Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PRAKTIK GHASAB DI LINGKUNGAN PESANTREN

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Bani Tamim)

Oleh:
Rina Marsela, Siti Lu’lu’ul Mujayanah, Siti Ramsiah
Universitas Cendikia Abditama

Abstrak: Ghasab merupakan fenomena menggunakan barang milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya dan kerap terjadi di lingkungan pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk 1) untuk
menganalisis fenomena ghasab di lingkungan Pesantren modern Bani Tamim; 2)
mengidentifikasi faktor yang memengaruhi santri melakukan ghasab; 3) untuk menganalisis
tanggapan santri dan pembina pesantren mengenai fenomena ghasab; 4) untuk menganalisis
upaya pihak pesantren dalam menanggulangi fenomena ghasab. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode observasi, wawancara. Analisis data dilakukan dengan cara menafsirkan
data menggunakan pendekatan fenomenologi kemudian mengambil kesimpulan secara
deskriptif. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa 1) Fenomena ghasab merupakan perilaku
memfungsikan barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya dan terjadi di Pesantren
Pesantren Bani Tamim. Hampir seluruh santri mengetahui fenomena ghasab merupakan hal
negatif, namun tetap di laksanakan. Perilaku santri dalam melakukan ghasab dapat memicu
terjadinya perilaku ghasab lainnya. Sehingga timbulah anggapan “Barang siapa yang
mengghasab, pasti dia akan dighasab”; 2) Faktor yang memengaruhi terjadinya fenomena
ghasab diantaranya faktor individu, lingkungan sosial, faktor situasional, faktor kultural dan
faktor fasilitas; 3) Para santri serta pembina sepakat bahwa fenomena ghasab merupakan
bagian dari penyimpangan sosial karena bersinggungan dengan nilai dan norma agama serta
masyarakat setempat; 4) upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi fenomena ghasab
di lingkungan Pesantren Modern Bani Tamim diantaranya dengan cara merubah persepsi
tentang ghasab, memberi teladan yang baik untuk tidak melakukan ghasab, mempertegas
kedisipilnan, membuat program dan pengurus khusus menanggulangi ghasab serta melakukan
peningkatan fasilitas pesantren.

1
A. Pendahuluan
Pesantren adalah suatu lembaga yang aturan-aturannya berpedoman pada ajaran
agama Islam. Target utama lembaga pendidikan berbasis agama islam ini bukan hanya
semata-mata mencari ilmu pengetahuan, namun menciptakan insan yang bertaqwa dan
diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari sesuai dengan ajaran Al-Quran, Hadits
maupun aturan yang ada di masyarakat.
Di tengah semakin merosotnya moral bangsa, pesantren menjadi salah satu
lembaga yang berperan penting dalam membangun masyarakat agar memiliki
kecerdasan spiritual. Sebagaimana yang disebutkan bahwa “Pesantren menjadi wadah
dalam menyelamatkan kemerosotan moral di dunia global”. (A’la, 2006)
Mayoritas pesantren bersistem asrama, di mana santri akan hidup bersama
dengan santri lainnya dari berbagai daerah. Sehingga pembelajaran tidak hanya di ruang
kelas, namun juga tercipta di kehidupan sehari-hari dalam bangunan asrama. Di sanalah
proses kemandirian, pembentukan kepribadian dan sosialisasi berlangsung.
Namun, meski dilingkungan yang agamis, bukan berarti suatu hal yang
bertentangan dengan nilai agama maupun norma masyarakat tidak akan terjadi. Jika
dikaitkan dengan ilmu sosiologi, terdapat suatu konsep mengenai ketidaksesuaian
perilaku masyarakat dengan kaidah normatif, yakni kajian mengenai penyimpangan
sosial. Fenomena tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi di lingkungan pesantren.
Penelitian di Pondok Pesantren bani tamim menunjukkan bahwa prinsip-prinsip
pesantren mulai bergeser dikalangan santri karena terciptanya penyimpangan nilai-
nilai. Penyimpangan tersebut adalah berupa perilaku negatif yang telah menjadi budaya
di lingkungan pesantren, yaitu ghasab. (Aminatuzzuhriyah, 2010)
Ghasab merupakan tindakan menggunakan barang milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya. Penggunaan barang tersebut tidak dimaksudkan untuk menjadi
kepemilikan tetap, hanya untuk memenuhi keperluan sesaat. Setelah pengunaan selesai,
barang di kembalikan lagi, meski tidak selalu di tempat semula. Ghasab berbeda dengan
mencuri, karena pelaku tidak berniat untuk menjadikan barang yang ia pakai menjadi
miliknya. Fenomena ghasab jika dibiarkan akan menjadi cikal bakal perilaku korupsi.
Karena berawal dari menganggap wajar perilaku negatif hal-hal kecil. Ghasab bukanlah
sebuah fenomena baru di lingkungan pesantren. perilaku tersebut telah menjadi tradisi.
Jika ditinjau dari segi kaidah normatif, perilaku ghasab jelas tidak sesuai dengan
nilai yang ada dimasyarakat, karena adanya pihak yang dirugikan. Meski secara hukum
tertulis belum ada undang-undang yang mengatur perilaku tersebut. Kedudukan ghasab
2
terbilang menjadi hal yang unik. Ghasab tidak dapat disebut meminjam, karena tidak
ada akad peminjamannya. Ghasab juga tidak termasuk kategori mencuri karena tidak
ada unsur untuk dimiliki. Barang-barang yang sering dighasab adalah barang menjadi
kebutuhan primer di asrama. Seperti peralatan mandi, sandal, sepatu, piring, baju,
sarung, mukena dan sebagainya. Perilaku ghasab tidak mengenal waktu, selama pelaku
membutuhkan barang tersebut, akan tetap ia pakai. Ghasab juga tidak selalu didasari
unsur kesengajaan, namun ada suatu keadaan yang mengharuskan seseorang untuk
menggunakan barang yang bukan miliknya.
Lingkungan menjadi salah satu faktor ghasab terus menjamur di pesantren.
Beberapa contoh perilaku menyimpang di pesantren yang telah di ungkapkan
sebelumnya, bukan berarti mengindikasi bahwa lingkungan pesantren adalah wabah
penyimpangan. Hal tersebut bisa terjadi karena kehidupan berasrama melahirkan
hubungan kekeluargaan yang cukup kental sesama santri. Adanya ikatan kekeluargaan
dan emosional yang kuat yang bersifat paguyuban atau gemeinschaf. (Asnawi, Y. H.,
Soetarto, E., Damanhuri, D. S. & Sunito, 2012)
Fenomena ghasab biasanya banyak terjadi di pesantren salaf atau pesantren
tradisional. Hal tersebut disebabkan karena pesantren salaf masih minim fasilitas,
sehingga santrinya saling mengandalkan barang milik temannya. Namun, yang menjadi
perhatian adalah ternyata budaya ghasab tidak hanya terjadi di pesantren salaf, namun
di pesantren khalaf atau pesantren modern tetap mewabah. Pesantren modern idealnya
adalah pesantren dengan bangunan dan fasilitas yang lengkap dan memadai bagi
santrinya. Salah satu pesantren modern dengan masih mewabahnya budaya ghasab
adalah Pesantren Bani Tamim. Di pesantren tersebut, budaya ghasab tak dapat dielakan,
sudah menjadi mata rantai yang tidak terputus dan menular kesantri lainnya. Padahal
dari segi fasilitas sudah sangat lengkap untuk santri, karena pesantren tersebut dipungut
uang pangkal dan iuran perbulan bagi santrinya. Namun, fasilitas yang lengkap tidak
cukup menjadi penyokong kebutuhan santri untuk tidak melakukan ghasab.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian Latar belakang masalah diatas, ada beberapa pokok persoalan yang
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Mengapa muncul Tindakan ghasab di lingkungan Pondok Pesantren Modern
Bani Tamim?
2. Bagaimana solusi yang dapat ditempuh untuk menanggulangi budaya ghasab di
Pondok Pesantren Modern Bani Tamim?
3
C. Tujuan Penelitia
Sesuai dengan pokok persoalan yang ada dalam rumusan masalah, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang timbulnya Tindakan ghasab di Pondok
Pesantren Modern Bani Tamim
2. Untuk mengidentifikasi solusi yang dapat ditempuh dalam menanggulangi
budaya ghasab di Pondok Pesantren Modern Bani Tamim.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian lapangan atau kancah
(Field Research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (case study) , yaitu suatu penelitian
yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,
Lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian studi kasus
hanya meliputi daerah atau subjek yang sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian,
penelitian kasus lebih mendalam.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu strategi penelitian di
mana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang
suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman-pengalaman hidup manusia
menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-
prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat
secara langsung.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk mendapatkan data tentang budaya ghasab peneliti melakukan penelitian
selama 4 hari dari tanggal 22 Juni 2023 sampai 25 Juni 2023 di Pondok Pesantren
Modern Bani Tamim.
F. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer yaitu santri Pondok Pesantren Modern Bani Tamim.
Sumber data sekunder meliputi wawancara dan buku-buku penunjang dalam penelitian.

4
G. Fokus Penelitian
Aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah Tindakan ghasab dan solusinya
di Pondok Pesantren Modern Bani Tamim
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Observasi yang disebut juga pengamatan adalah meliputi kegiatan pemusatan
manusia perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.
2. Metode Interview
Metode Interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke daam bentuk lain agar
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Bahan atau data yang dipelajari dapat berupa
bahan yang diucapkan atau tertulis. Tujuan analisis data adalah menyederhankan data
ke dalam bentuk yang mudah dipahami dan dimengerti sebagimana data-data yang
diberikan oleh informan yang berbentuk kalimat belum sempurna kemudian disusun
menjadi kalimat sempurna.
J. Hasil Penelitian
1. Biografi Pondok Pesantren Modern Bani Tamim
Pondok Pesantren Modern Bani Tamim terlahir manifestasi kebutuhan ummat akan
pola dan system Pendidikan yang sesuai dengan kondisi kekinian, kondisi dimana
hajat akan terciptanya sebuah generasi yang tidak hanya mengejar nilai-nilai duniawi
tetapi juga tidak menghilangkan nilai-nilai ukhrawi yang tertanam dalam kehidupan
sehari-hari. Pondok Pesantren Modern Bani Tamim berlokasi di Jl. Etek, Sindang
Asih, Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Banten 15560.
2. Program Pendidikan Putra dan Putri
a) SMP (Ma’had Mutawashiti)
Program ini diperuntukan bagi siswi lulusan Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah dengan masa pendidikan selama enam tahun, yakni ditempuh dari
kelas satu berurutan sampai kelas enam.
b) SMA (Ma’had Tsanawi)
Program ini diperuntukan bagi seluruh santri Pondok Pesantren Modern Bani
Tamim yang melanjutkan studinya pada jenjang Pendidikan SMA-nya di
Pondok Pesantren Modern Bani Tamim dan santri pindahan dari Pondok
5
Pesantren lain dengan terlebih dahulu mengikuti tes akademik yang telah
ditentukan. Pada jenjang ini ada dua jurusan Pendidikan yang dipilih oleh santri
yaitu jurusan IPA dan IPS.
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Modern Bani Tamim
a) Visi
Mempersiapkan Kader Mu’min Muttaqien, yang berakhlak mulia, berilmu luas
dan berdaya saing tinggi.
b) Misi
1) Menjiwai panca jiwa dan motto pondok
2) Mempersiapkan kader muslim yang berakhlak
3) Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
4) Mengembangkan lifeskill peserta didik bagi peranya di masa mendatang
5) Menuju arah Pendidikan yang adaptif terhadap perubahan global
6) Menyiapkan lulusan yang berwawasan dan kompetitif pada jenjang
Pendidikan selanjutnya.
K. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Proses Terjadinya Tindakan Ghasab
Ghasab dikatan sudah melekat di PP Modern Bani Tamim, mengandung pengertian
bahwa di pesantren ini Tindakan ghasab sudah sering terjadi. Hal ini dianggap
sebagai sesuatu sangat lumrah dan sering terjadi di lingkungan mereka. Barang-
barang yang sering dighasab adaah barang-barang 35-ang sring digunakan para
santri dalam kesehariannya, seperti alas kaki, pakaian, alat mandi dan buku. Cara
penyimpanan barang itu sendiri kadang juga menjadi pemicu Tindakan ghasab.
Sandal misalnya, diletakan begitu saja diluar tanpa ditaruh di kamar atau di tempat
yang lebih aman. Sehingga kalau ada santri yang sebenernya berniat meminjam
sandal namun ia tidak tahu siapapemiliknya yang ada disembarang tempat itu,
akhirnya ia pun memakai sendal tersebut tanpa izin. Ada santri yang berpendapat
bahwa Tindakan ghasab menurut mereka bukan perbuatan ghasab. Mereka
beralasan bahwa walaupun mereka memakai sesuatu tanpa hak atau tanpa izin
terlebih dahulu, namun hal itu sudah dimaklumi bersama, sudah sama-sama tahu
sehingga tidak bisa disebut ghasab.17 Pernyataan tersebut menurut penyusun tidak
bisa dibenarkan. Sangat banyak fakta yang melemahkan pendapat sebagian santri
tersebut. Yang pertama adalah kenyataan bahwa tidak ada kesepakatan bersama
yang menyatakan bahwa seorang santri boleh memakai barang milik santri lain
6
tanpa harus izin. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa sering santri kecewa karena
saat akan memakai sesuatu miliknya, barang tersebut sudah tidak ada dan akhirnya
menimbulkan niat yang sama atas barang orang lain sebagai bentuk kekecewaan.18
Dari dua fakta tersebut sudah bisa menyangkal pendapat sebagian santri di atas.
Kalaupun korban dari tindakan ghasab telah mengikhlaskan barang miliknya untuk
dighasab, itu semata-mata adalah kebaikan serta kepandaian si korban dalam
mengelola hatinya atas kejadian yang menimpa dirinya. Bukan berarti pelaku
ghasab terbebas dari penetapan hukum bahwa ia telah mengghasab, ia tetap
dikatagorikan telah mengghasab.
2. Faktor terjadinya ghasab
Berikut adalah beberapa hal yang teridentifikasi oleh penyusun sebagai faktor
penyebab terjadinya budaya ghasab di PP Modern Bani Tamim
a) Faktor Individu
Lemahnya kesadaran untuk tidak berbuat ghasab serta suka meremehkan
Tindakan ghasab dan juga tradisi bawaan dari lingkungan (pesantren)
b) Faktor Lingkungan
Tidak adanya sosok teladan, pola interaksi yang terlalu dekat dan kurang
adanya controlling sebagai usaha pecegahan
3. Solusi
Berdasarkan rangkaian penjelasan tentang mata rantai terjadinya budaya ghasab di
PP Modern Bani Tamim, kemudian penyusun memberi alternatif solusi untuk
mengatasi atau paling tidak meminimalisir terjadinya budaya ghasab di PP Modern
Bani Tamim.
a) Persepsi tentang ghasab diubah
Persepsi santri tentang ghasab perlu diubah, karena hal ini adalah hal mendasar
yang perlu segera dilakukan, yaitu mengubah persepsi Sebagian santri PP
Modern Bani Taamim yang memandang bahwa Tindakan ghasab yang mereka
lakukan adalah sesuatu yang wajar, sehingga seolah-olah menganggap bahwa
ghasab menjadi sesuatu yang pula untuk dikerjakan.
b) Memberikan teladan untuk tidak mengghasab
Jajaran pengurus serta majlis guru harus mampu menjadi teladan yang baik tas
rekan-rekan santri lain. Mereka merupakan unsur terdepan yang harus dapat
menunjukan bahwa mereka pantas dicontoh untuk tidak melakukan
tindakanghasab.
7
c) Membuat peraturan tentang ghasab
Membuat peraturan tentang ghasab, maka terjadinya ghasab dapat diharapkan
semakin berkurang. Bagi santri yang melakukan tindakan ghasab harus diberi
hukuman. Misalnya, santri yang melakukan ghasab diberi hukuman
membersihkan kamar mandi, membuang sampah atau membaca Al Qur’an
sambil berdiri. Peraturan yang sudah dibuat nantinya tidak hanya dibuat, tetapi
juga harus benar-benar dilaksanakan dan dipatuhi. Pengurus harus benar-benar
menegakkan kedisiplinan yang ada di pondok pesantren agar tata tertib yang ada
bisa berjalan
d) Meningkatkan mutu pembinaan akhlak
Pembinaan akhlak bagi santri sangatlah penting untuk meningkatkan mutu
akhlak santri. Santri nantinya tidak hanya paham tentang materi akhalak yang
diberikan tetapi juga harus mengamalkan ilmu akhlak yang ada. Hal-hal yang
lain yaitu perlu mengadakan evaluasi secara berkala dan komprehensif setelah
pembelajaran, meningkatkan kualitas dzikir-dzikir yang dilakukan agar santri
tidak hanya asal mengikuti kegiatan dzikir-dzikir yang ada tetapi juga
menghayati dan mengetahui tujuan dari dzikir-dzikir tersebut.
L. Diskusi
Fenomena ghasab memberikan citra negative terhadap lingkungan Pondok
Pesantren serta membawa dampak negative terhadap interaksi sosial santri. Santri,
pengurus sepakat bahwa fenomena ghasab merupakan bagian dari penyimpangan
sosial, karena bersinggungan dengan norma agama dan fenomena negative tersebut bisa
menjadi benih korupsi.
Pondok pesantren merupakan Lembaga formal dimana proses pembelajaran yang
diberikan dalam kehidupan sehari-hari mengenalkan ilmu-ilmu agama dengan harapan
bahwa para santri dapat berperilaku dan berpikir agamis.
Namun dalam kenyataanya, meski berada di lingkungan yang agamis, bukan
berarti suatu hal yang bertentangan dengan nilai agama, maupun norma massyarakat
tidak akan terjadi. Adanya ketidaksesuain santri masayarakat dengan kaidah normative
di lingkungan pensatren, menyebabkan santri cenderung berperilaku negative.

8
DAFTAR PUSTAKA

A’la, A. (2006). Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 8.


Aminatuzzuhriyah. (2010). Kenakalan Remaja Di Pondok Pesantren (Studi Deskriptif
Tentang Persepsi Kenakalan Remaja Bagi Santri , Alasan dan Bentuk-Bentuk Kenakalan
Remaja).
Asnawi, Y. H., Soetarto, E., Damanhuri, D. S., &, & Sunito, S. (2012). Catabolism of Space
and utilization of community as A Survival Strategy of Pesantren.
Abu Abdillah, Syamsuddin, Terjemah Fathul Qarib, Penerjemah: Abu H.F Ramadhan,
Surabaya: Mutiara Ilmu, 2010.
Ahmad, Imam, Ibnu Hasin Syahiri Biabi Syuja’, Syarah Fathul Qarib, Indonesia: Daarul
Hiyail Kitab ‘Arobiyah, Tt

Al Ghazali, Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, Semarang: Wicaksana, 1986

Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

9
Lampiran 1:

Pedoman Wawancara dengan Saantri

1. Sudah berapa lama anda belajar di PP Modern Bani Tamim


2. Sebelum di PP Modern Bani Tamim, Apakah Anda pernah mengenyam Pendidikan di
pesantren?
3. Selama di P Modern Bani Tamim, dari mana Anda mendapatkan biaya kehidupan
sehari-hari?
4. Bila Anda masih mendapatkan kiriman uang saku, berapa rupiah rata-rata Anda
mendapat jatah tiap bulannya? Dan cukupkah itu untuk memenuhi kebuthan Anda
sehari-hari?
5. Apakah Anda aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar di PP Modern Bani Tamim?
6. Apakah Anda tahu tentang ghasab? Apa ghasab itu?
7. Bagaiaman hukum ghasab menurut Islam?
8. Selama di PP Modern Bani Tamim pernahkan Anda dighasab orang lain?
9. Barang apa saja yang pernah dighasab orang lain?
10. Baagaimana perasaan Anda saat barang Anda dighasab?
11. Pernahkah Anda sendiri melakukan ghasab?
12. Barang apa saja yang pernah Anda ghasab?
13. Apa yang ada dibenak Anda saat melakukan ghasab?
14. Bagaimana solusi untk mengurangi perilaku ghasab di .lingkungan pesantren?

10

Anda mungkin juga menyukai