Anda di halaman 1dari 7

A.

Akhlak berpakaian
Pakaian adalah salah satu alat pelindung tubuh manusia. Tentunya pakaian tak lepas
dari kehidupan manusia. Dan semua kehidupan manusia haruslah sesuai syariat islam, yang
mana telah diatur oleh Al-Qur’an. Maka dari itu, manusia haruslah berpakaian sesuai dengan
yag telah diatur oleh Allah SWT. Berpakaian sesuai dengan syariat islam, akan membuat kita
merasa itu adalah sebuah untuk kewajiban untuk menjaganya agar tetap dengan aturan yang
ada.
1. Pengertian Akhlak Berpakaian
Pakaian adalah kebutuhan pokok bagi seluruh manusia sesuai dengan situasi dan
kondisi dimana seorang beradapakaian termasuk salah satu kebutuhan yang tak bisa lepas
dari siklus kehidupan manusia. Karena pakaian mempunyai manfaat manfaat yang sangat
besar bagi keidupan kita. Melindungi tubuh kita agar tidak mengalami dan mendapatkan
bahaya dari luar. Dalam bahasa arab pakaian disebut dengan kata “Libaasun atau tsiyaabun”.
Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pakaian diartikan sebagai barang yang
biasa dipakai oleh seseorang baik berupa jaket, celana, sarung, selendang, kerudung, jubah,
surban, DLL.
Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang dikenakan seseorang dalam
berbagai ukuran dan modelnya berupa (baju, celana, sarung, jubah, ataupun yang lain), yang
disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus artinya
pakaian yang digunakan lebih berorientasi pada nilai keindahan yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi pemakaian.
Pakaian mempunyai tujuan umum untuk melindungi ataupun melindungi tubuh
manusia agar terhindar dari bahaya yang dapat merusak tubuh kita secara langsung melalui
kontak fisik, sedangkan menurut agama lebih mengarah kepada menutup aurat tubuh
manusia, agar tidak melanggar ketentuan syariat.

2. Bentuk Akhlak Berpakaian


Didalam pandangan islam, pakaian terbagi menjadi dua bentuk yang pertama pakaian
untuk menutupi aurat tubuh sebagai reliasi dari perintah allah bagi wanita selurh tubuhnya
kecuali telapak tangan dan wajah, dan bagi pria menutup aurat dibawah lutut dan diatas
pusar. Batasan pakaian yang telah ditetapkan oleh allah ini melahirkan kebudayaan yang
sopan dan enak dilihat oleh kita dan kita pun merasa aman dan tenang karena pakaian kita
yang memenuhi kewajaran pikiran manusia.
Sedangkan yang kedua, pakaian merupakan perhiasan yang menyatakan identitas diri
sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia. Apabila berpakaian dalam tujuan
menutup aurat dalam islam, memiliki ketentuan-ketentuan yang jelas, baik dalam hal ukuran
pakaian maupun jenis pakaian yang akan dipakai. Maka dari itu, sebagai muslim kita harus
mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Pakaian yang berfungsi sebagai perhiasan menyatakan identitas diri, sesuai dengan
adat dan tradisi dalam berpakaian, yang menjadi kebutuhan untuk menjaga dan
mengaktualisasi dirinya dalam perkembangan zaman. Setiap manusia berhak
mengekspresikan dirinya lewat pakaian yang dipakainya, tetapi tidaklah sembarangan. Tetap
harus mengikuti syariat islam.
Didalam islam, kita mengenal salah satu jenis pakaian yang dapat menutup aurat
wanita yaitu jilbab. Jilbab mempunyai berbagai macam jenisnya, tetapi walaupun banyak
ragamnya jilbab boleh dibilang jilbab apabila dapat menutup aurat, dari atas kepala kaum
hawa sampai dengan dada kaum hawa, menutupi bagian-bagian yang harus ditutupi kecuali
wajah atau muka.
Bagi wanita, aurat adalah seluruh bagian tubuh kecuali muka dan telapak tangan, yang
lain haram untuk diperlihatkankepada masyarakat umum. Kecuali bagi mahram atau
maharimnya. Bagi suaminya, wanita atau istrinya tidak mempunyai batasan aurat.
Busana muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Tidak jarang atau ketat
2. Tidak menyerupai laki-laki
3. Tidak menyerupai busana khusus non muslimah
4. Pantas dan sederhana

Pakaian sangat berfungsi bagi tubuh kita, salah satunya untuk melindungi kulit kita.
Apabila kulit kita tidak terlindungi oleh pakaian atau langsung terkena pancaran sinar ultra
vilet maka kulit kita akan terbakar dan kita bsa mengalami kangker kulit.
Pakaian juga menjaga suhu tubuh manusia agar tetap stabil, dengan menggunakan
jenis bahan pakaian tertentu, kita bisa menjaga suhu tubuh kita. Pakaian juga bisa menjadi
identitas diri kita, ‘apabila kita menggunakan pakaian yang bagus dn kelihatan nyaman,
berarti kita sudah memenuhi kriteria berpakain yang sopan, dan kita pun bisa melakukan
ibadah tanpa harus khawatir, apakah baju kita suci dan pantas untuk dipakai.
3. Membiasakan Akhlak Berpakaian
Agama islam memrintahkan pemeluknya agar berpakaian yang baik dan bagus, sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Dalam pengertian bahwa pakaian tersebut dapat
memenuhi hajat tujuan berpakaian, yaitu menutup aurat dan keindahan.
Islam memiliki etika berbusana yang telah diatur oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an
dan hadist. Didalam islam, kita sebagai ummat allah tidak diperbolehkan memakai pakaian
yang melanggar aturan islam, kita tetap harus mengikuti aturan tersebut sampai kita
meninggal. Jika kita melanggar, dan tidak mau mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah, maka sama saja kita orang munafiq.
Zaman semakin berkembang bukan berarti kita harus mengikuti perkembangan yang
ada secara keseluruhan. Pakaian merupakan pengaruh yang besar bagi perkembangan zaman.
Karena, akibat dari perkembangan zaman yang datangnya dari dunia barat, sangat
mempengaruhi mode pakaian kita sebagai ummat muslim. Maka dari itu biasakannlah
berpakaian sesuai syariat islam, agar tidak terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh negatif, yang
membuat kita lupa akan Allah serta aturannya.

B. Akhlak Berhias
1. Pengertian Akhlak Berhias
Berhias adalah naluri yang dimiliki oleh manusia. Berhias sudah menjadi kebutuhan
bagi sebagian besar manusia, agar dapat memperindah diri baik dilingkungan sekitar maupun
diluar lingkungan. Berhias adalah salah satu alat alat untuk mengekspresikan diri, yang
menunjukkan jat diri seseorang.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, berhias diartikan “usaha memperelok diri
denan pakaian ataupun yang lainnya yang indah, berdandan dengan dandanan yang idah dan
menarik”. Berhias dapat memberikan kesan indah tersendiri bagi orng lain yang melihatnya,
baik dari segi pakaian, maupun make up wajah mereka. Maka dari itu berhias dikategorikan
sebagai akhlak terpuji. Tetapi berhias juga terhadap aturannya agar tidak melanggar syariat
islam. Dalam sebuah hadist nabi SAW bersabda yang artinya : sesungguhnya Allah itu indah
dan menyukai keindahan (HR. Muslim)
2. Bentuk Akhlak Berhias
Berhias bukanlah dipandang dari segi dandanan muka, tetapi pakaian juga termasuk
sesuatu yang bisa dikatan alat untuk berhias. Pakaian kita yang sederhana bisa menjadi
pakaian yang mempunyai nilai keindahan yang tinggi apabila kita beri hiasan agar kita
terlihat cantik memakainya. Jilbab juga dapat menjadi hiasan. Sekarang sudah banyak bentuk
jilbab yang berbagai macam, dan dapat menghias diri kita agar terlihat indah dan nyaman
dipakai.
Perhiasan kita juga termasuk salah satu alat untuk berhias. Arloji, kalung, gelang,
cincin dsb. Parfum juga termasuk, tapi kita tidak boleh lupa. Jika kita ingi berhias terhadap
rambut-rambut, agar tidak melanggar syariat yang sudah ditetapkan oleh Allah
1. Niat yang lurus, berhias hanya untuk beribadah yang diorientasikan sebagai rasa syukur atas
nikmat yang telah Allah berikan.
2. Dalam berhias tidak diperbolehkan menggunakan hiasan yang menggunakan bahan-bahan
yang dilarang agama
3. Tidak boleh menggunakan hiasan yang menggunakan simbol non muslim
4. Tidak berlebih-lebihan
5. Tidak boleh berhias seperti orang jahiliyah
6. Berhias menurut kelaziman dan kepatutan dengan memperhatikan jenis kelamin
7. Berhias bukan untuk berfoya-foya
Ketika berhias terkadang kita lupa akan aturan, melewati batas kewajaran yang telah
ditetapkan. Seringkali naluri manusia berubah menjadi hawa nafsu yang liar. Yang akan
menyebabkan manusia terjerumus kedalam hal yang menyesatkan. Agama islam memberi
batasan dalam atika berhias

3. Nilai Positif Akhlak Berhias


Berhias dapat menunjukkan kepribadian kita. Apabila kita menggunakan hiasan yang
cocok dengan diri kita, maka orang akan menilai diri kita dengan pandangan yang berbeda
ketika kita berhias. Jika kita menggunakan arloji, jas, kerudung, maka orang lain akan
memandang kita dengan penuh pemikiran. Bahwa kita sebenarnya tidak sesederhana yang
dibayangkan. Kita bisa berorientasi dengan waktu, tanpa meninggalkan syariat islam.
Berhias memberikan pengaruh positif dalam berbagai aspek kehidupan, karena
berhias diniatkan untuk beribadah, maka setiap langkah kita akan menjadi langkah
menggapai barokah dan pahala dari Allah SWT. Namun sebaliknya apabila berhias hanya
untuk menarik perhatian orang lain untuk tergoda dan memuji-muji kita agar kita senang
sendiri, maka itu menjadi alat yang sesat. Lupa akan Allah, dan hanya ingin dijadikan alat
pemuas diri kita. Maka yang demikian itu adalah haram.

4. Membiasakan Akhlak Berhias


Berhias merupakan kebutuhan manusia untuk menjaga dan mengaktualisasikan
dirinya menurut tuntutan perkembangan zaman. Nilai keindahan dan kekhasan dalam berhias
menjadi tuntutan yang terus dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman. Dalam
kaitannya dengan kegiatan berhias atau berdandan, maka setiap manusia memiliki kebebasan
untuk mengekspresikan keinginan mengembangkan berbagai mode menurut fungsi dan
momentumnya, sehingga berhias dapat menyatakan identitas dari seseorang.
Dalam islam diperintahkan untuk berhias yang baik, bagus, dan indah sesuai dengan
kemampuan masing-masing.1[9] Terutama apabila kita akan melakukan ibadah shalat maka
seyogyanya perhiasan yang kita pakai itu haruslah baik, bersih, dan indah (bukan berarti
mewah), karena mewah itu sudah memasuki wilayah berlebihan. Hal ini sesuai firman Allah :
“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid, makan,
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.” (Qs. Al-A’raf : 31)

C. Akhlak perjalanan (safar)


1. Pengertian Akhlak Perjalanan
Perjalanan dalam bahasa arab disebut dengan kata “rihlah atau – safar” dalam kamus
besar bahasa indonesia (KBBI) perjalanan diartikan ; “perihal” (cara, gerakan, dsb) berjalan
atau bepergian dari suatu tempat menuju tempat untuk suatu tujuan”. Secara istilah,
perjalanan sebagai aktifitas seseorang untuk keluar ataupun meninggalkan rumah dengan
berjalan kaki ataupun menggunakan berbagai sarana transportasi yang mengantarkan sampai
pada tempat tujuan dengan maksud ataupun tujuan tertentu.
Pada zaman Rasulullah, melakukan perjalanan telah mejadi tradisi masyarakat arab.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Quraisy yang disebut diatas, Allah mengabadikan tradisi
masyarakat arab yang suka melakukan perjalanan pada musim tertentu untuk berbagai
keperluan. Karena itu tidak heran jika islam sebagai satu-satunya agama yang megatur
kegiatan manusia dalam melakukan perjalanan, mulai dari masa persiapan perjalanan, ketika

1
masih berada dirumah, selanjutnya pada saat dalam perjalanan dan ketika sudah kembali
pulang dari suatu perjalanan.

2. Bentuk Akhlak Perjalanan


Islam mengajarkan agar setiap perjalanan yang dilakukan bertujuan untuk mencari
ridho Allah. Diantara jens perjalanan (safar) yang dianjurkan dalam islam yaitu pergi haji,
umroh, menyambungkan silaturahmi, menuntut ilmu, berdakwah, berperan di jalan Allah,
mencari karunia Allah, mencari karunia Allah dll. Perjalanan (safar) juga berfungsi untuk
menyehatkan dan merefresikan kondisi jasmani dan rohani dari kelelahan dan kepenatan
dalam menjalani suatu aktifitas.
Sebagai pedoman islam mengajarkan adab dalam melakukan perjalanan yaitu :
1. Bermusyawarahkan dan shalat istikharah
2. Mengembalikan hak dan amanat kepada pemiliknya
3. Membawa 6 benda : gunting, siwak, tempat celak, tempat air minum, cebok dan wudhu. Hal
tersebut disunnahkan rasulullah
4. Menyertakan istri ataupun anggota keluarga
5. Wanita menyertakan teman atau muhrimnya
6. Memiliki kawan pendamping yang shalih dan shalihah
7. Mengangkat pemimpin atau ketua rombongan
8. Mohon pamitan pada keluarga dan memohon do’a

3. Nilai Positif Akhlak Perjalanan


Keuntungan melakukan perjalanan diantaranya yaitu :
1. Safar dapat menghibur diri dari kesedihan
2. Safar menjadi sarana seseorang untuk memperoleh pengalaman dari ilmu pengetahuan
3. Safar dapat mengantarkan seseorang untuk memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan
4. Dengan safar maka seseorang akan lebih banyak mengenal adap kesopanan yang
berkembang pada suatu komunitas masyarakat
5. Perjalanan akan dapat menambah wawasan dan bahkan kawan yang baik dan mulia
4. Membiasakan Akhlak Perjalanan
Sebaiknya setiap orang memikirkan terlebih dahulu secara matang terhadap sebuah
perjalanan. Niat kita haruslah baik, ingin beribadah kepada Allah SWT. Apabila melakukan
safar atau rihlah denan perhitungan jadwal yang matang, akurat, rinci dan jelas agendanya.
Sebaiknya jika suatu perjalanan tanpa adanya agenda yang jelas, maka akan
cenderung menyia-nyiakan waktu, biaya ataupun energi, dan bahkan akan membuka celah
bagi syaitan untuk menyesatan dan akhrnya tujuan safar tak tercapai. Dan kita harusnya
bersyukur jika kita sudah berhasil melakukan perjalanan.

Anda mungkin juga menyukai