubuhnya kecuali wajahnya saja.
Diantara ulama mazhab Maliki ada yang berpendapat, bahwa
wanita cantik wajib menutup wajahnya, sedangkan yang tidak cantik
hanya mustahab. Qaradhawi menyatakan

bahwa aurat wanita

adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan

adalah

pendapat Jamaah sahabat dan tabiin sebagaimana yang tampak


jelas pada penafsiran mereka terhadap ayat: apa yang biasa tampak
daripadanya.17
Pendapat semacam ini bukan hanya ada di kalangan sunni. Di
kalangan ulama Syiah juga ada kesimpulan, bahwa apa yang biasa
tampak daripadanya ialah wajah dan telapak tangan dan
perhiasan yang ada di bagian wajah dan telapak tangan. Murtadha
Muthahhari menyimpulkan, dari sini cukup jelas bahwa menutup
wajah dan dua telapak tangan tidaklah wajib bagi wanita, bahkan
tidak ada larangan untuk menampakkan perhiasan yang terdapat
pada wajah dan dua telapak tangan yang memang sudah biasa

17 Yusuf Qardawy, Hadyu al-Islam Fatawy Mu'asirah, terj : As'ad Yasin,( Jakarta :

Gema Insani Pers, 1995), 431-436

15

dikenal, seperti celak dan kutek yang tidak pernah lepas dari
wanita.18

BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Untuk menetapkan kewajiban hijab bagi kaum wanita, kita juga bisa merujuk
sirah kaum wanita muslimah pada zaman Rasulullah. Mereka selalu menutupi tubuh
dan rambut mereka ketika berada di hadapan non muhrim, [Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di Tahlile nu wa Amali az Hijab dar Asre Hadzir, hal 49] seperti yang kita lihat
18 Lihat, Murtadha Muthahhari, Wanita dan Hijab (Terj. Oleh Nashib Musthafa),

(Jakarta: Lentera Basritama, 2002).

16

dari hadis tentang kedatangan Rasulullah bersama Jabir ke rumah Sayyidah Fathimah
as.
Begitu juga dengan akal manusia, akal manusia juga dapat membuktikan
kewajiban hijab bagi kaum wanita. Akal akan senantiasa memerintahkan segala
perbuatan yang membawa manfaat dan akan memerintahkan untuk melakukan hal itu,
begitu juga sebaliknya akal akan selalu memperingatkan manusia dari hal-hal yang
membahayakan manusia.
Oleh karena itu, ketika melihat bahwa hijab akan memberikan keamanan,
ketenangan atau dapat memupuk rasa cinta kasih di antara sesama maka akal yang sehat
dan tidak tertawan oleh hawa nafsu akan memerintahkan untuk berhijab. Wallahu alam

3.2Saran
Setelah membaca penjelasan pada bab sebelumnya, penulis menyarankan
kepada wanita muslimah yang merasa belum berhijab, untuk segera berhijab guna
melaksanakan perintah Allah SWT. Karena perintah untuk berhijab tidak lain untuk
melindungi dan menjaga kehormatan kaum muslimah sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

https://makalahsekolahan.blogspot.co.id/2015/05/makalah-tentang-hijab.html
http://abiubaidah.com/jilbab-mahkota-muslimah.html/
http://mankasan.blogspot.co.id/2011/09/jilbab-dalam-perspektif-islam.html
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=185712&val=6439&title=NILAI%20JILBAB%20SEBAGAI

%20MAHKOTA%20PEREMPUAN%20MUSLIMAH
http://zetinovitasari96.blogspot.co.id/2016/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

17

http://riskadiani.blogspot.co.id/2014/07/kerudung-jilbabdanpermasalahannya.html
http://riaviinola.blogspot.co.id/2015/12/hijab-mahkota-akhwat.html

18

Anda mungkin juga menyukai