BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren adalah suatu sarana pendidikan yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pesantren
juga merupakan lembaga-lembaga yang aturannya berpedoman pada ajaran islam guna
menciptakan manusia yang berakhalakul karimah serta memahami bagaimana kehidupan
yang baik dalam artian selamat dunia dan akhirat. Dalam lingkungan pesantren terdapat
murid yang secara umum kita menyebutnya sebagai santri. Pada sebuah pesantren juga
terdapat aturan-aturan yang mewajibkan santrinya untuk mematuhinya, dan jika saja ada
seorang santri yang melanggar mereka akan mendapatkan hukuman yang telah ditentukan
atau tertulis. Dalam sebuah lingkungan pesantren tentu tidak hanya hal-hal baik saja yang
terjadi. Di dalam lingkungan pesantren juga banyak penyimpangan sosial yang
mewarnainya, seperti contohnya Ghasab. Ghasab adalah salah satu penyimpangan yang
sering dilakukan oleh para santri.
B. Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui apa itu ghasab, factor yang
mempengaruhi santri untuk melakukan ghasab, dan bagaimana pesantren tersebut
menanggulangi fenomena ghasab.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul paper di atas, rumusan masalah yang menjadi focus dalam penulisan
ini adalah: untuk mengetahui apa itu fenomena ghasab, factor yang mempengaruhi santri
melakukan ghasab, dan cara penanggulangan fenomena ghasab tersebut oleh para
pengurus pesantren tersebut.
BAB II: PEMBAHASAN.
A. Pengertian Ghasab
Ghasab adalah fenomena perbuatan mengambil harta atau hak orang lain tanpa mendapat
izin pemiliknya dengan unsur paksaan yang dilakukan secara terang-terangan. Sedangkan
menurut Muhammad Khatib Syarbini mendeskripsikan ghasab sebagai mengambil
sesuatu atau barang secara dzalim dan secara terang-terangan, ia juga mengartikan secara
terminology yaitu sebagai upaya menguasai hak orang lain secara permusuhan atau
terang-terangan. ( Nur Iqbal Mahfudz, Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Mei 2017:
256)
Sebenarnya penggunaan pada perilaku ghasab itu tidak sepenuhnya bermaksud untuk
menjadi kepemilikian tetap, hanya untuk keperluan sesaat. Setelah selesai menggunakan
barang tersebut, maka akan dikembalikan lagi meski tidak ditempat semula. perilaku
ghasab ini sering terjadi pada lingkungan pesantren. Karena banyaknya santri yang
menempati (mondok) maka tak heran lagi bahwa banyak juga barang bawaan mereka.
Maka terkadang sebagian santri berpikir bahwa barang-barang itu untuk digunakan
bersama-sama. Fenomena ghasab ini bukanlah suatu hal baru bagi lingkungan pesantren.
Meski pada umumnya mengetahui bahwa ghasab itu dilarang agama mereka tetap
melakukannya karena itu sudah menjadi tradisi di lingkungan pesantren.
fenomena ghasab berbeda dengan perilaku mencuri. Pada fenomena ghasab pelaku hanya
meminjam atau tidak mempunyai niatan untuk memilikinya, sedangkan pada pencurian
itu pelaku memang berniat untuk memiliki barang tersebut. Fenomena ghasab ini jika
dibiarkan akan menjadi cikal bakal perbuatan pencurian. Karena pada fenomena ghasab
ini pelaku menganggap bahwa itu adalah hal yang biasa.
Fenomena ghasab ini juga bisa disebut dengan penyakit sosial. Kenapa penyakit sosial?
Karena penyakit sosial sendiri adalah suatu tindakan yang bermuncul dalam sebuah
lingkungan organisasi. Penyakit sosial ini juga disebut sebagai disorganisasi sosial karena
gejalanya berkembang menjadi ekses sosial yang mengganggu keutuhan dan kelancaran
berfungsinya organisasi sosial yang dalam paper ini ditujukan pada pesantren.
Semua tingkah laku yang dianggap sakit secara sosial merupakan bentuk dari
penyimpangan sosial yang sukar diorganisis, sulit diatur dan ditertibkan sebab para
pelakunya memakai cara pemecahan sendiri yang non konvensional, tidak umum, luar
biasa atau abnormal sifatnya, biasanya mereka mengikuti kemauan dan cara sendiri demi
kepentingan pribadi, Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat mengganggu dan
merugikan subjek pelaku sendiri dan atau masyarakat lainnya. (asnil aida, 2019: 19)
Kesimpulan
Fenomena ghasab adalah fenomena mengambil atau meminjam barang orang lain
tanpa izin secara terang-terangan. Fenomena ghasab ini berbeda dengan pencurian
karena pada fenomena ghasab tidak ada rasa untuk memiliki sepenuhnya sedangkan
dalam mencuri memang diarahkan untuk memiliki barang itu seutuhnya. Fenomena
ghasab seringkali terjadi pada lingkungan pesantren yang notabene mempunyai
banyak santri yang pastinya mempunyai latar belakang yang berbeda. Tak hanya itu
fenomena ghasab muncul dari rasa kedekatan sehingga menimbulkan pemikiran
bahwa barang tersebut adalah milik bersama. Fenomena ghasab sudah menjadi tradisi
santri. Ada beberapa factor fenomena ghasab yaitu dari persepsi ghasab itu sendiri
dan juga factor lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hj. asnil aida nasution, MA. patologi sosial dan pendidikan islam keluarga. surabaya: scopindo media
pustaka, 2019.
mahfudz, nur iqbal. "hukum pidana islam tentang korupsi." jurnal agama dan hak asasi manusia, 2017:
256.
mila nabila zahara, wilodati, dan udin supriadi. "tinjauan sosiaologis fenomena ghasab di lingkungan
pesantren dalam perspektif penyimpangan sosial." jurnal sosietas, 2019: 467-476.