Anda di halaman 1dari 16

JILBAB GAUL MERUSAK AURAT DAN JATI DIRI MUSLIMAH

Niswatin aulia rahmah

Mahasiswa S1 tata busana, fakultas Teknik, universitas PGRI adi buana Surabaya

niswatinauliar@gmail.com

ABSTRACT

Covering the aurat for a Muslim woman is an obligation as stated in the Quran. Clothing
that covers the genitals is usually called a headscarf. In its development, the jilbab is not
only understood as a religious obligation. But it extends to the lifestyle of some women. The
jilbab in the end is not only an embodiment of piety as expected by religious orders. Jilbab
on the other hand is a manifestation of social phenomena.

This is reinforced by the widespread use of headscarves in some communities for political,
sah, and other reasons. There are religious reasons behind the use of the jilbab among
Muslim women. This reality ultimately leads to the conclusion that the jilbab is not merely a
representation of Muslim piety. But the jilbab is also a lifestyle for some Muslim women to
impress or present a religious atmosphere in the life they live

ABSTRAK

Menutup aurat untuk seseorang muslimah merupakan kewajiban sebagaimana yang


termaktub dalam al- Quran. Baju yang menutup aurat ini biasa diucap hijab. Dalam
perkembangannya hijab bukan sebatas dimengerti selaku suatu kewajiban agama. Tetapi
meluas jadi style hidup sebagaian wanita. Hijab kesimpulannya tidak cuma suatu perwujudan
kesalehan sebagaimana yang diharapkan perintah agama. Hijab disisi lain ialah manifetasi
dari fenomena sosial.

Perihal ini diperkuat dengan maraknya pemakaian hijab pada sebagian warga sebab alibi
politik, hukum, serta yang lain. Beragama alibi yang melatarbelakangi pemakaian hijab di
golongan muslimah. Kenyataan ini pada kesimpulannya merujuk pada suatu kesimpulan
kalau hijab bukan sekedar representasi kesalehan muslimah. Namun hijab pula jadi life gaya
untuk sebagian muslimah supaya terkesan ataupun memperkenalkan atmosfer religius dalam
kehidupan yang dijalaninya.

A. PENDAHULUAN

Trend busana muslim terus menjadi berkibar, banyak para pemudi anak muda hingga ibu- ibu
di mana- mana banyak kita ketemui berbusana dengan berbusana muslimah pantas kita
syukuri serta banggakan, bahwasanya busana muslima telah merakyat. Membuat mereka
tidak malu lagi membalut kepala serta badan mereka dengan kain yang tertutup.

Tetapi dalam waktu terakhir ini terdapat semacam kecenderungan, kalau hijab bukan lagi
perlengkapan penutup aurat namun cuma dijadikan trend fashion belaka. Kala terdapat
kemauan buat berjilbab, iya di pakailah jilbabnya, tetapi sesuatu dikala mau tampak dengan
rambut yang oke bolehlah hijab dilepas" naudzubillah" belum lagi model- model hijab serta
baju yang macam- macam, mereka menggunakan hijab tetapi mereka tidak sempat
mencermati kaidah serta ketentuan busana muslimah, namun cuma tercermin pada fashion
serta tren yang lagi gempar.

Banyak terjalin di golongan anak muda, mereka berjilbab tetapi bajunya bodypress serta
celananya luar biasa ketat, belum lagi pusarnya yang dibiarkan kena angin, terdapat lagi yang
katanya berjilbab tetapi polanya nya semacam tidak berjilbab, leluasa berteman dengan lawan
tipe sampai ke kebablas.
Jadi aku berharap kepada para anak muda muslimah, apabila terdapat hasrat buat berjilbab
hingga bulatkan tekad, siapkan hati, niatkan dengan mantap cuma sebab Allah buat
melaksanakan syariat Allah, insya Allah kita hendak nyaman dari trend fashion yang dapat
menyesatkan umat

Serta aku menghimbau kepada ibu- ibu serta remajanya, ayo kita kembalikan hijab di tempat
yang semestinya jangan di rekayasa dengan ini serta itu. Kita kembalikan hasrat suci kita,
kalau dengan berjilbab yang baik serta benar bisa menuntun diri serta hati kita buat senantiasa
khawatir kepada Allah serta menjauhi buatan yang dilarang Allah jadi tiap gerak serta
langkah kita bisa dikendalikan oleh hijab.¹

Namun bila memandang keadaan saat ini wanita muslimah yang berjilbab bukanlah se
sempurna, se anggun, apa yang ditafsirkan selaku Muslima taat. Terdapat perempuan-
perempuan yang mengenakan hijab tingkah lakunya tidak sejalan dengan tuntunan agama
serta budaya warga Islam. Wanita berjilbab dapat berdansa dengan lelaki yang bukan
muhrimnya hijab dalam konteks ini diucap oleh Shihab selaku fashion berpakaian yang
memasuki ke mana- mana serta bukan selaku tuntunan agama.²

B. PEMBAHASAN

1. Hijab serta konteks sosial

Banyak makna dari kata hijab yang sesungguhnya ialah kosakata bahasa Arab. Yang
maksudnya kata hijab ialah pakaian yang longgar ataupun kerudung penutup kepala
perempuan, ataupun baju yang menutupi pakaian serta kerudung yang dipakainya, ataupun
seluruh baju yang menutupi tubuh perempuan.³
bersumber pada penafsiran itu hingga bisa dikatakan kalau bila yang diartikan dengan hijab
merupakan pakaian, hingga hijab merupakan baju yang menutupi tangan serta kakinya.
Setelah itu bila dia merupakan kerudung hingga perintah mengulurkan Nya merupakan
menutup wajah serta lehernya. Berikutnya bila maknanya baju yang menutupi tubuh hingga
perintah mengulurkan Nya merupakan membuat nya longgar sehingga menutupi seluruh
tubuh serta baju.

Hijab kamus besar bahasa Indonesia selaku kerudung lebar yang dipakai muslimah buat
menutupi kepala serta leher sampai dada. Hijab Indonesia sendiri awal mulanya lebih
diketahui dengan istilah kerudung ialah kain buat menutupi kepala, tetapi masih
memperlihatkan leher serta sebagian rambut. Baru pada dini tahun 1980- an sebutan hijab
mulai diketahui, ialah kerudung pula menutup leher serta seluruh rambut. Demikian
sekiranya bermacam komentar tentang makna kata hijab. Walaupun terdapat bermacam-
macam komentar menimpa hijab, di mari aku berkomentar ataupun mengartikan hijab selaku
kerudung wanita yang menutupi kepala sampai dada. Sebaliknya baju lebar yang menutupi
tubuh serta aurat diucap dengan jilbab.

dikala ini hijab sangat identik dengan busana wanita muslim ataupun muslimah sehingga bila
boleh diucap hijab jadi suatu simbol dari agama Islam, bila dilihat dari konteks sejarah
nyatanya bukan cuma agama Islam jam yang memahami kata hijab. Hijab pula ada dalam
kitab taurat tetapi diucap dengan kata tiferet,

begitu pula dalam Injil terdapat sebutan yang semakna dengan hijab ialah zamma, pula zaif.
Lebih jauh lagi nyatanya pemakaian hijab pula diketahui dalam hukum keluargaan asyria.
Sehingga bisa dikatakan kalau masalah- masalah hijab ini bukan permasalahan simpel sebab
dia terpaut dengan dengan aspek baju perempuan serta lintas budaya. Sebutan hijab dalam
perkembangannya fenomena hijab pembawa pesan bermacam- macam bukan cuma pada
upaya pendefinisian istilahnya, namun pula pada pemberian arti serta pelaksanaannya di
warga yang mengusung simbol sosial keagamaan serta bukti diri sosial.⁴
apalagi fenomena hijab ini jadi isu internasional kala pemerintah Prancis menetapkan
larangan pemakaian simbol- simbol agama di sekolah- sekolah Perancis serta salah satu yang
mereka nilai selaku simbol agama merupakan hijab. tidak cuma di Prancis, di Indonesia pada
dekat tahun 1980- an ataupun pada masa pemerintah orde baru ada suatu peraturan
pemerintah yang melaporkan menimpa pelarangan pemakaian kain penutup kepala( hijab).

bersumber pada permasalahan tersebut bisa dikenal kalau di Indonesia hijab tidak ditatap
selaku permasalahan agama, sebab bila cuma selaku permasalahan agama pastinya
pelarangan hijab ini menyalahi ketentuan perundang- undangan tentang jaminan melakukan
ajaran agama. apalagi di masa kemudian pemakaian hijab cuma dicoba oleh wanita kampung
serta terbatas dalam ruang serta waktu ialah penggunaannya cuma pada dikala tertentu
misalnya idul fitri ataupun pengajian dan digunakan oleh wanita yang telah berhaji. tetapi
dikala ini hijab sudah jadi fenomena style hidup yang tidak lagi terbatas pada ruang serta
waktu.

wanita dengan mengenakan penutup yang menutupi segala badannya hendak melindungi
dirinya dari godaan lawan tipe perihal ini berbeda dengan wanita mengenakan baju terbuka,
pria hendak gampang tergoda terlebih baju yang menampakan perhiasannya secara tidak
langsung bisa dimaksud kalau wanita yang tidak menutup badannya cenderung jadi pemicu
tergodanya pria.

hijab mempunyai 2 ukuran ialah modul serta rohani hijab modul berbentuk penutupan badan.
sebaliknya hijab rohani merupakan keadaan dimana kehidupan warga tidak berupaya tampak
dengan dandanan yang menarik atensi dalam artian kalau hijab rohani ini merupakan
pencegah dari penyimpangan serta kemerosotan akhlak serta apabila ku ukuran ini dikatakan
silih terikat serta pengaruhi hijab modul berperan selaku imunitas ataupun imunitas yang
bertabiat preventif sehingga hijab rohani juga hendak terpelihara dengan terjaganya hijab
modul.
terdapat anggapan lain ialah timbulnya apology apology yang mengindikasikan kalau hijab
rohani lebih berarti daripada hijab modul semacam timbulnya kalimat" lebih baik berpakaian
biasa tetapi hatinya baik, daripada berpakaian muslimah tetapi hatinya tidak baik".⁵
bersumber pada pertimbangan tersebut hingga bisa dikatakan kalau permasalahan hijab ini
bukan saja menyangkut permasalahan orang dengan keyakinannya, namun permasalahan
sosial.

Diakui ataupun tidak, hijab ini tidak cuma melulu soal agama namun bergulir dalam ranah
sosial politik di Indonesia sendiri mulai booming pada tahun 1990 an berkat sumbangsih
besar dari cak nun dengan roadshow keliling Indonesia menetaskan puisi lautan hijab selaku
motor budaya yang menjadikan wanita Indonesia melirik hijab.

2. alas an pemakaian Jilbab

berikut merupakan diskusi Kiai serta seseorang perempuan tentang hijab.

perempuan: aku tidak ingin kerudungan, kerudungan itu kuno.

Kyai: lha, itu era fishon, lebih kuno lagi enggak gunakan kerudung.

perempuan: tetapi kan itu perihal kecil, mengapa kerudungan wajib dipermasalahkan?.

kyai: yang besar- besar itu seluruh awal mulanya kecil yang diremehkan.

perempuan: yang berarti kan hatinya baik, bukan amati dari kerudungnya, fisiknya.

kyai: terus mengapa salonan masing- masing pekan? Makeup itu kan raga.
perempuan: hmm, pak Kiai kerudungan itu belum pasti baik.

kyai: betul, yang kerudungan aja belum pasti baik terlebih yang...( isi sendiri).

perempuan: eh... pak kyai kemarin amati terdapat yang kerudungan nyuri.

kyai: yang gak kerudungan pula banyak yang nyuri, enggak korelasi bisa jadi.

perempuan: maksudnya lebih baik kerudungan hati dahulu, buat hati baik.

kyai: betul iri hati yang baik merupakan kerudungan kepala serta tutup aurat.

perempuan: jika kerudungan masih maksiat gimana dosa kan.

kyai: jika tidak kerudungan serta maksiat dosanya serta malah 2.

perempuan: kerudungan itu buat saya tidak leluasa.

kyai: oh berarti lipstik sanggul serta ke salon itu melepaskan ya.

perempuan: terus saya tidak ingin dibilang fanatik serta ekstrimis.

kyai: nah saat ini saja telah fanatik sekuler serta ekstrim dalam membantah Allah.
perempuan: jika saya gunakan kerudung tidak terdapat yang ingin sama saya.

kyai: banyak yang kerudungan serta mereka nikah kok.

perempuan: kalo suamiku tidak suka gimana?.

kyai: berarti ia tidak layak, apabila di depanmu ia tidak taat Allah siapa menjamin di
belakangmu ia jujur?.

perempuan: pak kyai... Era saat ini sulit cari kerja jika gunakan kerudung.

kyai: kemudian membantah perintah Allah demi kerja? Emang yang kasih Rizky siapa sih
house ataupun Allah?.

perempuan: hmm, mengapa agama hanya dilihat dari kerudung serta hijab.

kyai: Sama aja seperti

sekulerisme memandang wanitanya dari paras serta lekuk badan.

perempuan: saya tidak ingin diperbudak baju Arab.

kyai: ini simbol ketaatan kepada Allah, malah orang Arab itu dahulu enggak gunakan
kerudung serta hijab.
perempuan: kerudung hijab hanya akal- akalan lelaki menindas perempuan.

kyai: perasaan yang ngadain Miss universe pria deh, yang larang hijab di Perancis pula pria.

perempuan: kerudung kan buat panas koma, pusing, ketombe an,

kyai: jutaan orang gunakan kerudung enggak terdapat keluhan begitu, mitos aja.

perempuan: apa nanti kata orang jika saya gunakan hijab.

kyai: katanya tadi jadi diri sendiri, tidak hirau kata orang lain.

perempuan: kerudung serta hijab kan enggak gaul.

kyai: hmm, lah Mbak ini ingin gaul ataupun ingin menaati Allah.

perempuan: saya belum pengalaman gunakan hijab.

kyai: gunakan hijab itu seperti nikah pengalaman tidak dibutuhkan, kepercayaan hendak
menyusul.

perempuan: saya belum siap gunakan kerudung pak kyai.

kyai: kematian pula tidak hendak tanya kalian siap ataupun belum.
perempuan: mamaku bilang jangan sangat fanatik.

kyai: bilang ke mama dengan lembut, membawa cintamu padanya dengan menaati Allah
penciptanya.

perempuan: saya kan enggak leluasa ke mana- mana, tidak dapat nangkring, clubbing, gosip,
kan malu sama pakaian.

kyai: bukankah itu pergantian baik kan Mbak.

perempuan: itu kan tidak harus dalam Islam.

kyai: jika tidak harus mengapa Rasul perintah in seluruh perempuan muslim menutup aurat
iya kan.⁶

sehabis menilik menimpa konteks

sosial dari hijab itu bisa dilihat poin lain yang berarti serta tidak boleh ditinggalkan begitu
saja terdapat bermacam- macam alibi wanita berjilbab semacam:

a. Sebab alibi ideologis baik itu sebab proses perjuangan panjang hingga kesimpulannya
meyakini kalau hijab merupakan baju yang diharuskan dalam Islam ataupun sebab tekanan
hendak rasa khawatir pada dosa.
b. Perilaku sebab paksaan peraturan yang mengharuskan hijab semacam dalam lembaga-
lembaga tertentu.

c. Alibi psikologis misal tidak merasa aman sebab seluruh orang di lingkungannya berjilbab
ataupun sebab mau mencari rasa nyaman.

d. Tuntutan style hidup, sebab alibi kedokteran ataupun lifestyle supaya terlihat menawan
serta trendy yang dibuktikan dengan maraknya toko busana muslim.

e. Alibi politis, ialah penuhi tuntutan kelompok Islam tertentu yang mengedepankan simbol-
simbol agama selaku dagangan politik.

perihal ini menampilkan kalau hijab bukan lagi cuma permasalahan teologis dapat jadi
mereka( wanita yang menggunakan hijab Sehabis hadapi permasalahan hukum).
Menggunakan hijab sebab alibi psikologis ialah mencari rasa nyaman dari hijab yang telah
dipersepsikan selaku busana seseorang muslimah yang baik sehingga mereka berharap
hendak memperoleh simpati publik sebab mereka merupakan wanita berakhlak baik sebab
jilbabnya yang dijadikan selaku simbol ke religiusitasnnya. Paling tidak bisa jadi seperti itu
harapan perseptual.

perihal ini pula dipengaruhi oleh apa yang diucap dengan orientasi religius ialah motif- motif
sikap buat menguasai bermacam wujud perbuatan yang dicoba dalam menempuh ajaran
agamanya. Orientasi religius 2 ialah orientasi ekstrinsik serta intrinsik. Orientasi ekstrinsik
merupakan orientasi religius yang menggunakan mementingkan diri sendiri berpusat pada
keselamatan kenyamanan serta protektifitas penganutnya. Sebaliknya sebaliknya orientasi
intristik merupakan menginternalisasikan kepercayaan serta menjajaki ajaran ajaran
agamanya nya kerap diucap selaku orang yang telah menciptakan motif bawah dalam agama.⁷
pengalaman wanita yang mengenakan hijab ataupun tidak mengenakan hijab secara spesial
berkaitan dengan salah satu aspek dalam keyakinan eksistensial ialah aspek keyakinan
eksistensial ialah guna simbolis dari hijab itu sendiri.

bersumber pada hasil riset menciptakan kalau perempuan- perempuan yang tadinya berjilbab
serta memaknai hijab selaku jati diri muslimah ini sehabis hadapi pergulatan dalam hidupnya
kesimpulannya menciptakan arti baru tentang hijab. mereka tidak lagi memandang hijab
selaku kewajiban tetapi selaku baju yang dapat mereka kenakan serta dapat mereka lepas.
Disini pula menguraikan kalau religiusitas mereka( wanita yang melepas hijab) tidak lalu jadi
luntur ataupun pudar apalagi mereka merasa jadi lebih religius serta lebih bisa mendalami
dan menghayati perintah- perintah agama.

hijab yang sudah bertransformasi jadi bagian dari fashion- fashion ini jadi salah satu metode
untuk sebagian wanita buat penuhi kebutuhannya hendak penghargaan baik kebutuhan yang
lebih rendah ataupun lebih besar. Dasarkan pemaparan tersebut hingga baik wanita yang
mengenakan ataupun kau tidak mengenakan hijab mempunyai alasan- alasan patologis
tertentu titik boleh jadi apa yang ditemui dalam riset terhadap wanita yang melepas hijab
tentang pertumbuhan keyakinan eksistensial pula dirasakan oleh wanita wanita muslim dapat
jadi mereka tengah mencari arti dari hijab dapat pula sebab mereka mencari rasa nyaman
serta penghargaan dari opsi mereka buat mengenakan ataupun tidak tersebut pula dirasakan
oleh subjek riset mereka awal mulanya menggunakan hijab besar ataupun dalam proses
melepas hijab, dimensi hijab mereka kian susut Serta kian seadanya sampai kesimpulannya
melepas hijab mereka. Perihal tersebut paling tidak menampilkan kalau terdapat satu perihal
yang luput dari atensi ialah mengerti kah perempuan- perempuan tersebut tentang dalil- dalil
ataupun ayat ayat seputar hijab? Poin berarti tersebut tertutup oleh doktrin- doktrin yang
melaporkan kalau hijab itu harus. Namun tidak dipaparkan lebih lanjut kenapa dia harus?
Sehingga tidak sedikit yang menelan mentah- mentah perintah tersebut hingga berjilbablah
para wanita lalu memandang sinis kerabat wanita lain yang tidak berjilbab.

3. pengertian ayat- ayat seputar hijab.


sehabis mangulas menimpa alibi wanita menggunakan hijab serta tidak menggunakan
berikutnya kita berupaya menguraikan sebagian ayat seputar hijab tetapi semacam mayoritas
kasus lain yang senantiasa memunculkan pro serta kontra hijab pula demikian terdapat yang
setuju terdapat yang tidak setuju. Kasus menimpa baju wanita dalam perihal ini merupakan
hijab terdapat 2 kelompok yang mempunyai pemikiran berbeda.

kelompok awal mengatakan pendapatnya kalau tanpa dalil keagamaan ataupun bila juga
terdapat dalil hingga itu sangat lemah serta tidak sejalan dengan kaidah- kaidah dan disiplin
ilmu agama hingga perihal semacam itu pasti saja tidak bisa diterima. Kelompok kedua
kaidah keagamaan yang pula diakui oleh para ulama cuma saja dalam pelaksanaannya antara
lain dalam konteks baju ataupun aurat tidak menemukan sokongan ulama terdahulu serta
sebagian ulama kontemporer.

rasanya banyak wanita muslim yang menjajaki serta mengimami kedua komentar tersebut
tanpa menelaah lebih jauh alibi kedua komentar tersebut timbul oleh sebab itu berikut ini
pemaparan sebagian ayat seputar hijab yang kerap dipakai para ulama buat dijadikan bawah
untuk konsumsi hijab. Terlepas dari berbagai nya perbandingan komentar tentang pengertian
ayat tersebut tetapi dengan perbandingan pengertian diharapkan bisa membuka uraian tentang
perintah berjilbab.

ayat- ayat yang dijadikan referensi perintah berjilbab, ayat awal ini dipakai oleh para ulama
selaku bawah dalam menetapkan batasan aurat perempuan ialah firman Allah dalam QS
Quran pesan an- nur 24: 31.

maksudnya" katakanlah kepada perempuan yang beriman hendaklah mereka menahan


pemikirannya, serta kemaluannya, serta janganlah mereka menampakkan perhiasannya
kecuali yang( biasa) terlihat daripadanya serta ndak lah mereka menutupkan kain kerudung
ke dadanya...
perbandingan komentar timbul digolongan ulama dalam memaknai kalimat illa ma zhahara
minha( kecuali apa yang terlihat dari nya)( perhiasannya). Terdapat banyak interpretasi dari
ayat ini ath- thabhri melaporkan kalau perbandingan komentar di golongan ulama merupakan
kata illa ma zhahara minha, menurutnya kontroversinya merupakan tentang bagian apa dari
badan wanita yang boleh dibuka. Iya mengutip sebagian komentar dari teman nabi yang
berkomentar kalau baju luarnya saja yang boleh di ekspos oleh wanita sebaliknya segala
tubuh tercantum wajah serta telapak tangan wajib tertutup. Komentar lain berkata kalau
wanita bisa mengekspos matanya, cincin, gelang serta mukanya.

air berikutnya yang jadi bahasan pokok tentang baju perempuan ialah firman Allah dalam
QS. al- ahzab 33: 59,

maksudnya:" wahai nabi katakanlah kepada istri- istrimu kanak- kanak perempuanmu serta
istri- istri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya dalam kurung ke segala
badan mereka yang demikian itu biar mereka lebih gampang buat diketahui sebab itu mereka
tidak diganggu serta Allah merupakan maha pengampun lagi maha penyayang.

lepas apapun arti hijab yang diyakini oleh masing- masing mufassir yang lebih berarti bagi
Quraish Shihab merupakan apakah perintah mengulurkan hijab pada ayat tersebut pada ayat
tersebut cuma pada era nabi pada era nabi SAW ataupun selama masa? Quraish Shihab
menguasai perintah tersebut cuma berlaku pada era nabi SAW kala itu terdapat perbudakan
serta dibutuhkan terdapatnya pembeda antara mereka serta wanita- wanita merdeka dan
bertujuan menghindarkan kendala lelaki usil.

bersumber pada pemaparan menimpa ayat serta pengertian ulama tersebut pasti bisa
memandang alibi mereka yang mengharuskan serta alibi yang tidak mengharuskan sehat
selaku ulama kontemporer kontemporer yang bisa dikatakan mempunyai pengaruh besar
dalam membangun alasan nya memakai sebagian pendekatan serta tata cara yang bisa
digunakan dalam berijtihad yaitu
a. Pendekatan tarjih, yang bisa dimaksud selaku upaya menyeleksi bermacam- macam
komentar yang berasal dari bermacam- macam mazhab

b. pendekatan illat al- hukm, illat merupakan sesuatu karena dimana hukum itu diterapkan
ada pula ketentuan utamanya merupakan sesuatu hukum mesti jelas, tidak berubah- ubah
serta cocok dengan maqashid syariah ialah bawa kemaslahatan.

c. tata cara istihsan sebab adat Kerutinan selaku pertimbangan dalam penetapan hukum
dengan catatan terdapat tersebut tidak lepas kendali dari prinsip- prinsip ajaran agama dan
norma norma universal serta memakai alibi diamnya ulama Indonesia pada masa kemudian
memandang metode berpakaian perempuan muslimah yang cenderung tradisionalis
dalam( kurung tanpa mengenakan hijab) selaku wujud konvensi dari metode berpakaian
perempuan muslimah kala itu.

C. KESIMPULAN

Semacam sudah dipaparkan pada bagian tadinya kalau hijab mempunyai ranah yang lumayan
luas dalam kehidupan sosial manusia tidak hanya selaku suatu busana yang jadi simbol
keagamaan hijab dengan luasnya memasuki pada ranah ranah lain perbandingan komentar
pula ikut meramaikan kasus watak ini hijab yang dimaksud selaku kerudung yang menutup
kepala sampai dada wanita memanglah penuh paradoks.

Hijab selaku produk budaya yang diperkuat dengan anjuran agama dengan alibi buat proteksi
ataupun kemaslahatan tetapi tidak tetapi bila hijab dijadikan selaku titik tolak tingkatan
kereligiusan seorang tidak terdapat jaminan kalau pemakai hijab merupakan wanita soleha
serta kebalikannya wanita yang tidak mengenakan hijab bukan wanita solehah perihal ini
sebab hijab tidak identik dengan kesalehan serta ketakwaan seorang konstruksi sosial yang
membagikan label pada hijab.
Dalam waktu terakhir ini terdapat semacam kecenderungan kalau hijab bukan lagi
perlengkapan penutup aurat namun cuma dijadikan transmode belaka. Mereka menggunakan
hijab tetapi mereka tidak sempat mencermati kaidah serta ketentuan busana muslimah namun
cuma berkaca pada fashion serta tren yang lagi gempar.

Aku berharap kepada para anak muda muslimah apabila terdapat hasrat buat berjilbab hingga
bulatkan tekad siapkan hati niatkan dengan mantap cuma sebab Allah buat melaksanakan
syariat Allah insya Allah kita hendak nyaman dari trend fashion yang dapat menyesatkan
umat..

D. DAFTAR PUSTAKA

Aula majalah Nahdlatul ulama no.11 tahun XXVI November 2004

M.quraishi Shihab jilbab pakaian wanita muslimah pandangan ulama masa lalu dan
cendekiawan kontemporer. ( Jakarta : lentera hati, 2014)

Thahari chamim 2011 konstruksi pemikiran Quraisy Shihab tentang hukum jilbab kajian
hermeneutika kritis. (Malang :jurnal volume 14 nomer 1 Januari - Juni 2011, Universitas
Negeri Malang)

Salim, dari jusbar. 1984 busana muslim dan permasalahannya. Jakarta: proyek pembinaan
kemahasiswaan Dirjend pembinaan kelembagaan agama Islam DEPAK RI.

Majalah mustahiq edisi 26 Juni 2013 - Rajab - sya'ban 1434H.

Anda mungkin juga menyukai