Anda di halaman 1dari 12

ETIKA BERBUSANA DI DALAM SYARIAT ISLAM

Disusun Oleh :

DIAZKA ANDHEA ( 22078150 )

VIOLETA SILKA ( 22078194 )

NABILAH RAMADHANTI ( 22078172 )

ADINDA RAIHANA ZAHRA ( 22078129 )

PROGRAM STUDI TATA RIAS DAN KECANTIKAN


FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur bagi Allah swt. Tuhan semesta alam yang dengan penuh rahmatnya
memberikan kesempatan pada kami untuk membuat karya ilmiah ini ,serta kepada jujungan alam
nabi besar Muhammad saw. Yang membawa umatnya menuju peneranagan seperti saat ini.

Tak lupa juga terimakasih kepada guru-guru yang membimbing serta menyertai kami selalu
dalam pembelajaran di sekolah ,dan kepada orang tua yang selalu mendoakan kami disana
insyaallah .

Dalam makalah ini akan membahas tentang akhlak berpakaian, yang sebisa mungkin dapat
memberikan penjelasan mengenai pentingnya bertaubat dalam kehidupan.Namun ,tidak terlepas
dari semua itu , kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan dari segi penyusunan
bahasanya maupun segi lainnya . oleh karena itu saya memberikan kebebasan dalam keinginan
untuk memberikan saran terhadap makalah akidah akhlak ini .

Akhirnya, kami menyusun makalah ini untuk berbagi pengetahuan mengenai akhlak
berpakaian. Semoga pembahasan dalam karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca .

Jakarta, 9 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

B. Dalil Pakaian Wanita Dalam Islam

C. Etika Berpakaian Dalam Islam

D. Hikmah Berpakaian Islami

BAB III : PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Adanya berbagai kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang serba canggih dan cepat dapat
menghasilakan produk-produk yang beraneka ragam yang digunakan untuk kebutuhan manusia.
Salah satu aspek yang sangat berkembang dan dapat mempengaruhi kehidupan manusia adalah
industri pakaian. Pakaian pada dasarnya adalah kebutuhan primer (pokok) yang sangat dibutuhkan
oleh manusia di dunia dan perkembanganya cukup signifikan, hal ini terbukti dengan berdirinya
pabrik-pabrik pakaian dengan berbagai model dan bahan yang sangat bervariasi diseluruh dunia,
khususnya di Indonesia.

Sebagai seorang muslim kita harus melihat kaidah-kaidah berpakaian yang sesuai dengan syari’at
islam, supaya apa yang kita kenakan dapat dipertanggungjawabkan di akhirat kelak dan tidak
memicu hal-hal yang tidak diinginkan. Berbeda dengan zaman sekarang banyak dikenal model yang
tidak sesuai dengan syari’at islam, sebagai contoh adalah model pakaian yang dikenal dengan istilah
“you can see” yang artinya kamu boleh melihat, atau bahkan ada yang rela mati-matian untuk
menaikan bagian bawahnya ke atas dan yang atas rela diturunkan kebawah, atau ada yang
mengenangkan baju yang tidak semestinanya dipakai oleh anak TK/SD (pakaian super ketat) hingga
terlihatlah apa yang seharusnya tidak terlihat. Naudzubillah min dzalik.

Begitu pula dengan kehidupan di kampus yang tentunya tidak terlepas dari peratura-peraturan
kampus sendiri. Dimana kampus merupakan salah satu media untuk mencetak kader-kader penerus
bangsa yang menjadi figur dari beberapa kalangan, baik kota maupun desa dan kalangan lainnya.
Sehingga masalah berpakain di kampus juga perlu di jaga dan disesuaikan dengan syari’at Islam.

Akhir-akhir ini banyak diantara mahasiswa dan mahasiswi yang memfigurkan pakaian-pakain barat
sebagai kebanggaan mereka biasanya identik serba seksi walaupun melanggar ketentuan syari’at
islam. Dengan gaya dan mode pakaian tersebut secara tidak langsung akan dapat memicu para
generasi muda bangsa pada perbuatan-perbuatan tidak diinginkan, terutama moral dan akhlak
mereka serta merugikan baik secara duniawi maupun ukhrawi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat


internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.
Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan
sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta
terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan
tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat kita.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

B. Dalil Pakaian Wanita Dalam Islam

Adapun dalil bahwa jilbab merupakan pakaian dalam kehidupan umum, adalah hadits yang
telah diriwayatkan dari Ummu, Athiyah r.a, bahwa dia berkata: “Rasulullah Saw memerintahkan
kaum wanita agar keluar rumah menuju shalat ied, maka Ummu’ Athiyah berkata, ‘salah seorang
diantara kami tidak memiliki jilbab’ Maka Rasulullah Saw bersabda: “Hendaklah saudarinya
meminjamkan jilbabnya kepadanya.” (Muttafaqun ‘alaihi) (Al-Albani,)[1]

Berkaitan dengan hadits Ummu ‘Athiyah ini, Syaikh Anwar Al-Kasymiri, dalam kitabnya
Faidhul Bari, mengatakan:[2] “Dapatlah dimengerti dari hadits ini, bahwa jilbab itu dituntut
manakalah seorang wanita keluar rumah, dan ia tidak boleh keluar rumah jika tidak mengenakan
jilbab.” (Al-Albani : 93).[3]

Allah Ta’ala berfirman:

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan dan
kemaluan mereka. Janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (terpaksa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada mereka.” (QS.
An-Nur: 31)

Perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan yang digunakan oleh wanita untuk berhias, selain
dari asal penciptaannya (tubuhnya).Khimar adalah sesuatu yang digunakan oleh wanita untuk
menutupi kepalanya, wajahnya, lehernya, dan dadanya.

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang memanjangkan kainnya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya.”
Ummu Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus dilakukan oleh para wanita dengan
ujung pakaian mereka?” Beliau menjawab, “Kalian boleh memanjangkannya sejengkal.” Ummu
Salamah bertanya lagi, “Jika begitu, maka kaki mereka akan terbuka!” Beliau menjawab, “Kalian
boleh menambahkan satu hasta dan jangan lebih.” (HR. At-Tirmizi) Sehasta adalah dari ujung jari
tengah hingga ke siku.[4]

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat: (1) Kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang. (2) Wanita-
wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau
suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat
masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari
begini dan begini.” (HR. Muslim)[5]

Makna ‘berpakaian tetap telanjang’ adalah: Dia menutup sebagian auratnya tapi menampakkan
sebagian lainnya. Dan ada yang menyatakan maknanya adalah: Dia menutupi seluruh auratnya tapi
dengan pakaian yang tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.[6]

Dari dalil di atas menunjukkan wajibnya seorang muslimah untuk berhijab.


Hijab secara syar’i adalah seorang wanita menutupi seluruh tubuhnya dan perhiasannya, yang
dengan hijab ini dia menghalangi orang asing (non mahram) untuk melihat sedikitpun dari bagian
tubuhnya atau perhiasan yang dia pakai. Dan hijab ini bisa berupa pakaian dan bisa juga berupa
berdiam di dalam rumah.

Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak tangan. Ini
ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:

1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan mereka dari
yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan sempurna kecuali jika
wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak
diragukan lagi bahwa menyingkap wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.

2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya kepada non
mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa disembunyikan, semisal pakaian
terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka
tentunya wajah dan telapak tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang
wanita lebih wajib lagi untuk disembunyikan.

3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dada-dada


mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup kepalanya. Jika
khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada, maka tentunya secara otomatis wajah
tertutup oleh khimar tersebut.

Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang
pertama. Tatkala Allah menurunkan, “Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada
mereka,” mereka merobek kain-kain mereka lalu menjadikannya sebagai khimar.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata,:“Ucapan ‘mereka lalu menjadikannya sebagai khimar’,
yakni: Mereka menggunakannya untuk menutupi wajah-wajah mereka.”[7]

Adapun hadits Ibnu Umar di atas, maka dia menjelaskan mengenai beberapa perkara:

1) Kaki wanita adalah aurat yang wajib ditutup.

2) Larangan isbal hanya berlaku bagi lelaki dan tidak berlaku bagi wanita.

3) Panjang maksimal pakaian wanita adalah sehasta dari mata kaki, tidak boleh lebih dari itu.

Sementara hadits Abu Hurairah menjelaskan tentang syarat-syarat hijab dan hijab secara umum,
yaitu:

1) Hijab tidak boleh tipis sehingga menampakkan apa yang ada di baliknya.

2) Hijab tidak boleh ketat sehingga membentuk lekukan tubuhnya.

3) Haramnya wanita berjalan dengan berlenggok, karena itu merupakan bentuk


menampakkan perhiasannya.

4) Wajibnya wanita menjaga kehormatan dan rasa malu mereka.

5) Menutup sebagian tubuh dan menampakkan sebagian tubuh yang lain sama saja dengan
telanjang.

C. Etika Berpakaian Menurut Ajaran Islam

Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai karena pakaian sopan dan menutup
aurat adalah cermin seseorang itu muslim sebenarnya.

Islam tidak menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika beribadah
atau di luar ibadah. Islam hanya menetapkan bahwa pakaian itu mestilah bersih, menutup aurat,
sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.

Mengapa berjilbab bagi wanita muslim diwajibkan oleh Allah swt ?

Karena dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah aurat bagi wanita dan diperintah kan
oleh Allah untuk menutupinya. Aurat wanita dapat mengundang kemaksiatan bagi orang yang
melihatnya, menutup auratpun dapat menghindarkan wanita dari kedzaliman orang lain. Selain
daripada itu, bisa mengangkat derajat dan martabat wanita di mata Allah maupun masyarakat.

Dalam beberapa hadist telah jelas sangat dilarang bermegah – megahan membangga –
banggakan barang yang dikenakan, Allah SWT sangat membenci orang yang sombong bisa
dipikirkan dan ditelaah dalam-dalam, Allah saja pemilik semesta alam tidak pernah sombong
kepada Makhluknya.

Surat Al a’raf ayat 26 menjelaskan bahwa Allah menurunkan pakaian yang baik untuk
menutup aurat dan menghindarkan Manusia dari zalim terhadap dirinya dan orang lain.
yang artinya : “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk
menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimu’tetapi pakaian takwa itulah yang lebih baik
demikianlah sebagai tanda-tanda Allah’mudah-mudahan ingat.”(al-A’raf: 26)

Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian (untuk lelaki dan
wanita) yaitu:

1) Menutup aurat: aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat
wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah aurat." (Bukhari)

2) Tidak menampakkan tubuh: pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak
memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh
merangsang nafsu orang yang melihatnya.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah
aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul
manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan
badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak
dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang
jauh." (Muslim).

3) Pakaian tidak ketat: tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan.

4) Tidak menimbulkan riak: Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Sesiapa yang melabuhkan
pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat."
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Sesiapa yang memakai pakaian yang
berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat
nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah)

5) Lelaki, wanita berbeza: maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh
wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas menerusi
sabdanya yang bermaksud:

"Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian
dan sikap perempuan." (Bukhari dan Muslim)

Baginda juga bersabda bermaksud:

"Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." ?(Abu Daud dan Al-
Hakim).

6) Larangan pakai sutera: Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW
bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di
dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (Muttafaq 'alaih)

7) Melabuhkan pakaian: contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak
syarak iaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman
bermaksud:
"Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-
perempuan beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya
(semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah
Maha Pengampun dan Maha Penyayang."

(al-Ahzab:59)

8) Memilih warna sesuai: contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak
bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda
bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu
dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim)

9) Larangan memakai emas: termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-
barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan seperti ini umumnya
dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para lelaki cenderung untuk berhias
seperti wanita sehingga ada yang sanggup bersubang dan berantai. Semua ini amat bertentangan
dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Haram
kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita.

10) Mulakan sebelah kanan: apabila memakai baju, seluar atau seumpamanya, mulakan sebelah
kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah bermaksud: "Rasulullah suka
sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai kasut, berjalan kaki dan bersuci."Apabila
memakai kasut atau seumpamanya, mulakan dengan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya,
mulakan dengan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila seseorang memakai
kasut, mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya, mulakan dengan sebelah
kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai kasut dan yang terakhir
menanggalkannya." (Riwayat Muslim).

11) Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud:

"Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya
dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada
kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada
Rasulullah".

12) Berdoa: ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang mengurniakan
pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan nama
Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia”.

Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan
agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin seorang
Muslim yang sebenar.

D. Hikmah berpakaian Islami :


1) Seseorang yang berpakaian islami akan terjaga kehormatannya. Akhwat2 yang memakai jilbab
insyaAllah tidak akan diganggu oleh para ikhwan usil (Al Ahzab:59).

2) Terjaga dari perilaku yang menyimpang. Kalau di sekeliling kita masih banyak yang membuka
aurat, maka kita harus pandai2 mengalihkan pandangan. '' Katakanlah kepada laki-laki yang
beriman,hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.'' (Q.S. An Nur: 30).

" Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya." (Q.S. An
Nur: 31)

3) Terhindar dari penyakit tertentu. Pakaian takwa adalah pakaian yang menutupi tubuh. Artinya,
secara otomatis kulit kita akan terlindungi dari bahaya sinar ultraviolet yang bisa menyebabkan
kanker kulit.

4) Terhindar dari azab Allah. Pernah ada kejadian, seorang wanita yang sedang hamil muda pergi
ke suatu tempat untuk melaksanakan tugar dari perusahaan tempat ia bekerja. Jaraknya cukup jauh
dari tempat tinggalnya. Tiba-tiba dalam perjalanan mobilnya bertabrakan dengan mobil lain.
Setelah diselidiki, tidak ada satu korban pun yang selamat dari kecelakaan itu. Dan setelah diselidiki
lebih jauh, tidak ada satu pun identitas korban yang diketahui. Makanya mayat para korban
dimakamkan oleh penduduk setempat termasuk wanita yang hamil muda itu. Setelah beberapa hari
ternyata sang suami dan keluarga korban menerima berita tersebut dan langsung menuju
pemakaman sang istri. Kemudian mayatnya dipindahkan ke dekat tempat tinggalnya. Tapi ketika
makamnya digali,mereka melihat mayat wanita itu langsung pingsan karena tidak kuat melihat
mayat. Ketika dimakamkan, mayat tersebut diletakan dalam kondisi membujur sementara setelah
digali kembali posisi mayat sudah berubah menjadi jongkok dengan kedua tangan diletakan diatas
kepala seperti menahan siksaan sementara kepalanya ditumbuhi paku2 besi yang sangat banyak
hampir memenuhi semua bagian kepalanya. Setelah diselidiki, ternyata wanita tersebut belum
berjilbab semasa hidupnya. Itu siksaan di alam kubur belum lagi siksaan nanti di akhirat.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak tangan. Ini
ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:

1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan mereka dari yang
bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan sempurna kecuali jika wanita
tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak
diragukan lagi bahwa menyingkap wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.

2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya kepada non
mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa disembunyikan, semisal pakaian
terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka
tentunya wajah dan telapak tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang
wanita lebih wajib lagi untuk disembunyikan.

3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dada-dada mereka,
sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup kepalanya. Jika khimar
diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada, maka tentunya secara otomatis wajah tertutup oleh
khimar tersebut.

Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang
pertama. Tatkala Allah menurunkan, “Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada
mereka,” mereka merobek kain-kain mereka lalu menjadikannya
DAFTAR PUSTAKA

Hirasah Al-Fadhilah karya Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid

Departemen Ilmiah Darul Wathan.Etika Seorang Muslim.2008.Jakarta:Darul Haq

Prof. Dr. H. Abdurrahman, Asymuni, dkk. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. 2000.
Jakarta: Suara Muhammadiyah.

Humpunan Putusan Tarjih.Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah Cetakan III.


Yogyakarta:Pustaka “SM”

[1] (Muttafaqun ‘alaihi) (Al-Albani, 2001 : 82).

[2] Faidhul Bari, juz I, hal.388

[3] Al-Albani, 2001 : 93

[4] HR. At-Tirmizi no. 1731 dan An-Nasai no. 5241

[5] HR. Muslim no. 2128

[6] Lihat Syarh Muslim: 14/356

[7] Lihat Fath Al-Bari: 8/489

Anda mungkin juga menyukai