Anda di halaman 1dari 9

PEMAKAIAN AKSESORIS KECANTIKAN BAGI MUSLIMAH

DALAM PERSPEKTIF HADIST

SINOPSIS

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Pada Program Studi Ilmu Hadis

Disusun Oleh:

Maiputri Desnaprianti

12030425346

PROGRAM STUDI ILMU HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1444 H / 2023 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya agama Islam telah mengatur kehidupan umat manusia dengan
sebaik-baiknya. Dalam era modern ini terkadang individu cenderung memaksakan
kehendaknya, tak terkecuali dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bermunculan
perspektif bahwa esensi agama Islam harus dipaksa mengikuti zaman yang maju ini
Dalam cara berpakaian juga demikian, banyak generasi muda saat ini memaksakan
pakaian mereka disesuaikan dengan mode yang berkembang atau tren. Padahal belum
tentu cara bepakaian itu sesuai dengan ajaran Islam. dapat dimengerti fungsi dari
berpakaian adalah menutup aurat dan untuk memperindah jasmani manusia.Seluruh
tubuh wanita yang merdeka adalah aurat, sehingga tidak diperbolehkan baginya
melihat sedikitpun dari tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangan.
Memamerkan pakaian dan membuka aurat merupakan penyakit berbahaya.
Sejak dahulu orang-orang bijak, baik muslim maupun kafir, baik yang di Barat maupun
yang di Timur, telah mengakui hal ini. Pamer pakaian dan kecantikan dapat
menimbulkan tersebarnya kerusakan, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Upaya pengrusakan moral itu juga merupakan program Yahudi. Adanya berbagai
pameran yang menunjukkan pengaruh fashion pada masyarakat tetap menjadi perhatian
khusus bagi para perancang busana. Tidak ada larangan sama sekali untuk
menampilkan berbagai karya busana, tetapi kebanyakan perancang busana hanya
mengutamakan keuntungan pribadi dari apa yang telah dia buat tanpa berpikir pengaruh
negatif yang ditimbulkan. Masyarakat yang menjadi objek pun tidak jelih dalam memilih,
manakah busana yang sesuai dengan syariat Islam. Mereka lebih banyak memilih busana
tren baru pada zaman ini. Yang dipikirkan adalah, bagaimana dapat tampil lebih berbeda
dari orang lain agar tidak terlihat kampungan, tidak gaul, dan ungkapan-ungkapan
yang lain.
Berkaitan dengan pakaian penutup aurat bagi Muslimah maka disyaratkan untuk
longgar, dan tidak membuka aurat yang diperintah Allah untuk ditutup. Juga
pakaian Muslimah itu harus panjang yang tidak membuka bagian tubuh Muslimah
yang bawah. Kemudian juga bukan merupakan pakaian kebesaran yang menarik
pandangan mata karena modelnya atau karena warna-warni, atau semisalnya.
Dan juga tidak memperlihatkan aurat karena terlalu ketat seperti celana modern saat
ini.Sebab busana Muslimah itu bukan sekadar menutup seluruh badan dengan kain
tanpa memperhatikan bentuk dan modelnya, sehingga kadang kain telah melilit seluruh
tubuh, namun pada dasarnya tidak menutup aurat, karena bahanya elastis (karet),
sehingga mengikuti lekuk-lekuk anggota badan. Busana yang menutup badan
tidak terlalu sempit (ketat), yang menampakkan bentuk tubuh.
Busana itu multi fungsi, tidak sekadar aksesoris, pelindung dari cuaca panas
dan dingin, simbol strata sosial, tetapi juga simbol moral untuk proteksi diri agar
terhindar dari fitnah, yang dapat mengundang pihak lain, lawan jenis untuk
melakukan pelanggaran agama, pelecehan seksual, bahkan perbuatan zina. Perintah
jilbab atau busanan muslimah merupakan perintah Allah yang didalamnya
banyak mengandunghikmah ilahiyah dalam perintah tersebut. Islam tidak menentukan
pakaian tertentu untuk dipakai oleh umat Islam dan mengakui semua jenis pakaian
selama masih memenuhi standar tujuan bepakaian dalam Islam, tanpa berlebihan dan
melampaui batas. Rasulullah sendiri memakai pakaian yang sama dengan yang di
pakai oleh umat pada masanya. Beliau tidak pernah menganjurkan untuk berpakaian
dengan pakaian tertentu juga.
Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin memberikan perhatian penuh
mengenai kecantikan wanita. Kecantikan merupakanbagian dari keindahan, sedangkan
Allah swt. itu Maha Indah dan mencintai keindahan. Kebanyakan wanita melakukan
berbagai macam cara agar selalu terlihat cantik, salah satunya dengan berhias.
Dalam konteks keindahan dan bolehnya berhias. Kecantikan dalam lingkup manusia,
biasanya dimaknai dengan kecantikan yang berhubungan dengan wanita. Kecantikan
adalah kecenderungan yang akan terefleksikan ke dalam berbagai ekspresi. Wanita
secara naluriah memiliki keinginan untuk memperindah penampilannya sehingga
kecantikan menjadi hal yang diidentikkan dengan wanita karena secara lahiriah di
dalam diri wanita terdapat kecantikan yang terlihat mendominasi.
konsep kecantikan wanita, dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan,
mulai dari yang bersifat seksual semata, sampai politis. Konsep kecantikan juga bisa
dibedakan antara yang klasik,modern, dan postmodern. Kecantikan klasik lebih
mengarah pada ukuran-ukuran tubuh yang proporsional sesuai dengan konsepsi ideal
yang digariskan oleh budaya, dan perpaduan antara kecantikan fisik dan mental (inner
beauty), serta menekankan pada keselarasan hubungan dengan alam. Konsep
kecantikan tradisional pada dasarnya berpijak kepada prinsip harmoni yang terkait
secara struktural antar bagian tubuh sebagai efek alamiah dari anatomi dan fisiologi
tubuh manusia. Kecantikan modern, lebih mengarah pada keseragaman atau
universalitas, seperti kulit putih, dan ukuran-ukuran tubuh yang proporsional, dan
semuanya mengarah pada hal-hal yang modern.
Sedangkan kecantikan postmodern adalah kecantikan yang mengacu pada
makna pluralitas, heterogenitas dan bersifat sangat subyektif. Kosmetika berasal dari
cosmos yang berarti susunan alam semesta yang teratur dan harmonis. Atas dasar
itu, maka kosmetika didefinisikan sebagai “bahan yang digunakan untuk mepercantik
serta menyempurnakan penampilan si pemakai sehingga menimbulkan kesan rapih,
cantik, menarik, dan harmonis. (Sopa, 2013)Kosmetik memiliki fungsi memperindah
penampilan manusia atau aroma tubuh manusia, karena keindahan akan menarik
perhatian orang-orang sekaligus memberikan kesan positif terhadap mereka, disisi lain
Islam merupakan agama yang menaruh perhatian pada persoalan kebersihan,
kesucian serta keindahan tersebut. Islam bahkan mengajurkan merawat dan
memelihara diri, banyak nas-nas didalam Al-Qur’an maupun Hadits yang memberikan
motivasi agar seseorang muslim maupun muslimah memperhatikan keindahan,
bagi muslimah bahkan dianjurkan untuk berhias diri untuk keperluan-keperluan
tertentu, seperti contoh salah satunya yaitu untuk menyenangkan
suami.Mempercantik diri demi keindahan bukanlah hal yang dilarang dalam islam,
bahkan menjadi fitrah bagi manusia khususnya bagi para kaum hawa.
‫ َعْن َعْب ِد الَّل ِه ْبِن َأِبي ُأَم اَم َة‬، ‫ َعْن ُأَس اَم َة ْبِن َز ْي ٍد‬، ‫ َح َّد َثَنا َأُّيوُب ْبُن ُس َو ْيٍد‬: ‫َك ِث يُر ْبُن ُعَبْي ٍد اْلِح ْم ِص ُّي َق اَل‬

: ‫ َق اَل‬، » ‫ « اْلَب َذ اَذُة ِم َن اِإْل يَم اِن‬: ‫ َق اَل َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّلَم‬: ‫ َق اَل‬،‫ َعْن َأِبيِه‬، ‫اْلَح اِر ِثِّي‬

‫ َيْع ِني الَّتَق ُّش َف‬،‫اْلَبَذ اَذُة اْلَق َش اَفُة‬


Telah menceritakan kepada kami Katsir bin 'Ubaid Al Himshi, telah menceritakan

Haritsi dari Ayahnya dia berkata, "Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Kelusuhan itu bagian dari
kepada kami Ayyub bin Suwaid dari Usamah bin Zaid dari Abdullah bin Abu Umamah Al

Iman." Abu Umamah berkata, "Lusuh maksudnya adalah sederhana dalam berpakaian
(tidak sombong)."
Akan tetapi kenyataannya masih banyak orang yang mengabaikan larangan
tersebut. Banyak yang memakai aksesoris secara berlebihan oleh karena itu saya sangat
tertarik untuk menganggkat judul ini,sudah banyak beredar sekarang perempuan memakai
hijab,namun meletakkan aksesoris tidak pada tempatnya,contohnya,memakai anting di
luar hijab,memakai kalung di luar hijab,dan masih banyak lagi,memang aksesoris di
ciptakan untuk di pakai,namun sebaiknya letakkan pada tempat yang
sesungguhnya.jangan sesekali ingin menampakkan bahwa kita salah satunya yang bisa
memakai barang tersebut.dan hanya kita yang dapat membelinya.
Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik ingin meneliti tentang pemakaian
aksesoris kecantikan bagi muslimah karena penulis ingin memberikan pemahaman kepada
kaum muslimah mengenai bagaimana seharusnya seorang muslimah itu memakai
aksesoris kecantikan, ditambah lagi dengan tinjauannya dari sudut pandang hadis. Maka
penulis mengangkat skripsi yang berjudul PEMAKAIAN AKSESORIS
KECANTIKAN BAGI MUSLIMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS.

B. Identifikasi Masalah.
1. Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin memberikan perhatian penuh terhadap
kecantikan perempuan.
2. Banyak perempuan yang memakai aksesoris secara berlebihan.
3. Hadist tentang menghias diri dengan cara perempuan memakai aksesoris di zaman
sekarang.
C. Rumusan Masalah.

Setelah menentukan judul sampai dengan batasan masalah maka dapat ditemukan
rumusan masalah yang akan menemukan titik terang dari kajian ini, adapun rumusan masalahnya
yaitu :

1. Bagaimana status hadist dan pemakaian tentang aksesoris?


2. Bagaimana realitas pemakaian aksesoris?

D. Tujuan
1. Menjelaskan status hadist dan pemakaian tentang aksesoris.
2. Menjelaskan tentang realitas pemakaian aksesoris .
E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman tentang pemakaian aksesoris kecantikan yang berlebihan bagi


muslimah.
2. Sebagai bahan acuan dalam mengembanggkan penelitian selanjutnya yang berkaitan
tentang penelitian ini.

F. Metode Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset kepustakaan (library
research). Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh
melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang
menggunakan ukuran angka.

G. Ketersediaan Sumber Data


a. Sumber data primer. Adapun sumber data primer yang menjadi bahan acuan dalam
penelitian ini adalah kitab Sunan ibnu majah no.4118 tentang berpakaian sederhana.
b. Sumber data sekunder. Adapun sumber data sekunder yang menjadi bahan acuan dalam
penelitian ini adalah buku, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, serta sumber-sumber lainnya
yang terkait dengan tema penelitian yang sedang diteliti.
H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan sinopsis dalam rangka untuk menguraikan pembahasan masalah


yang telah tertata diatas, penulis menyusun kerangka pembahasan pembahasan yang
sistematis agar pembahasannya lebih terarah dan mudah dipahami. Adapun sistematika
pembahasan yang disusun adalah sebagai berikut :

Bab I : Merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah untuk


memberikan penjelasan mengapa penelitian ini perlu dilakukan dan apa dasar pemikiran
dari penulis dalam melakukan penelitian ini, kemudian identifikasi masalah, kemudian
rumusan masalah bertujuan untuk membatasi agar penelitian ini lebih terfokus, kemudian
tujuan dan manfaat penelitian bertujuan untuk menjelaskan pentingnya penelitian ini
dilakukan, dan yang terakhir adalah sistematika penulisan.

Bab II : Merupakan Kerangka Teoritis, yang didalamnya dijelaskan berupa landasan


teori yaitu perspektif hadist tentang berpakaian sederhana serta kajian yang relevan
terhadap penelitian ini.

Bab III : Pembahasan materi , Memaparkan materi yg berkaitan dengan judul


PEMAKAIAN AKSESORIS KECANTIKAN BAGI MUSLIMAH DALAM
PERSPEKTIF HADIST dan memaparkan takhrij hadis pada bab lll ini.

Bab IV : Analisis data

Bab V : Merupakan penutup dari apa yang telah disajikan dan dibahas, bab V terdiri
dari pada kesimpulan terkait PEMAKAIAN AKSESORIS KECANTIKAN BAGI
MUSLIMAH DALAM PERSPEKTIF HADIST Penulis akan memberikan saran agar
penelitian ini bisa berlanjut dan lebih bermanfaat pada akhirnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ansharallah “Pakaian muslimah dalam perspektif hadist hukum islam”, jurnal syariah dan
hukum:UIN alawuddin Makkasar.vol.17, no.1 juli 2019.
Agus Fahruddin “Konsep mempercantik diri dalam perspektif islam dan sains”.di kutip dari
http://journals.usm.ac.id\indeks.php\jdsb vol 23,No,1,juni 2021.
Ratna Wijayanti “Jilbab sebagai etika busana muslimah dalam perspektif alquran”di kutip dari
journal.unima.ac.id\index.php\cakrawala\article\view\1842\1067.
Rashidah Othman, “Fesyen wanita menurut perspektif islam dan kesannya terhadap kesejahteraan
fizikal dan spiritual” di kutip dari
https://sainshumanika.utm.my/index.php/sainshumanika/article/view/953/586.
Siti Holidah, di kutip dari skripsi “Nilai-Nilai Berbusana Syar’i (Studi Living Hadits di Pondok
Pesantren Putri Madinatul Ulum Cangkring Jenggawah Jember)” Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Anda mungkin juga menyukai