Cara berhijab saya juga belum begitu baik, namun saya mencoba untuk tidak
berhijab seperti mereka. Saya ingin menjadi perempuan syar'i (perempuan yang
berhijab & berpakain seperti pada jaman Rasulullah), namun sayang, karena
faktor ekonomi saya tidak bisa seperti itu .
Pernah saya baca disalah satu fanpage diberanda Facebook saya tentang hijab,
ada kisah nyata para pelajar & mahasiswa yang tertangkap basah sedang berbuat
zina disalah satu kost-san mahasiswa tersebut saat bulan ramadhan &
sipelajarnya itu menggenakan kerudung. Adalagi kisah penyalahgunaan hijab, ada
salah satu mahasiswi berkerudung namun menjadi pelacur & bahkan katanya
pelacur yang berkerudung dihargai lebih mahal karena terkesan religius. Ya Allah
!!
Bahkan sekarang ini kerudung telah dijadikan fashion show, banyak kalangan
artis yang memakai hijab hanya untuk agar terlihat lebih trendy. Banyak hal
buruk lainnya tentang hijab saat ini & sedikit hal positif tentang hijab saat ini.
Saya tidak bermaksud menjelekan hijab, tapi saya hanya ingin agar para
pembaca membantu merubah hal-hal buruk itu. Cara berhijab & berakhlak saya
memang belum baik, namun saya mencoba untuk tidak seperti mereka yang
menyalah gunakan hijab. Maaf jikalau anda merasa tersinggung :)
Fenomena hijab
Gaya berbusana ala hijabers menuai banyak pro dan kontra. Disatu sisi fenomena hijabers
dinilai positif karena mengkampanyekan pakaian tertutup namun masih tetap modis. Dilain
sisi banyak pihak yang menilai bahwa fenomena hijabers merupakan upaya meminggirkan
aturan baku dalam berhijab itu sendiri. Aturan-aturan tidak boleh ketat, dan bukan digunakan
sebagai perhiasan ditepis oleh para hijabers ini lalu diganti dengan aturan yang mereka buat
sendiri. Perempuan cantik, ber- makeup, menggunakan kerudung dengan aneka gaya menjadi
citra dari hijabers itu sendiri.
Lalu apakah ada pergeseran-pergeseran nilai dari berhijab itu sendiri?. Apakah benar
seseorang memakai jilbab atas dasar kewajiban atau hanya terbawa arus fashion yang sedang
melanda negeri ini?. Adakah hijabers merupakan upaya pengangkatan status sosial, karena
selama ini citra hijabers adalah cantik,stylish dan berkelas?
Tidak hanya itu, ada upaya peng-internasionali-sasian jilbab yang coba dibangun oleh
komunitas hijabers itu. Selain itu hijabers community membangun identitas mereka melalui
simbol-simbol dan kebudayaan yang mereka pakai. Hijabers Community bisa dikaji dengan
budaya konsumerisme, karena didalam hijabers itu sendiri sebenarnya lebih banyak fashion-
nya daripada acara mengaji. Hijabers Community menciptakan identitas mereka sendiri,
yaitu identitas wanita muslimah yang taat namun modis dan stylish.
Beberapa tahun belakangan ini, muncul tren baru dalam berbusana. Namun bukan busana
Barat yang menampilkan sebagian tubuh, yang menjadi trend. Pakaian yang
sedanghappening di Indonesia sekarang ini adalah pakaian ala Hijabers. Pakaian muslimah
yang modis dengan berbagai gaya dan pernak-pernik kerudungnya.
Salah satu “kebangkitan” penggunakan jilbab oleh kebanyakan wanita sekarang ini adalah
munculnya fashion designer muda yang fokus pada baju-baju muslimah yaitu Dian Pelangi.
Bisa dikatakan bahwa Dian Pelangi merupakan ikon dari hijabers, dia pula yang
mempopulerkan kata Hijabers. Menurut Dian, penggunaan kata hijabers itu sendiri agar lebih
terlihat internasional karena diluar negeri jilbab disebut hijab.
Masuk akal memang bila begitu alasannya, namun tidak sinkron dengan arti hijab itu sendiri.
Menurut KBBI hijab berarti 1 dinding yg membatasi sesuatu dng yg lain: 2 Isl dinding yg
membatasi hati manusia dan Allah; 3 dinding yg menghalangi seseorang dr mendapat harta
waris: anak laki-laki adalah — dr saudara sebapak. Sedangkan jilbab berarti “kerudung
lebar yg dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada”.
Dari dua pengertian yang saya ambil dari kamus KBBI maka terjadi ketidak sesuaian makna
hijabers itu sendiri dengan apa yang dimaksudkan. Kata hijabers bermaksud untuk menyebut
orang-orang yang berjilbab namun modis. Tapi pada kenyataannya hijab sendiri merupakan
apa saja yang dapat menutup dan membatasi yang lain dari sesuatu yang lainnya. Di
indonesia lebih dikenal istilah tirai daripada hijab untuk merujuk pada arti kata yang sama.
Hijabers Community , telah mengkonstruski nilai-nilai jilbab menurut mereka sendiri. Ada
pergeseran nilai dari jilbab itu sendiri. Jilbab dulu dan sekarang sudah berbeda makna. Kalau
dulu memakai jilbab merupakan simbol ketaatan wanita pada ajaran agama mereka,
sedangkan memakai jilbab sekarang sudah menjadi suatu gaya hidup tersendiri. Fashion
muslimah berkembang dengan pesat dan bermunculan model-model yang bagus, stylish, dan
modis.
Esensi awal jilbab sebagai simbol keagamaan dan bukti kepatuhan kini mulai bergeser, jilbab
berubah menjadi sebuah fashion. Sebagai fashion jilbab mengikuti trend dan mode yang
sedang happening. Kesadaran taat beragama dan tuntutan fashion membuat banyak wanita
Indonesia mengkreasikan jilbab dengan berbagai model dan gaya. Kesan bahwa wanita yang
berjilbab adalah wanita kuno dan konservatif kini mulai luntur.
Kebangkitan fashion muslimah di Indonesia dimulai ketika ada sekompok orang yang
memproklamirkan dirinya sebagai Hijabers Community. Sebuah komunitas yang dibangun
oleh seorang desainer muda muslimah bernama Dian Pelangi. Kemunculan hijabers menjadi
ikon muslimah di masa sekarang.
Dalam konteks budaya Konsumerisme masyarakat kota selain dipengaruhi oleh perilaku
konsumtif individu juga dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup. Menurut Piliang
dalam (Subandi, 2005) mengalirnya fashion dipuasat perbelanjaan memberikan percepatan
produksi dan konsumsi namun ini juga berlaku bagi barang konsumer yang lainnya.
Konsumerisme sendiri dapat diartikan sebagai paham atau ideologi yang menjadikan
kelompok melakukan proses konsumsi secara berlebihan dan tidak sepantasnya secara
berlebihan (Wikipedia, 2013). Hal ini berarti bahwa mereka cenderung membelanjakan
uangnya secara berlebihan untuk fashion. Menurut pengamatan saya, anggota hijabers
hampir punya semua model baju dan jilbab yang sedang happening saat itu. Fashion menjadi
hal utama bagi mereka sehingga mereka sering membelanjakan uangnya untuk membeli baju
model baru atau jilbab model baru.
Budaya konsumerisme yang lainnya adalah, dari tempat kumpul rutin hijabers selalu di
restoran atau cafe-cafe mahal. Sedikit kontras dengan nama komunitas mereka “Hijabers”
yang seharusnya mereka lebih banyak berkumpul di masjid untuk belajar agama, namun
kenyataannya bukan seperti itu. Namun kenyataannya, mereka lebih sering berkumpul di
tempat-tempat “nongkrong” elit.
Selain itu dalam setiap pertemuan mereka selalu mengadakan hijab demo atau demo make-
up. Kegiatan tersebut membuat para anggota membeli hijab atau maku-up yang digunakan
saat demo. Menurut saya itu sudah konsumsi yang berlebihan, karena belum tentu mereka
butuh namun hanya sekedar ingin dan supaya terlihat keren dimata anggota yang lainnya.
Kesimpulan
Hijabers Community telah mengkonstruski nilai-nilai jilbab menurut mereka sendiri. Ada
pergeseran nilai dari jilbab itu sendiri. Jilbab dulu dan sekarang sudah berbeda makna. Kalau
dulu memakai jilbab merupakan simbol ketaatan wanita pada ajaran agama mereka,
sedangkan memakai jilbab sekarang sudah menjadi suatu gaya hidup tersendiri. Fashion
muslimah berkembang dengan pesat dan bermunculan model-model yang bagus, stylish, dan
modis.
Daftar Pustaka
Hijab merupakan salah satu lambang perempuan yang berhubungan erat dengan religiusitas.
Tapi, seiring berkembangnya waktu, hijab juga memiliki perubahan yang bisa dilihat dari masa
ke masa. Dari era pertama perempuan Indonesia mengenal penutup kepala bernama “tudung”
sampai akhirnya ramai diperbincangkan soal “jilboobs”. Berikut ini adalah perjalanan hijab di
Indonesia dari masa ke masa :
Pada tahun 1800-an, kaum perempuan yang memiliki nilai spiritual tinggi biasanya
menggunakan penutup rambut yang berupa penutup kepala Adat (seperti di wilayah
Minangkabau) atau menggunakan selendang yang biasa disebut “tudung” atau “kerudung”.
Laksmana Keumalahayati merupakan salah seorang bangsawan Aceh sekaligus panglima
perang pertama yang menggunakan kerudung dari selendang.
Pada masa 1900 an, muncullah nama Nyai Ahmad Dahlan dengan penggunaan kerudung yang
berbentuk seperti bergo pada zaman sekarang. Ia adalah tokoh emansipasi perempuan yang
bergerak sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Pada masa 1950 an, Hajah Rasuna Said merupakan salah satu pelopor penggunaan kerudung
dengan bentuk kerudung segitiga yang langsung dipakai di atas rambut dengan lengkungan
pada bagian dahi. Ia juga merupakan salah satu pejuang emansipasi yang menginginkan
persamaan hak antara perempuan dan laki-laki.
Jilbab di era 80-an mulai memperoleh modifikasi sehingga perempuan berjilbab menggunakan
gaya jilbab kopiah (dengan ciput berbentuk kopiah). Jilbab ini digunakan oleh Sitoresmi,
mantan isteri WS Rendra dan juga Hajah Nina Lubis yang merupakan professor pertama
Indonesia di bidang Sejarah.
Jilbab berlapis-lapis dengan ciput dan kerudung yang tebal dan tertutup kemudian menjadi
gaya baru yang muncul pada tahun 1990-an. Jilbab ini dipopularkan oleh Neno Warisman dan
Lutfiah Sungkar dengan bentuk chador yang lebih sederhana
Tahun 2000-an, sudah banyak artis yang menggunakan jilbab untuk mengganti penampilan
seksi mereka. Salah satunya adalah Inneke Koesherawati. Ia menggunakan kerudung dengan
gaya simple, namun tetap menutupi auratnya. Namun, pada era inijuga muncul gaya kudung
gaul dengan ujung kerudung yang diikat ke belakang sehingga terlihat seperti sebuah cekikan.
Tahun 2008, gaya jilbab dengan menggunakan pashima mulai booming setelah munculnya film
Islami “Ayat-ayat Cinta” yang di dalamnya menampilkan perempuan-perempuan Arab yang
berhijab dengan menggunakan gaya jilbab pashmina.
Gaya pashmina pun muncul dengan berbagai macam variasi dan bahan kain kerudung sehingga
sampailah pada tahun 2014 yang di dalamnya terdapat model Jilboobs alias kerudung gaul
dengan memperlihatkan lekukan tubuh dan bentuk payudara perempuan. Terlepas dari yang
mana gaya jilbab yang paling syariah dan tidak, tapi kita bisa melihat kalau euforia kaum
perempuan terhadap penggunaan jilbab sangatlah tinggi sehingga sebaiknya kita mulai menata
diri untuk lebih memaknai apa itu hijab atau jilbab agar tidak banyak menimbulkan kontroversi
yang kurang baik. Kalau menurutmu gimana?
Inilah Sejarah Hijab Di Indonesia
Add Comment
Sejarah
Inilah Sejarah Hijab Di Indonesia -Untuk wanita yang beragama Islam, tentu kenakan jilbab atau hijab
sudah merupakan suatu kewajiban. Bicara tentang jilbab di Indonesia, terlebih tentang sejarahnya
bukanlah perkara gampang. Satu hal yang pasti, mulai sejak era ke 19, penggunaan jilbab sudah
diperjuangkan di orang-orang. Hal semacam itu tampak dari sejarah gerakan Paderi di Minangkabau.
Gerakan revolusioner ini, ikut memperjuangkan penggunaan jilbab di orang-orang.
Ilustrasi wanita pada saat PaderiIlustrasi wanita pada masa Paderi
Saat itu, sebagian besar orang-orang Minangkabau tak demikian menghiraukan syariat Islam, hingga
sangat banyak berlangsung kemaksiatan. Melihat itu, beberapa ulama paderi tak tinggal diam. Mereka
mengambil keputusan untuk mengaplikasikan syariat Islam di Minangkabau, termasuk juga ketentuan
penggunaan jilbab serta cadar.
Wanita Minangkabau pada th. 1908-1940Perempuan Minangkabau pada th. 1908-1940
Di Aceh, seperti juga di Minangkabau, dimana dakwah Islam demikian kuat, dampak Islam juga
meresap sampai ke ketentuan kenakan pakaian dalam kebiasaan orang-orang Aceh. Kebiasaan Aceh
mengambil keputusan, “orang mesti kenakan pakaian sedemikian rupa hingga semua tubuh sampa
kaki mesti ditutupi. Dari itu, sekurang-kurangnja mereka sudah berbadju, bercelana, serta berkain
sarung. Ketjantikan serta masuk angin telah terdjaga dengan sendirinya. Kepalanja mesti ditutup
dengan selendang atau mungkin dengan kain sendiri.
Di Sulawesi Selatan, Arung Matoa (penguasa) Wajo, yang di panggil La Memmang To Appamadeng,
yang berkuasa dari 1821-1825 memberlakukan syariat Islam. Terkecuali pemberlakuan hukum pidana
Islam, ia juga mewajibkan kerudung untuk orang-orang Wajo.
Di pulau Jawa, banyak wanita muslim yg tidak menutupi kepala, mendorong gerakan reformis muslim
menyiarkan keharusan jilbab. Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan aktif menyiarkan serta
menyebutkan bahwa jilbab yaitu keharusan untuk wanita Muslim mulai sejak 1910-an. Ia lakukan
dakwah jilbab ini dengan cara bertahap.
Awalannya ia meminta untuk menggunakan kerudung walau rambut tampak beberapa. Lalu ia
merekomendasikan mereka untuk menggunakan Kudung Sarung dari Bombay. Tidak cuma itu, ia
mendorong wanita untuk belajar serta bekerja, seumpama jadi dokter, ia terus mengutamakan wanita
untuk tutup aurat serta lakukan pembelahan pada laki-laki serta wanita.
Organisasi Al Irsyad juga ikut menyuarakan keharusan jilbab untuk beberapa wanita. Di Pekalongan,
Jawa Tengah, kongres Al Irsyad sudah mengulas isu-isu wanita yang berjudul Wanita dalam Islam
Menurut Pandangan Kelompok al-Irsyad. Salah satu hasil kongresnya merekomendasikan anggota
wanitanya untuk menutupi kepala serta badan mereka terkecuali muka serta telapak tangan.
Usaha memperjuangkan jilbab tidak sedikit memperoleh pertentangan. Perang kalimat lewat mass
media memberi warna masa 1930-40an. Majalah Aliran Baroe yang berafiliasi dengan Partai Arab
Indonesia (PAI), tak mensupport keharusan jilbab. Majalah ini bersitegang dengan sebagian pihak.
Sikap PAI yg tidak mengaturi masalah jilbab ini memperoleh kritikan dari Siti Zoebaidah lewat majalah
Al Fatch. Melalui majalah punya Aisyiyah –organisasi wanita yang menginduk pada Muhammadiyah-
ini, Siti Zoebaidah menyatakan bahwa harus untuk golongan muslimat menggunakan jilbab.
Sekolah Guru Putri. Photo diprediksikan dari th. 1950-anSekolah Guru Putri. Photo diprediksikan dari
th. 1950-an
Bila pada saat saat sebelum kemerdekaan perjuangan jilbab diwarnai masalah di mass media, tetapi
di orde baru perjuangan jilbab makin berat. Perjuangan umat Islam terutama muslimah memperoleh
tentangan keras dari pemerintah, terutama petinggi dinas pendidikan serta pihak militer.
Dominasi militer ini sangatlah dirasa oleh beberapa ulama. Ruangan gerak mereka untuk menyiarkan
nilai-nilai agama kerapkali mesti berbenturan dengan pihak militer yang sering dirasa juga sebagai anti
Islam. Karakter birokrasi militer yang kaku sudah bikin kelompok Islam menjumpai kesusahan untuk
memperjuangkan aspirasinya supaya di terima oleh pemerintah, termasuk juga dalam permasalahan
jilbab di kelompok pelajar putri.
Salah satu hal yang menggelitik untuk dikaji lebih jauh yaitu masuknya watak militerisme dalam
kebijakan-kebijakan Depdikbud. Kebijakan wajibnya seragam sekolah dalam SK Dirjen Dikdasmen No.
052 th. 1982 nampaknya memberikan indikasi hal semacam itu.
Didalam SK itu, sesungguhnya tak dilarang pemakaian jilbab oleh pelajar-pelajar muslimah di SMA-
SMA Negeri, cuma saja, apabila mereka mau menggunakan jilbab di sekolah, jadi mesti
keseluruhannya pelajar putri di sekolah menggunakan jilbab.
Awal th. 1980-an memanglah adalah periode perseteruan pada Islam serta Pemerintah. Ke-2 pihak
sama-sama berlawanan atau perseteruan pada Islam serta pemerintah. Ke-2 pihak sering berseteru.
Politik Pemerintah Orde Baru yang represif pada umat Islam ikut memperkeruh masalah ini.
Pada masalah jilbab ini, Depdikbud rupaya tak dapat menutupi sikap curiganya pada siswi berjilbab.
Seperti pada masalah Tri Wulandari di Jember. Pihak Kodim 0824 Jember pernah memanggilnya
lantaran dicurigai juga sebagai anggota Jamaah Imron. Jilbab ketika itu dikira juga sebagai perwujudan
gerakan politik yang meneror pihak pemerintah.
Pergi dari fakta-kenyataan diatas, jadi tak mengherankan apabila ada siswi berjilbab sebagai korban.
Pelajar-pelajar berjilbab hingga ada yang dikeluarkan serta dipindahkan dari sekolah, diskors, dicap
seperti gerakan laten PKI, diinterogasi di ruangan BP, dikejar-kejar kepala “robot” sekolah yang
senantiasa berlindung dibalik kalimat, “Saya cuma melakukan perintah atasan. ”, lalu dimaki-maki
oleh orangtua sendiri, serta lain sebagainya.
Pada tanggal 15 Januari 1983, siswi-siswi yang berjilbab dari SMA, SMEA, serta SGA Tangerang, Bekasi,
serta Jakarta juga ajukan memprotes ke DPRD DKI Jakarta menuntut supaya dibolehkan ikuti
pelajaran dengan terus kenakan pakaian muslimah.
Perjuangan penggunaan jilbab sepanjang bertahun-tahun, yang diwarnai sikap represif aparat, pendidik
serta petinggi pada akhirnya membawa hasil. Keringat, derita, stigma serta air mata untuk melindungi
kemuliaan wanita itu dapat mejadi pembuka jalan untuk diterimanya jilbab di Indonesia.
Bagaimanakah juga, untuk muslimah, penggunaan jilbab yaitu sistem yang melibatkan dua segi yang
sama-sama bertalian, yakni kesadaran pribadi sekalian misal di orang-orang. Makin banyak yang
berjilbab, bagaimanapun bakal makin gampang untuk muslimah lain untuk turut memakainya. Jadi
beberapa muslimah pelopor jilbab di orang-orang di saat lantas yaitu beberapa pelopor yang pada
akhirnya meramaikan penggunaan jilbab di orang-orang kita sekarang ini.
Read more: http://www.rajawow.com/2015/03/inilah-sejarah-hijab-di-indonesia.html#ixzz3uLKoDDTI
Under Creative Commons License: Attribution
Jilbab menurut islam dan fakta ilmiah
Tokoh muslim terkemuka di dunia Syeikh Yusuf Al Qaradhawi yang diundang dalam konferensi
Pro-Hijab “Assembly for The Protection of Hijab” mengatakan bahwa bukan hanya Islam yang
memerintahkan kaum wanita untuk berpakaian sopan, Yahudi dan Kristen pun memilkiki tradisi
yang sama. Kalau wanita boleh memakai rok mini atau baju tanpa lengan, kenapa wanita yang
ingin memakai jilbab dilarang? Larangan ini bertentangan dengan kebebasan menjalankan
ibadah agama.
Jilbab dikenal dengan berbagai istilah: veil (inggris), chador (Iran), Abaya (Irak), Pardeh (India
dan Pakistan), Charshaf (Turki), Milayat (Libya), Hijab (Mesir, Sudan, Yaman). Jilbab tidak
hanya menjadi fenomena di kelompok sosial tertentu, tetapi sudah menyebar hingga ke
kalangan pelaku pendidikan, politikus hingga artis. Jilbab menjadi sebuah benda kontroversial
di beberapa belahan dunia. Hingga 4 September pun ditetapkan sebagai Hari Solidaritas Jilbab
Internasional setelah pada Juli 2004 konferensi Pro-Hijab dilangsungkan di Inggris sebagai
bentuk perjuangan hak kebebasan berjilbab bagi muslimah.
Kita patut bersyukur karena hari ini muslimah di Indonesia dapat bebas mengenakan pakaian
takwa ini setelah kebebasan itu berhasil diperjuangkan dengan sangat oleh saudari-saudari
(dan juga saudara-saudara) kita pada tahun 90-an dan tercatat dalam buku Revolusi Jilbab.
Ada-ada saja alasan pihak-pihak yang melarang pemakaian jilbab: melanggar peraturan,
menimbulkan ketidakseragaman, menurunkan kualitas pendengaran murid di ruang kelas,
menimbulkan perbedaan, hingga mengekang kebebasan wanita. Padahal keragaman dan
perbedaan sangat penting dalam masyarakat. Dalam Islam pun tidak ada pemaksaan (QS
2:256).
Adalah dokter muda Indonesia, dr. Dewi Inong ,Sp.KK, yang mengemukakan hasil riset para
dokter kulit di Australia bahwa pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali tangan (telapak
tangan dan punggung tangan) dan wajah dapat mencegah radiasi sinar ultra violet C penyebab
kanker kulit. Karena jumlah radiasinya yang sedikit, selama ini sinar ultra violet C jarang
diperhitungkan, tidak seperti sinar ultra violet A dan sinar ultra violet B. Namun karena pada
usia bumi yang semakin menua, ozon rusak dan atmosfer bumi bocor akibat pemakaian fraon
dan bahan aditif gas-gas lain, sinar ultra violet C semakin mudah masuk ke bumi. Dan uniknya
lagi, rekomendasi ini hanya ditujukan kepada wanita, sama seperti syari’at mengenakan jilbab
dalam Islam yang hanya ditujukan kepada wanita.
kenapa ditujukan untuk wanita dan bukan untuk pria? Karena ternyata kulit wanita lebih tipis
dari pada kulit pria dan juga memiliki jumlah pigmen yang lebih sedikit pada ras yang sama. Hal
ini berarti wanita lebih rentan terkena kanker kulit. Kedua, kenapa hanya telapak tangan dan
wajah saja yang boleh tidak tertutupi? Pada riset ini juga dikemukakan bahwa untuk dapat
menyerap sinar matahari yang bermanfaat untuk kesehatan cukup dari bagian tubuh wajah dan
telapak tangan saja. Sedangkan untuk menghindar dari sinar ultra violet C, pakaian kita sudah
melakukan fungsinya sebagai tabir surya dan untuk dua bagian tubuh yang lain (telapak tangan
dan wajah) cukup dengan memakai tabir surya (sunscreen). Itu pun dilakukan hanya pada
waktu sinar matahari mulai membahayakan kulit, yaitu jam 9 pagi hingga jam 4 sore.
Pemakaian ini dianjurkan setiap 2 jam sekali. Hal ini juga menjawab anjuran menjemur bayi
sebelum jam 9 pagi.
Argumentasi ketiga yang membantah pendapat bahwa jilbab menyebabkan rambut rontok,
dapat kita pahami dari hasil penelitian dr. Dewi pada tesis yang pernah ia buat. Kesimpulan dari
tesis tersebut adalah bahwa tidak ada kaitan antara jilbab dan rambut rontok. Perlu dipahami
bahwa rambut sehat justru mengalami kerontokan pada jumlah tertentu rata-rata per harinya.
Yang bisa menyebabkan rambut rontok antara lain menyisir di waktu rambut masih basah, tidak
mengganti belahan rambut, mengikat rambut terlalu kencang dan menutup rambut terlalu ketat
(karena itu, jilbab yang disyari’atkan adalah yang tidak ketat). Sering tersengat sinar matahari
pun bisa menyebabkan rambut menjadi rusak.
1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki
yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan
wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala
mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk
surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh”
(HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita
yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan
menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.
“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian
tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.
2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka
sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi
Muhammad shallallahu �alaihi wasallam,
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR.
Bukhari)
Jikalau wanita pada jaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki padahal wanita pada
jaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak banyak lelaki jahat saat itu, maka
bagaimana wanita pada jaman sekarang??? Tentunya akan menjadi target pelecehan. Hal ini
telah terbukti dengan tingginya pelecehan di negara-negara Eropa (wanitanya tidak berjilbab).
3. Memelihara kecemburuan laki-laki
Sifat cemburu adalah sifat yang telah Allah subhanahu wata�ala tanamkan kepada hati laki-
laki agar lebih menjaga harga diri wanita yang menjadi mahramnya. Cemburu merupakan sifat
terpuji dalam Islam.
“Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah adalah apabila
seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.” (HR. Muslim)
Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu laki-laki akan hilang. Sehingga jika terjadi pelecehan
tidak ada yang akan membela.
4. Akan seperti biadadari surga
“Dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, mereka tak pernah
disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya.” (QS. Ar-Rahman: 56)
“Mereka laksana permata yakut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman: 58)
“Mereka laksan telur yang tersimpan rapi.” (QS. Ash-Shaffaat: 49)
Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu menundukkan
pandangan, tak pernah disentuh oleh yang bukan mahramnya, yang senantiasa dirumah untuk
menjaga kehormatan diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga.
Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga.
5. Mencegah penyakit kanker kulit
Kanker adalah sekumpulan penyakit yang menyebabkan sebagian sel tubuh berubah sifatnya.
Kanker kulit adalah tumor-tumor yang terbentuk akibat kekacauan dalam sel yang disebabkan
oleh penyinaran, zat-zat kimia, dan sebagainya.
Penelitian menunjukkan kanker kulit biasanya disebabkan oleh sinar Ultra Violet (UV) yang
menyinari wajah, leher, tangan, dan kaki. Kanker ini banyak menyerang orang berkulit putih,
sebab kulit putih lebih mudah terbakar matahari.
Kanker tidaklah membeda-bedakan antara laki-laki dan wanita. Hanya saja, wanita memiliki
daya tahan tubuh lebih rendah daripada laki-laki. Oleh karena itu, wanita lebih mudah terserang
penyakit khususnya kanker kulit.
Oleh karena itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanker kulit adalah dengan menutupi kulit.
Salah satunya dengan berjilbab. Karena dengan berjilbab, kita melindungi kulit kita dari sinar
UV. Melindungi tubuh bukan dengan memakai kerudung gaul dan baju ketat. Kenapa? Karena
hal itu percuma saja. Karena sinar UV masih bisa menembus pakaian yang ketat apalagi
pakaian transparan. Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab.
6. Memperlambat gejala penuaan
Penuaan adalah proses alamiah yang sudah pasti dialami oleh semua orang yaitu lambatnya
proses pertumbuhan dan pembelahan sel-sel dalam tubuh. Gejala-gejala penuaan antara lain
adalah rambut memutih, kulit keriput, dan lain-lain.
Penyebab utama gejala penuaan adalah sinar matahari. Sinar matahari memang penting bagi
pembentukan vitamin Dyang berperan penting terhadap kesehatan kulit. Namun, secara ilmiah
dapat dijelaskan bahwa sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk
mengeluarkan melanin, akibatnya rusaklah jaringan kolagen dan elastin. Jaringan kolagen dan
elastin berperan penting dalam menjaga keindahan dan kelenturan kulit.
Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah.
Krim-krim pelindung kulit pun tidak mampu melindungi kulit secara total dari sinar matahari.
Sehingga dianjurkan untuk melindungi tubuh dengan jilbab.
Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah. Dan jilbab pun memiliki manfaat. Ternyata tak
sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya. Jilbab tak hanya
sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari
penyakit kanker dan proses penuaan.
Ternyata jilbab tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat
duniawinya.
https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=321030937937109&id=295072900516659
https://syifanurfauziyahh.wordpress.com/2014/09/19/sejarah-perjalanan-hijab-di-indonesia-dari-
tudung-sampai-ke-jilboob/
https://desianiyudha.wordpress.com/2013/11/27/fenomena-hijabers-hijabers-sebagai-identitas-baru-
muslimah/
http://angsaismi.blogspot.co.id/2013_12_01_archive.html
http://www.rajawow.com/2015/03/inilah-sejarah-hijab-di-indonesia.html