Dwi Andini
Program Studi Pendidikan Masyarakat, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Jakarta
Alamat E-Mail : dwiandini0804@gmail.com
Syakira Billa
Program Studi Pendidikan Masyarakat, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Jakarta
Alamat E-Mail : billa020704@gmail.com
Devi Permatasari
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Jakarta
Alamat E-Mail : devipermatasari2727@gmail.com
Abstract
The purpose of this study is to analyze how it relates to the definition of hijab,
the development of the hijab from the current jahiliyah era, the urgency and
obligation of Muslim women to wear the hijab and phenomena related to the
modernization of the hijab. Hijab today, the development of the hijab, the
application of wearing the hijab that is good and right according to Islamic
teachings, the benefits of the hijab according to Islam and science. This data
collection uses qualitative method data. The qualitative method is
1
Phenomenological approach. The phenomenological approach refers to the
understanding of everyday life and the intersubjective world (life world) of the
participants. This study uses a phenomenological approach because it is
supported by the fact that: (1) The data of this study are latent data, meaning
that the facts and data that appear on the surface, including the daily behavior
patterns of Muslim women (hijab with today's modernization to make it look
trendy) as artists are only a hidden phenomenon within the "self" of Muslim
women , where Muslim women still need understanding and meaning. and (2)
in depth, this research reveals the experiences of Muslim women.
Keywords: hijab, Islam, phenomenon, modern, method
Abstak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kaitannya dengan
definisi hijab, perkembangan hijab dari masa jahiliyah saat ini, urgensi dan
kewajiban wanita muslimah untuk memakai hijab serta fenomena terkait
modernisasi hijab. Hijab masa kini, perkembangan hijab, penerapan
pemakaian hijab yang baik dan benar sesuai dengan menurut ajaran islam,
manfaat hijab menurut islam dan ilmu pengetahuan. Pengumpulan data ini
menggunakan data metode kualitatif. Metode kulitatif adalah Pendekatan
fenomenologis. Pendekatan fenomenologi mengacu pada pemahaman tentang
kehidupan sehari-hari dan dunia intersubjektif (dunia kehidupan) para
partisipan. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi karena
didukung oleh fakta bahwa: (1)Data penelitian ini adalah data laten, artinya
fakta dan data yang tampak di permukaan, antara lain pola perilaku sehari-
hari muslimah (berhijab dengan modernisasi masa kini agar terlihat trendi)
sebagai artis hanyalah sebuah fenomena yang tersembunyi dalam “diri”
wanita muslimah, dimana wanita muslimah masih membutuhkan pengertian
dan makna. dan (2) secara mendalam, penelitian ini mengungkap pengalaman
para muslimah.
Kata kunci : hijab, islam, fenomena, modern, metode
2
PENDAHULUAN (INTRODUCTION)
A. Latar Belakang Penelitian (background)
Hijab pada dasarnya adalah busana muslimah lengkap untuk menutupi aurat bagi
yang tidak boleh melihatnya. Seorang wanita muslimah dikatakan berhijab ketika
dia memakai jilbab (kawat gigi yang menjulur ke seluruh tubuh) dan selendang
menutupi dadanya (Salim, 2011). Pada masa Jahiliyah, wanita Mesir kuno
menggunakan kerudung mirip hijab untuk melindungi kehormatannya dari
pandangan lawan jenis. Demikian pula wanita di Iran, Yunani dan Roma Kuno
mengenakan pakaian tertutup saat memasuki ruang publik untuk menghindari
kejahatan (Miswar, 2014).
Menurut Eco, fashion atau pakaian bukan sekedar penutup tubuh, melainkan alat
semiotika dan mesin komunikasi (Malcolm, Barnard, 2011).
Seiring dengan nilai moral, etika dan kesopanan, fashion telah mengubah cara kita
melihat, berpakaian, memilih dan membeli pakaian dan aksesoris. Fashion
membagi civitas akademika di kampus ke dalam berbagai kelas, status sosial, dan
seksualitas. Komunitas kampus tidak mengetahui bahwa mereka telah menciptakan
jurang pemisah yang sangat besar di antara mereka dalam hal status mode. Pakaian,
jam tangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh terkubur dalam nilai
moral, etika dan tata cara berpakaian yang baik. Fashion tidak lagi membangun
nilai-nilai kebutuhan, kesopanan, kesederhanaan dan keadilan ke dalam pakaian,
tetapi sudah mengarah pada budaya konsumtif, reputasi dan status sosial. “Saya
tidak modis jika saya tidak memanfaatkan momen-momen ini ketika saya pergi ke
kampus dengan pakaian tertentu,” pikir setiap sivitas akademika ketika mereka
pergi ke kampus. Akhirnya, perjuangan identitas kelas, sosial dan gender sangat
sengit dibandingkan dengan kesopanan murni dan kesopanan dalam berpakaian,
pakaian Islami dan ketelanjangan bercadar. motif, observasi dan prasangka tentang
kesopanan, keadilan, dan kesopanan dalam pakaian dipadukan dengan
kesombongan, imajinasi, kebanggaan dalam situasi sosial, sosial, dan seksual
tertentu. Sangat sulit bagi masyarakat untuk memisahkan kesopanan, kesopanan,
keadilan, kebutuhan dan gagasan, kebanggaan dan persaingan mode dari konsep
berpakaiannya sendiri. Pada akhirnya, fashion hanyalah permainan semiotik
3
dengan pakaian tubuh untuk mempertahankan keunggulan identitas kelas, sosial
dan gender.
4
Islam tidak suka dengan kebodohan karena kebodohan merupakan sumber bencana.
Jika kita melihat masa jahiliah, yang berasal dari kata Al-Jahl yang artinya jahiliyah.
Al-Munawi berkata:
"Jahiliyah adalah masa sebelum Nabi Muhammad SAW diutus. Mereka disebut
demikian karena kebodohan mereka yang ekstrim." (Faidhul Qadir, 1/462).
Artinya, wanita yang melihatkan perhiasan dan auratnya pada masa Jahiliyah,
bukan pada masa Islam. Mana yang lebih dulu, Arab atau Islam? Jawabannya tentu
saja orang Arab.
Nabi Muhammad SAW bukan orang Arab yang pertama. Sebelum itu kelahirannya
bangsa Arab mengembangkan kebudayaannya. Jika dikatakan bahwa hijab adalah
budaya Arab, berarti hijab sudah ada sebelum masuknya Islam. Artinya wanita Arab
mengenakan hijab sebelum Rasulullah SAW mengarahkan nya. Padahal, wanita
pada zaman jahiliyah tidak menutup aurat dan tidak tahu apa itu hijab.
Di zaman Jahiliyah, perempuan diremehkan. Saat haidnya diisolasi. Setelah
kedatangan Islam, wanita tidak diusir, tetapi haid dilarang hanya melalui shalat dan
puasa. Wanita memang dimuliakan di era Islam.
Allah Ta'ala berfirman:
َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َج ََلبِ ْيبِ ِه ۗ َّن ٰذلِكَ ا َ ْد ٰن ٓى اَ ْن يُّ ْع َر ْفنَ فَ ََل يُؤْ ذَي ْۗن
َ َس ۤا ِء ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ يُ ْدنِيْن
َ ِاجكَ َوبَ ٰنتِكَ َون ُّ ِٰيٓاَيُّ َها النَّب
ِ ي قُ ْل ِْلَ ْز َو
غفُ ْو ًرا َّر ِح ْي ًماَ ُّللاٰ ََو َكان
5
" Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-
istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (Surah Al-Ahzab: 59)
6
bermakna ke dunia yang penuh dengan objek-objek bermakna, materi muncul
pertama kali secara terpisah dalam kesadaran individu dan kemudian secara
kolektif dalam interaksi antar kesadaran. Pendekatan fenomenologi Schutz
digunakan untuk mempelajari bagaimana anggota masyarakat mengatur dan
membentuk kehidupan sehari-hari (Denzin, 2009) Sedangkan menurut Husserl
(1998), peneliti fenomenologi berusaha menemukan hal-hal yang perlu (esensial),
struktur yang tidak berubah (esensi), atau makna mendasar dari pengalaman dan
menekankan intensitas kesadaran, dimana pengalaman terdiri dari hal-hal yang
muncul dari pengalaman. Hal-hal yang lahiriah dan terlihat lahiriah, yang ada
dalam kesadaran setiap orang karena ingatan, citra dan makna. Penelitian ini
menggunakan pendekatan fenomenologi karena didukung oleh fakta bahwa:
(1) Data penelitian ini merupakan data laten, artinya fakta dan data yang
tampak di permukaan, antara lain pola perilaku sehari-hari muslimah
(berhijab dengan modernisasi Hila Massa agar terlihat trendy) Dipelajari
artis hanyalah sebuah fenomena yang tersembunyi dalam “diri” wanita
muslimah, dimana wanita muslimah masih membutuhkan pengertian dan
makna.
(2) Secara mendalam, penelitian ini mengungkap pengalaman para
muslimah.
7
• Syarat Hijab menurut Syariah
1. Itu harus menutupi seluruh tubuh dan tidak menunjukkan
ekstremitas.
2. Dilarang memfitnah. Adakalanya wanita berhijab tetapi pakaiannya
ketat. Hijab tidak boleh untuk menarik perhatian orang yang bukan
mahram.
3. Jilbab harus dibuat dengan kain yang tebal dan bukan warna kulit.
4. Jilbab harus longgar dan tidak memperlihatkan bentuk dan lekuk
anggota badan.
5. Hijab tidak boleh digunakan sebagai perhiasan.
6. Hijab harus satu warna, bukan beberapa warna dan corak.
7. Hijab tidak boleh diberi wewangian karena dapat menimbulkan
fitnah di kalangan laki-laki.
8. Jilbab tidak boleh menyerupai pakaian yang dikenakan oleh laki-
laki atau perempuan non muslim.
8
kekhawatiran bahwa esensi selendang itu sendiri hilang - atau bisa kita sebut dari
koridor syariah. Namun terlepas dari kekhawatiran tersebut, mari kita lihat tren
hijab ini sebagai momen kembalinya nilai-nilai agama kepada masyarakat di
tengah modernisasi. Padahal, perkembangan jilbab di kalangan muslimah di tanah
air tidak bisa dikaitkan dengan peningkatan nilai-nilai agama bagi setiap
muslimah. Namun, bukan tidak mungkin untuk memaksakannya pada seorang
wanita muslimah yang sesuai dengan tingkat agamanya, sesuai dengan nilai-nilai
moral yang dibawanya dengan mengenakan jilbab. Modernisasi yang terjadi tidak
serta merta membuat seseorang menjadi sekuler, tetapi juga dapat membawanya
kembali kepada agama.
Jadi semacam jawaban atas modernisasi dan juga perkembangan jilbab
yang semakin meluas; Kita dapat memahami bahwa tampil cantik tidak hanya
bersifat duniawi ketika kita harus memperlihatkan lekuk tubuh atau bentuk lain
dari ekspos anggota tubuh yang dilarang oleh agama. Namun penampilan yang
baik juga bisa diwakili oleh penampilan yang syar'i; yang tetap sebagai selubung
ketelanjangan di dalam substansi pakaian itu sendiri.
Ini semua tentang bagaimana seorang wanita Muslim, di tengah perubahan
komersial, sekarang dapat bernegosiasi dan berani melepas jilbabnya sendiri tetapi
tidak pada intinya. Kesadaran akan hakikat hijab dan juga nilai-nilai moral yang
diwujudkan dalam perilaku; maka seorang muslimah tentunya akan dapat tetap
eksis di ruang publik/sosial, selain tetap taat pada tuntutan agama.
C. Evolusi berjilbab
Fashion merupakan produk budaya dan persyaratan agama dan moral. Hal
ini mengakibatkan lahirnya stigma yang disebut pakaian adat, daerah dan
nasional, serta pakaian formal untuk perayaan tertentu dan pakaian untuk
beribadah. Namun perlu diperhatikan bahwa sebagian dari syarat agama berasal
dari budaya kebiasaan masyarakat, karena agama sangat memperhatikan keadaan
masyarakat, sehingga adat istiadat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilainya
menjadi salah satu pertimbangan hukum. “al ‘adat muhakkimah” dalam rumusan
yang dikemukakan para ahli hukum Islam. Dahulu , lingkungan kerja wanita tidak
9
boleh memakai kerudung. Karena kerudung dianggap kuno, tertutup dan
menghambat aktivitas, terutama saat bekerja.
Hijab tidak dilihat sebagai ekspresi kualitas energik, aktif, modern, mobile
dan modis. Namun sekarang tidak sulit lagi menemukan wanita muslimah
berjilbab di lingkungan kerja, universitas atau sekolah, pusat perbelanjaan bahkan
di tempat olah raga tidak menghalangi wanita untuk berjilbab. Kepolisian Negara
Republik Indonesia juga membahas penggunaan jilbab oleh polisi wanita
beberapa waktu lalu. Meski keseragaman dan regulasi keuangan menyulitkan,
setidaknya budaya berjilbab membuat kepolisian ini untuk beradaptasi. Dengan
berkembangnya globalisasi telah membuat perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan, salah satunya yaitu perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup
dalam masyarakat akan berdampak besar pada wanita. Efek ini bisa dilihat
misalnya saat orang memakai jilbab.
Maraknya desain hijab yang sesuai dengan situasi lingkungan dan
psikologis anak muda saat ini telah membuat banyak wanita yang memilih hijab
untuk dikenakan sehari-hari. Selain itu, ukuran cantik kini tidak hanya saat Anda
mengenakan gaun yang serba mini dan terbuka, tetapi juga dengan scarf Anda bisa
tampil cantik dan elegan.
D. Penerapan penggunaan hijab yang baik dan benar sesuai dengan islam
Berhijab bukan sekedar mengikuti perkembangan terkini, melainkan
mengajak hati untuk mengikuti ajaran Islam. Penting bagi wanita Muslim untuk
mengenali penggunaan jilbab dari perspektif Islam. Alasannya seringkali bukan
wanita yang masih sembarangan mengenakan hijab karena mengikuti tren. Meski
tujuan utama jilbab adalah untuk menutupi aurat, bukan sebagai gaya busana
modern. Di bawah ini adalah tata cara memakai jilbab menurut Islam :
1. Bagian tubuh yang tertutup
Setiap wanita muslimah dianjurkan untuk menutupi semua bagian tubuh
kecuali telapak tangan dan wajah. Bagian tubuh terkecil bukanlah
mahromnya pun terlihat. Jadi kenakan pakaian Islami dan syal Syari agar
tetap tertutup rapat.
10
2. Kenakan kerudung yang longgar
Tata cara memakai jilbab menurut Islam harus longgar dan besar.
Sayangnya, banyak orang yang memakai syal sesuka mereka, mis. B. syal
pendek dan ketat. Jangan tertipu dengan gaya hijab model ini karena tidak
bagus.
3. Bahannya tidak transparan
Pilihlah bahan baju dan selendang yang tidak transparan menurut ajaran
Islam. Bahkan pada masa Nabi sebelumnya, wanita muslimah selalu
mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan tebal yang tidak tembus
pandang.
4. Model tidak berlebihan
Metode jilbab Islam selalu mengajarkan kita kerendahan hati. Jangan
terpaku pada model hijab yang mewah. Biasakan memakai syal yang
sederhana, tidak berlebihan untuk penggunaan sehari-hari.
5. Bahannya tidak transparan
Pilihlah bahan baju dan selendang yang tidak transparan menurut ajaran
Islam. Bahkan pada masa Nabi sebelumnya, wanita muslimah selalu
mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan tebal yang tidak tembus
pandang.
6. Model tidak berlebihan
Metode jilbab Islam selalu mengajarkan kita kerendahan hati. Jangan
terpaku pada model hijab yang mewah. Biasakan memakai syal yang
sederhana, tidak berlebihan untuk penggunaan sehari-hari.
11
& merdeka) sebagai akibatnya mereka nir diganggu. Dan Allah senantiasa Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab:59).
Diriwayatkan menurut Abu Said Al-Khudri bahwa suatu ketika Nabi pernah
bersabda:
“Seorang laki-laki nir diperkenankan melihat aurat perempuan , begitupula
perempuan nir boleh melihat aurat perempuan sesamanya.” (HR. Muslim, Abu
Daud & At- Tirmidzi).
Asma binti Abu Bakar sudah bertemu dengan Rasulullah menggunakan sandang
yg tipis. Lalu Rasulullah bersada “Wahai Asma! Sesungguhnya seseorang gadis
yang sudah berhaid nir boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali
pergelangan tangan & paras saja.” (HR. Bukhari & Muslim)
Berikut adalah beberapa manfaat jilbab berdasarkan islam & sains.
1. Bentuk Taqwa Kepada Allah
Seorang musliman tentunya harus beriman & bertaqwa pada Tuhan. Dengan
bentuk menjalankan semua perintah Allah Ta'ala & tidak melakukan
laranganNya. Salah satu cara buat menerangkan ketaqwaan dengan
12
menggunakan jilbab.
2. Terhindari menurut Azab yg Pedih
Jilbab bukanlah perkara sepele. Biasanya alasan perempuan nir berjilbab
karena takut penampilannya terlihat nir modis, & memang menduga jilbab
bukanlah kewajiban. Padahal pada Al-Quran telah kentara dikatakan bahwa
wanita harus mengulurkan jilbabnya menutupi dada. Hukum perempuan nir
berjilbab pada islam merupakan dosa & akan menerima azab pedih.
Sebagaimana dijelaskan pada hadist shahih:
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Aku melihat terdapat wanita pada gantung rambutnya, otaknya mendidih.
Perempuan tadi merupakan wanita yg mengumbar & mempertontonkan
rambutnya pada pria selain suaminya. Perempuan ini mukanya akan
menghitam & memakan isi perutnya sendiri.” (HR. Bukhari & Muslim).
13
Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma meriwayatkan sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Dunia memang perhiasan, dan perhiasan terbaik di dunia adalah wanita
yang saleh." (HR.Muslim).
6. Penampilan Anggun
Dibandingkan dengan orang yang mengenakan pakaian ketat dan ringan,
wanita berjilbab cenderung terlihat lebih elegan. Aura feminimnya juga
semakin terlihat. Dan yang terpenting, kemaluan mereka tertutup dengan
baik dan tidak berceceran kesana kemari.
14
banyak orang yang mengaguminya. Terutama pria yang juga percaya.
Sebagaimana Allah Ta'ala berjanji bahwa wanita yang baik adalah untuk
pria yang baik dan sebaliknya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an:
"Wanita yang pendiam untuk pria yang jahat. Dan pria yang mengejek untuk
wanita yang mencemooh. Wanita yang baik untuk pria yang baik. Dan pria
yang baik untuk wanita yang baik." (QS. Al Nur:26)
15
kebiasaan memakai pakaian ketat. Mengenakan jilbab melindungi kulit dari
efek berbahaya sinar UV. Hal ini dapat meminimalkan risiko kanker kulit.
PENUTUP
Urgensi dan kewajiban muslimah memakai jilbab dan hijab sebagai bentuk
ketaatan terhadap perintah Allah dan Rasul-NyaKarena memperlihatkan aurat dan
keindahan tubuh merupakan bentuk maksiat yang menimbulkan kemurkaan Allah
dan Rasul-Nya.
16
perspektif Islam. Alasannya seringkali bukan wanita yang masih sembarangan
mengenakan hijab karena mengikuti tren. Meski tujuan utama jilbab adalah untuk
menutupi aurat, bukan sebagai gaya busana modern.
[1] dalamislam, r. (-, - -). 15 manfaat jilbab menurut islam dan sains. Retrieved
from dalamislam.com: https://dalamislam.com
[2] Dr. Hj. Rodhatul Jennah, M. S. (2021). ISU ISU DUNIA ISLAM KONTEMPORER.
In D. H.
[3] M.Pd, ISU ISU DUNIA ISLAM KONTEMPORER sebuah pendekatan
multiperspektif (pp. 23-25). Yogyakarta: K-media.
[4] Jonas, A. A. (2020, september 28). fashion dalam islam : identitas atau
mudarat. Retrieved from bincang syariah: https://bincangsyariah.com
[5] lara. (2018, november 26). ketahui cara berjilbab menurut islam. Retrieved
from larahijab: https://larahijab.com
[6] muridan, m. (2018). FENOMENA FASHION DALAM PERTARUNGAN
IDENTITAS MUSLIMAH. Jurnal studi islam gender dan anak, 287-290.
[7] Pakuna, H. B. (2014). FENOMENA KOMUNITAS BERJILBAB:ANTARA
KETAATAN DAN FASHION. jurnal farabi, 124, 126, 128.
[8] ridwan, a. n. (2022, mei 24). kontestasi jilbab masa kini : dari modernisasi
hingga ambivalensi. Retrieved from rahma.id: https://rahma.id
[9] umma, r. (-, - -). jilbab dan hijab dalam pandangan islam, mengapa diwajibkan?
Retrieved from umma.id: https://umma.id
17