Anda di halaman 1dari 7

Akhlak Berpakaian dalam Islam

Jumat, 10 Januari 2014 Pukul 08.08 WIB - Dibaca 702 kali

ISLAM merupakan agama rahmatan lilalamiin. Mengatur dan melindungi manusia dalam
segala aspeknya. Tidak hanya mengatur hubungan langsung kepada Tuhan (Hablumminalloh)
tetapi juga mengatur hubungan dengan sesama manusia (Hablumminannas). Ada ibadah
Mahdhoh yang sudah diatur dengan detil syarat rukunnya, ada juga ibadah ghoiru mahdhoh,
yaitu aktivitas dan pekerjaan yang apabila dilakukan walaupun kelihatannya bersifat biasa,
rutinitas, atau bahkan kelihatannya pekerjaan duniawi adalah bisa bernilai ibadah asalkan
dengan hati yang ikhlas dan tidak bertentangan syariat agama.

Dalam hal berpakaian misalnya, ini ada kaitannya dengan ibadah Hablumminallah, ketika
sedang ibadah salat ataupun haji harus menutup auratnya. Tetapi juga berkaitan dengan
sesama manusia. Ketika kita bergaul dengan sesama, tentunya kita malu ketika kita
bertelanjang dan membuka aurat. Allah SWT mensyariatkan kepada hambaNya untuk
menutup aurat, ketika sedang berhubungan denganNya ataupun ketika sedang berhubungan
dan bergaul dengan sesama manusia. Jadi menutup aurat tidak hanya ketika sedang salat saja,
tetapi ketika sedang bergaul dengan sesama manusia khususnya dengan lawan jenis yang
bukan mahram (saudara sedarah yang haram dinikahi).

Pakaian adalah kebutuhan primer bagi setiap orang dalam segala situasi dan kondisi. Pepatah
Jawa mengatakan Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana. Kualitas dan
kehormatan diri karena sesuatu yang kita ucapkan lewat mulut kita dan kehormatan diri juga
karena bagus dan sopannya pakaian yang kita kenakan. Di samping sebagai kebutuhan yang
harus kita pakai untuk melindungi badan dari sengatan matahari di siang hari, untuk
melindungi tubuh dari dinginnya cuaca dan malam hari, pakaian juga berfungsi untuk
memperindah dan memperelok diri.

Ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu berpakaian dalam rangka menunaikan kewajiban
kepada Allah SWT, berpakaian untuk ibadah. Jadi dunianya kena, akhiratnya juga kena.
Inilah makna berpakaian untuk dunia akhirat. Mengenai hal ini Allah SWT berfirman,
Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi
auratmu dan untuk perhiasan bagimu.Tetapi pakaian takwa (Libaasuttakwa) Itulah yang
lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
ingat. (QS Al Araf/7: 26)
Dalam mengenakan pakaian dan perhiasannya, banyak tujuan dari si pemakai. Ada yang
bertujuan hanya duniawi semata, untuk memamerkan kecantikan tubuh, ada juga yang untuk
memamerkan perhiasannya atau memperlihatkan pakaiannya yang mahal. Alangkah idealnya
kalau kaum muslimin berpakaian untuk tujuan ukhrowi. Karena barang siapa yang berniat
untuk akhirat, dunianya juga dapat.

Di samping berpakaian untuk menutup tubuh juga diniatkan untuk ibadah, jadi bukan untuk
pamer, riya, ataupun mengharap pujian orang. Pakaian bisa menunjukkan karakter atau sifat-
sifat positif bagi pemakainya, seperti kemuliaan derajatnya, kewibawaanya, kesederhanaanya,
dan sopan-santunnya terhadap orang lain. Pakaian dan aksesori (perhiasan) juga bisa
menunjukkan hal-hal yang negatif bagi si pemakai.

Misalnya ada lelaki yang memakai anting, kalung, atau berambut panjang maka orang akan
bisa berpandangan, laki-laki tersebut adalah laki-laki yang tidak baik dan kurang agamanya.
Karena ciri-ciri tersebut adalah ciri khas wanita. Bukankah laki-laki dilarang menyerupai
wanita, begitu pula sebaliknya wanita dilarang menyerupai laki-laki? Seandainya keadaan
seperti itu muncul maka tunggulah hari kiamat tiba.

Batas aurat laki-laki adalah dari pusar sampai lutut. Adapun batas aurat perempuan adalah
seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Baik di dalam salat maupun di luar salat.
Apalagi ketika kita menghadap Allah SWT, pakailah pakaian yang bagus dan lebih layak dari
biasanya. Biasakan bagi laki-laki tidak mengenakan celana pendek yang kelihatan pahanya
ketika keluar rumah. Begitu juga bagi kaum muslimah, untuk menutupi auratnya.

Banyak cara untuk menutupi aurat wanita sekarang ini, berbagai macam jenis jilbab dan
kerudung sudah disiapkan sesuai dengan keinginan tanpa menanggalkan identitas
kecantikannya. Bahkan sejatinya kecantikan badan itulah yang harus ditutup. Allah
berfirman, Wahai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan
istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikan itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu.
Dan Allah maha pengampun, maha penyayang. (QS Al Ahzab/33: 59)

Kita lihat fakta yang ada dewasa ini, kaum muslimin tidak mengindahkan aturan dan akhlak
berpakaian. Banyak remaja putri dan para ibu keluar rumah dengan mengumbar aurat tanpa
mengenakan kerudung dan jilbab mereka. Dengan biasa dan santai, bahkan senang hati
memakai pakaian ketat, celana pendek dan rok mini keluar rumah. Apakah tidak takut
terhadap ancaman duniawi dan ukhrowi? Bukankah juga kita sering mendengar berita
pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap kaum wanita? Apakah ini salah pria yang
memperkosa wanita? Atau salah wanita yang memancing laki-laki untuk berbuat jahil dan
tidak senonoh dan tidak menuruti perintah Allah serta syariat Agama? Atau salah keduanya
yang tidak mau belajar Islam dan berusaha mempraktikkannya? Naudzubillahi min dzalik.

Solusi yang ada adalah hendaklah kita takut terhadap Allah, taat terhadap perintahNya dan
menjauhi laranganNya. Dalam hal apapun, termasuk dalam hal berpakaian dan menutup
aurat. Wahai para wanita kita tutup aurat kita. Kaum pria, kita jaga pandangan kita dari
memandang kemaksiatan, Para orang tua, kita ajak anak generasi kita untuk menjaga diri dari
siksa api neraka. Kita ingat janji Allah yang akan melindungi dan memberi jaminan
keselamatan bagi hambaNya yang taat. Bismillah! (*)

Berita Terkait
AKHLAK BERPAKAIAN

BAB 3
PERILAKU TERPUJI
A.Akhlak Berpakaian
1.Pengertian Akhlak Berpakaian
Pakaian dalam bahasa Arab disebut dengan Libasum-siyabun .

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pakaian diartikan sebagai


barang apa yang dipakai seseorang baik berupa baju, celana,
selendang, jubah, dan serban.

Tujuan khusus artinya pakaian yang dikenakan lebih beriotasi pada


nilai keindahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
pemakaian.

Tujuan umum artinya lebih beriotasi pada keperluan untuk menutup


ataupun melindungi bagian tubuh yang perlu ditutup menurut
kepatutan adat ataupun agama.

Menurut kepatutan adat : Berarti sesuai mode batasan ukuran untuk


mengenakan pakaian yang berlaku dalam suatu wilayah hukum adat.

Menurut kepatutan agama : Berarti lebih mengarah pada keperluan


manutup aurat sesuai ketentuan hukum Syara dengan tujuan untuk
ibadah.

2.Bentuk Akhlak Berpakaian


Pakaian menurut Islam dapat dikategorikan menjadi dua bentuk,
yaitu
Pertama, pakaian untuk menutupi aurat tubuh yang dalam
perkembangannya telah melahirkan kebudayaan bersahaja.

Kedua, pakaian merupakan perhiasan yang menyatakan identitas diri


sebagai konsekuensi perkembangan kebudayaan manusia.

Bentuk akhlak berpakaian sudah terdapat dalam Q.S al-Araf : 26

3.Nilai Positip Akhlak Berpakaian


Untuk melindungi lapisan terluar bagi tubuh kita dari sinar
ultraviolet.

Untuk menjaga kesehatan kulit.

Dalam melakukan ibadah salat, pakaian yang dipakai adalah yang


bersih, bukan berarti mewah.

Hal ini sesuai firman Allah dalam Surah al-Araf:31

4.Membiasakan Akhlak Berpakaian


Pakaian yang dikenakan setiap orang pada zaman modern cukup
beragam, baik bahan maupun modenya.

Islam telah menggariskan aturan-aturan berbusana yang harus


ditaati, yang disebut etika berbusana.

Sesungguhnya hanya orang munafik yang suka meninggalkan


ketentuan berpakaian yang sudah diatur agama yang diyakini
kebenarannya. Akibatnya mereka yang mengabaikan ketentuan
akan mendapatkan azab dihadapan Allah kelak di akhirat.

http://solehmansampit.blogspot.com/2013/02/akhlak-berpakaian.html

Akhlak Berpakaian

1. Pengertian Pakaian
Pakaian menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah barang apa yg dipakai
(baju, celana dan sebagainya). Istilah pakaian kemudian dipersamakan dengan busana. Istilah
busana berasal dari bahasa sanskerta yaitu bhusana yang mempunyai konotasi pakaian yang
bagus atau indah yaitu pakaian yang serasi, harmonis, selaras, enak di pandang, nyaman
melihatnya, cocok dengan pemakai serta sesuai dengan kesempatan. Pakaian merupakan
busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh.

Al Quran paling tidak menggunakan tiga istilah untuk pakaian yaitu, libas, tsiyab, dan
sarabil. Kata libas digunakan oleh Al Quran untuk menunjukkan pakaian lahir maupun
batin, Libas pada mulanya berarti penutup yakni apa pun yang ditutup. Fungsi pakaian
sebagai penutup amat jelas, diantaranya sebagai penutup tubuh.

Kata tsiyab digunakan untuk menunjukkan pakaian lahir. Kata tsiyab berakar pada kata
dalam bahasa Arab tsiyab yang terambil dari akar kata tsaub yang berarti kembali, yakni
kembalinya sesuatu pada keadaan semula, atau pada keadaan yang seharusnya sesuai
dengan ide pertamanya.

Kata lain yang menjelaskan perihal pakaian adalah sarabil. Kamus-kamus bahasa
mengartikan kata ini sebagai pakaian, apa pun jenis bahannya. Hanya dua ayat yang
menggunakan kata tersebut. Satu di antaranya diartikan sebagai pakaian yang berfungsi
menangkal sengatan panas, dingin, dan bahaya dalam peperangan.

2. Fungsi Pakaian

a. Penutup Aurat

Kata aurat, terambil dari kata ar yang berarti onar, aib, tercela. Keburukan yang
dimaksud tidak harus dalam arti sesuatu yang pada dirinya buruk, tetapi bisa juga karena
adanya faktor lain yang mengakibatkannya buruk. Tidak satu pun dari bagian tubuh yang
buruk karena semuanya baik dan bermanfaat, termasuk aurat. Tetapi bila dilihat orang,
maka keterlihatan itulah yang buruk.

Tentu saja banyak hal yang sifatnya buruk, masing-masing orang dapat menilai. Agama pun
memberi petunjuk tentang apa yang dianggapnya aurat atau sauat. Dalam fungsinya
sebagai penutup, tentunya pakaian dapat menutupi segala yang enggan diperlihatkan oleh
pemakai, sekalipun seluruh badannya. Tetapi dalam konteks pembicaraan tuntunan atau
hukum agama, aurat dipahami sebagai anggota badan tertentu yang tidak boleh dilihat
kecuali oleh orang-orang tertentu.

Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah yang paling baik.
yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan
mereka selalu ingat. (QS. Al Araaf : 26)

Terlihat jelas bahwa ide dasar yang terdapat dalam diri manusia adalah tertutupnya
aurat, namun karena godaan setan, aurat manusia terbuka. Dengan demikian, aurat yang
ditutup dengan pakaian akan dikembalikan pada ide dasarnya.

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: Tuhan kamu
tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga). (QS. Al Araaf : 20)

Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala
keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan
mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga(QS. Al Araaf : 22)

Dan ayat di atas juga tampak bahwa ide membuka aurat adalah ide setan, dan karenanya
tanda-tanda kehadiran setan adalah keterbukaan aurat. Sebuah riwayat yang
dikemukakan oleh Al Biqai dalam bukunya Shubhat Waraqah menyatakan bahwa
ketika Nabi. belum memperoleh keyakinan tentang apa yang dialaminya di Gua Hira
(apakah dari malaikat atau dari setan) beliau menyampaikan hal tersebut kepada
istrinya Khadijah. Khadijah berkata, Jika engkau melihatnya lagi, beritahulah aku.
Ketika di saat lain Nabi. Melihat (malaikat) yang dilihatnya di Gua Hira, Khadijah
membuka pakaiannya sambi1 bertanya, Sekarang, apakah engkau masih melihatnya?
Nabi menjawab, Tidak, dia pergi. Khadijah dengan penuh keyakinan berkata,
Yakinlah yang dating bukan setan, (karena hanya setan yang senang melihat aurat).

Ide dasar aurat adalah tertutup atau tidak dilihat walau oleh yang bersangkutan sendiri?
Beberapa hadis menerangkan hal tersebut secara rinci:

Hindarilah telanjang, karena ada (malaikat) yang selalu bersama kamu, yang tidak pernah
berpisah denganmu kecuali ketika ke kamar belakang (wc) dan ketika seseorang
berhubungan seks dengan istrinya. Maka malulah kepada mereka dan hormatilah mereka
(HR. At-Tirmidzi). Hadis lain menyatakan : Apabila salah seorang dari kamu berhubungan
seks dengan pasangannya, jangan sekali-kali keduannya telanjang bagaikan telanjangnya
binatang (HR Ibnu Majah).

Yang dikemukakan di atas adalah tuntunan moral. Sedangkan tuntunan hukumnya


tentunya lebih longgar. Dari segi hukum, tidak terlarang bagi seseorang bila sendirian atau
bersama istrinya untuk tidak berpakaian. Tetapi, ia berkewajiban menutup auratnya, baik
aurat besar (kemaluan) maupun aurat kecil, selama diduga akan ada seseorang, selain
pasangannya, yang mungkin melihat.

b. Perhiasan

Perhiasan adalah sesuatu yang dipakai untuk memperelok. Tentunya pemakainya


sendiri harus lebih dahulu menganggap bahwa perhiasan tersebut indah, kendati orang
lain tidak menilai indah atau pada hakikatnya memang tidak indah.

Sebagian pakar menjelaskan bahwa sesuatu yang elok adalah yang menghasilkan
kebebasan dan keserasian. pakaian yang elok adalah yang memberi kebebasan kepada
pemakainya untuk bergerak. kebebasan mesti disertai tanggung jawab, karenanya
keindahan harus menghasilkan kebebasan yang bertanggung jawab. Demikian kurang lebih
yang ditulis Abbas A1-Aqqad dalam bukunya Muthalat fi Al Kutub Wa Al Hayat.

Salah satu unsur mutlak keindahan adalah kebersihan. Itulah sebabnya mengapa Nabi
senang memakai pakaian putih, bukan saja karena warna ini lebih sesuai dengan iklim
Jazirah Arabia yang panas, melainkan juga karena warna putih segera menampakkan
kotoran, sehingga pemakainya akan segera terdorong untuk mengenakan pakaian lain (yang
bersih).

Al Quran setelah memerintahkan agar memakai pakaian-pakaian indah ketika


berkunjung ke masjid, mengecam mereka yang mengharamkan perhiasan yang telah
diciptakan Allah untuk manusia.

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik? Katakanlah: Semuanya itu (disediakan) bagi orang-
orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat
Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Al
Araaf : 31-32)

http://fatihulihsan.wordpress.com/2012/08/22/akhlak-berpakaian-2/

Anda mungkin juga menyukai